Isu-isu politik kontemporer ii · energi sang bunda, lalu manusia yang baru lahir tersebut...
Transcript of Isu-isu politik kontemporer ii · energi sang bunda, lalu manusia yang baru lahir tersebut...
Isu-isu politik kontemporer ii
Energi sebagai isu politik kontemporer
Disusun guna memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Isu-isu
Politik Kontemporer II
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh :
Muhammad Hatta (1112112000025)
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Energi merupakan anugerah Tuhan yang kegunaannya sangat dibutuhkan oleh
manusia. Adalah energi yang membuat manusia bisa bertahan, energilah yang
membuat manusia berkembang menuju kemajuan, dan energi pula yang dapat
memusnahkan peradaban. Ada banyak sekali model energi yang ada di alam semeta
ini, energi tidak ada yang positif ataupun negatif seperti yang kebanyakan orang
ungkapkan. Menurut penulis, semua energi adalah sama. Yang menjadikannya positif
(bermanfaat) ataukah negatif (merugikan) adalah bagaimana manusia atau makhluk
hidup menganggapnya.
Oleh karena pengaruhnya yang besar itulah energi mendapat perhatian khusus
oleh manusia sejak zaman dahulu kala. Kenapamanusia berburu, meramu, hingga
menuju perindutrian maju. Jawabannya adalah untuk mendapatkan energi. Energi
menjadi bahan pembahasan seluruh dunia, karena berkat energi dan pemanfaatnya lah
yang membuat segala sesuatunya bergerak dan membuat perubuhan. Begitupun
dengan negara. negara dengan sumber energi yang berlimpah dan dapat digunakan
dengan maksimal, negara tersebut dapat dengan cepat mencapai kemajuannya.
Namun, muncul masalah karena tidak semua negara memiliki sumber daya
alam yang memadai. Negara dengan sumber daya alam yang terbatas
biasanyapikirannya lebih terbuka dan terbiasa menghadapi keterbatasan sehingga
mereka mampu memajukan sumber daya manusiadan akhirnya mencukupi kebutuhan
energi negaranya dengan memaksimalkan kekuatan energi tertentu dengan bantuan
teknologi. Teknologi tersebut misalnya nuklir, pembangkit listrik tenaga angin,
pembangit listrik tenaga gelombang, pembangkit litrik tenaga matahari, dan teknlogi
lainnya. Contoh negara yang terbatas secara sumber daya alam, tetapi merupakan
salah satu negara maju adalah Jepang.
B. Rumusan Masalah
1. Penyebab energi menjadi isu kontemporer.
2. Pengaruhnya terhadap kehidupan politik, baik nasional maupun global.
3. Cara mengatasi kelangkaan energi.
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui sebab apa yang menjadi energi begitu penting ehingga menjadi
bagian dari isu-isu politik kontemporer.
2. Untuk menganilsa pengaruh energi terhadap kehidupan manusia dilihat dari sudut
pandang politik.
3. Untuk memberikan gambaran bagaimana caranya keluar dari krisis energi.
BAB II
PEMBAHASAN
Energi telah memiliki peran vital bagi kehidupan manusia sejak manusia dilahirkan.
Bahkan penciptaan Adam yang disusul dengan penciptaan Hawa, pun diciptakan dengan
energi. Ketika manusia pertama kali lahir ke dunia, adalah berkat dorongan yang menguras
energi sang bunda, lalu manusia yang baru lahir tersebut menangis, dan adalah energi yang
membuatnya mampu melakukan itu. Semua proses kehidupan manusia telah terikat dengan
energi. Untuk bekerja, manusia membutuhkan energi, membajak di sawah menggunakan
sapi, kerbau, atau traktor, adalah energi. Memasak hasil panen dari sawah, adalah energi.
Bahkan untuk memakan hasil tersebut membutuhkan energi. Dan untuk mengubah makanan
tersebut menjadi energi lagi, dengan energi.
Seperti yang dikemukakan oleh Regina Anne Kelly, seperti yang dikutip oleh Budi
Winarno dalam bukunya, bahwa sejak awal sejarah manusia, umat manusia telah bergantung
pada energi, khususnya pada sumber energi alam dan energi biologis pada diri manusia
sendiri untuk berpindah dari satu tempat ketempat yang lain, untuk berburu bahan makanan,
dan lain sebagainya.1 Begitu pentingnya energi bagi kehidupan manusia, setiap proses
kehidupan dilalui dengan energi. Bahkan sekedar berfikir pun menggunakan energi. Lalu apa
yang dimaksud dengan energi? Sebelum membahas lebih jauh tentang pengaruhnya terhadap
politik, penulis akan mencoba memberikan definisi terlebih dahulu tentang energiu.
A. Pengertian Energi
Energi menurut kamus besar bahasa indoneia (KBBI) adalah kemampuan untuk
melakukan kerja, daya atau kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan. Dari
pengertian sederhana yang diberikan oleh KBBI kita dapat mengetahui apa itu energi. Jelas
sudah bahwa kita bergerak melakukan sebuah aktivitas, baik yang terlihat karena
pergerakannya secara fisik, ataupun yang tidak terlihat karena pergerakanhnya hanya terjadi
dalam pikiran. Semua itu adalah berkat energi.
