KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN BALITA · 2020. 6. 6. · Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. ......

134
KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN BALITA Studi Kesehatan dan Kematian Balita Buku Saku Kebidanan

Transcript of KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN BALITA · 2020. 6. 6. · Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. ......

  • KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN BALITA

    Studi Kesehatan dan Kematian Balita

    Buku Saku Kebidanan

  • KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN BALITA Studi Kesehatan dan Kematian Balita

    Copyright©2020

    Naomi Isabella Hutabarat, S.ST, M.Kes

    Diterbitkan pertama kali oleh CV Amerta MediaHak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights ReservedHak penerbitan pada Penerbit Amerta MediaDilarang mengutip atau memperbayak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit

    Anggota IKAPICetakan Pertama: Mei 202010,5 cm x 12.4 cm ISBN: 978-623-93829-0-2

    Penulis : Naomi Isabella Hutabarat, S.ST, M.Kes Editor : Aan Herdiana, M.SosDesain Cover : Adji AzizurrachmanTata Letak : Dendy Taufiqa CandraDiterbitkan Oleh : CV. Amerta Media

    NIB. 0220002381476NP. 202003-1708-4520-1345-639

    Email : [email protected]: www.penerbitbuku.idWhatsapp : 081-356-3333-24

    KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN BALITA Studi Kesehatan dan Kematian Balita Naomi Isabella Hutabarat, S.ST, M.Kes Cet.1 – Penerbit Amerta Media, M

    Isi di luar tangung jawab penerbit Amerta Media

  • iiiStudi kesehatan dan kematian Balita

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI iiiKATA PENGANTAR vSINOPSIS 1BAB 1 PENGERTIAN BALITA 3BAB 2 KESEHATAN BALITA 11BAB 3 KEMATIAN BALITA 17BAB 4 STUDI KESEHATAN DAN KEMATIAN BALITA di Kabupaten Tapanuli Utara 79KESIMPULAN 123DAFTAR PUSTAKA 125

  • vStudi kesehatan dan kematian Balita

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Allah atas kasih dan anugerahNya Buku Saku keberlangsungan hidup Balita sele-sai dibuat.

    Buku ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa kebidanan untuk memperlajari bayi dan Balita sebagai dasar dalam mempelajari mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita.

    Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Prodi D III Kebidanan

  • vi Studi kesehatan dan kematian Balita

    dan dosen. Mahasiswa Prodi D III Kebi-danan diharapkan terampil menjelaskan asuhan (role play) pada Neonatus balita yang terangkum dalam buku ini sehingga nantinya bisa bisa memberikan pelayanan asuhan yang terbaik dan berkualitas ser-ta beroritentasi kepada kepuasan klien. Kami berusaha menyusun materi dalam buku ini dengan bahasa yang ringkas dan mudah dipahami sehingga diharapkan semua materi dapat dipahami dengan baik.

    Kami menyadari, buku ini masih jauh dari sempurna. Karenanya, kami mengharap-kan kritik dan saran yang sifatnya mem-bangun untuk kesempurnaan Buku saku ini.

  • 1Studi kesehatan dan kematian Balita

    SINOPSIS

    Penyebab kematian balita pada umum-nya disebabkan balita menderita penyakit dan faktor lainnya seprti usia melahirkan, jarak kelahiran, paritas, pendidikan orang tua, berat badan lahir, status imunisasi, pemberian asi. Dari analisis yang sangat berpengaruh bagi kematian balita, faktor dari ibu dan faktor pengendalian penya-kit perorangan. Petugas kesehatan harus melakukan upaya penururan proporsi ke-matian balita melalui program pelayanan

  • 2 Studi kesehatan dan kematian Balita

    keluarga berencana dan ibu yang memi-liki balita dengan berat lahir rendah su-paya menerapkan pola makanan bergizi serta mengkonsumsi vitamin secara rutin selama kehamilan. Dengan demikian ke-berlangsungan hidup balita dapat terwu-jud dan meminimalkan kasus kematian.

  • 3Studi kesehatan dan kematian Balita

    BAB 1PENGERTIAN BALITA

    Balita (bawah lima tahun) adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada masa ba-lita ini terdapat usia yang sangat rawan yaitu anak usia 1 sampai dengan 2 tahun (baduta), bahkan sampai 3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Masa balita merupakan masa pertumbuhan tu-buh dan otak yang sangat pesat dalam

  • 4 Studi kesehatan dan kematian Balita

    pencapaian keoptimalan fungsinya. Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan ke-giatan penting, seperti mandi, BAB dan BAK serta makan. Perkembangan berbi-cara dan berjalan sudah bertambah baik. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia (Soetjiningsih, 2007).

    Balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun dengan karakteristik per-tumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, di mana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada

  • 5Studi kesehatan dan kematian Balita

    masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Septiari, 2012).

    Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita meru-pakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapa-ian keoptimalan fungsinya. Periode tum-buh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan memengaruhi dan menentukan

  • 6 Studi kesehatan dan kematian Balita

    perkembangan kemampuan berba-hasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2004).

    Bawah lima tahun atau sering dis-ingkat sebagai balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima ta-hun, atau bisa digunakan perhitungan bu-lan yaitu usia 12-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah dengan ciri-ciri perkembangan sebagai berikut (Anggraeni, 2010):

  • 7Studi kesehatan dan kematian Balita

    1. Perkembangan fisik

    Usia balita atau disebut juga usia prasekolah adalah fase terjadinya perkembangan fisik yang sangat pe-sat. Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan yang pesat dan pergerakan fisik yang aktif sehing-ga kebutuhan energi harus disesuai-kan dengan banyaknya energi yang digunakan untuk perkembangan fisik dan pergerakannya.

    2. Perkembangan Psikologis

    Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakannya (lo-

  • 8 Studi kesehatan dan kematian Balita

    komotion), seperti berlari, me-man-jat, melompat, berguling, ber-jinjit, menggenggam, melempar yang ber-guna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mem-pertahankan rentang atensi. Pada akhir periode balita ke-mampuan motorik halus anak juga mu-lai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang send-ok dan menyuapkan makanan ke mu-lutnya atau mengikat tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman terhadap obyek telah lebih baik. Kemampuan

  • 9Studi kesehatan dan kematian Balita

    bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada periode awal balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi di atas 1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun balita mulai berbi-cara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya.

    Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasi-lan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupak-an masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu

  • 10 Studi kesehatan dan kematian Balita

    sering disebut golden age atau masa keemasan (Anggraeni, 2010).[]

  • 11Studi kesehatan dan kematian Balita

    BAB 2KESEHATAN BALITA

    Pelayanan kesehatan anak balita adalah jumlah anak balita (12–59 bu-lan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbu-han minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun, pemberian vitamin A 2 kali setahun. Pelayanan kesehatan anak balita yang

  • 12 Studi kesehatan dan kematian Balita

    diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar meliputi:

    a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran be-rat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah ha-rus dirujuk ke sarana pelayanan kes-ehatan.

    b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) mini-

  • 13Studi kesehatan dan kematian Balita

    mal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkem-bangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bu-lan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan ke-sehatan) maupun di luar gedung.

    c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.

    d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.

    e. Pelayanan anak balita sakit ses-uai standar dengan menggunakan

  • 14 Studi kesehatan dan kematian Balita

    pendekatan Manajemen Terpadu Bal-ita Sakit (MTBS).

