Kejadian Luar Biasa

download Kejadian Luar Biasa

of 18

Transcript of Kejadian Luar Biasa

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    1/18

    Kejadian Luar Biasa (KLB)

    Kejadian Luar Biasa (KLB)

    A. Pengertian KLB

    Wabah adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa pada satu/sekelompok masyarakat tertentu,atau lebih sederhana peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada

    tempat dan musim atau tahun yang sama (Last, 1983)

    Untuk penyakit-penyakit endemis (penyakit yang selalu ada pada keadaan biasa), maka KLBdidefinisikan sebagai : suatu peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu

    dan daerah tertentu.

    Pada penyakit yang lama tidak muncul atau baru pertama kali muncul di suatu daerah (non-

    endemis), adanya satu kasus belum dapat dikatakan sebagai suatu KLB.Untuk keadaan tersebut definisi KLB adalah : suatu episode penyakit dan timbulnya penyakit

    pada dua atau lebih penderita yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini mungkin pada

    faktor saat timbulnya gejala (onset of illness), faktor tempat (tempat tinggal, tempat makanbersama, sumber makanan), faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lainnya).Uraian tentang batasan Wabah atau KLB tersebut di atas terkandung arti adanya kesamaan pada

    ciri-ciri orang yang terkena, tempat dan waktunya. Untuk itu dalam mendefinisikan KLB selalu

    dikaitkan dengan waktu, tempat dan orang. Selain itu terlihat bahwa definisi KLB ini sangattergantung pada kejadian (insidensi) penyakit tersebut sebelumnya (Barker, 1979; Kelsey, et al.,

    1986).

    Di Indonesia definisi wabah dan KLB diaplikasikan dalam Undang-undang Wabah sebagaiberikut :

    Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat baik dalam

    jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka.

    Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan ataumeningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada

    suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1984).

    Terlihat adanya perbedaan definisi antara Wabah dan KLB. Wabah harus mencakup jumlahkasus yang besar, daerah yang luas dan waktu yang lebih lama, dengan dampak yang timbulkan

    lebih berat.

    Di Indonesia dengan tujuan mempermudah petugas lapangan dalam mengenali adanya KLB

    telah disusun petunjuk penetapan KLB, sebagai berikut :1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan

    3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.

    2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan,

    menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-ratasebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut itu.

    3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit

    menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan denganangka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di kecamatan yang

    sama pula.

    4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di suatukecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    2/18

    dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.

    5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan,

    dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selamaperiode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.

    6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :

    Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerahendemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas. Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di atas. Di suatu

    kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4

    minggu berturut-turut.7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat.

    8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/dikenal.

    B. Metodologi Penyelidikan KLB

    Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda yang

    dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et al.,1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :

    a. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif

    tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitiandeskriptif, analitik atau keduanya.

    b. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),

    c. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit, klinik,laboratorium dan lapangan).

    Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah meluasnya

    (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian), dengantujuan khusus :

    a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit

    b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLBc. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan

    d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

    e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB (CDC,1981; Bres, 1986).

    Metodologi atau langkah-langkah yang harus dilalui pada pada penyelidikan KLB, sepertiberikut :

    Tabel 1 : langkah-langkah Penyelidikan KLB

    NO Langkah-langkah Penyelidikan KLB

    1 Persiapan penelitian lapangan2 Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    3/18

    3 Memastikan Diagnose Etiologis

    4 Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan

    5 Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat6 Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)

    7 Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran

    8 Mengidentikasi keadaan penyebab KLB9 Merencanakan penelitian lain yang sistematis10 Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan

    11 Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi

    12 Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistimpelayanan kesehatan yang lebih tinggi

    Sumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al.,

    1986; Goodman et al., 1990.

    Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan secara

    berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak. Pemastian

    diagnose dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan (Mausner andKramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989).

    Persiapan Penelitian Lapangan

    Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan perlu adanya persiapan dan rencana kerja. Persiapan

    lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya

    informasi (Kelsey., 1986), Greg (1985) dan Bres (1986) mengatakan bahwa persiapan penelitianlapangan meliputi :

    1. Pemantapan (konfirmasi) informasi.

    Informasi awal yang didapat kadang-kadang tidak lengkap, sehingga diperlukan pemantapaninformasi untuk melengkapi informasi awal, yang dilakukan dengan kontak dengan daerah

    setempat. Informasi awal yang digunakan sebagai arahan untuk membuat rencana kerja (plan of

    action), yang meliputi informasi sebagai berikut :a. Asal informasi adanya KLB. Di Indonesia informasi adanya KLB dapat berasal dari fasilitas

    kesehatan primer (laporan W1), analisis sistem kewaspadaan dini di daerah tersebut (laporan

    W2), hasil laboratorium, laporan Rumah sakit (Laporan KD-RS) atau masyarakat (Laporan S-0).b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi gejala klinis, pemeriksaan yang

    telah dilakukan untuk menegakan diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi yang terjadi

    (misal kematian, kecacatan. Kelumpuhan dan lainnya).

    c. Keadaan geografi dan transportasi yang dapat digunakan di daerah/lokasi KLB.