1 Winarno, Budi, Inamika Isu-isu Kontemporer, (Yogyakarta: CAPS, 2014), h. 152.
Menurut Purwadarminta, seperti yang dikutip oleh Abdul Kadir dalam bukunya,
energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Definisi ini merupakan perumusan
yang lebih luas daripada pengertian yang pada umumnya digunakan dalam ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu pengetahuan alam. Dalam pengertian sehari-hari, energi dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan.2 Energi juga dapat diartikan sebagai
untuk melakukan kerja, atau kapasitas yang menyebabkan suatu materi bergerak atau
berpindah.3
Sebagai perbandingan, wikipedia memberikan definisi tentang energi, bahwa energi
adalah properti -penulis lebih suka menyebutnya “unsur”- fisika dari suatu objek yang dapat
berpindah melalui interaksi fundamental, yang dapat diubah bentuknya namun tidak dapat
diciptakan ataupun dimusnahkan.4
Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa energi pada dasarnya tidak dapat dihilangkan,
jadi, sedikit keliru pemahaman dunia yang sekarang sedang menjadi perhatian prioritas
tentang krisis energi. Kata Krisis jelas adalah kata yang sangat tidak tepat untuk disandingkan
dengan kata energi, yang sebagaimana kita ketahui bahwa energi adalah kekal. Tidak bisa
dihilangkan atau dimusnahkan. Mungkin, energi adalah Tuhan, mungkin!
B. Jenis-jenis Energi
Energi ini ada banyak sekali jenisnya, ada energi gerak, energi listrik, energi kinetik,
energi potensial, energi listrik, energi gaib, dan energi-energi lainnya. Namun dalam makalah
ini, penulis akan mengelompokkan energi menjadi dua kelompok, sebagaimana banyak
ilmuan sosial yang tidak terlalu mendalami tentang energi tetapi menjadikannya sebagai
suatu isu yang mengglobal, yaitu energi yang terbarukan (renewable resouce) dan energi
yang tak terbarukan (unrenewable resource).
Energi terbarukan, secara sederhana adalah energi yang dapat digunakan secara terus
menerus dan dapat diperoleh dengan mudah karena ketersediaannya yang bisa dikatakan tak
terbatas. Energi terbarukan juga lebih ramah lingkungan karena pemakaiannya tidak
menyebabkan efek samping yang berbahaya bagi lingkungan, kecuali ada kesalahan dalam
2 Kadir, Abdul, Energi, Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi,( Jakarta: UI Perss), 2010, h.
27. 3 Winarno, Budi, Inamika Isu-isu Kontemporer,( Yogyakarta: CAPS, 2014), h. 152.
4 Wikipedia.org/wiki/energi.
memanfaatkannya atau kesalahan-kesalahan lain yang diluar kemampuan manusia, seperti
bencana. Sumber energi terbarukan ini telah disediakan secara Cuma-Cuma dan melimpah
oleh sang pencipta, yang paling besar pengaruhnya dan yang membuat energi lainnya tercipta
adalah matahari.
Matahari memanaskan bumi, diserap oleh tumbuhan untuk melakukan proses
fotosintesis yang merubah sinar matahari dan zat-zat lainnya menjadi energi, dan energi
tersebut disimpan dalam daun dan pohon yang dapat diubah menjadi energi lainnya. Matahari
memanaskan bumi, udara ikut terpanaskan yang menyebabkan perubahan berat pada udara
sehingga udara naik keatas dan terjadilah energi angin. Angin bertiup dilautan, maka
terciptalah energi gelombang. Matahari juga memanaskan air dan permukaan laut, kemudian
menjadi uap, kemudian uap dipanaskan lagi oleh matahari menjadi awan, dan turun lagi
kebumi dalam bentuk air.5
Selain beberapa energi tersebut, masih banyak lagi sumber energi lainnya yang dapat
dikategorikan sebagai energi terbarukan. Namun karena keterbatasan kemampuan manusia
dan keegoisan manusia untuk mendapatkan sesuatu dengan instan dan mudah, sehingga
energi terbarukan yang ramah lingkungan menjadi energi alternatif, yang pemanfaatannya
masih dibawah energi tak terbarukan.
Sedangkan energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya alam
yang pembentukannya memakan waktu yang sangat lama dan apabila dipakai secara terus
menerus maka sumber daya tersebut akan habis dan membutuhkan waktu yang sangat lama
untuk terbentuk kembali. Contohnya adalah minyak bumi atau energi fosil lain seperti batu
bara.
Pengklasifikasian tersebut sangat dipengaruhi oleh peran variabel waktu (time).