    Menurut Depkes RI (2000), manaje-men Terpadu Balita Sakit adalah manaje-men untuk menangani balita sakit yang bersifat terpadu yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Terpadu berarti mencari dan mengobati dengan dipandu buku bagan MTBS untuk beberapa pe-nyakit yang menyebabkan kematian bayi dan balita seperti pneumonia, diare, ma-laria, campak, gizi buruk dan masalah lainnya ke dalam satu episode pemer-iksaan. Dimulai dari penilaian berupa pemeriksaan gejala dan tanda-tanda yang muncul, pembuatan klasifikasi, pem-

  • 15Studi kesehatan dan kematian Balita

    berian tindakan dan kemudian diakhiri dengan melakukan konseling. Pemberian intervensi pun terpadu pula dengan meli-batkan tiga komponen utama yaitu pen-gobatan (kuratif), pencegahan (preventif) serta promosi (promotif). Keterlibatan be-berapa program inilah yang membedakan dengan strategi yang lain yang bersifat terkotak-kotak secara vertikal seperti manajemen ISPA program pemberan-tasan malaria, program pemberantasan diare, penanganan gizi buruk dan lain se-bagainya.[]

  • 16 Studi kesehatan dan kematian Balita

  • 17Studi kesehatan dan kematian Balita

    BAB 3KEMATIAN BALITA

    Pengertian Kematian Balita

    Kematian balita adalah kejadian ke-matian pada anak yang terjadi antara saat lahir sampai anak belum berumur tepat lima tahun. Kematian balita adalah keadaan menghilangnya tanda kehidu-pan secara permanen pada balita. Angka kematian balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu

  • 18 Studi kesehatan dan kematian Balita

    dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup (Utomo, 1988).

    Menurut WHO bahwa “the under-five mortality rate (U5MR)–the probability of a child dying before reaching the age of five years” (angka kematian balita adalah ke-mungkinan seorang anak meninggal se-belum mencapai usia lima tahun) (WHO, 2013).

    Nilai normatif angka kematian balita (AKABA) > 140 sangat tinggi, antara 71–140 sedang dan < 20 rendah. Indikator ini terkait langsung dengan target kelang-sungan hidup anak dan merefleksikan

  • 19Studi kesehatan dan kematian Balita

    kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKABA ker-ap dipakai untuk mengidentifikasi kesuli-tan ekonomi penduduk.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematian Balita

    Mosley dan Chen (1984) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi kematian pada balita adalah melalui pendekatan determinan terdekat (faktor ibu, kekuran-gan gizi, luka, pengendalian penyakit per-orangan dan lingkungan) dan determinan sosial ekonomi (tingkat individu, tingkat keluarga, tingkat masyarakat).

  • 20 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Hubungan antara karakteristik sosial eko-nomi dengan angka kematian anak san-gat kuat, pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap angka kematian anak dalam penelitian sosial. Faktor medis yang menyebabkan kematian anak tidak dapat dimasukkan ke dalam ranah pene-litian sosial, melainkan penelitian medis. Faktor medis tersebut lebih difokuskan pada proses biologi dari penyakit, sep-erti penyakit yang menyebabkan kema-tian anak (infeksi, diare dan kurang gizi). Penelitian sosial yang dilakukan digu-nakan untuk menarik kesimpulan menge-nai sebab-akibat faktor mortalitas, yang dilihat dari karakteristik sosial ekonomi, misalnya pendapatan dan pendidikan ibu

  • 21Studi kesehatan dan kematian Balita

    adalah dua faktor yang bisa dihubungkan dengan faktor mortalitas anak (determi-nan kausal) di negara berkembang (Uto-mo, 1988).

    1. Pendekatan Determinan Antara

    Kunci dari pendekatan determinan antara atau variabel antara adalah se-rangkaian determinan terdekat atau variabel antara yang secara langsung memengaruhi risiko morbiditas dan mortalitas. Semua determinan antara dapat memengaruhi kematian balita. Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kelangsungan hidup anak. terkait pendekatan variabel antara atau determinan terdekat yaitu:

  • 22 Studi kesehatan dan kematian Balita

    a. Dalam lingkungan yang terpe-lihara dengan baik secara op-timal, sekitar 98% bayi baru lahir bisa diharapkan bertahan hidup selama lima tahun perta-ma dalam hidupnya.

    b. Mengecilnya probabilitas ke-lang-sungan hidup ini dalam setiap masyarakat disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekono-mi, biologi, dan lingkungan.

    c. Determinan sosial-ekonomi (variabel pengaruh) harus me-mengaruhi melalui meka-nisme dasar yang terdekat (variabel

  • 23Studi kesehatan dan kematian Balita

    antara) yang pada gilirannya akan memengaruhi risiko penya-kit dan hasil dari proses penya-kit tersebut.

    d. Penyakit tertentu dan keku-rangan gizi yang tampak di an-tara penduduk yang meninggal dan mereka yang masih berta-han hidup tidak dianggap seba-gai variabel pengaruh.

    e. Terhambatnya pertumbuhan dan pada akhirnya kematian anak dianggap sebagai variabel terpengaruh yang mencermin-kan konsekuensi kumulatif yang

  • 24 Studi kesehatan dan kematian Balita

    tidak dapat dihindarkan dari pro-ses berbagai macam penyakit. Kematian seorang anak jarang disebabkan oleh hanya satu penyakit saja.

    Dari hal-hal di atas determinan antara atau variabel antara ini dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu:

    a) Faktor Ibu

    Faktor ibu meliputi usia melahirkan, jarak kelah-iran, pendidikan. Masing-masing faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil kehamilan dan kelangsungan hidup bayi. Selain

  • 25Studi kesehatan dan kematian Balita

    itu dimungkinkan juga terdapat siner-gisme diantara variabel-variabel fak-tor ibu, misalnya jarak kelahiran yang dekat ditambah dengan umur ibu yang muda.

    1) Usia Melahirkan

    Umur mempunyai pengaruh terha-dap kehamilan dan persa-linan. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko sedang yang kemungkinan akan memberikan anca-man kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang selama kehamilan, persa-linan dan nifas (Manuaba, 2008)

  • 26 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Dalam kurun repro-duksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk ke-hamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada wani-ta hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian mater-nal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun (Wiknjosas-tro, 2005).

    Menurut Utomo (1988), tinggi ren-dahnya tingkat pendidikan ibu erat kai-tannya dengan tingkat pengertian ter-hadap perawatan kesehatan, higiene,

  • 27Studi kesehatan dan kematian Balita

    perlunya pe-meriksaan kehamilan. Survei Demografi dan Kesehatan In-donesia menemukan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kematian balita adalah usia ibu saat melahirkan, dimana ke-matian balita yang tinggi terjadi pada mereka yang melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun.

    Menurut penelitian Santiyasa (2004) di faktor usia melahirkan, urutan kelahiran, perilaku pra dan pasca per-salinan merupakan empat faktor yang dominan hubugannya dengan kema-tian balita. Faktor usia melahirkan den-gan koefisien regresi sebesar 35,4% dan koefisien determinasi 12,52% se-

  • 28 Studi kesehatan dan kematian Balita

    cara nyata sangat berhubungan den-gan kematian balita dimana tinggi ren-dahnya tingkat kematian balita sangat ditentukan oleh faktor usia seorang ibu saat melahirkan.

    2) Jarak Kelahiran

    Menurut penelitian Santiyasa (2004) Faktor urutan kelahiran pada tingkat signifikansi 5% berbanding lu-rus dengan kematian balita dengan koefisien korelasi sebesar 15,24% sehingga se-makin tinggi nomor urut kelahiran balita akan memberikan risiko yang tinggi terhadap kematian. Hal ini dapat dimungkinkan karena

  • 29Studi kesehatan dan kematian Balita

    pembagian perhatian terhadap kese-hatan dan gizi kemungkinan lebih ren-dah dibandingkan dengan balita sebe-lumnya sebagai dampak dari faktor sosial ekonomi keluarga yang makin menurun dengan banyaknya anak, serta faktor ibu yang makin terbebani dengan makin banyaknya kelahiran anak yang pada akhirnya juga ber-dampak pada perilaku pra dan pasca persalinan.

    Sementara menurut Lubis (1982), paritas yang sangat terkait dengan urutan kelahiran akan berpengaruh pada kematian perinatal se-hingga terdapat hu-bungan positif antara ke-

  • 30 Studi kesehatan dan kematian Balita

    matian balita dengan jumlah kelahi-ran. Se-dangkan antara jarak kelahi-ran dengan ke-matian balita terdapat hubungan yang negatif. Jarak 3 antar kelahiran yang pendek akan mempen-garuhi status kesehatan ibu maupun anak karena ia harus menyapih anak yang lebih tua untuk menyusui anak yang baru lahir.

