KATA PENGANTAR -...
Transcript of KATA PENGANTAR -...
KATA PENGANTAR
Segala Puja dan Puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam, atas limpahan
rahmat, hidayat, karunia, serta inayah-Nya kepada semua makhluk tanpa ada
perbedaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Rasul
pilihan, Nabi besar Muhammad saw, berkat perjuangan beliau menenggelamkan
kegelapan demi menumbuhkan pancaran Ilahi, sehingga kedamaian cinta dan
kasih sayang dapat tersebar keseluruh penjuru dunia.
Selain itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak
yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada :
1. Bapak Dr. Bustamin, M.A, selaku ketua Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Rifqi Muhammad Fathi, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Tafsir-Hadis
Fakultas Ushuluddin Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibunda Dr.Faizah Ali Sibromalisi. M.A. yang telah membimbing penulis
dengan penuh kesabaran dan ketelitian, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik penulis berharap mendapatkan
keberkahan dari ilmu yang telah diberikan beliau kepada penulis amin.
4. Bapak Eva Nugraha M.A. Selaku dosen penasehat Akademik yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin yang telah mencurahkan
ilmunya kepada penulis yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu
persatu namun tidak mengurangi hormat penulis kepada beliau.
iii
6. Segenap keluarga, ibu Dimroh serta ayah H. Muhammad Nur, kakak-kakak
tercinta dan kedua adik penulis (Nurlela dan Ahmad Fitroh) yang selalu
menghibur penulis dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. keponakan-keponakan yang selalu menghibur dengan canda tawa sehingga
penulis selalu merasakan ketenangan dan kebahagiaan, meskipun tidak
penulis sebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi rasa cinta
dan sayang penulis kepada mereka,.
8. Kawan-kawan seperjuangan THB: Itoh zalianty, nenenk, B’dah el-sarkam,
andre.., U’vah, Layli, Venti, Faizah, K’fai, Ghoffar, Salman, Asep, Labib,
Haris, Alvin, fitroh, Amar, syarif, Rosyid, teman-teman KKS 08 : Sie,
Mba’ lel, Ika, Eka, Ainul, Sensi, Indra2, Zulfan, Asif, Syahru, Aqiq, Rudi.
Walaupun skripsi ini telah mendapat dukungan serta bimbingan yang cukup
banyak dari berbagai pihak, namun kekurangan tidak mustahil masih akan
ditemukan. Penulis secara pribadi bertanggungjawab sepenuhnya terhadap segala
kekurangan itu semua.
Demikianlah ucapan terima kasih penulis sampaikan teriring do’a
“Jazakumullah ahsanal Jaza’. Semoga Allah memberikan ganjaran yang setimpal
atas segal amal baiknya.
Jakarta, 1, juni 2010
Penulis
Lili nurlia
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
Pedoman Transliterasi................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 6
C. Kajian Pustaka ......................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7
E. Metodologi Penelitian ............................................................. 7
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 8
BAB II SEKILAS TENTANG TAFSIR IBNU KATSIR DAN
SURAT AL-MULK:
A. Tafsir Ibnu Katsir .............. ..................................................... 10
1. Riwayat hidup Ibn Katsir ................................................ 10
2. Karakteristik Tafsir Ibn Katsir......................................... 11
a. Metodologi Tafsir Ibn Katsir .................................... 11
b. Corak Tafsir Ibn Katsir ............................................ 13
c. Sistematika Tafsir Ibn Katsir .................................. 13
d. Sumber Tafsir Ibn Katsir ......................................... 13
3. Karya-karya Ibn Katsir ................................................... 15
B. Sekilas Surat al-Mulk ............................................................. 16
v
1. Nama-nama Lain dari Surat al-Mulk................................ 16
2. Jumlah Ayat...................................................................... 16
3. Makiyah/Madaniah .......................................................... 16
4. Tujuan Sûrat al-Mulk....................................................... 21
BAB III. RIWAYAT DALAM SURAT AL-MULK DAN TAKHRIJNYA
A. Keutamaan Sûrat al-Mulk Menurut Pendapat Ulama dan
Takhrij .................................................................................. 25
B. Riwayat-riwayat dan Takhrijnya: .......................................... 35
1. Derajat Kesahihan Sanad Hadis ........................................ 35
a. Hadis I . ...................................................................... 35
b. Hadis II ...................................................................... 42
c. Hadis III ..................................................................... 44
d. Hadis IV ..................................................................... 48
e. Hadis V ....................................................................... 51
f. Hadis VI ..................................................................... 53
g. Hadis VII ................................................................... 58
2. Hikmah Adanya Fado’il .................................................... 66
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................... ..................................................... 69
B. Saran-saran ............................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... . 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKEMA................................................. ............ 74
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan Tidak dilambangkan ا B be ب T te ت Ts Te dan es ث J je جH ح h dengan garis bawah
Kh Ka dan ha خ D de د Dz De dan zet ذ R er ر Z zet ز S es س Sy Es dan ye شS ص es dengan garis di bawah
D ض de dengan garis di bawah
T te dengan garis di bawah طZ ظ zet dengan garis di bawah
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع Gh Ge dan ha غ F ef ف Q ki ق K ka ك L el ل M em م N en ن W we و H ha هـ apostrof ' ء Y ye ي
vii
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monofrog atau vokal rangkap diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
____ A fathah
------ I kasrah
____ U dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ____ ي
Au a dan u ____ و
Vokal panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
 a dengan topi di atas ــا
Î i dengan topi di atas ــي
Û u dengan topi di atas ــو
viii
ix
Kata sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
Untuk pedoman transliterasi, yang digunakan adalah pedoman transliterasi
CeQDa tahun 2007.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah swt menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
menyampaikan jalan termudah dan terbaik untuk menuntun kehidupan manusia.
Ayat-ayatnya memberikan kabar gembira bagi umat Islam bahwa sesunguhnya
Islam mudah diterapkan, al-Qur’an berisi nasihat yang sangat jelas untuk segala
zaman dan budaya. Namun demikian, masih terdapat orang-orang yang mengacu
pada sumber-sumber yang tidak dapat diandalkan, tidak memilih al-Qur’an,
membuat mereka salah memahami bahwa Islam adalah agama yang sulit. Alasan
utama dari sikap mereka tersebut adalah pengetahuan mereka yang tidak lengkap
tentang Islam.1 Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia dari jalan kesesatan
kepada jalan yang terang, jalan itu adalah jalan yang diperintahkan Allah kepada
manusia 2
Pernyataan al-Qur’an di atas bersifat jelas, tegas dan umum. Sifat umum
petunjuk al-Qur’an tidak dikaitkan dengan kondisi, keadaan ataupun pada bidang
tertentu. Sebab petunjuk al-Qur’an berlaku dalam semua keadaan, waktu, tempat,
dan dalam semua bidang, baik akidah, akhlak, ekonomi, politik, budaya, maupun
sosial. Tegasnya, al-Qur’an adalah petunjuk terbaik bagi manusia, dalam segala
gerak dan diamnya petunjuk terbaik ialah petunjuk yang paling lurus, sempurna,
agung, adil, dan sesuai dengan segala kehidupan manusia untuk kepentingannya
1Harun Yahya, .Memilih al-Qur’an Sebagai Pembimbing ( Surabaya:Risalah Gusti ,
2004), cet,1.hal.60. 2 QS Al-Isra, 17:9, hal. 425.
1
2
di dunia dan di akhirat. Di dalam bidang akidah, petunjuk al-Qur’an merupakan
yang paling bermanfaat dan terbaik untuk menghidupkan, mengembangkan, dan
menyembuhkan jiwa manusia. Akidah yang dicanangkannya, antara lain,
memberikan kekuatan bagi jiwa manusia, sehingga manusia tidak merasa
derajatnya lebih rendah ketika berhadapan dengan manusia.3 Bahwa manusia di
ciptakan Allah dari sari pati tanah yang kemudian melalui berbagai proses jadilah
berbentuk manusia yang di mata Allah sama.4
Pada orang-orang yang menjalankan ajaran Islam sebenarnya nampak
pancaran keimanan dari wajahnya, di samping itu ia bersikap tenang, tentram, dan
tidak menunjukkan kegelisahan dalam dirinya, sebaliknya akan terlihat wajah
orang yang tidak menjalankan ajaran Islam sesungguhnya dengan wajah yang
resah karena hatinya tidak tentram dan selalu menunjukan sikap tidak puas dengan
nikmat yang telah di berikan oleh Allah. Dalam kehidupan di dunia ini pasti kita
menemukan ciri kedua orang tersebut. Kemudian kita dapat merasakan betapa
manisnya jika ketenangan dan ketentraman jiwa itu dapat dimiliki sebaliknya
betapa gelisahnya jika kegoncangan jiwa itu menempuh kehidupan umat Islam,
kedamaian dan ketentraman jiwa itu lebih bermakna dari segala-galanya. Untuk
mencapai tingkat kedamaian jiwa itu hanya Islam yang mampu membimbing
manusia5. Kedamaian dan ketentraman jiwa itu akan membuat diri umat Islam
tenang dalam beribadah kepada Allah karena dengan sering mengingat Allah,
3Abd Rahman Dahlan,Kaidah-kaidah Penafsiran Al-qur’an (Bandung: Mizan,1998),
cet.1. hal.297. 4 QS.Al-Ankabut, 29:45, hal. 635. 5Muhammad Isa Selamat. Penawar Jiwa dan Pikiran (Jakarta:Kalam Mulia, 2001),
cet,1.hal.149.
3
membaca ayat al-Qur’an hati umat Islam menjadi tentram dan merasakan
kedamaian dalam menjalani kehidupan ini (QS. Ar-Ra’ad, 13:28, hal.373.)
Setiap manusia terlahir dan tumbuh dewasa karena kehendak Allah dan
membutuhkan perlindungannya pada setiap tahap kehidupannya. Allah adalah
satu-satunya pelindung, penuntun dan penyokong hidup manusia. Dialah yang
maha hidup, pencipta segalanya, Allah pencipta alam semesta dan seluruh
makhluk, yang bernyawa dan tidak bernyawa, telah menurunkan al-Qur’an
sebagai rahmat bagi umat manusia. Namun sejumlah orang membuat beragam
alasan untuk dapat hidup tanpa nilai-nilai al-Qur’an. Salah satunya adalah
pemikiran yang salah bahwa nilai moral Islam akan membatasi cara hidup yang
mereka jalani. Ini adalah tipu daya belaka, karena masyarakat tidak mengikuti
nilai moral dalam al-Qur’an akan menemui penderitaan besar, kesulitan, serta
pengekangan, sedangkan nilai-nilai moral al-Qur’an memberikan kehidupan yang
penuh ketenangan, kedamaian, dan keamanan. Satu-satunya patokan seorang
muslim menyandarkan hidupnya adalah al-Qur’an dan sunah Rasulullah saw.
maka mereka menaati dengan cermat perintah-perintah Allah, hanya takut pada
Allah, hanya meminta pertolongannya dan tidak pernah merasa takut, panik
ataupun menderita hingga akhir hidupnya. Mereka tidak takut disalahkan oleh
siapa pun ketika menghadapi kejadian yang tidak diinginkan, mereka selalu
bertindak mengikuti al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Mereka selalu
menunjukkan akhlak yang sama, baik disaat sulit dan menghadapi masalah,
ataupun mereka mendapat limpahan rahmat karena mereka sadar bahwa hanya
Allah yang mengaruniakan rahmat ataupun keterbatasan pada mereka, karena
4
Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hambanya dan hambanya sadar bahwa
Allah memberikan kesulitan agar manusia menjadi lebih baik.7 Al-Qur’an adalah
penawar bagi orang-orang muslim dan bagi orang yang tidak beriman seperti di
kuping mereka ada sumbatan oleh karena itu mereka tidak mendengarkan.8
Al-Quran mempersembahkan fakta-fakta tertentu dan juga banyak hal
termasuk juga informasi paling akurat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw, karena itu mereka mengambil al-Quran dan as-Sunnah sebagai tuntunan
tunggal hidupnya berarti dituntun kepada rahmat Allah. Sifat al-Qur’an di jelaskan
sebagai berikut:
⌧
☺ ☺
⌧ )) QS. Al-Isra’: 9(
“Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Mereka menggunakan al-Qur’an serta cara hidup Rasulullah saw sebagai
tuntunan hidup, memiliki gaya hidup yang jauh berbeda dengan orang yang tidak
menggunakannya. Sebagai contoh, mereka tidak merasa putus asa, gelisah,
kehilangan harapan, sedih, serta tidak merasa tersiksa ketika mendapat masalah
ataupun panik ketika menghadapi keadaan yang tidak diinginkan, karena al-
Qur’an dan sunnah Rasulullah selalu menuntun mereka setiap waktu.9
6Harun Yahya, Memilih al-Qur’an Sebagai Pembimbing (Surabaya:Risalah Gusti, 2004),
cet,1.hal.68. 7QS. 41:44, hal 779. 8 Harun Yahya, Memilih al-Qur’an Sebagai Pembimbing, hal.36
5
Al-Quran sebagai kitab suci adalah merupakan pegangan hidup untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, juga sebagai sumber
hukum Islam yang pokok dan pertama untuk dipelajari, dihayati dan diamalkan
isinya dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun merupakan sumber mata air dari
syariat Islam, yang telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk
aspek sosial dan ekonomi. Berdasarkan hadis-hadis Rasulullah bahwa al-Qur’an
itu banyak mempunyai keutamaan bagi siapa yang mempermahir, membaca dan
mengamalkan isinya.
Para ulama menjelaskan bahwa al-Qur’an itu mengandung banyak berkat
dan khasiatnya bagi siapa saja yang menjadikannya sebagai aûrad setiap hari dan
malam. Baik berkat dan khasiat sebagai ikhtiar rohani untuk urusan kemuliaan,
pangkat dan kedudukan, kekebalan, kekuatan dan untuk pengobatan, urusan
rezeki dan kekayaan, al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar dari sekian banyak
mukjizat, supaya yang membacanya adalah ibadah dan mengingkarinya adalah
kufur, maka perlu sekali al-Qur’an dijadikan sebagai bacaan setiap pagi dan
malam sebagai aûrad, agar kurnia rezeki dan kekayaan yang berkat lantaran
barokah dan khasiatnya yang besar10
Di masyarakat mereka melazimkan membaca surat-surat tertentu di
antaranya adalah surat Yâsĭn, Ar-Rahman, Al-Wāqiah, dan Al-Mulk kebiasaan
tersebut dilandasi oleh riwayat-riwayat yang menjelaskan keutamaan dari surat
tersebut dan mereka mempercayai akan keutamaan dari surat tersebut, dari sekian
banyaknya keutamaan surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an penulis tertarik
9 M.Ali Umar Hasan, Amalan Murah Rezeki Kekayaan (Kuala Lumpur:Darul Nu’man,
1996), cet,1. hal.25
6
untuk membahas keutamaan surat al-Mulk dari segi periwayatan sebagaimana
masyarakat banyak ketahui mengenai keutamaan surat al-Mulk tersebut salah satu
dari keutamaan surat al-Mulk yaitu meringankan dosa si mayat dan meringankan
siksa kubur. Surat al-Mulk ini merupakan surat yang penuh barokah terbukti
bahwa surat ini diawali dengan sebutan barokah, yaitu: Tabārakalladzi. Surat ini
terdiri dari 30 ayat, yang berisi 1313 huruf mengandung 335 kalimat. Dan di
dalamnya terhimpun beberapa khasiat. Nabi saw mengamalkan surat ini bahwa
Nabi tidak akan tidur sebelum membaca surat al-Mulk dan dianjurkan membaca
surat al-Mulk saat melihat bulan sabit dan Nabi juga menganjurkan untuk
membaca surat ini pada malam jum’at. Surat ini hendaknya dibaca siang maupun
malam hari baik berada di rumah maupun dalam sedang bepergian. Yang lebih
tertarik lagi bahwa surat ini mampu menyembuhkan orang yang sedang sakit gigi
yaitu dengan membaca surat al-Mulk ayat 23 kemudian letakkan tangan di atas
gigi yang sakit tersebut maka gigi tersebut akan sembuh. Khasiat surat al-Mulk
tersebut bukan hanya bermanfaat untuk di dunia maupun di akhirat bahwa khasiat
surat ini juga bermanfaat di alam barzakh, di hari kiamat serta bagi pengingkar,
maupun bagi yang lemah jangkauan.11Atas latar belakang tafsir al-Qur’an al-Azim
yang di susun oleh Ismail bin Umar bin Katsir ad-Dimasyki. Penulis mencoba
membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul : Riwayat-Riwayat Keutamaan
Surat al-Mulk Dalam Tafsir ”al-Qur’an al-Azim”
B. Pembatasan dan perumusan masalah
Mengkaji hadis-hadis yang terdapat dalam tafsir al-Qur’an al-Azim berarti
tidak lepas dari pentakhrijan hadis-hadis yang terkandung di dalamnya, untuk
7
lebih mengarahkan, penulis perlu memberikan pembatasan masalah dalam
penelitian, yaitu:
A. Melakukan pengkajian terhadap riwayat-riwayat yang berhubungan
dengan keutamaan surat al-Mulk dalam tafsir al-Qur’an al-Azim yang
disusun oleh Ibn Katsir dan penulis membahasnya dari segi tafsir yang
kemudian penulis kaitkan dengan keadaan sekarang yang
kenyataannya mereka melazimkan membaca surat al-Mulk sebagai
bacaan rutinitas sehari-hari
B. Takhrij hadis yang penulis teliti adalah dari segi sanad hadis. Namun
penulis hanya melakukan pengkajian terhadap riwayat-riwayat yang
berhubungan dengan keutamaan surat al-Mulk yang terdapat dalam
tafsir tersebut.
Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, penulis mengarahkan
pembahasan ini dengan rumusan masalah, Yang akan menjadi bahasan dalam
skripsi ini adalah: Bagaimana kualitas Hadis-Hadis Keutamaan Surat al-Mulk
Dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim.
C. Kajian Pustaka
Sampai sejauh ini setelah penulis melakukan penelitian di perpustakaan
yang ada di lingkungan Universitas UIN Syarif Hidayatullah khususnya di
fakultas Ushuluddin dan Filsafat penulis belum menemukan karya ilmiah yang
mengkaji riwayat-riwayat keutamaan surat al-Mulk yang terdapat dalam tafsir al-
Qur’an al-Azim, namun kali ini penulis mencoba melakukan pengkajian riwayat-
8
riwayat yang berkaitan bengan dengan keutamaan surat al-Mulk dan penulis akan
melakukan pengkajian terhadap riwayat-riwayat tersebut.
D. Tujuan dan manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini terdapat tiga macam, di antaranya adalah:
1. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu [S1] pada
jurusan Tafsir–Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Mengharapkan untuk mengetahui kekuatan riwayat-riwayat keutamaan
dari surat al-Mulk yang terdapat dalam tafsir al-Qur’an al-Azim.
3. Memberikan sumbangsih kepada perpustakaan fakultas maupun umum
Berbentuk karya ilmiah.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library
research) yaitu mengumpulkan data-data yang memiliki relevansi dengan masalah
yang dibahas, baik itu yang bersumber dari buku atau sumber tertulis lainnya
dengan langkah-langkah penelitian kepustakaan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Setelah data terkumpul kemudian penulis klasifikasi menjadi dua
jenis sumber data yaitu:
a. Sumber data primer yang terdiri dari kitab tafsir, kitab tersebut adalah
kitab tafsir al-Qur’an al-Azim karya Ismail bin Umar bin Katsir ad-
Dimasyki,
9
b. Sumber data sekunder yang terdiri dari buku dan tulisan lainnya yang
memiliki relevansi dengan pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini
2. Metode Pembahasan
Adapun metode pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif–analisis12, artinya pembahasan ini berupaya menggambarkan
sedemikian rupa keutamaan surat al-Mulk, kemudian mengemukakan riwayat-
riwayat yang berkaitan dengan keutamaan surat al-Mulk, setelah itu baru mengkaji
riwayat-riwayat keutamaan surat al-Mulk dalam tafsir tersebut.
3. Metode Penulisan
Secara teknis, skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya
ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Center For Quality
Development and Accurance (CEQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007.
F. Sistematika penulisan
Dalam menyusun karya ilmiah ini penulis menyusun sistematika sebagai
berikut:
Bab pertama, berupa pendahuluan yang merangkap latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
10 Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan. Lihat Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hal. 22. sedangkan Metode Analitis adalah sebuah metode yang berusaha mengurai sesuatu dengan tepat dan terarah. Lihat Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: pus Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan. Lihat Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hal. 22
10
Bab kedua, sekilas tentang biografi Tafsir Ibnu Katsir, sekilas surat al-
Mulk, Jumlah ayat, makiyah atau madaniyah, nama-nama lain dari surat al-Mulk,
tujuan surat al-Mulk.
Bab ketiga, riwayat-riwayat keutamaan surat al-Mulk menurut pendapat
ulama dan takhrij, riwayat dan takhrijnya, derajat kesahihan sanad hadis, hikmah
adanya .
Bab keempat, penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran-
saran.
BAB II
BIOGRAFI IBN KATSIR DAN SEKILAS TENTANG
SURAT AL-MULK
A. Ibn Katsir 1. Riwayat Hidup
Pada masa kanak-kanak, Ibn Katsir dipanggil dengan sebutan Isma’il.
Nama lengkapnya adalah ’Imad al-Din Abu al-Fida’ Isma’il ibn ’Amr Ibn Katsir
ibn Zara al-Busyra al-Dimasqi. Ia lahir di desa Mijdal dalam wilayah
Busra(Basrah), tahun 701 h./1301 m. Ayahnya bernama al-Khotib Syihab al-Din
Amr Ibn Katsir, beliau adalah pemuka agama dalam bidang fiqih. 1
Ibn Katsir berasal dari keluarga terhormat, ayahnya seorang ulama
terkemuka di masanya, Syihab al-Din Abu Hafs Amr Ibn Katsir Ibnu Dhaw Ibn
Zara al-Quraisy, pernah mendalami mazhab hanafi, kendatipun menganut mazhab
Syafi’i setelah menjadi khotib di Basrah2.
Dalam usia kanak-kanaknya ketika ayahnya meninggal beliau pergi ke
Damasyik bersama saudaranya untuk belajar ke beberapa ulama di sana, di
sanalah ia mulai belajar. Guru pertamanya adalah Bahr al-Din al-Farazi (660-729
h./1261-1328 m.) tidak lama setelah itu ia mulai berada di bawah pengaruh Ibn
Taimiyah (w. 728 h./1328 m). Untuk jangka waktu cukup panjang, ia hidup di
Suriah sebagai seorang yang sederhana dan tidak populer. Sebagian ulama
menganggap beliau sebagai salah seorang murid Ibn Taimiyah yang paling setia
1Nur Faizin Maswan, Tafsir Ibn Katsir, Membedah Khazanah Klasik, (Yogyakarta:
Menara Kudus,2002), cet. Ke-1, h.35
11
12
dan paling gigih mengikuti pandangan gurunya dalam masalah fiqih dan tafsir,
sampai-sampai beliau mengidentikkan diri dengan gurunya dalam masalah talak
tiga dengan satu lapaz. 3
Pada usia sebelas tahun, beliau menyelesaikan hafalan al-Qur’an,
dilanjutkan memperdalam qira’at, dari studi tafsir dan ilmu tafsir dari Syaikh al-
Islam Ibn Taimiyah (661-728 h) di samping ulama lain, metode penafsiran Ibn
Taimiyah menjadi bahan acuan pada penulisan tafsir Ibn Katsir. Dalam bidang
tafsir ia diangkat menjadi guru besar oleh gubernur Mankali Bugha di masjid
Ummayah Damaskus.4 Selama hidupnya Ibn Katsir didampingi seorang istri yang
dicintainya, bernama Zainab, putri al-Mizzi, salah seorang gurunya. Setelah
mengarungi bahtera hidup yang panjang, dengan penuh perhatian yang besar
dalam berbagai disiplin dunia keilmuan, akhirnya pada tanggal 26 sya’ban 744 h/
februari 1373 m. Ibn Katsir meninggal dunia di Damaskus dan dimakamkan di
pemakaman sufi, di samping gurunya Ibn Taimiyah. 5
2. Karakteristik Tafsir Ibn Katsir
a. Metodologi Tafsir Ibn Katsir
Keberadaan metode analisis (tahlili) telah memberikan sumbangan yang
sangat besar dalam melestarikan dan mengembangkan khazanah intelektual Islam
khususnya dalam bidang tafsir al-Qur’an. Berkat metode inilah, maka lahirlah
karya-karya tafsir yang besar, diantaranya kitab tafsir al-Tabari, tafsir Ruh al-
Ma’ani, tafsir al-Maraghi dan lain-lain. Metode tafsir Ibn Katsir di pandang dari
3 Mahmud Basuni Faudah, h.59 5 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Pt Ichtiar Van Hoeve,
1994),h.157.78
13
segi tafsirnya termasuk dalam kategori tahlili, suatu metode analisis yang
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang
terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-
makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecendrungan
mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. 6
Ibn Katsir dalam metode penafsiran yang terbaik dalam mukadimah
tafsirnya yaitu: Jika ada orang yang menanyakan, bagaimana metode penafsiran
yang terbaik, maka jawabannya adalah penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an.
Yang mujmal pada suatu ayat diuraikan maksudnya pada ayat lain. Apabila
metode ini tidak dapat engkau lakukan, maka tafsirkanlah dengan al-sunnah,
karena sunnah merupakan penjelasan al-Qur’an. 7
Dalam metode ini biasanya mufasir menguraikan makna yang terkandung
dalam al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan urutannya di
dalam mushaf atau disebut juga tartib mushafi.8 Uraian tersebut menyangkut
berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan, seperti: pengertian
kosakata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, kaitannya (kolerasi)
dengan ayat-ayat lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabah), dan tidak
ketinggalan pula pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan
tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh nabi, sahabat, para tabi’in
maupun ahli tafsir lainnya.
6 Nasiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2000), cet.II, h.31 7 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Beirut:Dar al-Fikr, 1997), cet.1, jilid 1,h.10 8 Tartib mushafi yaitu menyusun ayat demi ayat, surat demi suat dimulai denagn surat al-
Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas.lih. Nur Faizin Maswan, Kajian Deskriptif Ibn Katsir, Tafsir (Yogyakarata: Menara Kudus, 2002), h.35-36.
14
b. Corak tafsir Ibn Katsir
Tafsir Ibn Katsir disepakati oleh para ahli termasuk dalam kategori tafsir
al-Ma’tsur. Kategori atau corak ma’tsur yaitu penafsiran ayat dengan ayat,
penafsiran ayat dengan hadis nabi yang menjelaskan makna sebagian ayat yang
dirasakan sulit atau penafsiran dengan hasil ijtihad para sahabat, atau penafsiran
ayat dengan hasil ijtihad para tabi’in. 9
a. Sistematika tafsir ibn katsir
Sistematika yang ditempuh Ibn Katsir dalam tafsirnya yaitu, menafsirkan
seluruh ayat-ayat al-Qur’an sesuai susunannya dalam mushaf al-Qur’an, ayat demi
ayat dan surat demi surat, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat an-Nas. Maka, secara sistematis, tafsir ini menempuh tartib mushafi.
b. Sumber Tafsir Ibn Katsir
Secara garis besar sumber-sumbernya dapat dibagi dua, yakni:
1) Sumber Riwayah
Sumber ini antara lain meliputi: al-Qur’an, Sunnah, pendapat sahabat,
pendapat tabi’in. Sumber-sumber tersebut merupakan sumber primer dalam Ibn
Katsir. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa materi sumber ini berasal dari sumber
kedua (dirayah), karena walawpun Ibn Katsir hafiz dan muhadis yang mempunyai
periwayatan hadis dan menguasai periwayat tentang hadis tafsir, dia cenderung
mengutip riwayat-riwayat penafsiran dari kitab-kitab kodifikasi dari pada
menyampaikan hasil periwayatannya. Namun, karena materi tersebut identik
dengan riwayat, maka sumber-sumber tersebut adalah sumber riwayah. Sebagai
9 Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir al-Mawdhu’iy, Penterjemah Suryana. Jamrah,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1994), h,13
15
ulama Mutaakhirin yang sudah jauh rentang masanya dengan pemilik sumber
riwayah adalah suatu sikap yang berhati-hati dan menjaga diri apabila dia
merujukan riwayat tafsir dengan kitab kodifikasi, sekalipun menguasai
periwayatan.
2) Sumber Dirayah
Yang dimaksud dengan sumber dirayah adalah pendapat yang telah
dikutip oleh Ibn Katsir dalam penafsirannya. Sumber ini selain dari kitab-kitab
kodifikasi dari sumber riwayah juga kitab-kitab tafsir dan bidang selainnya dari
para Mutaakhirin sebelum atau seangkatan dengannya. Terdapat pula pada
sumber ini karya ulama Mutaqoddimin.
Hal ini merupakan bukti keterbukaan Ibn Katsir terhadap karya-karya dari
ulama muataakhirin yang berorientasi ra’yi. Maksudnya dia tidak membatasi pada
kutipan karya tafsir ma’tsur saja, namun juga memasukkan pendapat para ulama
tafsir yang lahir dari pengaruh perkembangan dan kemajuan perkembangan ilmu
dalam Islam, namun tafsirnya lebih condong atau dominan ke dalam riwayat. 10
3) Karya-karyanya
Ibn Katsir adalah sosok ulama yang terkenal. Kontribusi beliau dalam
berbagai disiplin ilmu begitu besar, sehingga beliau dijuluki al-hafiz, hujjah al-
muhaddist, al-mu’arrikh, al-mufassir dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat
dari begitu banyaknya karya-karya beliau yang dijadikan referensi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam bidang tafsir antara lain:
10 abd Al-hayy al-Farmawi, Metode Tafsir
16
a) Tafir al-Qur’an al-Azim, lebih dikenal dengan nama tafsir Ibn Katsir yang
diterbitkan pertama kalinya di Kairo pada 1342 h./1923 m.
b) Fadail al-Qur’an, yang berisikan ringkasan sejarah al-Qur’an, kitab ini di
terbitkan pada halaman akhir tafsir Ibn Katsir sebagai penyempurna. 11
Dalam bidang hadis antara lain:
a) Kitab Jami al-Masanid wa al-Sunnah (kitab penghimpun musnad dan as-
sunnah).
b) Takhrij al-hadis Adillah al-Tanbih lî Ulum al-Hadits, dikenal dengan
al-Bait al-Hadits.
c) Al-Kutub al-Sittah
d) Al-Takmilah fi Ma’rifat al-Sighot wa al-Duafa wa al-Mujahil, merupakan
perpaduan dari kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi dan Mizan al-I’tidal
Karya al-Dzahabi, berisi riwayat perawi-perawi hadis,
a) Ikhtisar Ulum al-Hadis, merupakan ringkasan dari kitab Muqoddimah Ibn
Salah (w.642 h./1246 m).
b) Syarh Sahih al-Bukhari, merupakan kitab penjelasan terhadap hadis-hadis
al-Bukhari.
Dalam bidang sejarah antara lain:
a) Al-Bidayah wa al-Nihayah, merupakan rujukan bagi sejarawan yang
memaparkan berbagai peristiwa sejak awal penciptaan sampai peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada tahun 768 H.
11 Nur Faizin Maswan, Kajian Deskriptif Ibn Katsir, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002),
cet. Ke-1, h.42.
17
b) Al-Kawakib al-Darari, cuplikan dari al-Bidayah wa al-Nihayah.
c) Manaqib al-Imam al-Syafi’i.
d) Tabaqah al-Syafi’iyyah.
e) Al-Fusul fi Sirat al-Rasul atau Sirah al-Nabawiyyah.