Sumber daya alam yang dapat diperbarui merupakan sumber daya yang dapat terus menerus
tersedia sebagai input produksi dengan batas waktu yang tak terhingga. Sedangkan sumber
daya yang tak dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang persediaannya sebagai input
produksi sangat terbatas dalam jangka waktu tertentu.6
Namun perlu diingat bahwa sumber daya alam yang dapat diperbarui suatu saat dapat
berubah menjadi tak terbarukan. Hal yang demikian terjadi karena permintaan yang terus
5 Kadir, Abdul, Energi, Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi, (Jakarta: UI Perss, 2010), h.
11-12. 6 Yusgiantoro, Purnomo, Ekonomi Energi, Teori dam Praktik,( Jakarta: LP3ES, 2000), h. 5.
menerus meningkat dari waktu ke waktu membuat laju pengurasan (rate of extraction)
sumber daya alam tersebut menjadi lebih besar daripada laju regenerasinya (rate of
regeneration).sebagai contoh kasus adalah sumber daya air sungai. Kualitas maupun
kuantitas air sungat terus menerus menurun jika permintaan akan air ini terus menerus
meningkat dari waktu ke waktu.7
C. Energi Sebagai Isu Politik Kontemporer
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa energi sangat vital perannya dalam
kehidupan manusia, segala aspek kehidupan manusia dipengaruhi oleh penggunaan energi.
Semakin luas, semakin besar, dan semakin kompleks kebutuhan manusia, maka semakin
besar dan banyak pula energi yang dibutuhkan. Jika zaman dulu energi digunakan hanya
sebatas untuk bertahan hidup, pada zaman modern ini, pemanfaatan energi jauh lebih luas
lagi sehingga terjadilah eksploitasi energi.
Menurut Abdul Kadir, negara-negara maju tidak akan mungkin mencapai tingkat
kemajuannya tanpa menggunakan energi secara luas.8 Pernyataan tersebut menunjukkan
betapa bergantungnya manusia terhadap energi. Dan akibat ketergantungan yang sangat besar
tersebutlah muncul berbagai masalah. Pengaruhnya yang besar pula yang menyebabkan
energi mendapat perhatian khusus oleh manusia sejak zaman dahulu kala. Kenapa manusia
berburu, meramu, hingga menuju perindustrian maju. Jawabannya adalah untuk mendapatkan
energi.
Menurut penulis, masalah yang muncul bermula ketika manusia menyadari bahwa
energi tidak selamanya dapat diperoleh dengan mudah dan begitu saja di suatu kawasan yang
sama. Maka dimulailah eksplorasi berbagai belahan dunia. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan sumber energi yang baru. Columbus yang berangkat dari tanah kelahirannya
dengan kapal layar bermaksud menuju India, namun nyasar tapi beruntung dia menemukan
benua yang ternyata kekayaan alamnya sangat luar biasa, adalah benuk eksplorasi yang
dilakukan umat manusia untuk mendapatkan sumber energi baru. Akibat kenyataan ini,
negara-negara dengan keterbatasan sumber daya untuk mengahasilakn energi akan
bergantung pada negara yang memiliki sumber daya. Pada situasi ini, sifat manusia yang
7 Ibid, h. 5.
8 Kadir, Abdul, Energi, Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi, (Jakarta: UI Perss, 2010), h.
5.
memiliki keinginan untuk menguasi muncul sehingga monopoli energi-pun terjadi. Dan pada
akhirnya akibat energi ini, segala sendi kehidupan, seperti ekonomi, politik, bahkan
pendidikan-pun menjadi terpengaruh. Dari berbagai literasi yang ada yang menyebutkan
bahwa penyebab energi menjadi salah satu isu penting untuk dibahas sejak masa kontemporer
adalah karena terjadi kelangkaan energi, sehingga semua negara merasa khawatir dan
akhirnya mempengaruhi berbagai kebijakan nasional maupun internasional.
Keterkaitan antara energi dengan perekonomi suatu negara secara umum dapat dilihat
dalam beberapa komponen ekonomi makro seperti penerimaan pemerintah, penerimaan
ekspor, dan neraca pembayaran. Yang menjadi masalah disini adalah seberapa besar peranan
energi dalam ekonomi makro suatu negara. Signifikan tidaknya menjadi penting karena hal
ini mempengaruhi tingkat output nasional suatu negara. Jadi jelas terlihat bahwa energi
berkaitan langsung dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara.9 Negara
dengan kekuatan energi yang stabil serta memiliki cadangan energi yang banyak, akan
cenderung mandiri dan bahkan dapat mempengaruhi perekonomian dunia. Negara-negara di
Timur Tengah, ketika produksi dan distribusi hasil pertambangan terhambat, maka dapat
dipastikan harga minyak dunia akan terpengaruh. Dan negara yang setia mengimpor adalah
yang paling menderita akibat dampaknya.
Sedangkan kaitannya dengan politik, jelas bahwa akibat pengaruh energi muncul
berbagai kebijakan dalam menyikapi masalah energi tersebut. Negara dengan sumber daya
alam berlimpah akan mencoba melindungi sumber daya alamnya, sedangkan negara dengan
keterbatasan akan mencoba mencari sumberdaya alam di negara lain. Siklus semacam ini
mempengaruhi sikap politik suatu negara. Semakin bagus kebijakan yang ditetapkan dan
diterapkan, maka semakin maju pula negara yang bersangkutan.
Akibat penggunaan sumber daya alam yang terus menerus, pada 1970-an muncul isu
kelangkaan energi. Berbagai negara dibelahan dunia membuat kebijakan untuk mencoba
mengendalikan sumber daya yang mereka miliki. Dan kegiatan eksploitasi semakin tampak,
khususnya bagi perusahaan yang mengeruk sumber daya alam di negara selain segara
asalnya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kerikatan kontrak hingga waktu tertentu.
