KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA...

112
i KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Analisis Wacana Menggunakan Metode Sarah Mills) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Bagus Saputro NIM: 11713024 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI) FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2017

Transcript of KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA...

Page 1: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

i

KESETARAAN GENDER

DALAM NOVEL GADIS PANTAI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

(Analisis Wacana Menggunakan Metode Sarah Mills)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Bagus Saputro

NIM: 11713024

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2017

Page 2: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

ii

Page 3: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

iii

KESETARAAN GENDER

DALAM NOVEL GADIS PANTAI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

(Analisis Wacana Menggunakan Metode Sarah Mills)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Bagus Saputro

NIM: 11713024

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2017

Page 4: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

iv

Page 5: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

v

Page 6: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

vi

Page 7: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

vii

MOTTO

﴾ ۱۱﴿ ب زدني علمار

My Lord! Increase me in knowledge

(Surah Taha/20:114)

﴾﴿ اا ني ا So remember Me, I will remember you

(Surah Al Baqarah/2:152)

When you have eliminated all which is impossible, then whatever remains, however improbable, must be the truth

(Arthur Conan Doyle, the case-book of sherlock holmes)

It is a great thing to start life with a small number of really good books which are your very own

(Arthur Conan Doyle)

Page 8: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan wujud dari sebuah ikhtiar yang tidak akan pernah selesai

tanpa dukungan dari berbagai pihak.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ibu dan Bapak, Partilah-Kokok Saputro yang doa, kasih sayang, serta

dukungannya senantiasa menjadi napas disetiap langkah.

Bibi dan Om, Amalia Suciati-Haryanto yang selalu menjadi penyemangat.

Motivasi dari kalian telah menjadi penerang digelapnya hati. Nenek yang tidak pernah lelah dalam menyayangi cucu-cucunya.

Page 9: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji disertai pengagungan hanya kepada Allah. Rabb alam

semesta, penggenggam jiwa, pencipta langit dan bumi beserta isinya. Hanya

kepada-Nya kita memohon pertolongan dan perlindungan. Tempat berkeluh kesah

serta muara dari segala doa. Beriring nikmat Islam, iman, dan hidayah-Nya maka

skripsi yang berjudul “KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS

PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Analisis Wacana

Menggunakan Metode Sarah Mills)” dapat terselesaikan. Tidak lupa shalawat

serta salam peneliti haturkan kepada panutan dalam segala perbuatan, Nabi Agung

Muhammad SAW., rasul akhir zaman.

Sesungguhnya peneliti menyadari bahwasanya dalam menyelesaikan

skripsi mengalami kesulitan. Sehingga peneliti tidak bekerja sendiri melainkan

bekerja sama dan mendapatkan bantuan berupa bimbingan dan motivasi dari

banyak pihak. Maka dengan terselesaikannya skripsi ini, peneliti mngucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

3. Dra. Maryatin, M. Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Drs. Muh. Choderin selaku dosen pembimbing akademik.

5. Dr. Rifqi Aulia Erlangga, S.Fil., M. Hum. selaku pembimbing skripsi yang

telah sudi meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi.

Page 10: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

x

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada teman-teman fakultas Dakwah angkatan 2013 khususnya jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah berbagi suka dan duka selama

menjadi mahasiswa, semoga kita senantiasa bersahabat.

8. Sekali lagi peneliti ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat

dalam penulisan skripsi ini, yang mana peneliti tidak dapat menyebutkannya

satu-satu.

Akhirnya, semuanya kembali kepada Allah SWT. Semoga bantuan pihak-

pihak yang telah membantu dicatat sebagia sebuah ibadah di sisi-Nya dan dibalas

dengan pahala berlipat ganda. Serta skripsi ini mudah-mudahan dapat

memberikan manfaat dan kebaikan. Âmîn yâ Rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 9 Agustus 2017

Penulis,

Bagus Saputro

11713024

Page 11: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

xi

ABSTRAK

Saputro, Bagus. 2017. Kesetaraan Gender Dalam Novel Gadis Pantai Karya

Pramoedya Ananta Toer (Analisis Wacana Menggunakan Metode Sarah

Mills). Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

(KPI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr.

Rifqi Aulia Erlangga S. Fil, M. Hum.

Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

Mills.

Kesetaraan Gender merupakan sebuah wacana dan konsep mengenai

kedudukan perempuan terhadap laki-laki. Namun masih banyak orang yang belum

mengetahui istilah dari “kesetaraan gender”, akibatnya adalah banyaknya orang

yang memposisikan kesetaraan gender dengan jenis kelamin atau sex. Kondisi ini

lah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap nove

Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer yang diterbitkan oleh Lentera

Dipantara Jakarta pada tahun 2003, karena novel tersebut memuat kesetaraaan dan

ketidakadilan gender. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengungkap representasi

perempuan dalam novel Gadis Pantai. 2) Mengetahui nilai-nilai kesetaraan dan

ketidakadilan gender pada novel Gadis Pantai. 3) Menjelaskan pesan yang ingin

disampaikan Pramoedya Ananta Toer melalu struktur teori analisis wacana

metode Sarah Mills dalam novel Gadis Pantai.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis (descriptive of analyze research).

Data yang diperoleh peneliti dianalisis menggunakan analisis wacana Sara Mills.

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data adalah: 1)

Membaca dan memahami novel Gadis Pantai. 2) Menganalisi kata demi kata

novel Gadis Pantai. 3) Menganalisis novel menggunakan teori Sarah Mills. 4)

Menyimpulkan hasil penelitian.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Dalam novel tersebut perempuan

digambarkan dalam tiga golongan, yakni perempuan desa, priyayi, dan kota.

Perempuan kota dan priyayi dianggap sebagai wanita terhormat. Berbeda dengan

perempuan desa yang identik dengan kemiskinan, kebodohan, kotor, dan pekerja

kasar. 2) Terdapat diskriminasi dan kesetaraan terhadap perempuan, dimana

keduanya dipengaruhi oleh status sosial dan budaya patriarki. 3) Pembaca secara

aktif disapa, yakni dengan sapaan “sahaya” yang terdapat pada novel.

Page 12: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................. i

LEMBAR LOGO................................................................................................. ii

JUDUL ............................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN........................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ vi

MOTTO............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

ABSTRAK ......................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7

E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 7

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 13

G. Metode Penelitian ................................................................................... 16

Page 13: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

xiii

H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 18

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 20

A. Analisis Wacana Kritis ........................................................................... 20

B. Analisis Wacana Model Sarah Mills ....................................................... 24

C. Komunikasi Massa ................................................................................. 26

D. Gender ................................................................................................... 35

E. Feminisme .............................................................................................. 40

BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL GADIS PANTAI ............................ 45

A. Pramoedya Ananta Toer ......................................................................... 45

B. Novel Gadis Pantai ................................................................................. 50

C. Sinopsis Novel Gadis Pantai ................................................................... 51

D. Kerangka Analisis ..........................................................................................56

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 59

A. Representasi Perempuan Dalam Novel Gadis Pantai ............................... 59

B. Nilai-nilai Kesetaraan dan Ketidak Adilan Gender Pada Novel Gadis

Pantai ..................................................................................................... 67

C. Pesan yang Ingin Disampaikan Pramoedya Ananta Toer ....................... 86

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 88

A. Kesimpulan ............................................................................................ 88

B. Saran ...................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka ananalisis wacana Sarah Mills ............................................ 26

Tabel 2.2 Elements of interpersonal communication

and mass communication compared ................................................... 29

Tabel 2.3 Fungsi komunikasi massa Tan ............................................................ 33

Page 15: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komunikasi massa model Gamble dan Gamble .............................. 31

Gambar 2.2 Model komunikasi massa Schramm ............................................... 31

Gambar 2.3 Komunikasi massa model Black dan Whitney ................................. 32

Gambar 2.4 Faktor individu ............................................................................... 34

Gambar 2.5 Faktor sosial ................................................................................... 34

Gambar 2.6 Perbedaan sex dan gender ............................................................... 36

Gambar 2.7 Klasifikasi teori feminisme ............................................................. 41

Page 16: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Curriculum Vitae peneliti

Lampiran 2 Foto Pramoedya Ananta Toer

Lampiran 3 Sampul Novel Gadis Pantai

Page 17: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesetaraan gender merupakan sebuah wacana yang sering

dikemukakan dewasa ini. Namun banyak orang memahami konsep kesetaraan

gender mengacu kepada kesetaraan wanita dan laki-laki dalam hal

kedudukan. Hal ini diakibatkan oleh pandangan orang bahwa perempuan

memiliki tingkatan di bawah laki-laki, yang mana pihak perempuan dianggap

sebagai pihak lemah. Perempuan adalah pihak yang keberadaannya tidak

boleh lebih menonjol daripada laki-laki.

Diskriminasi terhadap perempuan banyak dianut oleh negara yang

masih mempertahankan budaya patriarki, yakni keadaan sosial yang

meletakkan laki-laki pada sisi otoritas. Beberapa sejarah juga mencerminkan

diskriminasi yang dialami oleh perempuan. Kondisi ini terlihat diberbagai

sisi, M. Quraish Shihab dalam Umar (2010:xxiv) memaparkan kondisi

tersebut,

Pada era peradapan Yunani, laki-laki menjadikan perempuan sebagai

alat pemuas nafsu sex. Perempuan dipuja hanya untuk hal tersebut dan

laki-laki diberi keleluasaan untuk memenuhi selera dan kebutuhan itu.

Peradaban Romawi menempatkan ayah dan suami sebagai pemegang

kekuasaan atas perempuan. Sebelum menikah perempuan berada di

bawah kekuasaan ayah dan setelah menikah kekuasaan berada pada

suaminya. Kekuasaan ini mencakup kewenangan menjual, mengusir,

menganiaya, dan membunuh, keadaan ini berlangsung sampai abad V

Masehi. Peradapan Cina dan Hindu beranggapan bahwa hak hidup

seorang perempuan telah berakhir ketika suaminya meninggal,

sehingga pada saat itu juga ia harus dibakar hidup-hidup. Kondisi ini

terjadi sampai abad XVII Masehi. Perempuan dianggap sebagai

Page 18: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

2

pembantu pada pandangan Yahudi. Mereka juga menganggap

perempuan sebagai penyebab diusirnya Adam dari surga serta sebagai

sumber laknat.

Keadaan tersebut telah berlangsung berabat-abad lalu dan kini telah

mengalami pergeseran budaya, kebiasaan lama yang tidak bermoral telah

banyak ditinggalkan. Namun budaya patriarki ini masih dapat dijumpai

dibeberapa Negara. Setiap wilayah memiliki budaya patriarki yang berbeda-

beda, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Budaya patriarki masih dapat

kita jumpai di Indonesia. Patriarki di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti sistem budaya, ekonomi, sosial, dan politik.

Perempuan sering digambarkan sebagai makhluk yang lemah lembut,

penuh dengan kehalusan, seorang yang lamban, dan emosional. Perempuan

juga dianggap sebagi “objek” bagi laki-laki. Keadaan yang telah diterima oleh

masyarakat ini menempatkan laki-laki sebagai “subjek”. Laki-laki memiliki

kekuasaan lebih atas perempuan, sehingga menempatkan perempuan pada

posisi yang pantas untuk ditindas, hilangnya hak untuk berbicara, dan

hilangnya hak untuk mengembangkan diri. Kondisi tersebut juga didasari

oleh ketidakadilan gender, disamping hal-hal yang telah disebutkan di atas.

Ketidakadilan gender mengakibatkan: 1) Terjadinya marjinalisasi terhadap

perempuan, perempuan menjadi pihak yang dipinggirkan. 2) Subordinasi

terhadap wanita, keadaan ini menganggap wanita tidak penting dan

kedudukan wanita berada di bawah laki-laki. 3) Beban kerja yang berlebihan.

4) Streotipe terhadap perempuan. 5) Kekerasan terhadap wanita (TIM PSGK

IAIN SALATIGA, 2012:12).

Page 19: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

3

Namun kita dapat melihat kondisi masyarakat saat ini, banyak

perempuan yang dipandang memiliki kemampuan melebihi laki-laki. Oleh

sebab itu, wacana kesetaraan gender tidak hanya menjadi konsep para

ahli/aktifis pengerak kesetaraan gender. Konsep ini telah menyebar kepada

masyarakat luas. Sementara itu, masih banyak orang yang belum mengetahui

istilah dari “kesetaraan gender”, akibatnya adalah banyak orang yang

memposisikan kesetaraan gender dengan jenis kelamin atau sex.

Peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-

laki dan perempuan di dalam masyarakat merupakan perbedaan yang

dibentuk oleh konsep kultural dan diartikan sebagai gender (Umar, 2010:30).

Pendapat ini menjelaskan bahwa posisi laki-laki dan perempuan dalam

konsep kesetaraan gender bukan terletak pada jenis kelamin melainkan pada

sosial-budaya. Gender menempatkan perbedaan laki-laki dan perempuan pada

kondisi yang dapat dirubah. Sementara itu, sex menempatan laki-laki dan

perempuan pada kondisi sebaliknya, yakni tidak dapat dirubah.

Diskriminasi terhadap perempuan juga terjadi dalam produk budaya,

dimana perempuan mendapat posisi sebagai pihak yang tertindas. Seperti

dalam film, sastra, dongeng, hukum, dan agama. Keadaan yang

menggambarkan ketertindasan perempuan tersebut terjadi dengan

berkelanjuta dan terlihat sudah berjalan dengan wajar. Media massa juga

menempatkan perempuan dalam posisi yang sama, baik media massa

elektronik atau pun cetak.

Page 20: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

4

Media massa yang merupakan produk dari budaya, memberikan peran

sebagai kontrol sosial. Peran media massa sebagai pihak yang dapat

mengontrol atau mengarahkan opini publik, sehingga berdampak pada

kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Oleh sebab itu, apa saja yang

disampaikan oleh media massa akan dianggap sebagai kebenaran yang dapat

menciptakan pola pikir dan mempengaruhi kehidupan sosial dengan cara

mengubah pandangan, sikap dan perilaku keseharian.

Buku juga merupakan bentuk dari media massa, sehingga memiliki

peran yang siknifikan dalam membentuk pola pikir masyarakat. Oleh karena

itu, buku dipandang sebagai bahan referensi dan bahan ajar yang dapat

dipercaya. Buku juga merupakan produk atau bentuk dari wacana.

Sobur (2012:10) mengatakan, sebuah tulisan merupakan sebuah

wacana. Lebih tepatnya tulisan adalah bentuk dari wacana tulis, yang mana

wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk buku, berita koran, artikel,

makalah dan sebagainya (Rani, 2006:26). Oleh sebab itu, novel dapat kita

kategorikan sebagai wacana. Novel sendiri merupkan sebuah karangan yang

berbentuk prosa panjang. Danesi (2010:75) mengatakan, novel adalah sebuah

naratif kisah yang mempresentasikan suatu situasi yang dianggap

mencerminkan kehidupan nyata atau untuk merangsang imajinasi.

Sementara itu wacana merupakan semua tulisan yang teratur, yang

menurut urutan-urutan yang semestinya, dan logis (Sobur, 2012:10). Menurut

J. S. Badudu dalam Eriyanto (2001:2), wacana merupakan kesatuan bahasa

yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan

Page 21: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

5

koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, mempunyai awal

dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan maupun tertulis.

Novel merupakan salah satu produk dari wacana media massa yang

banyak memaparkan suatu masalah atau tema. Politik, percintaan, budaya,

sosial dan agama merupakan tema-tema yang sering diungkapkan dalam

novel. Tema merupakan hal pokok yang harus ada di dalam novel, karena

tema akan menentukan kemana jalan pikiran pembaca.

Pramoedya Ananta Toer menyajikan sebuah novel dengan tema

perempuan. Novel dengan judul Gadis Pantai memaparkan kehidupan

seorang perempuan muda yang lahir dan tumbuh disebuah kampung nelayan

di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Gadis yang dipersunting seorang

priayi Jawa ini menghadapi permasalahan-permasalahan budaya.

Budaya tidak memihak gadis pantai yang merupakan wakil dari rakyat

kecil (wong cilik), sehingga Gadis Pantai mencoba melawan ketidak

berdayaan dan pertentangan-pertentangan stratifikasi sosial yang dialaminya.

Cultural yang sudah terlanjur diterima oleh masyarakat dan dianggap sebagai

hal biasa apabila wong cilik tunduk terhadap priayi. Kehendak priyayi

diartikan sebagai sebuah keharusan yang tidak boleh ditolak.

Novel Gadis Pantai menyajikan konfllik cultural yang dialami oleh

perempuan, sehingga diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai novel

Gadis Pantai. Melalui metode analisis wacana Sarah Mills peneliti tertarik

untuk menelitinya dalam bentuk skripsi dengan judul: Kesetaraan Gender

Page 22: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

6

Dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer (Analisis

Wacana Menggunakan Metode Sarah Mills).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumuasn masalah pada penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana representasi perempuan dalam novel Gadis Pantai?

2. Terdapat dimanakah nilai-nilai kesetaraan dan ketidakadilan gender pada

novel Gadis Pantai?

3. Apa pesan yang ingin disampaikan Pramoedya Ananta Toer melalui

struktur teori analisis wacana metode Sarah Mills dalam novel Gadis

Pantai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan dan untuk

menyajikan informasi yang jelas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengungkap representasi perempuan dalam novel Gadis Pantai.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai kesetaraan dan ketidakadilan gender pada

novel Gadis Pantai.

3. Untuk menjelaskan pesan yang ingin disampaikan Pramoedya Ananta Toer

melalu struktur teori analisis wacana metode Sarah Mills dalam novel

Gadis Pantai.

Page 23: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

7

D. Manfaat Penelitian

Aspek teoritis maupun praktis merupakan manfaat yang hendak

dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini. Manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang menggunakan analisis kualitatif ini diharapkan

mampu berkontribusi dan memperkaya bahan kajian untuk perkembangan

ilmu komunikasi. Study analisis wacana yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam analisis

wacana, terutama dalam analisis wacana metode Sarah Mills.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini tidak lepas dari manfaat praktis. Penelitian ini

merupakan syarat bagi Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dalam meraih gelar Sarjana

(S1). Serta hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran

mengenai kedudukan perempuan dalam novel Gadis Pantai.

E. Penegasan Istilah

Analisis wacana terdiri dari dua kata, yakni “analisis” dan “wacana”.

Kata analisis diambil dari bahasa Yunani, analyein yang bermakna

menyelesaikan atau menguraikan (Siswantoro, 2011:7). Analisis dapat

diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran

melalui cara mengelompokkan atau memberikan makna. Kegiatan ini

didasarkan pada fungsi dan hubungan setiap unsur yang ada. Guna

Page 24: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

8

memeperoleh kebenaran dari suatu hal, menguraikannya menjadi bagian yang

lebih sederhana adalah hal utama.

Berbeda dengan analisis, kata wacana diambil dari bahasa Ingris, yaitu

“discourse”. Sementara itu, kata discourse diserap dari bahasa latin discursus

yang bermakna lari kian-kemari (Sobur, 2012:9). Syamsuddin (2008:4)

menjelaskan, dalam Collins Concise English Dictionary, 1988, wacana

disebut discourse, yang memiliki arti:

Komunikasi verbal, ucapan, pecakapan.Sebuah perlakuan formal dari

subyek dalam ucapan atau tulisan. Sebuah yunit teks yang digunakan

oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat, sedangkan

dalam kamus Longman Dictionary of the English Language, 1984,

menjelaskan antara lain arti wacana: 1) Sebuah percakapan khusus

yang alamiah formal dan pengungkapannya diaturpadaide dalam

ucapan dan tulisan. 2) Pengungkapan dalam sebuah nasihat, risalah,

dan sebagainya; sebuah unit yang dihubungkan ucapan atau tulisan.