    Perbedaan tingkat kematian balita antara daerah perdesaan dan perkota-an dapat dilihat menurut karakteritik sosio ekonomi wanita yang mencer-minkan perilaku seorang ibu meliputi cara hidup sehat dan konsumsi gizi. Wanita hamil yang kekurangan gizi

  • 31Studi kesehatan dan kematian Balita

    akan cenderung untuk mengalami anemia yang berdampak pada kelahi-ran bayi dengan berat badan lahir ren-dah sehingga sangat rentan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada kematian (Bandiyah, 2009).

    3) Paritas

    Paritas atau jumlah kelahiran merupakan faktor penting dalam me-nentukan nasib ibu serta bayi yang dikandungnya selama kehamilan dan per-salinan. Menurut Depkes RI (2004) ibu hamil yang telah memiliki anak leb-ih dari empat orang perlu diwaspadai, karena se-makin banyak anak, rahim ibu pun semakin lemah.

  • 32 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Angka kematian anak yang tinggi pada wanita yang melahirkan di umur yang sangat muda dan tua, kemungki-nan berbuhungan dengan faktor biolo-gis yang mengakibatkan terja- dinya komplikasi sela-ma kehamilan dan saat persalinan. Jarak kelahiran yang pendek berhubungan dengan naiknya risiko kematian. Kematian anak adalah hampir dua kali lipat lebih tinggi pada anak yang dilahirkan dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun diband-ingkan dengan anak yang dilahirkan dengan jarak kelahiran 4 tahun atau lebih (BKKBN, 2012).

  • 33Studi kesehatan dan kematian Balita

    4) Pendidikan

    Tingkat pendidikan, mempunyai hubungan yang berbanding lu-rus den-gan tingkat kesehatan, semakin tinggi pendidikan maka individu lebih mudah menerima konsep tentang kesehatan. Apabila pendidikan seseorang tinggi maka akan ber-pengaruh terhadap pengetahuannya, penge-tahuannya akan lebih baik serta tindakannya juga akan lebih baik karena didasari oleh pengetahuan ya-ng baik. Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembe-lajaran kepada masyarakat agar ma-syarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara

  • 34 Studi kesehatan dan kematian Balita

    (mengatasi masalah), dan mening-katkan kesehatannya. Peruba-han atau tindakan pemeliharan dan pe-ningkatan kesehatan dihasilkan oleh pen-didikan kesehatan, ini di dasarkan kepada pengetahuan dan ke-sadaran-nya melalui pro-ses pembelajarannya (Notoatmodjo, 2010).

    Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengam-bilan keputusan. Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan mengem-bangkan pe-ngetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputu-san bahwa pelayanan kesehatan se-

  • 35Studi kesehatan dan kematian Balita

    lama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu ten-tang perawatan kehamilan.

    Hasil studi kuantitatif yang dilaku-kan Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes RI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto (2001), menyatakan faktor pendidi-kan ibu balita yang baik akan mendo-rong ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.

  • 36 Studi kesehatan dan kematian Balita

    5) Status Ekonomi

    Status ekonomi merupakan varia-bel penting dalam penggunaan pelay-anan kesehatan. Status ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendapatan, pengeluaran, atau tingkat kepemiliki-an. Ibu yang hidup dalam kemiskinan cenderung mengalami ketidakadilan dalam perawatan kesehatan dan me-miliki angka mortalitas maternal dan perinatal yang lebih tinggi (Fraser, 2009).

    Faktor pendapatan atau penghasi-lan sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Soetjiningsih (2007) me-

  • 37Studi kesehatan dan kematian Balita

    nyatakan bahwa pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tum-buh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.

    Status ekonomi keluarga dikaitkan dengan kesejahteraan keluarga, dima-na berdasarkan BPS (2008) terdapat 21 indikator yang digunakan sebagai pedoman pengukuran tahap keluarga sejahtera sebagai berikut:

    a) Keluarga prasejahtera, yaitu kalau keluarga ini belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya.

  • 38 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Indikator yang digunakan adalah kalau keluarga tersebut tidak dapat atau belum dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga I.

    b) Keluarga sejahtera tahap I, bila mampu memenuhi empat indikator kebutuhan hidup minimal pangan, sandang, papan, kesehatan dan keluarga tersebut harus memenuhi syarat-syarat (1) sampai (5) seb-agai berikut:

    1) Anggota keluarga me-lakukan ibadah.

  • 39Studi kesehatan dan kematian Balita

    2) Umumnya seluruh anggota ke-luarga ma-kan dua kali sehari.

    3)`Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang ber-beda untuk rumah, bersekolah, bekerja dan berpergian.

    4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

    5) Bila anak sakit dibawa ke sa-rana atau petugas kesehatan serta diberi obat dengan cara yang modern.

  • 40 Studi kesehatan dan kematian Balita

    c) Keluarga sejahtera tahap II, yaitu kalau keluarga itu selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan pengem-bangannya. Indikator yang dipakai adalah empat indika-tor yang pertama (1) sampai (5) dan keluarga tersebut ha-rus memenuhi syarat-syarat (6) sampai (14) sebagai berikut:

    1) Anggota keluarga melaku-kan ibadah secara teratur

  • 41Studi kesehatan dan kematian Balita

    menurut agama yang dianut masing-masing.

    2) Paling kurang sekali seming-gu keluarga menyediakan daging/ ikan/ telur sebagai lauk pauk.

    3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru satu tahun terakhir.

    4) Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi un-tuk setiap penghuni rumah.

  • 42 Studi kesehatan dan kematian Balita

    5) Seluruh anggota keluarga dalam satu bulan terakhir dalam keadaan sehat

    6)`Paling kurang satu anggota keluarga berumur 15 tahun keatas mempunyai peng-hasilan tetap.

    7)`Seluruh anggota keluarga be-rumur 10-15 tahun bisa baca tulis latin.

    8) Seluruh anak berusia 6-15 tahun bersekolah saat ini.

    9) Bila anak hidup dua atau leb-

  • 43Studi kesehatan dan kematian Balita

    ih keluarga yang masih PUS saat ini memakai alat kontra-sepsi (kecuali sedang hamil).

    d) Keluarga sejahtera tahap III, yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan sosial pisikologis kebutuhan pengem-bangannya, tetapi belim aktif dalam usaha kemasyarakatan dalam lingkungan desa atau wilayahnya. Karena itu harus mampu memenuhi syarat-syarat (1) sampai (14) dan memenuhi

  • 44 Studi kesehatan dan kematian Balita

    syarat di bawah ini:

    1) Upaya untuk keluarga me-ningkatkan pengetahuan agama.

    2) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disishkan un-tuk tabungan keluarga.

    3) Keluarga biasanya makan bersama paling kurang seka-li sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk komuni-kasi antar keluarga.

  • 45Studi kesehatan dan kematian Balita

    4) Keluarga biasanya ikut dalam kegiatan masyara-kat dan lingkungan tempat tinggalnya.

    5) Keluarga mengadakan rekreasi bersama paling kurang sekali enam bulan.

    6) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah.

    7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trans-portasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

  • 46 Studi kesehatan dan kematian Balita

    8) Keluarga sejahtera tahap III plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi ke-butuhan dasar minimum, kebutuhan sosial psi-kologis. Kebutuhan pengemban-gan dan sekaligus secara teratur ikut menyumbangan dalam kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti keg-iatan semacam itu. Keluarga tersebut memenuhi syarat-syarat (1) sampai (21) dan syarat-syarat di bawah ini:

  • 47Studi kesehatan dan kematian Balita

    10) Keluarga atau anggota ke-luarga secara teratur pada waktu tertentu rela memberi-kan sumbangan kegiatan so-sial masyarakat.

