Jarimah Qisas Atau Diyat

25
JARIMAH QISHASH / DIYAT DI S U S U N Oleh : Kelompok:12 NAMA : FARHATI ULFA LADAYA NURLENA

description

makalah

Transcript of Jarimah Qisas Atau Diyat

Page 1: Jarimah Qisas Atau Diyat

JARIMAH QISHASH / DIYAT

DI

S

U

S

U

N

Oleh :Kelompok:12

NAMA : FARHATI

ULFA LADAYA

NURLENA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHPTI AL – HILAL SIGLITAHUN AJARAN 2015

Page 2: Jarimah Qisas Atau Diyat

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi

hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “Jarimah Qishash / Diyat” dapat

diselesaikan. Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata kuliah.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini belum

sempurna dan masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi

maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun

yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Sigli, Juni 2015

Kelompok

i

Page 3: Jarimah Qisas Atau Diyat

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

C. Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jarimah, Qishash dan Diyat........................................ 3

B. Dasar Hukum Qishash dan Diyat ................................................... 4

C. Pandangan dalam Perspektif Syariat Islam................................. 6

D. Macam-macam Qishash....................................................................7

E. Hukuman Qishash Dapat Diganti Dengan Diyat..........................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 12

B. Saran-saran .................................................................................... 12

Daftar Pustaka

ii

Page 4: Jarimah Qisas Atau Diyat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam islam melakukan tindak pidana dapat dikenakan sanksi sesuai

dengan tindak pidana yang dilakukan. Hal ini yang sering disebut dengan qishash.

Selain itu juga ada hukuman yang mewajibkan pihak terpidana untuk membayar

denda kepada pihak yang teraniaya dan hal ini sering disebut dengan diyat.

Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek bagi kehidupan manusia

pastinya memiliki sebuah dasar yang paling penting yaitu keadilan. Ini terbukti

dengan adanya firman Allah SWT

اء� �ف�ح�ش� ال ع�ن� �ه�ى �ن و�ي �ى ب �ق�ر� ال ذ�ي �اء� �يت و�إ ان� �ح�س� و�اإل� �ع�د�ل� �ال ب م�ر�� �أ ي $ه� الل �ن$ إ

ون� $ر� �ذ�ك ت �م� $ك �ع�ل ل �م� �ع�ظ�ك ي �غ�ي� �ب و�ال �ر� �ك �م�ن 1 و�ال

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Jarimah merupakan ilmu tentang hukum yang berkaitan dengan perbuatan

tindak pidana dan hukumannya, misalnya pembunuhan, merusak atau

menghilangkan anggota tubuh orang lain. Sedangkan untuk hukuman yang

dikenakan terdapat tingkatan-tingkatan yang terperinci misalnya pada kasus

pembunuhan. Tingkatan-tingkatan hukuman ini disesuaikan dengan jenis tindak

pidana yang dilakukan.

Jarimah qisas dan diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman

qisas atau diyat. Baik qisas maupun diyat kedua-duanya adalah hukuman yang

sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaannya dengan hukuman hadd adalah bahwa

hukuman hadd merupakan hak Allah, sedangkan qisas dan diyat merupakan hak

manusia (hak individu).2

1. QS. al-Nahl (16): 90.

2. http://www.islamcendekia.com/

1

Page 5: Jarimah Qisas Atau Diyat

Dalam makalah ini akan dibahas dimana qishash adalah hukuman yang

secara aplikasinya harus dilaksanakan balasan yang setimpal atau seimbang

dengan nilai yang dilakukan pembunuh, apabila hukuman itu tidak dapat

dilakukan atas dasar alasan tertentu maka dapat diganti dengan hukuman diyat

yaitu membayar denda dari perbuatan pembunuhan dengan persetujuan ahli waris

dari korban.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan tentang Jarimah,

Qisas dan Diyat serta pokok-pokok yang penting di dalamnya ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami tentang Jarimah, Qisas dan Diyat serta

pokok-pokok yang penting di dalamnya.

2

Page 6: Jarimah Qisas Atau Diyat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Pengertian Jarimah

Di dalam hukum pidana islam ada dua kata ynag mempunyai makna yang

hampir sama namun sesungguhnya berbeda yaitu kata jinayah dan jarimah.

