kenduricinta_caknun
-
Upload
agussaefudin -
Category
Documents
-
view
265 -
download
1
description
Transcript of kenduricinta_caknun
-
2012
http://kenduricinta.com
Collected and printed by Agus Saefudin
2/2/2012
KENDURI CINTA CAK NUN
-
http://kenduricinta.com 1
Daftar Isi:
Kasan Kusen 2
-
http://kenduricinta.com 2
Kasan Kusen Oleh Emha Ainun Nadjib*
SESUDAH dibantai dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat
manusia, penggalan Sayidina Husein putra Fatimah putri Muhammad Rasulullah SAW diarak, diseret
dengan kuda sampai sejauh 1.300 kilometer. Wallahualam, ada yang bilang dibawa sampai ke Mesir,
yang lain bilang ke Syria sebagaimana ada beberapa makam Sunan Kalijogo di Pulau Jawa tapi
pasti pembantaian sesama muslim itu terjadi di Karbala.
Orang yang mencintai beliau bisakah menangis hanya dengan mengucurkan air mata, dan bukan
darah? Jutaan pencintanya memukul-mukul dada mereka agar terasa derita itu hingga ke jantung dan
menggelegak ke lubuk jiwa. Ribuan lainnya membawa cambuk besi atau apa saja yang bisa melukai
badan mereka agar kucuran darah itu membuat mereka tidak siapa pun kecuali Imam Husein sendiri.
Orang yang mencintai melarutkan eksistensinya, melebur, hilang dirinya, dirinya sirna, menjadi
orang yang dicintainya.
Keperihan maut Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jamaah Syii di dunia. Duka yang
mendalam atas apa yang dialami cucu Nabi itulah yang membuat kaum Syiah menyerahkan hatinya
dengan sangat penuh perasaan kepada komitmen ahlulbait, keluarga Nabi. Sementara di pusat Islam
sendiri, Arab Saudi kerajaan yang didirikan oleh koalisi keraton Abdul Aziz dengan ulama Wahabi
konsentrasi emosional terhadap ahlulbait sangat dicurigai sebagai gejala syirik yang melahirkan
berbagai jenis bidah, yakni perilaku-perilaku budaya keagamaan yang diciptakan tidak atas dasar
ajaran Nabi sendiri, sehingga dianggap mengotori kemurnian peribadatan Islam.
Semacam dendam sejarah yang berasal dari tragedi Karbala itulah yang melahirkan soliditas sistem
imamah dalam budaya keagamaan kaum Syii. Kepemimpinan dan keumatan dalam Syiah merupakan
kohesi horizontal-vertikal yang sangat berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum Sunni.
Seandainya di Indonesia orang mengatakan Gus Dur dengan 30 juta umat NU-nya atau Amien
-
http://kenduricinta.com 3
Rais dengan 25 juta umat Muhammadiyahnya yang dimaksud adalah kaum Syii, maka tidak ada
kekuatan apa pun yang bisa mengalahkan koalisi NU-Muhammadiyah dalam perpolitikan Indonesia.
Kaum Sunni menyebut Abu Bakar, Umar, dan Utsman dulu
sebelum Ali. Bahkan tidak secara spesifik menyebut Hasan dan
Husein. Orang Syii jengkel kepada ketiga khalifah itu karena
menurut versi sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW
wafat, yang menguburkan hanya Ali, Aisyah, Fatimah, Abbas, dan
seorang lagi pekerja penguburan. Sementara Abu Bakar, Umar, dan
Utsman sibuk di Tsaqifah, KPU yang memproses siapa pemimpin
pengganti Nabi tanpa memedulikan jenazah Nabi.
Bahkan, ketika tengah malam usai penguburan, sejumlah
rombongan dipimpin Umar menggedor rumah Ali untuk memaksa
menantu Nabi ini menandatangani pengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama.
Sayidina Hasan, kakak Husein, juga tak kalah sialnya. Pagi-pagi, ia disuguhi racun oleh istrinya yang
lantas mengaku bahwa itu atas suruhan Muawiyah. Hasan memaafkan istrinya, dan besok pagi
sesudah kejahatannya dimaafkan, sang istri kembali menyuguhkan racun, Hasan meminumnya dan
menemui ajal.
Dalam kandungan hati orang Syiah, memang tidak banyak orang menderita seperti Rasulullah
Muhammad SAW: jenazah beliau belum diurus, orang-orang yang sangat dicintainya sudah ribut
memperebutkan jabatan.
Nabi unggul dan sangat populer sepanjang sejarah, tapi rumah yang ia tempati bersama Aisyah
istrinya hanya seluas 4,80 x 4,62 meter. Makhluk diciptakan oleh Allah berupa cahaya, namanya Nur
Muhammad meskipun secara biologis ia dihadirkan 600 tahun sesudah Isa/Yesus namun semasa
hidupnya ia menjahit sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu di balik ikat
pinggangnya, dan waktu wafat masih punya utang beberapa liter gandum.
Manusia yang paling mencintai Allah dan paling dicintai Allah, namun Allah merelakan keningnya
berdarah dilempar batu oleh pembencinya, mengizinkannya mengalami tenung sebelum menerima
tiga surah firman-Nya. Tak ada kemewahan dunia apa pun melekat padanya. Bahkan, ia tak sanggup
menolong Fatimah putrinya yang beberapa hari bersembunyi telanjang dalam selimut di kamar
karena pakaiannya dijual Ali suaminya untuk bisa makan.
Muhammad dan keluarganya sangat disayang, bahkan dicintai dengan gelegak rasa perih, karena
derita. Ia pun memilih karakter abdan nabiyya, nabi yang rakyat jelata, dan menolak ditawari Allah
menjadi mulkan nabiyya, nabi yang raja diraja.
Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan berupa
gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di
wilayah antara Madinah dan Mekkah, yang hari ini menjadi
cadangan kekayaan Arab Saudi, di samping tambang minyak temuan
baru di perbatasan Saudi-Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber
konflik antara kedua negara. Sebab, jika Yaman menguasai sumber
minyak itu, karena daerah geografisnya lebih rendah, maka minyak
Saudi di perut bumi akan terserap olehnya.
-
http://kenduricinta.com 4
Rasulullah pernah bersabda bahwa kelak kaumnya akan mengalami kekalahan dan hidup dalam
kehinaan, karena hubbud dunya wa karohiyatul maut kemaruk pada harta dunia dan takut mati.
Wallahualam. Dalam hal maut, mestinya kaum Syii lebih memiliki etos dan kesadaran spesifik,
karena riwayat Ali, Hasan, dan Husein yang mereka tokohkan. Maut dan derita Husein adalah
sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau tragedi, melainkan kebanggaan yang
melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi jihad dan syahid.
Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui perjuangan
kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh, dan tidak penting. Jika
seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di
belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena
dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu:
Allah.
Jika Ia sendirilah yang merupakan tuan rumah dalam kehidupannya, maka kematian adalah sesuatu
yang dirindukan. Maka, ia terus bersemangat untuk berperang. Bukan karena perang itu sakit atau
nikmat, melainkan karena Allah memberinya jalan syahid tanpa hambatan dunia. Maka peluru
musuh tidak dihindarinya, melainkan disongsongnya.
Karena itu, bisa dipahami tatkala pasukan koalisi kecele
bahwa ternyata kelompok Syiah tidak begitu saja bisa
diprovokasi untuk serta-merta mensyukuri kedatangan
pasukan koalisi, hanya karena sepanjang hidup di Irak
mereka ditekan oleh Saddam Hussein.
Akan tetapi, pada level kualitas perjuangan yang lebih
tinggi, juga sangat disayangkan bahwa kaum Syiah tidak
mampu secara kolektif meneruskan konsistensi etos jihad
dan syahidnya sampai ke tingkat substansi yang lebih berkemuliaan. Ketika mereka melakukan pawai
ke Karbala untuk mengekspresikan rasa cinta Husein, yang terjadi baru semacam pelampiasan bahwa
kini Saddam penghalang mereka sudah tidak memiliki kekuatan.
Pawai itu tidak membawa mereka kepada nilai kepemimpinan dan perjuangan yang lebih tinggi yang
menyangkut: (1) Nasionalisme Irak tanah persemayaman mereka, (2) Martabat bangsa-bangsa Timur
Tengah, juga (3) Harga diri kaum muslimin di hadapan fundamentalisme Bush.
Pawai Karbala hanya menyampaikan kaum Syiah pada keperluan lokal kaum Syiah sendiri. Peta yang
tergambar hanya kekuasaan Saddam dan eksistensi kaum Syiah di Irak. Padahal, sesungguhnya
mereka kini berada dalam posisi yang relatif sama dengan Saddam dan negara-negara Arab lainnya,
dalam konteks adikuasa Amerika Serikat.
Bush barusan menyatakan bahwa minyak Irak bukanlah milik Saddam dan keluarganya.
Sesungguhnya Bush utamanya sedang berkata kepada monarki Arab Saudi: minyak di Saudi bukanlah
milik Raja Saudi beserta para amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari
wacana itu akan diaplikasikan. Kerajaan Arab kini berada dalam ketakutan yang mendalam: Raja
Fahd sudah hampir terkikis kesehatannya, Fahd yang menggenggam de facto kekuasaan sudah
berumur 84 tahun, beberapa pangerannya sakit kaki.
-
http://kenduricinta.com 5
Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerika Serikat.
Kerajaan mendapat jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silakan ambil Irak, Suriah, atau
mana pun, asal keluarga Saudi tidak diganggu. Kalau perlu, apa boleh buat, Mekkah dan Madinah
dikuasai, asalkan kerajaan tetap selamat. Tapi, siapakah yang menjamin keselamatan eksistensi
keraton Saudi tanpa ia sendiri membangun kekuatan di dalam dirinya? Apakah Amerika Serikat
menjamin keamanan mereka, meskipun rudal-rudal Patriot milik Kerajaan Saudi di-infak-kan
kepada pasukan koalisi untuk dipakai menghancurkan Irak, saudaranya sendiri, pada peperangan
Maret-April kemarin?
Kekuasaan Saudi tak usah dibayangkan akan sanggup melindungi
Mekkah dan Madinah. Tidak mustahil, dua sampai lima tahun lagi,
keluarga Kerajaan Saudi tak akan sanggup mempertahankan
eksistensinya dari gejolak dan pemberontakan rakyat Saudi yang
sudah benar-benar sangat bosan hidup dalam situasi kenegaraan
yang tanpa rasionalitas, tanpa demokrasi, tanpa kebudayaan, tanpa
tradisi ilmu, tanpa etos-etos modern, dan sepertiganya kini menjadi
penganggur, tidak terbiasa bekerja keras, jualan sayur saja gagal.
Kemarin saya mendatangi tumpukan batu tinggi kokoh bekas benteng pertahanan keluarga Yahudi
Kaab bin Asraf di kota Madinah. Rasulullah sebelumnya telah mengumpulkan semua segmen
masyarakat Madinah untuk bersama-sama menandatangani Piagam Madinah etika masyarakat
plural. Namun, Kaab melanggar perjanjian itu. Terjadi peperangan, Kaab kalah. Dan di milenium III
abad ke-21 ini, Kaab akan hadir kembali mengambil Madinah.
Jadi, masalahnya bagi kaum Syiah bukan sekadar bagaimana mereka mendapatkan kemerdekaan
hidup di Irak, karena sesungguhnya sekadar di Irak pun, pasca-Saddam, kemerdekaan kaum Syiah itu
juga semu. Peta Timur Tengah dan dunia sudah berubah total. Konflik Sunni-Syiah seharusnya sudah
menjadi sekunder. Kalau orang Syiah memukul-mukul dada mereka, merintih-rintih, menangis, dan
memekik-mekik konsentrasi keperihan itu kini tidak lagi an sich derita Sayyid Husein belasan abad
yang lalu.