    11) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus per-kumpulan sosial/ yayasan/

    institusi masyarakat.

    b. Faktor Lingkungan

    Lingkungan berkaitan den-gan penularan penyakit kepada anak dan ibu. Empat kategori

  • 48 Studi kesehatan dan kematian Balita

    yang menggambarkan jalur-jalur utama penularan penyakit ke sekelompok besar penduduk meliputi (Santiyasa, 2004):

    1)`Udara yang merupakan jalur penyebarluasaan penyakit pernafasan dan banyak pe-nyakit lainnya.

    2) Makanan, air, jari yang meru-pakan jalur utama penyebar-luasan diare dan penyakit usus lainnya.

  • 49Studi kesehatan dan kematian Balita

    3) Kulit, tanah, dan benda mati yang merupakan jalur infeksi kulit

    4) Serangga pembawa penya-kit yang menularkan penya-kit parasit dan virus.

    Faktor lingkungan sangat berpenga-ruh terhadap kesehatan anak. Bahkan, bisa dipastikan bahwa faktor lingkungan adalah faktor terbesar yang mempenga-ruhi kesehatan anak. Beberapa dampak buruk lingkungan pada anak antara lain:

    1) Penyakit berbahaya yang didapatkan dari lingkungan seperti adanya bakteri, nyamuk, infeksi, atau zat-zat beracun.

  • 50 Studi kesehatan dan kematian Balita

    2) Segala sesuatu yang ada di sekitar rumah pun juga memberikan andil bagi kesehatan anak, seperti lingkun-gan rumah yang tidak bersih, kumuh, tidak terawat dengan baik, sampah menumpuk dimana-mana, atau dekat dengan genangan air yang tidak men-galir juga bisa memberikan andil bagi masalah kesehatan pada anak.

    3) Faktor air yang dikonsumsi, makanan yang dikomsumsi, dan asupan gizi yang tidak mencukupi juga memberi andil bagi buruknya kesehatan anak.

    Berdasarkan catatan Departemen Kesehatan RI, penyakit menular yang

  • 51Studi kesehatan dan kematian Balita

    disebabkan oleh lingkungan tidak sehat yang sering menyebabkan kematian dan kesakitan adalah diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), TB, demam berdarah dengue dan malaria. Salah satu penyebab lingkungan yang tidak sehat adalah cakupan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar yang masih relatif rendah (Depkes RI, 2007a).

    c. Pengendalian Penyakit Perorangan

    Salah satu komponen dalam pen-gendalian penyakit perorangan adalah tindakan preventif yang diambil oleh orang sehat untuk mencegah penyakit. Hal ini meliputi tingkah laku tradisional

  • 52 Studi kesehatan dan kematian Balita

    seperti mengikuti hal-hal tabu dalam masyarakat, dan praktek-praktek mod-ern seperti imunisasi atau pencegahan penyakit malaria dan perawatan ante-natal. Variabel ini biasanya diukur den-gan pemakaian pelayanan preventif yang dilaporkan seperti:

    1) Berat Badan Lahir (BBL)

    Berat badan merupakan salah satu tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan anak. Oleh karena itu, setiap bayi yang lahir pasti akan ditimbang. Berat badan akan meng-gambarkan komposisi tubuh bayi se-cara keseluruhan mulai dari kepala,

  • 53Studi kesehatan dan kematian Balita

    leher, dada, perut, tangan dan kaki. Berat badan bayi yang rendah sejak lahir menunjukkan kondisi bayi yang kurang sehat. Sebaliknya, jika berat bayi menunjukkan kisaran pola stan-dar, dapat dipastikan bayi dalam ke-adaan sehat (Widyastuti, 2007).

    Perbedaan tingkat kematian balita di daerah perdesaan dengan perkota-an dapat dilihat menurut karakteritik sosio ekonomi wanita yang mencer-minkan perilaku seorang ibu meliputi cara hidup sehat dan konsumsi gizi. Wanita hamil yang kekurangan gizi akan cenderung untuk mengalami anemia yang berdampak pada kelahi-

  • 54 Studi kesehatan dan kematian Balita

    ran bayi dengan berat badan lahir ren-dah sangat rentan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada kematian (Bandiyah, 2009).

    Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang se-dang bertumbuh dan baru saja men-galami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram. Pene-litian menunjukkan bahwa 50% kema-tian bayi terjadi pada periode neona-

  • 55Studi kesehatan dan kematian Balita

    tal yaitu di bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebab-kan kelainan-kelainan yang mengaki-batkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Sebagai contoh bayi yang mengalami hipotermi akan menyebab-kan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak (Dewi, 2010).

    2) Status Imunisasi

    Sistem imunisasi dapat mencegah antigen penginfeksi tubuh. Sistem imu-nisasi ini bersifat alami dan artificial. Imunitas alami bersifat spesifik dan non spesifik. Saat antigen menginfeksi

  • 56 Studi kesehatan dan kematian Balita

    tubuh, imunitas non spesifik yang ter-diri dari sel komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memak-an zat antigen tersebut. Setelah itu baru imunitas spesifik menyempur-nakan perlawanan dari imunitas tubuh. Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler. Sistem pertahanan hormonal menghasilkan immunoglobulin (IgM, IgA, IgD, IgH, IgE), sedangkan sistem pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit B dan sel limfosit T (sel Th 1, Th2, Tc). Pada tahap selanjutnya, imunitas spesifik menghasilkan suatu sistem memori.

  • 57Studi kesehatan dan kematian Balita

    Pada anak-anak imunitas selular akan berkembang spesifik setelah 2-3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus menunggu sampai 6-9 tahun (Proverawati dan Andhini, 2010).

    Bila imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat mengurangi angka ke-sakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Pengertian teratur dalam hal ini yaitu teratur dalam menaati jadwal dan jumlah frekuensi imunisasi, sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar leng-kap adalah telah mendapat semua je-nis imunisasi dasar (BCG 1x, DPT 3x, Polio 3x dan Campak 1x) pada waktu

  • 58 Studi kesehatan dan kematian Balita

    anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimum hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimu-nisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi (Maulana, 2009).

    Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak. Sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan mening-gal karena batuk rejan. Satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderta penyakit po-lio. Imunisasi yang dilakukan dengan

  • 59Studi kesehatan dan kematian Balita

    memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa un-tuk mendapatkan imunisasi lengkap (Proverawati dan Andhini, 2010).

    3) Pemberian ASI

    Para ibu tidak menyadari pent-ingnya pemberian ASI. SDKI 2007 menunjukkan bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia enam bu-lan diberi ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagian besar bayi di Indonesia

  • 60 Studi kesehatan dan kematian Balita

    tidak mendapatkan manfaat ASI terkait dengan gizi dan perlindungan terha-dap penyakit.

    Air Susu Ibu (ASI) merupakan sa-tu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung se-luruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, bayi mudah mencerna dan menyerap gizi yang terkandung dalam ASI (Bandiyah, 2009). ASI adalah zat yang mudah dicerna karena mengand-ung zat gizi yang sesuai dan mengand-ung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas

  • 61Studi kesehatan dan kematian Balita

    tinggi yang berguna untuk pertumbu-han dan perkembangan kecerdasan bayi/anak (Maulana, 2009).

    Ketahanan hidup bayi yang di-beri ASI 6 bulan atau lebih adalah lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat ASI kurang dari 4 bulan, atau hanya diberi ASI sampai usia 4-5 bulan. Begitu juga dengan bayi yang diberi ASI dengan durasi 4-5 bulan akan memiliki ketahanan hidup yang lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan. Sebagian besar bayi di Indonesia (81,02%) disusui sampai 6 bulan atau lebih. Proba-bilitas kumulatif ketahanan hidup bayi

  • 62 Studi kesehatan dan kematian Balita

    menurut durasi pemberian ASI adalah sebagai berikut: pemberian ASI 0 bu-lan ketahanan hidupnya adalah 71%, pemberian ASI 1-2 bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, 3 bulan adalah 95%, 4 bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6 bulan atau lebih adalah 99%. Artinya jika bayi yang lahir kemudian diberi ASI minimal sampai 6 bulan maka bayi tersebut akan memi-liki kesempatan 99% untuk merayakan ulang tahun pertamanya dan mema-suki usia balita (Nurmiati, 2008).

