Kelompok 4b Jurnal Kelas 1
-
Upload
dwi-kurnia-sari -
Category
Documents
-
view
49 -
download
6
Transcript of Kelompok 4b Jurnal Kelas 1
TUGAS READING JURNAL
Untuk memenuhi tugas Blok Gastrointestinal
“Improvement of Nutritional Care AfterColon Surgery: The Impact of Early Oral Nutrition in the Postanesthesia Care Unit”
Oleh:
Putri Dewi Arumsari 135070201111001
Irfan Marsuq Wahyu R. 135070201111002
Dwi Kurnia Sari 135070201111003
Puput Lifvaria Panta A. 135070201111004
Adelita Dwi Aprilia 135070201111005
Kelompok 4B – Reguler
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2016
I. IDENTITAS JURNALJudul :Improvement of Nutritional Care After Colon Surgery: The Impact of
Early Oral Nutrition in the Postanesthesia Care Unit
Pengarang : Louise Bang Grode, MScPH, BA, RN, Anette gaard, MScN, RN
Published : 2014
E-mail :[email protected].
Sumber : http://www.elsevier.com/journals/international-journal-of-nursing
sciences/2352-0132
II. TOPIK JURNALDalam jurnal ini menjelaskan mengenai pengaruh dari pemberian
nutrisi oral di awal setelah operasi colon yang bertujuan untuk
meningkatkan keseimbangan energy dan protein serta mencegah
mual dan muntah setelah operasi colon, dan hasilnya dibandingkan
dengan cara tradisional (hanya diberikan air dan limun).
III. LATAR BELAKANG MASALAHSelama ini Nutrisi oral untuk postoperative kolon ditunda
sampai resolusi ileus pasca operasi, karena tabung nasogastrik
digunakan secara rutin setelah operasi gastrointestinal. Untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi seteleh operasi colon pasien hanya
diberikan air dan limun saja dengan alasan untuk mencegah mual dan
muntah setelah operasi kolon. Padahal nutrisi awal pasien setelah
operasi harus diperhatikan terkait dengan keseimbangan energy dan
protein. Tentu, air dan limun saja tidak cukup untuk mencukupi nutrisi
pasien setelah operasi, oleh karena itu harus diimbangi juga dengan
memberikan nutrisi oral diawal yang dapat mengurangi durasi transien
ileus pasca operasi dan meningkatkan kemampuan untuk makan dan
minum. Pemberian nutrisi oral awal pasca operasi membutuhkan
peran perawat dalam mengatur komposisi nutrisi serta support untuk
pasien pascaoperasi.
IV. TUJUAN PENULISANDalam penelitian ini mempunyai tujuan berupa mengevaluasi dampak
dari implementasi pemberian awal nutrisi oral di unit perawatan
postanesthesia (PACU) setelah operasi colon.
V. METODEPartisipan dipilih dengan menggunakan metode sampel
convenience dan ukuran sampel ditentukan menggunakan formula
penelitian observasional. Informasi kuisioner yang diperoleh dari
pencarian literatur, klinis dan penelitian para ahli, dimana kuisioner
dikembangkan, dimodifikasi dan ditingkatkan. Informasi demografi
partisipan seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan,
dan gaya hidup (merokok, minum dan latihan) akan dieveluasi. Selain
itu, data dari komplikasi diabates kronik dan riwayat keluarga
dikumpulkan untuk menilai status penyakit mereka. Indikator psikologi
dan biokimia seperti HbA1c dan BMI juga diamati dalam kuisioner ini.
Tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah partisipan diukur pada
hari pertama diakui. HbA1c dan fungsi hati dievaluasi di bawah
keadaan puasa setidaknya selama 10 jam.