Kasan Kusen demikian masyarakat santri tradisional Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu
abad ke-21 tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal
kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, disirnakan, diinjak-injak harga diri
kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.
*Budayawan
[Kolom, GATRA, Nomor 24 Beredar Senin 28 April 2003]
-
http://kenduricinta.com 6
Menundukkan Wajah Di hadapan Ali Audah Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib
I
Hari ini kita bersama-sama menundukkan wajah dan membungkukkan badan di hadapan beliau
Bapak Ali Audah. Saya pribadi, kalau boleh jujur mempraktekkannya, tidak akan menundukkan
wajah, melainkan menutupi wajah, karena rasa malu yang mendalam kepada beliau. Saya juga tidak
akan membungkukkan badan, melainkan melarikan diri dan bersembunyi, karena rasa tak berharga
di hadapan beliau.
Zaman pendudukan Jepang, awal era 1940an, bagi saya adalah masa silam yang sangat jauh.
Kemudian kemerdekaan tiba, lantas berlangsung era Orde Lama yang sangat lama, tiga tahun
sesudah era itu berakhir, saya mulai menulis cerita pendek. Melewati era Orde Baru yang lebih lama
lagi dibanding Orde Lama, dan ketika orde itu berakhir, saya sudah berhenti menulis. Sehingga hari
ini saya merasa pekerjaan menulis adalah masa silam yang sangat jauh.
Sedangkan beliau Bapak Ali Audah, sudah menulis cerita pendek pada era Jepang masa silam saya
yang jauh itu, dan terus menulis selama Orla yang lama, terus menulis selama Orba yang lebih lama
lagi, terus menulis selama era Reformasi yang sangat memuakkan dan yang paling memuakkan
dibanding segala sesuatu yang memuakkan, terus menulis dan terus menulis sampai hari ini.
Bagaimana mungkin saya sanggup tidak melarikan diri dari beliau. Jangan-jangan andaikan Allah
mengambil saya kemudian melahirkan kembali sampai tiga kali: yang saya saksikan adalah beliau
Bapak Ali Audah tetap juga terus menulis dan menulis.
Maka hari ini, jika saya mengucapkan Asyhadu an-la ilaha ilallah, wa asyhadu anna Muhammadan
rasulullah, perkenankan saya meneruskan wa asyhadu anna Ali Audah yamalu amalan shalihan
wa yamalu amalan shalihan wa yamalu amalan shalihan. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan
-
http://kenduricinta.com 7
selain Allah, aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah, dan aku bersaksi bahwa Ali Audah
beramal shaleh dan beramal shaleh dan beramal shaleh.
Sebab saya seorang Muslim, dan cukup sudah bekal Islam saya dengan Al-Quran, kemudian Hadits,
Sunnah dan Sirah Rasul yang saya telusuri melalui Sejarah Hidup Nabi Muhammad karya Husain
Haekal yang diterjemahkan oleh beliau Bapak Ali Audah.
Saya membaca buku itu sejak remaja. Saya pikir itu adalah buku yang diterjemahkan oleh penulis dari
masa silam, kalau dilihat dari usia generasi saya. Tapi yang saya tidak sangka adalah ternyata buku itu
diterjemahkan oleh seorang penulis masa depan, ketika saya lihat dari kenyataan bahwa dunia
penulisan sudah menjadi masa silam saya.
II
Beliau Bapak Ali Audah adalah seorang pembelajar ototidak. Ia tidak tamat Madrasah Ibtidaiyyah dan
juga tidak pernah belajar di pesantren. Tetapi ia mampu menerjemahkan karya-karya berbahasa Arab
dengan sangat baik. Bukan main-main, karya yang diterjemahkannya adalah buku-buku yang
berkualitas dan menjadi acuan atau referensi utama.
Puluhan tahun saya juga berbangga bahwa saya seorang pembelajar otodidak. Dan saya pura-pura
tidak tahu kekalahan dan kepalsuan saya. Beliau Bapak Ali Audah tidak tamat Madrasah, sedangkan
saya kurang murni otodidak, sebab saya sekolah sampai SMA meskipun lulus paksa. Beliau Bapak Ali
Audah tidak pernah nyantri di Pesantren, sementara saya santri Gontor meskipun diusir di tengah
jalan.
Kekalahan utama saya ada dua hal. Pertama, saya santri Gontor tapi tidak mampu menterjemahkan
karya apapun, jangankan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia: dari bahasa Jawa bahasa Ibu saya
sendiripun tak ada sebiji karya terjemahan yang saya pernah hasilkan. Kedua, kekalahan yang sangat
memalukan. Masyarakat dan ummat Islam tidak pernah menyebut Kiai Ali Audah, sementara Kiai
Ainun Nadjib ada dalam daftar dan ranking Kiai-Kiai di Indonesia. Padahal yang menguasai bahasa
AlQuran adalah Kiai yang tidak terdaftar itu.
Saya tidak kawatir akan merasa malu atas kenyataan itu di Indonesia, karena Indonesia benar-benar
semakin kehilangan parameter untuk membedakan mana yang sungguh-sungguh Kiai dan mana yang
sekedar Ngiyai. Bahkan andaikanpun Indonesia masih punya pengetahuan untuk mampu
membedakan, insya allah tidak perduli juga dan enteng-enteng saja untuk mengkiaikan yang bukan
Kiai dan mem-bukan-Kiaikan yang benar-benar Kiai.
Namun demikian saya berdoa dan meronta sejadi-jadinya agar para Malaikat kelak di akhirat tak
usahlah menggoda dan ngerjain saya soal itu. Apalagi kalau itu disaksikan oleh beliau Bapak Ali
Audah dari sebuah jendela di sorga, sementara saya masih magang di antara sorga dan neraka.
Lebih mempermalukan saya lagi kalau satu Malaikat ngerjain saya, beberapa lainnya duduk-duduk di
sekitarnya membaca Abu Bakar As-Sidiq yang Lembut Hati, Umar Bin Khattab: Sebuah Telaah
-
http://kenduricinta.com 8
Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu, Usman bin Affan: antara
Kekhalifahan dengan Kerajaan, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam.
Lebih celaka lagi kalau ejekan kepada saya itu ditambahi dengan memanggil rekan-rekan sesama
magang antara sorga dan neraka, dikumpulkan, dikasih dan diperintahkan untuk membaca Malam
Bimbang, Hari Masih Panjang, Jalan Terbuka, Icih, bahkan Peluru dan Asap, Saat
Lonceng Berbunyi dll.
Ya Allah, please jangan permalukan hamba-Mu yang toh sudah penuh malu ini.
III
Beliau Bapak Ali Audah adalah seorang hamba Allah yang hidup syahid. Orang yang hidup syahid
bukanlah orang yang tidak perlu mati untuk menjadi syahid. Sebab dua hal. Pertama, Allah sendiri
menyatakan secara lugas bahwa hamba-hambaNya yang syahid tidak mati. Kedua, konteks syahid
memang tidak terutama terkait dengan hidup atau mati.
Syahid adalah orang yang menyaksikan keagungan Allah dengan karya dan lelaku hidupnya, dengan
perjuangannya, ketekunannya, kesetiaannya, keikhlasannya, tentu saja yang dilandasi oleh akar
ketaqwaannya, totalitas kepasrahannya, tunai lillahi-taalanya, serta tanpa reserve kepatuhan
uluhiyahnya.
Apakah beliau Bapak Ali Audah seorang yang hebat? Jangan. Jangan hebat. Jangan bawa dan
tenteng-tenteng kehebatan kesana kemari kepada sesama manusia karena sesungguhnya yang hebat
bukan engkau. Jangan persembahkan kehebatan ke hadirat Allah wahai laron-laron di permukaan
matahari wahai debu di tengah ruang hampa jagat raya.
Hebatilah dirimu sendiri 87 tahun. Hebatlah atas dirimu sendiri 87 tahun. Taklukkan dirimu sendiri
87 tahun. Kuraslah dirimu sampai kosong dan Allah akan mengisinya dengan kehebatan-Nya. Allah
akan mengisikan diri-Nya padamu.
87 tahun tidak membangun kehebatan, melainkan ketekunan. 87 tahun tidak menegakkan kebesaran,
melainkan kepatuhan. 87 tahun tidak mengibarkan kegagahan, melainkan kesetiaan. 87 tahun tidak
memperjuangkan keunggulan, melainkan keikhlasan.
Manusia yang berdiri di muka bumi dengan kehebatan, kebesaran, kegagahan dan keunggulan, yang
diatas-namakan dirinya sendiri, menjadi bahan tertawaan di kalangan masyarakat langit.
Beliau Bapak Ali Audah syahid atas hakekat itu, sehingga penuh tawadlu hidupnya. Beliau Bapak Ali
Audah bersyahadah atas sifat sejati itu, sehingga selalu tenteram jiwanya.
IV
Kita mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada beliau Bapak Ali Audah yang telah berkenan
memberi peluang kepada kita untuk menjalankan kewajiban yang sangat terlambat kami sadari, yakni
menghormati, menghargai dan menjunjung beliau.
-
http://kenduricinta.com 9
Bapak Ali Audah tidaklah membutuhkan apa yang kita laksanakan hari ini, demi Allah kitalah yang
butuh menghormati, menghargai dan menjunjung beliau.
Pun sesungguhnya, kata menghormati, menghargai dan menjunjung tidaklah tepat mewakili apa
yang kami maksudkan. Mungkin malah bermakna terbalik.
Kita belum pernah matang benar menggunakan bahasa, atau Bahasa Indonesia juga masih belum
benar-benar teruji untuk mewakili kwalitas nilai yang dimaksudkannya.
Menghormati bukanlah memberi kehormatan. Karena memberi kehormatan haruslah kepada orang
yang tidak punya kehormatan, sehingga perlu diberi kehormatan. Menghargai bukanlah
menyampaikan harga kepada orang yang tidak berharga. Dan menjunjung, adalah tindakan untuk
menaikkan seseorang dari posisi yang lebih rendah ke posisi yang lebih tinggi.
Maka dengan segala kerendahan hati kami mohon bimbingan kepada beliau Bapak Ali Audah, agar
sesudah ini kami mulai punya kemampuan untuk menterjemahkan apa yang sebenarnya kami
maksudkan melalui atau menjadi kata, idiom dan susunan kalimat yang lebih tepat dan aman.
Dengan kata lain, apa yang kita lakukan hari ini, bukanlah kesombongan untuk menghargai,
melainkan kerendahan hati untuk belajar kepada Bapak Pendekar Penterjemahan Nasional. Inipun
salah. Seharusnya Bapak Pendekar Penterjemahan Internasional, sebab pekerjaan perterjemahan
pastilah berskala antara bahasa Nasional dengan Bahasa Nasional lainnya, alias internasional.
Ya Allah, betapa rapuh dan lemahnya kesanggupan hamba-hambaMu dalam menterjemahkan
kehidupan. Sehingga terkutuklah manusia, masyarakat, Pemerintah, Negara dan Bangsa yang buta
matanya, tuli telinganya dan bebal akalnya, di dalam memahami betapa pentingnya seorang
Penterjemah di dalam kehidupan, kebudayaan dan peradaban.
Sungguh terkutuk, dan patut dilaknat kami semua ini. Oleh karena itu jalannya tinggal satu ya Allah:
ampunilah kami semua.
V
Yang kita lakukan hari ini bukanlah peristiwa menjunjung beliau Bapak Ali Audah, melainkan Bapak
Ali Audah menjunjung kita semua.