Vass (1992) dalam Titscher (2009:42) memandang lebih jauh, dari

segi etimologis yang diadopsi dari bahasa latin tersebut, makawacana

memiliki makna discurrere (mengalir ke sana kemari) dari nominalisasi kata

discursus (“mengalir secara terpisah” yang ditransfer maknanya menjadi

“terlibat dalam sesuatu”, atau “memberi informasi tentang sesuatu”).Wacana

merupakan suatu unit bahasa yang tersusun dari kalimat atau pun sebagai

pembicaraan (diskursus). Syamsuddin (2008:2) berpendapat, wacana adalah

sarana transaksaksi sosial antara sumber dan penerima, dimana keduanya

saling menentukan bentuk, makna dan muatan, serta bentuk lain sesuai

kebutuahan sosilal yang berupa komunikasi lisan, tulis, dan semiotik.

Analisis wacana dapat diartikan sebagai analisis terhadap bahasa yang

digunakan, sehingga analisis wacana tidak dapat dibatasi pada deskripsi

Page 25: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

9

bentuk bahasa yang terikat pada tujuan atau fungsi yang dirancang untuk

menggunakan bentuk tersebut dalam urusan-urusan manusia (Syamsuddin,

2008:2). McCarthy, Zellig Haris mengatakan bahwa perkembang analisis

wacana terjadi pada tahun 60-andan pada awal 70-an (Rani, 2004:10).

Sementara itu menurut Coulthard, analisis wacana berawal dari pemikiran

tentang linguistik konstektual oleh Firth (Rani, 2004:12). Stubbs dalam Rani

(2004:9), menjelaskan bahwa kajian bahasa yang digunakan secara alamiah,

baik lisan maupun tulis merupakan objek penelitian dari analisis wacana.

Oleh sebab itu, kegiatan menganalisis wacana tidak akan lepas dari

menganalisis bahasa. Sementara itu, bahasa adalah penghubung atau alat

dalam berkomunikasi yang dibutuhkan oleh setiap orang. Ketika individu

berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya dilakukan dengan

lisan, melainkan dapat dilakukan melalui tulisan. Bahasa yang memiliki sifat

arbitrer mengakibatkan terjadinya noise dalam penyampaian pesan. Namun

dengan sifatnya itu, bahasa memiliki banyak bentu (beragam).

Keberagaman dalam bahasa dapat kita lihat di Indonesia, setiap daerah

di Indonesia memiliki bahasa daerahnya sendiri. Akibatnya adalah terdapat

beberapa penyebutan untuk sebuah benda yang sama. Keberagam bahasa juga

mengakibatkan lahirnya berbagai dialek, yang biasanya menjadi salah satu

penyebab terjadinya gangguan dalam berkomunikasi. Serta setiap daerah

memiliki anturan-aturan tersendiri dalam penggunaan bahasa mereka.

Walaupun terdapat keberagam bahasa, masyarakat di Indonesia

memiliki satu budaya dalam bertutur kata. Budaya tersebut adalah sopan

Page 26: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

10

santun dalam berkomunikasi pada situasi apa pun. Sebagai contoh:

Masyarakat Jawa, di daerah tersebut sopan santun dalam bercakap-cakap

sangat dijunjung tinggi. Orang Jawa menggunakan istilah ungah ungguh

bahasa, dimana istilah tersebut merupakan aturan dalam berkomunikasi.

Keberagaman bahasa dapat melahirkan keberagaman sastra. Oleh

sebab itu, satra hanya dimiliki pengarangnya. Hal ini dapat diartikan bahwa

sastrawan memiliki gaya bahasa tersendiri dalam penulisan karyanya.

Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam penterjemahan

sastra ke dalam bahasa lain (Samsuri, 1981:25). Sementara itu, baik linguistik

maupun estetik, sastra memiliki sifat kreatif (Pei:1971:255).

Bahasa dan Sastra dapat melahirkan beberapa produk seperti novel,

puisi, dan cerpen. Rampan (2013:278) mengatakan, bahwa sebuah karangan

yang berbentuk prosa panjang dapat disebut sebagai karya sastra dalam

bentuk novel. Novel merupakan sebutan dalam bahasa Inggris yang telah

diadaptasi kedalam bahasa Indonesia. Prancis lebih mengenalnya dengan

sebutan roman, sebutan ini juga digunakan di Belanda. Sebagai karangan

yang berupa prosa panjang, novel atau roman dapat diartikan sebagai karya

yang menguraikan cerita secara panjang dan komplek serta memiliki kisah

fiktif. Kisah yang diceritakan secara panjang dan detail, menjadikannya

sebuah karya yang memiliki tokoh atau pemeran lebih dari satu dan tokoh

utamanya pun dapat terdiri dari beberapa pemeran (Rampan, 2013:278).

Novel yang merupakan sebuah karya sastra, memiliki tema/ide. Tema

sendiri memiliki arti sebagai gagasan utama yang menyusun isi novel, yakni

Page 27: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

11

merupakan sebuah persoalan yang pengarang tampilkan. Persoalan tersebut

dapat menyangkut beberapa aspek kehiduan manusia, baik itu berupa masalah

kemanusiaan, cinta, kasih sayang, kekuasaan, dan sebagainya. Karya ini

mampu menyajikan perkembangan karakter, kondisi sosial, hubungan yang

terjadi anta karakter, serta menyajikan beberapa peristiwa pada masa silam

dengan detail (Dewojati, 2015:4). Memahami sebuah topik dalam novel

memerlukan waktu yang tidak singkat. Oleh sebab itu, novel tidak memiliki

tanggung jawab dalam menyampaikan topiknya secara cepat.

Begitu pula dengan novel karya Pramoedya Ananta Toer yang

berjudul Gadis Pantai. Novel ini sejatinya berbentuk trilogi. Namun dua buku

lanjutannya hilang ditelan keganasan penguasa. Gadis Pantai merupakan

novel pertama dari rangkaian trilogi ini mengisahkan kehidupan gadis belia

yang lahir dan tinggal di kampung nelayan. Seorang perempuan yang belum

dewasa dan cukup umur, harus mengakhiri masa mudanya dengan menerima

pinangan seorang lelaki kaya yang jauh lebih tua darinya. Menjadi istri

seorang priyayi Jawa menjadikannya dipanggil Bendoro Putri oleh orang lain,

baik itu dari tetangga maupun orang tuanya. Pernikan ini hanya

menjadikannya seorang wanita yang berperan sebagai perempuan pemuas

kebutuhan sex suaminya. Keadaan ini akan berlangsung sampai sang suami

menikah dengan perempuan yang sederajat atau sekelas dengannya. Peran

Bendoro Putri tidak hanya sampai disitu, ia harus membantu mengurus

keadaan rumah.

Page 28: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

12

Pernikahan Gadis Pantai telah menaikan derajatnya diantara penduduk

kampung nelayan. Perkawinan yang meberikan prestise kepadanya harus

dibayar denga mahal, ia harus menikmati pernikahan dalam waktu singkat.

Dia harus rela diusir dari rumah Priyayi tersebut, meninggalkan anak

perempuan satu-satunya. Hidup sebatang kara karena menanggung malu

harus dicerakan oleh suaminya. Keadaan ini menjadikannya seorang yang

tidak memiliki pekerjaan, sehingga membuatnya pergi meninggalkan

kampung halaman.

Melalui novelnya ini, Pramoedya mengisahkan kehidupan perempuan

yang kurang beruntung karena budaya patriarki. Perempuan tidak memiki

peran yang dianggap penting dalam kehidupan masyrakat. Tidak adanya

kesetaraan dalam gender inilah yang mengakibatkan kedudukan perempuan

lemah dimata masyarakat. Pelemahan peran perempuan terjadi diberbagai

aspek, seperti dalam politik, pekerjaan, sastra, dll. Ketika isu-isu kesetaraan

gender ditampilkan dalam sebuah sastra/wacana, maka analisis wacana dapat

dijadikan landasan dalam mencari permasalah yang terkandung didalamnya.

Analisis wacana yang menjadikan sastra/wacana sebagai objek

penelitian dapat digunakan berbagai teori, yakni metode Theo Van Leeuwe,

Sarah Mills, Teun A. Van Dijk, dan lain sebagainya. Sementara itu metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis wacana Sarah

Mills. Metode Sarah Mills menitik beratkan pada wacana feminisme, yakni

sebuah analisis mengenai perempuan, dimana perempuan dicerminkan atau

Page 29: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

13

digambarkan dalam sebuah teks yang berupa novel, berita dan dapat

berbentuk gambar maupun foto (Eriyanto, 2001:199).

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul penelitian ini, peneliti terlebih dahulu

melakukan tinjauan pustaka ke perpustakaan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga. Tinjauan pustaka disini berguna sebagai informasi dasar bagi

peneliti untuk menyusun penelitiannya, guna menghindari penulisan yang

sama. Oleh sebab itu, peneliti menyajikan beberapa rujukan.

Elfa Rafika, 2016, skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan

Akidah Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy”.

Rafika melakuakan penelitian terhadap novel Bumi Cinta karya

Habiburrahman El-Shirazy dengan tujuan: 1) Untuk mengetahui bentuk

pendidikan akidah yang terkandung di dalam novel Bumi Cinta. 2) Untuk

mendeskripsikan karakter tokoh yang terdapat dalam novel Bumi Cinta.

Menjadikan novel sebagai objek penelitian, sehingga tergolong menjadi

penelitian kepustakaan (library research). Serta dalam penulisan skripsinya,

Rafika menggunakan content analysis dalam menganalisis data yang

diperoleh. Sehingga penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan, yakni:

(1) Terdapatnya nilai-nilai pendidikan akidah dalam novel Bumi Cinta. Nilai-

nilai tersebut diperlihatkan oleh Ayyas selaku tokoh utama. Sikap Ayyas

dalam meyakini Allah Maha Esa dalam Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-

perbuatan-Nya, wujud-Nya, serta Allah Maha Esa dalam menerima ibadah

dan dalam menerima hajat manusia. Tidak hanya itu, Ayyas juga

Page 30: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

14

mencerminkan sikap kepercayaan dan keyainan terhadap rukun iman. (2)

Terdapat beberapa karakter yang ditampilkan dalam novel Bumi Cinta. Serta

Ayyas yang memiliki sikap taat kepada Allah dan baik hati, Yelena dan Linor

merupakan seorang non muslim yang tidak percaya adanya Tuhan, Devid

seorang toko yang memiliki kepribadian mudah terpengaruh, Anastasia

sebagai seorang doktor yang taat terhada Kristen Ortodok sebagi

keyakinannya.

Nur Latifah, 2017, penelitian dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan

Akhlak Dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye”.

Penelitain yang bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan

akhlak, bagaimana karakter tokoh yang patut diteladani, mendeskripsikan

implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Moga

Bunda Disayang Allah karya Tere Liye. Penelitian yang termasuk dalam

kategori penelitian kepustakaan (library research) ini menggunakan

pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Dengan

melakukan penelitian terhadap novel Moga Bunda disayang Allah, Latifah

memperoleh kesimpulan: 1) Bahwasanya anak-anak berkebutuhan khusus

berhak mendapatkan pendidikan. 2) Novel tersebut juga menampilkan nilai-

nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, seperti percaya kepada

Allah, sabar, jujur, bersyukur, saling berkasih sayang, dan lain sebagainya. 3)

Nilai-nilai tersebut digambarkan melalui tokoh-tokoh dalam novel yang

memiliki karakter ramah, sabar, pekerja keras, penyayang. 4) Pendidikan

Page 31: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

15

Akhlak hendaknya ditanamkan kepada anak-anak sejak dini dengan

menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti.

Rizki Septianingtiyas, 2017, skripsi yang berjudul “Nilai-nilai

Pendidikan Kasih Sayang Dalam Novel Jilbab In Love Karya Asma

Nadia”. Septianingtyas menyusun skripsinya dengan tujuan untuk

mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan kasih sayang, bagaiman karakter

tokok, relevansi nilai-nilai pendidikan kasih sayang dalam novel Jilbab In

Love karya Asma Nadia. Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah

disebutkan, penelitian ini juga menggunakan library research dan deskriptif

analisis (descriptive of analyze research) dalam penyusunannya. Hasil yang

diperoleh Septianingtyas dalam penelitiannya adalah: 1) Nilai-nilai Kasih

sayang yang terdapat dalam novel meliputi kasih sayang terhadap Allah,

orang tua, lingkungan/masyarakat, dan diri sendiri. 2) Sifat dan nilai-nilai

kebaikan ditunjukan oleh Aisyah Putri sebagai tokoh utama, sifat tersebut

meliputi peduli, bijaksana, suka tersenyum, rendah hati. 3) Nilai-nilai kasih

sayang yang diperlihatkan dalam novel relevan dengan keidupan dalam

berbagai kegiatan.

Beberapa penelitian diatas memperlihatkan kesamaan dalam bidang

sumber data penelitian, yakni “novel”. Kesamaan dalam metode yang

digunakan, metode kualitatif. Hal itu juga yang digunakan peneliti dalam

penelitian kali ini, akan tetapi terdapat beberapa perbedaan, diantaranya

adalah dalam fokus penelitiannya. Penelitian kali ini berfokus pada analisis

Page 32: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

16

wacana dengan menerapkan analisis wacana teori Sarah Mills, sehingga hasil

penelitian ini memiliki perbedaaan yang siknifikan dengan penelitian lainnya.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Study kepustakaan merupakan kategori yang dipilih oleh peneliti.

Kategori tersebut merupakan bagian dari jenis penelitian kualitatif.

Menggunakan metode kualitatif dapat memberi hasil penelitian berupa

data deskriptif (Bogdan, 1992:21). Oleh sebab itu, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis (descriptive of

analyze research) dengan cara mengumpulkan data, pengolahan data,

dan analisis data. Peneliti menggunakan analisis wacana Sara Mills

dalam menganalisis datanya. Fokus dari analisis Sarah Mills adalah

analisi teks yang menggambarkan seorang perempuan, sehingga teks

tersebut dipandang sebagai objek penelitian.

Analisis ini juga tidak digunakan untuk mencari data frekuensi,

melainkan untuk menganalisis data yang tampak, sehingga analisis ini

digunakan untuk memahami fakta (Jumroni, 2006:33). Peneliti dalam

penelitian ini berperan sebagai pengumpul data, baik dibantu orang lain

atau pun sendiri.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kata-kata

yang berwujud buku, dokumen, dan lain-lain. Kesemua data yang

digunakan merupakan data tulis. Penelitian ini tidak hanya menggunakan

Page 33: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

17

data tulis yang tercetak, melainkan juga menggunakan data tulis

elektronik.

Keseluruhan data tersebut dipergunakan oleh peneliti untuk

menunjang penelitian ini, namun data primer atau data yang utama dari

penelitian ini adalah buku. Oleh karena itu, data primer merupakan data

yang memiliki kedudukan yang utama dalam penelitian (Yahya,

2010:83). Data primer merupakan data yang didapat dari subjek

penelitian dengan memakai alat ukur atau alat pengambilan data

langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar,

2005: 91).

Sumber data yang digunakan adalah Novel:

Judul : Gadis Pantai.

Karya : Pramoedya Ananta Toer.

Penerbit : Lentera Dipantara, Jakarta.

Tahun Terbit : 2003

3. Teknik Pengumpulan Data

Masalah-masalah yang diungkap dalam penelitian ini memicu

peneliti untuk dapat mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan

tersebut. Data tersebut dipergunakan untuk menganalisis dan mengkaji

permasalahan yang ada. Tahapan yang dilakukan penulis dalam

mengumpukan data adalah: 1) Mengumpulkan data berupa novel Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer dan beberapa data yang berkaitan

Page 34: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

18

degan objek penelitian. 2) Mempelajari dan mengkaji berbagai literatur

yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan proses dalam menyusun urutan data,

menggolongkannya dalam satu pola, kategori dan satu uraian dasar

(Moleong, 2011:103). Peneliti dalam menganalisis data penelitian, telah

memulainya sejak pengumpulan data. Serta dengan mempergunakan

analisi wacana Sarah Mills, peneliti melakukan analisi secara mendalam

dan intensif terhadap novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

Tahapan yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah: 1)

Membaca dan memahami novel Gadis Pantai. 2) Menganalisi kata demi

kata novel Gadis Pantai, sehingga menemukan pesan yang terkandung

didalamnya. 3) Menganalisis novel menggunakan teori Sarah Mills. 4)

Menyimpulkan hasil penelitian.

5. Pengecekan Keabsahan Data

Menggunakan literatur dan referensi dari buku, e-book, internet

yang berkaitan dengan judul penelitian sebagai bahan pengecekan

keabsahan data peneliti.

H. Sistematika Penulisan

Guna mengetahui apa saja yang diuraikan peneliti dalam penelitian

ini, kita dapat mengetahuinya dari sistematika penulisan. Peneliti

menuangkan sistematika penulisan ke dalam tiga kategori. Bagian

awal/pembukaan, bagian isi/inti, dan bagian akhir/penutup merupakan

Page 35: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

19

sistematika dalam penelitian ini. Bagian awal dari penelitian ini memuat

sampul, lembar logo, judul, nota pembimbing, pengesahan kelulusan,

pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak,

daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar.

Bagian isi/inti, peneliti menuangkan kedalam lima bab. Setiap bab

memiliki fokus masing-masing dan saling berhubungan. Bab I merupakan

pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori atau konsep

yang mendukung penelitian. Bab III yang berfokus kepada gambaran umum

novel Gadis Pantai. Kemudia terdapat Bab IV yang menampilkan analisis

dan hasil penelitian. Bab V, penelitian ini memuat kesimpulan dan saran.

Untuk bagian terakhir pada penelitian ini, termuat daftar pustaka, lampiran,

dan riwayat hidup penulis.

Page 36: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis Wacana Kritis

Analisis merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni

analyein yang bermakna menguraikan, menyelesaikan (Siswantoro, 2011:7).

Berbeda dengan kata analisis, kata wacana diambil dari bahasa Inggris

“discourse”. Kata discourse berasal dari “discursus” yang mana kata tersebut

berasal dari bahasa Latin dengan arti lari kian-kemari (Sobur, 2012:9).

Sementara itu wacana merupakan istilah mengenai peristiwa

komunikasi yang mengacu kepada rekaman kebahasaan yang utuh (Cahyono,

1995:227). Pemikiran yang hampir sama dikemukakan oleh Samsuri dalam

Sobur (2012:10), bahwa wacana tersusun atas seperangkat kalimat dimana

maknanya saling terkait dan merupakan hasil dari rekaman kebahasaan yang

utuh tentang peristiwa komunikasi.

Ismail Marahimin dalam Sobur (2012:10), mendefinisikan wacana

sebagai hasil pemikiran dengan bentuk lisan maupun tulisan yang resmi dan

teratur, serta memiliki kemampuan untuk maju sesuai dengan urutan-urutan

yang teratur dan semestinya. Penggunaan kata “wacana” merupakan ide

umum mengenai penataan bahasa dalam pola-pola tertentu sesuai dengan

wilayah kehidupan sosial pengguna bahasa, seperti wacana medis dan wacana

politik (Jorgensen, 2007:1). Hal ini menjelaskan bahwa wacana memiliki arti

Page 37: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

21

yang luas sesuai dengan lingkup dan disiplin ilmu yang mempergunakan

istilah wacana tersebut (Eriyanto, 2001:1).