Menurut pengertian yang penulis pahami, jinayah adalah delik yang berkaitan

dengan perlukaan terhadap anggota tubuh sedangkan jarimah adalah semua tindak

kejahatan. Dalam Al Qur’an istilah yang digunakan untuk tindak pidana adalah

jarimah dan bukan jinayah.

Pengertian jarimah yang dikemukakan oleh Imam Al Mawardi adalah:

تعزير او بحد عنها تعالى الله زجر شرئية محظورات الجرائم

“Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang

diancam oleh Allah dengan hukuman had dan ta’zir”

2. Pengertian Qishash

Kata kisas (qishâsh) yang dalam bahasa Arab secara ”قصاص“ bahasa

memiliki arti “mengikuti jejaknya/kesannya” ( األثر (تتبع seperti “ األثر ”قصصت

berarti: “aku mengikuti jejaknya” (تتبعته). Akan tetapi, menurut al-Fayûmî kata

kisas lebih sering dimaknai dengan menghukum pembunuh dengan membunuh,

mencederakan pencedera, memotong tangan orang yang memotong tangan.3

Secara istilah kata kisas memiliki arti: “ م�ا �ل� م�ث �ي ان �ج� ال �ف�اع�ل� �ال ب �ف�ع�ل� ي �ن� أ �ق�ص�اص� ال

berarti: “Kisas adalah diperlakukan pada yang melakukan jinayah seperti ”ف�ع�ل�

apa ia lakukan”.4

Qishash berasal dari kata “qaseha” yang artinya dia memutuskan atau dia

mengikuti jejak buruannya, dan karenanya ia bermakna sebagai hukum balas

(yang adil) atau pembalasan yang sama atas pembunuhan yang telah dilakukan.

Pengertian tersebut digunakan untuk arti hukuman, karena orang yang berhak atas

3 Ahmad bin Muhammad bin ‘Alî al-Fayûmî, al-Mishbâh al-Munîr fî Gharîb al-Syarh al-

Kabîr (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.t.), 505.4

Wuzârat al-Awqâf wa al-Syu’ûn al-Islâmiyyah bi al-Kuwait, Al-Mausû'ât al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzârat al-Awqâf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol. 33, 259.

3

Page 7: Jarimah Qisas Atau Diyat

qishash mengikuti dan menelusuri tindak pidana pelaku. Qishash juga diartikan

keseimbangan dan kesepadanan. Sehingga qishash dapat diartikan memberikan

balasan kepada pelaku kejahatan sesuai dengan kejahatan yang telah diperbuatnya

itu.

3. Pengertian Diyat

Hukuman qishash untuk pembunuhan sengaja adalah hukuman pokok.

Apabila hukuman tersebut tidak dapat dijalankan, karena sebab-sebab yang

dibenarkan oleh syara’ maka hukuman penggantinya adalah hukuman diyat untuk

qishash.

Kata Ad Diyat dengan tanpa tasydid “ya” adalah jamak dari kata “diyah”

asal kata diyah itu adalah widyun dengan kasrah “waw”, masdar dari kata “wada”

misalnya dalam kalimat “wadal Qatila yadi-hi” apabila diberikan dendanya

kepada walinya. Kata “widyun” dibuang fa’ul kalimat lalu diganti “ta” ta’nits

sehingga menjadi diyah. Diyat adalah harta benda yang wajib ditunaikan oleh

sebab tindak kejahatan, kemudian diberikan pada si korban kejahatan atau

walinya.

B. Dasar Hukum Qishash dan Diyat

1. Dasar Hukum Qishash

Para ulama’ dalam hal ini mengambil rujukan untuk menyandarkan hukum

qishash. Sebagaimana dalam firman Allah SWT antara lain:

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang

merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa

yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya hendaklah (yang memaafkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar

diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu

adalah suatu keringanan dari tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang

melampaui batas sesudah itu, baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. Al

Baqarah: 178)

4

Page 8: Jarimah Qisas Atau Diyat

Dalam ayat ini, islam telah mengurangi kengerian. Pembalasan dendam

yang yang berkesumat dan bahkan lebih. Kesamaan dalam pembalasan ditetapkan

dengan rasa keadilan yang ketat, tetapi ini memberikan kesempatan jelas bagi

perdamaian dan kemampuan.