B. Sekilas Tentang Surat Al-Mulk
Surat al-Mulk adalah surat yang yang diturunkan setelah surat at-Tûr
surat al-Mulk ini berjumlah 30 ayat, 1313 huruf, mengandung 335 kalimat. Surat
ini termasuk ke dalam surat makiyyah, dalam mushaf sekarang surat ini ada pada
nomer urut ke-67. Surat al-Mulk mempunyai beberapa nama diantaranya adalah:
Tabārak, al-Manjiyah, al-Mâni’ah, al-Mujâdalah, al-Wâqi’ah. Dalam al-Qur’an
ada beberapa surat yang diawali dengan ungkapan Tabâraka yakni, dalam surat
al-Furqân (25) dan al-Mulk (67). 12
Surat ini dinamakan surat al-Mulk karena isinya banyak meliputi tentang
kerajaan yang hanya layak jadi milik Allah swt antara lain: kebaikannya yang
banyak, takdirnya yang menyeluruh dalam hidup dan mati, memberitahukan
tentang berbagai perbuatan manusia, mendedahkan tentang kutukan, siksa Allah
swt, menceritakan tentang penghancuran sebuah negeri berikut penduduknya
tanpa membedakan manusia selaku hambanya, menghiasi alam semesta dengan
berbagai keindahan, Maha mengalahkan musuh, Maha kasih sayang terhadap para
hamba yang bertaqwa, memberi keamanan, murah sandang pangan, dan seorang
12 Rahmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1999)h,176
18
pun tidak mampu menolong atas siapa yang dimusuhinya, maupun memberi rizki
pada siapa yang dicegahnya.
Surat ini juga dinamakan sebagai surat Tabârak karena surat ini
mengandung nilai keimanan. Surat ini diwahyukan di Makkah, yaitu kejadiannya
berkisar di sekitar masalah penerimaan ajaran Islam dan penjelasan Theologinya.
Surat ini ada hubungannya dengan surat sebelumnya yang mana pada ayat
terakhirnya diberi contoh bagi orang-orang kafir mengenai adanya dua wanita
yang ditakdirkan menjadi orang celaka dan dua wanita di takdirkan menjadi orang
bahagia; kendati kedua wanita celaka itu berada di bawah pimpinan dua orang
yang soleh dicontohkan kepada orang-orang mu’min dengan ’Aisyah binti
Muzahim (isri fir’aun) dan Maryam binti ‘Imron, ibu Nabi Isa al-masih a.s. kedua
wanita ini ditakdirkan Allah swt jadi orang bahagia sekalipun kebanyakan
kaumnya merupakan manusia kafir, dan kedua wanita tersebut hidup dalam
suasana kekafiran.13
Lantaran itulah maka pada bagian surat Tabârak ini Allah swt
berfirman:”(Dia) yang menjadikan mati dan hidup” (QS.Tabârak: 2) yang di
maksud dengan mati dan hidup pada ayat tersebut menurut salah seorang ahli
tafsir ialah, ’kafir’ dan ’iman’, mengingat dialah yang menciptakan dan
menguasai segalanya. Salah satu bukti kekuasaanya adalah dia yang menciptakan
hidup dan mati untuk menguji kamu, penyebutan kata mati dan hidup dari sekian
banyak kodrat dan kuasa agaknya disebabkan karena dua hal ini merupakan bukti
yang paling jelas tentang kuasanya dalam konteks manusia, hidup tidak dapat
13 Yusuf al-Badri, Sûrat Tabârak Pendinding Dari Siksa Kubur, (Surabaya:pt. Bungkul
Indah, 1994) cet, 1, hal.11
19
diwujudkan oleh selainnya dan mati tidak dapat ditampik oleh siapapun, ujian
menyangkut hidup dan mati dipahami oleh sementara ulama dalam arti musibah
kematian yang menimpa keluarga atau teman seseorang, demikian juga anugerah
kehidupan serta kelahiran, merupakan bahan ujian Allah swt kepada manusia,
apakah dia tabah dan sabar serta bersyukur dan berterima kasih. Ada juga yang
memahaminya dalam arti:”Allah swt menciptakan kematian untuk
membangkitkan dan memberi kamu balasan dan menciptakan kehidupan untuk
menguji kamu.” atau Allah swt menciptakan kematian dan kehidupan untuk
menguji kamu siapa yang lebih mempersiapkan diri menghadapi kematian, dan
siapa yang lebih bergegas memenuhi ketaatan kepada Allah swt, Ibn Asyur
memahami ayat di atas dalam arti: Allah swt menciptakan kematian dan
kehidupan agar kamu hidup lalu menguji kamu siapakah yang terbaik amalnya
lalu kamu mati maka kamu diberi balasan sesuai dengan hasil ujian tersebut, oleh
karena itu dalam ayat ini di dahului kata al-maut karena yang terpenting dari
tujuan penggalan ayat ini adalah pembalasan.14
Allah swt menciptakan pengalaman hidup dan mati dalam hidup ini,
manusia dilemparkan ke dalam berbagai situasi agar ia bisa tersucikan dari segala
pengaruh jahat. Cobaan atau bala adalah suatu ujian penting yang menggerakkan
manusia, dengan ilmu dan pengetahuan menuju tingkatan kemurnian yang lebih
tinggi. Ujian (balwa) adalah sarana manusia untuk menghilangkan hasrat dan
pamrih yang ada antara dirinya dan sang pencipta. Ujian mengajari untuk hidup
bebas, mengetahui anugerah hidup yang telah diberikan kepadanya. Amal-amal
14 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hal.343, cet1
20
paling baik adalah yang dilakukan tanpa pamrih semuanya itu dilakukan semata-
mata dan secara tulus demi kepentingan Allah swt. Pengalaman kehidupan
bermakna bila ada lawannya, pengalaman kematian. Pengalaman ini pasti dialami
oleh setiap orang. Selain ada kematian lahiriah ada juga kehidupan dan kematian
batiniyah. Ketika hati sudah mengeras, maka ia sama saja mati. Jika hati itu
mengalir, maka sama saja ia hidup, kehidupan dan kematian sama- sama ada, baik
secara inderawi maupun maknawi.15
Surat Tabârak juga mempunyai hubungan yang erat dengan surat at-Talaq
pada bagian akhir dari surat at-Talaq ini membicarakan tentang penciptaan tujuh
lapis langit dan direntangkan oleh ayat-ayat permulaan surat tabārak yang juga
membicarakan tentang penciptaan tujuh lapis langit. Adapun keterpisahan antara
kedua surat tersebut oleh surat at-Tahrim disebabkan keberadaan surat at-Tahrim
yang tampak bagai pelengkap surat at-Talaq.16
Surat Tabârak adalah surat agung, merupakan surat yang isinya lebih
besar dari yang dapat dihimpun, baik dari segi ukurannya maupun jumlah ayat-
ayatnya. Dia seakan-akan anak panah yang mengarah pada sasaran jauh. Nyaris
pada tiap-tiap anak panahnya mampu membuka tabir rahasia alam baru. Dari surat
Tabârak ini terambillah fondasi gambaran masa depan umat Islam dari segi yang
menentukan, paling penting sekali. Dialah surat yang mampu memberi ketetapan,
kemantapan di hati manusia atas kekuasaaan mutlak dari yang maha kuasa Allah
swt. Antara lain hakikat kekuasaannya yang abadi, hakikat pancaroba mati, hidup
15 Fadhlullah Haeri, Pelita al-Qur’an, (Jakarta:Pt.Serambi Ilmu Semesta, 2001) hal 172,
cet.1 16 Jalaluddin as-Suyuthi, Asrar Tartibil Qur’an, (Jakarta:Pustaka Amani,1996) cet. 1,
hal.193
21
yang berupakan permulaan bagi persiapan hari kebangkitan, hari pembalasan,
hakikat keagungan, kesempurnaan sifat Allah swt. Hakikat ilmu batin, realita,
hakikat tempat keluarnya rezeki, hakikat pemeliharaan Allah terhadap segenap
makhluk serta hadirnya Allah swt. Dalam menyertai setiap makhluknya.
Surat ini mengetengahkan tentang maha rajanya Allah swt. Berikut alam
muluk dan alam malakutnya. Serta menetapkan akan layaknya Allah swt. Tuhan
maha satu yang memiliki segala kerajaan, dan sifat-sifatnya penuh julukan raja.
Diantara sifat layaknya bagi Allah swt. Bahwa di tangannyalah segala kerajaan,
dia maha kuasa atas segala sesuatu. Segenap apa yang ada di langit, di bumi tidak
bisa melemahkannya.
Surat Tabârak adalah salah satu surat yang mendahulukan sebutan mati,
selain surat al-Furqân. Sedang makhluk diumpamakan seperti kehidupan, dan di
akhiri dengan ancaman kekuasaan mati atas manusia pembangkang, mereka yang
suka mendurhakai perintah Allah swt. Mati merupakan kata-kata bagi manusia
kebanyakan karena Dialah yang mencabut hidup, sekaligus mencabut segala
atributnya dan kekuatannya. Juga mencabut rasa air yang darinya segala makhluk
hidup tentu merasakan.
Surat Tabârak mengemukakan berbagai kemajuan berfikir tentang hukum
ketuhanan, baik dari aspek ketinggiannya, keagungannya, kegagahannya, maupun
belas kasihnya. Demikian pula surat Tabârak mengajukan ilmunya akan adanya
makhluk yang tercipta dari cahaya. Mereka itulah hamba-hamba yang di
muliakan, senantiasa mematuhi tuhan mereka serta berbelas kasih terhadap orang-
orang mu’min mereka diutus untuk memantapkan serta menambahkan pandangan
22
indra, bersifat rahmat bagi orang-orang mu’min, dan sangat kasar, keras terhadap
orang-orang kafir.
Dalam surat Tabārak yang penuh barokah ini terdapat ayat hukum yang
tarkandung di dalamnya, memang merupakan undang-undang Allah swt. Yang di
perbolehkan bagi hamba-hambanya untuk di jalankan. Yaitu, ada dua hukum:
(1 ) Hukum bepergian (belayar)
(2) Hukum mubah (boleh), hukum hazhar (haram).17
Surat ini menurut Sayyid Qutub bertujuan menciptakan pandangan baru
bagi masyarakat muslim tentang wujud dan hubungannya dengan tuhan pencipta
wujud. Gambaran menyeluruh, melampaui alam bumi yang sempit dan ruang
dunia yang terbatas menuju alam langit bahkan menuju alam akhirat. Menuju
kepada makhluk lain selain manusia baik yang hidup di dunia seperti jin dan
burung maupun di alam akhirat seperti neraka jahanam dan penjaga-penjaganya
hingga mencapai alam-alam gaib yang berbeda dengan alam nyata yakni yang
berkaitan dengan hati manusia dan perasaan demikian secara singkat Sayyid
Quthub.
Tema dan tujuan utama surat ini menurut Tabataba’i adalah penjelasan
tentang ketercakupan segala sesuatu oleh rububiyyah (pemeliharaan, pengendalian
dan pengaturan) Allah swt. Bertolak belakang dengan pandangan kaum musyrikin
yang beranggapan bahwa setiap bagian dari alam raya ada Tuhan pengatur dan
pengendalinya, apakah pengatur malaikat atau selainnya. Karena Tuhan menurut
mereka hanya berfungsi sebagai Tuhannya segala Tuhan. Wewenang pengaturan
17 Yusuf Al-badri, Sŭrat Tabărak Pendinding dari Siksa Kubur, (Surabaya:pt. Bungkul
Indah, 1994) cet, 1, hal.11
23
telah beralih kepada Tuhan-Tuhan yang lain. Atas dasar tujuan itu, maka dalam
surat ini disebut aneka nikmat Allah termasuk penciptaan dan pengaturan yang
merupakan salah satu argumentasinya tentang rububah. Menurut al-Biqâ’i bahwa
tujuan utama surat ini adalah ketundukan mutlak kepada Allah yang maha
sempurna kekuasaannya. Namanya surat al-Mulk membuktikan hal tersebut
karena kekuasaan mengantar kepada ketundukan, demikian juga namanya
Tabāraka karena yang demikian itu halnya tentulah mantap dan berkesinambung
keadaanya lagi melimpah anugerahnya yang kesemuanya mengantar kepada
ketundukan.18
Surat pertama ini membicarakan tentang tasawwur (pandangan,
pemikiran) baru terhadap alam dan hubungannya dengan pencipta alam ini.
Tasawwur yang luas dan komprehensif yang melampaui alam ardi yang sempit
dan alam dunia yang terbatas, surat ini juga mengusik dan menggerakkan di dalam
jiwa semua gambaran, watak, serta endapan-endapan yang beku, padam dan kolot
dari pola pikir jahiliyyah dengan segala kotorannya. Juga membukakan jendela di
sana-sini, menyapu debu-debu, serta melepaskan perasaan, pikiran dan pandangan
untuk melihat dan memperhatikan alam semesta, lubuk dan relung jiwa, lapisan-
lapisan udara, sumber-sumber air, dan hal-hal yang tersembunyi dalam kegaiban.
Jika demikian, niscaya dia akan melihat di sana ada tangan Allah swt yang
berbuat. juga akan merasakan gerak alam semesta yang bersumber dari kekuasaan
Allah swt. dia (jiwa manusia) akan kembali dari perjalannya disertai perasaan
bahwa urusan ini sangat agung, dan lapangannya sangat luas. Kemudian dia
18 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta:Lentera Hati, 2002)hal.339
24
19 Sayyid Qutub, Tafsir Zilalil Qur’an, (Jakarta:Gema Insani, 2004)hal, 220
BAB III
RIWAYAT DALAM SURAT AL-MULK DAN TAKHRIJNYA.
A. Keutamaan Sûrat al-Mulk Menurut Pendapat Ulama dan Takhrij
Hadis 1 نع ،ةا دت قن ، عحد ثن شعبة: ، قال و ابن جعفر بن محمد حد ثنا حجاج:قال احمد
ان : (ال ، قملس وهيل ع اهللالى صهللوس رن ،عةريرى هب انى ، عمشلج ااسبع
)لكتبارك الذي بيده الم: شفعت لصاحبها حتى غفر له ال ثين آية فى القرآن ثسورة
”Ahmad berkata: meriwayatkan Hajjaj bin Muhammad dan Ibnu Ja’far, keduanya berkata: Syu’bah meriwayatkan, dari Qatadah dari Abbas al-Jusyami dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah saw, bersabda: sesungguhnya dalam al-Qur’an ada satu surat, mengandung tiga puluh ayat yang dapat memberi bantuan pada seseorang, sehingga ia diampuni oleh Allah swt. yaitu surat Tabārak.”1
Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam :
a) Kitab Ahmad ibn Hanbal, karya ahmad ibn hanbal, juz 3, hal 159.
Dalam kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal hadis tersebut dipaparkan dengan
sanad dan matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad yaitu
perawi Abdullah dan ayahnya (Ahmad ibn Hanbal), Hajjaj bin Muhammad di
gantikan oleh ayahnya Abdullah Ahmad ibn Hanbal.2
1 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, (Beirut :Dar al-Kutub), h. 46. 2 asy-Syaibani,al-Imam Ahmad bin Hanbal bin Jalal bin Asad. Al- Musnad Ahmad Ibn
Hanbal, (Beirut: Dar al-Fikr)
25
26
b) Sunan Abî Daud, karya Abi Daud, juz 2, hal 59, dengan no.1400
Dalam Sunan Abi Daud hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan
matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi
Umaru bin Marzuk sebagai ganti dari Muhammad bin Ja’far.3
c) Sunan at-Tirmidzi, karya at-Tirmizi, juz 4, hal 408, dengan no.2900
Dalam Sunan at-Tirmizi tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan
yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi
Muhammad bin Basyar sebagai ganti perawi Hajjaj bin Muhammad4.
d) Sunan Ibn Majah, karya ibn Majah, dengan no.3786, bab Pahala Membaca al-
Qur’an
Dalam Sunan Ibn Majah tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan
yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu Abu Bakar Bin
Abi Syaibah sebagai ganti Hajjaj bin Muhammad, dan Abu Usamah sebagai ganti
Muhammad bin Ja’far.5
e) Kitab al-Mustadrok ala as-Sahihaini, karya al-Hakim, dengan no.3838
Dalam kitab al-Mustadrok hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan
matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi
Abu Walid Muhammad bin Ya’kub, Bakar bin Qutaibah al-Qodi sebagai ganti
Hajjaj bin Muhammad, Abu Daud at-Toyalisi sebagai ganti Muhammad bin
Ja’far, I’mron al-Qatan sebagai ganti Syu’bah.6
3 Abu Daud Sulaiman bin Asy’ast, Sunan Abi Daud, (Kairo:Dar al-Hadis), h. 58. 4 Abi Isa Muhammad bin Isa, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 75. 5 Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut:Dar al-Ihya al-Turast), h. 62. 6 al-Hakim, al-Mustadrok, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 59.