  • 63Studi kesehatan dan kematian Balita

    d. Faktor Gizi

    Kekurangan gizi pada anak balita akibat dari pola asuh yang tidak me-madai akan memengaruhi banyak or-gan dan sistem, karena keadaan ke-kurangan gizi sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan zat gizi makro maupun mikro yang sangat diperlukan bagi tubuh, terutama pada anak-anak yang mengalami masa pertumbuhan. Kekurangan gizi akan menyebabkan penurunan sistem per-tahanan tubuh terhadap mikroorganis-me maupun pertahanan mekanik se-hingga mudah sekali terkena infeksi. Jika anak-anak sudah terkena infeksi

  • 64 Studi kesehatan dan kematian Balita

    maka dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan jika lebih berat lagi dapat menyebabkan kematian.

    Status gizi pada masa balita perlu mendapatkan perhatian yang serius dari para orangtua, karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebab-kan kerusakan yang irreversible (tidak dapat dipulihkan) dan menimbulkan penyakit. Ukuran tubuh yang pendek merupakan salah satu indikator kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi yang leb-ih fatal akan berdampak pada perkem-bangan dan pertumbuhan balita. Kon-disi ini berkaitan dengan perilaku ibu

  • 65Studi kesehatan dan kematian Balita

    dalam memberikan makanan pada balita berdampak terhadap status gizi balita (Depkes, 2008b).

    Anak usia 1–5 tahun merupakan periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, kebutuhan nutrisi pada masa meningkat. Pening-katan kebutuhan nutrisi pada masa ini disebabkan anak pada usia 1 – 5 tahun merupakan kelompok anak usia ber-main, mulai turun tanah dan berkena-lan dengan berbagai kondisi sehingga memungkinkan terjadinya risiko infeksi dan berbagai penyakit sehingga me-ningkatkan nutrisi, masa golden age, dimana anak mengalami ledakan ter-

  • 66 Studi kesehatan dan kematian Balita

    besar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel. Prioritas nu-trisi adalah energi dan protein dalam arti tidak mengabaikan kebutuhan zat gizi lainnya masukan energi dan pro-tein yang kurang pada masa ini akan berdampak perkembangan otak dan susunan syaraf terhambat.

    e. Faktor Luka

    Luka dalam konteks ini meliputi luka fisik, luka bakar, dan keracunan. Meskipun luka kecelakaan sering di-anggap sebagai kejadian kebetulan, namun tingkat dan polanya pada suatu kelompok dapat mencerminkn risiko

  • 67Studi kesehatan dan kematian Balita

    lingkungan dan sosial ekonominya. Luka dapat juga ditimbulkan secara sengaja contoh yang paling nyata adalah pembunuhan bayi kategori variabel ini diukur dengan timbulnya luka-luka baru atau penyebaran kumu-latif luka yang berhubungan dengan ketidakmampuan (disability), misalnya luka bakar yang sangat parah.

    2. Determinan Sosial Ekonomi

    Hubungan antara determinan sos-ial ekonomi dengan angka kematian balita sangat kuat, walaupun masih merupakam black box mengenai me-kanisme pengaruh karakteristik sosial

  • 68 Studi kesehatan dan kematian Balita

    ekonomi terhadap angka kematian anak dalam penelitian sosial. Deter-minan sosial ekonomi menunjukkan bagaimana determinan sosial ekonomi melalui variabel antara memengaruhi tingkat gangguan pertumbuhan dan mortalitas. Determinan sosial ekonomi dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu:

    a. Variabel Tingkat Individu

    Tingkat individu atau produk-tivitas individu ditentukan oleh tiga unsur adalah keterampilan, kesehatan, dan waktu. Tingkat

  • 69Studi kesehatan dan kematian Balita

    pendidikan ibu dapat dapat memengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup anak den-gan cara memengaruhi pilihan-pilihan ibu dan meningkatkan keterampilan ibu dalam prak-tek-praktek upaya perawatan kesehatan. Tingkat kesehatan seorang anak dipengaruhi oleh waktu yang disediakan ibu un-tuk melakukan pemeriksaan prenatal dan kunjungan ke klinik bayi yang baik, memberi-kan ASI, menyiapkan makanan, mencuci pakaian, memandikan

  • 70 Studi kesehatan dan kematian Balita

    anak, membersihkan rumah dan mengobati penyakit.

    Dalam masyarakat tradision-al, suatu pembagian kerja yang jelas menurut jenis kelamin cen-derung memaksimalkan waktu ibu untuk mengasuh anak. Se-baliknya, dalam masyarakat tradisional yang merupakan ciri di banyak negara berkembang, waktu mengasuh anak sering digunakan untuk mengerjakan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Konsekuensinya

  • 71Studi kesehatan dan kematian Balita

    kesehatan mortalitas bayi san-gat bergantung pada keadaan ekonomi rumah tangga pada umumnya.

    b. Variabel Tingkat Rumah Tangga

    Variabel tingkat rumah tangga diartikan sebagai efek pendapatan atau kekayaan. Be-berapa hal utama yang menun-jukkan efek pendapatan atau kekayaan dapat memengaruhi kesehatan balita:

  • 72 Studi kesehatan dan kematian Balita

    1) Makanan

    Tersedianya makanan pokok dalam jumlah dan gizi yang memadai merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup. Selain itu, kualitas kebersi-han makan (bersih, segar, dan tidak busuk) juga sangat penting dalam mencegah penularan penyakit.

    2) Air

    Tersedianya air dalam jumlah yang cukup dan me-

  • 73Studi kesehatan dan kematian Balita

    miliki kualitas yang memadai untuk mandi, mencuci dan membersihkan merupakan variabel yang dapat mem-pengaruhi kelangsungan hidup anak.

    3) Pakaian

    Tersedianya pakaian yang cukup dan memadai akan melindungi diri dari kondisi iklim setempat serta mengurangi timbulnya infek-si kulit dan gangguan para-sit.

  • 74 Studi kesehatan dan kematian Balita

    4) Rumah

    Ventilasi yang tidak baik dan kondisi kamar tidur yang padat memengaruhi timbulnya infeksi kulit dan pernafasan pada ang-gota rumah tangga.

    5) Transportasi

    Sarana transportasi penting untuk mencapai fasilitas kes-ehatan, pasar untuk membeli barang konsumsi serta tempat kerja untuk mencari nafkah.

  • 75Studi kesehatan dan kematian Balita

    6) Hygiene atau pelayanan pre-ventif

    Pelayanan preventif mem-butuhkan biaya, seperti untuk membeli sabun, bahan-bahan pembersih, insektisida, vitamin, tambahan zat besi, alat kontra-sepsi, perawatan antenatal, dan imunisasi.

    7) Pengobatan penyakit

    Meliputi biaya-biaya seperti biaya dokter, biaya pemondo-

  • 76 Studi kesehatan dan kematian Balita

    kan, dan obat-obatan termasuk perawatan ibu selama melahir-kan anak.

    Informasi

    Melalui radio TV, surat Kabar, ma-jalah, buku dan saluran-saluran infor-mal.

    c. Variabel Tingkat Masyarakat

    Variabel tingkat masyarakat disebut juga lingkungan ekologi. Lingkungan ekologi meliputi iklim, tanah, curah hujan, temperatur, le-tak ketinggian, dan musim. Dalam

  • 77Studi kesehatan dan kematian Balita

    masyarakat pedesaan, variabel - variabel ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelangsun-gan hidup anak dengan memen-garuhi jumlah dan jenis bahan makanan yang dihasilkan, perse-diaan dan kualitas air, penyebar-luasan serangga pembawa penya-kit, tingkat bertambahnya bakteri dalam makanan yang disimpan dan drainase saluran pembuangan ko-toran.