Hampir satu abad beliau Bapak Ali Audah menjunjung dirinya ke maqamat yang sangat tinggi, dan
hari ini dari dataran yang rendah kita melemparkan tali ke atas, tangan beliau Bapak Ali Audah
menyambut dan menggenggam tali itu, kemudian kita memanjat naik ke maqamat beliau.Bahkan
dengan tali itu beliau Bapak Ali Audah menarik kita ke atas. Sebagaimana kalau kita mendekat
kepada Allah sehasta, Allah mendekat kepada kita sedepa. Kemudian kita lebih mendekat kepada
Allah sedepa, Allahpun langsung mendekat kepada kita sepenggalah.
-
http://kenduricinta.com 10
Maksud saya, seharusnya kita semua yang hadir di sini pergi beramai-ramai sowan ke rumah beliau
Bapak Ali Audah untuk menyampaikan rasa hormat dan hajat junjungan. Bukannya beliau yang kita
minta datang dan kita tunggu di rumah kita.
Tetapi demikianlah al-khalish wal-mukhlis beliau Bapak Ali Audah sekarang berada di sini, dan
bukannya kita yang berada di ruang tamu rumah beliau menunjukkan secara sangat nyata bahwa
beliau Bapak Ali Audah bukan sekedar orang yang memang paling berhak menjadi pancer cahaya
acara ini, melainkan lebih dari itu: Allah telah memilih beliau Bapak Ali Audah untuk menjadi
penghantar hidayah agar menumbuhkan kesadaran betapa kebanyakan dari kita telah abai dan alpa
terhadap betapa pentingnya jenis amal shaleh yang Allah amanatkan kepada beliau Bapak Ali Audah.
Demi Allah, apapun kata yang saya ocehkan ini, juga apapun yang kita semua lakukan dengan acara
ini, tidaklah sedikitpun menambah derajat kemuliaan hidup beliau Bapak Ali Audah. Sesungguhnya
kitalah yang sedang ditaburi cipratan kemuliaan oleh beliau Bapak Ali Audah.
Prinsip martabat dan logika moral sosial tidak mengizinkan kita menghormati orang yang minta dan
menunggu-nunggu untuk dihormati. Tetapi tingginya derajat ilmu dan sucinya pengetahuan sejati
mewajibkan kita untuk menyampaikan rasa hormat kepada orang yang tidak pernah menagih untuk
dihormati.
Maka acara ini kita langsungkan semata-mata untuk kepentingan dan keselamatan kita di hadapan
Allah dan beliau Bapak Ali Audah. Acara ini sama sekali tidaklah mengandung apapun yang beliau
Bapak Ali Audah berkepentingan atasnya.
Kalau kita menjunjung beliau, tidaklah membuat beliau menjadi berderajat lebih tinggi, sebab
bagaimana mungkin kerendahan sanggup mempersembahkan ketinggian, apalagi kepada orang yang
ketinggiannya tidak terjangkau oleh kerendahan.
Kalau kita tidak menjunjung beliau, sama sekali tidaklah membuat beliau menjadi lebih rendah dari
ketinggiannya, sebab kerendahan itu terletak di luar diri beliau Bapak Ali Audah tanpa pernah bisa
menyentuh ketinggian beliau.
VI
Itulah sebabnya saya bersyukur sampai hari ini di baju beliau Bapak Ali Audah tidak tersemat tanda
penghargaan atau penghormatan apapun dari Pemerintah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Gadis yang berwajah cantik jangan berbangga dipuji kecantikannya oleh pemuda yang buta matanya.
Rumah Puisi mungkin tidak pasti bukan pemuda yang buta matanya, tetapi hari ini ia membuktikan
kedalaman nuraninya, ketajaman akal sosial dan kearifan budayanya, untuk menemukan kecantikan
sejati gadis itu yang terdapat tidak pada wajahnya, melainkan pada kandungan jiwanya serta bau
keringat kerja kerasnya.
-
http://kenduricinta.com 11
Beliau Bapak Ali Audah telah benar dan dibenarkan oleh Allah memilih wilayah amanah
kehidupannya. Benar memilih nilai dan pekerjaan di antara berbagai-bagai kemungkinan nilai dan
pekerjaan manusia di muka bumi. Kemudian beliau membangunnya dengan kesungguhan, kesetiaan
dan keikhlasan yang sukar dicari tandingannya.Masing-masing kita yang hadir di sini mungkin juga
orang yang bersungguh-sungguh, setia dan ikhlas bekerja. Tetapi jangan pernah pamerkan itu di
hadapan orang yang bekerja sungguh-sungguh, setia dan ikhlas selama 87 tahun. Tataplah wajah
beliau, yang sama sekali bukan wajah 87 tahun. Rasakanlah ketangguhan mental, kekhusyukan hati
dan keluasan jiwa beliau. Andaikan Allah tidak rikuh atau pekewuh kepada kita yang jauh lebih muda
tapi rapuh, mungkin akan dipaparkan di depan kesombongan dan kekerdilan kita semua bahwa
sampai kelak 50 tahun lagi tetap secerah dan sebercahaya itu wajah beliau Bapak Ali Audah.
Bukittinggi, 3 Desember 2011
*) ditulis beberapa jam sebelum acara Penganugerahan kepada Ali Audah.
**) dibacakan ketika acara Penganugerahan kepada Ali Audah di Rumah Puisi Taufik Ismail,
Tanah Datar, Bukit Tinggi
Dok foto:
Bpk. Taufik Ismail memberikan sambutan acara
-
http://kenduricinta.com 12
Munajat Si Fakir Yang Hina (di Penghujung Ramadhan Tiba) Posted by alamhikmah on Sep 23rd, 2011 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Ketika di penghujung Ramadhan, para Malaikat menangis gemuruh karena kasihan melihat umat
Muhammad yang akan di tinggal Ramadhan,
Para Malaikat bersedih melihat umat ini karena belum kembali ke fitrah dan belum bersih jiwanya
selama bulan Ramadhan sampai Ramadhan meninggalkannya,
Para Malaikat bersedih melihat umat ini, karena belum menemukan TuhanNya sehingga serakah
berebut pahala dan fadhilahnya Ramadhan bagaikan anak kecil berebut permen dan gula-gula,
Sehingga tidak sempat untuk mengabdi kepada TuhanNya dengan tulus dan ikhlas,
Sekotor inikah diri umat ini? Khususnya diri Al Fakir?
Yaa Allah
Andaikan di dunia ini ada makhluk yang paling hina, paling kotor, dan paling najis, masih tidak
sehina, sekotor dan senajis jiwa dan diri ini,
Yaa Allah
Ketika kulihat ulat-ulat dalam bangkai yang sangat menjijikkan, masih lebih menjijikkan jiwa ini
daripada ulat-ulat itu,
Yaa Allah
Ketika kulihat anjing yang jijik dan kotor, melolong dengan lidah menjulur penuh najis, masih tidak
sejijik, sekotor dan senajis jiwa ini,
Yaa Allah
Aku menyadari bahwa:
Anjing tidak mempunyai akal dan pikiran akan tetapi ketika anjing diberi makan oleh Sang
Pemiliknya, anjing itu masih bisa berterima kasih, bahkan menjaga pemiliknya,
Tapi kenyataannya diri ini sebagai manusia yang di beri akal, pikiran dan budi pekerti, ketika Engkau
berikan aku kehidupan, Engkau berikan aku kesehatan, dan Engkau berikan aku rezeki yang tak bisa
di hitung jumlahnya, aku tidak pernah berterima kasih kepadaMu bahkan aku mengkufuri semuanya
itu,
Sehina inikah diri ini yang disebut sebagai sebaik-baik makhluk?
Yaa Allah
Cukupkah air mata ini untuk membasuh kehinaan itu?
Cukupkah air mata ini untuk membersihkan jiwa yang kotor itu?
Ketika hatiku menerawang jauh,
Kubayangkan surga yang sangat indah dan penuh kemuliaan,
Rasulullah dan para kekasih-kekasih Allah sebagai penghuni tempat yang penuh kemuliaan itu,
-
http://kenduricinta.com 13
Aku ingin kesana tapi aku tidak mampu menggapainya karena terlalu hina diri ini,
Bahkan kurasa diri ini bagaikan binatang yang dijerat lehernya dan ditarik-tarik ke neraka karena
kekufuran yang kulakukan,
Yaa Allah
Kadang aku bercita-cita ingin mati saja,
Setelah mengenal jati diri yang hina ini,
Yang semakin hari semakin jauh dariMu, Yaa Tuhanku,
Sehingga semakin lupa dan tidak mengenal Engkau sebagai Sang Pencipta,
Mungkin mati lebih baik daripada terus hidup seperti ini,
Yaa Allah
Mungkinkah airmata ini bisa membasuh dosa dan kotornya jiwa ini?
Mungkinkah airmata ini mampu untuk menolong jiwa yang busuk ini?
Dan mungkinkah sujudku, kerendahanku, dan air mata ini mampu mengantarkan yang hina ini
keharibaanMu Yaa Tuhan
Hanya Engkaulah Engkaulah Yaa Allah yang bisa merubah itu semua,
Karena tidak ada air mata, tidak ada ibadah, tidak ada kekuatan, yang bisa merubah itu semua,
Kecuali Engkau Yaa Allah dengan sifat kasih sayangMu.
Maka teteskanlah walaupun seujung jarum KASIH SAYANGMU di penghujung Ramadhan ini,
Agar hidup ini benar-benar bisa berarti,
Terimalah munajat hambaMu yang hina dan fakir ini,
###
Pesan Sang Prof:
Jangan takut rendah memang sifat hamba harus rendah, tempat salah, dholim dan kufur,
Jangan takut hina memang hamba tempatnya kehinaan,
Karena yang mulia hanya Allah yang Maha Mulia,
Bahkan siapapun yang merasa mulia dan merasa tinggi, sebenarnya dialah orang yang benar-benar
hina dihadapan Sang Pencipta,
Seorang hamba yang merasa rendah, hina, merasa penuh dosa, dholim dan merasa kufur dialah
Hamba Sejati dihadapan TuhanNya,
Tanamkanlah sifat-sifat tersebut dan peliharalah sehingga menjadi sifat dan karakter dalam
kehidupan sehari-hari,
Sehingga nampak kerendahan dan ketawadhuannya,
Tidak pernah memandang yang lain kecil,
Tidak pernah menghina dan menghujat yang lain karena dia menyadari dirinya lebih hina dan lebih
rendah daripada yang lain,
Itulah hakikat tawadhu kata Beliau Sang Prof,
###
-
http://kenduricinta.com 14
Doa pembersih jiwa dari pembimbing Sang Prof
(Al Habib Syaikh Abdul Madjid Maroef R.A)
Allohumma yaa waahidu yaa ahad, yaa wajidu yaa jawaad, sholi wasallim wa baarik ala
sayyidinaa muhammmadin wa ala ala ali sayyidina muhammad, fii kullilamhatin wanafasim bi
adadi maluumaatillahi wa fuyudlotihi wa amdadih
SELAMAT KEMBALI KE FITRAH
BERSIH HATI, SUCI JIWA, SIAP MENGHADAP SANG PENCIPTA
MINAL AIDIN WAL FAIZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
HIDUP SEKALI HARUS BERARTI
Catatan kelam perjalanan hidup dari si fakir yang hina
Dalam bumi kerendahan, 29 Agustus 2011
-
http://kenduricinta.com 15
Reciever Lailatul Qadar Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib
Posted by Red KC on Sep 2nd, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS
2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Yang sepenuhnya harus kita urus dalam menyambut Lailatul
Qadar adalah Reciever Spiritual kita sendiri untuk mungkin
menerima Lailatul-Qadar. Kesiapan Diri kita. Kebersihan
Jiwa kita. Kejernihan Ruh kita. Kepenuhan Iman kita.
