KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON -...

77
IBADAH, MORAL DAN PEMIKIRAN DALAM KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.1.) Oleh: Abdul Kholik (1110033100043) PRODI AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Transcript of KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON -...

Page 1: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

IBADAH, MORAL DAN PEMIKIRAN DALAM

KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.1.)

Oleh:

Abdul Kholik

(1110033100043)

PRODI AQIDAH FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

LEMBARPERSETUJUAN

IBADAH, MORAL DAN PEMIKIRAN DALAM KEHIDUPAN

HARUN NASUTION

Skripsi

Oiajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk memenuhi persyaratan

dalam memperoleh gelar Sarjana Theologi I.slam (S.Th.l.)

Oleh:

Abdul KhoHk

NlM: 11 10033100043

Dipcriksa dan disetujui,

di bawah bimbinga .

PRO DI AQIDAH FILSAF AT

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF IDDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1438 H.

Page 3: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA UJIAN

Skripsi bejudul " Ibadah, Moral dan Pemikiran Dalam Kehidupan Harun Nasution" telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dan diterima sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam

(S.Th.l.) pada Program Studi Aqidah Filsafat.

Jakarta. 18 April, 2016

Panitia Sidang Munaqasyah

/'

Dt*.>: sKrosuri, M.Ag

NIP: 19590405 198903 1003

Penguj i I,

D~Ph.D-NTP: 19680714 199603 1 00 I

/

Drs.

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. Tien Rahmatin, MA

NIP: 1968083 199403 2002

Rtmar 4 SS. M.Si

NIP: 19710409 199803 2 003

bing,

NIP: 19580714 198703 1 200

Page 4: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

LEMBARPERNYATAAN

KARYA ILlVIIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

~Jan1u .t\bdu1 Kho1ik

NL\11 111003310004

Tempat/ Tgl Lahir : Pamekasan, 16 November 1990

Prodi/Fakultas Aqidah Pi lsafat/Ushuluddin

Alamat Jl. Sedap Malam, Pisangan, Ciputat Timut, Tangernng

Selatan Banten.

Dengan ini menyatakan bah\.va:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan kepada Fakultas

Ushuluddin untuk tnen1enuhi persyaratan dalai'TI me1nperoleh gelar Strata 1 di

UlN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah

dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh UTN Syarif

Hida)1atullah Jakarta.

3. Jika di kem udian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan has il jiplakan dari

karya orang lain dan pencantu.ma.n semua sumber yang digunakan tidak sesuai

dengan ketentuan, maka saya bersedia menerima sanksi yang bertaku di UTN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dem ikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 14 Januari 2016

Yan!! Menyatakan,

WJ BBAOF77'9s.,

~- -·· ·.·.·.· · · ·.· A.f>ciuY

Page 5: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

i

ABSTRAK

Harun Nasution merupakan satu dari sekian banyak pemikir Islam di

Indonesia yang membawa perubahan terhadap IAIN. Hal tersebut dapat dilihat pada

pemikiran-pemikirannya dalam bidang teologi, filsafat dan mistisisme. Namun belum

ditemukan para sarjana yang meneliti mengenai kehidupan Harun Nasution dari segi

ibadah, moral dan pemikiran Harun Nasution. Oleh karena itu, ibadah, moral dan

pemikiran dalam kehidupannya ini menjadi amat penting, layak dan menarik untuk

diteliti. Adapun pokok masalah penelitian ini bagaimana kehidupan Harun Nasution

mengenai ibadah, moral dan pemikirannya.

Dalam penelitian ini, tenik pengumpulan data yang digunakan adalah metode

kepustakaan (library reserach) dengan menggunakan sumber primer karya Harun

Nasution, selain itu juga akan mengkomparasikan dengan referensi dari karya-karya

yang telah ditulis mengenai pemikiran-pemikiran Harun Nasution ataupun lainnya

yang sekiranya dapat dalam penelitian semua karya yang terkait dengan penelitian

ini, penulis jadikan bahan rujukan untuk membaca pemikiran tokoh. Sedangkan

dalam penelitian metode yang digunakan adalah deskriptif-analisis, yang akan

mendeskripsikan secara terperinci terkait dengan masalah yang hendak diteliti.

Mengenai ibadah, moral dan pemikiran dalam kehidupan Harun Nasution ada

hubungannya. Dari segi ibadah sangat tekun, segi moral ia sangat disiplin. Dari

keduanya ketika dikaitkan dengan pemikiran Harun Nasution akan mempengaruhi

perilaku mengenai ibadah dan moral yang dipahami secara rasional.

Page 6: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

berudul Ibadah, Moral dan Pemikiran Dalam Kehidupan Harun Nasution dapat

terselesaikan tanpa ada kendala yang berarti.

Penyelesaian skripsi ini bukan hanya dalam rangka untuk memenuhi salah

satu persyaratan dalam penyelesaian studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

program studi Aqidah Filsafat, akan tetapi juga merupakan sebuah ketertarikan

penulis terhadap pemikiran Harun Nasution. Namun penelitian ini tidak akan

terselesaikan pula jika tanpa adanya berbagai pihak dalam membantu baik itu spirit

atau materil yang turut memegang andil dalam terselesainya skripsi ini.

Ucapan terimakasi kepada Prof. Dr. Dede Rosada, MA. Selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kepada Prof. Dr. Masri

Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin. Dr. Syamsuri, MA selaku Ketua

Jurusan Aqidah Filsafat. Kepada Dra. Tien Rahmatin, MA, selaku Sekretaris Jurusan

Aqidah Filsafat. Dan Drs. Ramlan Abdul Ghani, MA sebagai dosen Pembimbing

Akademik (PA) yang telah memberikan arahan dan nasehahatnya terhadap

penulisan skripsi ini.

Terimakasih yang tak terhingga, penulis sampaikan kepada Drs. Fakhuruddin,

MA, selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini, atas saran-saran membangun

yang diberikan ikut memperkuat dalam pendeskripsian penelitian ini, juga karena

Page 7: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

iii

kesabaran beliau pada saat bimbingan yang mungkin telah mengganggu aktifitas

mengajar atau hal-hal yang lain.

Ucapan terimakasih pula kepada segenap dosen Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan dan

memperluas pemikirannya, juga sudut pandang penulis. Kepada pimpinan dan

seluruh staf Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang

member kemudahan kepada penulis dengan berbagai kumpulan-kumpulan atau

koleksi karya-karya ilmiah yang dimiliki.

Salam kasih dan penghormatan yang tak terhingga penulis haturkan kepada

kedua orang tua, ayahanda Heri dan ibunda Rasima yang senantiasa selalu berdoa

tanpa henti-hentinya kepada Ilahi untuk keselamatan dan kesuksesan anaknya, kepada

beliaulah karya ini saya persembahkan. Ucapan terimakasih pula kepada istri tercinta

Innani Musyarofah yang selalu ngasih dukungan semangat dan kesabaran dalam

membantu penulisan skripsi ini. Dan tak lupa pula kepada saudaraku Siti Amina

yang memberi semangat dan moril kepada penulis.

Ucapan terimakasih kepada Abdus Syakur yang telah banyak membantu

dalam penulisan dan pengoreksian penelitian ini. Juga kepada sahabat-sahabat

Aqidah Filsafat (AF) 2010 tanpa terkcuali, yang saling tukar pikiran dalam diskusi di

kelas. Dan tak lupa Kakak-kakaku, Slamet Riadi, Ahmad Baidowi, Moh. Jakfar yang

selalu memberikan semangat lewat canda tawanya.

Selagi lagi, saya ucapkan saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya dan

pihak setinggi-tingginya kepada semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu

Page 8: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

yang turut membantu dalam perjuangan penulis dengan sengaja maupun kebetulan,

terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan. Semoga apa yang mereka beri

dicatat sebagai amal saleh dan mendapat balasaµ yang berlipat ganda ai. sisi Allah.

Swt.

Akhir kata, semoga tulisan ini bennanfaat dan dapat memberikan wawasan

pengetahuan bagi siapapun yang berkempatan membacanya.

Wassalamu 'a/aikum wr. wb

A ul Kb lik

iv

Page 9: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ا a a ط ṭ ṭ

ẓ ẓ ظ b b ب

، ، ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق ḥ ḥ ح

k k ك kh kh خ

د d d ل l l

ذ dz dh م m m

ر r r ن n n

ز z z و w w

س s s ه h h

ش sy sh ء ʼ ʼ

ص ṣ ṣ ي y y

ض ḍ ḍ ة h h

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

ā ā أ

ī ī إي

ū ū أوْو

Page 10: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI..... ................................................................. v

DAFTAR ISI .....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 4

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 4

E. Metode Penelitian ........................................................................ 6

F. Sistematika Penulisan .................................................................. 7

BAB II BIOGRAFI HARUN NASUTION

A. Riwayat Hidup .............................................................................. 9

B. Karya-Karya .................................................................................12

BAB III KONSEPSI IBADAH DAN MORAL HARUN NASUTION A. Ibadah ..........................................................................................18

1. Pengertian Ibadah ...................................................................18

2. Ibadah Menurut Harun Nasution ............................................22

3. Tujuan Ibadah .........................................................................26

B. Moral ...........................................................................................30

1. Pengertian Moral ....................................................................30

2. Hubungan Manusia dengan Alam ..........................................34

3. Hubungan Manusia dengan Manusia ......................................38

BAB IV PEMIKIRAN HARUN NASUTION

A. Pemikiran dalam Teologi ..............................................................43

B. Pemikiran dalam Filsafat .............................................................50

C. Pemikiran dalam Mistisisme ........................................................57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................64

B. Saran-Saran ..................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................66

Page 11: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

1

BAB I

PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1970-an Indonesia dikagetkan oleh kehadiran Harun Nasution

dengan pembaharuan pemikiran yang ia kembangakan. Pembaharuan itulah yang

kemudian memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran Islam di IAIN

(Institut Agama Islam Negeri). Harun Nasution dikenal sebagai cendekiawan Muslim

yang sangat mendalami berbagai bidang kajian keislaman.1 Harun Nasution juga

dikenal sebagai pemikir rasional yang membawa pengaruh besar terhadap pemikiran

Islam di Indonesia. Dengan kemampuan intelektualnya, Harun Nasution

mengupayakan agar pemikiran Islam yang ada sebelumnya dianggap tradisional

menjadi modern.2

Harun Nasution memiliki kecenderungan rasional yang sangat tinggi. Ia

banyak menyoroti dan mengkritik pemikiran tradisional yang berpandangan sempit

tentang Islam. Oleh karena itu, Harun Nasution menampilkan ajaran Islam secara

utuh sehingga terlihat sangat luas. Islam tidak hanya dipahami dari aspek ibadah,

fiqih, dan tauhid. Namun, bagi Harun Nasution Islam dipandang lebih luas daripada

itu. Ajaran Islam dikatakan luas bila tidak hanya terpaku pada satu mazhab atau satu

1Abdul Halim (ed.), Teologi Islam Rasional: Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis Harun

Nasution (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hal. 183. 2 Muhammad Arifin, “Relevansi dan Aktualisasi Teologi dalam Kehidupan Sosial Menurut

Harun Nasution” Jurnal Substansi (Banda Aceh: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Ar-

Raniry, 2014), hal. 87.

Page 12: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

2

aliran saja. Dalam upaya tersebut, Harun Nasution juga mengacu kepada pandangan-

pandangan para filosof, baik filosof-filosof Barat maupun filosof-filosof Timur.3

Harun Nasution memberikan pemahaman baru tentang Islam secara lebih utuh, tidak

hanya dalam arti pengamalan ajaran Islam dari segi ibadah, tetapi dalam arti ajaran

Islam mengandung bermacam-macam aspek, seperti aspek sosial, politik, pemikiran

Islam, dan pembaharuan dalam Islam.4

Di samping itu, sosok Harun Nasution tidak menolak atau menerima begitu

saja suatu bentuk pemikiran tanpa adanya analisis yang cermat terlebih dahulu. Bagi

Harun Nasution kelebihan dalam berpikir secara teratur dan cermat inilah yang

menyebabkan seseorang mempunyai tanggung jawab sosial. Harun Nasution tampil

kepermukaan dan memberi contoh bagaimana caranya bersifat objektif, terbuka,

menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang

dianggap benar, dan ia pun berani bertanggungjawab atas kesalahannya.5

Meskipun pribadi Harun Nasution sangat cenderung bersikap rasional dalam

memahami agama, Harun Nasution dikenal sebagai cendekiawan Muslim yang

memiliki pola hidup sederhana, jujur, amanah, rendah hati, dan sangat konsisten

dalam melaksanakan ibadah. Di samping itu, Harun Nasution juga memiliki

pandangan yang tegas mengenai keterkaitan Islam rasional yang ia maksud dengan

prinsip-prinsip moral dan hubungan sosial. Fakta tersebut menunjukkan bahwa

3 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), hal.

3-4. 4 Nurhidayat Muh. Said. Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia: Studi Pemikiran Harun

Nasution (Jakarta: Pustaka Mapan, 2006), hal. iv. 5 Jujun S. Suriasumatri, Ilmu dalam Perspektif Moral, Soaial, dan Politik ( Jakarta: Gramedia,

1986 ), hal. 19-23.

Page 13: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

3

pandangan Harun Nasution tentang ibadah, moral, dan pemikiran Islam yang

dikembangkan berjalan selaras.

Setiap orang memiliki alasan masing-masing untuk menilai sosok Harun

Nasution. Ada yang beranggapan bahwa Harun Nasution adalah pemikir liberal yang

cara pandangnya dianggap berbahaya terhadap Islam. Ada pula yang beranggapan

bahwa konsepsi Islam rasional yang dikembangkan Harun Nasution justru berdapak

positif terhadap perkembangan pemikiran Islam khususnya di Indonesia.

Terlepas dari fakta di atas, kajian lebih mendalam terhadap pemikiran Harun

Nasution masih perlu dikembangkan. Banyak karya-karya sebelumnya yang

membahas tentang Harun Nasution hanya bertumpu kepada pemikiran Islam yang ia

bangun. Akan tetapi, kajian tentang pemikiran Islam yang dikembangkan Harun

Nasution yang kemudian dibenturkan dengan konsepsinya tentang moral dan ibadah

belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai kehidupan Harun Nasution tentang keterkaitan pemikiran dan ketaatan

beragama di bawah judul Ibadah, Moral, dan Pemikiran dalam Kehidupan Harun

Nasution.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis memfokuskan diri pada pemikiran Harun Nasution

tentang teologi, filsafat, dan mistisisme. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis

Page 14: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

4

merumuskan permasalahan yang akan dikaji pada skripsi penulis, yakni: Bagaimana

ibadah, moral dan pemikiran dalam kehidupan Harun Nasution?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Skripsi dengan judul “Ibadah, Moral dan Pemikiran dalam Kehidupan Harun

Nasution” ini disusun melalui penelitian pustaka untuk mencapai beberapa tujuan di

bawah ini:

1. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan Harun Nasution baik dari segi

ibadah, moral dan pemikiranya.