    2. Pembuatan rencana kerja

    Berdasar informasi tersebut disusun rencana penyelidikan (proposal), yang minimal berisi :

    a. Tujuan penyelidikan KLBb. Definisi kasus awal

    c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan sumber penularan

    d. Macam dan sumber data yang diperlukane. Strategi penemuan kasus

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    4/18

    f. Sarana dan tenaga yang diperlukan.

    Definisi kasus : definisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pencarian kasus nantinya.Mengingat informasi yang didapat mungkin hanya merupakan persangkaan penyakit tertentu

    atau gejala klinis yang ditemui, maka definisi kasus sebaiknya dibuat longgar, dengan

    kemungkinan kasus-kasus lain akan masuk. Perbaikan definisi kasus akan dilakukan setelahpemastian diagnose, pada langkah identifikasi kasus dan paparan.

    Hipotesis awal, hendaknya meliputi penyakit penyebab KLB, sumber dan cara penularan. Untukmembuat hipotesis awal ini dapat dengan mempelajari gejala klinis, ciri dan pola epidemiologis

    penyakit tersangka. Hipotesis awal ini dapat berubah atau lebih spesifik dan dibuktikan pada

    waktu penyelidikan (Bres, 1986).

    Tujuan penyelidikan KLB selalu dimulai dengan tujuan utama mengadakan penanggulangan danpengendalian KLB, dengan beberapa tujuan khusus, di antaranya :

    a. Memastikan diagnosis penyakit

    b. Menetapkan KLBc. Menentukan sumber dan cara penularan

    d. Mengetahui keadaan penyebab KLB

    Pada penyelidikan KLB diperlukan beberapa tujuan tambahan yang berhubungan denganpenggunaan hasil penyelidikan. Misalnya untuk mengetahui pelaksanaan program imunisasi,

    mengetahui kemampuan sistem surveilans, atau mengetahui pertanda mikrobiologik yang dapat

    digunakan (Goodman et al., 1990).Strategi penemuan kasus, strategi penemuan kasus ini sangat penting kaitannya dengan

    pelaksanaan penyelidikan nantinya. Pada penyelidikan KLB pertimbangan penetapan strategi

    yang tepat tidak hanya didasarkan pada bagaimana memperoleh informasi yang akurat, tetapi

    juga harus dipertimbangkan beberapa hal yaitu :a. Sumber daya yang ada (dana, sarana, tenaga)

    b. Luas wilayah KLB

    c. Asal KLB diketahuid. Sifat penyakitnya.

    Beberapa strategi penemuan kasus yang dapat digunakan pada penyelidikan KLB denganbeberapa keuntungan dan kelemahannya (Bres, 1986) :

    Tabel 2. Strategi pencarian kasus

    No Strategi Keuntungan Kerugian1 Penggunaan data fasilitas kesehatan Cepat Terjadi bias seleksi kasus

    2 Kunjungan ke RS atau fasilitas kesehatan Lebih mudah untuk mengetahui kasus dan kontak

    Hanya kasus-kasus yang berat3 Penyebaran kuesioner pada daerah yang terkena Cepat, tidak ada bias menaksir populasi

    Kesalahan interpretasi pertanyaan

    4 Kunjungan ke tempat yang diduga sebagai sumber penularan Mudah untuk menge-tahuihubungan kasus dan kontak Terjadi bias seleksi dan keadaan sudah spesifik

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    5/18

    5 Survai masyarakat (survai rumah tanggal, total survai) Dapat dilihat keadaan yang sebenarnya

    Memerlukan waktu lama, memerlukan organisasi tim dengan baik

    6 Survai pada penderita Jika diketahui kasus dengan pasti Memerlukan waktu lama, hasil hanyaterbatas pada kasus yang diketahui

    7 Survai agent dengan isolasi atau serologi Kepastian tinggi, di-gunakan pada penya-kit dengan

    carrier Mahal, hanya dilakukan jika pemerik saan lab dapat dikerjakanSumber : Bres, 1986.

    3. Pertemuan dengan pejabat setempat.

    Pertemuan dimaksudkan untuk membicarakan rencana dan pelaksanaan penyelidikan KLB,kelengkapan sarana dan tenaga di daerah, memperoleh izin dan pengamanan.

    Pemastian Diagnosis Penyakit Dan Penetapan KLB

    A. Pemastian diagnosis penyakit

    Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda penyakit

    yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus

    adalah sebagai berikut :

    1. Buat daftar gejala yang ada pada kasus

    2. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut3. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya

    Contoh :

    KLB dengan jumlah kasus 50 orang, diketahui kasus dengan gejala panas 50 orang, nyeri sendi

    48 orang, diare 45 orang. Distribusi gejala klinis adalah sebagai berikut :

    No. Gejala klinis Jumlah kasus Frekuensi (%)

    1 Panas 50 1002 Nyeri sendi 48 96

    3 Diare 45 90

    B. Penetapan KLB

    Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah berjalan

    dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada populasi yang dianggapberisiko, pada tempat dan waktu tertentu.

    Dalam membandingkan insidensi penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa beberapa

    penyakit dalam keadaan biasa (endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola temporalpenyakit). Penggambaran pola temporal penyakit yang penting untuk penetapan KLB adalah,

    pola musiman penyakit (periode 12 bulan) dan kecenderungan jangka panjang (periode tahunan

    pola maksimum dan minimum penyakit). Dengan demikian untuk melihat kenaikan frekuensipenyakit harus dibandingkan dengan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    6/18

    atau bulan yang sama tahun berbeda (CDC, 1979).

    Kriteria kerja untuk penetapan KLB yang digunakan adalah sebagai berikut :1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan

    3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.

    2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan,menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-ratasebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut itu.

    3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit

    menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan denganangka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di kecamatan yang

    sama pula.

    4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di suatu

    kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang samadalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.

    5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan,

    dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selamaperiode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.

    6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :

    Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerah

    endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas. Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di atas. Di suatu

    kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4

    minggu berturut-turut.

    7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat.

    8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/dikenal.

    KLB tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang belum dikenal atau penyakit yang tidak

    mendapat perhatian karena dampaknya belum diketahui. Sebagai contoh adalah suatu KLB

    penyakit Fog di London. Kejadian penyakit tersebut telah dimulai pada tahun 1952, tetapi tidakmendapat perhatian karena dampak penyakit tersebut belum diketahui. Perhatian terhadap

    penyakit ini baru dimulai setelah adanya informasi peningkatan jumlah kematian di suatu

    masyarakat. Hasil penyelidikan KLB mengungkapkan bahwa peningkatan tersebut karenapenyakit Fog (Mausner and Kramer, 1985).

    KLB palsu (pesudo-epidemic), terjadi oleh karena :

    Perubahan cara mendiagnosis penyakit

    Perubahanperhatian terhadap penyakit tersebut, atau

    Perubahan organisasi pelayanan kesehatan, Perhatian yang berlebihan.

    Untuk mentetapkan KLB dapat dipakai beberapa definisi KLB yang telah disusun oleh Depkes.Pada penyakit yang endemis, maka cara menentukan KLB bisa menyusun dengan grafik Pola

    Maksimum-Minimum 5 tahunan atau 3 tahunan.

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    7/18

    Latihan

    1. Pada suatu KLB campak di Kecamatan M Kabupaten K Propinsi JT tanggal 21 Juli 2002didapatkan data gejala klinis penderita sebagai berikut :

    No. Ka-sus Gejala klinis No. Ka-su Gejala klinispanas batuk pilek rash Mata merah diare panas batuk pilek rash Mata merah diare

    1 + + + + 36 + + + +

    2 + + + + 37 + + + +

    3 + + + + 38 + + + +4 + + + + 39 + + + +

    5 + + + + 40 + + + +

    6 + + + + 41 + + + +7 + + + + 42 + + + +

    8 + + + + 43 + + + +

    9 + + + + 44 + + + +

    10 + + + + 45 + + + +11 + + + + 46 + +

    12 + + + + 47 + + + +

    13 + + + + 48 + + + +14 + + + + 49 + + + +

    15 + + + + 50 + + + +

    16 + + + + 51 + + + +17 + + + + 52 + + + +

    18 + + + + 53 + + + +

    19 + + + + 54 + + + +

    20 + + + + 55 + + + +

    21 + + + + + 56 + + +22 + + + + 57 + + + +

    23 + + + + 58 + + + +

    24 + + 59 + + + +25 + + + + + 60 + + + +

    26 + + + + + 61 + + + +

    27 + + + + 62 + + + +28 + + + + 63 + + + +

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    8/18

    29 + + + + 64 + + + +

    30 + + + + 65 + + + +

    31 + + + + 66 + + + +32 + + + + 67 + + + +

    33 + + + + 68 + + + +

    34 + + + + 69 + + + +35 + + + + + 70 + +

    Dari tabel tersebut di atas :

    1. Buat distribusi frekuensi gejala klinis,2. Diagnose sementara / definisi operasional kasus

    2. Di bawah ini tersaji data situasi penyakit malaria di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah,

    selama tahun 19972002 :

    Bulan Jumlah kasus

    1997 1998 1999 2000 2001 2002

    Januari 241 70 108 37 46 52Februari 84 77 76 33 47 31

    Maret 217 163 138 51 46 29

    April 612 216 109 54 46 31Mei 318 291 87 46 58 33

    Juni 372 214 98 51 81 18

    Juli 484 231 131 44 62 14

    Agustus 291 296 69 61 63 11September 163 163 35 118 85 10

    Oktober 99 125 36 44 81 10

    November 75 143 47 35 80 10Desember 77 187 49 36 34 8

    Pertanyaan :a. Buat grafik Pola Maksimum dan Minimum selama 5 tahun (19972001), dan lakukan

    analisis dari grafik tersebut

    b. Buat grafik kasus tahun 2002 pada grafik Maksimum dan Minimum 5 tahunan (19972001),

    interpretasikan situasi kasus malaria tahun 2002 terhadap Pola Maksimum dan Minimum tesebut.

    Identifikasi kasus atau paparan

    Identifikasi kasus penting dilakukan untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti. Hasilperhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk mendeskripsikan KLB berdasarkan waktu,

    tempat dan orang dengan lebih teliti. Ketelitian dalam mengidentifikasikan kasus sangat

    diperlukan untuk dasar deskripsi KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang (Mac Mahon andPugh, 1970; Kelsey at al., 1986).

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    9/18

    Dasar yang dipakai pada identifikasi kasus adalah hasil pemastian diagnosis penyakit. Jika

    diagnosis pasti belum dapat ditentukan maka dapat digunakan frekuensi gejala klinis, kemudian

    dibuat definisi operasional kasus yang sesuai dengan frekuensi gejala klinis yang ditemukan.Identifikasi paparan perlu dilakukan sebagai arahan untuk indentifikasi sumber penularan. Pada

    tahap ini cara penentuan paparan dapat dilakukan dengan mempelajari teori cara penularan

    penyakit tersebut. Ini penting dilakukan terutama pada penyakit yang cara penularannya tidakjelas (bervariasi). Pada KLB keracunan makanan identifikasi paparan ini secara awal perludilakukan untuk penanggulangan sementara dengan segera (CDC, 1979).

    Menurut Greg (1985) pada KLB penyakit dengan carrier identifikasi kaus awal perlu dilakukan

    untuk membantu pencarian orang yang diduga (kontak) sebagai sumber pemularan (carrier).Identifikasi paparan ini selanjutnya dapat dipakai sebagai arahan untuk identifikasi sumber

    penularan yang lebih spesifik (tingkat resiko penularan) atau untuk membantu penegakan

    diagnosis penyakit.

    Deskripsi KLB

    1. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.

    Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung), yang

    digambarkan dalam suatu kurva epidemik.

    Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saatmulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Kurva ini digambarkan dengan axs

    horizontal adalah saat mulainya sakit dan sebagai axis vertikal adalah jumlah kasus.

    Kurva epidemik dapat digunakan untuk tujuan :

    a. Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan melihat tipe kurvaepidemik tersebut (common source atau propagated).

    b. Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index case). Dengan cara

    menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum.

    Kesalahan yang sering terjadi pada pembuatan kurva epidemik adalah penetapan interval waktu.

    Pemilihan interval waktu yang terlalu panjang akan menyembunyikan perbedaan-perbedaankecil pada distribusi temporal (menyembunyikan puncak-puncak kasus). Pemilihan interval yang

    terlalu pendek akan menimbulkan puncak-puncak palsu. Suatu pedoman yang berguna untuk

    memilih interval waktu ialah memilih sebesar seperdelapan atau seperempat inkubasi penyakit.

    Ada baiknya membuat kurva epidemik dengan interval yang berbeda, sehingga dapat diperoleh

    grafik yang paling baik untuk menyajikan data (Fiedman, 1974; Kelsey., 1986; CDC, 1979).Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara penularan penyakit : salah satu cara untuk

    menentukan cara penularan penyakit pada suatu KLB yaitu dengan melihat tipe kurva epidemik,

    sebagai berikut :

    Gambar 1 : Kasus-kasus keracunan stapilokok menurut masa inkubasi, Tennesse, 25 Mei 1969

    (dikutip dari CDC, 1979)

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    10/18

    (1) Gambar 1 di atas menampilkan kurva epidemik dengan tipe point common source (penularanberasal dari satu sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar

    dalam waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang ditularkan

    melalui air dan makanan (misalnya : kolera, typoid).

    (2) Gambar 2 di bawah ini menampilkan kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini

    terjadi pada KLB dengan cara penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa

    puncak. Jarak antara puncak sistematis, Kurang lebih sebesar masa inkubasi rata rata penyakit

    tersebut.

    Gambar 2 : Distribusi kasus Campak menurut tanggal mulai mulai sakit di Desa Wiromartan

    Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen, Juli 2002

    (3) Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated (gambar 3). Tipekurva ini terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan suatu sumber

    secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder).

    Gambar 3. Distibusi kasus Salmonelosis menurut hari mulai sakit, Clarkville, Tennese, 4-15 Juli

    1970 (dikutip dari CDC, 1979)

    Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan periode paparan yang paling mungkin (pada

    KLB tipe common source), yaitu dengan menggunakan :

    Masa inkubasi rata-rata, dan Masa inkubasi maksimum-minimum

    Metode masa inkubasi rata-rata lebih sering digunakan, karena hasilnya lebih sering mendekati

    kebenaran.

    Metode masa inkubasi rata-rata :

    Pertama, identifikasi puncak KLB (25 Juni). Kedua, dari puncak KLB dihitung ke belakangselama masa inkubasi rata-rata rubella 18 hari (minimum 14 harimaksimum 21 hari).

    Diperoleh waktu paparan yang paling mungkin 7 Juni (hambar 4).

    Gambar 4. Distribusi kasus Rubella menurut hari mulai sakit di Sun City 21-29 Juni (dikutip dari

    CDC, 1979)

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    11/18

    2. Deskripsi kasus berdasarkan tempat

    Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk

    populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil analisis

    ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasusdapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempatpekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan

    hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau

    melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980).Kesalahan yang sering terjadi adalah pemikiran bahwa pengelompokan kasus berdasarkan

    tempat adalah berdasarkan tempat tinggal, sehingga sering tidak didapatkan hasil yang nyata.

    Sebagai contoh suatu KLB Brucellosis pada manusia, jika dilakukan pengelompokan kasus

    berdasarkan tempat tinggal tak akan mendapatkan sesuatu, tetapi pengelompokan berdasarkantempat pekerjaan mungkin akan memberikan petunjuk tentang sumber penularan (CDC, 1979).

    Penilaian variasi geografik dari suatu paparan infeksi harus memperhitungkan distribusi populasi

    (area specific attack rate), maka kesimpulan mengenai perbedaan risiko daerah harus dinyatakandalam rate bukan jumlah kasus.

    Pada tabel 1 ditampilkan suatu contoh analisis kasus-kasus menurut tempat yang dikunjungi ataudilalui. Terlihat bahwa attack rate pada daerah A jauh lebih besar dari daerah B. Tetapi setelah

    kasus-kasus di daerah B ditabulasikan menurut orang yang mengunjungi dan minum air di

    daerah A terlihat bahwa attack rate-nya hampir sama. Analisis KLB berdasarkan tempatdianggap telah dilakukan dengan baik apabila angka insidens daerah yang diduga sebagai sumber

    infeksi, berbeda secara bermakna dengan angka rata-rata (CDC, 1979).

    Tabel 1. Angka serangan diare menurut Sumber Air Minum pada Masyarakat A dan B, Agustus

    1985

    Pelayanan Air Jumlah orang Attack Rate

    (%)Sakit Sehat Total

    Masyarakat A 98 57 155 63,23

    Masyarakat B 31 158 187 16,58

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    12/18

    Masyarakat B Yang tidak terpapar air masy.A

    Yang terpapar air masy.A

    9

    22

    132

    24

    141

    46

    6,38

    47,83

    Masyarakat B yang terpapar air masy.A :

    Yg minum air A Yg tidak minum air A

    22

    0

    18

    6

    40

    6

    55

    0

    3. Deskripsi KLB berdasarkan orang

    Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau etiologi

    penyakit.Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, status

    perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus

    dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian padasatu atau beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu dikerjakan,

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    13/18

    karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit. Analisis ini akan berguna

    untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab penyakit atau sebagai kunci yang

    digunakan untuk menentukan sumber penyakit (MacMahon and Pugh, 1970; Mausner andKramer, 1985; Kelsey et al., 1986).

    Penyusunan distribusi kasus berdasarkan umur dilakukan dengan mengelompokan kasus pada

    interval umur, yang disesuaikan dengan kemungkinan pembuatan kesimpulan yang lebih baik.Pengelompokan dapat menggunakan interval yang sistematis (5, 10 tahun) atau intervalkelompok tertentu (balita, usia sekolah, usia dewasa). Kesalahan yang sering terjadi adalah

    interval umur yang terlalu lebar, sehingga menyembunyikan perbedaan risiko sakit yang

    mungkin berharga untuk mengetahui sumber penularan.

    Sebagai contoh : apabila penyediaan susu di sekolah tercemar dan menjadi sumber infeksi, maka

    penggunaan interval umur 5 tahun akan memungkinkan perhatian diberikan pada anak usiasekolah (berisiko sakit), populasi belum sekolah dan pasca sekolah (tidak mempunyai risiko

    sakit). Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa yang terpapar adalah anak sekolah.

    Seandainya digunakan interval 10 tahun atau lebih, maka kesimpulan tersebut aakan sulit dibuat(CDC, 1979).

    Distribusi penyakit berdasarkan sifat-sifat lain yang dapat dikerjakan jika sifat-sifat tersebut

    ditemukan berulang-ulang di antara kasus. Misalnya kategori kasus berdasarkan pekerjaan

    dilakukan jika di antara kasus jenis pekerjaan tertentu ditemukan berulang-ulang.Seperti pada analisis berdasarkan tempat, kesimpulan mengenai perbedaan risiko sifat-sifat orang

    harus dinyatakan dalam rate bukan jumlah kasus.

    Penanggulangan sementara

    Kadang-kadang cara penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau diperlukan, sebelum

    semua tahap penyelidikan dilampaui. Cara penanggulangan ini dapat lebih spesifik atau berubahsesudah semua langkah penyelidikan KLB dilaksanakan.

    Kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya etiologi

    penyakit, sumber dan cara penularannya (Goodman et al., 1990), sebagai berikut :

    Sumber dan cara penularan

    E

    T

    I

    OL

    O

    GI T

    A

    HU Tahu Tidak

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    14/18

    Penyelidikan +

    Penanggulangan +++

    Penyelidikan +++

    Penanggulangan +TI

    D

    AK

    Penyelidikan +++

    Penanggulangan +++

    Penyelidikan +++

    Penanggulangan +

    Keterangan :

    Penyelidikan : Luasnya penyelidikan yang dilakukan

    Penanggulangan : Dasar dari penerapan secara cepat cara-cara penanggulanganTanda + : Tingkat indikasi response

    + : Rendah

    ++ : Sedang+++ : Tinggi

    1. Jika etiologi telah diketahui sumber dan cara penularannya dapat dipastikan maka

    penanggulangan dapat dilakukan tanpa penyelidikan yang luas. Sebagai contoh adanya kasusHepatitis A di Rumah sakit, segera dapat dilakukan penanggulangannya yaitu memberikan

    imunisasi pada penderita yang diduga kontak, sehingga penyelidikan hanya dilakukan untuk

    mencari orang yang kontak dengan penderita (MMWR, 1985).

    2. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat dipastikan, maka belum

    dapat dilakukan penanggulangan. Masih diperlukan penyelidikan yang lebih luas untuk mencarisumber dan cara penularannya.

    Sebagai contoh : KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan telah diketahui

    etiologinya (Salmonella). Walaupun demikian cara penanggulangan tidap segera ditetapkan

    sebelum hasil penyelidikan mengenai sumber dan cara penularan ditemukan. Cara

    penanggulangan baru dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber penularan dengan suatupenelitian kasus pembanding (Taylor et al., 1982).

    3. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah diketahui makapenanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun masih memerlukan penyelidikan yang luas

    tentang etiologinya. Sebagai contoh : suatu KLB Organophosphate pada tahun 1986. Diketahui

    bahwa sumber penularan adalah roti, sehingga cara penanggulangan segera dapat dilakukandengan mengamankan roti tersebut. Penyelidikan KLB masih diperlukan untuk mengetahui

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    15/18

    etiologinya yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, yang ditemukan parathion sebagai

    penyebabnya (Etzel et al., 1987).

    4. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka penanggulangan tidak

    dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah

    penyelidikan. Sebagai contoh : Pada KLB Legionare pada tahun 1976, cara penanggulangan barudapat dikerjakan sesudah suatu penyelidikan yang luas mengenai etiologi dan cara penularanpenyakit tersebut (Frase et al., 1977).

    Identifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB

    A. Identifikasi sumber penularan

    Untuk mengetahui sumber dan cara penularan dilakukan dengan : Membuktikan adanya agent pada sumber penularan secara laboratoris atau adanya hubungan

    secara statistik antara kasus dan pemaparan (Mac Mahon and Pugh, 1970; CDC, 1979).

    Hubungan secara statistik ialahjika proporsi orang-orang dengan kedua sifat (sebab-akibat)mempunyai perbedaan (lebih tinggi/rendah) yang bermakna secara statistik. Atau perubahan

    variabel yang satu diikuti oleh variabel yang lain. Biasanya pada penyelidikan KLB untuk

    menguji atau membuktikan adanya hubungan ini dilakukan : dengan penelitian kasus-

    pembanding (Kelsey et al., 1986).

    Menurut MacMahon and Pugh (1970), CDC (1979), dan Kelsey et al (1986), penentuan dugaan

    sumber dan cara penularan penyakit dianggap telah baik jika :1. Ditemukan agent yang sama antara sumber infeksi dan penderita.

    2. terdapat perbedaan angka serangan (attack rate) yang bermakna antara orang-orang yang

    terpapar dan yang tidak terhadap sumber penularan.

    3. Tidak ada cara lain pada semua kasus, atau cara penularan lain tidak dapat menerangkandistribusi umur waktu dan geografis pada semua kasus.

    B. Identifikasi keadaan penyebab KLB

    Secara umum keadaan penyebab KLB adalah adanya perubahan keseimbangan dari agent,

    penjamu, dan lingkungan yang dapat terjadi oleh karena :1. Kenaikan jumlah atau virulensi dari agent

    2. Adanya agent penyebab baru atau yang sebelumnya tidak ada

    3. Keadaan yang mempermudah penularan penyakit

    4. perubahan imunitas penduduk terhadap agent yang pathogen,

    5. lingkungan dan kebiasaan penduduk yang berpeluang untuk terjadinya pemaparan.

    Perencanaan penelitian lain Yang sistematis

    Goodman et al (1990) mengatakan bahwa KLB merupakan kejadian yang alami (natural), oleh

    karenanya selain untuk mencapai tujuan utamanya penyelidikan epidemiologi KLB merupakan

    kesempatan baik untuk melakukan penelitian. Misalnya penelitian tentang hubungan yang beratantara ilmu epidemiologi dan penggunaannya di lapangan, mengevaluasi program-program

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    16/18

    kesehatan (cara diagnosis, pengobatan, imunisasi, pencegahan penyakit, penyuluhan kesehatan,

    kesehatan lingkungan, kesehatan perorangan dan lainnya), mengevaluasi kemampuan sistem

    surveilans yang ada, mengetahui partisipasi masyarakat, mengetahui sumber yang tepat untukperencanaan program, kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan peraturan atau dapat

    digunakan sebagai sarana pelatihan epidemiologi pada petugas kesehatan.

    Di Indonesia, setiap penyelidikan epidemiologi KLB, sebaiknya digunakan sebagai saranamendapatkan informasi untuk perbaikan program kesehatan pada umumnya dan programpencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan sistem surveilans pada khususnya.

    Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi KLB selalu dilakukan :

    1. Pengkajian terhadap sistem surveilans yang ada, untuk mengetahui kemampuannya yang adasebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan informasi dan pemenuhan kewajiban

    pelaksanaan sistem surveilans.

    2. Penelitian faktor risiko kejadian penyakit (KLB) yang sedang berlangsung

    3. Evaluasi terhadap program kesehatan.

    Penyusunan rekomendasi

    A. Penanggulangan KLB

    Menurut Goodman et al (1990), tujuan utama penyelidikan epidemiologi KLB adalah

    merumuskan tindakan untuk mengakhiri KLB pada situasi yang dihadapi (penanggulangan) dan

    mencegah terulangnya KLB di masa mendatang (pengendalian).Tindakan penanggulangan KLB didasari oleh diketahuinya :

    1. etiologis,

    2. sumber dan cara penularan.Secara garis besar cara penanggulangan KLB ditampilkan pada tabel 1.

    Tabel 1. Beberapa cara dalam penanggulangan KLB

    TINDAKAN CONTOH

    1. Menghilangkan sumber penularan Menjauhkan sumber penularan dari orang

    Membunuh bakteri pada sumber penularan Melakukan isolasi atau pengobatan pada orang yang diduga sebagai sumber penularan

    2. Memutus rantai penularan Strategi sumber pencemaran

    Mengendalikan vektor Peningkatan higiene perorangan

    3. Mengubah respons orang terhadap penyakit Melakukan imunisasi

    Mengadakan pengobatan

    Sumber : Kelsey et al., 1986

    B. Pengendalian

    Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya KLB pada populasi, tempat dan

    waktu yang berisiko (Bres, 1986). Dengan demikian untuk pengendalian KLB selaindiketahuinya etiologi, sumber dan cara penularan penyakit masih diperlukan informasi lain.

    Informasi tersebut meliputi :

    1. Keadaan penyebab KLB,2. kecenderungan jangka panjang penyakit

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    17/18

    3. daerah yang berisiko untuk terjadi KLB (tempat) dan

    4. populasi yang berisiko (orang, keadaan imunitas).

    Sistem surveilans

    Agar dapat mengevaluasi terhadap tindakan penanggulangan yang dijalankan dan mencegahtimbulnya komplikasi atau kematian, maka diperlukan sistim penemuan kasus dan kasuskomplikasi secara dini. Sistim berlaku selama periode KLB atau periode yang diduga komplikasi

    akan terjadi. Sistim surveilans penyakit di masyarakat (menggunakan tenaga masyarakat, kader)

    biasanya lebih dapat dipergunakan untuk memantau kasus baru dan komplikasinya (Bres, 1986).

    Penyusunan laporan KLB

    Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang baiksecara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara lisan kepada instansi kesehatan setempat

    berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat

    dilaksanakan. Laporan tertulis diperlukan diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikanepidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan mereapkan teknik-teknik sistim

    surveilans yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta dapat

    dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.

    Menurut Bres (1986) agar hasil penyelidikan epidemiologi KLB dapat digunakan sesuai dengan

    tujuannya maka laporan hasil penyelidikan epidemiologi KLB hendaknya berisi :

    1. Latar belakang, yang meliputi analisis keadaan geografis, kondisi alam, kependudukan, statussosial ekonomi, pelayanan kesehatan, sistem kewaspadaan dini yang berlaku, insidens penyakit

    dalam keadaan biasa.

    2. Riwayat kejadian KLB pada penyakit yang sama di daerah setempat atau di daerah yang lain.

    3. Metoda penyelidikan epidemiologi KLB, yang meliputi definisi kasus, alat yang digunakan(kuestioner), perjalanan penyakit, cara survai (pelayanan kesehatan, Rumah sakit, survai rumah

    tangga), rancangan penelitian, cara pengumpulan specimen, teknik pemeriksaan laboratorium,

    kuantitas dan kualitas tenaga yang dipakai.4. Analisis data, meliputi :

    Data klinis (frekuensi gejala/tanda), perjalanan penyakit, diagnosis banding, komplikasi

    penyakit, case fatality rate, frekuensi komplikasi yang terjadi) Data epidemiologi, deskripsi kejadian menurut waktu, tempat dan orang.

    Analisis cara dan sumber penularan (sumber infeksi, tempat dan cara masuknya agent

    penyebab ke penjamu, faktor-faktor yang mempengaruhi penularan)

    Data laboratorium (pemeriksaan agent penyebab, konfirmasi serologis, reliabilitas dan validitas

    hasil pemeriksaan).5. Pembahasan, yaitu interpretasi dari analisis data, perumusan hipotesis mengenai penyebab,

    sumber dan cara penularan, analisis statistik dari uji hipotesis.

    6. Kesimpulan, mengenai diagnosis penyakit, keadaan KLB, sumber dan cara penularan, keadaanpenyebab KLB.

    7. Rekomendasi cara penanggulangan dan penyelidikan epidemiologi KLB, meliputi dasar-dasar

    pengambilan keputusan dan deskripsi cara penanggulangan dan pengendalian KLB.

  • 5/25/2018 Kejadian Luar Biasa

    18/18

    Berbagai kendala yang khas pada penyelidikan epidemiologi KLB

    Menurut Goodman (1990) ada beberapa kendala yang sering dihadapi pada penyelidikanepidemiologi KLB, meliputi :

    1. Variasi sumber, macam dan keakuratan data

    Pada penyelidikan epidemiologi KLB sering diperlukan beberapa data misalnya data rumahsakit, Puskesmas, sekolah. Berbagai data tersebut kadang bervariasi dalam macam informasiyang dicatat dan tenaga yang mencatat. Dengan demikian dapat menimbulkan perbedaan pada

    reliabilitas dan validitas datanya. Untuk itu pada penyelidikan epidemiologi KLB kadang

    diperlukan pencatatan ulang agar data yang digunakan valid dan reliabel.2. Validitas dan reliabilitas pengumpulan data. Pada penyelidikan epidemiologi KLB sering tak

    cukup waktu untuk mengadakan pelatihan kepada petugas pengumpul data maupun uji coba

    kuestioner.

    3. Kekuatan penelitian. Jumlah sampel kadang hanya sedikit sehingga tidak dapat diperolehkekuatan penelitian seperti yang diharapkan.

    4. Pengumpulan specimen. Penyelidikan epidemiologi KLB kadang baru dilaksanakan beberapa

    hari sesuadah kejadian sehingga sering specimen (bahan makanan atau makanan) yangdiperlukan sudah tidak didapat.