27
f) Kitab an-Nasa’i fi al-Kubra, karya an-Nasa’i, juz 1, hal 496 kitab tafsir, bab
surat al-Mulk dan hal 176 , Bab. Keutamaan surat al-Mulk.
Dalam kitab an-Nasa’i fi al-Kubro ke-2 hadis tersebut dipaparkan dengan
sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal
sanad saja yaitu perawi Ishak bin Ibrohim sebagai ganti Hajjaj bin Muhammad,
dan Abi Usamah sebagai ganti Muhammad bin Ja’far.7
g) Kitab ad-Durr al-Mantsur, karya Jalaludin as-Suyuti, juz 8, hal.231
Dalam kitab al-Durr al-Mantsur hadis tersebut dipaparkan dengan sanad
dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja
yaitu perawi Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah sebagai ganti Hajjaj
bin Muhammad, Ibn Daris sebagai ganti Muhammad bin Ja’far, al-Hakim sebagai
ganti Syu’bah, Ibn Mardawaih sebagai ganti Qotadah, dan Baihaqi dalam kitab
Syu’bul Iman sebagai ganti Abbas al-Jusyami8.
Hadis II
ن ، عنيكس من بمال سقير طن، م يسدقم الاءي اضظافحالي ونربطى الو ردقو
سورة في القرآن خاصمت : ملس وهيل ع اهللاىل ص اهللالوس رال ، قسن ان ، عثباث
تبا رك الذي بيده الملك : ه الجنة لتعن صاحبها حتى ادخ
"Imam Ath-Thabrani dan al-Hafizh adh-Dhiya’ al-Maqdisi keduanya meriwayatkan dari jalan Salam bin Miskin dari Tsabit dari Anas, Rasulullah s.a.w, bersabda: ada satu surat dalam al-Qur’an yang membela orang yang senantiasa mengamalkannya, sehingga ia dimasukkan surga."9
7 an-Nasâ’î, Nasâ’î Fil Kubra, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 39 8 Abdurrahman Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir ad-Dur al-Mansur, (Beirut: Dar al-Fikr), h.
138. 9 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,(Beirut :Dar al-Kutub), h. 59
28
Ibn katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab :
a) Kitab Mu’jam Ausath, karya at-Tabrani, juz 4, hal. 230
Dalam kitab Mu’jam Ausath hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan
matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal saja yaitu perawi
Sulaiman bin Daud bin Yahya sebagai ganti at-Tabrani, dan perawi Syaiban bin
Furukh sebagai ganti al-Hafiz Diya’ al-Maqdisi.10
b) Kitab Majma az-Zawa’id, karya al-Haytsmi, juz 7, hal. 128
Dalam kitab Majma az-Zawa’id tidak menyebutkan perawi-perawi yang
meriwayatkan hadis tersebut, namun Abu al-Haytsami pengarang kitab Majma az-
Zawa’id tersebut memberikan penilaian bahwa at-Tabrani meriwayatkan hadis
tersebut di dalam kitab Mu’jam Sagir dan Mu’jam Ausat, bahwa perawinya adalah
Sahih.11
c) Kitab Mu’jam Saghir, karya at-Tabrani, juz 1, hal 176.
Dalam kitab Mu’jam Saghir hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan
matan yang sama, hanya penambahan pada awal sanad saja yaitu perawi Sulaiman
bin Daud bin Yahya, dan Syaiban bin Furukh.12
Hadis III
ورم عن بيحا ينثد ، حبارو الشيب ان بكلم الدب عن بدمحا منثدح : يذمرت اللقا
ضرب بعض ال ، قاسب عنب ان ، عاءزو الجيب ان ، عهيب اني ، عركن الكلا منب
فاذا (ه علي قبر ، وهو لا يحسب انه قبر باء اهللا عليه وسلم جىاصحاب النبي صل
10 at-Tabrani, Mu’jam al-Awsat, (Kairo: Dar al-Hadis), h. 61. 11al-Haytsami, Majma’ az-Zawaid, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 84. 12 ath-Thabrani, Mu’jam as-Sagir, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 79.
29
"Imam At-Tirmizi berkata, Muhammad bin Abdil Malik bin Abi Syawarib bercerita kepadaku, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Yahya bin Umar bin Malik an-Nukri dari ayahnya dari Abul Jauza dari Ibnu Abbas, berkata:suatu ketika di antara para sahabat Nabi s.a.w. ada yang memasang tendanya dia atas kuburan, sedang ia tidak tahu kalau itu kuburan. Tiba-tiba di dengar dari kuburan itu seseorang tengah membaca al-Qur’an surat al-Mulk sampai akhir ayat. Kemudian ia datang melapor pada Nabi saw, katanya: ya Rasulullah?aku pasang kemahku di sebuah tanah sedang sangkaanku waktu itu tidak tahu bahwa itu kuburan. Setelah aku sadari tiba-tiba dari dalam situ seseorang sedang membaca surat Tabārak sampai khatam. Jawab Nabi saw : itulah surat pendinding dan penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur. "13
Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab:
a) Sunan at-Tirmizi, karya at-Tirmizi, juz 4, hal.407
Dalam kitab Sunan at-Tirmizi hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan
matan yang sama karena baik hadis yang terdapat dalam kitab tafsir Ibn Katsir
maupun dalam sunan Tirmizi masing-masing telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab
Syarh at-Tirmizi Abdurrahman Muhammad Utsman.14
b) Kitab Dalail an-Nubuwah, karya al-Baihaqi, juz 7, hal 41.
Dalam kitab Dalâil an-Nubuwah hadis tersebut dipaparkan dengan sanad
dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja
13 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,(Beirût: Dar al-Kutub), h. 77 14 Abi Isa Muhammad bin Isa, Sunan at-Tirmdizi, (Beirût:Dar al-Fikr), h. 127.
30
yaitu perawi Abu Sa’id al-Alani, Abu Ahmad bin ‘Adi, dan Ali ibn Sa’id ar-
Razi.15
c) Kitab Hadis Da’if Sunan at-Tirmidzi, karya at-Tirmidzi, juz 1, hal.135
Dalam kitab hadis Da’if Sunan at-Tirmidzi hadis tersebut dipaparkan
dengan sanad dan matan yang sama, hanya tidak mencantumkan perawi
Muhammad bin Abdul Mâlik bin Abi Syawarib.16
Hadis IV
، راب جن ، عريب الزيب ان ، عميل سيب ان بثي لقير طنامضيي اذمرتى الو رمث
تبا رك (، و )تنزيل الم اهللا صلى عليه و سلم آان ال ينام حتى يقرءان رسول
).يده الملكالذي ب
“At-Tirmidzi meriwayatkan dari jalan Lais bin Abi Salim, dari Abi Zubair, dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah s.a.w, bersabda: sesungguhnya Rasulullah s.a.w tidak tidur hingga ia membaca surat as-Sajdah dan al-Mulk.”17
Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab:
a) Sunan at-Tirmidzi, karya at-Tirmidzi, juz 4, hal 408.
Dalam kitab Sunan at-Tirmidzi hadis tersebut dipaparkan dengan sanad
dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja
yaitu perawi Huraim bin Mis’ar Tirmidzi dan Fuda’il bin Iyad18.
15 Abu Bakar Ahmad bin Husain al-Baihaqi, Dalâil al-Nubuwwah (Beirut:Dar al-Kitab)
16 Muhammad Nasiruddin, Da’if Sunan at-Tirmidzi, (Beirut:al-Maktabah Islami)cet. 17 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,(Beirut :Dar al-Kutub) 18 Abi Isa Muhammad bin Isa, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut:Dar al-Fikr)
31
Hadis V
.يفضلان آل سورة في القرآن بسبعين حسنة: ساو طنع
”Huraim bin Mis’ar meriwayatkan,Fudail meriwayatkan dari Lais dari Tawus, ia berkata: kedua surat ini (surat as-sajdah dan surat al-mulk) lebih utama tujuh puluh derajat dibandingkan dengan semua surat yang terdapat dalam al-Qur’an.”19
Ibn Katsir menunjukan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab hadis
Da’if Sunan Abi Daud no 547-3068, namun setelah penulis telusuri dalam kitab
tersebut penulis tidak menemukan hadis tersebut, namun penulis menemukan
hadis tersebut terdapat dalam:
a) Kitab Sunan at-Tirmidzi karya at-Tirmidzi, juz 4, hal.408
Dalam sunan at-Tirmidzi tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan
yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi
Huraim bin Mis’ar, Fuda’il bin Iyad, dan Lais bin Abi Sulaim20.
Hadis VI
ن بةملا سنثدي ، حانها بصأل اافل عن بنسح الن بدمحا منثدح : يانربط اللقاو
ال قاسب عنب ان عةمرك عن ، عهيب ان عانب ان بمك الحن بمياهربإا نثد، حبيبش
). لوددت انها في قلب آل إ نسان من أ متي : (ى عليه وسلم صل اهللالوس رالق:
)تبا رك الذي بيده لملك:( يعني
”At-Tabrani berkata: Muhammad bin Husein bin Allaf al-Ashbahani bercerita kepadaku, ia berkata: Salamah bin Syabib telah bercerita kepadaku, ia berkata: Ibrohim bin Hakam bercerita kepadaku dari Aban dari bapaknya dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, berkata:Rasulullah s.a.w,
19 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim (Beirût: Dar al-Kutub) 20 Abi Isa Muhammad bin Isa, Sunan at-Tirmidzi, (Beirût:Dar al-Fikr)
32
bersabda: sesungguhnya aku senang jika sûrat ini berada dalam hati setiap umatku yaitu: surat Tabārak.” 21
Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut dalam kitab:
a) Kitab Mu’jam al-Kabîr, karya at-Tabrani, juz 11, hal 242.
Dalam kitab Mu’jam al-Kabîir hadis tersebut dipaparkan dengan sanad
dan matan yang sama, hanya hadis tersebut tidak menyebutkan perawi
Muhammad bin Hasan bin ’Alaf al-Asbahani dan Salamah bin Syabib. 22
b) Kitab Majma az-Zawa’id, karya al-Haytsami, juz 7, hal.128
Dalam kitab Majma az-Zawa’id tidak disebutkan perawi-perawi yang
meriwayatkan hadis tersebut, namun abu al-Haytsami penulis kitab Majma az-
Zawa’id tersebut hanya memberikan penilaian, bahwa at-Tabrani meriwayatkan
hadis tersebut dengan perawi Ibrahim bin Hakam bin Aban adalah da’if. 23
Hadis VII
يبأ, ادي زن برص نن بدمح أةمجر تيف , هيخار تي فراآس عنب اظاف الحىو ردقو
مهن عيو رنيذ التاق الثدحأ , هيق الفداهالزئ رقالم, يروابسي النيشر الق اهللادبع
و , ةميز خنباو يذمر التهن عيورو , نيحيح صري غي فنكل , ملس مو يارخالب
هثيد حن مهدنس باقس , ماهو سقلخو , ةيوبر حن بديب عيب أبهذ مي فهقف تهيلع
ى صل اهللالوس رالق : الق, كال من بسن أنع , يره الزنع , بائ السن باتر فنع
آتاب اهللا إال إن رجل: ( مل س وهيلع ا ممن آان قبلكم مات و ليس معه شيء من
21 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,(Beirût:dar al-Kutub). 22 Sulaiman, mu’jam al-kabir, (Kairo:Maktabah Ibn Taimiyah). 23 al-Haytsami, Majma’ az-Zawaid, (Beirut:Dar al-Fikr).
33
“Imam al-Hafiz Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab tarikhnya saat menceritakan biografi Ahmad bin Nasr bin Ziyad Abu Abdillah al-Qurasyi an-Naisaburi al-Muqri, seorang ahli zuhud dan faqih salah seorang tsiqoh yang di pakai riwayatnya oleh imam al-Bukhari dan Muslim namun tidak dalam kitab sahihain, juga meriwayatkan darinya imam at-Tirmizi, ibnu Majah, ibnu Khuzaimah dan darinyalah beliau belajar fiqih mazhab abu U’baid bin Harbawaih beliau meriwayatkan dengan sanadnya, dari Furat bin Sâ’ib dari Zuhri dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah bersabda: dahulu sebelum kalian, ada seorang pria yang meninggal dunia, saat itu tidak ada amal salih yang menyertainya selain sedikit dari kitab Allah swt. yaitu sûrat Tabārak. Ketika jenazahnya diletakkan dalam lobang kubur, maka ia didatangi malaikat. Tiba-tiba sûrat tersebut berkobar membentengi wajahnya, maka malaikat berkata: sungguh engkau adalah termasuk al-Qur’an dan saya tidak ingin untuk menyakitimu, namun saya tidak dapat memberikan mudhorot juga manfaat baik bagimu, dia ataupun diri saya sendiri. Kalau engkau ingin menyelamatkannya maka pergilah menghadap Allah dan mintakanlah syafaat baginya. Lalu surat al-Mulk itu pun berangkat menuju Allah dan berkata, ”ya Allah, sesungguhnya si fulan sengaja memilihku di antara surat-surat dalam kitabmu, dia mempelajariku dan membacaku. Apakah engkau akan
34
membakarnya dan mengadzabnya dengan api neraka sedangkan saya berada dalam dirinya? Jika engkau melakukan itu, maka hapuslah saya dari kitabmu, maka Allah pun berfirman, ’ apakah engkau ini sedang marah?’ maka surat al-Mulk itu berkata,’ dan memang saya berhak untuk marah.’ Lalu Allah berkata,’ pergilah, saya telah berikannya padamu dan menjadikan engkau sebagai syafaat baginya. Rasulullah saw kembali melanjutkan:”maka datanglah surat tersebut dan keluarlah malaikat dalam keadaan yang jelek karena tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya, lalu surat al-Mulk datang dan meletakkan mulutnya pada mulut orang yang menghafalnya tadi sambil berkata,’ bergembiralah mulut ini, betapa banyak ia telah membacaku. Bergembiralah dada ini, betapa banyak dia telah berdiri membawaku.’ Lalu surat itu menemaninya dalam kuburan disebabkan kekhawatiran akan kesepian. Tatkala Rasulullah saw menceritakan hadis ini, maka tidak ada seorang pun baik kecil, besar, merdeka ataupun budak kecuali mempelajarinya. Dan Rasulullah saw, menamakannya sebagai surat al-Munjiah (penyelamat).” 24
Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab:
a) Tarikh Ibn ’Asâkir, karya Ibn Asakir, juz 6, hal 46.