2. Untuk mendapatkan gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Program

Studi Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini akan bermanfaat pada terciptanya persepsi baru dan berusaha

memberikan penjelasan menyangkut kehidupan Harun Nasution tentang ibadah,

moral dan pemikiranya, yang diharapkan dapat menjadi khazanah baru baik dalam

bidang akademis maupun pada kajian Islam di Indonesia pada umumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai seorang pemikir dan pembaharu di Indonesia, terdapat banyak tulisan

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Karya-karya tersebut sebagian besar

Page 15: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

5

berasal dari lingkungan UIN Jakarta, tetapi ada pula yang berasal dari luar lingkungan

UIN Jakarta. Di antaranya sebagai berikut:

Pertama, “Akal dan Wahyu dalam Perspektif Harun Nasution.”6 Sebuah

skripsi yang ditulis oleh Ach. Khomaidi. Skripsi tersebut membahas pandangan

Harun Nasution tentang hubungan akal dan wahyu. Akan tetapi penelitian tersebut

tidak menganalisis pemikiran Harun Nasution mengenai empat persoalan yang

dibahas dalam penelitian ini.

Kedua, “Pendidikan Akal Perspektif Harun Nasution.”7 Sebuah tesis yang

ditulis oleh Junni. Tesis tersebut menjelaskan hubungan antara akal dan pendidikan

dalam perspektif Harun Nasution. Pendidikan akal secara aplikatif dihubungkan

dengan beberapa tema penting dalam kajian Islam, yakni sejarah, teologi, falsafat,

tasauf, hukum, politik dan pembaharuan dalam Islam.

Ketiga, “Perkembangan Teologi Rasional di Indonesia: Studi atas Pemikiran

Pembaharuan Islam Harun Nasution.”8 Sebuh disertasi yang ditulis oleh M. Imron

Abdullah. Beberapa tema penting tentang teologi rasional yang dimunculkan dalam

6 Ach. Khumaidi, “Akal dan Wahyu dalam Perspektif Harun Nasution” (Skripsi Fakultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005) 7 Junni, “Pendidikan Akal Perspektif Harun Nasution” (Tesis Program Pascasarjan UIN

Syarif Hidayatulalh Jakarta, 2004), hal. 113.56. 8 Beberapa tema penting tentang teologi rasional yang dimunculkan dalam karya ini adalah

kedudukan akal dan wahyu serta hubungannya dengan iman, ajaran absolut dan relatif dalam al-

Qur’ān, teologi sunnah Allah, free will dan predestination dankekusaan serta keadilan Tuhan. Lih. M.

Imron Abdullah, “Perkembangan Teologi Rasional di Indonesia: Studi atas Pemikiran Pembaharuan

Islam Harun Nasution” (Disertasi Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999), hal.

137-28

Page 16: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

6

karya ini adalah kedudukan akal dan wahyu serta hubungannya dengan iman, ajaran

absolut dan relatif dalam al-Qur’ān, teologi sunnah Allah, free will dan

predestination, dan kekuasaan serta keadilan Tuhan.

Keempat, “Konsep Pendidikan Islam Menurut Harun Nasution.”9 Sebuah tesis

yang ditulis oleh Dicky Salahuddin. Tesis tersebut menjelaskan pendidikan dalam

perspektif Harun Nasution.

Kelima, Pembaharuan dalam Islam di Indonesia: Studi Pemikiran Harun

Nasution, Nurhidayat Muh. Said, Jakarta: pustaka Mapan, 2006. Buku ini

menguraikan berbagai pemikiran Harun Nasution secara umum dan pemikiran Harun

Nasution secara khusus.

Sejauh ini penulis belum mendapatkan hasil penelitian (skripsi, tesis, dan

desertasi) yang spesifik membahas ibadah, moral dan pemikiran dalam kehidupan

Harun Nasution. Hal ini penulis lakukan, karena tema ini belum banyak dibahas

sebelumnya.

E. Metode Penelitian

Sehubungan dengan judul yang dipilih oleh penulis, maka dalam penelitian

ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara riset kepustakaan

(library research), yaitu mencari dan mengumpulkan literatur yang relevan. Data

9 Dicky Salahuddin, “Konsep Pendidikan Islam Menurut Harun Nasution” (Tesis Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiah Jakarta, 2000).

Page 17: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

7

yang terkumpul diambil dari beberapa karya-karya Harun Nasution sebagai referensi

pokok. Untuk referensi selebihnya dijadikan sebagai penguat sekaligus pembanding.

Metode penulis yang digunakan pada skripsi ini bersifat kualitatif dengan

teknik pembahasan deskriptif dan analitis. Deskriptif digunakan agar mampu

memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang

terkait. Sementara analitis dipakai agar penulis dapat menyusun skripsi ini dalam

bentuk yang sistematis sehingga inti permasalahan yang dinginkan dapat tercapai

dengan baik.

Teknik penulisan dalam skripsi ini disesuaikan dengan standar pedoman

karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang diterbitkan Center for Quality

Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk

pedoman transiliterasinya disesuaikan dengan pedoman Akademik Stara 1

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2015.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah membahas tentang penulisan yang lebih sistematis,

maka penulis menyusun ke dalam lima bab yang masing-masing terdiri dari sub-sub

bab, yaitu:

Bab I, adalah pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah sehingga

mendorong penulis mengangkat judul skripsi tersebut, pembatasan dan perumusan

Page 18: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

8

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II, membahas tentang biografi Harun Nasution. Ada dua sub pembahasan

yang ditulis dalam biografi Harun Nasution, yaitu riwayat hidup dan karya-karyanya.

Riwayat hidup Harun Nasution sangat penting untuk diketahui untuk melacak

pemikirannya lebih mendalam. Dengan mengetahui karya-karyanya secara lebih

mendetail, kita juga dapat melacak pemikiran Harun Nasution secara lebih

komprehensif.

Bab III, berisi pembahasan tentang moral dan ibadah. Pembahasan tersebut

dimulai dengan teori-teori umum menyangkut paham ibadah dan moral, kemudian

diikuti dengan ibadah dan moral dalam perspektif Harun Nasution.

Bab IV, berisi pembahasan tentang pemikiran Harun Nasution yang meliputi

tiga aspek, yakni teologi, filsafat, dan mistisisme. Dalam bab ini juga dilakukan

analisis secara lebih mendalam mengenai keterkaitan konsepsi Harun Nasution

mengenai ibadah dan moral serta bagaimana keterkaitan dua hal tersebut dengan

corak pemikirannya.

Bab V, adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.

Kesimpulan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan.

Sementara saran-saran adalah berisi beberapa rekomendasi lanjutan tentang penelitian

yang sudah dilakukan serta memberikan beberapa kemungkinan lain untuk penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan ibadah, moral dan pemikiran dalam kehidupan

Harun Nasution.

Page 19: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

9

BAB II

BIOGRAFI HARUN NASUTIOM

A. Riwayat Hidup

Harun Nasution lahir pada hari Selasa, 23 September 1919 di Pematang

Siantar, Sumatera Utara.1 Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara. Saudaranya

dari yang tertua adalah Mohammad Ayyub, Kholil, dan Sa„idah. Sementara adiknya

bernama Hafsah. Ayahnya bernama Abdul Jabbar Ahmad yang berasal dari

Mandailing, Tanah Bato, Tapanuli Selatan.2 Sedangkan ibunya bernama Maimunah

3

keturunan seorang ulama yang juga berasal dari Tapanuli.4

Harun Nasution memulai pendidikan formalnya di sekolah Belanda, HIS

(Hollandsch Inlandche School), pada tahun 1926.5 Setelah itu Harun Nasution

melanjutkan pendidikannya ke MIK (Modern Islamietische Kweekschool) sejak

1 Aqib Suminto (ed.), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution

(Jakarta: LSAF, 1989), hal. 5. 2 Aqib Suminto (ed.), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution hal.

3. 3Ariendonika, “Pemikiran Harun Nasution tentang Islam Rasional”. Disertasi (Psp IAIN

Jakarta, 2002), hal. 30. 4 Waktu masih gadis, Maemunah, ibu Harun Nasution, pernah bermukim di Makkah sehingga

bisa berbahasa Arab dengan baik. Dia banyak mengenal tentang Masjid al-Ḥarāmserta berbagai

kegiatannya Aqib Suminto (ed.), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution

(Jakarta: LSAF, 1989), hal. 4. 5 HIS adalah sekolah Belanda tingkat dasar, yang menggunakan bahasa Belanda sebagai

bahasa pengantar.Sekolah ini berakhir dan tamat sampai kelas tujuh.

Page 20: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

10

tahun 1934.6 Tiga tahun kemudian, setelah menyelesaikan pendidikan di MIK, Harun

Nasution melanjutkan pendidikannya ke Mesir.7

Setelah tiba di Mesir pada tahun 1938, Harun Nasution di situ tingal serumah

dengan para pelajar dari Tapanuli. Dari teman serumahnya itulah Harun Nasution

tahu bahwa di Al-Azhar ketika itu ada dua macam pelajaran. Satu sudah moderen,

sedangkan yang satunya lagi proses belajarnya menghafal.

Ketika itu, Harun Nasution tidak bisa langsung masuk ke Universitas karena

hanya memegang surat keterangan selesai kelas tiga dari MIK. Beberapa temannya

menyarankan ia harus mengambil pelajaran untuk memperoleh Ijazah Ahliyah.

Setelah belajar dengan giat, Harun Nasution memperoleh tanda lulus untuk masuk ke

Universitas. Ia masuk Universitas Al-Azhar mengambil Ushuluddin.8

Setelah menyelesaikan kuliahnya di Al-Azhar, Harun Nasution melanjutkan

kuliah di Kairo. Ia mengambil jurusan pendidikan sampai ia lulus. Harun Nasution

juga melanjutkan kuliahnya di McGill pada tahun 1962 dan mendapatkan gelar

doktor dari Institute of Islamic Studies, McGill University, pada tahun 1969.9

Begitu mendapatkan gelar doktor, Harun Nasution bercita-cita untuk

merombak pendidikan Islam melalui pendidikan tinggi. Harun Nasution menemui

6 MIK adalah sekolah guru menengah pertama swasta milik Abdul Ghaffar Jambek, putra

Syaikh Jamil Jambek. Sekolah tersebut menggunakan bahasa Belanda sebagai salah satu bahasa pAqib

Suminto (ed.), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution, hal. 7. 7 Aqib Suminto (ed.), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution,

hal. 9-12. 8 Said Agil Husin Al-Munawar dkk., Teologi Islam Rasional (Jakarta: Ciputat Press, 2005),

hal. 6 9 Said Agil Husin Al-Munawar dkk., Teologi Islam Rasional, hal. 7.

Page 21: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

11

jalanya ketika Harun Nasution mulai menapakkan kakinya di IAIN Jakarta. Maka

sejak itulah Harun Nasution bergabung dengan konsep untuk merombak IAIN.10

Setelah lebih dari empat tahun Harun Nasution mengabdikan dirinya di IAIN,

ia diangkat menjadi rektor oleh Kementerian Agama pada masa Prof. Dr. Mukti Ali.

Setelah dilantik, Harun Nasution merumuskan langkah-langkah kebijaksanaan

berdasarkan pada tujuan dan fungsi IAIN atas dasar kebutuhan masyarakat. Langkah

yang dilakukannya antara lain: Pertama, mengubah kurikulum IAIN. Kedua, merubah

pemahaman agama pemahaman tradisional menjadi pemahaman rasional.11

Di samping itu, Harun Nasution juga membuka program Stara dua (S2) dan

membuka Stara tiga (S3). Dari beberapa usaha yang telah dilakukan Harun Nasution

dengan pembenahan dari segala sektor, telah melahirkan satu citra IAIN Jakarta

sekaligus menjadi identitas yang perlu terus diisi dan diperjuangkan oleh seluruh

civitas akademik. Identitas tersebut adalah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

pusat studi pembaharuan pemikiran dalam Islam.12

B. Karya-Karya

Harun Nasution telah banyak menulis karya ilmiah. Melalui karya-karyanya,

dia mampu memperlihatkan apa yang sebelumnya belum berani disentuh dalam

kajian Islam di Indonesia. Dia berusaha menampilkan dinamika pemikiran Islam

10

Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat Dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi ( Jakarta:

Gema Insani ,2007), hal. 79. 11

Harun Nasution, Teologi Islam Rasional Apresiasi TerhadapWacana dan Peraksis Harun

Nasution (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hal. 14-15. 12

Harun Nasution, Teologi Islam Rasional Apresiasi TerhadapWacana dan Peraksis Harun

Nasution (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hal.17.

Page 22: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

12

dalam sejarah melalui pendekatan dan perspektif baru. Karena itulah karya-karyanya

nampak kontroversial. Kalau mau disadari, justru dari situlah letak “kekuatan”

tulisan-tulisan. Dari situ kita mengerti bahwa dalam Islam tidak ada hal yang tabu

untuk diperbincangkan. Berikut karya-karya Harun Nasution yang masih bisa kita

baca sampai hari ini beserta pokok kandungannya.

Pertama, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (1974). Seperti yang sudah

disinggung di awal, buku ini adalah salah satu karya Harun Nasution yang paling

monumental. Harun Nasution menulis buku tersebut untuk memberikan perspektif

dan pendekatan baru dalam kajian Islam di Indonesia, baik dalam bidang akademis

maupun kajian Islam pada umumnya. Untuk itu, pada tahun 1973, ketika Harun

Nasution menjabat sebagai rektor di IAIN Jakarta, buku tersebut dijadikan buku

wajib bagi seluruh mahasiswa IAIN se-Indonesia. Buku tersebut adalah buku pertama

di Indonesia yang secara komprehensif berusaha menampilkan Islam dari berbagai

aspek, yakni dari aspek filsafat, teologi, mistisisme, sejarah, sosial, ekonomi, politik,

dan sebagainya.

Kedua, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, dan Analisa Perbandingan

(1972). Buku ini memberikan gambaran yang cukup rinci mengenai berbagai aliran

dalam teologi Islam. Pembahasannya dimulai dari sejarah kemunculan persoalan-

persoalan teologis sehingga dari perdebatan persoalan-persoalan tersebut muncul

berbagai paham dan aliran. Paham dan aliran tersebut misalnya Syī„ah, Khawārij,

Qadariyyah dan Jabariyyah, Mu„tazilah, dan Ahl al-Sunnah wa al-Jamā„ah. Dalam

buku tersebut dijelaskan keterkaitan antara satu kelompok dengan kelompok yang

Page 23: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

13

lain. Keterkaitan tersebut dilihat dari segi historis dan tema-tema yang diperdebatkan.

Kemudian, diikuti dengan studi analisis dari masing-masing aliran terhadap tema-

tema tertentu yang menjadi perbincangan dalam teologi Islam. Tema-tema tersebut

adalah fungsi akal dan wahyu, free will dan predestination, kekuasaan dan kehendak

mutlak Tuhan, keadilan Tuhan, perbuatan-perbuatan Tuhan, sifat-sifat Tuhan dan

konsep iman dalam Islam. Buku tersebut menyimpulkan bahwa berbagai perbedaan

yang ada dalam Islam dikarenakan perbedaan penafsiran terhadap al-Qur‟ān dan

Ḥadīst sehingga aliran-aliran tersebut tidak bisa dikatakan keluar dari Islam.13

Ketiga, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (1973). Buku ini terdiri dari dua

pokok pembahasan. Bagian pertama, membahas falsafat Islam. Bagian ini diawali

dengan pembahasan mengenai kontak pertama Islam dan falsafat Yunani serta

pengaruhnya pada Islam. Dilanjutkan dengan pembahasan tokoh-tokoh penting dalam

falsafat Islam seperti al-Kindī, al-Fārābī, Ibn Sīnā, al-Ghazzālī dan Ibn Rusyd. Bagian

kedua, membahas tentang tasawuf. Pembahasan ini diawali dengan berbagai definisi

tentang tasawuf. Kemudian dilanjutkan dengan tema-tema penting dalam ajaran

tasawuf seperti al-zuhd, al-maḥ abbah, al-ma‘rifah, al-fanā’dan al-baqā’, al-ittiḥ ād,

al-ḥ ulūl dan waḥ dah al-wujūd.