Menurut Henry Tarigan (1993:23) dalam Sobur (2012:10) bahwa

istilah wacana tidak hanya mengenai percakapan saja, akan tetapi tulisan,

pembicaraan di muka umum, dan sandiwara atau lakon termasuk di

dalamnya. Menurut Teun A. Van Dijk, wacana merupakan sebuah bukti yang

harus diuraikan secara empiris serta sering dilihat sebagai teks dalam konteks

(Titscher, 2009:43). Wacana juga diartikan sebagai komunikasi tulis atau

lisan yang dipandang dari sudut nilai, kepercayaan, dan semua yang masuk

di dalamnya; kepercayaan pada pengertian ini mewakili pandangan dunia;

sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman (Eriyanto, 2001:2).

Menurut Guy Cook dalam Eriyanto (2001:9) ada tiga poin utama

dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana. Teks merupakan

keseluruhan bentuk bahasa, tidak hanya kata-kata yang tercetak di

lembar kertas, akan tetapi meliputi semua jenis ekspresi komunikasi,

perkataan, gambar, efek suara, musik, citra, dan sebagainya. Konteks

merujuk kepada hal-hal di luar teks dan semua kondisi yang dapat

mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan, situasi dimana

teks itu diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya.

Wacana adalah gabungan antara teks dan konteks.

Secara sederhana, wacana mengacu kepada study kebahasaan baik melalui

verbal maupun non verbal.

Setelah menguraikan secara terpisah mengenai analisis dan wacana,

kita dapat mendefinisikan discourse analysis secara untuh. Apabila “analisis”

memiliki arti sebagai kegiatan untuk menguak kebenaran dan “wacana”

merupakan study tentang kebahasaan.

Analisis wacana (discourse analysis) kajian tetang bagaimana

penggunaan bahasa, memahami apa yang penulis tulis didalam buku-

Page 38: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

22

buku, memahami apa yang diutarakan penyapa secara lisan dalam

percakapan, atau mengenal wacana yang koheren dan yang tidak

koheren, dan berhasil berperan percakapan (Cahyono, 1995:227).

Study mengenai analisis wacana mulai berkembang pada tahun 60-an dan

awal 70-an, pendapat ini dikemukakan oleh Zellig Haris (Rani, 2004:10).

Sementara itu, menurut Coulthard, study ini berawal dari sebuah ide dari Firth

mengenai linguistik konstektual (Rani, 2004:12). Seiring waktu analisis

wacana mulai berkembng, Stubbs dalam Rani (2004:9), menjelaskan bahwa

analisis wacana adalah suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa

dalam bentuk lisan maupun tulisan yang digunakan secara alamiah.

Pada pembahasan awal telah dikemukakan bahwa wacana tidak hanya

berhubungan dengan teks semata, wacana juga berhubungan dengan konteks.

Analisis wacana kritis juga menjelaskan kembali masalah itu. Critical

Discourse Analysis/CDA (analisis wacana kritis) mengkaji bahasa tidak hanya

pada aspek kebahasaan saja, melainkan bahasa dikaji dengan

menggabungkannya dengan konteks. Konteks pada wacana memiliki arti

sebagai penggunaan bahasa untuk tujuan dan praktik tertentu. Bahasa dalam

analisis wacana kritis dipandang sebagai faktor penting, karena ketimpangan

kekuasaan di masyarakat dapat dilihat melalui bahasa (Eriyanto, 2001:7).

Menurut Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto (2001:7) mengatakan

analisis wacana kritis melihat wacana sebagai wujud dari praktek sosial. Oleh

sebab itu, dalam produksi wacana dapat memiliki efek ideologis, yakni

terjadinya ketidak imbangan antara kelas-kelas sosial, kelompok mayoritas

dan minoritas, laki-laki dan perempuan. Mempergunakan analisis wacana

Page 39: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

23

kritis dapat membantu kita dapat menyelidiki pertarungan kelompok sosial

dalam mempergunakan bahasa sebagai media untuk menyampaikan

pendapatnya mengenai ketimpangan sosial. Berikut ini karakteristik dalam

analisis wacana kritis:

1. Tindakan: Wacana merupakan bentuk interaksi, bukan hanya ditempatkan

dalam ruang tertutup dan internal. Orang menulis bukan untuk pribadi,

melainkan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Wacana

dalam konsep ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah

untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi dan

sebagainya. Tidak hanya sebagai tujuan, wacana juga dapat dipandang

sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu

yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.

2. Konteks: Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana,

seperti latar, situasi, pristiwa, dan kondisi. Wacana disini dipandang,

diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Analisis

wacana juga mengkaji konteks dari komunikasi: siapa yang

mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa, dalam jenis khalayak dan

situasi apa, melalui medium apa, bagaimana perbedaan tipe dari

perkembangan komunikasi, dan hubungan untuk masing-masing pihak.

Serta tidak semua konteks dapat dimasukkan ke dalam analisis wacana,

hanya yang berpengaruh dan relevan terhadap produksi analisis wacana.

Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana. Jenis

kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama. Kedua, setting

Page 40: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

24

sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau

lingkungan fisik.

3. Historis: Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti

wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti

tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting

untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam

konteks historis tertentu.

4. Kekuasaan: Setiap wacana yang muncul dalam bntuk teks, percakapan,

atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan

netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan.

5. Ideologi: Teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi

atau pencerminan dari ideologi tertentu (Eriyanto, 2001:8-13).

B. Analisis Wacana Model Sarah Mills

Sarah Mills merupakan salah satu penulis teori analisis wacana. Pada

saat menganalisis wacana, Sarah Mills lebih tetarik terhadap analisis wacana

mengenai feminisme. Oleh karena itu, banyak orang mengartikan analisis

wacana yang dilakukannya sebagai perspektif feminis. Pandangan ini, wacana

dianggap dapat memperlihatkan atau menampilkan perempuan di dalam

sebuah teks. Wanita cenderung diperlihatkan sebagai pihak termarjinalkan

dan salah dibanding laki-laki (Eriyanto, 2001:199).

Analisis Sarah Mills memposisikan representasi sebagai bagian utama

dari analisisnya. Hal ini berkaitan dengan pemaknaan seseorang mengenai

suatu berita yang menampilkan peristiwa, orang, gagasan, atau kelompok

Page 41: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

25

tertentu. Oleh karena itu, Mills dalam analisis yang dilakukannya lebih

menekankan pada bagaimana posisi berbagai aktor sosial, peristiwa, atau

gagasan ditampilkan dalam teks, sedangkan critical linguistic lebih

berkonsentrasi kepada struktur kata, kalimat, atau kebahasaan (Eriyanto,

2001:200).

Gagasan Mills mengenai analisis wacana dapat diuraikan dengan

melihat penggambaran posisi aktor disebuah teks. Posisi aktor di dalam teks

berkaitan erat dengan objek dan subjek. Kedua posisi tersebut berkaitan

dengan siapa yang diceritakan dan siapa yang menceritakan. Seseorang yang

menempati posisi objek atau subjek penceritaan pada sebuah wacana dapat

mempengaruhi strutur dan makna sebuah teks. Hal ini terjadi karena adanya

sudut pandang yang berbeda dari setiap orang. Tidak hanya itu, pembaca

dalam analisis ini mendapat perhatian tersendiri. Pembaca akan diposisikan

sebagai salah satu aktor di dalam teks, lebih tepatnya diposisikan sebagai

objek atau subjek. Pembaca juga mengidentifikasi sebuah wacana sesuai

dengan posisi dimana mereka ditempatkan, sebagai objek yang diceritakan

atau subjek pencerita.

Teori Mills mengenai posisi pembaca banyak dipengaruhi oleh

gagasan Louise Althusser tentang ideologi. Ada dua gagasan Althusser yang

dipakai oleh Sarah Mills, yaitu:

Pertama, gagasan Althusser mengenai interpelasi yang berhubungan

dengan pembentukan subjek ideologi pada masyarakat. Dasar dari

pendapat ini adalah aparatus ideologis (ideological state apparatus),

yakni organ yang secara tidak langsung membuat kondisi-kondisi

produksi dalam masyarakat. Melalui gagasan tersebut individu

diposisikan sebagai subjek, yakni individu di dalam masyarakat

Page 42: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

26

memiliki posisi tersendri. Kita menempati dua posisi, yakni sebagai

subjek individu dan subjek negara/kekuasaan. Keseluruhan kondisi

makna yang ada di masyarakat dapat mempengaruhipengakuan dan

subjek posisi kita. Gagasan Althusser yang kedua berkaitan dengan

kesadaran. Penerimaan individu mengenai posisinya diterima dengan

kesadaran, yakni orang-orang menerima posisinya sebagai sebuah

kebenaran dan sebuah kenyataan (Eriyanto, 2001:206-207).

Secara umum analisis ini memperhatikan bentuk pensubjekan seseorang. Satu

pihak dipandang sebagai penafsir sementara yang lain dipandang sebagai

objek yang ditafsirkan. Berikut ini adalah kerangka analisis wacana/diskursus

dari Sara Mills:

Tabel 2.1

Kerangka ananalisis wacana Sarah Mills (Eriyanto, 2001:221).

Tingkat Yang Ingin Dilihat

Posisi

Subjek-Objek

Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa

itu dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai pencerita (subjek)

dan siapa yang menjadi objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai

kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasannya

ataukah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh kelompok/orang lain.

Posisi Pembaca

Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks.

Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam teks yang

ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasikan dirinya.

C. Komunikasi Massa

Istilah komunikasi tidak asing lagi ditelinga kita. Komunikasi

merupakan sebuah aktifitas, sehingga tidak akan lepas dari kehidupan

manusia. Namun masih banyak yang belum memahami makna dari istilah

tersebut. Komunikasi sejatinya berasal dari communicatio yang merupakan

bahasa Latin. Communicatio sendiri tersusun atas dua kata, “com” dan

“unio”, Com/cum memiliki arti “dengan”, sedangkan unio/union bermakna

Page 43: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

27

“bersatu dengan” (Liliweri, 2007:3). Oleh karena itu, komunikasi merupkan

proses penggabungan atau bersatunya suatu tindakan, hal ini lebih jauh dapat

diartikan sebagai bergabungnya seorang komunikator dengan kominikan

dalam proses pertukaran informasi. Azriel Winnett dalam Liliweri (2007:4),

menegaskan bahwa komunikasi adalah semua tindakan/interaksi manusia

yang memiliki sifat human relationships dengan diikuti oleh peralihan

sejumlah fakta.

Communication is any process in which people share information,

ideals, and feelings, it involves not only the spoken and written word

but also body language, personal mannerisms, and style-anything that

adds meaning to a message (Komunikasi adalah proses orang berbagi

informasi, ide, dan perasaan, hal tersebut tidak hanya melibatkan

perkataan dan ditulisan, tetapi juga melibatkan bahasa tubuh, tingkah

laku/perangai, dan gaya-sesuatu itu dapat menambah makna pesan)

(Hybels, 2007:8).

Baran (2009:4) berpendapat, Communication is the trasmission of a message

from a source to a receiver, yakni komunikasi adalah pengiriman pesan dari

sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan).

Terdapat berbagai jenis komunikasi, salah satu dari jenis komunikasi

adalah komunikasi massa. Komunikasi ini diartikan sebagai: 1) Suatu proses

untuk menghasilkan dan mensosialisasikan atau institusionalisasi

(difusi/membagi) informasi kepada penerima/sasaran dari sebuah sumber. 2)

Komunikasi ini bersifat satu arah. 3) Komunikasi yang dalam penyebaran

pesannya bertujuan untuk mempengaruhi audiens secara luas dilakukan oleh

komunikator dengan mempergunakan teknologi pembagi. 4) Komunikator

dan komunikan yang berjumlah masal, bertempat tinggal jauh, heterogen,

dihubungkan dengan suatu media/saluran (Liliweri, 2011:874).

Page 44: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

28

Pada definisi diatas telah dikemukakan, bahwasanya komunikasi

massa dalam penyampaian pesannya mempergunakan media/saluran. Alat

yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dapat berbentuk media massa

elektronik atau cetak. Beberapa jenis/bentuk dari suatu media yang dapat

dijadikan saluran dalam komunikasi massa dapat kita lihat dalam definisi

yang disampaikan oleh Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble. Mereka

berdua berpendapat, bahwa komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai

komunikasi massa apabila mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan

modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat

kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui

media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau

gabungan diantara media tersebut. 2) Komunikator dalam komunikasi

massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba

berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau

mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi

massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang

lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu

sama lain. 3) Pesan adalah milik publik. Artinya, bahwa pesan ini bisa

didapatkan dan diterima oleh banyak orang. 4) Sebagai sumber,

komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan,

ikatan, atau perkumpulan. 5) Komunikasi massa dikontrol oleh

gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan

atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga

tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. 6) Umpan balik dalam

komunikasi massa sifatnya tertunda (Nurudin, 2013:8-9).

Sebelum lebih jauh menyinggung tentang media dalam komunikasi

massa, alangkah lebih baik jika kita mengetahui lebih dalam mengenai jenis

komunikasi ini. Apabila kita ingin lebih mengetahui komunikasi massa, kita

dapat membandingkan komunikasi massa dengan interpersonal komunikasi.

Alaxis S. Tan dalam Nurudin (2013:9) mengatakan, kita bisa mengetahui

kominikasi massa apabila kita dapat membedakan komunikasi massa dengan

Page 45: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

29

komunikasi interpersonal. Oleh karena itu, tidak ada salahnya apabila kita

sedikit menyinggung komunikasi interpersonal.

Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi interpersonal

sebagai komunikasi yang dilakukan secara tatap muka (komunikasi

diadik) oleh dua orang. Serta kominikasi interpersonal memiliki sifat:

1) Spontan dan informal. 2) Saling menerima feedback dengan

maksimal. 3) Partisipan berperan fleksibel (Aw, 2011:3).

Tabel 2.2

Elements of interpersonal communication and mass communication compared

(Baran, 2009:8)

No Interpersonal Communication Mass Communication

Nature Nature

1 Message Highly flexible and alterable

Identical, mechanically

produced, simultaneously sent

Inflexible, unalterable

2 Interpreter

A One persone

A large, hierarchically

structured organization

3 Interpreter

B

One or few people, usually in

direct contact with you and to a

greater or lesser degree, known to you

A large, heterogeneous

audience known to

interpreter (A) only in the

most rudimentary way, little more than basic

demographics

4 Feedback Immediate and direct yes or no

response Delayed and inferential

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang mempergunakan

media/saluran dalam penyampaian pesannya. Serta komunikan dalam

komunikasi massa bersifat luas dan heterogen. Namun media yang digunakan

Page 46: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

30

oleh komunikasi massa bersifat modern. Saluran dalam komunikasi massa

merupakan hasil dari teknologi modern (Nurudin, 2013:4). Media di sini

dapat berupa media elektroni (televisi, radio), media cetak (koran, majalah),

buku, film. Tidak hanya bersifat modern, media massa dalam komunikasi

massa juga bersifat melembaga, satu arah, memakai peralatan teknis, terbuka,

meluas dan serempak (Cangara, 2014:140-141). Oleh karena itu, massa dalam

arti komunikasi massa lebih mengacu kepada penerima pesan melalui media

massa. Massa pada komunikasi ini adalah khalayak, audience, penonton,

pemirsa, atau pembaca (Nurudin, 2013:4). Media massa pada komunikasi

massa mengacu kepada alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan

pesan secara serempak, berdampak luas dan heterogen.

Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble tidak hanya memberikan

syarat kepada komunikasi agar komunikasi dapat digolongkan sebagai mass

communication. Mereka juga menjelaskan bagaimana proses terjadinya

komunikasi massa, tahapannya dimulai dari sumber pesan. Masage kemudian

mengalir kepada audience, akan tetapai sebelum sampai ke audience pesan

akan diedit oleh penapis pesan dan disebarkan melalui media massa. Namun

dalam proses penerimaan pesan tersebut audience dapat dipengaruhi oleh

berbagai gangguan. Kemudian audience dapat memberikan umpan balik

melalu berbagai macam saluran.

Page 47: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

31

Gambar 2.1

Komunikasi massa model Gamble dan Gamble (Nurudin, 2013:149).

Untuk mempermudah memahami komunikasi massa maka Schramm

menggambarkanya sebagai berikut:

Gambar 2.2

Model komunikasi massa Schramm (Baran, 2009:7).

Black dan Whitney membagi proses komunikasi massa menjadi empat

wilayah, yakni sumber, pesan, umpan balik, dan audience.

Page 48: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

32

Gambar 2.3

Komunikasi massa model Black dan Whitney (Nurudin, 2013:155).

Berbicara mengenai komunikasi massa, tidak akan lepas dari fungsi

media massa. Pada saat kita membicarakan mengenai fungsi komunikasi

massa, kita sekaligus membicarakan fungsi media massa. Hal ini dikarenakan

komuniksai massa berarti komunikasi lewat media massa. Sebab, tidak ada

komunikasi massa tanpa media massa.

Menurut Black dan Whitney dalam Nurudin (2013:64) komunikasi

massa mempunyai fungsi: 1) to inform (menginformasikan), 2) to entertain

(memberi hiburan), 3) to persuade (membujuk), 4) transmission of the culture

(transmisi budaya). Sementara itu Alexis S. Tan membagi fungsi komunikasi

dalam empat hal.

Page 49: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

33

Tabel 2.3

Fungsi komunikasi massa Tan (Nurudin, 2013:65)

No.

Tujuan

Komunikator

(Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan diri pada sistem:

pemuasan kebutuhan)

1 Memberi informasi Mempelajari peluang dan ancaman, memahami lingkungan, menguji

kenyataan, meraih keputusan.

2 Mendidik

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna

memfungsikan dirinya secara efektif

dalam masyarakatnya, mempelajari

nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

3 Mempersuasi

Memberi keputusan, mengadopsi nilai,

tingkah laku, dan aturan yang cocok

agar diterima dalam masyarakatnya.

4

Menyenangkan,

memuaskan

kebutuhan komunikan

Mengembirakan, mengendorkan urat

saraf, menghibur, dan mengalihkan

perhatian dari masalah yang dihadapi.

Beberapa pendapat mengenai fungsi komunikasi massa di atas dapat

disimpulkan bahwa fungsi komunikasi massa adalah sebagia pemberi

informasi, pendidikan, dan menghibur. Media juga sebagain penyedia

pelajaran tentang kesadaran identitas dan budaya yang masig dinegosiasi

(Yusuf, 2016:30).

Setelah membicarakan fungsi dari media massa, tidak ada salahnya

kalau kita mengetahui efek atau dampak yang dapat ditimbulkan oleh media

massa. Sebab komunikasi massa dapat menimbulkan dampak yang siknifikan

pada audience. Efek yang dapat ditimbulkan oleh komunikasi massa bisa

berwujud: efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan), dan

behavioral (perubahan pada perilaku) (Nurudin, 2013:228). Komunikasi

Page 50: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

34

massa juga dapat mempengaruhi pengalaman budaya seseorang (Yusuf,

2016:30).

Besarnya efek yang dialami oleh audience dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yakni faktor individu dan faktor sosial. Faktor individu

meliputi selective attention, selective perception, selective retention, motivasi,

pengetahuan, kepercayaan, pendapat, kebutuhan, nilai, pembujukan,

kepribadian dan penyesuaian diri.

Gambar 2.4

Faktor individu (Nurudin, 2013:229).

Gambar 2.5

Faktor sosial (Nurudin, 2013:234)

Source

selective attention, selective

perception, selective retention

Motivation and

learning

Beliefs, opinions,

needs, values

Persuability

Personality and

adjustment

Source

Umur dan jenis kelamin

Pendidikan dan Latihan

Pekerjaan dan PendapatanAgama

Tempat tinggal

Page 51: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

35

D. Gender

Masyarakat telah berkembang sesuai dengan jaman, begitu pula

pemahaman akan makna gender. Namun masih banyak masyrakat yang

menganggap gender serupa dengan sex, pada dasarnya kedua intilah tersebut

memiliki pengertian yang berbeda. Gender pada dasarnya digunakan untuk

mengidentifikasi laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya (Umar,

2010:31). Sedangkan sex digunakan untuk mengetahui perbedaan laki-laki

dan perempuan dari segi biologis.