Totalitas iman dan kepasrahan kita. Itulah yang harus kita
maksimalkan.
Kalau lampumu tak bersumbu dan tak berminyak, jangan bayangkan api. Kalau gelasmu retak, jangan mimpi menuangkan minuman. Kalau mentalmu rapuh, jangan rindukan rasukan tenaga dalam. Kalau kaca jiwamu masih kumuh oleh kotoran-kotoran dunia, jangan minta cahaya akan memancarkan dengan jernih atasmu.
Jadi, bertapalah dengan puasamu, bersunyilah dengan itikafmu, mengendaplah dengan lapar dan
hausmu. Membeninglah dengan rukuk dan sujudmu. Puasa mengantarkanmu menjauh dari kefanaan
dunia, sehingga engkau mendekat ke alam spiritualitas. Puasa menanggalkan barang-barang
pemberat pundak, nafsu-nafsu pengotor hati, serta pemilikan-pemilikan penjerat kaki kesorgaanmu.
-
http://kenduricinta.com 16
Cak Nun: Pemimpin Belum Memiliki Moralitas Posted by Red KC on Aug 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS
2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Pic : Google
Metrotvnews.com, Surabaya: Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menilai pemimpin
Indonesia hingga kini belum memiliki moralitas. Mulai dari Presiden SBY, menteri, hingga anggota
DPR/DPRD nggak mau berubah. Tunggu saja, nanti akan ada yang mengubah, katanya di Surabaya,
baru-baru ini.
Ia mengemukakan hal itu dalam Buka Bersama dan Shalat Tarawih Keluarga Besar Universitas
Airlangga (Unair) Surabaya dengan Cak Nun. Dalam acara bertopik Excellence with Morality itu,
Cak Nun memberi apresiasi dengan semangat Unair yang mengusung visi dan misi Excellence with
Morality.
Itu karena di Indonesia enggak ada yang mau berubah. Mereka `nyolong` (korupsi) seenaknya
sendiri, katanya didampingi Rektor Unair Prof Dr H Fasich pt.
Suami dari artis Novia Kolopaking itu menyatakan para pemimpin di Indonesia juga hanya
menghargai diri sendiri dan tidak menghargai rakyatnya.
Kalau menghargai orang lain itu berarti memiliki moralitas yang tinggi. Moralitas itu lebih tinggi dari
hukum, karena hukum itu bisa direkayasa, sedangkan moralitas itu dari nurani, katanya.
Menurut arek Jombang kelahiran 27 Mei 1953 itu, pemimpin yang menghargai orang lain itu tidak
mementingkan jabatan, namun mementingkan moralitas.
Jabatan itu enggak penting, karena apapun jabatan kita kalau memiliki moralitas, maka hal itu lebih
penting, meski kita adalah tukang sapu, katanya.
Pemimpin kelompok Kiai Kanjeng itu menyatakan pemimpin yang memiliki moralitas itu tidak
menarik pajak sebelum memberikan fasilitas yang memadai.
-
http://kenduricinta.com 17
Kalau punya moral itu tidak hanya menarik pajak dengan aturan-aturan hukum yang ada, tapi justru
mengutamakan fasilitas, baru menarik pajak, katanya.
Dalam kesempatan itu, Cak Nun mencontohkan dirinya yang sekarang tidak menghargai diri sendiri,
karena membuat segala bentuk jabatan yang disandang.
Saya sudah nggak menghargai diri, apa saja akan saya lakukan, termasuk ngamen, karena saya ingin
menghargai orang lain, katanya.
Dalam agama, Allah SWT sudah mengajarkan penarikan pajak hanya 2,5 persen, tapi fasilitas sudah
diberikan terlebih dulu dan bahkan sangat berlebihan.
Allah SWT mengajarkan hubungan `suami-istri` antara diri-Nya dengan manusia. Suami itu
memberi fasilitas, baru memberikan perintah ini-itu. Kalau kita mau seperti itu, Insya-Allah akan ada
perubahan, jangan menunggu Allah yang mengubah, katanya. (Ant/BEY)
sumber metro tv news
-
http://kenduricinta.com 18
WAWANCARA CAK NUN Posted by Red KC on Aug 10th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS
2.0. You can leave a response or trackback to this entry
WAWANCARA CAK NUN SEPUTAR ACARA KIDUNG DAMAI 13
JULI 2010 DI GEREJA ISA ALMASIH SEMARANG.
Pertanyaan diajukan oleh Mas Ronny dari Gereja Isa AlMasih
Semarang.
1. Apa makna musik menurut Cak Nun? Adakah korelasi antara
musik dan perdamaian?
JAWAB:
Diantara ummat manusia terjadi perdamaian atau peperangan,
letak masalahnya bukan pada perang atau perdamaian, sebab
perang dan perdamaian hanya alat dan produk atau output dari
perilaku manusianya.Pisau bisa menjadi alat perdamaian, firman
Tuhan bisa menjadi alat peperangan. Semua di tangan manusia,
karena Tuhan sudah memandatkan alam dan kehidupan ini
kepada manusia untuk dijadikan apapun. Batas tepiannya adalah kemerdekaan kuasa Tuhan sendiri:
apakah ia mengizinkan, membiarkan, mungkin juga memerintahkan, atau bahkan menyesatkan
karena alasan tertentu yang bersumber dari kelakuan manusia sendiri. Tuhan kasih pohon, manusia
bikin meja kursi. Tuhan kasih logam, manusia bebas mengolah logam itu menjadi peralatan untuk
meningkatkan mutu kehidupan atau menjadikannya alat pembunuhan. Demikian juga semua unsur
yang lain dari alam ciptaanNya, terserah manusia akan menggunakannya untuk menyejahterakan
sesamanya ataukah untuk membunuh sesamanya.Dan bagi para pelaku perang atau perdamaian, di
tengah perjalanan silahkan berhadapan dengan sesamanya, namun di ujung perjalanan silahkan
mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan yang memiliki saham mutlak atas segala sesuatu.
2. Apa yang ingin Cak Nun sampaikan dalam setiap kesempatan pentas melalui musik dan nyanyian
bersama Kiai Kanjeng?
JAWAB:
Aduh saya menghindar untuk ingin menyampaikan sesuatu, setelah pengalaman sosial,
kemasyarakatan dan kenegaraan yang saya alami berpuluh tahun. Artinya, sesudah ribuan
perjumpaan itu saya menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada ucapan saya yang benar-benar
berguna bagi siapapun, sejauh saya sendiri menakarnya dari prinsip saya sendiri.Maka yang saya
lakukan pada ribuan komunikasi sosial bersama KiaiKanjeng dengan masyarakat di dalam dan luar
negeri, bukanlah ingin mengatakan apa. Mungkin begini yang terjadi: saya, juga musik KiaiKanjeng,
selalu berjaga untuk meletakkan diri tidak pada ingin mengekspressikan apa, melainkan harus
mengekspressikan apa untuk kemashlahatan manusia berdasarkan siapa audiens yang kami hadapi.
3. Dalam setiap kesempatan, Cak Nun seringkali menekankan pentingnya menjaga perbedaan agar
menjadi sebuah harmoni yang indah, lantas bagaimana hal itu dapat diwujudkan?
JAWAB:
Sebenarnya kalau ada masalah disharmoni antar agama di Indonesia, itu 90% tidak orisinal. Kita
-
http://kenduricinta.com 19
punya sejarah panjang di mana masyarakat kita memiliki tata kelola sendiri di dalam menangani
toleransi, tidak hanya antar agama, antar apapun saja sebenarnya. Antar perbedaan dalam konteks
dan bidang apapun. Konflik-konflik antar agam yang terjadi di Indonesia beberapa puluh tahun
terakhir hanyalah satu out put dari penjajahan global yang bermaksud merampok kekayaan alam
Indonesia. Permpokan itu memakai formul yang berbeda-beda, misalny di Irak dan di Indonesia.
Bahkan Saudi Arabia, Afghanistan, dan sebentar lagi mungkin Iran ditimpa cara perampokannya
sendiri-sendiri.
4. Menurut Cak Nun, bagaimana konsep relasi antar umat beragama yang cocok di Indonesia agar
perdamaian dapat terwujud?
JAWAB:
Cukup belajar kepada kearifan-kearifan budaya local, misalnya di Maluku dan Jawa. Juga kita bias
belajar kepada maksud-maksud baik pendiri bangsa dan NKRI dalam konteks itu, meskipun di dalam
ranah filosofi maupun konstitusi, Indonesia sedang menanggung kesalahan-kesalahan besar yang
mendasar. Dan sampai hari ini hal itu tidak menjadi kesadaran para pemimpinnya, kaum intelektual,
apalagi rakyat.
5. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dalam mendorong kerukunan umat beragama? Apakah
upaya2 formal seperti pembentukan FKUB itu efektif dan relevan?
JAWAB:
Pemerintah tidak pernah berpikir tentang apa yang seharusnya, dalam hal apapun saja, kecuali yang
berkaitan dengan keuntungan pribadi bagi para pejabatnya. Jadi, mohon saya jangan diminta untuk
menegakkan benang basah.
6. Bagaimana pendapat Cak Nun tentang acara Kidung Damai di Gereja Isa Almasih pada tanggal 13
Juli yang lalu?
JAWAB:
Acara Kidung Damai 13 Juli itu bagi saya dan KiaiKanjeng serta seluruh Jamaah Maiyah merupakan
pekerjaan keindahan yang memang selalu kami nikmati di tengah perhubungan dengan sesame
manusia. Saya tidak ingin merukun-rukunkan siapapun karena orang yang dating ke acara saya dan
yang bersentuhan di dalam skala nasional maupun internasional dengan sayasepenuhnya saya
percaya mereka adalah manusia. Dan manusia adalah makhluk yang selalu menderita jika berada di
dalam permusuhan dan peperangan.
7. Apa yang dapat Cak Nun baca dari antusiasme penonton pada acara Kidung Damai?
JAWAB:
Sebagaimana jawaban saya terhadap pertanyaan no. 6, saya tidak punya tanggung jawab apa-apa
terhadap dunia secara keseluruhansebab saya hanya seseorang di antara berjuta-juta orang lainnya,
dan tak lebih dari itu. Apa yang terjadi di Gereja Isa AlMasih itu adalah anugerah Tuhan terhadap
jaminan saya bahwa ke mana pun saya pergi saya tidak akan bersentuhan dengan siapa pun yang
membawa kebencian dan permusuhan. Dengan bahasa jelasnya, antusiasme umat manusia yang
hadir pada malam itu adalah bukti dari Tuhan bahwa jaminan saya itu terkabul, di mana saya
dipersaudarakan dengan sangat banyak manusia yang sungguh-sungguh manusia.
-
http://kenduricinta.com 20
8. Menurut Cak Nun, apakah acara-acara semacam ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
pola pikir umat beragama sehingga tercipta semangat mendorong dan memelihara upaya
perdamaian?
JAWAB:
Saya tidak pernah tergantung atau mengikatkan diri saya pada kenyataan apakah yang saya lakukan
punya pengaruh atau tidak kepada siapa pun saja. Kebaikan dan kemuliaan, kemesraan dan
perdamaianadalah kebaikan dan kemuliaan, serta kemesraan dan perdamaian. Mereka otonom,
berdiri sendiri: kebaikan tidak menjadi keburukan hanya karena ia tidak berpengaruh. Saya,
KiaiKanjeng, dan Jamaah Maiyah sangat menikmati kemandirian dan kemerdekaan itu, di tengah
keramaian maupun di dalam kesunyian.
9. Apa harapan Cak Nun terhadap Gereja Isa Almasih Pringgading, khususnya dalam hubungan lintas
agama?