Dalam kitab Tarikh Ibn ’Asâkir hadis tersebut dipaparkan dengan sanad
dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad yaitu
Abu Qasim as-Syahami, Abu Usman al-Bahiri, Abu Husein Ahmad bin
Muhammad bin Ja’far al-Bahiri, dan Abu Muhammad Zanjawiyah bin
Muhammad bin Hasan bin al-Libad. 25
24 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim (Beirût:Dar al-Kutub) 25 Ibn ’Asâkir, Tarikh Dimasyki, (Beirût:Dar al-Fikr)hal.46
35
B. Riwayat-riwayat dan Takhrijnya
1. Derajat Kesahihan Sanad Hadis.
a. Hadis I
ن ، عةا دتحد ثن شعبة ، عن ق: ، قالا و ابن جعفرن محمد باج حد ثنا حج:قال احمد
ان سورة :(ال ، قملس وهيل عى اهللا صلهللاوس رن ،عةرير هىب ان ، عيمشج الاسبع
26)لكبارك الذي بيده المت: ها حتى غفر له شفعت لصاحب القرآن ثال ثين آيةفى
”Ahmad berkata: Hajjaj bin Muhammad dan Ibn Ja’far keduanya berkata, Syu’bah meriwayatkan, dari Qatadah dari Abbas al-Jusyami dari Abi Hurairah , dari Rasulullah s.a.w., bersabda: sesungguhnya dalam al-Qur’an ada satu surat, mengandung tiga puluh ayat yang dapat memberi bantuan pada seseorang, sehingga ia diampuni oleh Allah swt yaitu surat Tabārak.”
Takhrij sanad:
1) Hajjaj bin Muhammad al-Masisi al-A’war, Abu Muhammad Maula Sulaiman
bin Mujalid.
Guru-gurunya: Jarir bin Usman, Ibn Juraih, Lais, Syu’bah, Yunus bin Abi
Ishaq, Israil bin Yunus, dll.
Murid-muridnya: Ahmad, Yahya bin Muin, Yahya bin Yahya, Abu Uba’id,
dll.
Pendapat ulama:
a) Salih bin Ahmad menganggap bahwa beliau adalah seorang yang tsubut
b) Imam an-Nasâ’i menganggap bahwa Hajjaj bin Muhammad adalah seorang
yang tsiqah
26 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim (Beirût:Dar al-Kutub)
36
c) Ibn Sa’id menganggap bahwa Hajjaj bin Muhammad adalah seorang yang
tsiqah, dan saduq. Beliau juga mengatakan bahwa Hajjaj bin Muhammad
wafat pada tahun 206 H, pada bulan Rabi’ul Awal.27
2). Muhammad bin Ja’far al-Huzali dikenal dengan Gundûr.
Guru-gurunya: Syu’bah, Asbdullah bin Sa’id bin Abi Hind, Auf al-A’rabi,
Ma’mar bin Rasyid, dll.
Murid-muridnya: Ahmad ibn Hanbal, Yahya bin Mu’in, Abu Bakar, Usman
Ibn Abi Syaibah, dll.
Pendapat ulama:
a) Ibn Hajar menganggap bahwa Muhammad bin Ja’far adalah tsiqh.1
b) Ibn Abi Hatim menganggap bahwa Muhammad bin Ja’far adalah saduq,
dan muadib.
c) Ibn Sa’d mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 94 H.28
3). Syu’bah bin Hajjaj bin al-Wardi al-Ataki al-Azdi.
Guru-gurunya: Aban bin Tuglab, Ibrahim bin Amir bin Mas’ud, Ibrahim
bin Muhammad bin al-Muntasyir,dan Ibrahim bin Muslim al-Hijri, dll.
Murid-muridnya: Ayub, al-A’masy, Sa’d bin Ibrahim, Muhammad bin
Ishaq, Jarir bin Hazim, dll.
27 Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, (Beirut:Dar al-
Fikr)
28 Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, juz.5, h. 115
37
Pendapat ulama:
a) Ibn Sa’ad menganggap bahwa syu’bah adalah tsiqah
b) Al-Ajali menganggap bahwa beliau adalah tsiqah, dan tsabat dalam
hadis.
c) Abu bakar bin Manjawiyah mengatakan bahwa beliau lahir tahun 82 H,
dan beliau wafat tahun 160 H, pada usia 77 tahun. 29
4). Qatadah bin Duamah bin Qatadah bin Aziz bin Amru bin Rabi’ah bin Amru
bin Harits bin Sundus.
Guru-gurunya: Anas bin Malik, Abi Tufail, Shofiah binti Syaibah, Abi Sa’id
al-Khudri, dll.
Murid-muridnya: Sulaiman al-Taimi, Jarir bin Hazim, Syubah, Mis’ar, dl
Pendapat ulama:
a) Ibn Sirin menganggap bahwa beliau adalah perawi yang paling hafiz.
b) Amru bin Ali mengatakan beliau lahir tahun 61 H, dan wafat tahun 117 H.
c) Ibn Hibban menganggap bahwa beliau mudallas30.
5). Abbas al-Jusyami, dikenal dengan nama Ayahnya Abdullah
Guru-gurunya: usman dan abi hurairah.
Murid-muridnya: Qatadah dan Sa’id al-Jariri.
29 Ibid. jild. 4. h. 96 30 Ibid. jild . 6. h. 57
38
Pendapat ulama:
a) Ibn Hiban menganggap bahwa beliau adalah tsiqah, menurut Ibn Hibban
Beliau hanya meriwayatkan satu hadis saja yaitu hadis yang
membicarakan tentang keutamaan surat al-Mulk.31
b)
6) Abu Hurairah ad-Dausi al-Yamani, sahabat Rasulullah saw.
Guru-gurunya: Nabi s.a.w, Abu Bakar, Umar, Fadl bin Abbas bin Abdul
Mutholib, Ubay bin Ka’ab, dan Usamah bin Zaid, dll.
Murid-muridnya: Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Jabir, Marwan bin Hakam,
Sa’id bin Musayab, dll.
Pendapat ulama:
a) Imam Syafi’i menganggap bahwa Abu Hurairah adalah seorang perawi
yang paling kuat hafalannya diantara para perawi dimasanya, dan terhindar
dari kekeliruannya. 32
7) Salam bin Miskin bin Rabi’ah bin al-Azdi an-Namri.
Guru-gurunya: Tsabit al-Bunani, Hasan al-Basri, Aqil bin Talhah, Qatadah,
Syu’aib bin Habhan, dll.
Murid-muridnya: Anaknya (Qasim), Abdu Samad bin Abdul Warits, Ibn
Mahdi, Yahya al-Qatan.
31 Ibid. jild 1, h. 26 32 Ibid. jild 10 h. 78
39
Pendapat ulama:
a) Ishaq bin Mansur dari Ibn Mu’in menganggap bahwa beliau adalah tsiqah
salih.
b) Abu Hatim menganggap bahwa beliau adalah perawi yang saleh dalam
bidang hadis.
c) Imam an-Nasâ’î menganggap bahwa beliau perawi yang tidak cacat.31
d) Al-Bukhari mengatakan bahwa beliau wafat tahun 167 H. 33
Kesimpulan
Penulis mendapatkan hadis tersebut telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab
Tafsir Ibn Katsir yaitu Abdul Qadir al-Arnaûti dengan menyebutkan bahwa
derajat hadis tersebut Hasan. 34 karena Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab Tahzibut
Tahzib telah mengemukakan bahwa perawi yang bernama Qatadah bin Duamah
dalam sanad tersebut di anggap Mudallas.35
Penjelasan kandungan hadis:
Pengarang kitab Syarh at-Tirmidzi menyatakan pendapatnya bahwa, Surat
yang mulia yang dapat memberikan syafaat bagi yang membacanya adalah surat
al-Mulk yang terdiri dari 30 ayat hingga diampuni dosanya. Maksud lafaz syafa’at
dalam surat ini adalah bahwa lafaz syafa’at di sini mempunyai hubungan dengan
waktu lampau maupun waktu yang akan datang, dalam waktu yang akan datang,
33 Ibid. jild. 4, h. 32 34 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, (Beirut:Dar al-Kutub) 35 Ibn Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, hal.482
40
Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa kalimat
Bismillah itu tidak termasuk ayat dari al-Fatihah dan tidak pula termasuk ayat
dari masing-masing surat, Imam Syafi’i dalam salah satu perkataan beliau
mengatakan bahwa kalimat Bismillah itu termasuk salah satu ayat dari al-Fatihah
tetapi tidak termasuk salah satu ayat dari masing-masing surat selain al-Fatihah,
tetapi keterangan Imam Syafi’i ini bersifat gharib, ada yang berpendapat bahwa
kalimat Bismillah di awal tiap-tiap surat itu termasuk salah satu ayat dari surat
tersebut, dan ada pula yang berpendapat sebagai ayat tersendiri, tidak termasuk
ayat surat. Begitu juga kalimat Bismillah di awal surat al-Fatihah. Ada yang
mengatakan termasuk surat al-Fatihah, dan ada pula yang mengatakan tidak. 37
Pada hari kiamat syafa’at sangat diperlukan karena pada hari itulah tidak
ada berguna lagi anak-pinak dan harta kekayaan dunia. Yang berguna ialah amal
36 Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwazi, (Beirut:Dar al-Fikr) 37 Bey Arifin, Samudera al-Fatihah, (Surabaya:Pt.Bina Ilmu, 2003), hal.98
41
Inilah surat al-Mulk telah diriwayatkan oleh Nabi saw bahwa beliau
bersabda, surat ini disebut al-Munjîah (yang menyelamatkan), karena ia dapat
menyelamatkan pembacanya dari siksa kubur. Surat ini akan memberikan syafa’at
kepada orang yang membaca, menghafal dan mengamalkan tuntunannya, ia akan
menolong serta membela pembacanya, maka sudah pasti bagi seorang muslim
yang yakin bahwa dia akan kembali kepada rabbnya untuk memperbanyak
membaca dan merenungkan surat ini, dengan harapan ia akan bermanfaat pada
hari yang penuh huru-hara yang besar dan bencana yang luar biasa. Hadis ini
menunjukan adanya tingkatan keutamaan surat-surat al-Qur’an. Keistimewaan
sebagian atas yang lain, serta keberkahan bagi pembacanya.
a) Bahwa amal salih akan memberi syafaat kepada pembacanya.
b) Bahwa dosa dan kesalahan akan gugur dengan amal baik.39
38 Yahya, Fadail al-Qur’an, h. 89. 39 Aid bin Abdullah al-Qarni, Hadis Pilihan Mendasari Kehidupan Sehari-Hari,
(Jakarta:Darul Haq, 2007) cet,1 hal. 245.
42
b. Hadis II
ن ، عنيكس من بامل سقير طن ، ميسدق الماءي الضظاف والحينربى الطو ردقو
سورة في القرآن خاصمت : م وسل عليه اهللاى صل اهللالوس رال ، قسن ان ، عثباث
40. الملك تبا رك الذي بيده: جنة ه الن صاحبها حتى ادخلتع
”Imam At-Tabrani dan al-Hafiz ad-Diya’ al-Maqdisi keduanya meriwayatkan dari jalan Salam bin Miskin dari Tsabit dari Anas, Rasulullah s.a.w, bersabda :ada satu surat dalam al-Qur’an yang membela orang yang senantiasa mengamalkannya, sehingga ia dimasukkan surga.”
Takhrij sanad:
1. Salam Miskin bin Rabi’ah bin al-Azdi an-Namri.
Guru-gurunya: Tsabit al-Bunani, Hasan al-Basri, Aqil bin Tolhah, Qatadah,
Syu’aib bin Habhan, dll.
Murid-muridnya: Anaknya Qasim, Abdu Samad bin Abdul Warits, Ibn
Mahdi, Yahya al-Qatan.
Pendapat ulama:
a) Ishaq bin Mansur dari Ibn Mu’in menganggap bahwa beliau adalah tsiqah
salih.
b) Abu Hatim menganggap bahwa beliau adalah perawi yang saleh dalam
bidang hadis.
c) Imam an-Nasâ’î menganggap bahwa beliau perawi yang tidak cacat.
d) Al-Bukhari mengatakan bahwa beliau wafat tahun 167 H.41
40 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, (Beirût:Dâr al-Kutub) 41 Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 4, h. 77
43
2). Tsabit bin Aslam al-Bunani, Abu Muhammad al-Basri.
Guru-gurunya: Anas, Ibn Zubair, Ibn Umar, Abdullah bin Mughafal, Umar
bin Abi Salamah, dll.
Murid-muridnya: Syu’bah, Jarir bin Hazim, Ma’mar, Hammam, Abu
A’wanah, dll.
Pendapat ulama:
a) Al-A’jali menganggap bahwa beliau adalah tsiqah, dan perawi yang salih.
b) An-Nasâ’î menganggap bahwa beliau adalah tsiqah.
c) Syu’bah menganggap bahwa beliau adalah tsiqah ma’mun
d) Yahya al-Qatan menganggap bahwa beliau mukhtalit.
e) Ibn A’liyah mengatakan bahwa beliau wafat tahun 127 H.42
3). Anas bin Malik bin Nadar bin Damdam.
Guru-gurunya: Nabi s.a.w, Abu Bakar, Umar, Usman, Abdullah bin Rahawah,
Fatimah az-Zahrah, Tsabit bin Qais bin Syamas dan Abdurrahman bin Auf.
Murid-muridnya: Hasan, Sulaiman at-Taimi, Abu Qolabah, Abdul Aziz Bin
Sahib, dll.
Pendapat ulama:
a) Umar ra, menganggap bahwa beliau adalah seorang pemuda yang pandai
menulis, dan terkenal ketakwaannya.
42 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 1, h. 57.
44
b) Ibn Sirin menganggap bahwa beliau adalah orang yang paling baik dalam
melaksanakan solat, di rumah atau perjalanan.
c) Hamam bin Qatadah mengatakan bahwa beliau wafat tahun 91 H. 43
Kesimpulan
Hadis tersebut telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Tafsir Ibn Katsir yaitu
Abdul Qadir al-Arnaûti dengan menyebutkan bahwa derajat hadis tersebut
hasan.44 Karena Ibn Hajar al-Asqalani menyebutkan dalam kitab Tahzibut Tahzib
bahwa perawi yang bernama Tsabit bin Salam al-Bunani dalam sanad tersebut
dianggap Mukhtalit. 45
c. Hadis III
ن بىيحا ينثد ، حباروي الشب ان بكل المدب عن بدمحا منثدح : يذمر التل قاو
ب ر ضال ، قاسب عنب ان ، عاءزوي الجب ان ، عهيب اني ، عرك النلكا منو برمع
اهللا عليه وسلم جباءه علي قبر ، وهو لا يحسب انه قبر ىض اصحاب النبي صلبع
انسان يقرء سورة الملك حتى ختمها ، فاتى النبي صلى اهللا عليه وسلم ) فاذا قبر(
يا رسول اهللا ، ضربت خباءي على قبر وانا ال احسب انه قبر ، فاذا انسان : لفقا
: ، حتى ختمها ، فقال رسو ل اهللا صلى اهللا عليه وسلم ) تبا رك:(يقرء سورة الملك
46 )عذا ب القبر ، هي المنجية ، تنجيه منهي المانعة(
43 Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqolani , Tahzibut Tahzib (Beirut:Dar al-
Fikr), 44 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, h. 58 45 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, hal.547 46 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, h. 70
45
“Imam At-Tirmidzi berkata, Muhammad bin Abdil Mấlik bin Abi Syawarib bercerita kepadaku, ia berkata: Yahya bin Umar bin Mấlik an-Nukri bercerita kepadaku dari ayahnya dari Abul Jauza dari Ibnu Abbas, berkata: suatu ketika di antara para sahabat Nabi s.a.w. ada yang memasang tendanya dia atas kuburan, sedang ia tidak tahu kalau itu kuburan. Tiba-tiba di dengar dari kuburan itu seseorang tengah membaca al-Qur’an surat al-Mulk sampai akhir ayat. Kemudian ia datang melapor pada Nabi saw., katanya: ya Rasulullah?aku pasang kemahku di di sebuah tanah sedang sangkaanku waktu itu tidak tahu bahwa itu kuburan. Setelah aku sadari tiba-tiba dari dalam situ seseorang sedang membaca surat Tabârak sampai khatam. Jawab Nabi saw. : itulah surat pendinding dan penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur.”
Takhrij sanad:
1). Muhammad bin Abdul Mấlik bin Abi Syawarib
Guru-gurunya: Katsir bin Sấlim al-Madaini, Abdul Aziz bin Mukhtar, Abi
A’wanah, Yusuf bin Ya’kub al-Majisyûn, dll.