Study mengenai sex lebih menekankan kepada analisis biologis

manusia. Analisis tersebut diantaranya adalah mengkaji sistem reproduksi,

hormon, anatomi manusia, dll. Sedangkan gender lebih melihat perbedaan

antara laki-laki dan perempuan melalui sosial, budaya, dan aspek non biologis

lainnya. Gender dan sex jelas memiliki perbedaan dalam memandang

manusia. Gender dapat berubah sesuai dengan kondisi tempat dan waktu,

sedangkan sex digunakan untuk mengartikan aktivitas seksual yang tidak

mungkin berubah.

Oleh sebab itu, ketika seorang anak dilahirkan maka mereka telah

memiliki beban gender dari masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh

pengidentifikasian masyarakat terhadap sistem reproduksi yang dibawa anak

tersebut. Beban ini terus berkembang di masyarakat dan setiap daerah

memiliki beban gender yang berbeda-beda.

Page 52: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

36

Gambar 2.6

Perbedaan sex dan gender (TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:10)

Oleh karena itu, pemahaman sex (jenis kelamin) dan gender harus

dipertegas, sehingga masyarakat dapat membedakan sex sebagai kodrat dan

gender sebagai kontruksi sosial. Pemahama tentang sex dan gender yang tepat

dapat melahirkan keadilan gender (kesetaraan gender). Pada dasarnya

kesetaran (keadilan) gender tidak menempatkan laki-laki dan perempuan

sama/sejajar dalam segala hal, namun yang dimaksud adalah pemberian akses

dan kesempata yang sama pada keduanya tanpa memandang jenis kelamin

(TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:26).

Kurangnya pemahaman gender di masyarakat dan menganggap geder

sama dengan sex dapat menimbulkan ketidakadilan gender. Masalah-masalah

yang dapat ditimbulkan dari ketidakadilan gender dapat berupa: 1)

Marginalisasi terhadap perempuan, perempuan menjadi pihak yang

dipinggirkan. 2) Subordinasi terhadap wanita, keadaan ini menganggap

wanita tidak penting dan kedudukan wanita berada di bawah laki-laki. 3)

SEX

•Ciptaan Tuhan

•Bersifat kodrat

•Tidak dapat berubah dan ditukar

•Berlaku sepanjang jaman dan dimana saja

GENDER

•"Buatan" manusia

•Tidak bersifat kodrat

•Dapat berubah dan dapat ditukar

•Tergantung waktu dan budaya setempat

Page 53: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

37

Beban kerja yang berlebihan. 4) Streotipe terhadap perempuan. 5) Kekerasan

terhadap wanita baik secara fisik maupun mental psikologis (TIM PSGK

IAIN SALATIGA, 2012:12).

Berkenaan dengan study tentang gender, terdapat beberapa teori yang

menjelaskan perbedaan peran laki-laki dan perempuan. Seperti teori

psikoanalisis, teori fungsionalis struktural, teori konflik, teori feminis:

1. Teori Psikoanalisis/Identifikasi

Pelopor dari teori ini adalah Sigmund Freud (1856-1939) yang

menyatakan bahwa perkembangan seksualitas pada laki-laki dan

perempuan menentukan perilaku dan kepribadiannya (Umar, 2010:41).

Sementara itu, kepribadian manusia terdiri dari tiga struktur id, ego, dan

superego. Id merupakan bawaan sejak lahir, ia bekerja diluar sistem

rasional dan bekerja dengan prinsip kesenangan untuk memberikan

kepuasan/kenikmatan. Ego berkembang sejak awal kelahiran bayi dengan

menggunakan prinsip realitas. Kepribadian ini berperan dalam berpikir,

mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan mengendalikan

tindakan. Superego merupakan aspek moral yang berkembang pada masa

kanak-kanak. Tahap ini merupakan wujud dari nilai benar dan salah yang

ada di masyarakat. Suatu nilai yang mempengaruhi individu karena

dicontohkan dan diajarkan oleh orang tua serta guru.

Perkembangan kepribadian tersebut dipengaruhi oleh

perkembangan seksualitas. Pada teori Freud dikemukakan lima tahap

yang disebut dengan “lima tahap psikoseksual” (Umar, 2010:42).

Page 54: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

38

Pertama, oral stage yakni kenikmatan berada pada mulut, tahap ini

dialami oleh bayi. Kedua, anal stage dimana kenikmatan terletak di

daerah anus. Ketiga, phallic stage merupakan tahapan dimana seorang

anak mulai mengidentifikasi genital/alat kelamin. Keempat, talency stage

yaitu penekana/penahanan gairah seksual anak sampai tahap pubertas.

Kelima, genital stage yakni tahap pubertas anak yang ditandai dengan

kematangan seksualitas.

Pedipal conflict akan tibul ketika anak berada pada tahap phallic.

Konflik ini merupaka ketertarikan seksual seorang anak kepada orang tua

yang memiliki jenis kelamin berbeda. Anak laki-laki akan tertarik kepada

ibu dan sebaliknya, seorang anak perempuan akan tertarik kepada

ayahnya. Kondisi ini berakibat kepada pengidentifikasian seorang anak

terhadap orang tua yang memiliki jenis kelamin sejenis. Proses dimana

seorang anak menginginkan menjadi pribadi lain dengan meniru perilaku,

mengadopsi keyakinan, dan nilai-nilai yang sama. Oleh sebab itu, dapat

tercipa identitas gender, yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Teori Fungsionalis Struktural

Masyarakat yang tersusun atas beberapa elemen dan saling

mempengaruhi satu sama lain merupakan hal yang menjadi landasan dari

teori ini. Oleh karena itu, terciptalah pembagian peran secara seksual.

Menurut Talcott Parsons dan Robert Bales, dari hubungan laki-laki dan

perempuan akan melahirkan keharmonisan bukan persaingan (Umar,

2010:46). Ketika hubungan ini ternodai atau terjadinya penyimpangan,

Page 55: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

39

sehingga melahirkan tumpang tindih antara keduanya, akibatnya sistem

keutuhan akan mengalami ketidak seimbangan. Sementara itu,

keseimbangan hanya akan tercapai apabila laki-laki dan perempuan

berjalan pada posisnya sesuai dengan seksualitas.

3. Teori Konflik

Teori konflik sering dihubungkan dengan faktor ekonomi. Hal ini

dikarenakan ekonomi dapat melahirkan ketidak adilan. Friedrich Engels

menjelaskan bahwa berbedaan biologis pada laki-laki dan perempuan

tidak melahirkan perbedaan dan ketimpangan gender, akan tetapi

ketimpangan dilahirkan dari penindasan yang dilakukan oleh kelas yang

berkuasa dalam hubungan produksi yang diterapkan dalam keluarga

(Umar, 2010:54). Ketimpangan gender tidak terlahir dari faktor biologis,

melainka terlahir dari konstruksi masyarakat (Umar, 2010:55). Pada

konsep ini hubungan suami isteri tidak ubahnya seperti, hamba dan tuan,

pemeras dan diperas, proletar dan borjuis (Umar, 2010:54).

Konsep tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat, yakni

kekuasaan berada pada laki-laki dan mereka mendominasi produksi.

Seorang laki-laki memperoleh peran dalam memproduksi barang-barang

konsumsi, dan perempuan berada pada kondisi pengguna. Hal ini

mengakibatkan posisi perempuan dipandang sebagai bagian dari harta.

Akibatnya adalah terjadinya penindasan terhadap perempuan. Teori ini

juga menekankan pada pembagian ekonomi yang tidak adil sehingga

Page 56: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

40

melahirkan konflik dan perubahan sosial, akibatnya terjadi subordinasi

perempuan dan tumbuhnya hak milik pribadi (Umar, 2010:63).

E. Feminisme

Teori feminisme merupakan sebuah teori yang sering menjadi dasar

pemikiran tetang kesetaraan gender, alangkah baiknya jika mengetahu teori

feminisme lebih dalam. Feminisme merupakan sebuah kata yang berasal dari

bahasa latin femina atau perempuan (TIM PSGK STAIN SALATIGA,

2012:214). Gerakan feminisme ini didasari oleh ketimpangan antara

perempuan dan laki-laki di masyarakat. Menurut Bashin dan Khan dalam

Muslikhati (2004:17) mengatakan bahwasanya sulit untuk memberikan

definisi feminisme yang dapat diterima oleh atau diterapkan kepada semua

feminis disemua tempat dan waktu, karena definisi feminisme berubah-ubah

sesuai dengan perbedaan realitas sosio-kultural yang melatarbelakangi

kelahirannya serta perbedaan tingkat kesadaran, persepsi, serta tindakan yang

dilakukan feminis itu sendiri.

Menurut Lerner mendefinisikan istilah feminisme adalah sebuah

doktrin yang menyokong hak-hak sosial dan politik yang setara bagi

perempuan; menyusun suatu deklarasi perempuan sebagai sebuah

kelompok dan sejumlah teori yang telah diciptakan oleh perempuan;

kepercayaan tentang perlunya perubahan sosial yang luas yang

berfungsi untuk meningkatkan daya perempuan. Lerner juga

menyatakan bahwa feminisme dapat mencakup baik gerakan hak-hak

perempuan maupun emansipasi perempuan (TIM PSGK STAIN

SALATIGA, 2012:215).

Melalui gerakan feminisme, kaum wanita menolak segala sesuatu yang

mendiskriminasikan dan merendahkan. Baik dalam bidang politik, sosial, dan

Page 57: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

41

ekonomi. Gerakan ini muncul dalam berbagai klasifikasi yang dapat kita lihat

pada gambar berikut:

Gambar 2.7

Klasifikasi teori feminisme (TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:223).

1. Feminisme Liberal

Teori ini berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan

perempuan. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang

sama. Feminisme liberal melandaskan ide fundamentalnya pada pemikiran

bahwa manusia bersifat otonomi dan diarahkan oleh penalaran yang

menjadikan manusia mengerti akan prinsip-prinsip moralitas dan

kebebasan individu (TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:225). Oleh

sebab itu, tidak ada suatu kelompok jenis kelamin yang lebih menonjol.

Sumber masalah yang sering dialami oleh perempuan timbul karena

adanya hambatan dari budaya atau adat dan hukum yang menghalangi

perempuan untuk tampil di publik. Perempuan dalam feminisme liberal

memperjuangkan perlakuan yang sepenuhnya sama dengan laki-laki,

pendidikan, hak suara, kesamaan dalam hukum, bekerja dalam sistem yang

Feminisme

Gelombang Awal

1. Feminsme Liberal

2. Feminisme Radikal

3.Feminisme Marxis/Sosialis

Gelombang Kedua

1. Feminisme Eksistensial

2. Feminisme Gynosentris

Gelombang Ketiga

1. Feminisme Post Modern

2. Feminisme Multikultural

3. Feminisme Global

4. Feminisme ekofeminisme

Page 58: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

42

telah ada, serta bekerja sama dengan laki-laki. Inti dari ajaran feminisme

meliputi: a) Memfokuskan pada perlakuan yang sama terhadap wanita. b)

Memperluas kesempatan dalam pendidikan. c) Kesetaraan politik antara

laki-laki dan perempuan.

2. Feminisme Radikal

Teori ini lebih memfokuskan pada keberadaan institusi keluarga dan

sistem patriarki. Keluarga dianggap sebagai institusi yang melegalkan laki-

laki sebagai pihak yang berkuasa. Lembaga perkawinan adalah lembaga

formalisasi untuk menindas perempuan, sehingga tugas utama feminis

radikal adalah untuk menolak institusi keluarga (Muslikhati, 2004:35).

Bagi feminisme radikal, dasar penindasan terhadap permpuan adalah

dominasi laki-laki (patriarki), dimana penguasaan fisik perempuan oleh

laki-laki merupakan bentuk dasar penindasan. Berdasarkan hal tersebut,

feminisme radikal berpandangan bahwa perempuan berhak untuk

memutuskan segala sesuatu yang bekaitan dengan tubuh mereka. Tidak

hanya itu, feminisme radikal menganggap bahwa patriarki yang

menjadikan laki-laki lebih dominan dari pada perempuan mengakibatkan

kekerasan terhadap perempuan, pemerkosaan, kekerasan dalam rumah

tangga, pornografi, pelecehan seksual, menjadi terlihat alami dan layak.

3. Feminisme Marxis/Sosialis

Teori Marxis/Sosialis bersumber pada penindasan perempuan yang berasal

dari eksploitasi kelas. Perbedaan kelas dapat menimbulkan ketimpangan

Page 59: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

43

antara laki-laki dan perempuan. Feminisme Marxis berpendapat bahwa

sistem kelas bertanggung jawab terhadap diskriminasi fungsi dan status.

4. Feminisme Eksistensial

Feminisme eksistensial merupakan pergerakan yang bertujuaan untuk

menyadarkan perempuan untuk dapat menentukan jati diri mereka. Teori

ini menganggap penindasan yang terjadi terhadap perempuan diakibatkan

oleh beban reproduksinya, sehinnga perempuan tidak memiliki

kesempatan untuk menawar kedudukannya. Akibatnya adalah perempuan

sulit mengembangkan eksistensi diri. Eksistensi perempuan menjadi

terkekang dan hilang karena dibatasi oleh laki-laki.

5. Feminisme Gynosentris

Feminisme gynosentris yaitu feminisme yang memandang ketertindasan

perempuan dari perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, yang

menyebabkan perempuan lebih inferior dibandingkan laki-laki. Teori ini

beranggapan bahwa perempuan harus kuat dan menumbuhkan

pengetahuan sehinggaakan membekali mereka untuk melawan control

patriarkhial, baik secara fisik maupun kejiwaan.

6. Feminisme Post Modern

Feminisme post modern pada dasarnya sama dengan teori feminisme yang

lain, yakni perempuan merupakan kelompok yang termarjinalkan. Teori

post modern berfokus pada teks yang mana realitas dipandang sebagai

text/intertextual baik berupa lisan, tulisan, maupun imaji (gambar).

Dominasi laki-laki dan cara berpikirnya dihasilkan oleh bahasa. Mereka

Page 60: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

44

beranggapan bahwa setiap masyarakat diatur oleh serangkaian tanda,

peranan, dan ritual. Marjinalisasi terhadap perempuan terjadi karena

budaya yang dibangun oleh bahasa laki-laki.

7. Feminisme Multikultural

Feminisme multikultural melihat ketertindasan perempuan sebagai satu

definisi dan tidak melihat ketertindasan terjadi di kelas dan ras, preferensi

sosial, umur, agama, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

8. Feminisme Global

Feminisme global menekankan ketertindasan dalam konteks perdebatan

antara feminisme di dunia yang sudah maju dan di dunia yang sedang

bekembang.

9. Feminisme Ekofeminisme

Teori ekofeminisme merupakan teori yang berupaya untuk menjelaskan

hubungan antara perempuan dan alam. Munculnya teori ini karena ketidak

puasan akan arah perkembangan ekologi dunia yang semakin bobrok.

Menurut teori ini, apa yang terjadi setelah perempuan memasuki dunia

maskulin yang didominasi oleh laki-laki adalah tidak menonjolnya lagi

feminisnya. Akibat yang timbul adalah terjadi adalah male clone (tiruan

laki-laki). Memudarnya kualitas feminisme (cinta, pengasuhan, dan

pemeliharaan) dalam masyarakat adalah rusaknya alam, menurunya

solidaritas sosial, dan semakin banyaknya perempuan yang menelantarkan

anak-anaknya.

Page 61: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

45

BAB III

GAMBARAN UMUM NOVEL GADIS PANTAI

A. Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Anan Toer merupakan seorang sastrawan kelahiran Blora,

Jawa Tengah pada 6 Pebruari 1925 (Muhibbuddin, 2015:1). Beliau

merupakan anak pertama dari Sembilan bersaudara. Ayahnya bernama M.

Toer (Mastoer), sedangkan ibunya bernama Saidah (Hun, 2011:1). Terlahir

dari keluarga terpandang, yakni sang ayah merupakan anggota keluarga

Bupati Kediri dan ibunya adalah anak dari seorang penghulu Kabupaten

Rembang tidak lantas membuat Pramoedya bergelimang harta. Hal ini dapat

terlihat dari kehidupan keluarganya. Ayahnya yang berprofesi sebagai guru

tidak banyak mendapatkan gaji, sehingga ibunya harus membantu bekerja

sebagai penjual nasi, beras, kayu bakar, dan menggembala lembu guna

memenuhi kebutuhan rumah tangga (Muhibbuddin, 2015:2).

Keadaan ekonomi yang serba kekurangan mengakibatkan

pertengkaran dalam keluarga. Namun pertengkaran ini tidak berakibat kepada

perpencahan, hal ini dikarenakan oleh jiwa patriotik nasionalis kiri, dengan

jiwa ini Pramoedya tumbuh. Jiwa ini mengajarkan Pramoedya untuk menjadi

manusia bebas. Ia tidak harus menjadi pegawai negeri atau golongan priyayi,

sebagai mana pekerjaan yang diidam-idamkan pada masa itu. Melainkan ia

harus mau menerima segala pekerjaan dan tidak merasa malu akan pekerjaan

tersebut.

Page 62: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

46

Walaupun dalam gejolak ekonomi, Pramoedya tetap mendapatkan

pendidikan. Pramoedya memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Perguruan

Budi Utomo pada tahun 1929 (Hun, 2011:4). Ketika bersekolah, Pramoedya

merupakan murid yang tidak terlalu pandai, hal tersebut dapat dilihat pada

saat Toer harus menyelesaikan tiga kelasnya dalam kurun waktu tiga tahun

(Muhibbuddin, 2015:7). Akibat dari keadaan tersebut adalah kemarahan sang

ayah yang berujung pada keluarnya Prammoedya dari sekolah. Pramoedya

tidak serta merta meninggalkan pendidikan, ia menerima pengajaran dari

ayahnya sediri selama tidak bersekolah dilembaga pendidikan formal.

Setahun kemudian Pram bersekolah kembali, sehingga pada tahun 1939

Pramoedya berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya (Hun, 2011:4).

Setelah lulus dari sekolah dasar Toer berkeinginan melanjutkan

sekolah di Meer Uitgebreid Lager onderwijs (MULO). Namun keinginannya

tersebut harus pupus, karena mendapat penolakan dari ayahnya sendiri. Tidak

putus asa dengan keadaan tersebut, mengantarkan Pramoedya dalam meraih

pendidikan selanjutnya. Tepatnya pada 1940-1941, Radio Vakschool

Surabaya menjadi tempat belajarnya (Muhibbuddin, 2015:22). Sayangnya

setelah lulus Pramoedya tidak mendapatkan ijazah, dengan alasan bahwa

ijazahnya harus dikirim ke Bandung untuk disahkan. Namun ijazah tersebut

tidak kunjung dikembalikan.

Selang dua tahun dari kelulusannya, Pram harus rela ditinggal pergi

ibunya untuk selama-lamanya. Pada Mei 1942, ibunda tercintan

menghembuskan nafas terakhir diusia yang ke 34 tahun (Hun, 2011:8).

Page 63: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

47

Pramoedya kemudian memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Kota ini menjadi

saksi ketika ia mulai menata hidup dengan belajar Bahasa Indonesia di Taman

Siswa (taman Dewasa Kelas II). Pendidikan ini berlansung selama satu tahun.