Penelitian ini menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI) yang merupakan skala penilaian diri untuk evaluasi kualitas
tidur. Terdapat 19 item penilaian diri yang dikategorikan menjadi 7
faktor (kualitas tidur, latensi tidur, lamanya tidur, keefektifan tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari)
dengan skore 0-3 tiap faktor. Jumlah skor dari 7 faktor akan
menghasilkan skor global PSQI yang berkisar 0-21. Semakin tinggi
skor PSQI menandakan kualitas tidur yang buruk.
Selain dilakukan pengisian kuisioner secara independen oleh
partisipan, juga diadakan interview tatap muka. Apabila selama proses
melengkapi kuisioner partisipan mengalami kesulitan, mereka dapat
bertanya langsung kepada peneliti dan peneliti akan menjelaskan atau
mengklarifikasinya.
DESAIN DAN PARTISIPAN
Penelitian ini dilakukan di departemen bedah di Rumah Sakit
pendidikan Denmark pada bulan November 2010 sampai Januari
2012. Pasien yang berusia lebih dari 18 tahun dan dijadwalkan untuk
elektif terbuka atau reseksi kolon laparoskopi protokol multidominal
fast-track akan dimasukan sebagai partisipan. Terdapat 52 orang
yang bersedia sebagai partisipan, tetapi terdapat 6 yang keluar karena
masuk ICU, terdapat stoma, pembatalan operasi, dan perubahan tipe
operasi. Sehingga didapatkan 46 partisipan yang masuk inklusi.
Partisipan tidak diberi tahu secara langsung tentang kelompok
apa yang mereka masukki. Tetapi, hal ini tergantung dari perlakuan
perawat PACU apakah mereka diberikan suplemen nutiri atau tidak.
Terdapat 24 partisipan sebagai kelompok yang dialokasikan
mendapatkan nutrisi oral awal dan 22 partisipan sebagai kelompok
yang dialokasikan mendapat intake tradisional. Salah satu partisipan
di tiap kelompok akan diberikan intervensi yang salah, tetapi data
akan tetap dianalisis sesuai dengan kelompok studi yang mereka
tempati. Dengan mekanisme, data yang hilang dinilai menjadi
kehilangan secara acak dan disebabkan oleh kegagalan staff dalam
merekam data.
UKURAN HASIL
Ukuran hasil primer didapatkan dari akumulasi keseimbangan
energi dan protein dari hari kedua post-op. Keseimbangan ini
merupakan hubungan antara estimasi energi dengan kebutuhan
protein pasien. Perhitungan dimulai sejak pemberian intake 24 jam
post-op (termasuk terapi cairan post-op) dan akumulasi intake energi
dan protein 72 jam post-op. Pada kelompok intervensi akan diberikan
jus tinggi protein berbasis minuman nutrisi oral yang mengandung
1280 kJ (total energi) dan 8 g (total protein). Sedangkan ukuran hasil
sekunder diperoleh dari pemasangan NGT sejak awal pembedahan
sampai hari ketiga, PONV di PACU, nyeri yang dirasakan di PACU
(diukur dengan skala nyeri), LoS di PACU (diukur dalam menit), dan
discharge pada hari ketiga post-op (96 jam).
INTERVENSI STUDI
Semua partisipan setibanya di PACU akan dilakukan penilaian
oleh perawat PACU untuk menentukan apakah masih memenuhi
syarat untuk pemberian intake oral bebas cairan atau tidak (misalnya
tidak adanya rencana intervensi selama pembedahan untuk restriksi di
rezim nutrisi) dan jika masih, partisipan akan dialokasikan ke grup
intervensi yang diberi jus tinggi protein berbasis suplemen nutrisi oral
dan diminum 30 menit setelah masuk PACU. Perawat akan
membantu pasien untuk minum dan menganjurkan untuk minum 200
ml dalam 1 jam pertama. Partisipan akan diberikan air atau limun
dalam waktu yang sama. Pada kelompok kontrol hanya diberikan air
dan limun saat di PACU. Secara rutin dilakukan dokumentasi untuk
semua pemberian intake oral dan cairan IV di PACU, selain itu
kandungan energi dan protein juga dihitung. Kembali ke unit bedah,
kedua kelompok menerima perawatan standar berdasakan protokol
fast-track Rumah Sakit.