Menurut ayat ini bahwa masalah balas bunuh itu ada beberapa macam :

a. Seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang laki-laki merdeka, maka

wajib dia dibunuh

b. Seorang hamba jika membunuh seorang hamba maka wajib dia dibunuh

c. Seorang perempuan merdeka jika dia membunuh seorang perempuan

merdeka maka wajib dai dibunuh

d. Seorang hamba jika membunuh seorang merdeka, maka wajib dia dibunuh

serta tuannya wajib memberi diyat kepada waris orang merdeka yang

terbunuh itu

e. Seorang merdeka jika membunuh seorang hamba, maka wajib dia dibunuh

tetapi tuan dari si hamba harus membayar diyat kepada waris si merdeka yang

dibalas bunuh itu

f. Seorang perempuan jika membunuh seorang laki-laki merdeka, maka wajib

dia dibunuh serta waris si wanita itu wajib membayar diyat kepada waris si

laki-laki yang terbunuh itu

g. seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang perempuan, maka dia

wajib dibunuh, tetapi waris si perempuan itu wajib memberi diyat kepada

waris si laki-laki yang di balas bunuh itu

Barang siapa mendapatkan sebagian pengampunan dari pihak waris si mati

maka lepas dia dari hukum balas bunuh. Tetapi dia wajib menyerahkan diyat

kepada ahli waris si mati. Karena itu merupakan satu kelonggaran dan rahmat dari

Allah. Sehingga jika melanggar batas (melakukan pembunuhan lagi) maka

niscaya akan mendapat siksa yang pedih di akhirat.

“Dan tentang (menjalankan hukuman) qishash itu ada (keselamatan)

nyawa buat kamu, hai orang-orang yang mempunyai fikiran. Supaya kamu

terpelihara (dari pada kejahatan)”

5

Page 9: Jarimah Qisas Atau Diyat

Allah memberikan hukuman yang berat untuk menjaga keselamatan dan

ketentraman umum. Memang hukuman terhadap orang salah terutama adalah

untuk menakut-nakuti masyarakat, agar jangan terjadi lagi perbuatan seperti itu.

Hal inilah salah satu bukti bahwa kecintaan dan keadilan Allah dalam mejaga

umat manusia agar dapat hidup rukun dan sejahtera. Sehingga semua hal yang

kelihatannya menakutkan bukan berarti itu akan merusak peradaan manusia.

“Dan kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya At Taurat)

bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan

hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada

qishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishash) nya maka melepaskan

hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara

menurut apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang zalim” (QS

Al-Maidah:45)

Sedangkan hadist nabi yang digunakan sebagai rujukan sebagai dasar

hukum jarimah qishash adalah dari Ibnu Mas’ud ia berkata: telah bersabda

rasullulah saw: “tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada

tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya saya rasullulah, kecuali dengan salah

satu dari tiga perkara: duda yang berzina(zina muhshan), membunuh jiwa, dan

orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari jama’ah.”

Muttafaqun alaih

2. Dasar Hukum Diyat

Untuk dasar hukum dari diyat kita dapat menyimak sebagaimana yang

telah difirmankan Allah dalam surat An Nisa’ ayat 92

“...... dan barang siapa membunuh orang mukmin dengan tiak sengaja,

maka hendaklah dia memerdekakan seorang hamba yang mukmin (kafarat) serta

membayar denda (diyat) kepada keluarga yang telah terbunuh kecuali jika

mereka (keluarga si terbunuh) bersedekah.” (QS An Nisa’: 92)