Sembari belajar, Pramoedya juga bekerja di Kantor Berita Jepang Domei

sebagai juru ketik. Pekerjaan ini dilakukan Pramoedya pada sore dan malam

hari.

Bekerja di Domei mengantarkan Pramoedya untuk bersekolah di

Stenografi Tjuo Sangiin yang dibiayai oleh kantornya. Pendidikannya ini

ditempuhnya dari Pebruari 1944 sampai Maret 1945 (Hun, 2011:9). Setelah

menyelesaikan pendidikan tersubut, ia melanjutkan sekolah ke Sekolah

Tinggi islam, Gondangdia. Ketika berada di sekolah tersebut ia belajar

sosiologi, filsafat, dan psikologi.

Kemudian majalah “Sadar” yang mana edisi Indonesia dari Majalah

The Voice of Free Indonesia menerima Pram bekerja. Mulai Januari 1947 ini

lah Pramoedya bekerja sebagai redaktur pada majalah tersebut (Hun,

2011:11). Setelah bekerja kurang lebih tiga bulan, tepatnya pada April 1947

ia memiliki jabatan baru. Pramoedya dipercaya untuk menempati jabatan

sebagai ketua bagian penerbitan Indonesia. Masih di tahun yang sama, yakni

pada 21 Juli 1947 aksi militer Belanda terjadi (Hun, 2011:12). Kemudian

Pramoedya mendapatkan tugas untuk mencetak dan menyebarkan risalah-

risalah dan majalah perlawanan dari atasannya. Pekerjaan ini mengtarkannya

ke tahanan tangsi Angkatan Laut di Gunung Sahari. Ia dimasukan ke penjara

oleh Angkatan Laut Belanda. Kemudia ia dipindahkan ke tangsi Polisi Militer

Page 64: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

48

dan Pulau Edam. Penahanan yang dilakukan tanpa proses peradilan ini

berkhir pada 18 Desember 1949 karena adanya pengakuan kedaulatan

Indonesia dari Belanda (Hun, 2011:13).

Sehabis keluar dari penjara dan selang beberapa tahun, pada Mei 1953

Pramoedya berkesempata belajar ke Belanda (Hun, 2011:14). Kali ini ia

dibiayai oleh Sticusa (Stichtung voor Culturele Samenwerking: Yayasan

Kerja Sama Kebudayaan Belanda-Indonesia). Tidak hanya Belanda, Pram

juga pergi ke Bejing pada Oktober 1956 atas undangan Lembaga Sastrawan

Cina Pusat guna memperingati meninggalnya pujangga Lu Sin yang ke-20

(Hun, 2011:15). Pramoedya juga mendirikan kelomok diskusi “Simpat

Sembilan” yang beranggotakan para seniman, wartawan, dan mahasiswa.

Kemudian pada tanggal 7 September 1958, ia memimpin delegasi Indonesia

pada Pertemuan Pengarang Asia-Afrika di Taskent.

Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di luar negeri tidak menjadikan

Pramoedya melupakan Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan keikut

sertaannya dalam kongres-kongres di dalam negeri. Seperti Kongres Nasional

I Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakya) yang diadakan di Solo. Pramoedya di

sini bertindak sebagai peserta.

Pramoedya juga aktif menulis buku, pada Maret 1960, ia menerbitkan

buku Hoa Kiau (Hun, 2011:17). Akan tetapi buku tersebut dituduh berisi

pembelaan terhadap pedagang keturunan Cina yang saat itu dilarang

berdagang di tingkat kecamatan dan kabupaten. Akibatnya, ia harus dipenjara

selama sembilan bulan tanpa proses pengadilan.

Page 65: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

49

Pramoedya kembali ditahan tanpa proses pengadilan pada 13 Oktober

1965, penangkapan ini terjadi setelah gagalnya pemberontakan G-30-S (Hun,

2011:19). Ia dituduh terlibat kegiatan-kegiatan Lekra yang dianggap oleh

Orde Baru sebagai badan yang disusupi komunisme. Selama dalam penjara

dan pengasingan ini Pramoedya tidak diizinkan untuk menulis, namun setelah

kedatangan Jenderal Soemitro ketempat pengansinganya di pulau Buru.

Pramoedya diizinkan menulis kembali. Pada kondisi ini lah Pramoedya

menghasilkan karya tetralogi Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak

Langkah dan Rumah Kaca. Ia juga melahirkan Arok Dedes, Mata Pusaran,

Arus Balik, sebuah drama Mangir, dan nonfiksi Nyanyian Tunggal Seorang

Bisu. Pada tanggal 21 Desember 1979, Pramoedya dibebaskan (Gemilang,

2014:138). Walau pun telah dibebeskan, ia tetap dikenakan peraturan wajib

lapor, dan tidak memiliki hak memilih atau dipilih dalam Pemilu.

Namun karya-karya Pramoedya tersebut baru dapat diterbitkan setelah

ia bebas dari penjara dan pengasingan. Novel Bumi Manusia diterbitkan pada

17 Agustus 1980 dan Anak Semua Bangsa pada bulan Desember ditahun yang

sama (Hun, 2011:20). Kedua novel tersebut mendapat sambutan yang baik

dari pembaca, akan tetapi novel-novel tersebut segera dilarang beredar di

Indonesia karena dianggap berisi ajaran terlarang, yakni “pertentangan kelas”.

Begitu pula dengan karya-karyanya yang lain, mendapatkan perlakuan yang

sama. Karya tersebut diantara lain Jejak Langkah, Sang Pemula, Gadis

Pantai, Rumah Kaca, Hikayat Siti Mariah. Untuk tetralogi Bumi Manusia

Page 66: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

50

telah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Penguin Book,

Australia.

Atas kerjakerasnya, Pramoedya menorehkan prestasi yang

membanggakan Indonesia. Seperti pengangkatan Pramodya sebagai anggota

kehormatan dibeberapa organisasi sastra internasional. Sebagai contoh: (a)

Adopted Member of the Netherlands Center of P.E.N International. (b)

Honorary Member of the Japan Center of P.E.N International. (c) Honorary

Life Member of the International P.E.N. australia Centre. Tidak hanya

sebagai anggota kehormatan, Pramoedya juga menerima beberapa

penghargaan, diantaranya: (1) UNESCO Madanjeet Singh Prize dari

UNESCO, Paris, Prancis. (2) New York Foundation for the Arts Award,

Amerika Serikat. (3) Fukuoka Cultural Grand Prize, Jepang.

Tepat pada tanggal 30 April 2006, pada usia yang ke-81 tahun,

Pramoedya menghembuskan nafas terakhir (Muhibbuddin, 2015:1). Ia

meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit St Carolus.

B. Novel Gadis Pantai

Gadis Pantai, sebuah novel karya Pramoedya Ananta Toer. Novel

tersebut merupakan salah satu novel Pramoedya yang tidak selesai. Pada

mulanya novel ini dimuat pada surat kabar Bintang Timur sebagai cerita

bersambung. Serta dua buku lanjuta Gadis Pantai telah hilang ditelan

keganasan Orde Baru. Novel ini juga dilarang beredar pada tahun 3 Agustus

1988. Naskah ini juga pernah diterbitkan oleh:

Page 67: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

51

1. Gadis Pantai, dalam cerita bersambung oleh Lentera/Bintang

Timur, 1962.

2. Gadis Pantai oleh Hasta Mitra, 1987.

Tidak hanya dalam bahasa Indonesia, novel ini juga telah

diterjemahkan dan diterbitkan dalam berbagai bahasa, yakni:

1. Meisje van het Strand oleh Unieboek, bv., 1989, edisi Belanda.

2. Meisje van het Strand oleh Manus Amici, 1990, edisi Belanda.

3. Meisje van het Strand oleh De Geus, 1989, edisi Belanda.

4. Die braut des Bendoro oleh Bastei Lubbe, 1996, edisi Jerman.

5. The Girl from the Coast oleh Select Books, 1991, edisi Inggris.

6. Die braut des Bendoro oleh Horlemann, 1995, edisi Jerman.

7. Dziewczynaz Wybrzeza oleh Amber, 2004, edisi Polandia.

8. La Noia de la Costa oleh La Magrama, 2002, edisi Barcelona.

9. La Joven de la Costa oleh Destino, 2001, edisi Catalan, Spanyol.

10. La Joven de la Costa oleh RBA Libros, 2002, edisi Spanyol.

11. The Girl from the Coast oleh Hyperion, 2002, edisi Amerika.

12. A Rapariga de Java oleh Quetzal Editores, 2002,edisi Portugal.

13. TO KOPITΣI AΠO THNAKHT oleh KEΔPOΣ, 2003, edisi Yunani.

C. Sinopsis Novel Gadis Pantai

Rembang merupaka sebuah kota di Jawa Tengah. Terdapat sebuah

kampung nelayan di pinggir kota, di sana hiduplah seorang gadis. Pramoedya

Ananta Toer dalam novelnya menyebut gadis itu “Gadis Pantai”. Ia

merupakan kembang desa dengan umur empat belas tahun, tubuh kecil, mata

Page 68: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

52

sipit, kulit langsat. Hari-harinya yang ceria ditemani oleh laut dan ombak

harus hilang seketika, ketika seorang Pembesar atau Bendoro

memperisterinya. Namun ia hanya menjadi isteri latihan Bendoro. Istri yang

tidak resmi, karena ia hanya akan menjadi isteri selama bendoro belum

mempersunting seorang perempuan dari kalangan yang sederajat.

Ia berkeinginan menolak pernikahan tersebut, namun orang tuanya

bersikeras untuk menikahkannya dengan Bendoro. Hal ini disebabkan oleh

status sosial, karena menikahkan Gadis Pantai dengan seorang Bendoro dapat

mendatangkan kehormatan. Gadis Pantai yang tak kuasa menolak keinginan

orang tuanya, pada akhirnya menerima perkawinan tersebut. Kesanggupannya

tersebut membawanya kesebuh rumah megah. Bangunan megah tersebut

merupakan kediaman Bendoro.

Menikahi Bendoro telah menjadikanya Wanita Utama. Ia tak lagi

harus bergelut dengan amisnya ikan. Ia hanya perlu memerintah bujangnya

(pembantu). Tidak hanya memerintah, dia berkewajiban untuk mengabdi dan

melayani Bendoro saja.

Kedudukkan wanita utama menjadikannya dipanggil “Mas Nganten”

oleh pembantunya. Tidak hanya itu, ia harus menerima aturan yang selama ini

tidak ia mengerti. Aturan yang mengharuskannya berjauhan dengan orang

tuanya. Ia tidak diperbolehkan bertemu dengan Emak dan Bapak sampai batas

waktu yang ditentukan Bendoro.

Gadis Pantai tidak sebebas dahulu, kini hidupnya bagaikan di dalam

sangkar. Merasa canggung di rumah yang ia tempati, suasana yang berbeda,

Page 69: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

53

aturanya pun berbeda, sehingga membuatnya kesepian setiap saat. Untungnya

ada bujang wanita (pembantu) yang selalu menemaninya. Tidak hanya

menemani, bujang memiliki tugas yang amat penting, yakni membimbing

Gadis Pantai supaya menjadi wanita utama yang baik.

Malam telah tiba, sang Bendoro mendatangi kamar Gadis Pantai.

Perasaan gugup menghinggapi Gadis Pantai. Ia pun menyambut Bendoro dan

melakukan apa saja yang telah diajarkan oleh bujang. Lembut, sopan,

berpengetahuan agama sikap yang terlihat dari Bendoro. Sikap tersebut

membuat Gadis Pantai terkesima. Malam semakin larut dan hening, saat itu

merupakan malam pertama Gadis Pantai tidur bersama Bendoro. Setelah itu

hari-harinya dipenuhi dengan mengatur rumah, belajar mengaji, dan belajar

membatik.

Waktu terus berlalu, Gadis Pantai sudah meninggalkan kampung

halamannya selama satu tahun. Bendoro yang selama ini dianggapnya suami

sudah jarang di rumah dan mengunjunginya. Batinnya semakin tersiksa

dengan rasa rindu dan cemburu. Namun Gadis Pantai menyadari posisinya,

bahwa ia hanyalah budak Bendoronya saja. Oleh karena itu, ia tidak mungkin

mampu melarang atau bertanya kepada Bedoro tetang kepergiannya. Dia

hanya memiliki kewajiban melayani Bendoro yang merupakan suami

sekaligus tuannya. Untuk menghilangkan keresahannya, ia hanya mampu

menyibukkan diri dengan selalu bertanya kepada bujang. Apa pun ia

tanyakan, perihal priyayi atau mengenai hak dan kewajiban di dalam berumah

Page 70: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

54

tangga. Hingga ia tumbuh menjadi wanita utama yang berpengetahuan luas

dan baik hati.

Perkawinannya telah memasuki usia dua tahun. Kali ini Gadis Pantai

mendapatkan tugas mengobati Bendoro menggunakan lintah. Cara yang

digunaka adalah menempelkan litah pada telapak kaki Bendoro. Lintah yang

tadinya kecil akan membesar karena menghisap darah dan terlepas dengan

sendiri dari kaki Bendoro. Lintah yang telah terlepas harus segera diambil

supaya tidak jatuk ke tanah dan mati sia-sia, ini lah tugas terpenting yang

diemban oleh Gadis Pantai saat mengobati Bendoro.

Hari demi hari telah berlalu, hingga pada suatu ketika Gadis Pantai

kehilangan dompetnya. Kejadian ini bermula ketika Gadis Pantai meminta

tolong kepada saudaranya untuk membersihkan kamarnya. Ketika semuanya

telah rapi, ia pun kembali ke kamar. Supaya kamarnya menjadi harum, Gadis

Pantai menaburkan kapur. Kemudian ia mendapati dompet yang berada di

dalam laci meja riasnya telah hilang. Ia pun merasa bingung, karena kejadian

seperti itu baru pertama terjadi. Pikirannya menjadi bekecamuk, memikirkan

uang belanja yang ada di dalamnya. Apabila dompet tersebut tidak dapat

ditemukan maka celakalah, karena Bendoro dan semua orang di rumah tidak

bisa makan.

Kejadian itu akhirnya ia ceritakan kepada bujang. Setelah mendengar

cerita Gadis Pantai, bujang segera memanggil para agus (bangsawan muda).

Seketika mereka berkumpul, Gadis Pantai diarahkan oleh bujang untuk

menanyai mereka dengan baik. Namun Gadis Pantai tidak memiliki

Page 71: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

55

keberanian untuk bertanya kepada mereka. Kemudian tugas ini diambil alih

oleh bujang. Para agus pun ditanyai bujang perihal dompet yang hilang.

Mereka membantahnya dengan nada yang kasar. Penghinaan, adu mulut, dan

ancaman lah yang didapatkan Gadis Pantai dan bujang.

Kemudian bujang menyampaikan kasus tersebut kepada Bendoro.

Mendengar aduan, bendoro pun segera menyelesaikan permasalahan dan

yang terbukti mengambil dompet tersebut adalah agus Karim. Namun dengan

kejadian tersebut membuat bujang dipecat dan diusir dari rumah, karena

kelancangan bujang menggugat para agus.

Beberapa tahun telah berlalu, sikap Bendoro kini kembali berubah.

Tidak pernah berkunjung ke kamar Gadis Pantai dan berkata kasar

kepadanya. Gadis Pantai berharap Bendoro dapat menjenguknya, karena ia

tengah mengandung. Harapan hanya menjadi harapan, sampai Gadis Pantai

melahirkan, Bendoro tidak kunjung datang menjenguknya. Bendoro

mengunjunginya pada hari ketiga setelah ia melahirkan, namun Bendoro

hanya sebentar mengunjunginya. Hal tersebut dikarenakan jenis kelamin

anaknya adalah perempuan dan bukan laki-laki.

Setelah kelahiran anaknya tersebut, tidak lama Bapak dari Gadis

Pantai diundang Bendoro kekediamannya. Mendapat undangan secara

langsung dari Bendoro membuat Bapak senang, karena ia mengetahu bahwa

seorang anak dari keturunan priyayi telah lahir dari rahim anaknya.

Kesenang tersebut seketika hilang, karena hari itu juga gadis pantai resmi

diceraikan oleh Bendoro dengan sepihak.

Page 72: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

56

Seketika Gadis Pantai meninggalkan kediaman Bendoro dan hendak

membawa anaknya untuk hidup di kampung nelayan. Keinginannya tersebut

ditolak oleh Bendoro, sehingga Gadis Pantai dengan berat hati menyerahkan

sang jabang bayi kepada Bendoro. Namun sang bayi tidak kunjung disentuh

oleh Bendoro. Gadis Pantai pun berontak kepada Bendoro karena melihat

perlakuaan suaminya tersebut. Pemberontakan Gadis Pantai berakibat kepada

pemukulan dan pengusiran dirinya dari kediaman Bendoro. Akhirnya, ia pun

menyerah dengan keadaan serta pergi sembari menangis dan berdarah.

D. Kerangka Analisis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti pada

bagian sebelumnya, sehingga diperoleh beberapa data yang relefan dengan

rumusan masalah tersebut. Data yang diperoleh berwujud penggalan kalimat

yang ada pada novel. Peneliti juga menerapkan metode descriptive of analyze

(analisis deskriptif), yang dalam menganalisis data temuan digunakan teori

analisis Sarah Mills. Teori ini diterapkan untuk menganalisis pesan yang

hendak disampaikan Pram kepada pembaca melalui posisi objek-subjek dan

pembaca.

Data yang telah dikumpulkan peneliti dapat digolongkan menjadi tiga

kategori. (1) Data yang berkaitan dengan gambaran perempuan pada novel.

(2) Data yang berkenaan dengan keadilan dan ketidak adilan perempuan. (3)

Data tentang posisi Gadis Pantai dan pembaca pada novel.

Page 73: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

57

Tiga kategori data di atas merupakan kajian pokok pada penelitian ini.

Untuk mengetahui gambaran mengenai data-data tersebut peneliti menyajikan

temuannya, sebagai berikut:

1. Bagian ini berkaitan dengan representasi perempuan pada novel.

Perempuan merupakan pusat cerita dan perjalanan kisahnya selalu

dibayangi oleh budaya feodal, sehingga kebanyakan dari mereka

mengalami ketidakadilan. Feodal di sini menjadi pemisah bagi kaum

bangsawan dan jelata, sehingga pada novel tersebut dapat kita jumpai tiga

representasi perempuan, yakni perempuan desa, kota, dan priyayi. Tiga

representasi tersebut juga membawa stereotipe masing-masing.

2. Menjelaskan tentang keadilan dan ketidakadilan yang diterima oleh

perempuan. Beberapa sisi yang menunjukkan ketidakadilan gender dapat

diihat ketika perempuan mengalami kekerasan baik secara fisik maupun

non fisik, sebagai pemuas nafsu sex, sulitnya mengenyam pendidikan, dll.

Ketidakadilan tersebut tidak lantas menghilangkan keadilan terhadap

perempuan. Keadilan masih dapat kita jumpai walau pun hanya terbatas

pada golongan tertentu saja.

3. Pembahasan pada bagian ini berkaitan dengan pembaca dan tokoh utama

pada novel.

Sedikit pemaparan di atas diharapkan dapat membantu dalam memahami

hasil penelitian yang akan dipaparkan pada bab berikutnya. Tidak hanya itu,

peneliti juga menyajikan beberapa/sebagian data yang kiranya dapat

membantu dalam memahami bab selanjutnya. Serta data peneliti lebih lanjut

Page 74: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

58

dapat dilihat pada bab berikutnya. Data tersebut diantaranya dapat kita lihat di

bawah ini: pertama, “Dengan sendirinya kakinya yang tak pernah bersandal,

tak pernah berterompah, tak pernah bersepatu dijulurkan dan tiba-tiba saja

selop rumput buatan Jepang telah terpasang pada kakinya” (Toer, 2003:28).