NUTRISI SECARA UMUM, SEBELUM DAN SESUDAH
PEMBEDAHAN KOLON
Protokol jalur cepat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
persiapan bowel, pemberian sumplemen nutrisi oral selama
perawatan, pengobatan analgesik, dan rencana discharge pada hari
ketiga post-op. Semua partisipan dianjurkan minum 500 ml suplemen
nutrisi tinggi protein selama hari pembedahan sampai discharge.
Diperlukannya pemberian asupan cairan oral segera setelah bangun
dari pembedahan, kemudian bisa dilanjutkan dengan peningkatan
pemberian makanan padat apabila kondisi dinilai stabil dengan
mempertimbangkan resiko anastesi umum.
Secara tradisional, pemberian suplemen nutrisi oral ini masih
sedikit. Ditunjukkan dari sebuah penelitian retrospektif yang
menganalisa 314 catatan dari pasien bedah campuran yang di rawat
di PACU dan kurang dari 2% yang menerima pemberian suplemen
cairan oral di PACU. Kenyataannya mereka mendapatkannya ketika
kembali ke unit pembedahan setelah discharge PACU
VI. HASIL PENELITIAN DALAM JURNAL
Sebanyak 46 peserta termasuk 24 diantaranya ada pada
kelompok intervensi dengan gizi awal dan 22 yang lain ada pada
kelompok kontrol dengan asupan tradisional. Tabel 2 menunjukkan
karakteristik demografi dan karakteristik dasar dari peserta.
karakteristik demografi dan karakteristik dasar menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok penelitian.
Untuk mencapai tujuan evaluasi ini, energi kumulatif dan
keseimbangan protein dalam dua kelompok dibandingkan (Tabel 3).
Pada kelompok kontrol, median kumulatif keseimbangan energi pada
hari kedua pasca operasi adalah 51,8%; dan pada kelompok gizi awal,
itu 69,2% (P5.019). Pada kelompok kontrol, median kumulatif
keseimbangan protein pada hari kedua pasca operasi adalah 43,6%;
dan pada kelompok gizi awal, itu 62,4% (P5.015)
Gambar 2 dan 3 menunjukkan plot individu energi komulatif dan
keseimbangan protein pasien setelah hari kedua pasca operasi.
Median keseimbangan Energi dan protein untuk setiap hari
ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5 (termasuk hari pasca operasi
ketiga, meskipun data yang lebih sedikit yang tersedia untuk
perhitungan karena rumah sakit menolak sembilan pasien). Gambar 4
menunjukkan bahwa median keseimbangan energi pada kelompok
gizi awal masih unggul dengan kelompok asupan tradisional bahkan
pada hari ketiga; dan untuk keseimbangan protein (Gambar 5), dua
kelompok yang sama pada hari ketiga.
Untuk mengatasi tindakan sekunder, kejadian PONV di PACU,
penggunaan tabung nasogastrik dimulai pada hari operasi hingga
akhir hari pasca operasi ketiga, rasa sakit di PACU, LoS di PACU, dan
penolakan dari rumah sakit pada hari ketiga dibandingkan di dua
kelompok belajar (Tabel 3). Pada kelompok asupan tradisional, 50%
dari pasien mengalami PONV; dan pada kelompok gizi awal, 39,1%
mengalami PONV (P5.554). Kebutuhan tabung nasogastrik dalam
kelompok asupan tradisional adalah nol pada hari operasi sampai
akhir hari pasca operasi ketiga. Pada kelompok gizi awal, didapat nol
pada hari operasi, tapi terdapat satu di hari kedua pasca operasi dan
dua pada hari pasca operasi ketiga. tabung nasogastrik telah
diperlukan untuk 12,5% (N53) dari pasien dalam kelompok gizi awal
dibandingkan dengan nol dalam kelompok asupan tradisional.