Amin Rais dalam pengantar buku karangan Qystein Noreng mengatakan bahwa
“Setelah Perang Dunia II, bersamaan dengan bangkitnya nasionalisme di kalangan negara-
9 Yusgiantoro, Purnomo, Ekonomi Energi, Teori dam Praktik, (Jakarta: LP3ES, 2000), h. 7.
negara yang sedang berkembang, negara-negara penghasil minyak yang sudah jenuh
diperlakukan tidak adil oleh bekas negara-negara penjajahnya mulai berusaha merubah cara-
cara eksploitasi minyak sampai pemasarannya yang dianggap merugikan negara-negara
pemilik sumber minyak dan terlalu menguntungkan perusahaan-perusahaan minyak asing.
Mula-mula negara –negara penghasil minyak itu hanya menuntut dinaikkannya harga minyak
dan menuntut royalti yang lebih besar agar supaya posisi bargain mereka lebih kuat.
Tuntutan ini makin meningkat dan sejak tahun 1960, dengan dibentuknya OPEC sebagai
kartel minyak internasioanal yang lebih menguntungkan negara-negara produsen, dan hal ini
sudah tentu merupakan suatu perkembangan yang wajar,”10
Pembentukan organisasi OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries)
merupakan bentuk nyata pengaruh energi terhadap politik. Untuk mencari solusi
permasalahan antara negara penghasil minyak dengan negara yang memiliki teknologi
mengolah minyak, pemerintah dari berbeagai negara penghasil minyak seperti Saudi Arabia,
Iran, Kuwait, Irak, dan Venezuela bertemu dan sepakat mendirikan OPEC sebagai suatu
organisasi yang bertujuan untuk melakukan koordinasi kebijakan masing-masing negara
anggota terhadap perusahaan-perusahaan minyak asing.
Dengan menguatnya posisi negara dengan sumber energi yang besar, kebijakan
kerjasama antar negarapun terjadi. Misalnya yang baru saja terdengar, bahwa salah satu
kawasan pertambangan minyak di Indonesia yang sebentar lagi habis masa kontraknya akan
dibuatkan kontrak baru dengan negara yang berbeda, dengan syarat negara yang baru tersebut
harus membantu pembangunan di Indonesia, khususnya dibidang transportasi.
Selain sumber energi fosil, sumber daya alam yang dapat menjadi kekuatan energi
bagi suatu negara salah satunya adalah kekuatan pangan. Pangan menjadi sangat penting bagi
setiap manusia, sebagai warga dari suatu negara, maka negara berkewajiban menjaga
kestabilan pangan bagi warganya. Oleh karena itu, negara yang memiliki kekuatan pangan
yang kuat dapat memiliki peran penting dalam percaturan politik internasional. Mapannya
kekuatan pangan suatu negara dapat dilihat dari swasembada pangan.
Negara yang berswasembada atau hampir berswasembada mempunyai keuntungan
atas negara yang tidak demikian keadaannya yang harus sanggup mengimpor bahan pangan
10
Rais, Amin, (dalam kata pengantar buku Minyak dalam Politik karya Qystein Noreng), (Jakarta: Rajawali, 1983), h. V.
yang tidak dihasilkannya.11
Negara yang menswasembada akan mendapat pangdangn positif
di kancah internasional yang akan menambah daya tawarnya dalam negosiasi internasional.
Sedangkan negara yang menerima swasembada harus memecahkan masalah energi paling
dasar terlebih dahulu sebelum mendapat harga yang bagus dalam dunia internasional.
Namun tetap saja, yang lebih berpengaruh adalah sumber daya alam yang menunjang
dan menjadi bahan mentah untuk kegiatan industri. Arti penting yang mutlak dan relatif atas
sumber daya alam dalam bentuk bahan mentah untuk kekuatan suatu negara, selalu
bergantung pada teknologi yang dimiliki negara bersangkutan.12
Maka tidaklah aneh jika
melihat Amerika Serikat dan Rusia yang merupakan negara adidaya sangat menonjol dalam
memanfaatkan bahan mentah sebagai energi, meskipun mereka tidak memiliki sendiri bahan
mentah tersebut. Selain mereka, negara-negara maju lainnya juga tidak jauh berbeda. Mereka
yang menguasi teknologi, dapat dengan mudah mendapatkan bahan mentah dari negara yang
kekayaan sumber daya alamnya melimpah.
Bahan mentah yang paling seksi hingga saat ini adalah hasil pertambangan, dan
minyak menjadi perimadonanya. Minyak bumi yang merupakan salah satu sumber daya alam
yang tak dapat diperbaharui sangat menonjol dalam hal ini, karena hampir setiap kegiatan
produksi hinggga distribusi sangat membutuhkan energi yang berasal dari minyak. Sehingga
negara dengan minyak mentah sangat diperebutkan di dunia. Dan negara yang kaya dengan
minyak, jika pemerintahannya dapat mengelola regulasi dengan baik, maka negaranya dapat
tumbuh dengan baik dan menjadi negara kaya di dunia.
Negara-negara dengan kekayaan minyak berlimpah diantaranya adalah negara-negara
di Timur Tengah. namun sayang, meski secara ekonomi mereka kuat, namun secara politik
mereka tidak begitu stabil sehingga negaranya tidak bisa memaksimalkan perannya untuk
lebih berdaulat terhadap sumber daya yang mereka miliki, dan intervensi dari asing yang
ingin mendapatkan akses untuk mengekspoitase kekayaan minyak mereka pun tak terelakkan.