Kedua, “...Di kota perempuan berada dalam dunia yang dipunyai lelaki, Mas

Nganten” (Toer, 2003:87). Ketiga, “Jangan ke mari nanti kotor” (Toer,

2003:183). Keempat, Den-ajeng Tini. Begitu berani. Siapa lebih berani dari

beliau? Menghadapi Belanda mana saja tidak takut. Pembesar-pembesar

sendiri pada hormat” (Toer, 2003:70). Kelima, “...dirinya sendiri-orang

kampung diseret ke kota dan diupetikan pada seorang Bendoro” (Toer,

2003:229). Keenam, “Sahaya Bendoro.” (Toer, 2003:32).

Page 75: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Representasi Perempuan Dalam Novel Gadis Pantai

Representasi pada penelitian ini mengacu kepada penggambaran. Pada

penelitian ini “representasi perempuan” merupakan pemaknaan terhadap

perempuan. Bagaimana seorang perempuan digambarkan oleh Pramoedya

Ananta Toer dalam novel Gadis Pantai. Pramoedya menggambarkannya

dalam keadan sosial yang berbeda.

Novel tersebut menggolongkan perempuan kedalam tiga kategori,

yakni perempuan desa, kota dan priyayi. Pramoedya menampilkan masing-

masing golongan dengan permasalahan sosial yang mengiringinya. Salah satu

permasalahan yang terdapat di dalam novel adalah permasalahan gender.

1. Perempuan Desa

Perempuan desa oleh Pramoedya digambarkan sebagai seorang

yang tidak berpendidikan, kotor, dan pekerja kasar.

“Sst. Jangan nangis. Mulai hari ini kau tinggal di gedung besar,

nak. Tidak lagi di gubug. Kau tak lagi buang air di pantai. Kau tak

lagi menjahit layar dan jala, tapi sutera, nak. Sss, ssst. Jangan

nangis” (Toer, 2003:13).

Gadis pantai adalah tokoh sentral dalam novel Gadis Pantai, ia

merupakan perempuan yang harus bekerja pada usia 14 tahun. Kondisi ini

lah yang membedakan dirinya dengan kebanyakan anak, dimana pada usia

tersebut kebanyakan anak disibukan dengan pendidikan formal. Sementara

itu, Gadis Pantai harus merelakan tangannya untuk bekerja. Pramoedya

Page 76: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

60

menggabarkannya dengan kebiasan Gadis Pantai yang harus menjahit

layar dan jala.

“Tak mampu ia nyatakan, ia nangis melihat anaknya keluar selamat

dari kampung nelayan jadi wanita terhormat, tak perlu berkeringat,

tak perlu berlari-larian mengangkat ikan jemuran bila rintik hujan

mulai membasuh bumi” (Toer, 2003:14).

“Dengan sendirinya kakinya yang tak pernah bersandal, tak pernah

berterompah, tak pernah bersepatu dijulurkan dan tiba-tiba saja

selop rumput buatan Jepang telah terpasang pada kakinya” (Toer,

2003:28).

“Betapa kasarnya tanganmu” (Toer, 2003:32).

Pramoedya menampilkan Gadis Pantai sebagai seorang perempuan

pekerja dan kotor. Ia memiliki tubuh yang tidak terawat layaknya

perempuan yang berdandan, berkulit halus dan putih. Tidak hanya

perempuan yang kotor, Gadis Pantai yang notabennya seorang perempuan

desa dipandang layaknya seorang perempuan yang tidak terhormat. Status

sosila telah menjadikanya sebagai perempuan kelas bawah.

“Dengan kepala masih menunduk Gadis Pantai mengangkat tapuk

matanya, kemudian mengerutkan kening. „Sudah?‟ emak

mendesak. Ternyata Gadis Pantai tak tahu apa itu haid” (Toer,

2003:24).

“Tak mungkin ia menghitungnya, karena ia tak pernah dalam

hidupnya menghitung sampai limapuluh (Toer, 2003:32).

“Mereka seakan makhluk-makhluk dari dunia lain, apalagi kalau

mereka sudah bicara dalam bahasa Belanda yang sepatah pun tak

dikenalnya” (Toer, 2003:237).

Sebagai perempuan kelas bawah, pendidikan tidak lagi menjadi hal

utama. Begitu pula dengan Gadis Pantai, perempuan tanpa pengetahuan,

sehingga perihal haid saja ia tidak mengetahui. Terlebih untuk pengetahun-

Page 77: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

61

pengetahuan lainnya, sama sekali ia tidak mengenal. Hal tersebut dapat

kita lihat pada kutipan berikut.

“Untuk pertama kali dalam hidupnya Gadis Pantai bersuci diri

dengan air wudu dan dengan sendirinya bersiap untuk

bersembahyang” (Toer, 2003:34).

“... Bendoro telah menyelesaikan “Bismillahirohmanirrohim”,

sekali lagi menatapnya dari atas permadani sana. Ia tak mampu

mengulang menirukan. Ia tak pernah diajarkan demikian” (Toer,

2003:37).

“.... Selamanya memang begini, Mas Nganten” (Toer, 2003:34).

Berwudu, sembahyang/sholat, mengaji yang merupakan bagian dari

pendidikan agama pun ia tidak pernah mandapatkannya. Oleh karena itu,

berakibat kepada tindakan Gadis Pantai yang tidak pernah mengerjakan

kewajibannya sebagai umat Islam. Sesuai dengan tuntuna Al-Qur‟an, surah

Al-Ma‟idah/5:6.

ي ا ي ها لذين من و ا قمت لى لصلوة اغسلو جوىك يديك لى لم ق ن نت م ض ى مسحو ب ء سك رجلك لى لكعب ين ن نت جنبا اطه

مو ط لمست لنسا ء ل تجد ما ء ت يم على سف جا ء حد منك من لغا ىو ليجعل عليك من ح ج صعيد طيبا امسحو بوجوىك يديك منو ما ي يد لل

﴾٦﴿ لكن ي يد لي ه ليت نعمتو عليك لعلك ت ك ن

Artinya: Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu

sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua

kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu junub maka

mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau

kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh

perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka

bertayamumlah dengan debu yang baik (suci), usaplah wajahmu

dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan

kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan

Page 78: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

62

menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur

(Al-Ma‟idah/5:6).

Telah jelas bahwasanya ayat tersebut memberikan edukasi kepada kita.

Ketika hendak melaksankan shalat diwajibkan berwudhu terlebih dahulu.

Wudhu yang merupakan kegiatan mensucikan diri sebelum

dilaksanakannya shalat, menjadi salah satu syarat sahnya shalat. Oleh

sebab itu, berwudu atau mensucikan diri sebelum shalat merupakan salah

satu tolak ukur diterima atau tidaknya shalat.

Tidak hanya berwudhu, Gadis Pantai kali ini mendapatkan

pengetahuan mengenai shalat. Ia mulai mempelajari shalat dari Bendoro,

dengan cara menirukan gerakan shalat yang dilakukan oleh suaminya.

Gerakkan-gerakkan shalat ia ditirukan satu persatu. Melalui ini Gadis

Pantai mulai menyadari kewajibannya sebagi seorang muslim. Allah telah

berfirman pada Al-Qur‟an surah Al Baqarah/2:43, yaitu:

﴾۷﴿ قيمو لصلوة تو لل وة ر عو م ل عين

Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat da nrukuklah beserta

orang-orang yang rukuk (Al Baqarah/2:43).

Ayat tersebut merupakan salah satu perintah yang diberikan Allah kepada

hambanya, tidak lain adalah perintah untuk mengerjakan Shalat. Ibadah

yang tadinya tidak diketahui dan tidak dikerjakan oleh Gadis Pantai, kini ia

mulai melakukanya.

Page 79: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

63

Pengetahuan tersebut didapat setelah ia menjadi isteri seorang

Bendoro. Ketika masih tinggal di desa nelayan, ia harus menerima keadan,

yakni sebagai perempuan yang tidak berpendidikan. Kondisi dimana ia

tidak mengerti agama dan pengetahuan lain diakibatkan oleh budaya

patriarki yang begitu kental pada masyarakat Jawa saat itu. Budaya ini

memberi batas yang jelas antara sikaya dan simiskin.

2. Perempuan Kota

Perempuan kota dipandang lebih terhormat daripada perempuan

desa. Sepertihalnya kekayaan, wilayah tempat seseorang tinggal dapat

memberikan status sosial. Beberapa kebiasaan menempatkan orang yang

tinggal di desa pada tingkar sosial rendah dan yang tinggal di kota berada

pada tingkat atas. Perbedaan diantara keduanya tidak hanya terletak pada

tingkat ekonomi, tetapi juga pada kebiasaan atau tingkah laku. Telah

dijelaskan bahwa perempuan desa dianggap memiliki tingkah laku yang

kurang terhormat/sopan. Perempuan yang tinggal di kota memiliki

stereotipe yang melekat, yakni berpendidikan, beradap, dan terhormat.

Oleh karena itu, kehormatan menjadi tuan dari segalanya. Kondisi ini

dapat terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Di kota, Mas Nganten, barangsiapa sudah bersuami, sanggulnya

sebaiknya dihias kembang” (Toer, 2003:55).

“...Di kota perempuan berada dalam dunia yang dipunyai lelaki,

Mas Nganten” (Toer, 2003:87).

“Mas Nganten,” Katanya perlahan. “Sahaya bisa baca bisa tulis,

Mas Nganten bisa?” (Toer, 2003:125).

Page 80: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

64

“Dan baru sekarang ini aku tahu, orang-orang kota, orang-orang

berbangsa itu, begitu takutnya kalau orang tidak lagi

menghormatinya” (Toer, 2003:156).

Perempuan yang tinggal di kota dan telah menikah memiliki

kebiasaan menyanggul rambut, serta menghiasnya dengan bunga. Berbeda

dengan keadaan di desa, dimana menyanggul rambut dan menghiasnya

dirasa tidak penting. Perempuan desa tidak memiliki waktu untuk

menyanggul, karena meraka telah disibukkan dengan pekerjaan dari pagi

hingga petang. Namun bagi perempuan kota, menyanggul menjadi

keharusan dan menjadi salah satu tanda kehormatan. Tidak hanya itu,

kehormatan perempuan kota berada pada kehormatan suaminya.

Maksudnya adalah seorang suami diibaratkan sebagai tuan bahkan raja

bagi isterinya.

3. Perempuan Priyayi

Priyayi merujuk kepada kalangan bangsawan di tanah Jawa. Gelar

priyayi merupakan gelar kehormatan dan disegani oleh setiap orang. Tidak

semua orang dapat menyandang gelar ini, hanya orang-orang tetentu saja

yang dapat dipanggil dengan sebutan priyayi. Gelar priyayi biasanya

disandang golongan elit, yakni siapa saja yang berdiri diatas rakyat jelata.

Mereka memiliki kedudukan di pemerintahan, pemimpin dan penuntun

masyarakat atau yang berpengaruh.

“Mas Nganten? Siapa itu Mas Nganten?” (Toer, 2003:27).

“Kembali bujang itu tertawa terkekeh ditahan. Membenarkan.

„Pada aku ini Mas Nganten tak boleh sebut diri sahaya. Itu kata

hina bagi penyebut di hadapan dan untuk Mas Nganten‟” (Toer,

2003:27).

Page 81: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

65

Apabila seorang laki-laki menjadi pembesar dan mendapatkan

gelar priyayi, maka dengan sendirinya isterinya mendapat gelar yang

serupa. Walaupun isterinya hanya seorang rakyat jelata. Seperti yang

diperlihatkan oleh Pramoedya, Gadis Pantai yang merupakan perempuan

golongan bawah dinikahi seorang Bendoro. Oleh sebab itu, Gadis Pantai

tidak lagi seorang perempuan kotor, melainkan seorang wanita terhormat

dengan gelar priyayi. Predikat atau gelar priyayi ini tidak hanya ditentukan

oleh keturunan saja. Gelar ini dapat disandang oleh mereka yang

berkedudukan dan diberi hak oleh pemerintah kolonial, sehingga gelar

tersebut tanpa sengaja menjadi identitas bagi beberapa orang dan menjadi

salah satu budaya yang ada di Jawa, terutama Jawa Tengah.

Pada penggalan novel di atas dapat dilihat jelas peningkatan status

sosial. Gadis Pantai yang tadinya bergelar sahaya (sebutan bagi rakyat

jelata) memiliki panggilan baru Mas Nganten (panggilan untuk perempuan

kalangan atas yang baru menikah).

“Dimana emaknya?” bapak bertanya.

“Sst. Sst. Dia tak ber-emak, anak priyayi ber-ibu” (Toer, 2003:18).

Secara otomatis gelar priyayi mempengaruhi segalanya dalam

kehidupan. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di atas. Seorang anak yang

terlahir dari perempuan golongan priyayi hanya memiliki ibu bukan emak.

Ibu dan emak pada dasarnya memiliki arti yang sama. Keduanya

merupakan panggilan bagi seorang anak kepada orang tua perempuannya.

Page 82: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

66

Bagi priyayi “emak” merupakan panggilan yang menghina dan hanya

dipakai oleh golongan bawah (status sosial rendah).

“Ceh, ceh, ceh. Itu tidak layak bagi wanita utama, Mas Nganten.

Wanita utama tinggal menggerakkan jari dan semua akan terjadi”

(Toer, 2003:28).

Banyak hal yang boleh dilakukan priyayi dan tidak boleh

dilakukan. Sepertihalnya ketika Gadis Pantai menghentakkan kakinya

kelantai, hal tersebut dianggap tidak bermoral. Seorang perempuan dari

golongan priyayi tidak ada yang melakukan tindakan demikian.

“Sahaya Bendoro.” Gadis Pantai berbisik dengan sendirinya. “Di

sini kau tak boleh kerja. Tanganmu harus halus seperti beludu.

Wanita utama tak boleh kasar” (Toer, 2003:32).

“Selama tiga bulan, sebenarnya Mas Nganten tidak boleh berbuat

apa-apa” (Toer, 2003:68).

“Jangan ke mari nanti kotor” (Toer, 2003:183).

Perempuan priyayi juga dilarang bekerja keras. Dia hanya perlu

memerintah para bujangnya. Priyayi juga diidentikkan dengan kulit yang

halus. Suatu keharusan priyayi memiliki kulit yang halus, karena kulit

yang kasar hanya pantas bagi golongan sahaya yang tidak bermoral.

Seperti pada kutipan berikut:

“Sepuluh tahun yang lalu aku juga pernah datang ke kampungmu.

Kotor, miskin, orangnya tak pernah beribadah. Kotor itu tercela,...”

(Toer, 2003:41).

Perempuan/wanita utama (priyayi) tidak dibenarkan bekerja. Pada konteks

ini pekerjaan yang tidak boleh dilakukan adalah pekerjaan kasar

sebagaimana perempuan desa, seperti menjemur ikan, merajut jala,

menumbuk udang, dll.

Page 83: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

67

“Wanita utama mesti belajar-mesti bisa melegakan hati Bendoro,

ingat-ingatlah itu” (Toer, 2003:35).

“Tak boleh punya sahabat, cuma boleh menunggu perintah, cuma

boleh memerintah” (Toer, 2003:46)

Wanita utama tidak serta merta terlepas dari pekerjaan. Wanita

utama memiliki pekerjaan, yakni untuk setia melayani Bendoro. Ia

memiliki hak memerintah bujang, di sisi lain ia diperintah oleh Bendoro.

Wanita utama juga tidak diperbolehkan memiliki sahabat selain dari

kalangan yang sederajat. Hidup wanita utama hanya dihabiskan untuk

menerima perintah dan melayani Bendoro.

B. Nilai-nilai Kesetaraan dan Ketidak Adilan Gender Pada Novel Gadis

Pantai

Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai kesetaraan

dan ketidakadilan gender pada novel Gadis Pantai alangkah baiknya jika kita

menyimak Al Qur‟an surah A-Ahzab/33:35. Ayat ini mengajarkan kepada

kita tetang kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Berikut bunyi

ayatnya:

دقت ن دقين لص لمسلمين لمسلمت لمؤمنين لمؤمنت لقنتين لقنتت لصب ت ل عين ل عت ب ين لص مين لص قت لصا ى قين لمتصد لمتصد

و له لذ ت عد لل و ثي مت لحفظين جه لحفظت لذ ين لل لص ى ﴾۳۵﴿ مغف ة ج عظيما

Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan

perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap

dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki

dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk,

laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan

yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara

Page 84: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

68

kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banya menyebut

(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan

pahala yang besar (A-Ahzab/33:35). Namun pada kenyataannya masih banyak wanita yang mengalami

ketidakadilan. Perjuangan wanita dalam menghadapi ketidakadilan, terutama

di Indonesia sering dikaitan dengan R.A. Kartini. Perjuangan membela kaum

perempun dalam meraih pendidikan. Pada masa R. A. Kartini pendidikan

hanya diperuntungkan bagi kaum laki-laki. Perjuangan tersebut sedikit

disinggung dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

Den-ajeng Tini. Begitu berani. Siapa lebih berani dari beliau?

Menghadapi Belanda mana saja tidak takut. Pembesar-pembesar

sendiri pada hormat” (Toer, 2003:70).

Pada kutipan tersebut R.A. Kartini disebut dengan Den-ajeng Tini. R.A.

Kartini dianggap sebagai perempuan satu-satu yang berani melawan ketidak

adilan yang dilakun para pembesar Belanda dan priyayi Jawa.

Tidak hanya itu, Pramoedya Ananta Toer dalam novel Gadis Pantai

menampilkan kehidupan perempuan dengan konflik sosial yang dihadapinya.

Permasalahan-permasalahan yang dibalut tradisi dan budaya patriarki.

Budaya yang menjadi pemisah antara kota dan desa.

Permasalahan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, kota dengan

desa, priyayi dan sahaya digambarkan dengan apiknya. Namun novel tersebut

mengambil tema utama berupa “Ketidakadilan terhadap perempuan”.

Walaupun diperlihatkan ketidakadilan terhadap perempuan, novel ini

menampilkan kesetaraan terhadap perempuan dibeberapa bagian. Kesetaraan

tersebut dapat kita jumpai pada kelas-kelas sosial tertentu.

Page 85: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

69

Ketidakadilan yang dialami oleh perempuan dapat kita lihat pada

kutipan berikut:

“Kemarin malam ia telah dinikahkan. Dinikahkan dengan sebilah

keris. Detik itu ia tahu: kini ia bukan anak bapaknya lagi. Ia bukan

anak emaknya lagi. Kini ia anak sebilah keris, wakil seseorang yang

takpernah dilihatnya seumur hidup” (Toer, 2003:12).

Pernyataan diatas menyatakan terjadinya ketimpangan sosial antara kelas atas

dan bawah. Perempuan dari kelas bawah (Gadis Pantai) dapat dinikahi oleh

seorang priyayi (Bendoro) hanya dengan menggunakan sebilah keris.

Pernikahan yang tidak pernah diharapkan oleh seorang perempuan, sehingga

terlihat jelas ketidak berdayaan perempuan melawan kekuasaan. Perihal

pernikahan seorang muslim dapat kita lihat dalam surah Ar. Rum/30:21.

نك مودة رحمة ن ها جعل ب ي من يتو ن خلق لك من ن فسك ز جا لتسكن و لي ن ﴾﴿ ي ال يت لقوم ي ت فك

Arinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa

kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Ar.

Rum/30:21).