Murid-muridnya: Muslim, Tirmidzi, Nasâ’î, Ibn Majah, an-Nasâ’î, Abu Ismail
at-Tirmidzi, dll.
Pendapat ulama:
a) Salih bin Muhammad al-Asadi menganggap bahwa beliau adalah guru
yang baik dan jujur.
b) An-Nasâ’î menganggap bahwa beliau tidak ada kecacatan.
c) Usman bin Abi Syaibah menganggap bahwa beliau guru yang jujur dan
tidak ada kecacatan.
d) Ibn Qani’ mengatakan bahwa beliau wafat tahun 244 H.47
2) Yahya bin Amru bin Mấlik an-Nukri al-Basri.
47 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild 5, h. 47.
46
Guru-gurunya: Ayahnya(A’mru bin Mâlik).
Murid-muridnya: Anaknya (Mâlik), Muhammad bin Sulaiman, Abu
Salamah, Muslim Bin Ibrahim, dll.
Pendapat ulama:
a) Ibn mu’in, Abu Zar’ah, Abu Daud, an-Nasâ’î, Daulabi, menganggap
bahwa beliau da’if.
b) Ahmad ibn Hanbal menganggap bahwa beliau terdapat kecacatan.
c) As-saji menganggap bahwa hadisnya Mungkar. 48
3). Amru bin Malik an-Nukri, dikenal dengan Abu Yahya.
Guru-gurunya: Ayahnya (Mâlik an-Nukri), dan Abi Jauza.
Murid-muridnya: Anaknya (Yahya), Nuh bin Qais, Mahdi bin Maimûn,
Sa’id, dll.
Pendapat ulama:
a) Menyebutkan ibn Hiban dalam tsiqohnya bahwa beliau wafat tahun 129 H.
b) Ibn Hajar mengatakan bahwa hadisnya telah dii’tibarkan dari selain
riwayat anaknya. 49
48 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 9. h. 121. 49 Ibid. jild.7, h. 88.
47
4). Aus bin Abdillah ar-Roba’iyi, Abu Jauza al-Basri.
Guru-gurunya: Abi Hurairah, Aisyah, Ibn Abbas, Abdullah bin Amru,
Sofwan bin Asal.
Murid-muridnya: Abu Asyhab, Amru bin Mâlik, Qatadah, dll.
Pendapat ulama:
a) Al-A’jali menganggap bahwa beliau adalah tabiin dari Basrah yang tsiqah.
b) Al-Bukhari menganggap bahwa beliau sanadnya jelas.
c) Bukhari menceritakan dari Yahya bin Sa’id bahwa beliau terbunuh di
Jamajam tahun 83 H. 50
5). Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutolib al-Hasyimi.,
Guru-gurunya: Nabi saw, dari ayahnya yaitu Abbas bin Abdul Mutolib,
ibunya al-Fadl, saudaranya al-Fadl, Bibinya Maimunah, Abi Bakar, dan
Usman.
Murid-muridnya: Anaknya(Ali), Muhammad bin Ali, Katsir bin Abbas,
Abdullah bin Ubaidillah bin Abbas.
Pendapat ulama:
a) Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah menganggap bahwa tidak ada yang
menandinginya dalam ilmu fiqih, ilmu tafsir, bahasa arab, syair, ilmu
hitung.
50 Ibid. jild. 1, h. 69.
48
b) Abu Nu’aim mengatakan bahwa beliau wafat tahun 68 H.51
Kesimpulan:
Hadis ini telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Tafsir Ibn Katsir yaitu Abdul
Qadir al-Arnaûti dengan menyebutkan bahwa derajat hadis tersebut ghorib,
karena di dalamnya terdapat perawi Yahya bin Umar bin Mâlik an-Nukri
dianggap da’if. 52
Penjelasan kandungan hadis:
Pengarang kitab Syarh at-Tirmidzi menyatakan pendapatnya bahwa,
Maksud pendinding dalam hadis ini, yakni dari siksa kubur atau dosa-dosa yang
mengharuskan bagi pelakunya terkena azab kubur. Sedangkan maksud
penyelamat dalam hadis ini yakni menyelamatkan orang yang selalu membacanya
dan mengamalkannya dari siksa kubur. Oleh karena itu surat ini disebut sebagai
surat penyelamat dari siksa kubur.53
d. Hadis IV
، راب جن ، عريب الزيب ان ، عميل سيب ان بثي لقير طنم اضي ايذمرى التو رمث
الذي تبا رك(، و )تنزيل الم ام حتى يقرءم آان ال ينل اهللا صلى عليه و سان رسول
54. بيده الملك
51 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 7, h. 43. 52 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, hl 72. 53 Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwazi, (Beirut:Dar al-Fikr). H. 48. 54 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, h. 90.
49
”At-Tirmidzi meriwayatkan, dari jalan Lais bin Abi Sulaim, dari Abi Zubair, dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. tidak tidur sehingga ia membaca surat as-Sajdah dan al-Mulk.”
Takhrij sanad:
1). Lais bin Sulaim bin Zunaim al-Qurasyi.
Guru-gurunya: Tawus, Ata, Ikrimah, Nafi’, Abi Zubair al-Maki, dll.
Murid-muridnya: Atsauri, Hasan bin Salih, Syaiban bin Abdurrahman,
Ya’qub bin Abdullah al-Qami, Syu’bah bin Hajjaj, dll.
Pendapat ulama:
a) Abu Daud menganggap bahwa beliau tidak ada kecacatan.
b) Maimun berkata dari Ibn Mu’in menganggap bahwa Lais melalui jalur
Tawus adalah da’if.
c) Ibn Manjawiyah mengatakan bahwa beliau wafat tahun 143 H.
d) Ibn Sa’ad mengatakan bahwa beliau adalah laki-laki yang ahli ibadah dan
salih.
e) Usman bin Abi Syaibah mengatakan bahwa Lais dapat dipercaya. 55
2.Muhammad bin Muslim bin Tadrus al-Asadi.
Guru-gurunya: Aisyah, Jabir, Abi Tufail, Sa’id bin Jabir, Ikrimah, Tawus,
dan Sofwan bin Abdullah bin Sofwan.
Murid-muridnya: Ata’, az-Zuhri, Ayub, ibn ‘Aun, al-A’masy, ibn Juraih,
Hisyam bin Urwah, dll.
55 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 4, h. 61.
50
Pendapat ulama:
a) Ibn Abi Khaitsamah dari Ibn Mu’in menganggap bahwa beliau tsiqah.
b) Ishaq bin Mansur dari Ibn Mu’in menganggap bahwa beliau orang yang
salih dalam hadis.
c) Marrah menganggap bahwa beliau tsiqah.
d) Umar bin Ali dan Tirmidzi mengatakan bahwa beliau wafat tahun 126 H.56
3). Jabir bin Abdillah bin Amru bin Haram, dikenal dengan Abu Abdurrahman,
dikenal dengan nama Abu Muhammad.
Guru-gurunya: Nabi saw, Abu Bakar, Umar, Ali, Abi ‘Ubaidah, Talhah,
Muaz bin Jabal, Umar bin Yasir, dll.
Murid-muridnya: Anaknya (Abdurahman), Muhammad, Said bin Musayab,
Mahmud bin Labid, Abu Zubair, dll.
Pendapat ulama:
a) Ibn Sa’ad dan al-Haytsami mengatakan beliau wafat pada tahun 73 H.
b) Zakaria bin Ishak mengatakan bahwa Jabir bin Abdullah telah mengikuti
peperangan bersama Rasulullah sebanyak 19 kali, tetapi jabir tidak
mengikuti dalam perang badar dan perang uhud, beliau telah
meriwayatkan hadis sebanyak 1540 hadis.57
56 Ibid. jild. 5, h. 128. 57 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 3, h. 63.
51
Kesimpulan:
Hadis ini telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Tafsir Ibn Katsir yaitu Abdul
Qadir al-Arnauti dengan menyebutkan bahwa derajat hadis tersebut sahih (tsiqah),
karena Para perawi yang meriwayatkan hadis ini dapat dipercaya.58
Penjelasan kandungan matan:
Pengarang kitab Syarh at-Tirmidzi menyatakan pendapatnya bahwa Imam
al-Qâri dalam kitab Tuhfatul Ahwazi berkata: keutamaan surat Tabârak dan surat
as-Sajdah ada tujuh puluh kebaikan daripada tiap-tiap surat lain al-Qur’an. Hal ini
tidak berarti meniadakan adanya hadis sahih yang menyebutkan, bahwa surat al-
Baqarah adalah seutama-utamanya surat al-Qur’an sesudah al-Fatihah. Karena
kadang-kadang terjadi kelebihan lain atau kekhususan tersendiri pada yang
diutamakan dari pada yang sifatnya sudah utama, disebabkan situasi dan
kondisi.59
e. Hadis V
60. يفضلان آل سورة في القرآن بسبعين حسنة: ساو طنع
”Dari Thawus ia berkata: kedua sûrat ini (surat as-Sajdah dan surat al-Mulk) lebih utama tujuh puluh derajat dibandingkan dengan semua surat yang terdapat dalam al-Qur’an.”
58 Nashiruddin al-Albani, Derajat Hadis-Hadis Dalam Tafsir Ibn Katsir, (Jakarta:Pustaka
Azzam’a, 2008), hal.541 59 Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwazi, h. 80. 60 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, (Beirut:Dar al-Kutub)
52
Takhrij sanad:
1). Tawus bin Kisan al-Yamani Abu Abdirrahman al-Himyari al-Janadi.
Guru-gurunya: Abi Hurairah, ‘Aisyah, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Arkam,
Safwan bin Umayah, Abdullah bin Syadad, Jabir, dll.
Murid-muridnya: Anaknya yaitu Abdullah, Wahab bin Manbah, Sulaiman
at-Taimih , Sulaiman al-Ahwal, Abu Zubair, az-Zuhri, Lais bin Abi Sulaim.
Pendapat ulama:
a) Ibn Juraih, dari Ata dari Ibn Abbas mengatakan bahwa ibn juraih tidak
menyangka bahwa tawus termasuk ahli surga.
b) Ishak bin Mansur menganggap beliau tsiqah.
c) Amru bin Ali berkata beliau wafat tahun 106 H 61.
Kesimpulan:
Hadis ini telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Tuhfatul Ahwazi yaitu
Abdurrahman Muhammad Utsman dan menganggap bahwa hadis tersebut adalah
hadis yang Maqtu karena hadis tersebut bersandar pada tabi’in. 62
Penjelasan kandungan matan:
Pengarang kitab Syarh at-Tirmidzi menyatakan pendapatnya bahwa Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa surat as-Sajdah dan surat Tabârak ini mempunyai
kelebihan atas tiap-tiap surat lain yang ada dalam al-Qur’an dengan tujuh puluh
61 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib. Jild. 6, h. 134. 62 Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwazi. H. 127.
53
derajat kebaikan sebagaimana tertera dalam Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya ia
menerangkan bahwa hadis ini bukan berarti meniadakan hadis lain yang
menyebutkan keutamaan atas tiap-tiap surat. Tiap surat mempunyai kelebihan
masing-masing sesuai dengan keadaannya masing-masing. 63
f. Hadis VI
ن بةملا سنثد ، حيانا هبص األفال عن بنس الحن بدمح مناثدح : يانرب الطالقو
: ل قااسب عنب ان عةمرك عن ، عهيب ان عانب ان بمك الحن بمياهربإا نثد ، حبيبش
يعني ). لوددت انها في قلب آل إ نسان من أ متي : (م وسلى عليه صل اهللالوس رالق
64)تبا رك الذي بيده لملك:(
”At-Tabrani berkata: Muhammad bin Husein bin Allap al-Ashbahani bercerita kepadaku, ia berkata: Salamah bin Syabib meriwayatkan, ia berkata: Ibrohim bin Hakam telah bercerita kepadaku dari Aban dari bapaknya dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah s.a.w, bersabda: sesungguhnya aku senang jika surat ini berada dalam hati setiap ummatku yaitu: surat Tabârak.”
Takhrij sanad
1). Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Muhammad dikenal dengan Ibn Abi
Ali al-Asbahani
Gurunya: Abu Bakar al-Khatib.
Muridnya: Abu Walid ad-Darinki.
63 Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwazi, h. 140. 64 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, h. 75.
54
Pendapat ulama:
a) Salam bin Husain ad-Dibas menganggap bahwa tidak ada kecacatan pada
dirinya.
b) Ibn Ahmad al-A’skari dan Muhammad bin Ishak mengatakan bahwa
beliau dilahirkan tahun 345 H, dan wafat tahun 480 H.65
2) Salamah bin Syabib an-Naisaburi, Abu Abdurrahman al-Hajri al-Misma’i.
Guru-gurunya: Abdurazak, Abi Usamah, Zaid bin Hiban, Abdullah bin Ja’far
ar-Raqi, Yazid bin Harun, Abi Mughirah al-Khaulani, Hasan bin Muhammad
bin A’yan, dll.
Murid-muridnya: Abu Zar’ah, Abu Hatim, Ibrahim bin Abi Talib.
Pendapat ulama:
a) Abu Hatim menganggap bahwa beliau perawi yang dapat dipercaya.
b) An-Nasâ’î menganggap bahwa beliau ulama yang tidak ada kecacatan.
c) Abu Nu’aim menganggap bahwa beliau salah satu ulama yang tsiqah.
d) Abu Bakar bin Abî Daud mengatakan bahwa beliau wafat tahun 246 H.66
3). Ibrahim bin Hakam bin Aban.
Guru-gurunya: Ayahnya yaitu Hakam bin Aban, Ibrahim bin Yahya bin Abi
Ya’kub al-Adani.
65 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild 5, h. 125. 66 Ibid. jild. 3. h. 128.
55
Murid-muridnya: Ishak bin Rahawiyah, az-Zahli, Ahmad bin Mansur ar-
Rimadi, Salamah bin Syabib.
Pendapat ulama:
a) Ibn Mu’in menganggap beliau bukanlah perawi yang tsiqah.
b) Marrah menganggap beliau da’if.
c) Abu Zar’ah menganggap beliau da’if.
d) Ad-Daruqutni menganggap beliau da’if.67
4). Hakam bin Aban al-Adani, Abu Isa.
Guru-gurunya: Ikrimah, Tawus, Syahr bin Hausyab, Idris bin Sinan Ibn Binti
Wahab.
Murid-muridnya: Anaknya yaitu Ibrahim, Ibn Uyainah, Ma’mar, Ibn Juraih,
Mu’tamar bin Sulaiman, Ibn ‘Aliyah, Yazid bin Abi Hakim Musa bin Abdul
Aziz al-Qinbari.
Pendapat ulama:
a) Ibn Mu’in dan an-Nasâ’î menganggap beliau tsiqah.
b) Abu Zar’ah menganggap bahwa beliau perawi yang saleh.
c) Al-A’jali menganggap beliau tsiqah.
d) Ahmad mengatakan bahwa beliau wafat tahun 154 H, pada usia 84
tahun.68
67 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 1, h. 82.
56
5) Ikrimah al-Barbar, Abu ‘Abdillah al-Madani.
Guru-gurunya: Ibn ‘Abbas, ‘Ali bin ‘Abi Talib, Hasan bin Ali, Abi Hurairah,
Ibn Umar, Ibn Amru, Abi Sa’id, dll.
Murid-muridnya: Abu Sya’tsa Jabir bin Zaid, Abu Zubair, Qatadah, Samak
bin Harb, dll.
Pendapat ulama:
a) Al-A’jali menganggap beliau tsiqah.
b) An-Nasâ’î menganggap beliau tsiqah.
c) Abu Hatim menganggap beliau tsiqah.
d) Al-Bukhari dan Ya’kub bin Sufyan dari Ali Ibn al-Madini mengatakan
bahwa beliau wafat tahun 104 H.69
6). Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutalib al-Hasyimi.,
Guru-gurunya: Nabi s.a.w, dari ayahnya yaitu Abbas bin Abdul Mutalib,
ibunya al-Fadl, saudaranya al-Fadl, bibinya Maimunah, Abi Bakar, dan
Usman.