Perbedaan ini secara statistik tidak signifikan (P5.235). Untuk sakit di
PACU, LoS di PACU, dan penolakan pada hari ketiga, tidak ada
perbedaan statistik yang ditemukan antara kelompok
DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa memberi makan oral suplemen
nutrisi di PACU (Post anestesiaa care unit) secara signifikan
meningkatkan energi kumulatif dan keseimbangan protein, diukur
setelah hari kedua pasca operasi (bahkan ketika energi dan protein
dari intervensi dikurangi), akan tetapi tidak menunjukkan peningkatan
yang signifikan dalam kejadian PONV (Post Operative Nausea and
Vomiting ) atau penggunaan tabung nasogastrik setelah tiga hari
pasca operasi.
Tiga pasien dari kelompok gizi awal diperlukan pemasangan tabung
nasogastrik, sehingga kaitanya dengan nutrisi awal harus
dipertimbangkan. Ketiganya memiliki pemasangan tabung selama
minimal 48 jam pasca operasi, dan tidak ada pasien yang memiliki
pembatasan diet sebelum pemasangan tabung. Dimana ketiga pasien
tersebut telah mampu minum dan makan makanan padat 48 jam
setelah pemberian nutrisi awal. Akan tetapi tak satu pun dari tiga
pasien dipulangkan pada hari ketiga pasca operasi; dan bila
dibandingkan dengan kelompok tradisional (traditional intake), tidak
ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal
keluar/pulangnya pasien dihari ketiga pasca operasi.
Gambar 6 menggambarkan bahwa pada hari kedua pasca operasi,
pasien dalam kelompok nutrisi awal (early nutrition) menunjukkan
asupan energi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok
traditional intake. Sehingga dapat mempengaruhi gizi/nutrisi pasien
secara signifikan, tidak hanya pada hari intervensi saja tetapi juga
memberikan efek beberapa hari pasca operasi. Oleh karena itu
diperlukan peran perawat PACU dalam rezim gizi pasien meliputi
pencarian intervensi tambahan, seperti mempersingkat puasa pra
operasi, menyusun pendidikan tentang gizi pra operasi untuk pasien,
dan keterlibatan keluarga lainnya.
Kemudian beberapa penelitian King et al dan Feroci et al
menemukan bahwa hasil lebih baik setelah operasi (laparoskopi)
yaitu berkaitan dengan toleransi terhadap awal diet, komplikasi
pasca operasi, dan mengurangi tinggal di rumah sakit.
VII. APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA SETTING PELAYANAN DI INDONESIA
Secara fisiologis pada pasien post operasi terjadi peningkatan
metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan, meningkatnya
kebutuhan nutrien untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada
kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke kondisi normal (Torosian, 2004).
Prosedur operasi tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme
tetapi juga mempengaruhi digestif, absorpsi, dan prosedur asimilasi
disaat kebutuhan nutrisi juga meningkat (Ward, 2003). Studi
observasional yang menilai status gizi dan dampaknya pada pasien
bedah yang dilakukan oleh Sulistyaningrum & Puruhita (2007)
menemukan semakin baik IMT , semakin cepat penyembuhan luka
operasi dan semakin tinggi albumin, semakin cepat penyembuhan
luka operasi. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Ijah (2009)
menunjukkan adanya pengaruh status gizi secara signifikan terhadap
penyembuhan luka dan lama rawat inap.
Dalam jurnal ini menunjukkan bahwa memberi makan oral
suplemen nutrisi di PACU (Post anestesiaa care unit) secara signifikan
meningkatkan energi kumulatif dan keseimbangan protein, diukur
setelah hari kedua pasca operasi (bahkan ketika energi dan protein
dari intervensi dikurangi), akan tetapi tidak menunjukkan peningkatan
yang signifikan dalam kejadian PONV (Post Operative Nausea and
Vomiting ) atau penggunaan tabung nasogastrik setelah tiga hari
pasca operasi.
