KAJIAN TEORI bhp2.docx

download KAJIAN TEORI bhp2.docx

of 3

Transcript of KAJIAN TEORI bhp2.docx

KAJIAN TEORI: BIOETIKA DAN HUMANIORABioethics (bioetika) berasal dari kata bio yang berarti hidup/kehidupan/makhluk hidup dan ethics yang berarti perilaku yang bermoral. Berdasarkan Prof. Wila Ch. S., Bioetika sendiri adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan (makhluk hidup) yang dihubungkan dengan perilaku yang bermoral atau beretika. Ilmu-ilmu pada bidang bio ini tidak hanya terbatas pada biologi (ilmu pengetahuan tentang kehidupan manusia, flora, dan fauna), bioteknologi (ilmu yang mengaplikasikan perkembangan teknologi pada makhluk hidup)Humaniora (humanior) diambil dari kata humanity. Berdasarkan Peter Salim, humanity berarti sifat-sifat manusia yaitu perlakuan yang berperikemanusiaan dan penuh belas kasihan. Berdasarkan K. Prent, istilah humana (orum), berarti yang pantas bagi manusia; berperikemanusiaan; berbudi; bijaksana; beradab; terpelajar; sopan; jenaka; ramah. Menurut Ensiklopedia Bahasa Indonesia, humaniora berarti ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi/membuat manusia lebih berbudaya, meliputi teologika, filsafat, ilmu hukum, ilmu sejarah, filologi, ilmu bahasa, kesusastraan, dan ilmu kesenian.Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional. Keberadaannya dalam kehidupan bangsa dan negara berperan penting melalui penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 20 Ayat 2). Berdasarkan Direktorat Perguruan Tinggi, yang mewajibkan terselenggaranya Tri Dharma Perguruan tinggi, dimana yang didasarkan kepada semangat pelaksanaan otonomi perguruan tinggi, yakni otonomi keilmuan yang melekat pada dosen dan otonomi pengelolaan keuangan yang melekat pada pengelola perguruan tinggi. Dosen secara individual memiliki kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik. Sementara itu, setiap mahasiswa memiliki kebebasan akademik. Otonomi keilmuan merupakan prinsip dasar bagi sivitas akademika untuk dipelihara dan dikembangkan dengan berpedoman kepada kaidah dan etika ilmiah. Oleh karena itu, setiap anggota sivitas akademika baik secara perseorangan maupun bersama-sama memiliki hak dan tanggung jawab untuk mengemban dan melaksanakan otonominya itu, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam penyelenggaraan penelitian, ilmu dipandang sebagai proses. Ilmu dikembangkan melalui cara kerja ilmiah sesuai dengan pendekatan dan model penelitian yang digunakan. Hasil penelitian dialihkan dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama dalam kegiatan pembelajaran. Dosen akan mengalihkan bahan pengajaran berdasarkan hasil penelitian. Sementara itu, mahasiswa akan memperoleh unsur-unsur ilmu yang segar dan mutakhir. Hasil penelitian tersebut diuji kembali dalam penyelenggaraan penelitian berikutnya secara terus menerus dan berkesinambungan. Di samping itu, penelitian dapat dijadikan sebagai cara kerja untuk memecahkan masalah kemasyarakatan secara ilmiah. Cara pemecahan masalah yang demikian tentu saja sangat tergantung kepada karakteristik dan daya ampuh masing-masing disiplin atau bidang ilmu. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner atau pendekatan multidisipliner. Dengan cara demikian, substansi disiplin atau bidang ilmu akan berkembang, karena pada dasarnya ilmu merupakan deskripsi, eksplanasi, dan prediksi tentang kehidupan dalam arti yang luas, mencakup gejala alamiah, gejala sosial, dan gejala budaya, sebagai buku besar yang penuh dengan pertanda dan misteri.Berdasarkan Kode Etik Kedokteran (Kodeki) dan bahkan Hukum Positif yang mengamanatkan bahwa selama seorang dokter melakukan praktik profesionalnya, dokter tersebut senantiasa harus menambah/meningkatkan ilmu pegetahuannya di bidang kedokteran {vide: Ps 6 Kodeki (2012), Ps 27/2 UUKes, Ps 51 e. UUPK. Peningkatan pengetahuan tersebut di dapat dengan berbagai cara diantaranya dengan melakukan penelitian yang dapat dimulai sejak dibangku kuliah Fakultas Kedokteran sampai dengan proses pembuatan skripsi, dan dikembangkan kembali setelah resmi menjadi seorang dokter. Objek penelitian tersebut dapat berupa benda mati, benda hidup baik hewan maupun manusia tetapi dengan melalui prosedur yang dibenarkan oleh etika dan peraturan hokum, serta tidak melanggar Hak Asasi Manusia.Dalam bioetika, ada beberapa pokok bahasan diantaranya:a. Penelitian Biomedis, etik penelitian pada: manusia, masyarakat, dan hewan percobaan,b. Eutanasia,c. Transplantasi organ,d. Implan,e. Bedah plastik dan Rekonstruksi,f. Transfusi darah,g. Abortus,h. Rekayasa genetik dan Teknologi reproduksi buatan,i. Kesehatan jiwa,j. Pengobatan Tradisional.Penelitian Biomedis ini merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan dengan langkah-langkah ilmiah berupa perumusan masalah, mengumpulkan data, analisis teori dimana beberapa fakta yang diatur sedemikian rupa dan dapat menjelaskan fenomena yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian biomedis ini harus dilakukan oleh orang yang memang sudah kompeten di bidangnya. Para peneliti harus kompeten dan protokol penelitian harus dirancang dengan sebaik-baiknya, harus peka dan dapat menghayati masalah etika sehingga keamanan subyek penelitian dapat terjamin, serta harus sadar betul agar penelitian dilakukan sesuai dengan norma-norma etik.Penelitian biomedis ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus di lakukan sebelum akhirnya dapat diambil sebuah keputusan, yaitu:1) Persiapan: perlu adanya ethical clearance yang dikeluarkan oleh komite/panitia etik,2) Pengumpulan data: perlunya informed consent bila menggunakan manusia sebagai subjek penelitian,3) Pengolahan data,4) Penulisan hasil penelitian: penghargaan kepada peneliti utama, pembantu peneliti, sumber penelitian yang terdahulu, dsb. Perlu diingat bahwa subjek penelitian tidak selalu orang yang sakit.