Keempat, Falsafat Agama (1973). Pertama, Harun Nasution memulai

penjelasannya dengan memberikan keterangan tentang definisi falsafat agama,

epistemologi dan kebenaran wahyu sebagai sumber pengetahuan. Kedua, tentang

13 Harun Nasution, Teologi Islam, hal. 150.

Page 24: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

14

konsep-konsep ketuhanan dan argumen-argumen keberadaan Tuhan. Terakhir,

membahas tema-tema penting dalam falsafat agama seperti roh, perbuatan baik dan

buruk, serta kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.

Kelima, Akal dan Wahyu dalam Islam (1980). Buku ini berasal dari teks

ceramah yang disampaikan di depan sivitas akademik di IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 23 September 1978, yakni ceramah wajib sebagai syarat kenaikan

pangkat. Ceramah tersebut juga pernah disampaikan di Gedung Kebangkitan

Nasional Jakarta pada 17 Januari 1979 yang diselenggarakan oleh Yayasan Idayu

Jakarta. Ceramah tersebut diberi judul Kedudukan Akal dalam Islam.14

Kemudian

naskah ceramah tersebut diterbitkan oleh UI-Press Jakarta dengan judul yang

berbeda, yaitu Akal dan Wahyu dalam Islam. Dalam buku itu dijelaskan pengertian

akal dan wahyu, kedudukan akal dalam al-Qur‟ān dan Ḥadīts, perkembangan ilmu

pengetahuan dalam Islam, dan peran akal dalam Islam. Buku ini menyimpulkan

bahwa penggunaan akal dalam Islam memang atas dasar perintah al-Qur‟ān. Oleh

karena itu, akal dan wahyu dalam Islam itu tidak bertentangan.15

Keenam, Muḥ ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah (1986). Isi

buku ini merupakan kandungan pokok dari pembahasan disertasi Harun Nasution The

Pleace of Reason in Abduh’s Theology: Its Impact on His Theological System and

14

Ceramah tersebut sempat diterbitkan sebagai buku stensilan dengan judul yang sama,

Kedudukan Akal dalam Islam (Jakarta: Yayasan Idayu Press, 1979). Kemudian pada tahun 1982

naskah tersebut diterbitkan kembali oleh UI-Press Jakarta dengan judul Akal dan Wahyu dalam Islam

dan tersebar lebih luas. Sementara isinya tidak jauh berbeda, kecuali sedikit tambahan penjelasan.

15 Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2011), hal. 101-3.

Page 25: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

15

Views (Posisi Akal dalam Teologi Muḥ ammad „Abduh: Pengaruh terhadap Sistem

dan Pendapat Teologinya). Buku ini diterbitkan pertama kali oleh UI-Press Jakarta

pada 1987. Dalam buku ini dijelaskan sifat-sifat Tuhan, perbuatan Tuhan, dan konsep

iman yang merupakan studi analisis terhadap pemikiran teologi Muḥ ammad „Abduh

dan Mu„tazilah. Dalam buku ini Harun Nasution menyimpulkan bahwa pemikiran

Muḥ ammad „Abduh punya banyak kesamaan dengan pemikiran Mu„tazilah. Bahkan

Muḥ ammad „Abduh menempatkan kedudukan akal lebih tinggi daripada kedudukan

akal dalam pandangan Mu„tazilah. Oleh karena itu, Muḥ ammad „Abduh lebih

cenderung disebut sebagai failasuf daripada sebagai seorang teolog.16

Ketujuh, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1975).

Buku ini menggambarkan pembaharuan Islam yang secara dinamis memberikan

respon terhadap berbagai perkembangan modern. Di dalam buku tersebut

digambarkan dengan jelas bagaimana pergolakan ide dan gagasan para tokoh

pembaharu Islam dengan gagasan dan gerakannya yang berbeda-beda, tetapi masih

dalam satu tujuan, yakni untuk memajukan dan menyelaraskan Islam dengan

perkembangan modern. Perbedaan gagasan pembaharuan tersebut memunculkan

berbagai gerakan yang berbeda-beda. Gagasan dan gerakan tersebut muncul sebagai

respon terhadap situasi dan kondisi sosial-politik yang berbeda-beda, sehingga

membutuhkan penyelesaian yang berbeda pula. Gerakan pembaharuan tersebut

misalnya dalam bidang budaya, pendidikan, ekonomi, politik, dan sistem

16

Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah (Jakarta: Bulan

Bintang, 2006), hal. 92-3.

Page 26: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

16

pemerintahan. Buku tersebut mengambil bentuk pembaharuan yang terjadi di Mesir,

Turki, dan India-Pakistan dengan menunjukkan sejumlah tokoh yang dianggap

berperan penting dalam pembaharuan tersebut. Pembaharuan modern pada tiga

negara tersebut dianggap representatif untuk menggambarkan berbagai pembaharuan

yang terjadi di dunia Islam pada umumnya.

Kedelapan, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Buku ini adalah

kumpulan naskah-naskah ceramah dan diskusi sejak tahun 1970 sampai 1974 yang

diberikan oleh Harun Nasution dalam berbagai tempat dan kesempatan. Buku ini

diterbitkan oleh penerbit Mizan yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1994.

Dengan membaca seluruh naskah dalam buku tersebut di atas, pembaca bisa

memahami pemikiran Harun Nasution secara lebih utuh dan komprehensif tentang

apa yang dimaksud dengan Islam Rasional.

Page 27: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

18

BAB III

KONSEPSI IBADAH DAN MORAL HARUN NASUTION

A. Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Kata ibadah berasal dari bahasa Arab, ‘ibādah yang merupakab bentuk

masdar dari ‘abada-ya’budu- ‘ibādah yang artinya pengabdian. Secara lebih luas kata

ibadah berarti al-țā’ah (patuh), al-khudū’ (tunduk) dan al-tāzallul (merendahkan diri). 1

Berdasarkan pengertian di atas, secara terminologis ibadah berarti kebaktian dan

ketundukan kepada yang Maha Esa atau perbuatan untuk menyatakan bakti kapada Allah

yang disadari dengan ketaatan dan keikhlasan mengerjakan perintah-Nya dan meningalkan

apa yang dilarang-Nya.2

Para ulama membagi ibadah menjadi ibadah maḥḍah dan ghayr maḥḍah.

Ibadah maḥḍah adalah suatu pekerjaan yang diperintah Allah dan merupakan

hubungan langsung antara manusia dengan Allah, seperti salat, puasa, zakat dan haji.

Sedangkan ibadah ghayr maḥḍah adalah segala macam perbuatan untuk mencapai

rida Allah, seperti belajar, bekerja, bertani dan berdagang.3 Ibadah maḥḍah dan ghayr

maḥḍah ini mempunyai jalan yang berbeda, tapi tujuannya sama.

1 Lahmuddin Nasution, Fiqih 1 (Jakarta: lobos,1995), hal.2.

2 Anton M. Moliono dkk., Kamus bersar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),

hal. 318 3 Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Grafindo Media Utama, 2008), hal. 8.

Page 28: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

19

Terkait dengan ibadah maḥḍah, Nabi Muḥammad dalam satu kesempatan

ditanya oleh malaikat Jibrīl tentang arti dari keimanan, keislaman dan akhlak, Nabi

menjawab:

Islam di bangun atas lima pondasi: melafalkan syahadatain (dua persaksian),

tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan

salat, membayar zakat, berpuasa dan haji. (HR. Imam al-Bukhari).4

Sementara itu, ibadah ghayr maḥḍah adalah ibadah yang pelaksanaanya tidak

memiliki hubungan langsung dengan Sang Khalik, tetapi berhubungan dengan

sesama manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Di samping sebagai bentuk pengabdian

kepada Tuhan, ibadah ghayr maḥḍah bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan

sosial, alam, dan budaya. Hal ini ditinjau dari produk kreatifitasnya, meskipun model

ibadah ini tidak murni. Dengan kata lain, ibadah model ini adalah kemaslahatan yang

sejatinya memiliki dalil tidak langsung dari al-Qur‟ān dan Ḥadīts. Artinya, prinsip

dari ibadah ini hanya disinggung secara umum dalam teks keagamaan.5 Dalam hal ini

Nabi pernah bersabdah:

Jika terkait dengan persoalan (kemaslahatan) urusan duniawi kalian tetapi,

maka itu terserah kalian (mana yang terbaik). Tetapi apabila terkait dengan

agama kalian maka itu urusanku”. (HR. Ibn Majah)6

Jika merujuk kembali kepada al-Qur‟ān dan Sunnah, niscaya kita akan

mendapatkan kesimpulan bahwa pengertian ibadah secara umum tidak hanya terbatas

4 Muḥammad ibn Ismā„īl Abū „Abdillāh al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhari (Dār Thawqīn al-

Najat), cet I, hal.11. 5 Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Grafindo Media Utama, 2008), hal. 225

6 Al-Qazwaynī, Abū „Abdillāh Muḥammad ibn Yāzid, Sunan Ibn Majah (Dār Iḥyā‟ al-Kutub

al-„Arabiyyah) Juz 2, hal. 825.

Page 29: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

20

pada perkara-perkara yang bersifat wajib, akan tetapi mencangkup segala sisi

kehidupan. Jadi makna kehidupan adalah satu kesatuan, segala sesuatu yang terdapat

di dalamnya hanya milik Allah. Bagi setiap hamba yang saleh, tiada yang berlalu

tanpa ibadah. Dalam pelaksanaan ibadah, manusia tentu saja memilih ibadah yang

dianggap paling utama, baik kelipatan pahalanya, maupun manfaat langsung yang

bisa dirasakannya. Ibadah adalah wujud ketundukan dan pemujaan manusia kepada

Tuhan. Hanya dengan Tuhanlah manusia bisa menjalin hubungan semacam itu, tidak

dengan yang lainnya. Tidak ada yang melebihi kekuasaan Allah dan tidak ada yang

lebih kuasa selain diri-Nya. Allah adalah Sang Pencipta dan satu-satunya penguasa

alam. Manusia harus mengabdi kepada-Nya dan tidak boleh menyekutukannya.7

Hakikat ibadah dan pendekatan diri kepada Allah dibangun atas dua hal.

Pertama, menyembah, yaitu merendahkan diri kapada Allah dengan melakukan

perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, yang disembah meliputi segala

sesuatu yang dicintai dan diridoinya oleh Allah, yang berupa kenyataan dan

perbuatan, yang nampak dan yang tersembunyi seperti doa, zikir, salat. Misalnya,

salat merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah dan termasuk sarana yang

paling efektif untuk beribadah kepada Allah. Menyembah semata-mata karena Allah

dan merendahkan diri kepada-Nya, mengagumkan-Nya dan tidak menyembah kecuali

yang telah disyari„atkan-Nya.8

7 Syekh Tosun Bayrak, Energi Ibadah: Selami Makna, Raih Kematangan Batin ( Jakarta:

Serambi, 2007 ), hal. 14.

8 Amrul Khalid, Quantum Ibadah ( Jakarta: Himmah Media, 2009 ), hal. 9.

Page 30: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

21

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di antara makhluk-

makhluk lainnya. Ajaran agama menunjukan dengan jelas bahwa pada hakikatnya

manusia adalah mahkluk yang menyembah Tuhan. Jika ternyata mereka menyembah

binatang, bulan atau sesama manusia, itu adalah penyimpangan yang terjadi pada diri

manusia. Yang disembah pertama kali bukan patung, manusia, atau objek-objek

lainnya, melainkan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini karena manusia memiliki naluri

beribadah, atau yang disebut naluri keberagamaan.9

Manusia beribadah sepenuhnya kepada Allah dalam segala hal akidah,

perkataan, dan perbuatan, serta pengamal segala perintah dan larangannya tanpa

meminta imbalan. Karena Allah menciptakan manusia supaya mereka beribadah

kepadanya. Akan tetapi, ibadah yang dilakukan manusia tidaklah membawa manfaat

apapun bagi-Nya dan kedurhakaan manusia pun tidak akan menambah besar dan

kemuliaan-Nya. Allah tidak akan memerintahkan manusia kecuali dengan hal-hal

yang membawa kebijakan bagi diri manusia sendiri. Mereka yang patuh akan diberi

pahala yang baik di surga, dengan berbagai nikmat yang tiada taranya.10

Allah Swt.

berfirman:

Katakanlah, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya, dan demikian itulah

yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang pertama-tama

menyerahkan diri (kepada Allah)”. (al-An„ām: 162-163).11

9 Syekh Tosun Bayrak, Energi Ibadah, hal, 11.

10 Lahmuddin Nasution, Fiqih 1, hal. 6.

11 Endang Hendra dkk., Al-Quran Cordoba (Bandung: Cordoba Internasional Indonesia,

2012), hal. 150.

Page 31: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

22

Penjelasan di atas menunjukan bahwa segala sesuatu yang telah dilakukan

oleh manusia hanya untuk Allah tiada sekutu bagi-Nya. Dengan melakukan ibadah,

manusia akan tau dan selalu sadar bahwa betapa hina dan lemah dirinya bila

berhadapan dengan kekuasaan Allah. Jadi, ibadah merupakan wujud ketundukan

manusia kepada Tuhan karena sesuatu yang datang kepada manusia berawal dari

Tuhan dan akan kembali pada Tuhan dan manusia diciptakan hanya untuk

menyembah-Nya bukan untuk menyekutukan-Nya.

2. Ibadah Menurut Harun Nasution

Harun Nasution berpendapat bahwa manusia tersusun dari dua unsur: unsur

jasmani dan rohani. Unsur jasmani maksudnya adalah bahwa manusia tersusun dari

materi (jasad) yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan materi dan unsur ini bisa

membawa manusia kepada perilaku kejahatan. Sedangkan yang dimaksud dengan

rohani adalah bahwa manusia berasal dari immateri sehingga mempunyai kebutuhan

immateri (batin) dan unsur ini bisa membawa manusia kepada kebaikan.12

Oleh

karena itu, seseorang seharusnya bisa menyeimbangkan antara kebutuhan materi dan

immateri agar hidup manusia serasi dan tidak berat sebelah. Kemudian Harun

Nasution memperkuat argumentasinya dengan menjelaskan bahwa ibadahlah yang

bisa menyeimbangkan antara rohani dan jasmani. Semua yang ada dalam ibadah

Islam bertujuan membuat rohani manusia bisa bersih dari kotoran-kotoran yang

menjadi penghalang dalam beribadah.

12

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya: Jilid 1 (Jakarta-UI Press, 1985),

hal. 36.

Page 32: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

23

Harun Nasution mengungkapkan bahwa ibadah adalah mengerjakan perintah

Tuhan dan menjalankannya dengan tidak meminta imbalan. Semua ibadah baik itu

salat, puasa, haji, dan zakat, semuanya bertujuan supaya roh manusia tidak lupa pada

Tuhan, bahkan senantiasa dekat dengan-Nya.13

Di antara ibadah yang membawa manusia dekat dengan Tuhannya adalah

salat, karena ibadah salat adalah sistem peribadatan yang diwajibkan oleh Allah

kepada umat manusia melalui Nabi Muḥammad. Sistem peribadatan salat merupakan

panduan dari Allah kepada manusia tentang tata cara berhubungan atau menghadap

kehadirat-Nya, baik panduan unsur jasmani, maupun unsur rohani.14

Kedekatan manusia dengan Tuhan di saat salat merupakan penyerahan diri

kapada Tuhan dan memohon supaya rohani manusia untuk disucikan atau

dibersihkan. Jasmani dan rohani adalah satu kesatuan yang ada dalam diri manusia,

yang diciptakan Tuhan hanya untuk menyembah kepadanya. Pengembangan daya

jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan daya rohani akan menjadi berat sebelah

dan tidak seimbang di dalam hidupnya.