JAWAB:
Sahabat-sahabat saya sebangsa dan saudara-saudara saya sesama manusia InsyaAllah tidak pernah
terlena untuk tidak tahu bahwa pekerjaan utama manusia adalah mempertahankan kemanusiaannya,
bahwa pekerjaan utama institusi atau agama atau apapun yang menghimpun manusia adalah saling
berentang tangan, tolong-menolong, mempertahankan kemanusiaan manusianya.
10. apa kesan khusus Cak Nun terhadap acara Kidung Damai yg sdh dua kali diadakan ini dan apa
pesan untuk umat beragama di semarang? (Secara khusus untuk umat di GIA Pringgading)
JAWAB:
Anda semua tidak hanya punya potensi orisinal untuk menjadi makhluk sebagaimana Tuhan
memaksudkan penciptaan-Nya. Anda semua adalah hamba-hamba yang mendapat perhatian khusus
dari Sang Pencipta, yang ditarik masuk ke dalam pihak-Nya, serta menjadi pasukan rahasia, pejuang
kemesraan yang tidak kentara, pekerja perdamaian yang dibekali senjata-senjata cinta: karena Tuhan
InsyaAllah sedang sangat serius menjalankan rencana-rencana rahasia-Nya bagi bangsa Indonesia
yang Ia khususkan dan Ia cintai. Yogyakarta, 6 Agustus 2010. (Red/Helmi)
-
http://kenduricinta.com 21
Gelar Karya Para Rajawali Posted by Red KC on Aug 10th, 2010 and filed under Berita & Opini, Podjok CN. You can follow any responses to this entry
through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Sebagai penggembira Gelar Karya Para Maestro
Yogya, saya ingin turut merayakan kegembiraan
dan optimisme peristiwa ini dengan sebuah
wacana klasik tentang Burung Rajawali.
Pada awalnya saya ingin bersegera mensyukuri
dua hal. Pertama, telah lahirny satu Genre Baru
Masyarakat budaya yang otentik dan orisinal, satu
dua tahun terahir ini di Yogyakarta, melalui
berbagai peristiwa kreativitas di sejumlah
laboratorium kebudayaan, termasuk Taman
Budaya Yogyakarta.
Akan tetapi saya menekan diri saya sendiri untuk bersabar dengan terlebih dahulu bercerita tentang
Rajawali, sebab ada kemungkinan Sang Rajawali itu terdapat pada Genre baru itu.
Alkisah, burung Rajawali itu oleh Tuhan dikasih rangsum usia relative sama dengan umumnya
makhluk manusia, yakni 60-80an tahun, naik turun. Kalau manusia Yogyakarta menggunakan
wacana katuranggan dan menemukan dirinya adalah Rajawali, bukan mprit atau Cipret, atau
sekurang-kurangnya ia menemukan potensi Rajawali di dalam dirinya : maka ia tinggal bercermin
pada burung itu, karena hidup pada irama dan skala waktu yang relative sama.
Manusia Yogya memiliki potensial untuk hamengku alias sikap memangku berbagai formulasi
peradaban. Semua hasil ijtihad kosmologi diakomodasikan olehnya. Berbagai satuan tahun dari
Yunani, Mesir Kuno, Sanskrit, Jawi, Javasatuan bulan, siklus hari, bahkan weton dan neptu, dielus-
elus oleh manusia Yogya dari pangkuanya.
Sudah pasti itu disebabkan oleh keistimewaan manusia Yogya, sehingga daerah ini tidak perlu
dilegarisir oleh otoritas apapun untuk menjadi istimewa, karena keistimewaan Yogya sudah lama
niscaya oleh dirinya sendiri, ada atau tidak ada NKRI, dengan atau tanpa Indonesia.
Keistimewaan itu akan memuat dan menerbitkan kepantasan kepemimpinan nasional secara politik
dan internasional secara kebudayaan. Hal itu akan mewujud atau tidak, Yogya tidak pusing, sebab de
facto ia tetap istimewa dan pemimpin. Kalau sejarah tidak menerimanya, maka kehancuran sejarah
tidak akan mengurangi keistimewaan dan kepemimpinan kultural Yogya.
Pada usia 40 tahun, burung Rajawali terbang ke gunung jauh, mencari batu karang, memilih yang
paling baja dari bebatuan itu, mematuknya, menggigitnya, sekeras-kerasnya, sekuat-kuatnya, dan
takkan dilepaskanya sampai paruhnyatanggal dari mulut dan kepalanya.
-
http://kenduricinta.com 22
Demikian juga cakar-cakar kedua kakinya. Ia cengkeramkan ke batu paling karang, dengan daya
cengkeram sekali seumur hidup, dan takkan dibatalkanya sampai lepas tanggal kuku-kukunya dari
jari-jemari kedua kakinya.
Kemudian dia akan kesakitan, tergeletak, terbang dengan lemah, hinggap di seberang tempat tanpa
kekuatan untuk berpegang. Rajawali mengambil keputusan untuk menderita, untuk mereguk sakit
dan kesengsaraan, sampai akhirnya hari demi hari paruh dan kuku-kukunya tumbuh kembali.
Nanti setelah sempurna pertumbuhan paruh dan kuku-kuku barunya, maka barulah itu yang sejati
bernama bernama paruh dan kuku-kuku Rajawali, yang membuatnya pantas disebut Garuda.
Tariklah garis pengandaian: Rajawali itu adalah Anda. Sesungguhnya yang anda lakukan adalah,
pertama : keberanian mental, ketahanan jasad, ketangguhan hati dan keikhlasan rohani untuk
menyelenggarakan perubahan yang bukan hanya mendasar dan mengakar, melainkan ekstra-
eksistensial, kegagahan untuk merelakan segala perolehan sejarah untuk di-nol-kan kembali, dan itu
probabilitasnya benar-benar terletak diantara hidup dan mati.
Kedua, pengambilan keputusan Anda sang Rajawali itu tidak mempersyaratkan sekedar keputusan
hati, tapi juga keputusan akal dan nalar dengan pengetahuan yang sempurna tentang alur waktu ke
depan. Keputusan itu bukan sekedar tindakan mental, tapi juga intelektual dan rohaniah. Rajawali
diakui dan digelari Sang Garuda karena mengerti dan berani betapa beratnya menyangga kalimat
sehari-hari yang sederhana dari Bapak Mbok dan para tetangganya di desa : yakni mati sakjroning
urip.
Garuda Rajawali atau Rajawali Garuda itu pastilah Anda semua yang kini ada dihadapan saya. Sebab
nyuwun sewu saya tidak menjumpai potensi dan kecenderungan itu di wilayah pemerintahan, di
hamparan keummatan dan gerombolan-gerombolan kemasyarakatan. Termasuk di kalangan yang
disebut Kaum Intelektual atau Kelas Menengah. Apalagi kaum Selebritis, meskipun gebyar beiau-
beliau sangat penuh dengan kata dahsyat, super, luar biasa dan banyak lagi ungapan-ungkapan
yang penuh ketidakpercayaan diri.
Kita sedang mengalami hukuman dari suatu Negri yang terlanjur mengalami kesalahan-kesalahan
sangat substansial pada filosofi kebangsaan dan kostitusi kenegaraanya. Kita sedang berada di dalam
berbagai cengkeraman global dan reaksi kita adalah berjuang untuk siapa tahu bisa menjadi bagian
dari pencengkeram, atau minimal sanggup membangun kenikmatan di dalam cengkeraman.
Hukuman sejarah itu berupa kehancuran logika, kemusnahan nalar sosial, ketidakmengertian tentang
apa yang layak dikagumi dan apa yang menghancurkan martabat kemanusiaan, kebutaan untuk
menentukan tokoh, pemimpin, idola, dan panutan. Kita dihukum dengan mengalami Negara yang
hampir selalu gagal sebagai Negara, dengan Pemerintah yang benar-benar tidak mengerti pada
tingkat elementer pun di mana sebenarnya letak Pemerintah, peranya, fungsinya, hak, dan kewajiban.
Kita dihukum dengan memiliki kekayaan alam yang melimpah dan harus membeli sangat mahal hasil
kekayaan kita sendiri itu, setelah kita sewa para tetangga mancanegara untuk mengolah kekayaan itu
-
http://kenduricinta.com 23
dengan bayaran yang harus kita tanggung dengan menelan kenyataan bahwa kekayaan itu ternyata
akhirnya menjadi milik mereka.
Bangsa ini sungguh-sungguh memerlukan pengambilan keputusan paruh dan kuku Rajawali.
Namun lihatlah, potensi untuk itu betapa rendahnya, kecuali pada Anda semua yang kini berada di
depan saya.
Maka di Yogya kita menggelar karya para Rajawali : Umar Kayam yang memelihara dan menjaga
karakter bangsanya, Kuntowijoyo yang sungguh-sungguh berilmu Rajawali, Nasyah Djamin yang
allround sanggup terbang sanggup pula melata, Muhammad Diponegoro yang mampu memasak nasi
sastra di atas kompor budaya Agama lingkunganya yang hampir tanpa sumbu dan api, Linus Suryadi
AG yang menyelam di latan kemesraan dan estika Jawi gen-nya, Suryanto Sastro atmojo penjaga
simpul tali sejarah dari Astinapura, Lemoria Atlantis, Anglingdharma Batik madrim hingga Kemusu,
Romo YB Mangun Wijaya yang mewasiti manusia dan masyarakat kemanusiaan, Rendra yang tidak
sedia membiarkan anak-anak bangsanya merunduk rendah diri, yang senantiasa gagah karena
menjaga pertanda manusia adalah kreativitasnya, serta Pak Besut yang dengan suaranyamembangun
kegembiraan hidup menjadi kebesaran sehingga mengatasi segala yang bukan kegembiraan.
Siapakah yang belajar kepada Rajawali, selain Rajawali? Siapakah Rajawali itu, selain anda yang
berkumpul di sini belajar kepada Gelar Karya Para Rajawali? Itulah yang diawal tulisan ini saya sebut
Genre Baru Masyarakat Kebudayaan di Yogya.
Terhisap oleh hidungku bau darah dari kandungan jiwa Rajawali-Rajawali, berhembus dari kaum
muda yang dating berduyun-duyun, yang hadir dan belajar dengan otentisitas dan orisinalitasnya,
yang melangkahkan kaki mereka dan mengerubungi medan pembelajaran Rajawali dengan sukses
mentransendensikan dirinya dari arus pusaran sejarah yang terlalu penuh sampah sepuluh tahun
terahir ini.
Kadipiro 6 Agustus 2010.
*) (Dibacakan untuk membuka acara Repertoar Maestro Sastra Yogya 2010 di Gedung Kesenian
Sositet Taman Budaya Yogyakarta, jumat 6 Agustus 2010).
-
http://kenduricinta.com 24
Surat Kepada Kanjeng Nabi Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS
2.0. You can leave a response or trackback to this entry
..
Ah, Muhammad, Muhammad. Betapa kami mencintaimu. Betapa hidupmu bertaburan emas permata
kemuliaan, sehingga luapan cinta kami tak bisa dibendung oleh apa pun. Dan jika seandainya cinta
kami ini sungguh-sungguh, betapa tak bisa dibandingkan, karena hanya satu tingkat belaka di bawah
mesranya cinta kita bersama kepada Allah.
Akan tetapi tampaknya cinta kami tidaklah sebesar itu kepadamu. Cinta kami tidaklah seindah yang
bisa kami ungkapkan dengan kata, kalimat, rebana, dan kasidah-kasidah.Dalam sehari-hari
kehidupan kami, kami lebih tertarik kepada hal-hal yang lain.