Energi sebagai salah satu isu kontemporer sangat erat kaitanya dengan tujuan
diplomasi. Setiap negara membutuhkannya, jika ada negara yang tidak memilikinya, maka
dia akan membuat kerjasama dengan negara yang memilikinya. Oleh karena itulah, energi
menjadi penting untuk dibahas sebagai salah satu isu-isu yang dapat memperngaruhi
perpolitikan internasional.
11
Morgenthau, Hans J, Politik AntarBangsa, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 138. 12
Ibid,h. 149.
Energi dalam kasus Indonesia terbukti mempunyai peran sangat penting dalam
pembangunan nasional. Peranan energi, terutama minyak dan gas bumi (migas), dapat dilihat
dalam neraca perdagangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Migas
memberikan sumbangan sangat berarti dalam penerimaan rutin. Ketika terjadi oil boom pada
tahun 1970-an, 60 sampai 80 persen penerimaan pemerintah dari total pendapatan pajak
langsung didominasi oleh komponen pajak migas. Dominasi sektor migas ini terus
berlangsung sampai sekitar tahun 1980-an. Semenjak itu proporsinya mengalami penurunan.
Penerimaan pemerintah dari ekspor migas juga memiliki kecenderungan yang sama,
proporsinya mencapai angka tertinggi pada tahun 1981-1982, yaitu sekitar 80 persen dari
total penerimaan ekspor nasional. Oleh karena itu peran energi di Indonesia layak disebut
sebagai engine of growth.13
Dalam kaitannya dengan ini, Kelly mengatakan, seperti yang dikutip oleh Budi
Winarno daam bukunya,
“by that time society’s energy needs were enterly centered around oli, and one of
aftermaths of world war I was that acces to some oil pipelines and distribution system were
destroyed, causing blockage in the transport of oli”
Selain persoalan distribusi sebagaimana disinggung Kelly, minyak juga mempunyai
nilai politis. Ketika minyak menjadi sumber daya energi yang penting dan krusial bagi suatu
negara maka keberadaannya akan sangat menetukan keamanan energi negara yang
bersangkutan. Bahkan, akan sangat berpengaruh terhadap stablitas negeri.14
Selain karena efeknya yang besar dalam kehidupan politik dan ekonomi, energi
menjadi isu global juga dikarenakan oleh efek samping pemakiannya, meskipun pada
paragraf-paragraf sebelumnya telah disebutkan bahwa pemakaian yang berlebihan akan
mengarah pada kelangkaan. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah sisah atau hasil lainnya
dari penggunaan energi, yaitu limbah.
Kita hidup di planet bumi yang tidak pernah berubah, dengan tingkat penggunaan
sumber daya energi alam yang relatif meningkat serta kapasitas penyerepan limbah yang
relatif tetap atau bahkan berkurang. Apabila manusia memulai proses teknologi, dan kota-
kota, industri serta pertanian mulai membuang limbah sebagai produk sampingan proses
13
Yusgiantoro, Purnomo, Ekonomi Energi, Teori dam Praktik, (Jakarta: LP3ES, 2000), h. 8-10. 14
Winarno, Budi, Inamika Isu-isu Kontemporer,( Yogyakarta: CAPS, 2014), h. 152.
kehidupan dan produksi, maka akan ada tekanan terhadap kemampuan asumilasi yang
dipunyai lingkungan alami, dan keseibmangan ekologi akan lenyap. Pada umumnya beban
biaya yang timbul akibat limbah tadi diletakkan pada pundak masyarakat, dan bukan pada si
pencipta limbah tersebut.15
Penggunaan energi oleh manusia terkadang diluar kemampuan alam untuk
menampung dan mereduksi limbahnya. Sehingga merusak ekosistem yang ada. Pemanfaatan
minyak bumi menghasilkan asap yang merusak ozon, penggalian pertambangan merusak
tanah, pemanfaatan nuklir beresiko radiasi. Kekhawatiran terhadap produk lain dari
penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan bukanlah kekhawatiran yang kecil,
dampaknya telah nyata bagi dunia, pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas emisili
yang berbahaya dan merusak bagi lapisan ozon di atmosfir sana. Sehingga terjadilah efek
rumah kaca yang berujung pada peningkatan suhu global atau global warming. Peningkatan
suhu ini menyebabkan melelehnya es yang ada di kutub utara dan kutub selatan, sehingga
terjadi kenaikan pada permukaan air laut. Nuklir, yang menghasilkan energi yang besar dan
ramah lingkungan sebenarnya memiliki bahaya laten yang semua orang mafhum resikonya.
Sekalli terjadi kerusakan pada reaktor dan kemampuan manusia tidak dapat mengatasinya,
maka radiasinya dapat mengancam seluruh kawasan dan harus di konservasi.
Jadi, kedua sisi dampak ari penggunaan energi, positif maupun negatif, memiliki
bobot tersendiri yang menjadikan energi sebagai isu global yang tak dapat dihiraukan sama
sekali. Setiap orang harus waspada dampak negatifnya dan kritis terhadap dampak positifnya.