Oleh karena itu, sangatlah penting supaya roh yang ada dalam diri manusia

mendapat latihan dengan ibadah, sebagaimana badan manusia dapat latihan. Dalam

salat seseorang melakukannya hal-hal berikut: menuju Kemahasucian Tuhan,

menyerahkan diri pada Tuhan, memohon supaya dilindungi dari godaan setan,

13

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya: jalid I , hal. 31. 14

Andang B. Malla, Merasakan Allah: Salat yang Disambut Allah (Jakarta: Rabbani Press,

2009), hal. 29.

Page 33: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

24

memohon petunjuk ke jalan yang benar, dan memohon dijauhkan dari segala yang

tidak baik.15

Selain dari apa yang telah dikatakan Harun Nasution, misalnya bahwa salat

membawa manusia dekat dengan Tuhan, Harun Nasution juga melaksanakan ibadah

lainnya seperti zakat, puasa wajib atau sunnah, dan haji. Ia tidak hanya berpendapat

apa yang dimaksud dengan ibadah, tetapi ia mengerjakan dan memperaktekan dari

apa yang dikatakannya.

Terlihat dari perkataan Sumarso—anak angkat Harun Nasution bahwa Harun

Nasution sangat tekun dalam menjalankan ibadah. Terutama sebelum Harun Nasution

melaksanakan salat subuh, ia sudah bangun untuk salat sunah dan berzikir, kira-kira

subuh tinggal setengah jam lagi Harun Nasution membangunkan keluarganya untuk

salat berjamaah bersama. Hal itu berlangsung secara berkelanjutan dan istiqomah

setiap hari.16

Selain yang telah dikatakan oleh anak angkatnya, berkenaan dengan pribadi

Harun Nasution dalam melaksanakan ibadah, Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan juga

mengungkapkan,

Peribadatan Harun Nasution sangat tekun. Hal ini terlihat pada waktu salat

jum‟at. Beliau berangkat ke masjid setengah jam sebelum azan atau khotbah

dimulai. Tempat duduk Harun Nasution ada di barisan pertama. Akan tetapi,

beliau tidak di dalam, melainkan di luar, di dekat kaca atau dinding pembatas

15

Andang B. Malla, Merasakan Allah: Salat yang Disambut Allah, hal. 31. 16

Hasil wawancara dengan anak angkat Harun Nasution Bapak Sumarso S.IP. pada tanggal

19-Oktober- 2015, pukul 03.40 WIB.

Page 34: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

25

bagian dalam dengan bagian luar masjid. Beliau juga berzikir dan membaca

ayat al-Qur‟ān.17

Selain dari itu, pelaksanaan ibadah yang ditempatkan dalam konteks

kehidupan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari filsafat kehidupan

Islam. Ibadah mengandung dua pengertian, yakni ibadah praktik sekaligus konsep.

Ibadah bukan semata-mata merupakan serangkaian praktek, ritual, dan simbol.18

Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah seperti

halnya penyembahan yang terdapat dalam ajaran agama-agama primitif. Manusia

diciptakan Tuhan semata-mata untuk beribadah, mengabdi, dan sebenarnya Tuhan

tidak berhajad untuk disembah atau dipuja manusia karena Tuhan adalah Maha

Sempurna.19

Menurut Harun Nasution ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan

pendidikan akhlak. Ibadah dalam al-Qur‟ān dikaitkan dengan takwa, dan takwa

(patuh) berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjahui larangan-Nya. Perintah

Tuhan berkaitan dengan baik buruk, sedangkan larangan Tuhan berkaitan dengan

berbuatan-berbuatan yang tidak baik.20

Orang bertakwa dengan demikian orang yang

melaksanakan perintah Tuhan dan menjahui larangan-Nya, seseorang yang bertakwa

adalah orang yang berahlak mulia.21

17

Hasil wawancara dengan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abdul

Aziz Dahlan M.A., tangal 06 Oktober 2015 pukul 12: 25. 18

Muhammad Muhyidin, Hidup di pusaran Al-Fatihah ( Bandung: Mizan, 2008 ), hal. 12. 19

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya jalid I ( Jakarta-UI Press, 1985 ),

hal 32. 20

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran ( Bandung: Mizan, 1995 ), hal.

57. 21

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 57.

Page 35: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

26

3. Tujuan Iibadah

Ibadah bukanlah sekedar bentuk kegiatan fisik. Lebih dari itu, ibadah

memiliki tujuan mulia. Salat misalnya, tidak bermakna apapun bila tidak berdampak

pada pencegahan dari perbuatan keji dan mungkar. Begitu juga dengan puasa, ia tidak

bermakna apapun bila tidak mampu membuat pelakunya meninggalkan perilaku

kebohongan. Sama halnya dengan haji dan zakat yang dilakukan hanya karena ingin

dipuji (riyā’) dan pamer kepada orang lain. Meski demikian, tidak berarti bahwa

ibadah boleh ditinggalkan ketika tujuannya tidak dicapai. Yang dimaksud di sini

adalah ibadah yang dilakukan harus menimbulkan dampak bagi pembentukan jiwa

yang ikhlas dan tercapainya tujuan ibadah.22

Dalam hal ini, Harun Nasution

mengartikan bahwa manusia diciptakan Tuhan semata-mata untuk beribadah kepada

Tuhan yaitu mengerjakan perintah-Nya dan menyerahkan diri untuk tunduk dan

menjaga diri dari hukuman hari kiamat, melakukan perintahnya dan menjahui

larangannya.23

Ungkapan Harun Nasution di atas menunjukan bahwa ibadah itu

membawa kebaikan dan menghilangkan kepada keburukan. Kemudian Allah

berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 21-22 sebagai berikut:

Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-

orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi

sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air

(hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan tujuan itu segala buah-

buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan

22

Musthafa Dib Al-Bugha, Al-Wafi: Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawiyya (Jakarta:

Mizan Publik, 2007), hal. 20. 23

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya: Jilid 1, hal. 32-33.

Page 36: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

27

sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahuinya. (al-Baqarah: 21-

22).24

Berdasarkan Firman Allah di atas, jelas bahwa manusia beserta isinya

diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan. Karena itu, manusia beserta isinya tidak

boleh menyekutukan-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Sebagaimana menurut Muḥammad „Abduh, ibadah adalah suatu bentuk ketundukan

dan ketaatan yang mencapai puncak sebagai dampak dari rasa pengagungan yang

bersemai dalam lubuk hati seseorang. Rasa itu lahir akibat keyakinan dalam diri

seseorang bahwa objek dari ibadah memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau

hakikatnya. Maksimal yang dapat diketahui adalah bahwa yang disembah dalam

ibadahnya adalah Allah yang menguasai jiwa raganya, namun Allah berada di luar

jangkauannya.25

Menurut Harun Nasution tujuan dari ibadah ialah mendekatkan diri kepada

Tuhan yang menguasai alam beserta isinya, karena dengan ibadah manusia bisa ingat

kepada hal-hal yang bersih dan suci, sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang akan

kuat oleh dorongan ibadah kepada Allah.26

Dengan demikian, ibadah dari segala

bentuknya adalah tujuan hidup, bahkan hakikat kehidupan itu sendiri. Maka, rutinitas

hidup seorang Muslim hakikatnya adalah pelaksanaan berbagai bentuk ibadah.

Rasulullah bersabda, pada akhir zaman terjadilah ummatku tiga golongan.

Pertama, golongan yang beribadah kepada Allah secara ikhlas. Kedua, golongangan

24

Endang Hendra dkk., Al-Quran Cordoba (Bandung: Cordoba Internasional Indonesia,

2012). Hal. 4. 25

M. Fauzi Rahman, Ibadah-Ibadah Saat Haid (Bandung: Mizania Pustaka,2010), hal. 45. 26

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya: jilid1, hal. 31.

Page 37: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

28

yang beribadah kepada Allah secara riyā’. Ketiga, golongan yang beribadah kepada

Allah untuk mencari makan (kekayaan) dengan memperalat manusia.27

Dari ketiga golongan di atas sudah jelas bahwa tidak semua ibadah yang di

laksanakan manusia betul-betul mengikhlaskan diri kepada Allah, melainkan

mempunyai tujuan tersendiri di antara ibadah-ibadah yang dilaksanakannya. Ibadah

dalam Islam tidak hanya terbatas dalam ucapan atau bacaan dan doa tertentu, tetapi

mencakup aktifitas duniawi sepanjang dilandasi dengan niat yang baik dan ikhlas,

serta mencangkup syarat-syarat yang telah ditentukan. Hal ini dapat dipahami dari

firman Allah surat al-Dzāriyāt ayat 51 yang artinya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku.28

Hal ini menjelaskan tentang tujuan diciptakan jin dan manusia. Tidak ada satu

pun yang bermanfaat dan bermakna, tanpa dilakukannya ibadah. Oleh karena itu,

bentuk peribadatan yang dilakukan manusia mempunyai tujuan keikhlasan dan

ketundukan kepada Tuhan. Manfaat dari ibadah yang dilakukan oleh manusia, maka

akan kembali kepada manusia sendiri.29

Tujuan akhir ibadah yang diwajibkan Allah kepada manusia adalah setiap

perkataan, perbuatan, tingkah laku, akhlak sehari-hari, dan hubungan manusia dengan

27

Hamim Thohari, Cara-Cara Ibadah (Jakarta: Pustaka Inti, 2002), hal 37. 28

Syuhud Muchson, Dahsyatnya Shalat Tasbih (Jakarta: Qultum Media,2009), hal. 35. 29

M. Sulaeman Jajuli, Gadai Tanah dalam Islam (Yogyakarta: Budi Utama, 2012), hal. 49.

Page 38: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

29

sesamanya sesuai dengan manhaj (Jalan)30

dan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan oleh syariat Islam. Hendaklah setiap muslim melaksanakan semua perintah

dan menjauhi semua larangan-Nya, dan menyerahkan seluruh kepercayaan hanya

kepada Allah semata. Karena seseorang tidak boleh memisahkan ibadah dengan

tujuan. 31

Jadi bisa dipahami bahwa, ibadah tujuannya adalah untuk mendekatkan diri

kepada Allah dan mejauhi larangan-Nya. Dengan demikian roh manusia senantiasa

diangkat kepada hal-hal bersih dan suci, dan akhirnya rasa kesucian seseorang

menjadi kuat dan tajam. Roh yang suci membawa kepada budi pekerti yang baik dan

luhur, oleh karena itu ibadah di samping latihan spiritual, juga merupakan latihan

moral.32

Ibadah yang ada dalam Islam erat hubungannya dengan pembinaan moral

manusia. Misalnya salat, seperti yang dijelaskan dalam al-Qur‟ān bahwa salat

diperintahkan untuk menjauhkan manusia dari perbuatan jahat dan perbuatan tidak

terpuji. Puasa juga demikian, dalam al-Qur‟ān dijelaskan bahwa puasa yang

dilakukan dengan ikhlas menimbulkan rasa takwa. Haji, ditegaskan dalam al-Qur‟ān,

orang tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. Mengenai zakat,

berhubungan dengan seruan pada perbuatan baik, baik yang berbentuk senyuman atau

lain sebagainya serta larangan berbut jahat. Oleh karena itu, wajar apabila Harun

30

Mahaj dalam bahasa Arab sama dengan Minhaj yang bermakna sebuah jalan yang terang

lagi mudah. Dalam buku Ahmad Sihidqi, Sepotong Kebenaran Milik Alifa (Jakarta: Impulse, 2007),

hal. 45. 31

Abdur Rahman Abdul Kholiq, Sistem Da’wah Salafiyah Generasi Pertama Islam (Jakarta:

Gema Insani, 2007 ). Hal. 36. 32

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 215.

Page 39: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

30

Nasution sering mengungkapkan bahwa ibadah dalam Islam berkaitan erat dengan

pembinaan akhlak. Apabila ibadahnya baik maka akhlak juga baik.33

Dengan demikian, berbagai hal mengenai ibadah yang dijelaskan oleh Harun

Nasution tampak lebih mementingkan (menekan) aspek kualitasnya dari pada aspek

hukum formal dari ibadah tersebut. Artinya, bagi Harun Nasution perwujudan ibadah

dalam realitas kehidupan seseorang lebih berharga daripada hanya mengerjakan

ibadah itu secara formal. Ibadah yang hanya dilakukan secara rutinitas formal saja,

tanpa ada pengaruhnya dalam setiap aktifitas seseorang, tidak punya banyak arti,

bahkan akan sia-sia saja, dalam arti tidak punya daya guna.

B. Moral

1. Pengertian Moral

Kata moral34

berasal dari kata latin ”mos-moris” yang berarti “adat

kebiasaan”. Pengertian moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum yang

berkenaan dengan perbuatan, sikap, kewajiban manusia. Moral adalah aturan kongkrit

bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia.

Di samping kata moral, terdapat istilah lain yang secara umum sering

dianggap memilki pengertian yang sama, yakni “etika”. Secara etimologis, kata etika

berasal dari kata Yunani “ethos”, yang secara harfiah juga berarti, “adat kebiasaan”,

33

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 444. 34

Moral adalah kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,

berdisiplin dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan.

Ajaran kesusilaan yang ditarik dari suatu cerita. Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka,1988), hal. 592. Bisa dilihat di buku K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia,

1993)

Page 40: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

31

watak, atau “kelakuan manusia”. Istilah etika dipakai untuk menyambut ilmu dan

prinsip-prinsip dasar penilaian baik buruknya perilaku manusia.35

Berdasarkan definisi tersebut maka istilah moral dan etika memiliki

pengertian yang sama, yakni sebuah penilaian yang sesuai dengan ide-ide yang

diterima secara umum dari tindakan manusia yang berkaitan dengan makna yang baik

dan wajar. Dengan kata lain, moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan

ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh manusia secara umum, yang meliputi

kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu mengacu pada baik

buruknya perbuatan manusia sebagai manusia.36

Dengan demikian, moral hanya

berlaku pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk selain manusia.37

Moral melekat pada diri manusia secara rohani. Orang yang memahami nilai

moral pasti mengerti tentang baik buruk dari apa yang dikerjakannya. Ketika

mengkaji tentang moral, berarti membahas terminologi yang sangat substansial yang

mengandung makna tentang norma kebaikan yang dihadapkan pada norma keburukan

seseorang.38

Di dalam bahasa agama, istilah moral atau etika juga sering diungkapkan

dengan istilah akhlak, yang mana di dalamnya terkandung nilai-nilai budi pekerti

baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Berkenaan

35

Sudarminta, Etika Umum, (Yogyakarta: Kanisius IKAPI, 2013), hal. 3. 36

Imam Sukardi dkk., Pilar Islam bagi Pularalisme Modern (Solo:Tiga Serangkai, 2003),

hal. 80. 37

Octa Dwienda Ristica, Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan

(Yogyakarta: Budi Utama, 2012), hal. 4. 38

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran langit dan Pesan Moral

Ajaran Bumi (Jakarta: Penebar Plus, 2012), hal. 14-97.

Page 41: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

32

dengan ini, agama Islam datang ke dunia untuk membimbing manusia agar mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, tujuan dari agama Islam untuk

membina manusia agar beralih pada kebaikan dan kesehatan mental yang mendorong

untuk berbuat baik semata.