Kami tentu akan datang ke acara peringatan kelahiranmu di kampung kami masing-masing, namun
pada saat itu nanti wajah kami tidaklah seceria seperti tatkala kami datang ke toko-toko serba ada, ke
bioskop, ke pasar malam, ke tempat-tempat rekreasi.
Kami mengirim shalawat kepadamu seperti yang dianjurkan oleh Allah karena Ia sendiri beserta para
malaikat-Nya juga memberikan shalawat kepadamu. Namun pada umumnya itu hanya karena kami
membutuhkan keselamatan diri kami sendiri.
Seperti juga kalau kami bersembahyang sujud kepada Allah, kebanyakan dari kami melakukannya
karena kewajiban, tidak karena kebutuhan kerinduan, atau cinta yang meluap-luap. Kalau kami
berdoa, doa kami berfokus pada kepentingan pribadi kami masing-masing.
Sesungguhnya kami belum mencapai mutu kepribadian yang mencukupi untuk disebut sebagai
sahabatmu, Muhammad. Kami mencintaimu, namun kami belum benar-benar mengikutimu. Kami
masih takut dan terus menerus tergantung pada kekuasaan-kekuasaan kecil di sekitar kami. Kami
kecut pada atasan. Kami menunduk pada benda-benda. Kami bersujud kepada uang, dan begitu
banyak hal-hal yang picisan.
Setiap tahun kami memperingati hari kelahiranmu. Telah beribu-ribu kali umatmu melakukan
peringatan itu, dan masing-masing kami rata-rata memperingati kelahiranmu tiga puluh kali. Tetapi
lihatlah : kami jalan di tempat. Tidak cukup ada peningkatan penghayatan. Tidak terlihat output
personal maupun sosial dari proses permenungan tentang kekonsistenan. Acara peningkatan
maulidmu pada kami mengalami involusi, bahkan mungkin degradasi dan distorsi.
Negarawan Agung
Zaman telah mengubah kami, kami telah mengubah zaman, namun kualitas percintaan kami
kepadamu tidak kunjung meningkat. Kami telah lalui berbagai era, perkembangan dan kemajuan.
Ilmu, pengetahuan, dan teknologi kami semakin dahsyat, namun tak diikuti dahsyatnya perwujudan
cinta kami kepadamu.
Kami semakin pandai, namun kami tidak semakin bersujud. Kami semakin pintar, namun kami tidak
semakin berislam. Kami semakin maju, namun kami tidak semakin beriman. Kami semakin beriman,
namun kami tidak semakin berihsan. Sel-sel memuai. Dedaunan memuai. Pohon-pohon memuai.
Namun kesadaran kami tidak. Cinta dan internalisasi ketuhanan kami tidak.
Kami masih primitif dalam hal akhlaksubstansi utama ajaranmu. Padahal kami tak usah belajar soal
-
http://kenduricinta.com 25
akhlak karena tidak menjadi naluri manusia; berbeda dengan saudara kami kaum Jin yang ilmu tak
usah belajar namun akhlak harus belajar. Akhlak kaum jin banyak yang lebih bagus dari kami.
Sebab kami masih bisa menjual iman dengan harga beberapa ribu rupiah. Kami bisa menggadaikan
Islam seharga emblem nama dan segumpal kekuasaan. Kami bisa memperdagangkan nilai Tuhan
seharga jabatan kecil yang masa berlakunya sangat sementara. Kami bisa memukul saudara kami
sendiri, bisa menipu, meliciki, mencurangi, menindas, dan mengisap, hanya untuk beberapa lembar
uang.
Padahal kami mengaku sebagai pengikutmu, Ya Muhammad. Padahal engkau adalah pekerja amat
keras dibanding kepemalasan kami. Padahal engkau adalah negarawan agung dibanding ketikusan
politik kami. Padahal engkau adalah ilmuwan ulung dibanding kepandaian semu kami. Padahal
engkau adalah seniman anggun dibanding vulgar-nya kebudayaan kami.
Padahal engkau adalah pendekar mumpuni dibanding kepengecutan kami. Padahal engkau adalah
strateg dahsyat dibanding berulang-ulangnya keterjebakan kami oleh sistem Abu Jahal kontemporer.
Padahal engkau adalah mujahid yang tak mengenal putus asa dibanding deretan kekalahan-kekalahan
kami. Padahal engkau adalah pejuang yang sedemikian gagah perkasa terhadap godaan benda emas
dibanding kekaguman tolol kami terhadap hal yang sama.
Padahal engkau adalah moralis kelas utama dibanding kemunafikan kami. Padahal engkau adalah
panglima kehidupan yang tak terbandingkan dibanding keprajuritan dan keseradaduan kepribadian
kami. Padahal engkau adalah pembebas kemanusiaan.
Padahal engkau adalah pembimbing kemuliaan. Padahal engkau adalah penyelamat kemanusiaan.
Padahal engkau adalah organisator dan manajer yang penuh keunggulan dibanding ketidaktertataan
keumatan kami.
Padahal engkau adalah manusia yang sukses menjadi nabi dan nabi yang sukses menjadi manusia, di
hadapan kami. Padahal engkau adalah liberator budak-budak, sementara kami adalah budak-budak
yang tak pernah merasa ,menyadari, dan tak pernah mengakui, bahwa kami adalah budak-budak.
Sementara kami adalah budak-budakdalam sangat banyak konteks yang sudah berbincang tentang
perbudakan, segera mencari kalimat-kalimat, retorika, dan nada yang sedemikian indahnya sehingga
bisa membuat kami tidak lagi menyimpulkan bahwa kami adalah budak-budak.
Di negara kami ini, umatmu berjumlah terbanyak dari penduduknya. Di negeri ini, kami punya
Muhammadiyah, punya NU, Persis, punya ulama-ulama dan MUI, ICMI, punya bank, punya HMI,
PMII, IMM, Ashor, Pemuda Muhammadiyah, IPM, PII, pesantren-pesantren, sekolah-sekolah,
kelompok-kelompok studi Islam intensif, yaysan-yayasan, mubalig-mubalig, budayawan, dan
seniman, cendekiawan, dan apa saja.
Yang kami tak punya hanyalah kesediaan, keberanian, dan kerelaan yang sungguh-sungguh untuk
mengikuti jejakmu.
-
http://kenduricinta.com 26
BU CAMMANA KEKASIH
Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Maiyahan terakhir Kiai Kanjeng dengan saya adalah di garis kaki dan pantat belakang Pulau
Selawesi. Dari Makassar menuju utara lewat trans Sulawesi di sisi barat sesudah sisi lain ditakuti
karena kasus Poso. 5 jam pertama menuju Tinambung, salah satu titik sisa kerajaan di antara 7
kerajaan pantai dan 7 kerajaan pegunungan.
Serombongan 22 orang, berangkat awalnya enak karena naik pesawat, tapi dari Makassar kami
menyusuri jalanan ratusan kilometer untuk pekerjaan yang kami beri judul latihan tawakkal. Medan
sangat berat, suhu sangat panas, tidak mesti bisa mandi, keringatan terus menerus tanpa sempat
mencuci atau menjemur pakaian. Acara formalnya hanya enam kali, tapi yang non-formal dan di
sini letak konteks maiyah kemasyarakatan kami bertubi-tubi.
Maiyahan dengan ribuan masyarakat yang turun dari gunung-gunung dan sudah tiba di tempat itu
satu dua hari sebelumnya karena tidak mudahnya transportasi. Maiyahan mengidentifikasi masalah-
masalah mereka, merundingkannya, membukakan wacana dan mencari solusi bersama-sama
dibungkus perjanjian vertical dengan Allah melalui dzikir dan shalawat bersama yang diperindah oleh
musik Kiai Kanjeng.
Maiyahan dengan ribuan masyarakat di pertigaan tengah kota kecil Tinambung pusat asal usul
Pasukan Balanipa yang dua puluh tahun yang lalu hampir menyerbu Majene dan kami hentikan di
tengah jalan, kami cegat dan kami giring pulang untuk berkumpul di Masjid. Musuh Anda bukan
orang lain golongan atau lain suku demikian saya sempat omong waktu itu Musuh Anda akan
-
http://kenduricinta.com 27
masuk lewat jembatan yang dua tahun lagi akan di bangun di Sungai Mandar ini. Truk-truk dan
fasilitas kekuasaan orang kota akan masuk kesini. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah apakah
jembatan itu akan memasukkan kesejahteraan ke kampung-kampung Anda ataukah justru akan
dipakai untuk menguras kekayaan Anda ke Jakarta
Maiyahan di lapangan Majene, di depan pasar Polewali-Mamassa, di alun-alun Mamuju. Jika lampu
mati karena PLN belum berpengalaman dengan penggunaan sound-system yang butuh teknologi
los stroom rembulan menaburkan cahaya dan keremangan di bawah langit sangat mengkhusyukkan
kehadiran Allah dan Rasulullah.
Di sekitar lapangan maiyah selalu tampak pebukitan yang subur, laut dan cakrawala remang. Ketika
siang hari kami melintasi daerah-daerah itu, tak bisa menahan hati untuk mengatakan kepada ribuan
jamaah maiyah bahwa Anda semua di wilayah yang subur ini sesungguhnya tidak butuh Indonesia.
Negara ini jelas lebih banyak mengganggu Anda dar ipada menyayangi dan membantu kehidupan
Anda. Kemudian diskusi tentu saja menjadi berkepanjangan.
Entah butuh berapa ratus halaman untuk mengisahkan indahnya pengalaman maiyahan dengan
saudara-saudara kita di pelosok itu. Tidak mungkin terucap oleh rangkaian kata sepuitis apapun
maiyahan kami di dusunnya Bu Cemmana Ibu tua yang vocalnya seperti terompet, powernya tidak
bisa dilawan oleh Ian Gillan, warna suaranya seperti perawan 14 tahun. Ibu asset bangsa yang
bangsanya sendiri tidak punya ilmu sama sekali untuk menghargainya.
Bangsa ini membiayai putauw dengan uang tak terbatas, membiayai kemaksiatan tanpa hitungan,
membiayai kekonyolan dengan malah membangga-banggakan, membiayai fitnah dan berita-berita
pembodohan dengan trliyunan rupiah. Bu Cemmana.****
-
http://kenduricinta.com 28
KESEIMBANGAN HIDUP
Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN.
Ilmu wacana teori, terminologi, metodologi atau
apapun saja mengenai keseimbangan hidup ini tak
terbatas jumlahnya . bisa kita ambil dari ilmu sehari-
hari, ilmu filsafat, khasanah adat istiadat, kitab suci,
tukang becak bisa kita amibil dari siapapun saja.
Dulu walisongo bersama-sama mendirikan masjid
Demak, yang datang terlambat itu adalah yang
paling muda yaitu Raden Syahid, sekarang kita kenal
dengan Sunan Kalijogo . Semua tiang sudah berdiri
kecuali tiangnya Sunan Kalijogo dan kayu sudah
habis. Kemudian Sunan Kalijogo mengumpulkan
tatal kayu, dengan menggunakan parang, tersebut akan ditumpuk-tumpuk untuk dijadikan tiang
disalah satu masjid itu.
Ditengah-tengah megumpulkan kayu itu, parangnya mengenai seekor orong-orong dan terputus
kepalanya dari badannya. Kemudian ia merasa bersalah dan memohon maaf kepada Allah, ia
mengambil badan dan kepala orong-orong tersebut lalu dia sambungkan dengan satu serpihan kayu
jati. Sehingga tersambung kembali leher dan badannya dan hidup kembali (kata orang) .
Ini adalah ajaran sunan kalijogo, dia tentu tidak melakukannya. Ini adalah simbolik, Kalau dalam
bahasa jawa itu adalah sanepan, atau dalam Al-Qur an disebut amtsal.
Jadi. kalau ingin menemukan kesejatian hidup, itulah akar keseimbangan hidup, kayu untuk
menyambungkan antara badan dan kepala adalah kayu jati, kayu jati bukan kayu lainnya, kayu sejati.
Ini adalah simbol mencari sesuatu yang sejati, the real truth, not just the truth.
Jadi keseimbangan hidup adalah badanmu sering terputus dengan kepalamu. Kepala sering memikir
begini dan hati berfikir begitu. Ada konflik yang luar biasa antara keharusan-keharusan akal dan
dengan nafsu didalam hati dan syahwat, maka selalu disambung dengan kesejatian, antara fikir dan
dzikir, antara intelektual dengan spiritual, antara nurani dengan kecerdasan. Itu selalu dikawinkan,
dinikahkan terus-menerus, nurutin kecerdasan bisa menghancurkan kehidupan orang lain, nurutin
hati aja itu juga lemah. Jadi harus ada manajement interrelatif akal dengan perasaan, antara hati dan
pikiran,antara kecerdasan dengan kelembutan.
Kita hanya akan melangkahkan kaki jika sudah ada kesepakatan antara kepala dengan badan kita.
Kalau tidak, kita akan terkena parangnya sunan kalijogo, terputuslah leher kita dan tergeletaklah
kepala dan badan kita. (Delta FM/Verbatim: Yeni Uswatun Hasanah)
-
http://kenduricinta.com 29
Manajemen adalah.. Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry.
Manajemen bukanlah kita punya sayur-sayuran lantas kita memasaknya.
Manajemen adalah tidak punya apa-apa tapi sanggup menyuguhkan sayur kepada
orang yang memerlukan.
Manajemen adalah ditiadakan namun mampu menjadi lebih ada dibanding pihak
yang meniadakan.
Manajemen adalah kaki diborgol kemudian memenangkan lomba lari melawan
orang yang memborgol.
Manajemen adalah sayapmu dipangkas namun mampu terbang lebih cepat, tinggi,
dan jauh dibanding mereka yang memangkas sayapmu.
Manajemen adalah hampir tak ada air tapi bisa mandi dan menjadi lebih bersih
dibanding pencuri airmu.
Manajemen adalah engkau tak boleh bicara, tak ditampilkan, tak ditayangkan, tak
dianggap ada, namun mampu hadir lebih mendalam dan evergreen didalam kalbu
orang banyak dibanding mereka yang membunuh eksistensimu atau mereka yang
diunggul-unggulkan dimuan-muat ditayang-tayangkan dibesar-besarkan siang
malam oleh penindasmu.[]
-
http://kenduricinta.com 30
Bakso Khalifatullah Posted by Red KC on Jul 7th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang
itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas
tempat roti.
Selalu begitu, Pak?, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-
anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.
Maksud Bapak?, ia ganti bertanya.
Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?
Ia tertawa. Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak
saya
Maksud Pak Patul?, ganti saya yang bertanya.
Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga
saya, milik orang lain dan milik Tuhan.
Aduh gawat juga Pak Patul ini. Maksudnya?, saya mengejar lagi.
Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban
utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan
yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk
membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa
menjangkaunya.
Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis
ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya
famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.
Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup
maka saya guncang-guncang tubuhnya. Hati saya meneriakkan Jazakumullah, masyaallah, wa
yushlihu balakum!, tetapi bibir saya pemalu untuk mengucapkannya. Tuhan memberi ijazah
kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan-urusannya.
Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak
terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip,
managemen dan disiplin hidup Pak Patul. Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya:
bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk
hidup sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan ikhlas.
Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak
pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bisa disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di
sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak
-
http://kenduricinta.com 31
berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya: Di antara pendapatan saya ini terdapat
milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan.
Peradaban saya masih peradaban milik saya. Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional,
lebih dewasa, lebih bertanggungjawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana kapitalisme
subyektif posesif saya.
30 th silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol yang marah-marah dan
menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena kalau semua Bapak beli,
bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?
Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40
batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup
untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya tawar. Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap
memberi saya 40 jagung.
Lho, uang saya tidak cukup, Pak
Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap
Berarti saya hutang?
Ndaaak. Kekurangannya itu tabungan amal jariyah saya.
Doooh adoooh! Tompes ako takiye!
Di pasar Khan Khalili semacam Tenabang-nya Cairo saya masuk sebuah took kemudian satu jam
lebih pemiliknya hilang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya. Ketika datang saya protes: Keeif Inta
ya Akhke mane aje? Kalau saya ambilin barang-barang Inta terus saya ngacir pigimane dong.
Lelaki tua mancung itu senyum-senyum saja sambil nyeletuk: Kalau mau curi barang saya ya curi
saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan.
Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan Allah, master-piece. Orang-orang besar
bertebaran di seluruh muka bumi. Makhluk-makhluk agung menghampar di jalan-jalan, pasar, gang-
gang kampung, pelosok-pelosok dusun dan di mana-manapun. Bakso Khalifatullah, bahasa Jawanya:
bakso-nya Pak Patul, terasa lebih sedap karena kandungan keagungan.
Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR. Itu baru penjual cendhol, belum Menteri dan Dirjen Irjen
Sekjen. Itu baru pemilik toko kelontong, belum Gubernur Bupati Walikota tokoh-tokoh Parpol. Itu
baru penjual jagung bakar, belum Kiai dan Ulama. *****
-
http://kenduricinta.com 32
ABDURAHMAN WAHID-WAHID Posted by Red KC on Jul 7th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
You can leave a response or trackback to this entry
Lambat atau cepat hegemoni kekuatan persepakbolaan dunia akan bergeser ke Afrika, meskipun
kemudian akan bergilir ke wilayah lainnya. Sejak piala dunia beberapa kali yang lalu Aljazair,
Camerun, Nigeria, Marokko, sudah ngamping-amping tetapi memang masih ada semacam nuansa
rasisme dalam mekanisme politik persepakbolaan, yang tercermin pada psikologi wasit atau pengurus
organisasi persepakbolaan.
Sayang Mesir tak masuk, gara-gara Gus Dur di-impeach oleh MPR. Orang Mesir cinta Indonesia,
Sukarno dan merasa memiliki Gus Dur karena sejarah kakek beliau serta karena pernah kuliah di
Cairo. Gus Dur jatuh mengecewakan orang Mesir, sehingga sampai hari ini belum tentu Megawati
diterima di sana. Sampai-sampai kesebelasan Mesir kacau hatinya dan tidak bisa menang lawan
Aljazair. Skor 1-1, padahal kalau 1-0, Mesir masuk Piala Dunia. Kalau Gus Dur waktu itu tetap jadi
presiden, skor pasti 1-0. 1 itu Wahid. Kalau 1-0 berarti Wahidnya satu. Kalau skor 1-1 maka nama Gus
Dur menjadi Abdurahman Wahid WahidMaka Mesir gagal ke Piala Dunia.
Tapi toh sekarang Senegal memberi lampu kuning, meskipun tidak akan semulus yang kita impikan.
Bagi kita yang berpikiran standar, tentu kaget kok Perancis bisa kalah oleh Senegal. Meskipun tak ada
Zidane tapi ya jangan lantas begitu loyo, tidak kreatif, tidak punya daya menaklukkan, permainan
individu kalah, tidak punya aransemen dengan akselerasi gerak dan irama bermain.
Tapi bagi yang sudah punya instink dan tahu bahwa Senegal akan unggul, hasil pertandingan awal
Piala Dunia tadi malam tidak mengejutkan. Namun demikian saya sarankan sebaiknya kita memilih
kaget saja menyaksikan setiap kejadian selama Piala Dunia, sebab tujuan kita memang untuk
terkaget-kaget, sehingga asyik dan selalu ada dinamika, ada tegangan.
Kalau pada pertandingan perdana Perancis kalah tapi nantinya malah jadi juara, sebaiknya kita kaget.
Kalau ternyata Perancis tak bisa sampai ke final, marilah tetap kaget. Kalau Senegal menang terus
setelah yang awal ini, juga marilah kaget. Kalau kalah dan tidak bisa masuk ke babak berikutnya,
marilah terus kaget. Kalau tidak kaget, apa gunanya nonton sepakbola.
Hari ini saya bertugas di tiga acara, dan pertandingan perdana Perancis-Senegal berlangsung pada
acara terakhir saya tadi malam. Saya nonton tidak intensif dan tidak seluruhnya. Sambil kedinginan
dalam acara karena tempatnya dekat Kutub Selatan saya bertanya-tanya siapa yang menang, dan
tiba-tiba ada SMS masuk berbunyi :"Itali juara Cak!". Gendeng. Tapi memang nonton sepakbola
adalah peluang sangat indah untuk berkhayal, menciptakan lakon-lakon apa saja di dalam benak kita,
membayang-bayangkan, melampiaskan obsesi, bahkan bisa nonton sepakbola untuk menerapkan
ideology, sentimen-sentimen sejarah atau selera pribadi. Teman saya yang memandang sepakbola
secara professional-estetik, tidak senang Perancis kalah, karena tidak cocok dengan teori baku
tentang mutu kesebelasan. Tapi bagi teman lain yang pikirannya dipenuhi oleh romantisme
-
http://kenduricinta.com 33
perjuangan kaum tertindas, bersorak-sorak karena Senegal menang, karena mengidentifikasi Perancis
sebagai salah satu negara penjajah pada abad-abad yang lalu.
Semula dia mencita-citakan finalnya nanti Perancis vs. Kamerun dan akan dimenangkan kesebelasan
negara kaum hitam yang nenek moyangnya dulu dijajah. Cuma ideologi teman saya ini menjadi agak
tidak mantap kalau dia ingat bahwa Zidan beragama Islam
Ah, apa Anda pernah mendengar musik Senegal? Tidak ada musik yang asyiknya melebihi asyiknya
musik Senegal serta negara-negara Afrika agak Utara lainnya. Kreativitas musik di wilayah ini
menggabungkan 3 dimansi keindahan: dinamika Afrika, romantisme Timur Tengah dan kecanggihan
Eropa. Beruntung saya pernah pentas bareng mereka di lapangan pinggir pantai Rotterdam***
-
http://kenduricinta.com 34
Anak-Anak Yatim Sejarah
Posted by Red KC on Jun 10th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Salah satu kelompok manusia yang paling memperoleh empati dan kasih Allah adalah anak-anak
yatim. Ketika Ia mendaftari delapan jenis (posisi sosial) manusia yang harus disantuni: anak yatim
menempati urutan pertama. Kriteria pendustaan terhadap ibadat shalat, misalnya, oleh Allah
disebutkan hal mengabaikan anak yatim sebagal indikator utama.
Atau contoh lain, tatkala Allah menuturkan betapa Ia telah menolong manusia dari kesukaran menuju
kemudahan: imbalan yang paling Ia mintakan untuk diprioritaskan ialah jangan berlaku
sewenang-wenang terhadap anak yatim. Rupanya tak ada hamba yang lebih menyentuh hati Allah
melebihi anak-anak yatim. Dunia modern adalah produser utama anak-anak yatim! berkata Kiai
Sudrun pada suatu ha/aqah. Orang tak begitu paham. Apa maksud Kiai?. Dunia modern sangat
menawarkan suatu tata hidup yang merenggangkan hubungan kasih kemanusiaan. Hati manusia
sangat berjarak satu sama lain.