Setiap negara juga harus lebih bijak dalam mengatur produksi, distribusi, hingga konsumsi
energi.
D. Kelangkaan atau Krisis Energi
Pada sub judul sebelumnya penulis telah mengungkapkan ketidak-setujuan penulis
terhadap kalimat “krisis/kelangkaan energi”. Kenapa? Karena berdasarkan studi ilmiah, yaitu
kajian fisika dan kimia, bahwa energi adalah sesuatu yang tidak dapat dihilangkan. Yang
terjadi bukan hilangnya energi, tetapi perubahan energi. Jadi ilmuan sosial yang membuat isu
dengan judul besar “krisis energi” pada hakikatnya adalah sesuatu yang sangat amat tidak
ilmiah. Seharusnya kalimat singkat “krisis energi” tersebut di ubah,menjadi sesuatu yang
15
Suparmoko, M., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2012), h. 5.
lebih spesifik. Misalnya “krisis sumber energi minyak”. Artinya jelas berbeda dengan kalimat
“krisis energi”.
Dalam kajian teoritis, isu kelangkaan energi ini seperti yang ditulis oleh Yusgiantoro,
bermula pada tulisan Meadow dan rekan-rekannya yang berjudul “The Limits to Growth”.
Tulisan tersebut sangat mengkhawatirkan kelangkaan sumber daya energi dan degradasi
lingkungan hidup karena proses industrialisasi yang sangat pesat, laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi, dan sulitnya mendapatkan bahan pangan. Tulisan tersebut sejalan dengan studi
yang dilakukan oleh Barnnet dan Morse yang menghasilkan tulisan dengan judul “Resource
for the Future” tentang kelangkaan energi serta kinerjanya dari waktu ke waktu. Mereka
yang percaya akan terjadinya kelangkaan energi ini disebut sebagai kaum pesimis. Namun
anggapan ini mendapat tanggapan keras oleh beberapa ilmuan lain, di antaranya adalah
Solow dan Stiglitz. Keduanya dapat dimasukkan dalam kategori optimis. Mereka berpendapat
bahwa sebenarnya tidak akan pernah terjadi kelangkaan sumber daya alam. Keyakinan ini
diperoleh setelah memasukkan variabel teknologi dalam pengelolaan sumber daya alam
tersebut. pandangan kelompok optimis itu ternyata lebih dominan dewasa ini terbukti dengan
industri minyak yang menggunakan teknik pengurasan sekunder dan tersier. Perdebatan
antara kaum pesimis dan kaum optimis masih terus berlanjut dan jawabannya belum dapat
ditemukan dengan pasti.16
Namun yang menjadi penyebab utama krisis energi populer di dunia international
bukanlah karena perdebatan antara kaum pesimis dan kaum pesimis. Isu krisis energi tercipta
karena kebijakan politik negara-negara penghasil minyak. Seperti yang dikatakan Amin Rais,
pada awal dasawarsa 1970-an terjadi perubahan revolusioner dalam perimbangan kekuatan
dalam masalah penguasaan minyak. Perusahaan-perusahaan Barat yang berpuluh-puluh tahun
telah menguasai sejak eksplorasi sampai pemasaran minyak mulai terdesak dan diletakkan
dalam posisi difensif. Negara-negara radikal dan mobilisasional seperti Libia dan Aljazair
dengan bantuan negara konsevatif seperti Saudi Arabia dan Iran bersama-sama mengambil
alih kontrol atas proses perminyakan dunia dari tangan berbagai perusahaan minyak yang
bermarkas di kota-kota besar Eropa dan Amerika.17
Pengambil alihan kontrol tersebut membuat produksi serta distribusi minyak dunia
berkurang drastis, hal inilah yang sejatinya menyebabkan isu krisis energi pada tahun 1970-
16
Suparmoko, M., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2012), h. 3. 17
Rais, Amin, (dalam kata pengantar buku Minyak dalam Politik karya Qystein Noreng), (Jakarta: Rajawali, 1983), h.VII.
an terjadi. Sama sekali tidakada kaitannya dengan perdebatan kaum intelektual idealis
sebelumnya. Murni karena kekhawatiran berdasarkan apa yang masyarakat dunia rasakan
ketika itu.
Hal tersebut dibuktikan dengan embargo minyak yang dilakukan negara-negara Arab
pasca berakhirnya perang Arab-Israel pada Oktober 1973. Dan untuk pertama kalinya minyak
dijadikan senjata politik yang paling efektif bagi negara-negara Arab. Embargo tersebut
benar-benar telah mengguncang dunia, khususnya aliansi Atlantik, dimana negara-negara
Eropa Barat, kecuali Belanda, saling berebut mencari simpati negara-negara Arab petro-
dollar dengan menyatakan dukungan mereka terhadap tuntutan Arab dalam mencari
perdamaian.18
Namun pada kenyataannya, isu krisis energi pada tahun 1970-an tidak berlangsung
lama. Isu tersebut tidak membuat pengurasan isi bumi yang berupa minyak berkurang dengan
berarti. Pertambanagn minyak terus digalakkan dan semakin menyebar. Penggunaannya pun
semakin meningkat, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. isu ini secara real tidak
mempengaruhi pola pikir orang-orang pada masa itu, apalagi tindakan. Meskipun muncul
suatu optimisme yang meluas baik di Eropa maupun di Amerika bahwa krisis energi dapat
diatasi dengan melakukan penghematan (konservasi) energi. Namun, sekali lagi,
kenyataannya mereka masih saja melakukan pengurasan energi.
Menurut Amin Rais, hal tersebut terjadi karena dihadapkan pada kenyataan berikut
ini. Pertama, terdapat kesulitan-kesulitan sosial, ekonomis dan teknologis yang cukup besar
untuk menciptakan energi alternatif bsgi minyak. Kedua, penghematan energi memang
nampaknya mudah dalam teori, akan tetapi dalam praktik, Amerika Serikat sebagai
konsumen energi terbesar di dunia gagal melakukan konservasi energi tersebut. sedangkan
Eropa tidak dapat dikatakan cukup berhasil untuk maksud yang sama. Ketiga, Jepang, yang
lebih dari 90 persen kebutuhan minyaknya tergantung pada impor, tidak menunjukkan
keberhasilan yang berarti dalam pengembangan energi alternatif, dalam konservasi dan dalam
perencanaan energi nasional.19
Kelangkaan energi, khususnya energi fosil bukan sesuatu yang mengejutkan,
mengingat bahwa pemakian energi fosil dunia, berdasarkan fakta penelitian yang ditayangkan
dalam film “HOME”, adalah 80 persen. Perbandingannya dengan sumber energi lain sangat
18
Ibud, h. IX. 19
Ibud, h. X
sangat jauh berbeda. Sehingga jelas saja sumber energi fosil akan terus menipis dariwaktu ke
waktu.
Pada masa modern ini kesadaran baru pun muncul, berawal dari perubahan drastis
iklim dunia dan beberapa fenomena alam lainnya yang telah dibuktikan terjadi akibat
penggunaan energi yang terus-terusan. Sehingga masyarakat dunia merasa benar-benar perlu
menghemat energi, khususnya energi fosil. Kekhawatiran ini berbuah menjadi tindakan dan
solusi jalan keluar yang nyata. Usaha untuk mengehemat energi salah satunya dilakukan
dengan mencari sumber energi baru sebagai alternatif pengganti sumber energi fosil.
E. Mengahadapi Permasalahan Energi
“Bumi ini kita pinjam dari anak cucu kita” - Anonim
Ungkapan tersebut adalah kritik keras terhadapungkapan yang menyatakan kita harus
mewariskan bumi kepada anak cucu kita. Memang secara psikologis, makna kata tersebut
sangat dalam, bahwa kita tidak berhak untuk merusak bumi ini karena sesungguhnya bukan
untuk diwariskan saja, tetapi memang sudah milik orang yang akan datang dimasa depan.
Dalam kaitannya dengan mengahadapi krisis energi, kata tersebut dapat menjadi slogan bagus
dalam mengkampanyekan penghematan energi dan menjaga lingkungan.
Sebenarnya sumber energi yang terdapat di dunia ini sangatlah banyak, Tuhan sang
maha energi telah menciptakan makhluknya dengan energi dan memiliki energi. Bahkan yang
tampak tak berdaya sekalipun sejatinya memiliki kandungan energi. Manusiapun telah
memanfaatkan sumber daya yang dihasilkan bumi, meskipun hanya sumber daya tertentu
yang pemanfaatannya telah dimaksimalkan. Dan sayangnya, sumber energi yang telah
dimaksimalkan tersebut adalah sumber daya tak terbarukan, sehingga masalah lainnyapun tak
dapat dielakkan.
Untuk mengahadapi krisis energi, telah disinggung pada sub-bab sebelumnya, yaitu
kita harus berhemat. Namun masih ada cara yang lebih baik lagi, yaitu memanfaatkan sumber
energi terbarukan dan memaksimalkan sumber energi alternatif. Seperti matahari, gelombang,
air, gas bumi, angin dan lainnya. sumber-sumber energi tersebut dapat menghasilkan energi
yang besar dan ramah lingkungan,namun yang menjadi kendala adalah teknologinya.
Pada dasarnya manusia telah diangureahi Tuhan sumber daya energi yang tak akan
ada habisnya, sumber daya yang telah memberikan energi kepada bumi, yaitu matahari.
Namun sangat disayangkan, sumber daya yang telah memberikan kehidupan kepada bumi ini,
oleh manusia yang merupakan makhluk bumi, tidak dimaksimalkan. Meskipun telah ada
kesadaran untuk memanaatkan energi matahari sebagai sumber energi, tetapi usaha tersebut
belum menyeluruh dilakukan oleh setiap negara.20
Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa matahari adalah sumber energi terbesar bagi
bumi, bahkan angin, gelombang, hingga energi fosil sekalipun tidak akan pernah menjadi
sumber energi tanpa matahari. Matahari adalah sumber energi asli bagi bumi. Satu jam energi
yang dikeluarkan matahari di bumi, sebanding dengan pemakaian energi yang digunakan
seluruh umat manusia dalam satu tahun. Dan selama bumi masih berputas, selama itu pula
matahari akan menyinarinya, memberinya energi. Lalu kenapa kita, umat manusia tidak
meniru tumbuhan yang sepenuhnya memanfaatkan energi matahari. Sudah saatnya kita
berhenti melukai bumi dengan menggali dan mengebor untuk mendapatkan energi. Tiba
waktunya kita menatap keatas dan memanfaatkan sebaik-baiknya kebaikan Tuhan lewat
matahari. Apa yang kita perlu pelajari adalah belajar memanfaatkan matahari.