C. Pandangan dalam Perspektif Syariat Islam

Perbuatan membunuh orang adalah sebesar-besar dosa selain ingkar, maka

oleh karena kejinya perbuatan ini, juga untuk menjaga keselamatan dan

6

Page 10: Jarimah Qisas Atau Diyat

ketentraman umum. Allah yang maha Adil dan Mengetahui memberikan balasan

yang layak (setimpal) dengan kesalahan yang besar itu, yaitu hukum berat di

dunia atau dimasukkan ke dalam neraka nanti di akhirat

Dalam firman Allah yang tercantum dalam Al Qur’an

“Barang siapa membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka

balasannya adalah neraka jahanam, kekal ia didalamnya, Allah murka

kepadanya, serta dikutukiNya dan disediakan-Nya siksa yang berat”. (QS An

Nisa’: 93)

Selain itu juga dijelaskan dalam surat Al Baqarah: “Hai orang orang yang

beriman, diwajibkan atas kamu melakukan qishash (balasan yang sama dengan

perbuatan) sebab membunuh orang” (QS Al Baqarah: 178)

Bagi orang yang membunuh tergantung tiga macam hak terhadapnya yaitu hak

Allah, hak ahli waris dan hak yang telah dibunuh. Apabila dia tobat dan

menyerahkan dirinya kepada ahli waris (keluarga yang dibunuh) maka ia terlepas

dari hak Allah dan hak ahli waris

D. Macam-macam Qishash

Maksud dari macam-macam kisas dan diyat adalah jenis-jenis dari

kejahatan atau pidana yang dihukum dengan cara kisas atau diyat. Seorang ulama

kontemporer yaitu Syaikh ‘Abd al-Qâdir ‘Audah menjelaskan secara global ada 5

jenis kejahatan yang masuk di dalam akibat hukum kisas atau diyat.

Lima kejahatan tersebut adalah 1) Pembunuhan sengaja ( العمد (2 ;(القتل

Pembunuhan yang menyamai sengaja ( العمد شبه ;(القتل 3) Pembunuhan yang

tidak sengaja ( الخطأ ;(القتل 4) Pencederaan sengaja ( العمد ;(الجرح 5)

Pencederaan yang tidak sengaja ( الخطJأ Pengertian pembunuhan adalah 5.(الجJرح

sebuah pekerjaan yang melenyapkan nyawa yaitu pembunuh jiwa.6 Pengertian

lainnya adalah sebuah pekerjaan hamba yang menyebabkan hilangnya nyawa.7

5 Abd al-Qâdir ‘Audah, al-Tasyrî’ al-Janâ`î al-`Islâmî (Beirut: Mu’assasah al-Risâlah,

1992), vol. 1, 663.6 Muhammad al-Syirbînî al-Khathîb, Mughnî al-Muhtâj (Beirut: Dâr al-Kutub

al-‘Ilmiyyah, t.t.), vol. 5, 211.7

7

Page 11: Jarimah Qisas Atau Diyat

Syaikh ‘Abd al-Qâdir ‘Audah menjelaskan bahwa pembunuhan itu adalah

melenyapkan ruh anak Adam dengan perbuatan anak Adam yang lain.8

Dalam pelanggaran pembunuhan yang dilarang dapat dibagi menjadi

beberapa bagian:

1. Menurut Imam Malik, pembunuhan dibagi menjadi dua:

Pembunuhan sengaja

Pembunuhan karena kesalahan

2. Menurut Jumhur Fuqaha, pembunuhan dibagi menjadi tiga

Pembunuhan sengaja

Pembunuhan menyerupai sengaja

Pembunuhan karena kesalahan

Sedangkan pembunuhan menurut fuqaha yang digariskan ada dua macam

bila dipandang melalui unsur-unsur pembunuhannya:

1. Pembunuhan yang dilarang, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan

melawan hukum

2. Pembunuhan dengan hak, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan tidak

melawan hukum seperti membunuh orang murtad, atau pembunuhan yang

dilakukan oleh algojo yang diberi tugas melakukan hukuman mati, seperti

hukuman potong leher (pancung).

Pada kasus pembunuhan yang disengaja, pembunuh wajib di qishash

kecuali jika dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat

(denda) atau dimaafkan sama sekali.

Sedangkan pembunuhan yang menyerupai (seperti disengaja) seperti

sengaja memukul orang tetapi dengan alat yang tidak mematikan, kemudian orang

tersebut mati karena pukulan tersebut. Dalam hal ini tidak wajib qishash hanya

mewajibkan membayar diyat (denda) yang berat atas keluarga yang membunuh,

diangsur dalm tiga tahun.