  • 78 Studi kesehatan dan kematian Balita

  • 79Studi kesehatan dan kematian Balita

    BAB 4STUDI KESEHATAN DAN KEMA-TIAN BALITAdi Kabupaten Tapanuli Utara

    GAMBARAN UMUM KABUPATEN TA-PANULI UTARA

    Demografi

    Kabupaten Tapanuli Utara dengan luas wilayah sekitar 3.793,71 km2, terletak

  • 80 Studi kesehatan dan kematian Balita

    di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara berada pada ketinggian antara 300-1.500 meter di atas permu-kaan laut. Batas wilayah Kabupaten Ta-panuli Utara yaitu:

    a. Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.

    b. Selatan berbatasan dengan Kabupat-en Tapanuli Selatan.

    c. Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan.

    d. Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu.

  • 81Studi kesehatan dan kematian Balita

    Secara administrasi Kabupaten Ta-panuli Utara terdiri dari 15 kecamatan atau 15 puskesmas dan 252 desa. Jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 286.118 jiwa dengan kelompok umur muda (0-14 tahun) sebesar 37,0%, umur produktif (15-64 tahun) sebesar 57,0% dan umur tua (≥65 tahun) sebesar 6,0%.

    Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan kepesertaan Jamkesmas cenderung meningkat, dima-na tahun 2012 sebesar 43,3% dan menin-gkat menjadi 45,6% tahun 2013. Latar be-lakang pendidikan rendah (SD/sederajat) mencapai 67.540 orang (31,5%).

  • 82 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Pelayanan Kesehatan pada Anak

    Cakupan pemberian ASI Eksklu-sif pada bayi usia 0-6 bulan tahun 2013 hanya mencapai 20,1% terdiri dari anak laki-laki 20,2% dan perempuan 19,9%. Cakupan Lima Imunisasi Dasar Leng-kap meliputi BCG, DPT, Polio, Hepatis B dan Campak yaitu 91,4% melebihi target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 90%.

    LANDASAN TEORI

    Mosley dan Chen (1984) membagi variabel-variabel yang berpengaruh ter-hadap mortalitas balita atas:

  • 83Studi kesehatan dan kematian Balita

    1. Determinan antara atau endogenous seperti pola pemberian ASI, kebersi-han, sanitasi, dan nutrisi. Determinan antara ini dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu:

    a. Faktor ibu terdiri dari : umur, pari-tas dan jarak kelahiran

    b. Faktor lingkungan terdiri dari : uda-ra, makanan/air/jari, kulit/zat pe-nular kuman penyakit/tanah dan serangga pembawa penyakit (vek-tors).

    c. Faktor pengendalian penyakit per-orangan terdiri dari : Berat Badan

  • 84 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Lahir (BBL), status imunisasi, pem-berian ASI.

    d. Faktor Kekurangan Gizi terdiri dari: kalori, protein dan gizi-mikro (vita-min dan mineral)

    e. Faktor Luka terdiri dari : kecelakaan dan luka yang disengaja.

    2. Determinan sosial ekonomi atau eksogenous seperti budaya, sosial, mayarakat dan faktor regional. Varia-bel ini dikelompokkan menjadi tiga kat-egori yaitu:

  • 85Studi kesehatan dan kematian Balita

    a. Variabel tingkat individu : (produk-tivitas individu (ayah, ibu), tradisi, norma, sikap).

    b. Variabel tingkat rumah tangga : pendapatan atau kekayaan.

    c. Variabel tingkat masyarakat : ling-kungan ekologi, ekonomi politik, sistem kesehatan.

  • 86 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Konsep Mortalitas AnakMosley & Chen (1984)

    Gambar 4.1 Kerangka Teori

  • 87Studi kesehatan dan kematian Balita

    KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    Berdasarkan rumusan landasan teori tersebut di atas, maka dapat digambar-kan kerangka konsep penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti berikut ini.

    Gambar 4.2 Kerangka Konsep Penelitian

  • 88 Studi kesehatan dan kematian Balita

    ANALISIS UNIVARIATKarakteristik Ibu dan Balita Kelompok Kasus dan Kontrol

    Kelompok penelitian yaitu ibu yang memiliki balita yang meninggal disebab-kan menderita penyakit dan kecelakaan sebagai kelompok kasus dan ibu yang memiliki balita tidak meninggal sebagai kelompok kontrol. Karakteristik yang diteliti adalah umur, pekerjaan dan peng-hasilan sebagaimana pada Tabel 4.1 be-rikut.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu pada kelompok kasus yang berumur 20-35 tahun sebanyak 32 orang (86,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 29

  • 89Studi kesehatan dan kematian Balita

    orang (78,4%). Ibu pada kelompok kasus yang berumur 35 tahun seba-nyak 5 orang (13,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 8 orang (21,6%).

    Ibu pada kelompok kasus yang ber-penghasilan ≤ Rp.1.000.000,- sebanyak 2 orang (5,4%) dan pada kelompok kon-trol sebanyak 2 orang (5,4%). Ibu pada kelompok kasus yang berpenghasilan di atas Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 sebany-ak 24 orang (64,9%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 25 orang (67,6%). Ibu pada kelompok kasus yang berpenghasi-lan di atas Rp.2.000.000- Rp.3.000.000 sebanyak 9 orang (24,3%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 7 orang

  • 90 Studi kesehatan dan kematian Balita

    (18,9%). Ibu pada kelompok kasus yang berpenghasilan di atas Rp.3.000.000- Rp.4.000.000 sebanyak 2 orang (5,4%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 2 orang (5,4%). Ibu pada kelompok kasus yang berpenghasilan >Rp.4.000.000 tidak ada dan pada kelompok kontrol sebanyak 1 orang (2,7%).

    Ibu pada kelompok kasus yang bekerja sebagai IRT sebanyak 15 orang (40,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 12 orang (32,4%). Ibu pada kelompok kasus yang bekerja sebagai Petani sebanyak 18 orang (48,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 17 orang (45,9%). Ibu pada kelompok kasus yang bekerja se-

  • 91Studi kesehatan dan kematian Balita

    bagai pegawai sebanyak 3 orang (8,1%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 5 orang (13,5%). Ibu pada kelompok kasus yang bekerja sebagai pegawai sebanyak 1 orang (2,7%) dan pada kelompok kon-trol sebanyak 3 orang (8,1%).

    Balita pada kelompok kasus pada umumnya berumur antara 12-24 tahun sebanyak 29 orang (78,4%). Demikian juga pada kelompok kontrol lebih banyak berumur antara 25-36 tahun sebanyak 18 orang (48,6%).

  • 92 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.1 Karakteristik Ibu dan Balita pada

    Kelompok Kasus dan Kontrol

    Tabel 4.1 (Lanjutan)

  • 93Studi kesehatan dan kematian Balita

    Faktor Ibu

    Pengukuran faktor ibu ditinjau berda-sarkan usia melahirkan, jarak kelahiran, paritas, dan pendidikan sebagaimana pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ibu pada kelompok kasus yang melahirkan pada usia 35 tahun sebanyak 4 orang (10,8%) dan pada kelompok kon-trol sebanyak 6 orang (16,2%). Ibu pada kelompok kasus yang melahirkan pada usia 20-35 tahun sebanyak 33 orang (89,2%) dan pada kelompok kontrol seba-nyak 31 orang (83,8%). Ibu pada kelom-pok kasus yang jarak kelahiran anaknya

  • 94 Studi kesehatan dan kematian Balita

    (13,5%). Ibu pada kelompok kasus yang jarak kelahiran anaknya ≥2 tahun sebany-ak 22 orang (59,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 32 orang (86,5%).