Gadis Pantai memang dinikahi seorang Bendoro, namun pernikahan itu

diwakili oleh sebilah keris. Islam telah menjelaskan bahwa pasangan kita

diciptakan dari yang sama, bukan dari makhluk lain apalagi sebuah benda.

Islam juga memperbolehkan mewakilkan akat nikah, baik dalam ijab maupun

qabul. Tetapi mereka harus memenuhi beberapa syarat. Dapat kita lihat,

Page 86: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

70

bahwa syarat qabul adalah: ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab, tidak

ada perkataan sindiran, dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya atas sebab-

sebab tertentu, tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah (seperti

nikah kontrak), tidak secara taklik (tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul

dilafalkan), menyebut nama calon istri, tidak ditambahkan dengan perkataan

lain (https://id.wikipedia.org/). Telah jelas bahwa tidak dimungkinkan

seorang wakil dalam qabul adalah benda mati, seperti keris yang terdapat

pada kutipan di atas.

“Dia? Siapa dia? Gadis Pantai menutup mata. Ia tak bisa bayangkan.

Baik manakah ia dengan Tumpon, abangnya yang hilang dilaut waktu

badai menerjang perahu? Baik mankah dia dari Kantang, abangnya

yang seorang lagi, yang waktu angkat jala yang tersangkut pada batu

karang, tidak timbul untuk selamanya, dan hanya warna merah yang

timbul ke atas? Dan itu adalah darah yang dihisap laut setelah ikan

cucut membelah perutnya. Maukah orang itu memberikan dirinya buat

hidup seluruh keluarganya? Seperti Kantang?” (Toer, 2003:14).

“...dirinya sendiri-orang kampung diseret ke kota dan diupetikan pada

seorang Bendoro” (Toer, 2003:229).

Gadis Pantai hanya dapat diam dan menerima ketidakadilan tersebut.

Menerima perkawinan tersebut dengan penuh kebimbangan. Sikap

lahiriyahnya menerima tetapi batinnya menolak. Hal ini ditunjukkan dengan

perkataan dalam hatinya. Batinnya menunjukkan ketidak puasan terhadap

perkawinan tersebut. Dia merasa tidak mempunyai harapan terhadap

suaminya, karena ia tak bisa melihat wajah suaminya dipernikahan.

Perlakuan tidak adil juga datang dari keluarganya sendiri. Bapak dari

Gadis Pantai sering melakukan kekerasan derhadap dirinya. Perlakuan yang

tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang ayah.

Page 87: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

71

“Tubuh yang kecil mungil itu meriut seperti keong, ketakutan, ia tahu

bapaknya pelaut, kasar berotot perkasa. Ia tahusering kena pukul dan

tampar tangannya” (Toer, 2003:13).

Perlakuan kasar Bapak terjadi selam Gadis Pantai belum menikah, karena

setelah Gadis Pantai menikahi Bendoro, status sosial anaknya tersebut berada

di atasnya. Oleh karena itu, apabila Bapak melakukan kekerasan terhadap

Gadis Pantai, itu merupakan tindak kejahatan. Walaupun ketika Bapak

melakukan pemukulan terhadap Gadis Pantai pada saat belum menikah

merupakan kejahata pula. Namun kekerasan tersebut dianggap wajar dan

menjadi tidak wajar karena adanya status sosial yang berbeda. Sikap ini lah

yang menimbulkan keraguan di masyarakat, dimana status sosial dapat

menghapuskan hubungan antara anak dan orang tua.

Status sosial dapat memberika keadilan dan ketidakadilan terhadap

perempuan. Gadis Pantai yang mana telah disebutkan sebelumnya, bahwa ia

mengalami peningkatan status sosila. Kondisi tersebut berakibat kepada

keadilan dan ketidakadilan yang harus dialaminya. Keadaan tersebut dimulai

semenjak ia harus meninggalkan rumah orang tuanya dan berangkat menuju

ke kediaman Bendoro. Sebagaimana budaya pada masyarakat Jawa,

bahwasanya setiap perempuan yang telah menikah diharuskan tinggal di

rumah suaminya. Pada saat itu pula mulai timbul bibit-bibit otoritas. Seorang

suami akan mendapatkan posisi yang dominan dan penting didalam keluarga.

Keselamatan, keutuhan dan kelangsungan keluarga sekarang menjadi

tanggung jawab suami. Serta sebagai seorang isteri, perempuan berperan

sebagai anggota keluarga. Oleh karena itu, seorang suami biasanya

Page 88: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

72

mendapatkan hak yang lebih atas isteri, hal ini didasarkan pada tanggung

jawab suami yang begitu banyaknya.

Terkadang kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran

dan sosial budaya untuk menindas salah satu pihak, sehingga berujung pada

pendiskriminasian. Akibatnya adalah posisi perempuan tidak menonjol di

dalam keluarga maupun masyarakat. Apabila kita lihat dalam Al Qur‟an surah

Al Hujurat/49: 13.

ل لت عار و ن مك عند ي ا ي ها لناس نا خلقنك من ا ن ثى جعلنك شعوبا ق با ىو علي خبي و ت قك ن لل ﴾۱۳﴿ لل

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami Menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha mengenal (Al Hujurat/49: 13).

Ayat ini memberikan definisi tentang laki-laki dan perempuan. Pada

dasarnya mereka memiliki kedudukan yang sama. Tidak ada yang terdindas

maupun menindas, namun dalam praktek nyatanya terkadang masih

melenceng.

“Wanita utama mesti belajar-mesti bisa melegakan hati Bendoro,

ingat-ingatlah itu” (Toer, 2003:35).

“Wanita utama mesti belajar bijaksana” (Toer, 2003:38).

“Dan pada suatu sore, datang seorang guru mengaji mengajar Gadis

Pantai membaca huruf-huruf suci, yang tercetak di atas kertas suci”

(Toer, 2003:60).

“Kemudian Gadis Pantai pun belajar menyulam, merenda, menjahit”

(Toer, 2003:70).

Page 89: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

73

“Cuma dua, Mas Nganten, tidak banyak: mengabdi pada Bendoro

dan memerintah para sahayadan semua orang yang ada di sini” (Toer,

2003:58).

Seperti pada kutipan di atas, perempuan memiliki kesempatan untuk

menimba ilmu. Hal ini wujud dari kesetaraan dibidang pendidikan. Kembali

lagi pada kasus nyatanya, pendidikan pada masa itu sulit untuk digapai rakyat

jelata dan pendidikan saat itu diperuntungkan bagi kaum elit. Setidaknya

keadaan inilah yang yang hendak disampaikan Pramoedya melalui novel

Gadis Pantai.

Sebagai seorang Priyayi dan Wanita Utama, Gadis Pantai harus mulai

menata diri. Pelajaran demi pelajaran ia dapatkan demi memenuhi tanggung

jawab sebagai wanita terhormat. Sopan santun dalam bertingkah laku dan

bertutur kata menjadi sebuah keharusan.

Kembali lagi pada kutipan sebelumnya, kesetaraan terdapata disana.

Namun apabila kita melihat lebih jauh, masih dapat ditemukan budaya

patriarki. Budaya tersebut menjadi jurang dalam hubungan suami-isteri.

Suami dianggap sebagai tuan dan isteri merupakan hamba/pelayan. Untuk

memeperkuat anggapan bahwa wanita berada pada taraf sebagai pelayan

seorang laki-laki. Dapat kita lihat pada kalimat berikut.

“.... Dirasainya hatinya ciut waktu diketahuinya benar-benar Bendoro

mentapnya dan dengan bilah bambu penunjuk menghalaunya. Ia

berlutut, membungkuk, berlutut berjalan mundur...” (Toer, 2003:38).

“...bahwa satu-satunya yang ia boleh dan harus kerjakan ialah

mengabdi pada Bendoro, dan Bendoro itu tak lain dari suaminya

sendiri” (Toer, 2003:67).

“Semuanya, Mas Nganten, untuk mengabdi pada Bendoro” (Toer,

2003:69).

Page 90: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

74

“Kewajiban menjaga setiap milik lelaki.”

“Lantas milik perempuan itu sendiri apa?”

“Tidak ada, Mas Nganten. Dia sendiri hak-milik lelaki” (Toer,

2003:88).

Wanita tak ubahnya sebagia seorang pekerja yang bertugas untuk

memenuhi kebutuhan/kepuasan saorang bendoro/tuan. Tidak hanya itu, isteri

ibarat harta benda yang tidak memiliki hak atas suaminya dan sebaliknya

seorang suami berhak atas segala yang dimiliki isteri. Apakah dengan ini

seorang suami berhak melakukan kekerasan terhadap istrinya dalam upaya

memenuhi hasrat diri? Allah berfirman dalam Al Qur‟an Surah An

Nisâ‟/4:34.

و ب عضه على ب عض بما ن فقو من مو له ل جال ق و مون على لنسا ء بما ضل للو لتي ت ا ون ن وزىن عظوىن لحت قنتت حفظت للغيب بما حفظ لل الص

و ان عليا غو عليهن سبيل ن لل ىج ىن ى لمضاج ض ب وىن ان طعنك ل ت ب ﴾۳﴿ بي

Artinya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian

yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah

memberikan nafkah dari hartanya. Maka peremuan-perempuan

yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga

diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga

mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan

nusyuznya, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka,

tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau

perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka

janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.

Sungguh Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (An Nisâ‟/4:34).

Tidak dibenarkan adanya kekerasa terhadap seorang perempuan

(isteri) dalam bentuk apa pun. Peran laki-laki dalam ayat ini adalah

Page 91: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

75

pelindung/pengayom bagi perempuan. Serta apabila kita lihat kembali kepada

surah An Nisâ‟ ayat 34, disana terdapat kata “memukul”. Ayat ini lantas tidak

berarti memberikan kesemptan kepada laki-laki guna melakukan kekerasan

terhadap wanita. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama Republik

Indonesia (RI), menjelaskan bahwa memukul disini memiliki arti melakukan

pemukulan terhadap isteri tanpa meninggalkan bekas/menyakiti.

Lebih dari itu, ayat tersebut tidak memberikan celah kepada

marjinalisasi perempuan. Lihatlah pada kata “melebihkan”, dengan

menguankan kata “sebagian” yang mengiringi kata “melebihkan”. Hal ini

menandakan bahwa tidak semua dan ada beberapa laki-laki yang tidak

memenuhi perannya. Begitu pula dalam kemampuan dan kepemimpinan di

masyarakat, laki-laki mungkin memiliki kelebihan dibeberapa bagian dan

memiliki kekuranga dibeberapa bagian. Berlaku juga untuk perempuan,

karena keduanya diciptakan untuk saling melengkapi. Sesuai Al Qur‟an surah

An Nisâ‟/4:32.

و و ما ضل لل بو ب عضك على ب عض لل جال نصيب مما تسب و للنسا ء نصيب ت تمن و ان بكل شيء عليما ﴿ و من ضلو ن لل ﴾مما تسبن سألو لل

Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah diberikan

Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi

laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi

perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan.

Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (An Nisa/4:32).

Porsi laki-laki dan perempuan yang berkenaan dengan gender itu

sama. Hanya akan menjadi berbeda ketika telah bersinggungan dengan sosial

budaya masyarakat setempat. Lantas hal ini tidak tepat apabila dijadikan

Page 92: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

76

dasar dalam menindas perempuan. Perempuan sejatinya bukan makhluk yang

lemah sehingga harus mengalami ketidakadilan. Seperti ketika perempuan

telah bersuami. Isteri disini bukan untuk dijadikan sebagai pelayan atau

boneka oleh suaminya. Sebagai mana yang ditunjukkan oleh Bendoro dan

Gadis Pantai.

“...Mengabdi, Mas Nganten. Sujud, takluk sampai ke tanah pada

Bendoro” (Toer, 2003:99).

“Gadis Pantai menjatuhkan diri, menciumkaki Bendoro, kemudian

memeluknya” (Toer, 2003:100).

“Subuh hari waktu ia terbangun, didengarnya suara Bendoro yang

sedang mengaji. Suamiku! Ah, suamiku! Tidak, dia bukan suamiku,

dia Bendoroku, yang dipertuanku, rajaku. Aku bukan isterinya. Aku

Cuma budak sahaya yang hina-dina” (Toer, 2003:248).

“Kau milikku. Aku yang menentukan apa yang kau boleh dan tidak

boleh, harus dan mesti kerjakan” (Toer, 2003:136).

Hubungan suami-isteri yang dijalin oleh Bendoro dan Gadis Pantai

mengisaratkan sebuah subordinasi terhadap perempuan. Keadan yang tidak

menguntungkan bagi perempuan. Mereka dianggap sebagai mahkluk yang

tidak penting dan keberadaannya hanya sebagai pelayan laki-laki. Al Qur‟an

sendiri telah menggambarkan hubungan laki-laki dan perempuan sebagai

seorang suami-isteri, ini dapat kita lihat dalam surah Al Baqarah/2:187.

و نك لة لصيام ل ث لى نسا ئك ىن لباس لك ن ت لباس لهن عل لل حل لك لي و ن باش ىن ب ت غو ما تب لل نت ت تان ون ن فسك تاب عليك عفا عنك الى لك لو ش ب و حتى ي تب ين لك ل يط ب يض من ل يط سود من لفج ث و ل تمو لصيام لى ليل ت باش ىن ن ت عا فون ى لمسجد تل حد د لل

قون ﴿ و يتو للناس لعله ي ت ﴾ت ق ب وىا ذل ي ب ين لل

Page 93: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

77

Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan istri-istri kamua; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan

kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui

bahwasanyakamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah

mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang

campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah

untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih

dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu

sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka

itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah,

maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nyakepada manusia, supaya mereka

bertakwa (Al Baqarah/2:187).

Cermatilah pada ( yang artinya adalah ( ه ن ل ب اس ن ه م ب ب نم ه م ل ب اس نه ن

“mereka (isteri) itu adalah pakaian bagimu dan kamu (suami) pun adalah

pakaian bagi mereka”. Oleh sebab itu, seorang suami-isteri menjalin

hubungan bukan untuk saling merendahkan, melainkan untuk melindungi satu

sama lain. Serta sebuah pernikahan tidak dilandasi oleh rasa ingin menyakiti

seseorang. Pernikahan yang demikian dilarang dalam Islam. Seyogyanya

suami dan isteri hidup dalam keadaan sakinah, mawaddah, dan warahmah.

Kondisi tersebutah yang diharapkan di dalam Islam, sesuai surah Ar

Rum/30:21.

نك مودة رحمة ن ها جعل ب ي من يتو ن خلق لك من ن فسك ز جا لتسكن و لي ن ﴿ ﴾ ي ال يت لقوم ي ت فك

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar

Rum/30:21).

Page 94: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

78

Sakinah sendiri merupakan keadaan dari sebuah keluarga yang diciptakan

atas dasar kedamaian, kebahagiaan, dan ketentraman. Mawaddah adalah rasa

cinta, jadi sebuah hubungan suami dan isteri selalu dilandasi dengan rasa

cinta. Bersedia menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan. Selalu

bersama dikala sedih mau pun senang. Kemudian adalah warahmah yang

memilik makna kasih sayang. Warahmah juga merupakan buah dari sakinah

dan mawaddah, sehingga berimbas terhadap sikap saling melindungi,

menjaga, menolong, menghargai kewajiban dan hak masing masing.

Namun keadan seperti ini tidak terlihat di kehidupan Bendoro dan

Gadis Pantai. Hari-hari Gadis Pantai dihabiskan dengan keragu-raguan akan

suaminya. Kekhawatiran akan nasib diri dan anaknya di kemudian hari.

“Seorang Bendoro dengan isteri orang kebanyakan tidaklah dianggap

sudah beristeri, sekalipun telah beranak selusin. Perkawinan demikian

hanyalah satu latihan buat perkawinan sesungguhnya: dengan wanita

dari karat kebangsawanan yang setingkat. Perkawinan dengan orang

kebanyakan tidak mungkin bisa menerima tamu dengan isteri dari

karat kebangsawanan yang tinggi, karena dengan isteri asal orang

kebanyakan-itu penghinaan bila menerimanya” (Toer, 2003:80).

“Ia tahu benar, dalam sehari wanita utama bisa berganti 25 kali tanpa

sedikit pun mengurangi perbawa Bendoro” (Toer, 2003:97-98).

“Apakah perlu sahaya katakan? Bendoro masih perjaka sebelum

beristeri wanita bangsawan” (Toer,2003:155).

“...Apakah sampai mati aku Cuma pegang lap, bulu ayam, dan sapu?

Canting sayur, dan piring-piring bekas makan Bendoro?” (Toer,

2003:242-243).

“Ia tahu beso atau lusa paling lama setelah Gadis Pantai melahirkan

anaknya yang pertama, wanita muda tak berdosa ini pun mungkin

akan langkahi dan lalu jalan hidupnya sendiri tanpa ragu-ragu lagi:

jalan hidup sebagai sahaya. Dan ibu muda ini lebih menderita dari

padanya karena ia punya anak tapi harus pergi dari anaknya. Ia tak

boleh bertemu. Dan bila bertemu anak, maka itu bukan anaknya, tapi

Page 95: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

79

bendoronya, orang yang harus disembah dan dilayaninya. Ditindasnya

perasaan sendiri, dan dengan lemah-lembut dicobanya juga

memperingatkan Gadis Pantai akan nasibnya yang akan datang”

(Toer, 2003:98).

Kehidupannya sebagai seorang isteri hanya dianggap sebagai bahan latihan

seorang Bendoro muda sebelum mendapatkan isteri yang sederajat. Kondisi

seperti ini akan terus dialami oleh Gadis Pantai sampai ia melahirkan

keturunan dari tuannya tersebut.

“Tapi ini bukan rumahmu lagi, nak” (Toer, 2003:261).

“Lupakan bayimu. Anggap dirimu tak pernah punya anak” (Toer,

2003:258).

“Anak itu? Apa gunanya kau pikirkan? Banyak orang bisa urus dia.

Jangan pikirkan si bayi” (Toer, 2003:258).

“Tak boleh sekali-kali kau menginjakkan kaki di kota ini. Terkutuklah

kau bila melanggarnya. Kau dengar?” (Toer, 2003:258).

“Mari Pulang, nak” (Toer, 2003:256).

Tidak berhenti disitu, ketika ia telah melahirkan seorang anak maka

mau tidak mau harus meningalkan kediaman Bendoro. Sehingga ia telah

diceraikan dan hak asuh anak berada pada tuannya. Akhir menjadi isteri

sekaligus akhir seorang ibu, karena apabila ia berani bertemu dengan

anaknya, maka hal itu dianggap sebuah kejahatan oleh Bendoro. Namun ia

tetap berharap bahwa anaknya kelak tidak bernasib sama dengan ibunya.

“Tapi anak ini, anak ini, dia akan bernasib lebih dari ibunya. Dan

takkan dilahirkan di sebuah kampung nelayan. Dia takkan diantarkan

dari kampung pada seorang Bendoro kota. Dia akan dilahirkan di

sebuah gedung besar yang kukuh, tak sepotong pun angin

menerobosinya. Dia akan dilahirkan dalam kerajaan Bendoro,

bapaknya sendiri. dia akan ikut berkuasa bersama bapaknya, dia akan

ikut memerintah. Dan dia akan turunkan bendoro-bendoro baru, tanpa

perlu turun ke laut menangkap ikan, menantang ombak dan kegelapan

Page 96: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

80

malam, tak perlu rasai jilatan air laut pada kakinya” (Toer,2003:249-

250).

Penantian akan lahirnya buah hati telah usai. Kini ia telah melahirkan

seorang anak perempuan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua

mengenai gender, disana diterangkan bahwasanya beban gender telah dimiliki

seseorang semenjak ia dilahirkan. Hal ini diakibatkan dari pengidentifikasian

gender melalui jenis kelamin. Keadaan ini juga yang dialami oleh anak dari

Gadis Pantai.