Seperti halnya perilaku Harun Nasution pada masa hidupnya baik di kalangan

keluarga maupun di kalangan masyarakat. Ia dikenal baik, ramah, sopan, tegas,

konsisten dan tepat waktu. Seperti halnya apa yang telah dikatakan Prof. Dr. Abdul

Aziz Dahlan, bahwa Harun Nasution sangat konsisten, apabila ingin bertemu dengan

beliau harus janji terlebih dahulu dan ditentukan jamnya dan biasanya malah Harun

Nasution lebih dulu datang dari pada yang ia janjikan dari jam sebelumnya. Harun

Nasution juga sangat menghargai orang lain dan selalu mengayomi murid-

murindnya.39

Dengan demikian, moral berarti tindakan manusia yang sesuai dengan ukuran

yang diterima oleh umum, sehingga tolak ukurnya adalah kebiasaan yang berlaku.

Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seseorang yang berbudaya kerja Islam itu

adalah nilai keikhlasan. Karena ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih

sayang dan pelayanan tanpa ikatan.

Kemudian untuk memperkuat argumentasi di atas maka Harun Nasution

menegaskan bahwa moral juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dalam diri

manusia, moral juga merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak

39

Hasil wawancara dengan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abdul

Aziz Dahlan MA, tangal 06 Oktober 2015 jam: 12: 25.

Page 42: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

33

baik atau buruk walaupun situasi berbeda, karena tujuan dari ajaran Islam, untuk

mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan selalu mendorong manusia

untuk mengerjakan kelakuan baik. Dari sinilah budi pekerti luhur masyarakat baik

dapat diwujudkan. Di samping membuat latihan spiritual dan moral manusia, al-

Qur‟ān juga membawa ajaran-ajaran atau norma-norma yang harus dilaksanakan dan

dipegang oleh umat Islam. Allah berfirman dalam Ayat 58 dari Surah al-Nisā‟ yang

artinya:

Tuhan memperintahkan supaya kamu menyampaikan kepada yang berhak apa

yang dipercayakan padamu dan supaya bersikap adil jika menentukan hukum

di antara manusia .40

Dari penjelasan ayat ini menunjukkan bahwa manusia diperintahkan untuk

berbuat adil kepada sesama. Perbuatannya tersebut tidak bisa lepas dari aturan-aturan

dan adat istiadat, baik dan buruk yang dikerjakan manusia untuk melihat baik

buruknya manusia harus dilihat dari aspek moral. Seperti halnya apa yang telah

dikatakan Immanuel Kant, ia berpendapat bahwa perbuatan baik menjadi baik, karena

akibat-akibat baik yang timbul dari berbuatan itu dan tidak pula bahwa karena ajaran

agama mengerjakan bahwa perbuatan itu baik.

Oleh karena itu suatu perbuatan adalah baik, karena manusia tahu dari

perasaan yang tertanam dalam jiwanya bahwa ia diperintahkan untuk mengerjakan

yang baik dan mejauhi perbuatan-perbuatan buruk. Selain dari itu Harun Nasution

mengungkapkan bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dalam hidupnya, sehingga

40

Endang Hendra dkk., Al-Quran Cordoba (Bandung: Cordoba Internasional Indonesia, 2012),

hal. 88

Page 43: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

34

manusia setiap hari selalu mengadakan pilihan antara tunduk perintah hati sanubari

dan patuh pada kemauan.41

Dalam kehidupan manusia sehari-hari jelas kelihatan bahwa manusia

mempunyai pilihan untuk menempuh jalan hidupnya karena dalam diri manusia ada

perintah sanubari dan rayuan kemauan hati. Hati membawa kepada kebaikan,

sedangkan kemauan bisa membawa kebaikan dan keburukan.42

Yang dimaksud baik

dalam tulisan di sini adalah dengan perbuatan baik bukan hanya yang merupakan

ibadah, tetapi perbuatan duniawi yang setiap hari dilakukan manusia, bahkan juga

dengan mahluk lain, termasuk binatang. Demikian juga dengan berbuatan buruk atau

jahat adalah perbuatan buruk dan jahat yang dilakukan manusia, juga terhadap

sesama manusia, di samping terhadap sesama manusia dan mahluk lain di dunia ini.43

2. Hubungan Manusia dengan Alam

Hidup di dunia ini tidak akan bisa sendiri, melainkan butuh kepada mahluk-

mahluk lain yang ada di dalam bumi, baik benda hidup, maupun benda mati. Dengan

kata lain, yang hidup di dunia ini bukan hanya manusia saja, begitu juga dengan

hubungan yang kita lakukan setiap harinya tidak hanya berhubungan dengan sesama

manusia, melainkan dengan dunia sekitarnya. Islam adalah agama yang beretika di

41

Harun Nasution, Filsafat Agama ( Jakarta: Bulan Bintang, 2003 ), hal. 66. 42

Harun Nasution, Filsafat Agama, hal. 66. 43

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 423.

Page 44: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

35

dalamnya terdapat sebuah konsep ajaran. Moral merupakan bangunan dasar

bagaimana Islam mewajibkan umatnya untuk bersikap ramah terhadap lingkungan.44

Dalam ajaran Islam, hubungan manusia dengan alam adalah satu kesatuan

yang tidak bisa dipisahkan, karena manusia menurut ciptaannya merupakan unsur

alam dan gerak untuk melakukan aktivitas hidup. Maka alam adalah ladang hidup

manusia.45

Manusia dan alam secara bersamaan adalah sebagai pihak kedua, dari dua

pihak dualisme wujud (Allah dan alam), sebagai pihak pertama adalah Allah, sebagai

asal dari segala wujud dan mengatur dari segala urusan, termasuk di dalamnya adalah

alam semesta dan keseluruhan kesatuannya yang tampak. Di antara tanda-tanda

kesatuan manusia dan alam adalah kesatuan dalam asal dan tempat kembali. Masing-

masing datang dari ketiadaan dengan „Irādah Ilāhyyah (kegiatan Tuhan), sebab

Allahlah yang menciptakan sesuatu dan menentukan takdirnya.46

.

Sedangkan menurut Harun Nasution alam merupakan tempat di mana

manusia berada di dalamnya telah menyediakan segala kebutuhan manusia. Dari alam

manusia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.47

Sedangkan manusia menurut

ciptaannya merupakan unsur alam. Oleh karena itu, ajaran Islam memaparkan

hubungan manusia dan alam terdiri atas tiga dasar, kesatuan manusia dan alam,

44

Setara Sudaryoso, Etika Keseimbangan Kosmik Hubungan Alam dan Manusia ( Jakarta:

Impressa, 2013 ), hal. 43. 45

Abdul Majid An-Najar, Khilafah, tinjauan Wahyu dan Akal ( Jakarta: Gema Insani, 1999 ),

hal. 61. 46

Abdul Majid An-Najar, Khilafah, Tinjauan dan Akal (Jakarta: Gema Insani Press 1999).

Hal 61. 47

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 43.

Page 45: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

36

ketinggian manusia, dan mendayagunakan alam bagi manusia. Dalam al-Qur‟ān surah

Al-Baqarah: ayat, 164 menjelaskan kejadian alam semesta, diiringi dengan perintah

supaya “ayat” dalam arti tanda-tanda Tuhan yang terdapat di alam ini dipikirkan dan

manusia bisa berfikir dalam jiwanya.

Sungguh pada penciptaan langit dan bumi, pada pergantian malam dan siang,

pada kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi

manusia, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia

tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan

awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh

merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.

(QS. Al-Baqarah: 164).48

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan

siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi semua yang berakal. (QS.

Ali-Imran: 190).49

Ayat ini menggambarkan bahwa dalam jiwa terdapat dua daya. Pertama, daya

berfikir yang disebut akal. Kedua, daya rasa yang disebut kalbu atau hati nurani.

Selain dari manusia, makhluk yang lainnya tidak dikarunia akal oleh Tuhan. Dengan

daya yang ada dalam diri manusia, yakni daya jasmani yang di dalamnya terdapat

daya hidup dan daya berfikir, manusia bisa berkembang di bumi. Dengan daya berfkir

bisa menghasilkan ilmu, baik ilmu keakhiratan, maupun ilmu dunia atau yang disebut

sains.50

Manusia secara alamiah tidak saja makhluk rasional, tetapi juga makhluk

sosial. Aturan tersebut secara alamiah berlaku untuk manusia dan ditentukan oleh

48

Endang Hendra, Al-Quran Qordoba ( Bandung: Qordoba Internasional Indonesia, 2012 ),

hal. 25. 49

Endang Hendra, Al-Quran Qordoba, hal. 79. 50

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 204.

Page 46: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

37

manusia sendiri, sehingga manusia mempunyai kebebasan memilih. Mereka (umat

manusia) tidak mungkin melanggar hukum alam selama ia melakukan tindakan-

tindakanya di bawah kontrol akalnya. Dengan begitu, manusia bisa hidup harmonis

satu dengan lainnya.

Seperti halnya apa yang dilakukan oleh Harun Nasution pada masa hidupnya

baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Harun Nasution juga menghargai

apa yang ada di alam. Harun Nasution menghargai hewan dan lingkungan sekitarnya.

Seperti halnya apabila ada orang menginjak rumput yang di pelihara, maka beliau

menegur meski orang yang ditegur sangat akrab dengannya.51

Terlihat apa yang telah dilakukan oleh Harun Nasution pada masa hidupnya

bahwa keadaan manusia di dunia tidak terlepas dengan hukum alam dan semestinya

selalu memelihara apa yang ada di alam. Maka manusia harus patuh dengan hukum

alam dan melindungi apa yang ada di alam ini. Selain itu, Harun Nasution juga

menegaskan bahwa manusia sebetulnya tidak mempunyai kebebasan dan

kemerdekaan di alam karena manusia tersusun dari unsur materi, mempunyai sifat

terbatas karena dalam diri manusia juga terikat pada hukum alam sehingga hal ini

membawa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dan kebebasan mutlak karena

dibatasi unsur materi dan hukum alam. Kemauan manusia mungkin tidak tebatas, tapi

daya dan tenaganya bisa terbatas.52

51

Hasil wawanca dengan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abdul Aziz

Dahlan MA, tangal 06 Oktober 2015 jam: 12: 25. 52

Harun Nasution, Filsafat Agama, hal. 103.

Page 47: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

38

Di dalam al-Qur‟ān terdapat ayat yang menegaskan bahwa alam diciptakan

Tuhan untuk menyediakan kebutuhan manusia. Salah satunya dijelaskan dalam ayat

berikut yang artinya:

Allah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit yang

dengannya ia keluarkan buah-buahan untuk makanan manusia (al-Nḥl [14]:

32).

Dengan begitu, Allah menciptakan bumi dan langit ini tidak sia-sia, tetapi

hanya untuk kepentingan manusia. Allah menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan,

melainkan untuk kepentingan manusia.53

Sesuai dengan perintah al-Qur‟ān yang mana manusia harus memakai akalnya

untuk menyelidiki alam sekitarnya, bahwa alam diatur oleh Tuhan menurut hukum

alam. Tuhan menciptakan hukum alam supaya dipatuhi oleh alam. Segala yang terjadi

di alam ini sesuai dengan hukum alam yang diciptakan Tuhan. Harun Nasution

menegaskan bahwa dengan mengetahui hukum alam, manusia memperkirakan apa

yang akan dilakukannya. Sehingga dengan adanya hukum alam ini, manusia dapat

menyusun rencana masa depannya dalam hidup di dunia. Apabila manusia telah

menyusun masa depannya manusia bisa tercapai yang ditujunya.54

3. Hubungan Manusia dengan Manusia

Manusia adalah makhluk rasional, manusia memikirkan bagaimana ia

menghidupi relasinya agar tidak pernah berhenti. Ia mempertanyakan lingkungan

53

Endang Hendra, Al-Quran Qordoba, hal. 274. 54

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 143.

Page 48: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

39

yang membentuknya untuk melakukan relasi secara tertentu. Manusia selalu

mempertanyakan kodrat dirinya dengan apa yang ia yakini sebagai asal dan tujuan

hidup. Manusia memahami bahwa bagi dirinya kedekatan dengan manusia lain

merupakan hal penting bagi kelangsungan hidupnya.55

Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan, manusia mempunyai kewajiban dan

hak (berbakti atau bekerja dan memohon) kepada Tuhan untuk kepentingan dirinya

dan masyarakat. Hal ini merupakan kesadaran bahwa sebagai manusia, ia tidak dapat

hidup menyendiri. Artinya, manusia membutuhkan kerjasama dengan sesama

manusia lainnya. Seperti halnya orang tua, keluarga, tetangga, masyarakat,

lingkungan, bangsa, umat manusia, serta makhluk lainnya.56

Harun Nasution menjelaskan bahwa manusia berasal dari sumber yang satu.

Hal tersebut seharusnya membawa kepada kesadaran bahwa manusia seluruhnya

bersaudara, meskipun berlainan warna, bangsa dan bahasa, bahkan sungguhpun

berlainan agama. Manusia secara fitrah mempunyai keinginan yang selalu mendorong

menuju segala sesuatu yang menguntungkan, baik dari aspek materi—berupa

keluarga dan anak-anak serta harta benda—maupun dari aspek spiritual, seperti rasa

aman, harga diri, dan percaya diri. Semua itu dapat diraih oleh manusia sekaligus

55

Prof. Dr. M. Sastra Pratedja, Manusia Teka-Teki yang Mencari Solusi (Yogyakarta:

kanisius, 2009), hal. 13. 56

Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam ( Jakarta: Gema Insani Press, 1995 ), hal.

180.

Page 49: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

40

merupakan refleksi yang baik untuk menghasilkan manusia-manusia yang

berkualitas.57

Hubungan antar sesama manusia yang saling menghormati, mencintai dan

menyayangi dapat diterapkan pada berbagai situasi dan keadaan. Misalnya, dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat, hubungan dengan suami istri, hubungan dengan

anak, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan saudara harus tetap harmonis,

saling memelihara, memanfaatkan dengan baik, dan hubungan guru dengan

muridnya. Apabila hubungan dengan sesama baik, maka hidup di dunia akan merasa

aman, nyaman, dan sejahtera. Seperti halnya hubungan guru dengan muridnya yang

terlihat dalam kehidupan Harun Nasution. berkenaan dengan itu, Prof.Dr. Zainun

Kamal mengatakan,

“Pak Harun tidak pernah membedakan antara guru dengan muridnya. Yang

dilihat oleh Harun Nasution adalah segi keilmuannya”.58

Manusia dengan manusia terdapat hubungan yang sangat kuat. Keduanya

saling berinteraksi, saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling bergantung

sama lain. Sumarso mengatakan bahwa dalam kehidupan kesehariannya, Harun

Nasution tidak pernah membedakan satu sama lainnya. Dalam keluarga Harun

Nasution membuat undang-undang supaya dipatuhi oleh keluarga; apabila ada yang

melanggar Harun Nasution tidak segan-segan untuk memberikan hukuman pada anak

57

Munzir Hitami, Revolusi Sejarah Manusia: Peran Rasul sebagai Agen Perubahan (

Yogyakarta:; LKiS, 2009), hal. 234. 58

Hasil wawancara dengan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Zainun

Kamal MA, tanggal 16 Oktober 2015 jam 01:15 WIB

Page 50: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

41

angkatnya yang melanggar.59

Prof.Dr. Zainun Kamal mengatakan bahwa Harun

Nasution menilai murid-muridnya sama. Ia tidak pernah membedakan mana yang

berkulit hitam dengan yang berkulit putih, dan mana yang pintar dan yang sedang. 60

Dari sini Harun Nasution tidak pernah membeda-bedakan bahkan ia

memandang semua manusia adalah sama. Seperti yang telah dikatakan Harun

Nasution tiada Tuhan selain Allah dan hanya Allah-lah yang menciptakan alam

semesta, seluruh manusia, bahkan seluruh mahluk yang ada berasal dari sumber yang

satu yaitu Allah. Dalam paham ini, manusia seluruhnya bersaudara meskipun

berlainan warna, bahasa dan bangsa.61

Allah berfirman:

Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesunguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara

kamu. Sesunguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.s. al-

Hujurāt: 13).62

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah menurunkan ayat tersebut supaya

manusia saling mengenal baik yang laki-laki, maupun yang perempun. Demikian

pandangan luas dalam persaudaraan seluruh umat manusia yang diajarkan al-Qur‟ān.