    Ibu pada kelompok kasus yang memi-liki paritas ≤2 orang sebanyak 17 orang (45,9%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 11 orang (29,7%). Ibu pada kelompok kasus yang memiliki paritas >2 orang sebanyak 20 orang (54,1%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 26 orang (70,3%). Ibu pada kelompok kasus yang berpendidikan rendah sebanyak 16 orang (43,2%) dan pada kelompok kon-trol sebanyak 11 orang (29,7%). Ibu pada kelompok kasus yang berpendidikan ting-

  • 95Studi kesehatan dan kematian Balita

    gi sebanyak 21 orang (56,8%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 26 orang (70,3%).

    Secara lengkap distribusi faktor ibu berdasarkan usia, jarak kelahiran, paritas, pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

  • 96 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.2Distribusi Faktor Ibu pada Kelompok

    Kasus dan Kontrol

    Faktor Pengendalian Penyakit Perorangan

    Pengukuran faktor pengendalian penyakit perorangan ditinjau berdasarkan Berat Badan Lahir (BBL), status imunisa-

  • 97Studi kesehatan dan kematian Balita

    si, dan pemberian ASI sebagaimana pada Tabel 4.3. Dengan hasil, ibu pada kelom-pok kasus yang memiliki balita dengan BBL

  • 98 Studi kesehatan dan kematian Balita

    sebanyak 23 orang (62,2%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 24 orang (64,9%).

    Ibu pada kelompok kasus yang me-miliki balita yang tidak diberi ASI eksklu-sif sebanyak 22 orang (59,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 12 orang (32,4%). Ibu pada kelompok kasus yang memiliki balita yang diberi ASI eksklusif sebanyak 15 orang (40,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 25 orang (67,6%). Secara lengkap distribusi faktor ibu berdasarkan BBL, status imunisasi, pemberian ASI di Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

  • 99Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.3

    Distribusi Faktor Pengendalian Penyakit Perorangan

    Kelompok Kasus dan Kontrol

    Faktor Kesehatan

    Pengukuran faktor kesehatan ditin-jau berdasarkan faktor kesehatan, balita sebagaimana pada Tabel 4.4. Dengan

  • 100 Studi kesehatan dan kematian Balita

    hasil, ibu pada kelompok kasus yang me-miliki balita dengan status sakit sebanyak 27 orang (73,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak119 orang (29,7%). Ibu pada kelompok kasus yang memiliki balita dengan status sehat sebanyak 10 orang (27,0%) dan pada kelompok kontrol seba-nyak 28 orang (75,7%).

    Tabel 4.4

    Distribusi Faktor Kesehatan pada Kelompok Kasus dan Kontrol

  • 101Studi kesehatan dan kematian Balita

    ANALISIS BIVARIAT

    Hubungan variabel independen yaitu faktor ibu (usia melahirkan, jarak kelahi-ran, paritas, dan pendidikan), faktor pen-gendalian penyakit perorangan (BBL, status imunisasi, dan pemberian ASI), dan faktor kesehatan dengan variabel de-penden (kematian balita) di wilayah kerja 14 puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara diuraikan pada tabulasi si-lang berikut ini.

    Hubungan Faktor Ibu dengan Kemati-an Balita

    Hubungan faktor ibu (usia melahirkan, jarak kelahiran, paritas, dan pendidikan) dengan status kematian balita diperoleh

  • 102 Studi kesehatan dan kematian Balita

    hasil bahwa ibu memiliki balita meninggal lebih banyak pada kelompok usia 20-35 tahun yaitu 33 orang (89,2%) daripada usia 35 tahun yaitu 4 orang (10,8%). Ibu memiliki balita tidak mening-gal lebih banyak pada kelompok usia 20-35 tahun yaitu 31 orang (83,3%) daripada usia 35 tahun yaitu 6 orang (16,2%). Hasil uji statistik chi square McNemar diperoleh nilai χ2 sebesar 1,000 dan nilai p=0,182>0.05 berarti tidak ada hubungan usia ibu melahirkan dengan kematian balita. Odd ratio didapat 0,500 (95% CI 0,178;1,405).

    Ibu memiliki balita meninggal lebih banyak dengan jarak kelahiran ≥2 tahun

  • 103Studi kesehatan dan kematian Balita

    yaitu 22 orang (59,5%) daripada jarak ke-lahiran 2 orang yaitu 20 orang (54,1%) daripa-da jumlah anak ≤2 orang yaitu 17 orang

  • 104 Studi kesehatan dan kematian Balita

    (45,9%). Ibu memiliki balita tidak mening-gal lebih banyak dengan jumlah anak >2 orang yaitu 26 orang (70,3%) daripa-da jumlah anak ≤2 orang yaitu 11 orang (29,7%). Hasil uji statistik chi square McNemar diperoleh nilai χ2 sebesar 3,556 dan nilai p=0,223>0.05 berarti tidak ada hubungan paritas dengan kematian ba-lita. Odd ratio didapat 0,385 (95% CI 0,173;0,854).

    Ibu memiliki balita meninggal lebih banyak tamatan pendidikan tinggi yaitu 21 orang (56,8%) daripada tamatan pen-didikan rendah yaitu 16 orang (43,2%). Ibu memiliki balita tidak meninggal lebih banyak tamatan pendidikan tinggi yaitu

  • 105Studi kesehatan dan kematian Balita

    26 orang (70,3%) daripada tamatan pen-didikan rendah yaitu 11 orang (29,7%). Hasil uji statistik chi square McNemar diperoleh nilai χ2 sebesar 0,167 dan nilai p=0,540>0.05 berarti tidak ada hubungan paritas dengan kematian balita. Odd ratio didapat 0,846 (95% CI 0,479;1,496). Se-cara lengkap hubungan faktor ibu (usia, jarak kelahiran, paritas, pendidikan) den-gan kematian balita di Kabupaten Tapan-uli Utara, dapat dilihat pada Tabel 4.5 beri-kut.

  • 106 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.5

    Hubungan Faktor Ibu (Usia Melahirkan, Jarak Kelahiran, Paritas, dan Pendidikan) dengan

    Kematian Balita

  • 107Studi kesehatan dan kematian Balita

    Hubungan Faktor Pengendalian Pe-nyakit Perorangan dengan Kematian Balita

    Hubungan faktor pengendalian penya-kit perorangan (BBL, status imunisasi dan pemberian ASI eksklusif) dengan kemati-an balita diperoleh hasil bahwa ibu memi-liki balita meninggal lebih banyak melahi-rkan dengan riwayat berat badan ≥2500 gr yaitu 33 orang (89,2%) daripada berat badan

  • 108 Studi kesehatan dan kematian Balita

    square McNemar diperoleh nilai χ2 sebe-sar 0,667 dan nilai p=0,221>0.05 berarti tidak ada hubungan berat badan lahir dengan kematian balita. Odd ratio didapat 0,500 (95% CI 0,141;1,772).

    Ibu memiliki balita meninggal lebih banyak dengan status imunisasi lengkap yaitu 23 orang (62,2%) daripada status imunisasi tidak lengkap yaitu 14 orang (37,8%). Ibu memiliki balita tidak mening-gal lebih banyak dengan status imunisasi lengkap yaitu 24 orang (64,9%) daripada status imunisasi tidak lengkap yaitu 13 orang (35,1%). Hasil uji statistik chi square McNemar diperoleh nilai χ2 sebesar 0,001

  • 109Studi kesehatan dan kematian Balita

    dan nilai p=0,803>0.05 berarti tidak ada hubungan status imunisasi dengan kema-tian balita. Odd ratio didapat 1,000 (95% CI 0,500;2,000).

    Ibu memiliki balita meninggal lebih banyak tidak diberikan ASI eksklusif yai-tu 22 orang (59,5%) daripada diberikan ASI eksklusif yaitu 15 orang (40,5%). Ibu memiliki balita tidak meninggal lebih banyak diberikan ASI eksklusif yaitu 25 orang (67,6%) daripada tidak diberikan ASI eksklusif yaitu 12 orang (32,4%). Hasil uji statistik chi square McNemar diperoleh nilai χ2 sebesar 1,000 dan nilai p=0,453>0.05 berarti tidak ada hubung-

  • 110 Studi kesehatan dan kematian Balita

    an status imunisasi dengan kematian balita. Odd ratio didapat 1,667 (95% CI 0,797;3,485).