Sekarang ini sudah terlambat dan tidak ada waktu lagi untuk menjadi pesimis. Kita
harus segera bergabung dengan mereka yang telah lebih dulu memiliki kesadaran tentang
energi. Seperti sekitar 5.000 orang yang tinggal di rumah dengan sumber energi sendiri yang
memanfaatkan energi matahari di daerah Freiburg, Jerman. Negara lainnya seperti Islandia,
Austria, Newzealand, Swedia dan beberapa negara lainnya telah menjadikan pembangunan
sumber daya energiyang dapat diperbarui sebagai prioritas mereka.
Selain matahari, panas bumi atau geothermal juga dapat dimanfaatkan, Newzealand
adalah negara dengan geothermal power termaju untuk saat ini, Indonesiapun memiliki
beberapa. Namun belum dimaksimalkan, padahal Indonesiaadalah negara denganpanas bumi
yang sangat melimpah. Kemudian juga ada yang telah memulai memanfaatkan energi
gelombang atau ombak sebagai pembangkit listrik. Energi angin juga telah semakin
dikembangkan, bahkan di Denmark terdapat sebuah kawasan yang dapat dikatakan sebagai
“ladang” kincir angin, karena saking banyaknya kincir angin di kawasan tersebut dan telah
menghasilkan 20 persen dari kebutuhan listrik negara Denmark.
20
Film by Yann Arthus Bertrand, HOME, 2009.
Selain memanfaatkan energi yang disediakan alam, belakangan juga berkembang
energi alternatif boimass. Energi ini memanfaatkan tumbuhan bahan pangan seperti jagung
untuk dirubah menjadi energi. Namun sayang, untuk saat ini, bahan mentahnya jauh lebih
berguna untuk dimakan daripada untuk di jadikan energi alternatif. Tetapi yang jauh lebih
kreatif adalah energi alternatif yang menggunakan kotoran hewan, sperti sapi sebagai bahan
utama untuk dijadikan energi. Kotoran sapi ditumpuk dan didiamkan, lalu gas dari
kotoransapi yang menumpuk dan memanas dialirkan dan dirubah keberbagai bentuk energi.
Ada satu alasaan klasi kenapa manusia atau negara-negara tidak dapat
memanfaatkanenergi terbarukan yang berlimpah di bumi, yaitu teknologi. Keterbatasan
kemampuan suatu negara dalam bidang teknologi membuat negara yang bersangkutan terus
saja bergantung pada energi fosil. Hal ini dapt diatasi dengan mengadakan kerjasama antar
negara. seharusnya masyarakat dunia harus saling membantu dalam mengatasi permasalahan
energi ini, karena dampaknya adalah bumi juga yang menerima. Oleh karena itu, semua
masyarakat dunia harus berperan dalam mengatasi permasalahan energi.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
energi adalah sesuatu yang digunakan untuk melakukan aktivitas, oleh karena
fungsinya yang sangat vital tersebutlah energi menjadi sangat penting bagi umat
manusia. Sebagai isu kontemporer, energi menjadi isu dikarenakan tiga alasan pokok,
pertama karena energi adalah suber kehidupan, negara yang memiliki sumber energi
akan sangat diuntungkan posisinya dalam kancah politik internasional. Kedua. Energi
menjadi isu kontemporer tidak dapat dipisah dari kekhawatiran masyrakat dunia
terhadao isu “krisis energi”. Krisis energi menjadi trend pembicaraan beberapa waktu
yang lalu, bahkan hingga sekarang. Ketiga adalah dampak atau produk lain dari
energi, dampaknya yang merusak lingkungan dan dirasakan oleh semua orang,
menjadikan energi sebagai isu yang terus menerus dibicarakan dewasa ini. Untuk
mengatasi permasalahan energi yang ada, kita sebagai penduduk bumiharus
bekerjamasa dengan kesadaran tinggi untuk menghemat energi serta berusaha
menghindari penggunaan energi fosil. Kita harus lebih memanfaatkan energi
terbarukan yang disediakan Tuhan secara gratis tanpa limbah yang berarti.
REFERENSI
Buku :
Hadipuro, Wijayanto, dkk., Tenggelamnya Perikanan Nasional, Indonesia for Global Justice, Jakarta,
2011.
Kadir, Abdul, Energi, Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi, UI Perss, Jakarta,
2010.
Morgenthau, Hans J, Politik AntarBangsa, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta ,2010.
Qystein, Noreng, Minyak dalam Politik, Rajawali Press, Jakarta, 1983.
Suparmoko, M., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2012,
Winarno, Budi, Inamika Isu-isu Kontemporer, CAPS, Yogyakarta, 2014.
Yusgiantoro, Purnomo, Ekonomi Energi, Teori dam Praktik, LP3ES, Jakarta, 2000.
Lain-lain:
Film by Yann Arthus Bertrand, HOME, 2009.