Segala sistem yang dihasilkan merupakan potret dan kesaling tak percayaan antar manusia. Dunia
modern, atau dunia yang disebut modern oleh orang-orang yang merasa modern, sangat mengabdi
kepada penaklukan. Struktur sosialnya berupa kekuasaan dan ketakberdayaan. Format
keberlangsungan hidupnya berupa kemenangan dan kekalahan. Bahkan alam semesta dan segala
isinya, sejauh bisa dijangkau oleh manusia modern, selalu jadikan anak-anak yatim. Di kota-kota
besar, anak-anak diyatimkan oleh orang tua mereka sendiri. Hak waktu mereka untuk bertemu
dengan orang tua mereka sangat dikurangi. Hak mereka untuk memperoleh tingkat dan kualitas kasih
sayang seperti yang seharusnya diperoleh dan peradaban orang pandai yang modern itu
diterlantarkan. Hak mereka untuk memperoleh pendidikan akal budi yang baik, tanggungjawab
sosial, kesadaran ke alam semestaan, atau pengenalan atas nurani dirinya sendiri, amat sedikit
dipenuhi.
Hak mereka untuk memperoleh informasi dan peluang empiris dalam meniti kembali jalan menuju
Tuhannya, dibutuhkan sejak sebelum siang hari kehidupan mereka. Mereka menjadi jauh tidak saja
dan orang tuanya, tapi juga dan dirinya sendiri, dan segala bentuk kasih sayang kebudayaan
kemanusiaan yang semestinya terhampar di bumi dan cakrawala mereka. Jarak dari itu semua
membuat mereka berada dalam kegelapan di tengah sesuatu yang seolah-olah merupakan cahaya.
Maka mereka berkelahi satu sama lain, menonjok dan mengalahkan satu sama lain. Langsung
maupun tak langsung. Berlagak seperti seorang pujangga, Sudrun melanjutkan: Di negeri orang-
orang berpengetahuan tinggi yang menyebut diri modern ini dalam banyak hal, negara meyatimkan
rakyatnya, pamong meyatimkan penduduknya, pemimpin meyatimkan ummatnya kemudian
Sudrun tertawa kecil Seperti Saudara-saudara sekalian ini, sebagai ummat, siapakah Bapak Ibu
sejarah Anda?. (Disunting Oleh: Rusdianto, diambil dari buku : Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai)
-
http://kenduricinta.com 35
Kesaksian Sederhana Orang Biasa
Posted by Red KC on Mar 31st, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
dua buah puisi dari milis padhang mbulan. Untuk
BERLANGGANAN, kirim e-mail kosong ke
[email protected] Untuk BERHENTI, kirim e-mail kosong ke
Kesaksian Sederhana Orang Biasa From Maiyah KC
Kesaksianku tentang dunia hanya bisa sederhana
Karena jenis dan standar kebahagiaanku memang sangat biasa-biasa saja
Kaki hidupku tidak meloncat menggapai langit
Tak ada yang kukejar hingga lari terbirit-birit
Tanganku tidak mengacungkan tinju ke angkasa
Sebab tak ada satu unsur apapun dalam kehidupan ini
yang membuatku kagum dan terpana
Kekuatanku tak akan menyentuh siapa-siapa
Karena aku tidak tertarik pada kemenangan atas manusia
Kubelanjakan tenagaku hanya sedikit saja
Sebab atas segala yang lemah hatiku tak berdaya
Kalaupun pikiranku mengembara sampai ke ruang hampa
Hatiku sudah lama selesai dan tak meminta apa-apa
Tak ada sekilaspun padaku mimpi menaklukkan dunia
Sebab dunia sangat murah harganya dan hanya beberapa
tetes keringat dari badanku yang kurelakan untuknya
Tak ada sedikitpun minatku terhadap kehebatan diri
karena jenis kelemahanku adalah kebiasaan
untuk mentertawakan diriku sendiri
Jika ada orang beramai-ramai tersesat menjunjungku
Volume kepalaku tidak membesar dan hatiku tetap bisa mengantuk
Jika mereka menemukan kebenaran sehingga menghinaku
Helai-helai buluku tidak berdiri bahkan kantukku bertambah lelap
Kebesaran dan kegagahan amat sangat aku remehkan
Dan tak akan pernah kukenakan sebagai pakaian
-
http://kenduricinta.com 36
Apabila dunia menyangka aku mencintainya dan ingin mengawininya
Tentu karena ia tak tahu aku sudah mentalaknya sebelum pernah mencintainya
Barang siapa kegagahannya mendatangiku dan menggertak
Kusihir ia jadi katak
(Emha Ainun Nadjib/PmBNetDok/2004)
Sudah Bukan Diriku From: maiyah kc
Kalau aku sudah bukan diriku
Akankah lahir anakku yang berasal dari dirinya
Kalau manusia sudah tak sepenuhnya manusia
Adakah cara agar penerusnya kembali manusia
Kalau aku sudah hilang
Karena diriku digantikan
Oleh diri seragam produksi massal
Yang mana dari nilai-nilai yang masih mungkin tertinggal
Bangsaku sudah bukan bangsaku
Bangsaku bukan bangsa yang tumbuh
dari dalam diri kebangsaannya
Bangsaku hanya bahan dasar alam
Sebagaimana batubara yang ditambang
Dicetak oleh industri globalisasi
Dijadikan plastik dan robot barang dagangan
Pemerintahku adalah anjing herder
Pikirannya dikendalikan oleh stick holder
Merahkah ini hijaukah itu
Baikkah ini burukkah itu
Ditentukan tidak berdasar nurani dan akalmu
Karena sudah ada paket makro untuk itu
Mana maju mana mundur
Apa yang mulia apa yang hina
Siapa Nabi siapa teroris
Bukan hak kemanusiaanmu untuk menentukan
Bumi mengecil seukuran bola golf
Diambil dipukul diambil dibuang atau dikeranjang-sampahkan
Bangsaku terdaftar sebagai pelacur unggul tergolek di ranjang
Disetubuhi kapan saja Mr. Global Stick Holder menghendaki
Sekujur badan disemprot parfum demokrasi
Dihibur dengan lagu dusta tentang hak asasi
Mata dipejamkan ditiup dengan hawa toleransi
Mulut dingangakan, siap dituangi sperma globalisasi
Tetapi bangsaku tak kehilangan dirinya
Karena generasi yang ini sejak lahir memang sudah bukan dirinya
-
http://kenduricinta.com 37
Hujan turun terlalu deras
Hujan ludah dan air liur para raksasa
Manusia dan negara dipersatukan oleh banjir
Dunia menyempit, menjadi sebuah bendungan
Bendungan itu
Bernama globalisasi
Hujan turun terlalu deras
Banjir global masuk sampai ke kamar pribadi
Menelusup sampai ke ulu hati
Bahkan otak sampai terbungkus oleh kerak tahi besi
Di manakah, dalam banjir itu, manusiamu?
Tak ada kegelisahan apapun atas hilangnya diri
Tak ada ketakjuban atas punahnya nilai
Apakah wajah yang kau temukan di kaca itu
benar wajah manusia
Sebab pada semuanya yang lebih menonjol
adalah tanda-tanda kehewanan
Yang lebih rajin muncul
adalah indikator kebinatangan
politik keserakahan
mobilisasi pelampiasan
ekonomi keborosan
globalisasi pemusnahan kemanusiaan
peruntuhan nilai-nilai batin
seluruh permukaan bumi sedang dirancang
menjadi hamparan lapangan golf
di mana para juragan global dengan stik-stik mewah
membidik dan melempar bola-bola golf
yang terbuat dari kepala-kepala manusia
Dan kalau engkau bertanya tentang aku
dengarlah pertanyaanmu itu kujawab
dengan penuh kebanggaan:
Aku adalah setan!
Aku adalah setan, yang riwayatku
ditulis oleh Tuhan sendiri di kitab suciNya
bahwa puncak sikapku adalah pernyataan suci
bahwa sesungguhnya aku takut kepada Allah
Apakah manusia takut kepada Tuhan?
Apakah bagi manusia, Tuhan cukup penting?
Tuhan tergeletak di belakang tumit setiap orang
-
http://kenduricinta.com 38
Tuhan bukan subyek yang disertakan
dalam proses pengambilan keputusan
Kalau bangsa ini semakin tak memenuhi syarat untuk disebut bangsa
Kalau manusia kita semakin tak pantas disebut manusia
Adakah cara agar penerus kita kembali manusia?
(Emha Ainun Nadjib/2004/PmBNetDok)
-
http://kenduricinta.com 39
MAKNA SPIRITUAL DAN SOSIAL IBADAH PUASA (komplit)
Posted by Red KC on Mar 31st, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib 1996
Tulisan ini bisa dimulai dari perspektif Rukun Islam. Dari syahadah hingga menunaikan haji di
rumah suci Allah. Kita mencoba menjelaskan satu per satu maqam Rukun Islam tersebut. Dan, pada
akhirnya, kita akan melihat maqam ibadah puasa, yang menjadi topik bahasan tulisan ini. Apakah
maqam-maqam itu saling terkait, atau tidak?
Alamat dan Jurusan
Syahadah. Salah satu Rukun Islam berarti ketetapan dan penetapan titik pijak dan sekaligus arah
tujuan gerak kehidupan manusia Muslim. Semacam alamat dan jurusan. Pertama barangkali pada
spektrum kosmologis kemudian teologis, baru kemudian kedua kultural.
Pandangan tentang sangkan paran, semacam alamat historis-kosmologis, menurut manusia untuk
(melalui akal pikiran maupun melalui informasi wahyu, mawaddah wa rahmah, juga huda, bayyinat,
wa furqan) menentukan alamat teologis (atau a-teologis)nya. Berdasarkan itu maka ia berangkat
merumuskan alamat sosialnya, alamat kulturalnya, juga mungkin alamat politiknya, bahkan bukan
tidak mungkin juga alamat geografisnya. Dengan itu, beda pandang manusia mengenai dunia, akhirat,
dan tentang dunia akhirat menjadi terumuskan.
Menduniakan Akhirat, Mengakhiratkan Dunia, dan Mendunia-akhiratkan Kehidupan
Pada budaya dan perilaku manusia beserta sistem nilai yang disusun dalam kolektivitas mereka, ada
yang memandang dunia ini sebagai tujuan. Seluruh aktivitas pribadi, gerakan sosial,
pengorganisasian kekuasaan dan kesejahteraan di antara mereka, dilaksanakan dengan
mengandaikan bahwa dunia ini adalah wadah satu-satunya dari segala awal dan segala akhir.
Wadahnya hanya dunia. Substansinya hanya dunia. Metodenya hanya dunia. Dan, targetnya juga
hanya dunia. Orang lahir, orang bersekolah, orang bekerja, orang berkuasa, orang berkarier, dalam
durasi dunia.
Segala sesuatunya akan berbeda dengan pandangan lain yang meletakkan dunia sebagai titik tolak
dan titik pijak untuk melangkah ke akhirat. Sejarah di dunia dikerjakan sebagai jalan (syari, thariq,
shirath), dan produknya adalah akhirat. Setiap kegiatan dan fungsi manusia dalam sejarah, selama
dunia berlangsung, berlaku sebagai metoda. Berkedudukan tinggi, berjaya, unggul, atau menang di
antara manusia, tidak dipahami sebagai neraka. Sebab surga dan neraka adalah produk dari
penyikapan (teologis, moral, kultural) manusia atas semua keadaan tersebut.
-
http://kenduricinta.com 40
Dalam hal ini belum akan kita perdebatan tentang apakah dunia dan akhirat itu diwadahi oleh dua
satuan waktu yang berbeda, atau terletak pada rentang waktu yang sama, yang dibatasi oleh
momentum yawm al-qiyamah, ataukah dunia dan akhirat itu sesungguhnya berlangsung sekaligus.
Ikrar teologis (yang beraktualisasi kultural) yang dilaksanakan melalui syahadatain, ibadah lain serta
syariat hidup secara menyeluruh adalah suatu pengambilan sikap, suatu pilihan terhadap pan