    Secara lengkap hubungan faktor pen-gendalian penyakit perorangan (BBL, status imunisasi, pemberian ASI) dengan kematian balita di Kabupaten Tapanuli Utara, dapat dilihat pada Tabel 4.6 beri-kut.

  • 111Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.6

    Hubungan Faktor Pengendalian Penyakit Perorangan

    (BBL, Status Imunisasi dan Pemberian ASI) dengan

    Kematian Balita

  • 112 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Hubungan Faktor Kesehatan dengan Kematian Balita

    Hubungan faktor kesehatan dengan kematian balita bahwa ibu memiliki ba-lita meninggal lebih banyak pada kondisi kesehatan sakit yaitu 27 orang (75,0%) daripada kondisi kesehatan sehat yaitu 10 orang (26,3%). Ibu memiliki balita ti-dak meninggal lebih banyak pada kondisi kesehatan sehat yaitu 28 orang (73,7%) daripada kondisi kesehatan sakit yaitu 9 orang (25,0%). Hasil uji statistik chi square McNemar diperoleh nilai χ2 sebe-sar 16,333 dan nilai p=0,453>0.05 berarti tidak ada hubungan status imunisasi

  • 113Studi kesehatan dan kematian Balita

    dengan kematian balita. Odd ratio didapat 8,000 (95% CI 2,730;23,444).

    Tabel 4.7

    Hubungan Faktor Kesehatan (Faktor kesehatan,)

    dengan Kematian Balita

    Hubungan Antar Variabel Independen

    Pada Tabel 4.8 di bawah ini, terlihat bahwa tidak ada hubungan usia melahir-kan dengan jarak kelahiran, pendidikan, BBL, status imunisasi, pemberian ASI dan

  • 114 Studi kesehatan dan kematian Balita

    kesehatan dengan nilai p>0,05. Tidak ada hubungan jarak kelahiran dengan pendi-dikan, BBL, status imunisasi, pemberian ASI dan kesehatan diperoleh tidak ada hubungan dengan nilai p >0,05. Tidak ada hubungan pendidikan dengan BBL, status imunisasi, pemberian ASI dan ke-sehatan diperoleh tidak ada hubungan dengan nilai p>0,05. Tidak ada hubungan BBL dengan status imunisasi, pemberian ASI dan kesehatan diperoleh tidak ada hubungan dengan nilai p>0,05. Tidak ada hubungan status imunisasi dengan pem-berian ASI dan kesehatan diperoleh tidak ada hubungan dengan nilai p>0,05. Tidak ada hubungan pemberian ASI dengan kesehatan diperoleh tidak ada hubun-

  • 115Studi kesehatan dan kematian Balita

    gan dengan nilai p >0,05. Secara leng-kap hubungan antara variabel indepen-den dengan variabel independen lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

  • 116 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.8

    Hubungan Antar Variabel

  • 117Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.8 (Lanjutan)

    ANALISIS MULTIVARIAT

    Berdasarkan analisis bivariat bahwa variabel penelitian yang dapat dilanjutkan ke analisis multivariat oleh karena nilai p≤0,25 yaitu faktor ibu (usia ibu melahir-kan, jarak kelahiran, dan paritas), faktor pengendalian penyakit perorangan (be-

  • 118 Studi kesehatan dan kematian Balita

    rat badan lahir) serta faktor kesehatan, dengan menggunakan uji regresi logistik berganda conditional yang bertujuan un-tuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta untuk memprediksi seberapa jauh variabel inde-penden memberikan kontribusi terhadap variabel dependen.

    Hasil uji regresi logistik berganda con-ditional bahwa ada dua variabel yang berpengaruh terhadap kematian balita di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 yaitu paritas dan faktor kesehatan. Vari-abel paritas dengan nilai p=0,037

  • 119Studi kesehatan dan kematian Balita

    ritas di atas 2 orang 0,05 kali kemungki-nan meninggal balitanya dibandingkan ibu dengan paritas di bawah atau sama dengan 2 orang.

    Variabel faktor kesehatan, dengan ni-lai p=0,011

  • 120 Studi kesehatan dan kematian Balita

    bel faktor ibu (umur ibu melahirkan, jarak kelahiran, paritas) dan faktor pengenda-lian penyakit perorangan (berat badan lahir) dan faktor kesehatan dengan ke-matian balita dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.

  • 121Studi kesehatan dan kematian Balita

    Tabel 4.9

    Pengaruh Faktor Ibu (Umur Melahirkan, Jarak Kelahiran,

    Paritas), Faktor Pengendalian Penya-kit Perorangan (Berat Badan Lahir), dan Faktor Kesehatan yang Memen-

    garuhi terhadap Kematian Balita

  • 122 Studi kesehatan dan kematian Balita

  • 123Studi kesehatan dan kematian Balita

    KESIMPULAN

    Faktor yang mempengaruhi kematian balita di kabupaten Tapanuli Utara adalah factor pengendalian penyakit perorangan yaitu berat badan lahir. Jika bayi berat badan lahir lebih kecil dari 2500 gram ke-mungkinan meninggal dibandingkan den-gan balita dengan berat badab lahir lebih besar dari 2500 gram. Untuk menurunkan proporsi kematian balita adalah melalui program pelayanan kesehatan terpada antara BkkbN, Puskesmas, kepala desa, tokoh masyarakat untuk memperhatikan dan mengutamakan program kesehatan reproduksi ibu yang mempunyai varitas

  • 124 Studi kesehatan dan kematian Balita

    banyak melalui program KB (Keluarga Berencana). Ibu yang memiliki berat badan lahir menerapkan pola makan bergizi dan mengkonsumsi tablet Fe se-cara rutin. Selain itu, tenaga kesehatan secara berkala memberikan pendidikan kesehatan terutama kepada ibu yang me-miliki balita dengan riwayat berat badan lahir rendah supaya membawa balita ke pelayanan kesehatan untuk memantau kesehatan secara rutin seperti mendapat-kan imunisasi lengkap di posyandu.

  • 125Studi kesehatan dan kematian Balita

    DAFTAR PUSTAKA

    BkkbN, 2012. Kematian Bayi dan Anak di Indonesia. Jakarta.

    Depkes RI, 2004. Penilaian K1 dan K4, Jakarta

    Dinkes Taput, 2013. Profil Dinas Kesehat-an Tapanuli Utara 2012

    Global Health Observatory (GHO) Ante-natal Care; http://www.who.int/gho/Maternal-health/reproduktive health/antenatal-care-text/en/index/html Diakses 13 Mei 2012

  • 126 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Ibrahim, 1991. Imunisasi dan Kematian Anak Balita. FKM-UNHAS. Ujungpan-dang. Medika. No.6 Tahun 17, Juni 1991

    Kemenkes, 2010. Rencana Strategi Ke-menterian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta

    ________, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta

    Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan, Penya-kit Kandungan dan Keluarga Beren-cana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

  • 127Studi kesehatan dan kematian Balita

    Mosley, W. H., and Chen, L.C., 1984 An Analytical Framework for The Study Of Child Survival In Developing Coun-tries. Population & Development Re-view. Volume10, Issue Supplement, Child Survival: Strategy For Research. 25-45

    Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kes-ehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

    Santiyasa, I. W. 1988. Hubungan Faktor Sosio Demografi Serta Perilaku Pra dan Pasca Persalinan dengan Kema-tian Balita. Fakultas MIPA. Universitas Udayana

  • 128 Studi kesehatan dan kematian Balita

    Sastroasmoro, S., 2002.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-2. CV Sangung Seto. Jakarta

    Setyowati, T. Bisara, D., Djaja, S., 2002. Faktor Lingkungan yang Mempenga-ruhi Kematian Anak Balita. Ekologi Ke-sehatan

    Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC

    UNICEF, 2012. The State of The World’s Children 1998. Oxford University Press. New York

    Wiknjosastro,P., 2005. Ilmu Kebidanan, Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka