Kepercayaan masyarakat muna

13
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang mana kita masih diberikan kesehatan, kekuatan, dan kesempatan sehingga kita dapat menyusun makalah “KEPERCAYAAN MASYARAKAT MUNA” yang kami susun bersama dan selesai tepat pada waktu yang ditentukan. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami nabi terakhir yaitu nabi Muhammad SAW karena atas perjuangan beliau sehingga kami masih berpegang teguh pada agama islam yang telah memberikan kami cahaya penerangan untuk menjalankan hidup ini. Ucapan terimakasih juga kepada guru yang telah memberikan berbagai masukan kepada kami dan juga teman-teman yang telah memberikan kami kontribusi berupa saran dan dukungan untuk terselesainya makalah yang kami buat. Dan sebelumnya kami juga minta maaf dalam pengetikan atau penulisan makalah karena kamijuga manusia biasa yang masih banyak memilki kesalahan dan kekurangan. Raha, 2 Februari 2017 Penyusun

Transcript of Kepercayaan masyarakat muna

Page 1: Kepercayaan masyarakat muna

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang mana kita masih diberikan kesehatan, kekuatan, dan kesempatan sehingga kita dapat menyusun makalah “KEPERCAYAAN MASYARAKAT MUNA” yang kami susun bersama dan selesai tepat pada waktu yang ditentukan.

Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami nabi terakhir yaitu nabi Muhammad SAW karena atas perjuangan beliau sehingga kami masih berpegang teguh pada agama islam yang telah memberikan kami cahaya penerangan untuk menjalankan hidup ini.

Ucapan terimakasih juga kepada guru yang telah memberikan berbagai masukan kepada kami dan juga teman-teman yang telah memberikan kami kontribusi berupa saran dan dukungan untuk terselesainya makalah yang kami buat. Dan sebelumnya kami juga minta maaf dalam pengetikan atau penulisan makalah karena kamijuga manusia biasa yang masih banyak memilki kesalahan dan kekurangan.

Raha, 2 Februari 2017

Penyusun

ii

Page 2: Kepercayaan masyarakat muna

DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………………………………………………………… i

Kata pengantar………………………………………………………………………………………………………………………. ii

Daftar isi………………………………………………………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang………………………………………………………………………………………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………….. 1

1.3. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………………. 1

1.4. Manfaat……………………………………………………………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kepercayaan……………………………………………………………………………………………………. 2

2.2. Kepercayaan Animisme dan Dinamisme di Muna prasejarah……………………………………………. 2

2.3. Kepercayaan masyarakat Muna pada zaman prasejarah………………………………………………….. 3

2.4. Kepercayaan masyarakat Muna dalam menganut agama islam……………………………………….. 4

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………. 6

3.2. Saran………………………………………………………………………………………………………………………………. 6

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………….. 7

iii

Page 3: Kepercayaan masyarakat muna

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Untuk menyebut suatu agama atau kepercayaan yang sering dianut oleh suku-suku bangsa di Indonesia khususnya Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara biasanya menggunakan istilah kepercayaan asli. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kepercayaan asli sering disebut “agama asli” , “agama suku”, atau “religi”. Kepercayaan asli itu berkembang bebas dan berdiri sendiri. Munculnya suatu kepercayaan biasanya dilator belakangi oleh kesadaran adanya jiwa yang bersifat abstrak. Didalam pikiran manusia jiwa ituditransformasikan menjadi makhluk-makhluk halus atau roh halus. Mereka percaya bahwa makhluk-makhluk itu berada disekeliling tempat tinggal manusia.

Suatu kepercayaan juga dapat muncul karena getaran jiwa atau emosi yang muncul karena kekaguman manusia terhadap hal-hal yang luar biasa. Kekuatan itu tidak dapat diterangkan oleh akal, dan berada diatas kekuatan manusia. Kekuatan adikodrati. Dengan adanya jiwa dan kekuatan adikodrati itu, manusia perlu melakukan tindakan-tindakan berupa upacara-upacara atau ritus.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kepercayaan?2. Bagaimana kepercayaan Animisme dan dynamisme yang dianut masyarat Muna pada zaman prasejarah?3. Bagaimana kepercayaan masyarakat Muna pada zaman prasejarah? 4. Bagaimana Kepercayaan agama islam yang mulai dianut oleh masyarakat Muna?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian kepercayaan.2. Untuk mengetahui kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang dianut masyarakat muna pada zaman

prasejarah.3. Untuk mengetahui kepercayaan masyarakat Muna pada zaman prasejarah.4. Untuk mengetahui kepercayaan agama islam yang mulai dianut oleh masyarakat Muna.

1.4 Manfaat

1. Kami dapat mengetahui apa pengertian kepercayaan.2. Kami dapat mengetahui kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang dianut masyarakat muna pada zaman

prasejarah.3. Kami dapat mengetahui kepercayaan masyarakat Muna pada zaman prasejarah.4. Kami dapat mengetahui bahwa kepercayaan agama islam mulai dianut oleh masyarakat Muna.

1

Page 4: Kepercayaan masyarakat muna

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kepercayaan

Beikut ini adalah beberapa pengertian kepercayaan menurut para ahli sebagai berikut:

Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada sesuatu hal dimana kita memiliki keyakinan kepada sesuatu tersebut. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil keputusan , ia akan lebuh memilih keputusan berdasarkan pilihan dari sesuatu yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercaya.(Moorman,1993).

Menurut Ba dan Pavlou (2002) mendefenisikan kepercayaan sebagai penilaian hubungan seseorang dengan sesuatu melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian.

Hal yang senada juga dikemukakan oleh McKnight, Kacmar, dan Choudry (dalam Bachmann dan Zaheer, 2006), menyatakan bahwa kepercayaan dibangun sebelum pihak –pihak tertentu saling mengenal satu sama lain melalui interaksi dan transaksi.

Menurut Rosseau, Sittkin, dan Camere (1998),defenisi kepercayaan dalam berbagai konteks yaitu kesediaan seseorang untuk menerima resiko.

2.2 Kepercayaan Animisme dan Dinamisme di Muna Pada Zaman Prasejarah

a. Animisme

Animisme berarti percaya bahwa disekeliling mereka ditempati oleh roh-roh halus yang telah lama meninggal dunia dan beraktifitas sebagaimana halnya manusia biasa yang sewaktu-waktu datang untuk menjenguk sanak saudaranya serta kerabatnya. Menurut masyarakat, arwah nenek moyang selalu memperhatikan mereka dan melindungi , tetapi akan menghukum mereka juga kalau melakukan hal-hal yang melanggar adat. Dengan demikian, orang tua yang mengetahui dan menguasai adat nenek moyang akan menjadi pemimpin masyarakat. Penghormatan kepada nenek moyang dilakukan dengan pimpinan orang tua tersebut, yang diterima oleh masyarakat sebagai ketua adat.

b. Dinamisme

Dinamisme adalah meyakini bahwa benda-benda tersebut dipergunakan oleh manusia maka mereka dapat terhindar dari mara bahaya yang mengancamnya. Benda – benda buatan manusia juga diyakini mempunyai kekuatan gaib seperti patung, keris, tombak dan jimat. Sesungguhnya proses pembuatan benda-benda tersebut dilandasi dengan keyakinan bahwa di luar diri manusia ada kekuatan lain. Juga dilandasi anggapan bahwa benda tersebut sebagai lambang takhta persemayaman roh leluhur, kedua jenis peninggalan itu digunakan sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang.

2

Page 5: Kepercayaan masyarakat muna

Apabila terjadi musibah atau wabah penyakit,mereka percaya bahwa roh nenek moyang merekalah dan perbuatan manusia itu sendiri yang menyebabkan hal itu terjadi. jika penyakit itu merupakan penyakit yang datang dari roh nenek moyang, maka perlu diadakan upacara adat. Upacara adat yang dimaksud adalah Kago-ago yaitu semacam upacara ritual disertai dengan sesajen yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Kaago-ago merupakan tradisi masyarakat suku bangsa Muna sebagai warisan leluhur masa animisme dan dinamisme yang sampai saat ini terus dilestarikan. Setelah islam masuk di Muna, prosesi kaago-ago kemudian diadaptasi dengan nilai-nilai islam sehingga dalam pelaksanaannya , seorang pande selain membanca mantra-mantra juga membaca ayat-ayat suci Al-qur’an.

Setelah membaca doa-doa dan mantra-mantra, pande kemudian menyerahkan persembahan yang diletakkan pada sebuah bangunan yang terbuat dari bambu dan dihiasi dengan kain-kain aneka warna. Maksud dari penyerahan sesembahan tersebut adalah sebagai penghargaan terhadap makhluk gaib sehingga ketika mereka pergi meninggalkan tempat kediamannnya menuju tempat hunian yang baru mereka pergi dengan rasa damai dan telah mendapat bekal yang cukup sampai tujuan.

2.3. Kepercayaan Masyarakat Muna Pada Zaman Prasejarah

Pada zaman prasejarah untuk menganut kepercayaan atau agama pun masyarakat masih kaku untuk menganut agama atau kepercayaan yang seperti apa. Dimana pada zaman prasejarah masyarakat masih banyak yang belum memeluk agama. Namun sebagian masyarakat Muna juga banyak yang menganut kepercayaan Animisme atau dinamisme baik bagi mereka yang tinggal di pedesaan maupun yang berdomisili. Seperti kepercayaan manusia yang menghuni gugusan gua kabori adalah animisme dan dinamisme. Hal ini disinyalir dari tanda-tanda gambar yang tertera pada dinding gua yaitu lukisan matahari, lukisan binatang buas seperti lipan besar yang melambangkan pemuja dewa matahari dan menyembah binatang-binatang besar sebagaimana halnya konsep ajaran dinamisme. Oleh karena itu manusia yang bertempat tinggal didalam gua tersebut telah mempunyai kepercayaan terhadap arwah nenek moyang yang tersimpul dalam kepercayaan animisme dan dinamisme . Di Gua Liang kabori terdapat lukisan manusia terbang, lukisan tersebut memberikan penjelasan mengenai peran manusia yang tidak saja sebagai prajurit, pemburu, tetapi juga sebagai penari dan bahkan dapat terbang. Peran terakhir tersebut dibuktikan dengan gambar manusia yang memiliki cakar pada tangan dan kakinya. Lukisan tersebut memberikan suatu gambaran akan suatu kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat pada saat itu bahkan hingga saat ini bahwa gambar manusia tersebut mengandung makna yang buruk dan jahat terhadap orang lain untuk selalu mencelakan mereka dengan menggunakan sihir atau ilmu hitam yang dimilikinya. Dengan demikian, dapat dikatakan pada zaman tersebut masyarakat telah mengenal system religi dan telah memiliki pandangan-pandangan terhadap sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan magis .

Ada larangan-larangan yang dipercaya dan masih ada dalam masyarakat Muna diantaranya sebagai berikut:

Orang hamil tidak boleh keluar rumah pada waktu magrib, subuh atau tengah hari karena anaknya nanti akan keguguran akibat diganggu oleh setan.

Orang hamil tidak boleh pelit karena akan sulit untuk melahirkan. Orang hamil tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari suaminya karena pada saat melahirkan akan

bersamaan dengan BAB. Orang hamil tidak boleh melingkarkan handuk dilehernya karena anaknya yang lahir kelak akan terlilit tali

pusat pada lehernya. Seorang suami yang memiliki istri yang hamil dilarang untuk membunuh binatang misalnya ular ,biawak,

buaya, karena anaknya akan sumbing. 3

Page 6: Kepercayaan masyarakat muna

Anak bayi tidak boleh dicium pipinya karena akan beringus. Anak bayi dilarang dikeluarkan malam hari karena akan diganggu oleh setan. Anak gadis dilarang untuk menyanyi di dapur karena kelak akan menikah dengan orang tua. Anak gadis dilarang untuk makan sambil memanjangkan kaki akan memiliki yang panjang. Dilarang berkelahi dengan suami sambil menangis ditangga rumah karena berarti Anjing. Dilarang mengambil sesuatu yang telah kita berikan kepada orang lain karena siku akan luka atau korengan. Tidak boleh memukul orang menggunakan dahan kelapa karena orang yang dipukul akan meninggal. Dilarang memanjat pohon kelor karena jika jatuh akan kurus dan menyebabkan kematian. Dilarang mengangkat barang berat setelah melahirkan karena akan ambeien. Dilarang berpangku tangan didagu karena orang tuanya akan meninggal. Tidak boleh mencium tangan atau kaki anak bayi karena akan menyebabkan si bayi tersebut memakan

kotorannya. Dilarang untuk duduk didepan pintu karena akan diganggu oleh makhluk halus. Orang yang mau menikah dilarang keluar rumah karena khawatir terjadi kecelakaan dan tidak jadi menikah. Jangan bersiul malam hari didalam rumah. Mitos katanya akan mendatangkan hantu yang berniat jahat. Anak gadis dilarang duduk di depan pintu karena akan susah mendapatkan jodoh. Dilarang berpindah tempat pada waktu makan karena kelak berakibat akan menikah lebih dari sekali. Dilarang berteriak-teriak mengucapkan kata-kata kotor dalam hutan. Karena tak lama lagi akan dimasuki roh

halus jahat yang menguasai dirinya (kesurupan). dilarang bangun terlalu siang karena rezeki akan datang selalu menjauh kembali. Anak gadis dilarang berlama-lama dalam kamar mandi Karena akan kelihatan tua dari umurnya. Dilarang tidur dengan posisi kepala ada disebelah utara dan kaki disebalah selatan, karena akan cepat

meninggal.

2.4.Kepercayaan Masyarakat Muna Dalam menganut Agama Islam

Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 17.000 gugus pulau yang tersebar dari sabng sampai merauke baik pulau-pulau besar maupun kecil. Dari ribuan pulau tersebut memiliki latar belakang sejarah yang berbeda-beda khususnya mengenai kondisi kehidupan manusia yang menghuninya , sebab ada pulau yang memulai kehidupan dari zaman prasejarah, ada yang mulai dari zaman hindu dan islam, bahkan ada yang memulai kehidupan di zaman orde baru.

Sebagaimana halnya daerah lain seperti Kalimantan timur (kutai), Jawa, Sumatera, Sulawesi selatan, dan lain-lain. Maka begitu pula halnya dengan Muna yaitu sebuah pulau yang berada dijazirah Sulawesi tenggara, merupakan satu-satunya daerah Sulawesi tenggara yang memulai kehidupan sejak zaman prasejarah. Hal ini bukan hanya sekedar rekayasa yang berdasar pada nilai pragmatis dan etnis (kesukuan), tetapi didukung oleh bukti-bukti sejarah pada situs yang telah disurvei oleh banyak ahli sejarah dan arkeolog yang telah dibuktikan kebenarannya.

Dikalangan masyarakat muna , ada sugi manuru yang dikenal dengan gelar Omputo mepasokino Adhati yang artinya raja yang menetapkan hukum, adat, nilai-nilai dan falsafah dasar berbangsa dan bernegara. Masuknya pengaruh islam dikerajaan Muna dalam system ketatanegaraan dikerajaan muna pada masa pemerintahan Sugi manure setelah masuknya penyebar islam I di Muna yaitu Syekh Abdul Wahid.

Menurut beberapa catatan, syekh abdul wahid adalah seorang misionaris islam yang berasal dari Arab. Namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah pedagang dari Gujarat. Islam mulai diajarkan secara luas 4

Page 7: Kepercayaan masyarakat muna

oleh Syekh Abdul Wahid di kerajaan Muna pada masa-masa akhir pemerintah sugi manuru. Salah satu murid pertama Syekh Abdul Wahid adalah La kilaponto, Putera raja sugi manuru yang kemudian menjadi raja Muna VII dan akhirnya menjadi raja Buton VI. Bukti diterimanya agama islam sebagai agama kerajaan adalah berubahnya bentuk kerajaan menjadi kesultanan dan sultan pertamanya adalah La kilaponto. Setelah resmi menjadi sultan, La kilaponto kemudian bergelar Sultan Qaimuddin Khalifatul Khamis.

Kerajaan Muna menganggap seorang raja sebagai poros kekuasaan dan sumber keteladanan. Jadi apapun yang dilakukan, diyakini ataupun yang dititahkan raja maka semua warga kerajaan wajib mengikuti terlebih dahulu menanyakan apalagi menilai baik dan buruknya. Jadi karena islamisasi fase pertama ini belum mampu mengislamkan raja serta masih kuatnya keyakinan orang muna dengan kepercayaan leluhurnya yaitu animism dan dinamisme. Maka misi misionaris islam pertama yakni syeh Abdul Wahid di Muna dapat dikatakan mengalami kegagalan, walau tidak sepenuhnya sebab raja Muna saat itu sugi manuru telah banyak memilki pemahaman terhadap nilai-nilai islam.

Sebagaimana yang dijelaskan terdahulu, walaupun pada masa pemerintahan sugi manure islam baru perkenalkan oleh Syekh Abdul Wahid dikerajaan Muna serta sugi manuru sendiri belum masuk islam, namun pertinya sugi manuru telah memiliki pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai islam. Pemahaman sugi manuru terhadap nilai-nilai islam dapat dilihat saat membagi kerajaan dalam empat wilayah besar yang disebut dengan Ghoera yaitu Ghoerano Tongkuno yang diibaratkan asal api, Ghoerano Lawa yang diibaratkan asal angin, Ghoerano Katobu diibaratkan asal tanah , Dan Ghoerano Kabawo yang diibaratkan asal air.

Pengibaratan tersebut bertitik tolak pada hakikat pencipta manusia yang memiliki sifat-sifat api, angin, tanah, dan air. Keempat sifat tersebut kemudian diuraikan sebagai berikut:

1. Sifat api adalah menggambarkan manusia memiliki emosi sebagaimana api, emosi kalau kelola dengan baik akan memberi manfaat bagi banyak orang, tetapi kalau tidak terkontrol maka akan menyebabkan kehancuran yang besar.

2. Sifat angin adalah menggambar manusia memiliki ambisi. Ambisi yang dimiliki setiap manusia bagaikan senjata. Kalau ambisi berada pada orang yang baik maka ambisi tersebut akan diarahkan pada hal-hal yang baik dan menjadi motivasi untuk mencapai kesuksesan dengan cara-cara yang benar. Tapi kalau berada pada orang yang tidak baik maka akan diarahkan pada hal-hal yang negative bahkan kadang menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

3. Sifat air adalah menggambarkan sifat manusia yang tenang dan selalu memberikan kesegaran dan kesejukan serta menghilangkan dahaga. Namun kalau pengelolaannya dan penggunaannya dilakukan dengan cara yang tidak baik dan tidak benar, maka akan menjadi petaka. Air juga memiliki sifat selalu mengalir ditempat yang lebih rendah, maksudnya manusia harus memiliki sifat rendah hati, tidak sombong walaupun memiliki kekuatan yang besar. Hal yang paling pokok adalah sifat air yang selalu mengikuti bentuk wadahnya, hal ini artinya manusia harus dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi dimana dia berada.

4. Sifat tanah adalah diibaratkan sebagai sifat manusia yang sabar dan tidak menuntut imbalan atas segala sesuatu yang dilakukan untuk kepentingan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari sifat tanah yang selalu sabar walaupun telah menumbuhkan tanaman sebagai sumber kehidupan manusia, walaupun telah menyediakan tempat untuk berpijak tetap tidak pernah menuntut imbalan.

5

Page 8: Kepercayaan masyarakat muna

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa kepercayaan masyarakat Muna sudah ada sejak zaman Prasejarah, tapi masih dalam bentuk Animisme, Dinamisme belum dalam bentuk agama karena pola piker yang belum berkembang. Tapi seiring dengan berkembangnya akal pikiran manusia dan berkembang ilmu filsafat maka berubahlah menjadi agama yang masih dapat kita rasakan sampai saat ini. Ada beberapa agama di Kabupaten Muna yaitu Islam, Kristen protestan, Kristen katolik, hindu dan Budha. Namun agama yang bermayoritas di Kabupaten Muna adalah Islam yang berkembang hingga saat ini.

3.2 Saran

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dan dengan rendah hati mohon diberi kritikan dan saran tentang pembuatan makalah ini agar dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi.

6

Page 9: Kepercayaan masyarakat muna

DAFTAR PUSTAKA

http://unn-kepercayaan-masyarakat-kabupaten-muna-prasejarah.blogspot.com/2007/12/sultra.html

http://id.wikipedia-budaya-budaya-muna-masa-prasejarah//2002/kabupaten-muna

http://naomiputri.perkembangan-kepercayaan-masyarat-muna.blogspot.com

http://kepercayaan-masyarakat-indonesia-sejarah-dan-prasejarah.78873893803/wiki.html

7