Umat manusia yang berbeda agama dan bangsa yang diciptakan Tuhan Yang Maha

Esa dari asal yang satu, karena itu dalam kehidupan bersaudara harus saling tolong

59

Hasil wawancara dengan anak angkat Harun Nasution, Sumarso S.IP. pada tanggal 19-

Oktober- 2015, Jam 03.40 WIB. 60

Hasil wawancara dengan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.Dr. Zainun

Kamal . MA, tgl 16 Oktober 2015 pukul 01:15 WIB. 61

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 211. 62

Endang Hendra, Al-Quran Qordoba, hal. 517.

Page 51: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

42

menolong saling menghormati dan saling menyayangi, meski beda pandangan.63

Sehingga hubungan manusia dengan sesama saling ada keterkaitan karena manusia

memahami bahwa bagi dirinya kedekatannya dengan manusia lain merupakan hal

paling penting bagi kesejahteraan hidup di dunia.

63

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, hal. 220.

Page 52: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

43

BAB IV

PEMIKIRAN HARUN NASUTION

Untuk mengetahui pemikiran Harun Nasution secara lebih mendalam, di sini

akan diuraikan beberapa aspek yang menonjol dari pemikiran-pemikiran Harun

Nasution, khususnya dalam persoalan teologi, filsafat, dan mistisisme.

A. Pemikiran dalam Teologi

Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu

agama. Mempelajari teologi akan memberikan seseorang berkeyakinan yang

berdasarkan landasan kuat. Dalam akidah atau teologi, timbul lima aliran yaitu

Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah dan Asy’ariah, serta Maturidiyah. Dalam fiqih atau

hukum Islam, muncul empat mazhab: Hanafi, Maliki Syafi’i, dan Hambali. Dalam

politik lahir tiga aliran Sunni, Khawarij, dan Syi’ah. Dalam tasawuf tampil dua aliran

Sunni dan Syiah. Karena semuanya adalah penafsiran dan penjabaran dari ajaran-

ajaran dasar al-Qur’ān, maka semuanya berada dalam kebenaran. Tidak dibenarkan

bahwa satu mazhab dan aliran yang berbeda itu yang benar dan yang lain salah.1

Islam pada dasarnya mengandung dua aspek ajaran, yakni aspek lahiriah dan

aspek batiniah. Ajaran Islam yang mengandung aspek lahiriah di antaranya adalah

ilmu fikih (hukum), sedangkan ajaran Islam yang mengandung aspek batiniah di

antaranya adalah ilmu kalam (teologi).

1 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), hal. 33.

Page 53: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

44

Dalam teologi yang membahas tentang ketuhanan diperlukan adanya ilmu.

Dengan mengunakan ilmu manusia bisa mengetahui Tuhan-nya. Ilmu

mempergunakan penalaran akal yang mana menghasilkan makrifah tentang Tuhan.

Oleh karena itu, teologi membahas seluk-beluk yang berkaitan dengan ketuhanan.

Teologi merupakan salah satu aspek terpenting dari pemikiran Islam rasional

Harun Nasution. Sebagaimana diketahui, teologi membahas ajaran dasar dari suatu

agama. Teologi dalam Islam disebut juga al-tawhīd (kesatuan).2 Bagi Harun

Nasution, salah satu aspek terpenting dari Islam adalah teologi. Teologi disebut juga

sebagai pengetahuan paling tinggi.

Di dalam teologi, obyek pembahasan yang paling pokok menurut Muḥammad

‘Abduh adalah wujud Allah, sifat-Nya dan soal kenabian. Akan tetapi, menurut

Harun Nasution obyek pembahasan teologi sebagaimana yang dibahas Muḥammad

‘Abduh di atas kurang lengkap, sebab alam yang menjadi ciptaan Allah merupakan

hal penting yang tidak bisa diabaikan. Dengan begitu teologi harus juga membahas

hubungan manusia dengan Tuhan dengan makhluknya yaitu alam. Semua ini adalah

tujuan pokok bagi kehidupan manusia.3

Harun Nasution memandang bahwa sejarah timbulnya persoalan-persoalan

teologi dalam Islam berawal dari munculnya persoalan politik sesudah meninggalnya

2 Kata tauhid mengandung arti Satu atau Esa dan Keesaan dalam Islam, sebagaimana

merupakan sifat terpenting dalam sifat-sifat Tuhan. Kemampuan menghasilkan: daya hasil; kehasilan.

Risa Agustin, Kamus Ilmiah Populer lengkap, (Surabaya: Serba Jaya,), hal. 433. 3 Tsuroya Kiswati, Al-Juwaini Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam (Jakarta:

Erlangga, 2003), hal. 41.

Page 54: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

45

Nabi Muḥammad sebagai kapala pemerintah Islam.4 Persoalan teologi terjadi setelah

adanya beberapa kelompok Islam yang satu sama lain berbeda pendapat mengenai

siapa yang masih Islam (bukan kafir) dan siapa yang sudah keluar dari Islam (kafir),

sebagai akibat timbulnya pembicaraan mengenai dosa besar. Persoalan ini yang

menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam.

Pertama, aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besar adalah

kafir, dalam arti keluar dari Islam atau murtad dan wajib dibunuh. Kedua, aliran

Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang berdosa besar masih mukmin dan

bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya terserah kepada Allah untuk

mengampuni atau tidak mengampuninya. Ketiga, Kaum Mu‘tazilah tidak menerima

pendapat-pendapat di atas. Bagi mereka yang berdosa besar bukan kafir tetapi pula

bukan mukmin.

Di samping memaparkan teologi secara historis, tema yang cukup penting

dibicarakan Harun Nasution adalah pentingnya peran akal dalam Islam. Menurut

Harun Nasution akal mempunyai peranan penting dalam diri manusia. Akal begitu

besar kekuatannya. Akal dapat sampai kepada pengetahuan tentang adanya Tuhan.

Akal berfungsi mengetahui kewajiban-kewajiban apa yang telah diperintahkan Tuhan

kepada Manusia. Soal baik dan buruk (jahat) dan kewajiban terhadap baik suatu

kewajiban menjahui kejahatan itu bisa diketahui oleh akal manusia dengan melalui

4 Harun Nasution, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspek Jilid 1 ( Jakarta: UI Press 2013), hal.

92-105.

Page 55: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

46

wahyu yang telah diturunkan Tuhan kepada Nabi dan Rasul.5 Oleh karena itu, akal

manusia sangat berfungsi dalam kehidupan di dunia ini. Kesejahteraan manusia hanya

akan terwujud jika manusia menggunakan akalnya. Selain itu, akal juga berfungsi

membedakan baik dan buruk, mudarat dan yang bermanfaat.6

Manusia ditempatkan dalam posisi yang penting dalam kehidupan di dunia

karena memiliki akal pikiran. Dengan akal inilah manusia dibebani tanggung jawab

yang besar dalam memakmurkan dunia, dan dengan daya kemampuan akal

pikirannya manusia bisa mencari jati dirinya, meskipun akalnya serba terbatas.

Menurut Harun Nasution, dalam Islam terdapat dua corak pandangan dalam

teologi, yakni teologi rasional dan teologi tradisional. Teologi rasional lebih cocok

dengan orang yang bersifat rasional dalam pemikirannya. Sedangkan teologi

tradisional lebih cocok atau sesuai dengan orang besifat tradisional. Kedua teologi ini

tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran dalam Islam.7

Secara teologis, pemahaman tetang hubungan manusia dengan Tuhan

memiliki dua corak, yaitu jabariyyah8 dan qodariyyah

9 atau yang disebut kebebasan

5 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek Jilid 1 ( Jakarta: UI Press 2013), hal.

38. 6 HarunNasution, Akal danWahyuDalam Islam (Jakarta:UI-Perss, 2011), hal 11.

7 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa dan Perbandingan (Jakarta:

UI Press, 1986), hal. x. 8 Jabariah berasal dari kata jabarah yang mengadung arti memaksa. manurut faham ini

manusia terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam

menentukan kehendak dan perbuatannya. Dalam aliran ini terdapat faham bahwa manusia

mengerjakan perbuatannya dalam keadaan memaksa. dalam istilah inggris faham ini disebut falism

atau predestination. Harun Nasution, Teologi Islam Sejarah Analisa Perbandingan(Jakarta: UI Press,

2013), hal. 33. 9Qadariyah adalah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan

perbuatan-perbuatan. Dengan demikian nama Qadariah berasal dari pengertian bahwa manusia

Page 56: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

47

manusia.10

Jabariyyah adalah sebuah paham yang meyakini bahwa setiap perbuatan

manusia sudah ditentukan oleh Tuhan sehingga manusia tidak memiliki kebebasan

atas segala perbuatannya. Sedangkan qadariyyah adalah sebuah paham bahwa Tuhan

memberikan kebebasan terhadap manusia untuk menentukan perbuatannya. Kedua

pandangan tersebut sangat berimplikasi terhadap produktivitas manusia.

Kalau nasib manusia telah ditentukan oleh Tuhan, dalam arti bahwa setiap

perbuatan yang dikerjakan manusia merupakan ciptaan Tuhan, maka produktivitas

manusia penganut paham tersebut akan rendah sekali. Sebaliknya, dalam masyarakat

yang menganut paham bahwa manusialah yang menentukan nasibnya dan manusialah

yang menciptakan perbuatannya, maka produktivitas akan tinggi.

Harun Nasution mengetahui apa yang akan dilakukan pada masyarakat

Muslim khususnya di Indonesia. Ia memandang bahwa masyarakat Muslim kurang

maju dalam bidang ekonomi dan kebudayaan karena mereka menganut teologi

tradisional yang bersifat jabariyyah. Teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada

umumnya adalah teologi dalam bentuk tauhid. Ilmu tauhid biasanya kurang

mendalam dan kurang bersifat filosofis. Ilmu tauhid biasanya memberikan

pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dan paham dari aliran dan

golongan-golongan lain yang ada dalam teologi Islam. Ilmu tauhid yang diajarkan di

Indonesia pada umumnya ilmu tauhid yang beraliran paham Asy’ariah, sehingga

terpaksa tunduk kepada Qadar atau Qadar Tuhan. Dalam istilah inggrisnya faham ini dikenal dengan

nama freewil dan free act. Ibid, hal. 33. 10

Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), hal.

111.

Page 57: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

48

timbul kesan di kalangan sementara umat Islam Indonesia, bahwa inilah satu-satunya

teologi yang ada dalam Islam.11

Harun Nasution memberikan kontribusi dalam memperkenalkan teologi

rasional.12

Ketika Harun Nasution kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan

studinya McGill University tahun 1969, ia cukup sadar tentang sikap orang Islam

Indonesia, dan memutuskan harus kembali ke Indonesia. Ia merasa bahwa sudah

sangat mendesak untuk memberikan suatu pandangan baru guna mendorong adanya

perbaikan cara pandang mereka terhadap kehidupan ini.13

Harun Nasution seorang

pemikir dan pembaharu di Indonesia yang telah membawa berpikir umat Islam untuk

tidak berpandangan sempit dan tradisional. Apabila masyarakat Muslim

berpandangan tradisional,14

masyarakat khususnya Indonesia tidak dapat berjalan

maju dan menyesuaikan diri dengan modernisasi.15

Bahkan usaha-usaha yang

11

Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan(Jakarta: UI-

Perss,1986), hal.ix-x. 12

Said Aqil Husin Al-Munawar, Teologi Islam Rasionl Apresiasi terhadap Wacana dan

Praksis HarunNasution (Jakarta:Ciputat Press, 2005), hal. 12. 13

Fauzan Saleh, Teologi Pembaharu, Pergeseran wacana Islam Sunni Di Indonesia Abad XX,

(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001), hal. hal. 263. 14

Tradisional mempunyai arti sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selalu berpegang pada

norma dan adat kebiasaan secara turun temurun. Kata ini biasanya digunakan di gunakan orang atau

kelompok orang atau sekelompok orang yang masih berpegang teguh pada tradisi. Sedangkan

tradisionalisme mempunyai arti paham atau ajaran yang di dasarkan pada tradisi. tradisionalisme

merupakan ajaran-ajaran yang terstuktur sedemikian rupa sehingga menjadi peraktek hidup dalam

masyarakattertentu. Rumadi dkk, Post Tradisionalisme Islam (Jakarta: Depag, 2007). Hal. 10-11. 15

Medernesasi adalah proses penggeseran dan mentalisasi sebagai warga masyrakat untuk

kepentingan hidup sesuai dengan tuntunan masa kini. M. Moeliono, KamusBesarBahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka,1988), hal. 476.

Page 58: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

49

dilakukan Harun Nasution selalu bertentangan dari orang lain, dan menimbulkan

kontra bagi yang punya pemikiran tradisional.16

Menurut Harun Nasution, selama umat Islam tetap berpegang pada pandangan

hidup yang fatalistik sebagaimana yang diajarkan oleh Asy’ariah, hampir tidak

mungkin untuk diharapkan mereka akan mau berpartisipasi dalam proses

pembangunan di negeri mereka. Jika umat Islam berperan secara positif mereka harus

meningalkan paham Asy’riah dengan menggantikan paham Mu’tazilah. Oleh karena

itu, negara akan lebih maju jika masyarakatnya merubah pola pikir yang awalnya

mempunyai pemahaman tradisional menjadi rasional.17

Teologi Harun Nasution dibangun atas asumsi bahwa keterbelakangan serta

kemunduran umat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia disebabkan ada yang salah

dengan sistem teologi mereka. Pandangan ini hampir sama dengan pandangan kaum

modernis sebelumnya, yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam

yang sebenarnya. Dengan demikian menurut Harun Nasution jika ingin merubah

nasib umat Islam, hendaklah merubah teologi mereka menuju kepada teologi yang

berwatak free will atau bebas, rasional serta mandiri.18

Dengan demikian berbagai hal mengenai teologi yang dijelaskan Harun

Nasution berusaha mengemukakan semua aliran teologi yang pernah ada dalam

perkembangan teologi Islam secara objektif, tetapi Harun Nasution tidak mengambil

16

Nurhidayat Muh. Said, Pembaharuan Pemikiran Indonesia Studi Pemikiran Harun

Nasution (Jakarta: Pustaka Mapan, 2006), hal. 2. 17

Nurhidayat Muh. Said, Pembaharuan Pemikiran Indonesia Studi Pemikiran Harun

Nasution (Jakarta: Pustaka Mapan, 2006), hal. 263. 18

Mansour Fakih, “MancariTeologiuntukKaumTertindas” DalamPemikiranPembaharuan

Islam 70 tahunNarunNasution (Jakarta: CV GunaAksara, 1989), hal. 167.

Page 59: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

50

semua aliran teologi tersebut, melainkan ia lebih menonjol teologi Mu’tazilah dari

pada teologi yang lain. Karena teologi Mu’tazilah merupakan golongan yang sering

disebut kaum rasionalis Islam, tetapi sebenarnya tidak menentang agama dan

kemutlakan wahyu. Dari cita-cita Harun Nasution yang ingin mengubah pola pikir

umat Islam khususnya umat Islam Indonesia dari tradisional ke rasional itu amat

besar. Karena teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada umumnya adalah

teologi dalam bentuk tauhid. Ilmu tauhid biasanya memberi pembahasan sepihak dan

tidak mengemukakan pendapat dan paham dari aliran-aliran atau golongan-golongan

lain yang ada dalam teologi Islam. Dan ilmu tauhid diajarkan dan dikenal di

Indonesia umumnya ialah ilmu tauhid aliran Asy’ariyah, sehingga timbullah kesan di

kalangan sementara umat Islam Indonesia, bahwa inilah satu-satunya teologi yang

ada dalam Islam.

B. Pemikiran dalam Filsafat

Filsafat merupakan aspek yang cukup penting sesudah aspek teologi dari

pemikiran Harun Nasution. Sebagaimana diketahui, orang yang pertama kali

mensistemasikan filsafat adalah Aristoteles. Menurut sejarah, persoalan-persoalan

filsafat telah dibahas dalam katagori-katagori seperti logika, metafisika, epistemologi,

dan etika. Kategori-kategori tersebut disebut dengan cabang-cabang tradisional dalam

filsafat. Filsafat juga membicarakan sekelompok objek yang teratur dari prinsip-

prinsip dan asumsi-asumsi mengenai persoalan tertentu, seperti filsafat sains, filsafat

Page 60: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

51

pendidikan, filsafat sejarah, filsafat hukum, dan filsafat agama. Tiap-tiap ilmu yang

dikaji secara mendalam akan memperlihatkan bahwa didalamnya terdapat problem

filsafat.19

Menurut Harun Nasution filsafat itu ada tiga kategori, yakni berpikir secara

mendalam, berpikir menurut logika, dan berpikir secara bebas.20

Ini berarti berfilsafat

adalah berfikir tertib dan sistematis tanpa terikat pada tradisi, dogma dan agama

untuk melakukan kajian terhadap sesuatu secara menyeluruh, sehingga inti masalah

dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam pandangan Harun Nasution, pemikiran filosofis masuk ke dalam Islam

melalui filsafat Yunani yang dijumpai oleh para ahli pikir Islam di Suria,

Mesopotamia, Persia, dan Mesir.21

Pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam

belum kelihatan, baru nyata kelihatanya di masa Bani ‘Abbās, karena pada masa Bani

‘Abbās yang berpengaruh di pusat pemerintahan bukan lagi orang Arab, akan tetapi

bangsa Persia seperti keluarga Baramikah, yang telah lama berkecimpung dalam

kebudayaan Yunani. Para khalifah Bani ‘Abbās mulanya tertarik pada ilmu

kedokteran Yunani dengan segala pengobatannya yang baik dan mujarab, tetapi

kemudian mereka tertarik pula kepada ilmu-ilmu pengetahuan lain dan filsafat.

Perhatian pada filsafat meningkat pada zaman khalifah al-Ma‘mūn (813-833) putra

19

Haroald H. Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat, terj, H.M. Rasyidi (Jakarta: Bulan

Bintang:1984), hal. 8. 20

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), hal.

354 21

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspekya, Jilid II (Jakarta: UI Press, 2013)

hal. 46.

Page 61: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

52

Harūn al-Rasyīd.22

Ketika itu, al-Ma‘Mūn mengirim utusan-utusan ke kerajaan

Bizantium untuk mencari manuskrip yang kemudian dibawa ke Bagdad untuk

diterjemah kedalam bahasa Arab.23

Sejak itulah menurut Harun Nasution,

bermunculan filosof-filosof Islam yang dapat menerima pemikiran Plato, Aristoteles,

Platinus dan sebagainya yang datang dari berbagai wilayah. Para filsuf Islam yang

terkenal antara lain adalah al-Kindī, di ikuti oleh, Al-Farābī, Ibn Sīnā, Ibn

Maskawayh, Ibn Bajjah, Ibn Ṭufayl, Ibn Rusyd, dan al-Rāzī.24

Sedangkan dalam

lapangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh Muhammad, Ahmad, dan Hasan yang mana

ketiganya bersaudara dan ahli matematika dan al-Asma yang mengarang buku

tentang pengetahuan alam, Jabīr dalam bidang kimia, Al-Birūnī dalam bidang

astronomi, giografi, sejarah, dan matematika, Ibn al-Haytām dalam bidang optika.25

Menurut Ibn Rusyd filsafat tidak bertentangan dengan Islam, bahkan orang

Islam dianjurkan mempelajari filsafat. Tugas filsafat antara lain berpikir tentang

wujud untuk mengetahui pencipta semua yang ada.26

Sedangkan al-Qur’ān adalah

pedoman pertama umat Islam. Argumen-argumen yang dibawa al-Qur’ān lebih

meyakinkan dari filsafat. Tetapi, filsafat dan al-Qurān tak bertentangan. Mempelajari

22

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal. 4. 23

Kebudayaan dan filsafat Yunani yang datang ke daerah-daerah itu dengan ekspansi

Alexander yang agung ketimur di abad ke empat sebelum Kristus. Politik Alexander untuk menyentuh

kebudayaan Yunani dan kebudayaan Persia meningalkan bekas besar di daerah-daerah yang pernah

dikuasainya dan kemudian timbulah pusat-pusat kebudayaan Yunani timur, seperti Alexander di Mesir,

Antioch di Suria, Jundisyapur di Mesopotamia, Bactra di Persia. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari

Berbagai Aspekya, Jilid II (Jakarta: UI Press, 2013) hal. 46. 24

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), hal.

56-57. 25

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal. 5 26

Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, hal . 35

Page 62: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

53

filsafat dan berfilsafat tidak dilarang dalam Islam. Mempelajari filsafat tidak

bertentangan dengan apa yang ada dalam al-Qurān. Umat Islam dianjurkan karena

apa yang di pelajari dari berfilsafat juga sama memikirkan sang pencipta dari yang

ada. Filsafat ialah pengetahuan yang benar. Tujuan dari agama menjelaskan apa yang

benar. Filsafat seperti itu juga menjelaskan apa yang benar. Agama di samping

wahyu, ia mempergunakan akal, filsafat juga mengunakan akal. Sebagaimana

diungkapkan al-Kindī, dalam Islam persoalan Tuhan adalah yang pertama. Filsafat

dengan demikian membahas tentang Tuhan, begitupun dengan agama pada dasarnya

juga membahas tentang Tuhan.27

Sebagian karangan filsuf Yunani banyak dibaca oleh ulama Islam sehingga

mereka sangat dipengaruhi oleh pengunaan daya akal yang terdapat dalam filsafat

Yunani. Oleh karena itu, ajaran yang diberikan filosof Islam sangat dipengaruhi oleh

filsafat Yunani.28

Sedangkan yang telah diketahui bahwa pengunaan akal diawali

sejak zaman Yunani, akal sendiri mempunyai pengertian dalam Islam bukanlah otak

melainkan daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya yang telah

digambarkan dalam al-Qur’ān, memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan

alam sekitarnya. Akal dalam pengertian ini dikontraskan dalam Islam dengan wahyu,

yakni pengetahuan dari luar dari manusia, yaitu dari Tuhan.29

Al-Qur’ān tidak

menjelaskan bagaimana Tuhan menciptakan alam. Kalau dalam al-Qurān

27

Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, hal. 7 28

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal.

5-6. 29

Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: UI-Press, 2011), hal. 13.

Page 63: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

54

menjelaskan tentang penciptaan alam, para filosof tidak akan memikirkannya lagi. 30

Sehingga dengan begitu, dalam filsafat Islam tidak ada pertentangan antara pendapat

akal dan isi wahyu. Kalau ada yang bertentangan, maka akan di takwilkan atau diberi

arti metaforis.31

Muḥammad ‘Abduh berpendapat bahwa akal mempunyai kedudukan yang

tinggi dalam al-Qur’ān dan Hadist. Di samping itu, ia juga dengan tegas mengatakan

bahwa pintu ijtihad tidak akan pernah tertutup untuk memajukan umat Islam menuju

kezaman moderen.32

Indonesia sangat berbeda dengan negara-negara lain. Indonesia tak pernah

menjadi negara besar dan tak pernah menjadi pusat kebudayaan Islam. Perkembangan

di Indonesia mulai masuk pada abad ketiga belas. Islam yang datang ke Indonesia

bukanlah Islam zaman keemasan dengan pemikiran yang rasional dan berkebudayaan

yang tinggi, melainkan Islam yang telah mengalami kemunduran dengan pemikiran

tradisional dan corak tarekat dan fiqihnya. Dengan begitu, perkembangan modern

lebih dahulu di Timur Tengah ketimbang di Indonesia.33

Harun Nasution mempunyai kedudukan tersendiri dalam peta pemikiran Islam

Indonesia. Harun Nasution adalah sarjana Muslim yang terdidik secara akademis di

30

Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995), hal.

357 31

Metaforis adalah bersifat atau berhibungan dengan metafora. Metafora adalah memakai

kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang

berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya pemuda adalah tulang punggung negara. Anton

M. Moeliyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 580. 32

Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995), hal.

150-151. 33

Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995), hal.

152.

Page 64: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

55

Timur dan di Barat. Harun Nasution salah satu orang yang menganggap pentingnya

filsafat dan persoalan-persoalan keagamaan. Pendekatan yang digunakan Harun

Nasution dalam memahami Islam adalah dengan membagi ajaran Islam menjadi dua

bagian, yaitu ajaran yang besifat mutlak dan absolut serta Islam yang bersifat relatif.

Ajaran mutlak dan absolut adalah ajaran yang termaktub dalam al-Qur’ān dan Hadis

sebagai sumber yang utama, tidak boleh dirubah dan tidak boleh merubah. Merubah

al-Qurān dan Hadis yaitu merusak Islam itu sendiri. Sedangkan ajaran yang bersifat

relatif adalah ajaran Islam yang termaktub dalam kitab-kitab fikih, tafsir, tauhid,

filsafat, tasawuf dan lainnya.34

Pemimpin-pemimpin dalam Islam mulai menonjolkan

fungsi akal yang tinggi dalam al-Quā‘n, Hadist, dan dalam sejarah pemikiran Islam.

Harun Nasution dalam menerapkan ide dan gagasan pembaharunnya ia berhasil

memasukkan beberapa mata kuliah yang sifatnya dapat merubah corak dan pola pikir

seseorang ke arah yang lebih luas dan terbuka. Mata kulaih tersebut di antaranya.

Ilmu kalam, mantik, dan filsafat Islam ke dalam kurikulum IAIN di Indonesia.35

Setelah kurikulum yang diajarkan Harun Nasution berjalan, muncul masalah

baru yang dihadapi Harun Nasution. Banyak orang beranggapan bahwa pelajaran

filsafat yang diajarkan di IAIN telah merusak akhlak.36

Harun Nasution mengatakan

bahwa akhlak itu bermula dari ibadah. Apabila ibadahnya berjalan, maka akhlak juga

34

Harun Nasution, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hal. 9-11. 35

Suyuti, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 tahun Harun Nasution, menyeru

Pemikiran Rasional Mu’tazilah, hal. 40-41. 36

Nurhidayat Muh. Said, Pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka

Mapan, 2006), hal. 34

Page 65: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

56

benar. Akhlak itu tidak dapat diajarkan tetapi harus ditanamkan. Penanaman akhlak

mestinya diajarkan di rumah. 37

Harun Nasution menegaskan bahwa banyak pandangan dalam filsafat. Ada

yang melihatnya tentang filsafat hidup. Ada yang mencampurkannya tentang

kebatinan. Ada juga yang melihat ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup di

dunia ini. Maka tidak heran apabila terdapat sebuah anggapan umum bahwa para

filosof dapat berbicara tentang apa saja, dan setiap orang yang dapat berbicara tentang

hal-hal yang berbau spiritual adalah filosof. Oleh karena itu, manurut Harun

Nasution filsafat merupakan sebuah ilmu pengetahuan dengan metode-metodenya

yang khusus, dengan sebuah medan permasalahan yang perlu dipelajari dan

dipikirkan di mana keahliannya hanya dapat diperoleh melalui studi dan bisa

memakan waktu bertahun-tahun lamanya.38

Memang tidak ada yang baru dari apa yang disampaikan Harun Nasution

tentang filsafat. Akan tetapi, dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa melalui

penjelasannya tentang filsafat Harun Nasution ingin menunjukkan betapa penting

peran akal dalam Islam. Di samping itu, Harun Nasution juga ingin menunjukkan

bahwa pemikiran filsafat tidak bersebrangan dengan ajaran Islam, bahkan juga tidak

bertentangan dengan wahyu.

37

Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995), hal.

150-151

38

Harun Nasution, Falsafat Agama (Jakarta, Bulan BIntang, 2003), hal. 10.

Page 66: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

57

C. Pemikiran dalam Mistisisme

Aspek paling penting lainnya dari pemikiran Harun Nasution, sesudah teologi

dan filsafat, adalah mistisisme dalam Islam atau tasawuf. Para orientalis

menggunankan istilah sufisme sebagai pandangan dari istilah tasawuf atau mistisisme

dalam Islam. Sufisme tidak dipakai untuk mistisisme yang terdapat dalam agama-

agama lain.

Mistisisme (tasawuf) adalah dunia kebatinan, yang sifatnya sangat personal

dalam kaitannya dengan kebutuhan ketenangan secara psikologis dan spiritual.39

Menurut Harun Nasution tasawuf atau sufisme sebagaimana halnya dengan

mistisisme di luar agama Islam, mempunyai tujuan untuk memperoleh hubungan

langsung dan disadari dengan Tuhan. Intisari dari mistisisme, termasuk di dalamnya

sufisme, adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia

dengan Tuhan. Tujuan tersebut dapat ditempuh dengan mengasingkan diri dan

berkontemplasi. Kesadaran tersebut pada puncaknya dapat mengambil bentuk al-

ittiḥād atau bersatu dengan Tuhan.

Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan,

mistisisme mencari cahaya, petunjuk jalan, dan upaya untuk menyatu dengan Tuhan.

Tasawuf merupakan jalan membuka alam gaib, yang mana tidak setiap orang mampu

39

R.C.Zaehner, Mistisisme Hindu Islam (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2004), hal. V.

Page 67: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

58

menempuhnya untuk mencapai kesempurnaan, dan harus melewati tangga yang

berliku-liku. Di antara yang harus ditempuh seorang sufi antara lain:40

Untuk berada dekat dengan Tuhan, seorang sufi harus melakukan banyak

ibadah, dan jalan panjang yang pada literatur tasawuf disebut juga al-maqāmāt41

dalam bahasa Arab atau stages dan stations dalam bahasa Inggris. Ketika calon sufi

melalui maqāmāt- maqāmāt yang banyak dan panjang, dia juga mengalami

perubahan kondisi mintal, yang merupakan karunia dari Tuhan. Kondisi mental

tersebut yang dalam tasawuf disebut al-aḥwāl.42

Semakin tinggi maqām yang di

tempuh seorang sufi, maka semakin tinggi pula kondisi mentalnya yang dirasakan.

Dengan demikian maqām harus diusahakan manusia. Sedang ḥāl merupakan karunia

Tuhan. Selain itu, maqām tidak bersifat sementara, tetapi ḥāl bersifat sementara.43

Menurut Harun Nasution, langkah pertama yang harus dilakukan seorang sufi

untuk mendekatkan diri kepada Tuhan adalah al-zuhd, yakni keadaan meningalkan

dunia dan hidup kematerian. Orang yang mengamalkan zuhd disebut zāhid dalam

bahasa inggris dikenal istilah ascetic. Sikap aliran zuhd ini muncul dalam sejarah

umat Islam lebih dahulu ketimbang tasawuf. Aliran ini menurut Harun Nasution

40

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal

34 41

Maqām atau al-maqamat (jamaknya al-maqam) berarti tahapan yang harus di tempuh oleh

seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. sedangkan hal (jamknya awal) merupakan

kondisi mental yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. maqam/maqamat bersifat kekal dan

diperoleh degan latihan, sedangkan hal/awal bersifat sementara, datang dan pergi, yang merupakan

anugrah Allah. para ahli tasawuf berbeda pendapat mengenai tata urutan dan alwah ini. Mengambil

kutipan Asparaman pengantar Studi Tasawuf. Yusuf Al-Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid

II (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal. 742 42

Al-Ahwal adalah keadaan rohani atau kondisi mental yang dialami seseorang (calon) sufi

karena mendekatkan diri kepada Allah. 43

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal

48-49.

Page 68: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

59

timbul sebagai reaksi terhadap kemewahan dari khalifah dan keluarganya serta

pembesar-pembesar negara sebagai akibat dari kekayaan yang diperoleh setah Islam

meluas ke Syiria, Mesopotomia, dan Persia.44

Ketika itu orang-orang yang tidak mau

hidup dalam kemewahan dan ingin hidup sederhana sebagaimana apa yang telah

dicontohkan Rasul dan para sehabatnya.

Ketika itu Muawiyah telah hidup sebagai raja Roma dan Persia dalam

kemewahan. Ada sebagian kerajaan tidak lagi memperpedulikan ajaran-ajaran Islam

bahkan suka mabuk-mabukan. Khalifah ‘Abbāsiyah juga seperti para pembesar

Umayyah; mereka juga hidup berkelimang harta sehigga meningalkan urusan agama.

Dalam kondisi yang demikian, terdapat sebagian orang yang tidak mau turud hidup

dalam kemewahan dan ingin mempertahankan kehidupan pada zaman Rasul. Sikap

inilah yang dinamakan zuhud.45

Selain al-zuhd, seorang sufi yang harus menempuh

stasiun-stasiun berikutnya, di antaranya adalah al-maḥabbāh.

Al-maḥabbāh adalah cinta kepada Tuhan. Yang dimaksud cinta pada Tuhan

seorang sufi harus mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi.

Yang dikasihi di sini ialah Tuhan. Yang dimaksud cinta pada Tuhan, yakni seseorang

kenal kepada Tuhan dan pada kekuasaan-Nya. Cinta yang dimaksud adalah cinta

yang dapat memisahkan tabir diri seseorang dari Tuhan dan dengan demikian dapat

melihat rahasia-rahasia yang terdapat pada Tuhan. Ia dapat berdialog dengan Tuhan

44

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal.

50. 45

Ibid: hal. 51-52

Page 69: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

60

dan memperoleh kesenangan batin. Dengan cinta itulah hati seseorang dekat pada

Tuhan dan selalu rindu padanya.46

Selain maḥabbāh ada juga al-ma„rīfah. Sama halnya dengan maḥabbāh,

terkadang ia dipandang sebagai maqām dan terkadang dipandang sebagai ḥāl.

Ma„rifah berarti mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari bisa melihat

Tuhan. Seorang sufi mengatakan bahwa ma‟rifah adalah cermin. Kalau orang arif

melihat ke cermin itu yang akan dilihat hanyalah Allah. Menurut al-Qusyayrī ada tiga

alat dalam tubuh manusia yang dipergunakan sufi dalam hubungan mereka dengan

Tuhan. Pertama: hati, untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua: roh, untuk

mencintai. Ketiga: sirr, untuk melihat Tuhan. Ma„rifah ini diakui oleh Ahl Sunnah

wa al-Jamā‘ah.47

Selanjutnya adalah al-fanā‟ dan al-baqā‟. Sebelum seorang sufi dapat bersatu

dengan Tuhan, ia harus harus terlebih dahulu menghacurkan dirinya, artinya selama

ia masih sadar akan dirinya ia tidak akan dapat bersatu dengan Tuhan. Penghancuran

dirinya ini disebut fanā‟. Penghancuran dalam sufi senantiasa diiringi oleh baqā‟.

Fanā‟ yang dicari sufi ialah menghancurkan diri, yaitu al-fanā‟ al-nafs. Yang

dimaksud dengan al-fanā‟ al-nafs adalah hancurnya perasaan atau kesadaran tentang

adanya tubuh kasar dalam diri manusia. Apabila seorang sufi mencapai al-fanā al-

46

Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal. 55-58. 47

Ibid: hal 62.

Page 70: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

61

anfs, yaitu kalau wujud jasmaninya tak ada lagi, maka yang tertinggal ialah wujud

rohaninya dan ketika itu ia dapat bersatu dengan Tuhan.48

Setelah memalui al-fanā‟ dan al-baqā,‟ menurut Harun Nasution barulah

seseorang mencapai al-ittiḥād. Yang dimaksud dengan al-ittiḥād ialah satu tingkatan

dalam tasawuf di mana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Satu

tingkatan yang mana yang mencintai dengan yang dicintai menjadi satu. Maka al-

ittihād bisa terjadi pertukaran peranan antara yang mencintai dan yang dicintai atau

tegasnya antara sufi dan Tuhan. Dalam al-ittiḥād identitas telah hilang. Identitas telah

menjadi satu. Sufi tersebut karena fanā’nya telah tak mempunyai kesadaran lagi.

Dalam kondisi tersebut yang dilihat hanya satu wujud, tapi sebenarnya ada dua wujud

yang terpisah satu dari yang lain. Karena yang dilihat hanya satu wujud, maka dalam

al-ittihād identitas telah hilang dan menjadi satu. Sufi yang bersangkutan fanā‟nya

telah tak punya kesadaran lagi dan berbicara dengan nama Tuhan.49

Paham al-ittiḥād selanjutnya dapat mengambil bentuk al-ḥulūl. Menurut

Harun Nasution al-ḥulūl dalam tasawuf ditimbulkan oleh Ḥusayn Ibn Manṣūr al-

Ḥallāj. Menurut Abū Nasr al-Ṭūsī dalam Al-Luma‟ al-ḥulūl ialah pahma yang

mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat

di dalamnya. Menurut al-Ḥallāj dalam diri manusia mempunyai sifat ketuhanan dan

dalam diri Tuhan terdapat sifat-sifat kemanusiaan. Dengan demikian, persatuan antara

48

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal

64. 49

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal

66.

Page 71: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

62

Tuhan dan manusia bisa terjadi, dan persatuan ini dalam filsafat al-Ḥallāj mengambil

bentuk al-ḥulūl (mengambil tempat). Agar manusia dapat bersatu dengan Tuhan,

maka manusia harus menghilangkan sifat kemanusiaanya dengan fanā‟. Kalau sifat-

sifat kemanusiaanya telah hilang, yang tinggal hanya sifat-sifat ketuhanan.50

Yang terakhir seorang sufi melalui jalan yang disebut waḥdah al-wujūd, yakni

persatuan wujud. Paham ini lanjutan dari paham al-hulūl. Wahdah al-wujūd dibawa

oleh Muhy al-Dīn Ibn ‘Arābī. Dalam paham waḥdah al-wujūd, nasūt (kemanusiaan)

yang ada dalam hulūl diubah menjadi khalq (mahluk) dan lahūt (ketuhanan) menjadi

haqq (Tuhan). Khlaq dan Haqq adalah dua aspek bagi setiap sesuatu. Aspek yang

sebelah luar disebut khalq dan aspek yang sebelah dalam disebut Ḥaqq.

Menurut paham ini tiap-tiap yang ada mempunyai aspek. Aspek luar yang

merupakan „ard dan khalq yang mempunyai sifat kemahlukan. Aspek dalam yang

merupakan jawhar dan ḥaqq yang mempunyai sifat ketuhanan. Dengan kata lain,

yang berwujud itu terdapat sifat ketuhanan dan sifat kemahlukan.

Filsafat ini timbul dari paham bahwa Allah ingin melihat mahluknya dengan

mencerminkan adanya alam ini. Menurut Harun Nasution, alam ini cermin bagi Allah

dikala Ia ingin melihat dirin-Nya, ia melihat alam. Karena di setiap benda yang ada di

alam adalah ciptaan Tuhan, dari sini timbullah paham kesatuan. Yang wujud selain

Tuhan tak akan mempunyai wujud. Tuhanlah yang sebenarnya mempunyai wujud

50

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal

73

Page 72: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

63

hakiki. Dengan demikian, hanya ada satu wujud yang ada di alam ini, yaitu wujud

Tuhan.51

Menurut Harun Nasution seperti halnya apa yang telah dijelaskan di atas

bahwa seseorang untuk menjadi sufi ia harus menyucikan diri. Penyucian diri dapat

ditempuh melalui ibadah salat, puasa, membaca al-Qur’ān, dzikir dan lainnya. Tujuan

dari ibadah yang dilakukan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan

menyatu dengan-Nya.52

51

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,2010), hal

76. 52

52

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspekya, Jilid II (Jakarta: UI Press, 2013)

hal. 31-32

Page 73: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, seperti terlihat pada uraian-

uraian yang dikemukakan sebelumnya mengenai kehidupan Harun Nasution dalam

ibadah, moral, dan pemikirannya dapat disimpulkan sebagaimana berikut.

Pandangan Harun Nasution mengenai moral, ibadah, dan pemikiran

tampaknya berjalan selaras dalam kehidupannya. Di samping dikenal sebagai seorang

yang sangat menjunjung tinggi rasionalitas, Harun Nasution juga dikenal sebagai

seorang yang sangat konsisten dalam melaksanakan ibadah dan sangat menjunjung

tinggi nilai-nilai moralitas, baik kepada sesama, maupun terhadap lingkungan.

Berkaitan dengan pemikirannya yakni dalam bidang teologi, filsafat, dan

mistisisme, terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan Harun Nasution dalam tiga hal

tersebut.

Harun Nasution selama ini dikenal sangat gencar dalam mempromusikan

teologi rasional dalam Islam. Ia mengiginkan agar umat Islam agar merubah pola

pikir jabariyyah menjadi qadariyyah. Artinya, malalai perombakan pandangan

teologis tersebut Harun Nasution ingin menjadikan umat Islam khususnya di

Indonesia memiliki produktifitas yang lebih tinggi.

Dalam bidang filsafat, memang tidak ada yang baru dari pandangan-

pandangan Harun Nasution. Akan tetapi, posisinya sebagai akademisi yang ahli

Page 74: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

65

dalam filsafat juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Melalui penjelasan filosofis

dan merujuk kepada pendapat-pendapat para filosof-filosof klasik, Harun Nasution

menunjukkan bahwa antara filsafat dan agama atau akal dan wahyu tidak ada

pertentangan. Bahkan, menurut Harun Nasution umat Islam dituntut untuk selalu

berpikir.

Berkenaan dengan pandangan sufismenya, Harun Nasution menunjukkan

bahwa umat Islam harus mempertimbangkan unsur-unsur hakiki dari ajaran Islam,

ketimbang hanya berpangku pada ajaran Islam yang formalistik. Unsur hakiki dari

ajaran Islam tersebut dapat dibangkitkan kembali melalui nilai-nilai yang terdapat

dalam ajaran dan praktik-praktik yang terdapat dalam tasawuf.

B. Saran-Saran

Kontribusi Harun Nasution, bagi pembaharuan Islam khususnya di Indonesia

setelah kajian Islam rasional Harun Nasution, layak untuk dipertimbangkan sebagai

suatu kajian yang perlu diteruskan. Ibadah, moral dan pemikiran dalam kehidupan

Harun Nasution diharapkan dapat direalisasikan di setiap alam pikiran dan kehidupan

kita.

Penulis menyadari bahwa masih banyak yang harus diekplorasi dari

kehidupan Harun Nasution selain mengenai ibadah, moral dan pemikirannya. Untuk

itu kiranya diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut dengan lebih baik terhadap

sumber data atau subjek penelitian, agar hasil yang diperoleh bisa lebih baik.

Page 75: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

66

DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna. Manusia Dengan Alamnya: Filsafat Manusia, Jakarta: Bima

Aksara,1969.

Langeveld. Menuju Kepemikiran Filsafat, Terj Hazil Tansil, Jakarta: PT.

Pembangunan Jakarta,1983.

Nasution, Harun. Falsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

____________. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I. Jakarta: UI-

Press,1985.

____________. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Jakarta: UI-Press,

1985.

____________. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI-Press, 1986.

____________. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah dan Analisa Perbandingan.

Jakarta: UI-Press, 1986

____________. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

____________. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1992

____________. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Jakarta: Mizan, 1995

____________. Akal dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta: UI-Press, 2011

____________. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah, Jakarta: UI-

Press, 1997.

Suminto, Aqib dkk. Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun

Nasution. Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1989.

Van Peursen. Orientalis Di Alam Filsafat, Terj Dick Hartoko, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1991

Abdullah, M. Imron, “Islam Rasional Menurut Pemikiran Harun Nasution.” Disertasi.

Jakarta: Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1997.

Page 76: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

67

Mahmud, Agus, “Pembaharuan Islam di Indonesia: Suatu Tinjauan atas Gagasan

Ijtihad Harun Nasution.” Tesis. Jakarta: IAIN Syarif Hidatullah, 1998.

Halim, Abdul, ed. Teologi Islam Rasional: Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis

Harun Nasution. Jakarta: Ciputat Press, 2001.

Ariendonika, “Pemikiran Harun Nasution Tentang Islam Rasional.” Disertasi.

Jakarta: Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 2002.

Saleh Fauzan. Teologi Pembaruan: Pengesahan Wacana Islam Sunni di Indonesia

Abad XX Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004.

Khumaidi, Ach. “Akal dan Wahyu dalam Perspektif Harun Nasution.” Skripsi.

Jakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, 2005.

Anwar Rosihan, Ilmu Kalam Bandung: Pustaka Setia, 2006

Hendra,Endang Al-Quran Qordoba Bandung: Qordoba Internasional Indonesia, 2012

Said Muh. Nurhidayat. Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia : Studi Pemikiran

Harun Nasution. Jakarta: Pustaka Mapan, 2006

Usman Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008

Arifin, Muhammad. “Relevansi Dan Aktualisasi Teologi Dalam Kehidupan Sosial

Menurut Harun Nasution”, Jurnal Substansi, Banda Aceh, April 2014

Ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari, Muhammad, Shahih al-Bukhari Dar Thauqin

al-Najat, Jus 1

Ibn Yazid Abu Abdillah Muhammad Al-Qazwaini, , Sunan, Sunan Ibn Majah Dar

Ihya’ al-kutub al-arabiyah, Juz 2

Sumarso, Wawancara “Ruang Pengembangan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

19 Oktober, 2015”

Dahlan, Abdul Aziz. Wawancara “Ruang Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 06 Oktober, 2015”

Page 77: KEHIDUP AN HARUN NASUTI ON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32477/3/ABDUL... · PRODI AQIDAH FILSAFAT ... penulis jadikan bahan rujukan

68

Kamal Zainun. Wawancara “Ruang Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 16

Oktober, 2015”