Murid-muridnya: Anaknya yaitu Ali, Muhammad bin Ali, Katsir bin Abbas,
Abdullah bin Ubaidillah bin Abbas.
68 Ibid. jild. 2, h. 59. 69 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib. Jild 7, h. 126.
57
Pendapat ulama:
a) Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah mengatakan bahwa tidak ada yang
menandinginya dalam ilmu fiqih, ilmu tafsir, bahasa arab, syair, ilmu
hitung.
b) Abu Nu’aim mengatakan bahwa beliau wafat tahun 68 H. 70
Kesimpulan:
Hadis tersebut telah di takhrij oleh muhaqiq kitab Tafsir Ibn Katsir yaitu
Abdul Qadir al-Arnaûti dengan menyebutkan bahwa derajat hadis tersebut
Ghorib, karena di dalamnya terdapat perawi yang bernama Ibrahim dianggap
da’if. 71
Penjelasan kandungan matan:
Pengarang kitab Syarh at-Tirmidzi menyatakan pendapatnya bahwa Nabi
muhammad menyukai jika surat Tabârak ini selalu ada dalam hati setiap umatnya
karena surat ini merupakan surat pencegah, penyelamat dari siksa kubur atas
sebab itulah Nabi sangat menyukai jika surat ini selalu ada dalam hati setiap
umatnya. 72
70 Ibid. jild 7, h. 95. 71 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, h. 152. 72 Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwazi, h. 84.
58
g. Hadis VII
يبأ , ادي زن برص نن بدمح أةمجر تيف , هيخاري ت فراآس عنب اظافي الحو ردق و
مهن عيو رنيذ الاتق الثدحأ , هيق الفداه الزئرقالم, يروابسي النيشر الق اهللادبع
و , ةميزن خباي وذمر التهن عيورو , نيحيح صري غي فنكل , ملس مي وارخالب
هثيد حن مهدنس باقس , ماهو سقل خو , ةيوبر حن بديبي عب أبهذ مي فهقف تهيلع
ى صل اهللالوس رالق :لقا, كال من بسن أنع , يره الزنع , بائ السن باتر فنع
إن رج: (مل س وهيلع آتاب اهللا إال لا ممن آان قبلكم مات و ليس معه شيء من
إنك :فقال لها, فلما وضع في حفرته أتاه الملك فثارت السورة في وجهه , ) تبارك(
له ولا لنفسي ضرا ولا ) ا سلك ول(إني لا أملك و, تكوانا اآره مساء, من آتاب اهللا
فتنطلق إلى .فإن أردت هذا به فانطلقي إلى الرب تبارك وتعالى فا شفعي له , نفعا
افتحرقه انت , إلي من بين آتابك فتعلمني وتلانيإن فالنا عمد , يا رب: الرب فتقول
وحق لي أن : أال أراك غضبت ؟ فتقول:باالنار وتعذبه وانا في جوفه ؟فتقول
, كمل الجرخي فئجتف: الق. هي فكتعفشو, ك لهتبهاذهبي فقد و:فيقول . أغضب
: لوقتف , هيى فلاعاه قعضت فئجتف :الق. يءش بهن ملح يمل ,الب الفاس آجرخيف
نياتها ببحرمو, يانعا ومبرف, ردا الصذها ببحر مو, ينالا تمبرف , مفا الذها ببحرم
ا ذه بثدا حملف : الق. هيل عةشح الوةافخ مهرب قي فهسنؤت , يابتا ما قمبرف , نيمدقال
ا اهمسو, اهملعتال إدبعال ورا حل وريب آال وريغ صقب يم لملس و عليهى صل اهللارسول
73. اهللا صلى اهللا عليه وسلم المنجرسول
“Imam al-Hafiz Ibn ‘Asakir meriwayatkan dalam kitab tarikhnya saat menceritakan biografi Ahmad bin Nasr bin Ziyad Abu ‘Abdillah al-Qurasyi an-Naisaburi al-Muqri, seorang ahli zuhud dan faqih salah seorang
73 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, 99.
59
tsiqah yang dipakai riwayatnya oleh Imam al-Bukhari dam Muslim namun tidak dalam kitab sohihain, juga meriwayatkan darinya Imam at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan darinyalah beliau belajar fiqih mazhab abu ‘Ubaid bin Harbawaih beliau meriwayatkan dengan sanadnya, dari Furat bin Sâib dari Zuhri dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah bersabda: dahulu sebelum kalian, ada seorang pria yang meninggal dunia, saat itu tidak ada amal salih yang menyertainya selain sedikit dari kitab Allah swt. yaitu surat tabârak. Ketika jenazahnya di letakkan dalam lobang kubur, maka ia di datangi malaikat. Tiba-tiba surat tersebut berkobar membentengi wajahnya, maka malaikat berkata: sungguh engkau adalah termasuk al-Qur’an dan saya tidak ingin untuk menyakitimu, namun saya tidak dapat memberikan mudorot juga manfaat baik bagimu, dia ataupun diri saya sendiri. Kalau engkau ingin menyelamatkannya maka pergilah menghadap Allah swt dan mintakanlah syafa’at baginya. Lalu surat al-Mulk itupun berangkat menuju Allah swt dan berkata, ”ya Allah, sesungguhnya si fulan sengaja memilihku di antara surat-surat dalam kitabmu, dia mempelajariku dan membacaku. Apakah engkau akan membakarnya dan mengadzabnya dengan api neraka sedangkan saya berada dalam dirinya? Jika engkau melakukan itu, maka hapuslah saya dari kitabmu, maka Allah pun berfirman, ’ apakah engkau ini sedang marah?’ maka surat al-Mulk itu berkata,’ dan memang saya berhak untuk marah.’ Lalu Allah swt berkata,’ pergilah, saya telah berikannya padamu dan menjadikan engkau sebagai syafa’at baginya. Rasulullah saw. kembali melanjutkan:”maka datanglah surat tersebut dan keluarlah malaikat dalam keadaan yang jelek karena tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya, lalu surat al-Mulk datang dan meletakkan mulutnya pada mulut orang yang menghafalnya tadi sambil berkata,’ bergembiralah mulut ini, betapa banyak ia telah membacaku. Bergembiralah dada ini, betapa banyak dia telah berdiri membawaku.’ Lalu surat itu menemaninya dalam kuburan di sebabkan kekhawatiran akan kesepian. Tatkala Rasulullah saw menceritakan hadis ini, maka tidak ada seorang pun baik kecil, besar, merdeka atau pun budak kecuali mempelajarinya. Dan Rasulullah saw menamakannya sebagai surat al-Munjiah (penyelamat).”
Takhrij sanad:
1.Furat bin Sâib Abu Sulaiman, dikenal dengan Abu Mu’ala al-Jazri
Gurunya: Maimun bin Mihran.
Muridnya: Husain bin Hamd al-Marwazi.
60
Pendapat ulama:
a) Abu Hatim menganggap beliau adalah perawi hadis yang da’if dan
Munkar.
b) An-Nasâ’î menganggap bahwa hadisnya Matruk.74
1. Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin Syihab bin Abdillah
bin Haris bin Zuhrah bin Kilab bin Marah al-Qurasyi az-Zuhri al-Faqih.
Guru-gurunya: Abdullah bin ‘Umar bin Khatab, Abdullah bin Ja’far, Rabi’ah
bin ‘Ibad, Abdurrahman bin Azhar, Abdullah bin Amir bin Rabi’ah, Sahl
Sa’ad, Anas, Jabir, dll.
Murid-muridnya: Ata bin Abi Rabah, Abi Zubair al-Maki, Umar bin Abdul
Aziz, Umar bin Dinar, Salih bin Kisan, dll.
Pendapat ulama:
a) Lais bin Sa’ad mengatakan bahwa Lais belum pernah melihat orang alim
yang lebih sempurna dari az-Zuhri.
b) Ibn Sa’ad menganggap bahwa az-Zuhri adalah orang yang paling dapat
dipercaya, banyak memiliki hadis, ilmuwan, perawi dan ahli hukum yang
mumpuni.
c) Abu Daud dari Ahmad bin Salih mengatakan bahwa beliau lahir pada
tahun 50 H.
d) Ibn Yunus mengatakan bahwa beliau wafat tahun 125 H.75
74 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, h. 161.
61
2. Anas bin Mâlik bin Nadar bin Domdom.
Guru-gurunya: Nabi s.a.w, Abu Bakar, Umar, Usman, Abdullah bin
Rahawah, Fatimah az-Zahrah, Tsabit bin Qais bin Syamas dan Abdurrahman
bin Auf.
Murid-muridnya: Hasan, Sulaiman at-Taimi, Abu Qalabah, Abdul Aziz bin
Sahib, dll.
Pendapat ulama:
a) Umar ra, menganggap bahwa Anas bin Mâlik adalah seorang pemuda
yang pandai menulis, yang terkenal ketakwaannya.
b) Ibn Sirin menganggap bahwa Anas bin Mâlik adalah orang yang paling
baik dalam melaksanakan solat, di rumah atau perjalanan.
c) Hammam bin Qatadah mengatakan bahwa beliau wafat tahun 91 H. 76
Kesimpulan:
Hadis tersebut telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Tafsir Ibn Katsir yaitu
Abdul Qadir al-Arnaûti dengan menyebutkan bahwa derajat hadis tersebut
mungkar karena di antara periwayatnya ada yang lemah yaitu Furat bin Sâib. 77
Penjelasan kandungan matan:
Kata syafaat berarti perantaraan. Dalam hal ini syafaat merupakan
perantaraan dalam kaitannya dengan pertolongan. Misalnya di masa Nabi masih
hidup di tengah umatnya ada seorang sahabat yang memohon kepada Nabi.
75 Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, h. 118 76 Ibid. jild 1. h. 63. 77 Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, h. 132.
62
Sahabat itu meminta Nabi berdoa kepada Tuhan agar dirinya diberikan kekayaan
harta benda oleh Tuhan ternyata doa Nabi itu terkabulkan oleh Tuhan sehingga
sahabat menjadi kaya. Oleh karena syafaat juga diartikan sebagai pertolongan dari
Nabi, Rasul, Wali atau orang-orang suci dinamakan orang yang menerima syafaat.
Tentu semua syafaat itu berasal dari Tuhan dengan demikian syafaat itu
kepunyaan Tuhan, hanya Tuhan sejatinya yang memiliki syafaat (Q.S.Al-Zumar
39:44), ayat tersebut menyatakan bahwa syafaat itu kepunyaan Allah karena
kekuasaan langit dan bumi ada pada dia tak seorang pun yang dapat memberikan
syafaat kepada orang kecuali mendapat izin darinya (Q.S.Al-Baqarah 2:255),
syafaat tidak sama dengan istidraj. Syafaat berupa pertolongan yang diberikan
para Nabi, Rasul, utusan, atau orang-orang suci.
Syafaat sama seperti mukjizat, karomah maupun maunah yaitu sama-sama
tidak diupayakan. Semuanya merupakan anugrah Allah semata. Tetapi, syafaat
dapat diberikan secara sadar kepada orang yang meminta pertolongan, misalnya
seseorang dianugrahi syafa’at oleh Allah, lalu seseorang itu melihat orang yang
tertimpa bencana. Seketika saat mendengar teriakan orang itu meminta tolong,
maka seseorang itu secara sadar membebaskan orang itu dari bahaya yang
menimpanya, tetapi kita sendiri tidak memiliki pengetahuan bagaimana caranya
menolong orang itu. Malaikat pun menjadi alat untuk menyalurkan syafaat kepada
mereka yang dikehendaki dan diridoi Allah (Q.S 53:26, 21:28) artinya orang yang
dijadikan sebagai penyalur syafaat pun tidak dapat bertindak sewenang-wenang,
orang yang memberikan syafaat itu bekerja sesuai dengan petunjuk Tuhan itulah
sebabnya syafaat tidak dapat dilakukan seperti istidroj, meski syafaat itu
63
bertujuan baik yaitu menolong, tetapi pertolongan itu hanya ditujukan kepada
mereka yang diridhoi Allah. Mengapa hanya para Nabi, Rasul dan orang suci
yang dapat memberikan syafaat, karena mereka merupakan orang yang mampu
menyaksikan yang al-Haqq, yang Maha besar! Seperti dalam firman Allah dalam
sûrat al-Zukhruf 43:86).78
Terdapat perbedaan dalam berbagai kelompok mengenai pemberian
syafa’at, kaum khawarij dan mu’tazilah membantah akan adanya pemberian
syafa’at untuk melindungi orang-orang yang bersalah karena melakukan dosa-
dosa besar dan telah diperintahkan untuk di masukkan ke dalam neraka karena
dosa-dosanya itu, atau untuk mengeluarkan orang-orang yang telah di masukkan
ke dalam neraka. Al-qurtubi berkata,” pemberian syafa’at itu dibantah oleh
golongan Khawarij dan Mu’tazilah. Bantahan mereka itu didasarkan pada apa
yang mereka anggap sebagai pemikiran rasional. Menurut pendapat golongan
khawarij dan mu’tazilah yang ekstrem tersebut, orang-orang yang melakukan dosa
besar tidak akan pernah keluar dari neraka, dan syafaat yang diberikan oleh para
nabi tidak akan ada manfaatnya bagi mereka. Sebaliknya, kelompok murji’ah
yang pendapatnya bertentangan sekali dengan kelompok Khawarij dan
Mu’tazilah, mengatakan bahwa tidak seorang pun yang bersalah karena telah
melakukan dosa-dosa besar perlu masuk neraka.
Kaum Murjiah percaya bahwa orang-orang ini akan masuk surga tanpa di
hukum sama sekali. Kedua pihak juga berlawanan pendapat mengenai hadis
mutawatir yang terkenal dan mengenai konsensus kaum salaf dan para imam dari
78 Ahmad Chodjim, al-Ikhlas. (Jakarta: Pt.Ilmu Serambi, 2005) cet, 1 hal.288)
64
umat Nabi muhammad ini. Pendapat yang benar dalam masalah ini adalah
pendapat ahlusunnah waljamaah yang telah mendapat bimbingan dan petunjuk
Allah swt.
Ahlusunnah Waljamaah percaya bahwa orang-orang yang bersalah karena
berbuat dosa-dosa besar bergantung kepada Allah swt. Jika ia menghendaki, ia
akan memaafkan mereka, dan jika ia menghendaki, ia akan menghukum mereka
karena dosa-dosa tersebut dan setelah itu, dengan rahmatnya, memasukkan
mereka ke surga. 79
Orang beriman yang di hukum di neraka dan tidak ada seorang pun yang
memberinya syafaat akan di keluarkan berkat rahmat Allah. Tak ada seorang
beriman pun yang akan disiksa di neraka selama-lamanya. Siapa saja yang
memiliki keyakinan atau iman dalam hatinya meski seberat biji sawi, pada
akhirnya ia akan di keluarkan dari neraka. Ada beberapa simpul penting
berkenaan dengan syafaat yang dapat kita tarik dari ayat-ayat al-Qur’an, di
antaranya:
1. Syafa’at tidak berlaku bagi orang-orang kafir (Q.S.al-Baqarah [2]: 254).
2. Syafa’at ditetapkan secara mutlak sebagai milik Allah swt (Q.S.al-Zumar
[39]: 43-44).
3. Syafa’at diperbolehkan secara umum bagi selain Allah sesuai dengan izin
Allah swt (Q.S. al-Baqarah [2]: 255).
79 Umar Sulaiman al-Asyqar, Ensiklopedia kiamat, (Jakarta:Serambi ilmu semesta, 2002)
hal. 393
65
4. Al-Qur’an menjelaskan bahwa syafaat secara khusus diizinkan bagi para
malaikat atas orang-orang yang diridai Allah swt (Q.S. Al-Anbiya [21]:
25-28).