Kamâl al-Dîn bin ‘Abd al-Wâhid `ibn al-Himâm, Fath al-Qadîr (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), vol. 10, 203.

8 Abd al-Qâdir ‘Audah, al-Tasyrî’ al-Janâ`î, vol. 2, 6.

8

Page 12: Jarimah Qisas Atau Diyat

Pada pembunuhan karena tidak sengaja misalnya seseorang melontarkan

sesuatu barang yang tidak disangka akan kena orang lain sehingga menyebabkan

orang itu mati. Hukum pembunuhan initidak wajib qishash, hanya wajib

membayar denda (diyat) yang ringan.

Dalam kejahatan badan yang serius atau perlukaan permanen terhadap

seseorang ini juga telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 45

bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan

hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada

qishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishash)nya maka melepaskan

hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.

Dalam tindak kejahatan terhadap anggota badan ini (selain jiwa) dapat

dikasifikasikan menjadi beberapa bagian:

1. Penganiayaan terhadap anggota badan atau semacamnya

Tindakan perusakan terhadap anggota badan dan anggota lain yang

disetarakan dengan anggota badan baik berupa pemotongan atau perlukaan.

2. Menghilangkan manfaat anggota badan sedangkan jenisnya masih tetap utuh.

Tindakan yang merusak dari manfaat anggota badan, sedangkan jenis anggota

badannya masih utuh. Yang termasuk dalam golongan ini adalah

menghilangkan daya pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan lidah,

kemampuan berbicara, bersetubuh dan lain-lain

3. Asy-Syajjaj. Perlukaan khusus pada bagian muka dan kepala

4. Al-Jirah. Perlukaan terhadap anggota badan selain wajah, kepada dan athraf

5. Tindakan selain yang tersebut di atas. Yang termasuk dalam golongan ini

adalah setiap tindakan pelanggaran yang tidak sampai merusak athraf atau

menghilangkan manfaatnya, dan tidak pula menimbulkanluka. Sebagai contoh

dapat dikemukakan, seperti pemukulan pada bagian muka atau bagian badan

tetapi tidak sampai menimbulkan luka melainkan hanya memar, muka merah

atau terasa sakit.

E. Hukuman Qishash Dapat Diganti Dengan Diyat

9

Page 13: Jarimah Qisas Atau Diyat

Diyat dalam pembunuhan yang disengaja merupakan bukan hukuman

pokok, melainkan hukuman pengganti dari qishash jika qishash tidak dapat

dilaksanakan atau dihapuskan dengan sebab-sebab tertentu, misalnya karena hal

tersebut dikehendaki oleh ahli waris yang terbunuh. Jenis hukuman yang dibayar

dengan diyat menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik ada tiga, yaitu 100

ekor unta, 1000 dinar dalam emas atau 12 ribu dirham dalam perak. Sedangkan

menurut Imam Syafi’i dan qoul qodim sama dengan pendapat Imam Abu hanifah

dan Imam Malik. Namun dalam qoul Jadid yang merupakan diyat adalah unta

saja, sementara emas dan perak hanyalah diqiyaskan pada harga pasaran unta

tersebut.

Adapun para pengikut mazhab Hanafi mengatakan, bahwa diyat bisa

diperpanjang waktu pembayarannya dalam masa tiga tahun, hal ini diperlakukan

untuk pembunuhan selain bermotivasi sengaja.

Hukuman pembunuh dapat dilihat pada proses pembunuhan yang

dilakukan, maka ulama’ fuqaha berpendapat serta diyat yang harus dikeluarkan

adalah sebagai berikut:

1. Pembunuhan dengan sengaja

Diyat (denda) yang harus dikeluarkan oleh pembunuh ini, menurut para

pakarfiqh dapat dibagi menjadi empat :

a. 25 ekor unta jantan yang berumur 2 tahun

b. 25 ekor unta betina yang berumur 3 tahun

c. 25 ekor unta jantan yang berumur 1 tahun

d. 25 ekor unta betina yang berumur 2 tahun

Hal diatas adalah menurut versi kitab al Mughni oleh Abi Muhammad bin

Ahmad juz VII, sedang dalam kitab Bulughul maram disitu ditambahkan dengan

jumlah yang sama, namun unta jantan yang berumur empat tahun.