Aplikasi jurnal di Indonesia sudah ada untuk intervensi seperti di
jurnal ini, terdapat hasil yang signifikan untuk pemberian nutrisi di post
operasi. Hasil positif pembedahan sangat tergantung pada
mekanisme imun yang adekuat dan penyembuhan luka. Keduanya
bergantung dari peningkatan sintesis protein baru, yang secara
signifikan membatasi keseimbangan nitrogen negatif dan
keseimbangan energi. Semi-starvasi akan terjadi dalam beberapa hari
bukan beberapa minggu, jika intake tidak memenuhi kebutuhan,
khususnya protein dan energi.
Rute pemberian makanan harus dianggap sebagai
komplementer bukan kompetitif. Isu utama adalah bahwa kebutuhan
nutrien terpenuhi dan pengalihan rute enteral atau parental secara
bertahap dilakukan untuk merespon bukti yang jelas di mana
seseorang mampu secara konsisten mampu memenuhi kebutuhan
intake energi melalui rute oral. Umumnya, pipa dan selang dilepas
setelah satu atau dua hari setelah pemberian intake oral yang sangat
terbatas dengan harapan bahwa pasien telah mulai makan.
Kenyataannya, butuh berhari-hari atau berminggu-minggu dengan
intake oral untuk memenuhi kebutuhan.
Dua studi terbaru (Keele et al, 2007; Beattie, et al, 2010)
menunjukkan bukti keefektifan suplemen oral pada pasien bedah.
Pasien pasca bedah digestif dengan gizi kurang dan tidak
membutuhkan nutrisi enteral atau parenteral diacak untuk
pemberiansuplemen oral (n=43) atau diet bangsal biasa (n=43).
Suplemen ini mengandung 6.3 kJ/ml dan 0.05 atau 0.06 g protein/ml.
Kelompok intervensi yang menurun BB nya (2.2 versus 4.2 kg
(p<0.001)), memiliki lbih sedikit komplikasi (n= 4 versus 12, p<0.05)
dan lebih sedikit merasa lelah. Sebuah studi selama 10 minggu
menunjukkan bahwa pasien pasca bedah malnutrisi yang menerima
suplemen oral (n=52) mengalami peningkatan BB dan menunjukkan
peningkatan kualitas hidup dan penggunaan antibiotik yang lebih
rendah dibanding kelompok kontrol (n=49) yang menerima diet
normal.
Ada bukti bahwa gizi kurang, khususnya pada pasien bedah,
secara prospektif dikaitkan dengan peningkatan resiko outcome yang
buruk (Souba & Wilmore, 2004; Green, 2003; Keele et al, 2007).
Namun, tidak ditemukan hubungan sebab akibat yang jelas dan sulit
untuk mengisolasi efek confounding dari proses penyakit. Ada
kesenjangan bukti bahwa dukungan nutrisi akan memperbaiki
outcome yang buruk. Randomized control trial yang dirancang dengan
baik sangat jarang dan sulit dilakukan. Isu kunci pada banyak studi
adalah terlalu sedikit dukungan nutrisi diberikan untuk waktu yang
terlalu pendek dan efek potensialnya kabur. Tidak adanya bukti
berkualitas tidak lalu dianggap sebagai tidak adanya efek nutrisi pada
hasil pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Louise Bang Grode, MScPH, BA, RN, Anette gaard, MScN, RN. 2014.
Improvement of Nutritional Care After Colon Surgery: The Impact of Early
Oral Nutrition in the Postanesthesia Care Unit. Online
(http://www.elsevier.com/journals/international-journal-of-nursing
sciences/2352-0132) diakses pada 22 Februari 2016
Said, Syahrul,dkk. 2012. Gizi dan Penyembuhan Luka. Indonesia
Academic Publishing. Online
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6603/gizi
%20dan%20penyembuhan%20luka.pdf?sequence=1) diakses pada 2
Maret 2016 pukul 16.24 WIB