5. Syafa’at secara tegas dinisbahkan kepada Nabi saw pada masa hidupnya
(Q.S. Ali’ Imran [3]: 159)
6. Syafa’at disebutkan merujuk kepada Nabi saw di akhirat (Q.S. al-Isra [17]:
79)
7. Syafa’at dapat diberikan oleh para nabi dan kaum beriman secara umum di
akhirat (Q.S. Ali’ Imran [3]: 18)
Selain dimasa hidupnya para ulama bersepakat bahwa Nabi saw akan
memberikan syafaat kelak di hari kiamat. Prinsip ini telah menjadi bagian dari
akidah Islam seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kaum murtad Mu’tazilah
menolaknya karena mereka berpendapat bahwa orang yang masuk neraka akan
kekal di dalamnya. Selain Nabi Muhammad saw, para Nabi a.s.dan kaum
beriman pun dikatakan dapat memberi syafaat. Semua syafaat mereka tetap
mengikuti prinsip utama bahwa syafaat hanya milik Allah dan orang yang dapat
memberikannya hanyalah yang mendapat izin dan rida Allah. Para nabi dapat
memberikan syafaat karena mereka telah mengadakan perjanjian dengan Allah
(Q.S.al-Ahzab 33:7, Q.S. Ali’Imran 3:81) dan benar-benar telah menjadi saksi
atas kebenaran. Selain para nabi a.s. orang-orang tertentu dari kalangan kaum
66
beriman pun dapat memberikan syafaat sesuai dengan izin dan rida Allah
(Q.S.ali’Imran 3:18: Allah, para malaikat, orang yang berilmu) 80.
2. Hikmah Adanya Fada’il
Kata fadl merupakan kata dasar yang memiliki dua wazan (timbangan)
yaitu: fad ala- yaf dulu dan fadila-yafdalu. Di dalam al-Qur’an kata al-fadl
dengan berbagai bentuk turunnya disebut sebanyak 104 kali, arti asal kata al-fadl
adalah az-ziyadah wa al-khoir (kelebihan dan kebaikan), yang kemudian
berkembang menjadi: Baqiya (sisa/akhir), Zad/ziyadah (lebih), Galb
(menang/unggul/utama). Di dalam bahasa indonesia kata al-fadl sering
diterjemahkan dengan ”karunia”, kemurahan, kebaikan, keutamaan, kemuliaan”,
dan keunggulan”.
Kata al-Asfahani menyatakan bahwa fadl berarti ”lebih” atau ”kelebihan”
yang mencakup kebaikan dan keburukan. Sedangkan al-Tabatba’i mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan fadl (makna konotasinya) ialah suatu pemberian
yang bersifat suka rela yang merupakan kelebihan dari kebutuhan. Kata al-fadl,
demikian Tabataba’i digunakan untuk menyatakan kelebihan, keunggulan,
kebaikan, kemurahan dan keutamaan dalam hal yang positif, sedangkan untuk hal
yang negatif digunakan kata al-fudul. Namun demikian dalam al-Qur’an tidak
ditemukan kata al-fadl yang berarti kelebihan atau keuggulan di bidang yang
negatif sebagaimana tidak ditemukannya kata al-fudul. Sementara itu Ibn Mansur
80 Muhammad Hisyam Kabbani, Syafaat Tawasul dan Tabaruk, (Jakarta:pt. Serambi Ilmu
Alam Semesta, 2007) hal.13
67
menyebutkan al-fadilah diartikan sebagai kedudukan yang tinggi dalam hal yang
utama.akan tetapi kata al-fadilah tidak di temukan dalam al-Qur’an.
Kata fadl, yang digunakan untuk menyatakan kelebihan yang dimiliki oleh
sesuatu yang lain , umumnya menyangkut tiga segi : pertama, dari segi jenis,
seperti hewan memiliki kelebihan dibanding dengan tumbuh-tumbuhan. Kedua,
dari segi nau’ (kategori, yaitu suatu pembagian di bawah level jenis), seperti
manusia mempunyai kelebihan, dalam hal-hal tertentu, dibanding dengan binatang
sekalipun keduanya sama-sama jenis hewan. Kata al-fadl yang mempunyai arti
semacam ini dapat dilihat di dalam surat al-Isra 17:70. Ketiga, dari segi esensi
(dzat), seperti Ahmad memiliki kelebihan,dalam suatu segi, dibanding Mahmud.
Pemakaian kata fadl dengan pengertian ini dapat ditemukan dalam al-Qur’an
pada surat al-Nahl 16:71. Kelebihan atau keunggulan yang termasuk kategori
pertama dan kedua merupakan anugerah semata-mata dari Allah swt tanpa
didahului usaha dari yang menyandang kelebihan atau keunggulan yang
dimaksud. Sedangkan kelebihan atau keunggulan dalam kategori ketiga kadang-
kadang merupakan anugerah semata-mata dari Allah swt dan kadang-kadang juga
merupakan hasil dari usaha oleh yang bersangkutan.
Kata fadl di dalam al-Qur’an tidak hanya khusus untuk persoalan-
persoalan yang menyangkut keakhiratan, tetapi juga berkaitan dengan persoalan-
persoalan yang bersifat keduniaan. Banyak di temukan kata fadl yang di
rangkaikan dengan kata Allah atau kata yang bermakna Tuhan atau kata gantinya
terdapat beberapa cara. Pertama secara langsung merangkaikan antara keduanya,
seperti fadl Allah swt yang diulang sebanyak enam belas kali, satu kali dengan
68
rangkaian fadl rabbi (an-Naml, 27:40), sedangkan dalam rangkaian fadlah/fadlih
di temukan sebanyak 29 kali. Kedua, dengan cara menggunakan kata penghubung
berupa kata yang berarti ”memiliki” atau ”mempunyai”.kata penghubung
dimaksud ialah dzu yang mengandung arti as-sahib, ”yang memiliki” sebagai
contoh dalam QS Ali’Imran, 3:174. rangkaian dalam bentuk ini ditemukan
sebanyak empat belas kali.
Kemu’jizatan al-Qur’an terdapat dalam masing-masing surat yang ada
dalam al-Qur’an, masing-masing surat mempunyai keutamaan dan keutamaan
tersebut bagi orang yang mengamalkan dari keutamaan tersebut dapat
mempengaruhi dalam jiwa seseorang, diantaranya yaitu :
1) Dapat menguatkan iman dan memantapkannya.
2) Ia menjadi sebab selalu bertambahnya iman.
3) Dapat mendekatkan dari surga dan menjauhkan dari neraka.
4) Mengangkatkan derajat, menambah kebaikan yang bermanfaat di hari
yang mana harta dan keturunan tidak berguna kecuali orang yang datang
kepada Allah swt dengan hati yang salim dan tidak mungkin iman bisa
tetap sempurna apabila seorang muslim melalaikan fada’il.
5) Membentuk manusia memiliki akhlak yang baik, terutama apabila disertai
dengan meninggalkan kehinaan. 58
58 .Fachruddin hs, Ensiklopedi al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta,1992) hal.82
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian mengenai hadis-hadis yang berkaitan
dengan keutamaan surat al-Mulk yang terdapat dalam tafsir “al-Qur’an al-Azim”
yang terdiri dari 7 hadis, dapat ditarik kesimpulan bahwa hadis-hadis tersebut
berkualitas, sebagai berikut:
1. Hadis 1 dan 2 berkualitas hasan.
2. hadis 3 dan 6 berkualitas hasan.
3. hadis 4 dan 5 berkualitas sahih.
4. hadis 7 berkualitas da’if karena ada seorang perawi yang dinilai
munkar yaitu furat bin Sâib.
Maka dapat disimpulkan bahwa hadis-hadis mengenai keutamaan surat al-
Mulk yang dipercaya oleh masyarakat yang salah satu keutamaannya adalah dapat
memberikan syafa’at pada untuk orang yang sudah meninggal dapat diamalkan
karena dominan hasan dan sahih.
B. Saran-saran
Mengingat betapa pentingnya Membaca al-Qur’an adalah kewajiban semua
orang islam, maka penulis memberikan saran kepada saudara-saudara muslim bahwa
a-Qur’an banyak memberikan keuntungan bagi orang-orang yang melazimkan
69
70
membaca al-Qur’an dan mengamalkan apa yang ada di dalam al-Qur’an karena hanya
al-Qur’an yang dapat memberikan pertolongan di hari kiamat maupun di alam kubur.
Dan hendaklah umat Islam mencintai al-Qur’an karena dengan mencintai al-Qur’an
iman seseorang telah sempurna namun bukan hanya membacanya saja tentulah harus
dipahami makna yang terdapat dalam al-Qur’an tersebut.
Umat Islam harus menyadari bahwa seluruh surat-surat yang ada dalam al-
Qur’an masing-masing mempunyai keunggulan dan masing-masing juga mempunyai
keberkahan. Ketika semua Umat Islam sudah meninggal dan tiba saatnya nanti pada
hari kiamat maka semua orang tak terkecuali orang non islam pun meminta syafa’at
kepada Allah dan Allah hanya akan memberikan syafaat kepada Umat Islam
yang mencintai al-Qur’an dan mengamalkannya dan tentulah itu semua atas seizin
dari Allah swt.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Muhammad. Tuhfatul Ahwazi. Beirut:Dar al-Fikr. Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut:Dar al-Fikr. Ahmad, Syihabuddin. Tahzibut Tahzib. Beirut:Dar al-Fikr: hal.547. Al-Albani, Nashiruddin. Derajat Hadis-Hadis Dalam Tafsir Ibn Katsir.
Jakarta:Pustaka Azzam, 2008: hal.541 Ali, Nuruddin. Majma az-Zawaid. Beirut:Dar al-Fikr. Arifin, Bey. Samudera al-Fatihah. Surabaya:Pt.Bina Ilmu, 2003: hal.98. Ali, Sayuthi. Metodologi Penelitian Agama. Jakarta:Rajawali Pers, 2002. Cet, 1. Al-Asyqar, Umar Sulaiman. Ensiklopedia Kiamat. Jakarta:Serambi Ilmu Semesta,
2002: hal.393 Ath-Thobroni, Sulaiman bin Ahmad bin Ayub. Mu’jam as-Shogir. Beirut:Dar al-Fikr. ……………. Mu’jam al-Awsath. Kairo: Dar al-Hadis Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1999: Hal,6. Al-Badri, Yusuf. Surat Tabaarak Pendinding Dari Siksa Kubur. Surabaya:Pt.
Bungkul Indah, 1994: cet. 1, hal.11 Al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin Husain. Dalail al-Nubuwwah. Beirut:Dar al-
Kitab. Baidan, Nasiruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2000: cet.II, h.31 Chodjim, Ahmad. al-Ikhlas. Jakarta: Pt.Ilmu Serambi, 2005: cet. 1 hal.288
Dahlan, Abd Rahman. Kaidah-kaidah Penafsiran al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1998.
Abu Daud Sulaiman bin Asy’ast. Sunan Abu Daud. Kairo:Dar al-Hadis.
71
72
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Pt Ichtiar Van
Hoeve, 1994: h.157. Fachruddin hs. Ensiklopedi al-Qur’an. Jakarta:Rineka Cipta,1992: hal.82. Al-Farmawi, Abd al-Hayy. Metode Tafsir al-Mawdhu’iy. Penterjemah suryana.
Jamrah. Jakarta: Rajawali pers, 1994: h.13 Haeri, Fadhlullah. Pelita al-Qur’an. Jakarta:Pt.Serambi Ilmu Semesta, 2001: hal. 172 al-Hakim, Abdullah. al-Mustadrok. Beirut:Dar al-Kitab. Hasan, Muhammad Ali Umar. Amalan Murah Rezeqi Kekayaan. Kuala Lumpur:
Darul Nu’man, 1996. Hidayat, Rahmat Taufiq. Khazanah Istilah al-Qur’an.Bandung: Mizan,1999: h,176. Hisyam, Muhammad Kabbani. Syafaat Tawasul dan Tabaruk.Jakarta: pt. Serambi
Ilmu Alam Semesta, 2007: hal.13. Ibn Katsir. Al-Bidayah Wa al-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr: jilid XIV, h.32 ................ Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Beirut:Dar al-Fikr, 1997: cet.1, jilid 1,h.10 Ibn Majah. Sunan Ibn Majah. Beirut:Dar al-Ihya al-Turast Abi Isa Muhammad bin Isa. Sunan at-Tirmidzi. Beirut:Dar al-Fikr. al-Maghribi, Ali bin Muhammad. Fadha’il A’mal. Jakarta:Darul Haq, 2007. Maswan, Nur Faizin. Kajian Deskriptif Tafsir Ibn Katsir. Yogyakarata: Menara
Kudus, 2002: h.35-36. an-Nasa’i. Nasa’i Fi al-Kubro. Beirut:Dar al-Fikr. Nasiruddin, Muhammad. Dho’if Sunan at-Tirmidzi.Beirut:al-Maktabah Islami.. al-Qorni, Aidh bin Abdullah. Hadis Pilihan Mendasari Kehidupan Sehari-Hari.
Jakarta:Darul Haq, 2007: cet.1, hal.245 Quthub, Sayyid. Tafsir Zhilalil Qur’an. Jakarta:Gema Insani, 2004: hal. 220.
73
Selamat, Muhammad Isa. Penawar Jiwa dan Pikiran. Jakarta:Kalam Mulia, 2001: cet.1
Shihab, muhammad Quraisy. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002: hal.339. As-Suyuti, Abdurrahman Jalaluddin. Tafsir ad-Durr al-Mansur. Beirut:Dar al-Fikr. As-Suyuthi, Jalaluddin. Asrar Tartibil Qur’an. Jakarta:Pustaka Amani,1996: cet. 1,
hal.193 Yahya, Harun. Memilih al-Qur’an Sebagai Pembimbing. Surabaya: Risalah
Gusti2004: cet.1 Yahya, Fadhoil al-Qur’an.
74
Skema Hadis I
احمد بن حنبل
ةرير هىبا
فى القرآن ثال ان سورة :(ال ، قملس وهيل عى اهللا صلهللاوس رنع لكتبارك الذي بيده الم: ها حتى غفر له لصاحب شفعتثين آية
يمش الجاسبع
ةا دتق
شعبة
بن محمدحجاج محمد بن جعفر
عن
عن
عن
حدثن
عن
حدثن
74
75
Skema Hadis II
في القرآن سورة : م وسل عليه اهللاى صل اهللالوس رال قتبا رك الذي : ه الجنة خاصمت عن صاحبها حتى ادخلت
الملكبيده
قال
سنا
عن
ثباث
عن
نيكس من باملس روي
ينربالط
76
Skema Hadis III
اءه علي قبر اهللا عليه وسلم جبىرب بعض اصحاب النبي صل ضالقانسان يقرء سورة الملك حتى ) فاذا قبر(، وهو لا يحسب انه قبر
يا رسول اهللا ، : ختمها ، فاتى النبي صلى اهللا عليه وسلم فقال احسب انه قبر ، فاذا انسان يقرء ضربت خباءي على قبر وانا ال
رك:(سورة الملك رسو ل اهللا صلى اهللا ) تبا ، حتى ختمها ، فقال عذا ب القب هي المانعة ، هي المنجية ، تنجيه من: (عليه وسلم
عن
سع نبا اب
عن
جبا اءزوي ال
عن
هيبا
عن
نو برم عن بىيحييرك النلكام
حدثن
كل المدب عن بدمحم
حدثن
يذمرالت
77
Skema Hadis IV
رابج
رب الزيبا ي
الم ( قرءم آان ال ينام حتى يل اهللا صلى عليه و س، ان رسول )تبا رك الذي بيده الملك(، و )لتنزي
ميل سيب ان بثيل
يذمرالت
عن
عن
عن
يرو
78
Skema Hadis v
سوط ا
يذمرالت
يفضلان آل سورة في القرآن بسبعين حسنة
عن
عن
ميل سيب ان بثيل
فضيل بن عيا ض
هريم بن مسعا ر
عن
عن
حدثن
79
Skema Hadis VI
اسب عنبا
حدثن
حدثن
ينربالط
عن
80
Skema Hadis VII
كال من بسنأ
يرهالز
بائ السن باترف
تريخ ابن عساآر
عن عن
عن
عن