2. Pembunuhan menyerupai sengaja

Diyat yang harus dikeluarkan oleh orang yang melakukan pembunuhan ini

sama dengan sengaja namun dalam tiap tahunnya membaya sepertiga unta

dalam waktu tiga tahun

3. Pembunuhan karena kesalahan

10

Page 14: Jarimah Qisas Atau Diyat

Diyat yang harus dikeluarkan disini dapat dibagi dalam tiga tahun

a. 20 ekor unta betina yang berumur 2 tahun

b. 20 ekor unta jantan yang berumur 2 tahun

c. 20 ekor unta betina yang berumur 3 tahun

d. 20 ekor unta jantan yang berumur 3 tahun

Diyat untuk selain jiwa juga dibeda-bedakan. Bilamana seseorang merusak

anggota tubuh tunggal atau yang berpasangan, maka ia wajib membayar diyat

sepenuhnya. Jika merusak salah satu anggota tubyh tang berpasangan maka

membayar diyat setengah. Hal ini juga berlaku pada tiap ruas jari yang diyatnya

adalah pertigapuluh tiap ruas jari.

Diyat merusak manfaat anggota tubuh juga berbeda-beda sesuai dengan

anggota tubuh tunggal atau anggota tubuh berpasangan seperti halnya diyat organ

tubuh di atas.

Untuk diyat seorang wanita adalah setengah dari diyat seorang laki-laki.

Sedangakan diyat untuk janin yang mati dalam kandungan karena tindakan

kejahatan yang menimpa ibunya, baik secara sengaja maupun kesalahan, dan

ibunya tidak mati maka wajib diyat baginya. Bila janinnya laki-laki maka

diyatnya adalah seratus ekor unta dan bila perempuan diyatnya lima ratus ekor

unta.

BAB III

11

Page 15: Jarimah Qisas Atau Diyat

PENUTUP

A. Kesimpulan

Qishash adalah hukuman atau pembalasan sepadan yang diberikan kepada

tindak pidana yang diperbuat. Sedangkan diyat adalah pemberian suatu harta

benda dengan ketentuan tertentu yang diberikan kepada pihak ahli waris orang

yang telah teraniaya sebagai ganti atas qishash yang telah ditangguhkan karena

sebab yang diperbolehkan syara’.

Qishash dalam pembagiannya dapat dibedakan menjadi:

1. Pembunuhan

2. Pembunuhan serupa dengan pembunuhan disengaja

3. Pembunuhan tidak sengaja

4. Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan sengaja

5. Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan tidak sengaja

Sedangkan pembagian diyat di bagi menjadi dua yaitu:

1. Diyat ringan

2. Diyat berat

B. Saran

Setiap kejahatan memiliki sanksi yang mesti dijalankan, agama telah

mengatur setiap aspek kejadian yang bisa merugikan seseorang atau beberapa

orang, oleh karena itu kejadian kejahatan sebaiknya harus bisa ditetapkan dengan

pembuktian agar tidak merugikan atau ada yang memanfaatkan dari suatu

kejadian.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 16: Jarimah Qisas Atau Diyat

Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali al-Fayumi, al-Mishbah al-Munir fî Gharîb al-Syarh al-Kabîr (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.t.),

Wuzârat al-Awqâf wa al-Syu’ûn al-Islâmiyyah bi al-Kuwait, Al-Mausû'ât al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzârat al-Awqâf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol. 33

Abd al-Qâdir ‘Audah, al-Tasyrî’ al-Janâ`î al-`Islâmî (Beirut: Mu’assasah al-Risâlah, 1992), vol. 1

Muhammad al-Syirbînî al-Khathîb, Mughnî al-Muhtâj (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), vol. 5

Kamâl al-Dîn bin ‘Abd al-Wâhid `ibn al-Himâm, Fath al-Qadîr (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), vol. 10

Sayyid Sabiq, Fiqhussunah, juz III, Beirut: Dar al-Fikr, 1997

http:// www .islamcendekia.com/

13