“Jadi Cuma perempuan?”. “Seribu ampun, Bendoro”. “Bendoro

membalikkan badan, keluar dari kamar sambil menutup pintu” (Toer,

2003:253).

“Saya ini emak si bayi. Kalau bapaknya pegang pun tak mau, apa pula

merawatnya” (Toer, 2003:263).

“Bendoro tak pernah menengoknya” (Toer, 2003:253).

Kalimat diatas menunjukkan sikap penolakan terhadap anak

perempuan dan lebih mengharapkan seorang putra. Sikap seperti ini lah yang

diperlihatkan oleh masyarakat pada masa Jahiliyah. Perilaku menyimpang ini

terekam di dalam Al Qur‟an surah An Nahl/16:58-59 dan surah At

Takwir/81:8-9.

Berikut bunyi dari surah An Nahl/16:58-59.

ىو ظي ﴿ حدى با ن ثى ظل جهو مسود ورى من لقوم من سو ء ﴾ ا ب ي ت ب سا ء ما يحكمون ﴿ و ى لت بو يمسكو على ىون م يدس ﴾ما ب

Artinya: Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)

anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia

sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,

disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah

dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah

Page 97: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

81

akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,

alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (An Nahl/16:58-

59).

Surah At Takwir/81:8-9.

لت ﴿ ﴾﴾ باي انب قتلت ﴿ ا لموءدة سى

Artinya: (8) Apabila bayi-bayi perempuan yang dikuburkan hidup-hidup

ditanya, (9) Karena dosa apakah dia dibunuh (At Takwir/81:8-9).

Kedua ayat diatas menerangkan sikap penolakan terhadap perempuan

(anak perempuan). Peringatan-peringatan tersebut bertujuan untuk

menyadarkan orang tua bahwa tidak ada perbedaan antara bayi laki-laki dan

perempuan. Ayat tersebut juga hendak menyadarkan bahwa jenis kelamin apa

pun itu tetap memiliki keistimewaan. Pada bayi, di dalam Islam tidak ada

pengkhususan terhadap jenis kelamin tertentu. Al Qur‟an Surah Al

A‟raf/7:172.

ا خذ رب من بني دم من ظهورى اري ت ه شهدى عل ى ن فسه لست ب بك ﴾قالو ب لى شهدنا ن ت قولو ي وم لقيمة نا نا عن ىذ غفلين ﴿

Artinya:Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap

jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini

Tuhanmu?”Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami

menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari

kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam)

adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esaan Tuhan)”

(Al A‟raf/7:172).

Sejak awal Islam tidak mengenal diskriminasi jenis kelamin, sehingga tidak

ada alasan untuk membenci anak perempuan, karena sejak awal wanita dan

laki-laki terlahir dengan janji yang sama. Seharusnya ayat tersebut dijadikan

Page 98: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

82

landasan dalam memperlakukan kelahiran seorang anak. Kelahiran anak

harus disambut dengan lapang dada, bukannya sebuah penyesalan. Ayat di

bawah ini akan menjelaskan kepada kita, mengapa kita harus bergembira

karena kelahiran seorang anak. Al-Qur‟an surah Al-Baqarah/2:233.

لو لد ت ي ضعن دىن حولين املين لمن ر د ن يت ل ضاعة على لمولود لو رزق هن سوت هن بالمع ف تكلف ن فس سعها تضآر لدة بولدىا مولودلو

هما ت ا ر ل جناح بولده على لو رث مثل ال ان ر د صا عن ت ض من عليهما ن ردت ن تست ضعو د ل جناح عليك ا سلمت مآ ت يت بالمع ف

﴾﴿ ت قو ا علمو ن ا بما ت عملون بصي

Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyususi anak-anaknya selama dua tahun

penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban

ayah menangguh nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang

patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Jangan

lah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang

ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban)

seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan

persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya. Dan jika kamu

ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa

bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut.

Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha

Melihat apa yang kamu kerjakan (Al-Baqarah/2:233).

Ayat yang mengajarkan tetang sikap orang kepada anaknya. Namun

sikap Bendoro dengan jelas menunjukkan penyesalan akan kelahiran putrinya

tersebut. Perhatikan pada kalimat ( yang ( ب ه ب آن ب ل ب س ل ب ب ل ب ب ب ب م ه م س ن ه ل ب ب ل ل

memiliki arti “Jangan lah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan

pula seorang ayah (menderita) karena anaknya”. Berbeda dengan sikap

Bendoro, Gadis Pantai sebagai seorang ibu tetap mencintai anaknya apa pun

Page 99: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

83

jenis kelaminnya. Sikap seperti inilah yang harusnya ditunjukkan oleh setiap

orang tua. Mereka menyayangi, merawat, menjaga amanah dan karunia Allah.

“Apa yang takkan kuberikan kepadamu nak? Apa yang takkan

kukurbankan?” (Toer, 2003:259).

“Susui dia di bawah pohon tanjung di tepi alun-alun” (Toer,

2003:261).

Pengorbanan apa pun siap dilakukan untuk anaknya, setidaknya inilah sikap

yang tercermin dari Gadis Pantai.

Kasih sayang, pengalaman, dan ketidakadilan yang Gadis Pantai

terima, mengajarkannya untuk melakukan pemberontakan. Ia mulai tidak

sanggup menerima perlakuan yang selalu menyudutkannya. Kini dia berani

berdiri menantang Bendoro. Mulai berani membela hak-haknya atas seorang

ibu.

“Gadis Pantai mengangkat muka, menantang mata Bendoro. Perlahan-

lahan ia berdiri dengan bayi dalam gendongannya” (Toer, 2003:263).

“Murkailah sahaya ini, Bendoro. Bayi bukan perhiasan, bukan cincin,

bukan kalung yang bisa dilemparkan pada setiap orang” (Toer,

2003:263).

“Ayam pun bisa membela anaknya, Bendoro. Apalagi sahayaini-

seorang manusia, biar pun sahaya tidak pernah mengaji di surau”

(Toer, 2003:263).

Bukan untuk membela haknya saja, penggalan novel di atas juga sebuah

gerakan untuk membela hak seorang ibu. Lebih dari itu, sikap Gadis Pantai

yang secara tidak langsung merupakan sebuah pembelaan untuk perempuan

dengan status yang sama. Wanita-wanita yang hanya dijadikan pemuas

kesenang Bendoro kota dan apabila dia telah bosan, wanita itu lantas

dibuangnya.

Page 100: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

84

Perempuan dan laki-laki di mata Allah memiliki derajat yang sama.

Allah telah memuliakan anak cucu Adam tanpa membedakan jenis kelamin,

suku, ras, bangsa, warna kulit. Al-Qur‟an surah Al-Isra/17:70.

ه على ثي ا لقد منا بني ه من ل يبت ضلن ن ه ى لب لبح رزق دم حملن ﴾۷۰﴿ ممن خلقنا ت فضيل

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di darat dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari

yang biak-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang

sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al-

Isra/17:70).

Sementara itu, mereka memiliki derajat yang berbeda ketika berada

pada lingkungan masyarakat. Baik laki-laki atau perempuan, keduanya dapat

berada pada posisi menindas atau tertindas sesuai dengan sosial budaya

setempat. Oleh karena itu, janganlah kalian memiliki pemikiran untuk

melakuakan ketidakadilan. Lihatlah di dalam Al Qur‟an, Allah telah

memposisikan manusia sedimikian rupa. Surah Az Zariyat/51:56.

﴾ ما خلقت لجن نس لي عبد ن ﴿

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku (Az Zariyat/51:56).

Tidak ada pengkhususan terhadap salah satu pihak. Laki-laki dan perempuan

berada pada tingkat sebagai hamba yang memiki keharusan untuk

menyembah Allah. Mereka memilik potensi yang sama, lihat pada surah Al

Hujurat/49:13 yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Pada ayat

tersebut terdapat perbedaan, tetapi bukan di Mata Allah. Mereka tetap sama di

hadapan Allah, serta yang paling mulia diantara mereka adalah yang paling

Page 101: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

85

bertakwa. Bukan laki-laki atau pun perempuan. Tidak hanya itu, Qur‟an surah

Ali Imran/3:195, menegaskan lagi permasalahan tersebut.

استجاب له رب ه ني ضي عمل عامل منك من ا ن ثى ب عضك من ب عض ه سياته ت لو قتلو ف ن عن الذين ىاج خ جو من ديارى ا ي سبيلي ق

و عنده حسن و لل ه جنت تج ي من تحتها ن ه ث و با من عند لل دخلن ﴾ لث و ب ﴿

Artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan

berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-

orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau

perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian

yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari

kampong halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang

berperang dan yang dibunuh, pasti akan Ku hapus kesalahan-

kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam

surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala

di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik” (Ali

Imran/3:195).

Manusia memiliki kesempatan yang sama dalam meraih penghargaan (pahala

dan surga) dari Allah. Itulah porsi yang Allah berikan kepada manusia

sebagai hamba-Nya.

Hendaknya kita ingat kembali bagaimana kisah manusia sebagai

hamba Allah yang hendak dijadikan Kalifah di muka bumi. Bahwa Allah

tidak menyebutkan secara khusus, siapakan yang hendak Dia jadikan

khalifan. Apakah itu laki-laki atau perempuan. Al Qur‟an surah Al

Baqarah/2:30.

ها ها من ي فسد ي كة ني جاعل ى رض خليفة قالو تجعل ي ا قال رب للمل ىس ل قال ني عل ما ت علمون ﴿ ما ء نحن نسبح بحمدك ن قد ﴾ يسف لد

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

Page 102: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

86

bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan

padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

bertasbih memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan

berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui” (Al Baqarah/2:30).

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kekhususan-kekhususan yang terdapat

pada laki-lakidi dasarkan pada kondisi masyarakat. C. Pesan yang Ingin Disampaikan Pramoedya Ananta Toer

Menggunakan metode analisis wacana Sarah Mills, peneliti hendak

mengungkap pesan yang ingin disampaikan Pramoedya dalam novel Gadis

Pantai. Sarah Mills menggunakan dua kerangka analisis, yakni posis subjek-

objek dan posisi penulis-pembaca. Keduanya saling berkaitan satu sama lain,

karena kerangka tersebut mengarahkan kemana pemahaman kita akan

dibawa.

Memahami posisi subjek-objek, kita dapat melihat pokok kejadian

yang terdapat pada novel. Peristiwa-peristiwa pada novel menggambarkan

suatu tindak diskriminasi terhadap kelompok tertentu setelah masa Kolonial

Belanda di Indonesia. Kondisi tersebut menimpa seorang gadis pantai di

pesisir kota Rembang. Budaya patriarki yang berkembang pada masa tersebut

dengan jelas dipaparkan Pramoedya. Novel Gadis Pantai jelas memaparkan

budaya dominasi masyarakat berdasarkan status sosial.

Pramoedya mengambil tokoh sentral seorang Gadis Pantai dan bukan

Bendoro, Agus atau Bapak dikarenakan pada masa tersebut perempuan

mengalami ketidakadilan yang lebih dibandingkan laki-laki. Pramoedya

hendak mengkritik sistem yang mendiskriminasikan perempuan dengan

Page 103: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

87

menghadirkan Gadis Pantai sebagai sosok yang menerima ketidak adilan.

Namun tidak selamanya ketidak adilan tersebut dapat diterima dengan lapang

dada.

Gadi Pantai sebagai tokoh sentral memiliki peran sebagai pencerita.

Melalui perannya ini, dia menceritakan semua ketidakadilan yang di

alaminya. Kisah kehidupannya diceritakan secara pribadi olehnya dengan

dibalut rasa penyesalan. Setiap aktor dalam novel diceritakan dengan runtut.

Peran Gadis Pantai sebagai pencerita telah memposisikan pembaca

pada titik Gadis Pantai. Tidak hanya itu, pembaca secara lansung disapa

melalu penggunaan kata “sahaya”. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

“Sahaya Bendoro.” Gadis Pantai berbisik dengan sendirinya. “Di sini

kau tak boleh kerja. Tanganmu harus halus seperti beludu. Wanita

utama tak boleh kasar” (Toer, 2003:32).

Pengguaan kata sahaya mengarahkan pembaca pada nasib yang dialami oleh

Gadis Pantai. Melalui sapaan ini Pram ingin memperlihatkan ketidak

berdayanya Gadis Pantai dihadapan Bendoro.

Dapat dikatakkan bahwa pembaca diposisikan pada tokoh utama.

Sehingga kisah yang dipaparkan dalam novel tersebut terkait dengan pembaca

dan mengarahkan pembaca kepada pemikiran-pemikiran tokoh utama. Olek

sebab itu, tidak akan ada protes dari pembaca, karena pemikiran pembaca dan

penulis menjadi sejalan. Akhirnya penulis dan pembaca memiliki pemikiran

atas keadilan dan ketidak adilan yang dialami oleh perempuan karena status

sosialnya.

Page 104: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Novel Gadis Pantai, melaluinya Pramoedya hendak menyampaikan

permasalahan sosial yang ada dan berkembang di masyarakat. Banyak

ketidakadilan yang dialami oleh beberapa orang. Melalui karyanya ini, ia

ingin mengkritik kebijakan-kebijakan yang tidak menghargai hak-hak

individu. Setiap individu hendanya memiliki hak yang sama walau bagaimana

pun keadaannya. Serta setiap orang harus menghormati hak-hak tersebut,

tanpa memandang agama, status sosial, pendidikan, dll.

Permasalahan sosial yang dipaparkan Pram berkaitan erat dengan

kesetaraan gender, yang mana hak-hak perempuan termasuk di dalamnya.

Persoalan gender tidak akan lepas dengan sudut pandang seseorang mengenai

kedudukan laki-laki dan perempuan. Banyak orang yang berpendapat bahwa

gender adalah jenis kelamin. Pandangan ini hendaknya dikaji ulang, karena

jenis kelamin lebih cenderung kepada sex. Sementara itu, gender cenderung

melihat perempuan dan laki-laki dari sudut pandang sosial budaya.

Perbedaan perempuan dan laki-laki harus dilihat dari segi non biologis

bukannya dari segi biologis.

Persoalan pokok di sini adalah pemikiran masyarakat tentang jenis

kelamin, yang mana pemikiran tersebut dapat menimbulkan beban gender.

Page 105: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

89

Masyarakat cenderung memberikan beban gender dengan menggunakan

atribut biologis.

Research terhadap novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer

bertujuan untuk mengetahui representasi perempuan, kesetaraan dan ketidak

adilan gender, serta pesan yang hendak disampaikan pengarang novel dengan

menggunakan pendekatan analisis wacana Sarah Mills. Peneliti dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Seperti yang terlihat di dalam novel Gadis Pantai, perempuan pada novel

tersebut digambarkan ke dalam tiga kategori. Pertama, perempuan desa,

dari sudut pandang ini seorang wanita digambarkan sebagai makhluk yang

kotor, pekerja kasar, dan tidak berpendidikan. Kedua, perempuan kota,

pada golongan ini wanita dianggap sebagai sosok yang terhormat dan

berpendidikan. Ketiga, perempuan priyayi, pada kategori ini seorang

wanita telah memiliki gelar kebangsawanan dan terhormat. Gelar ini tidak

serta merta didapat, gelar ini dapat diperoleh karena faktor keturunan atau

karena keberuntungan seorang perempun disebabkan pernikahanya denga

laki-laki priyayi.

2. Novel ini juga menampilkan kesetaraan dan ketidakadilan gender,

keduanya dipengaruhi oleh budaya patriarki dan status sosial. Novel

tersebut menunjukkan dominasi laki-laki terhadap perempuan karena

budaya patriarki yang cenderung mendiskriminasikan perempuan. Sebagai

contoh, laki-laki diberi kekuasaan lebih atas perempuan terdapat pada

hubungan rumah tangga. Suami dalam hubungan rumah tangga dianggap

Page 106: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

90

sebagai raja, tuan, dan majikan, sehingga isteri merupakan budak yang

dapat diperintah sesuka hati. Ketidak beruntungan dialami perempuan,

namun di sana masih terdapat keadilan. Hal ini tidak dapat dirasakan

semua wanita, karena keadilan di sini hanya dapat dinikmati oleh

perempuan dengan status sosial tertentu. Seperti yang dialami oleh

perempuan-perempuan desa, mereka tidak memiliki kesempatan untuk

bisa mengenyam pendidikan. Berbeda denganya, perempuan priyayi dan

perempuan kota diberi kesempatan untuk bersekolah.

3. Menggunakan metode analisis wacana Sarah Mills, Pram juga hendak

menyampaikan pesan kepada pembaca yang secara aktif disapa pada

novelnya. Melalui Gadis Pantai pembaca disapa dengan sapaan “Sahaya”.

Secara aktifdi sini memiliki arti, bahwa pembaca tidak hanya berperan

sebagai penikmat dan penerima pesan. Melainkan pembaca pada novel

Gadis Pantai diposisikan sebagai salah satu karakternya. Novel tersebut

menempatkan pembaca pada pihak yang mengalami pendiskriminasian,

yakni sebagai “Gadis Pantai”. Hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa

dialog Pramoedya menggunakan sapaan “Sahaya”, karena sapaan tersebut

memiliki makna abdi, budak, dan hamba.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memiliki beberapa saran

yang diharapkan dapat berguna bagi semua orang.

1. Hendaknya setiap orang mampu menghargai hak-hak orang lain, karena

tidak ada kerugian dari sikap menghargai orang lain. Menghargai orang

Page 107: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

91

lain, dengan cara itu kita secara tidak langsung juga menghargai diri

sendiri. Sikap menghargai orang lain dapat menimbulkan dampak positif,

seperti terciptanya perdamaian, saling melindungi satu sama lain, dll.

2. Pemahaman akan gender harus dipertegas lagi. Gender yang memiliki

perbedaan pengertian dengan sex, hendaknya dipahami dengan baik.

Walaupun keduanya hampir sama, namun memiliki perbedaan yang

mendasar. Gender yang terjadi akibat sosial-budaya dan sex terjadi akibat

perbedaan jenis kelamin. Pentingnya memahami dasar yang membedakan

keduanya dikarenakan setiap daerah memiliki perbedaan sosial-budaya.

Setiap orang hendaknya mampu menggunakan dan menempatkan istilah

keduanya.

3. Status sosial bukan merupakan suatu kejahatan. Oleh sebab itu,

diskriminasi terhadap suatu kelompok dengan mengatas namakan status

sosial mereka tidaklah benar. Sebagai hamba Allah bukankah kita telah

mengetahui, bahwa yang membedakan kita satu sama lain adalah amal

perbuatan dan bukan status sosial yang kita sandang. Tidak sepatutnya

seorang manusia bersikap sombong, mendiskriminasikan orang lain, dan

menghina karena merasa status sosialnya lebih tinggi dari orang lain.

Page 108: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

DAFTAR PUSTAKA

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azwar, S. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:

Jalasutra.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya. Semarang: PT.

Karya Toha Putra Semarang.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:

LKiS Yogyakarta.

Gemilang, Jingga. 2014. Rahasia Dibalik Kesuksesan Para Maestro Penulis

Besar Dunia. Yogyakarta: Parasmu.

Hun, Koh Young. 2011. Pramoedya Menggugat: Membaca Jejak Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hybels, Saundra dan Richard L. Weaver. 2007. Communicating Effectively. New

York: McGraw-Hill.

Jumroni. 2006. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif EdisRefisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Muhibbuddin, Muhammad. 2015. Catatan Dari Balik Penjara Goresan Pena

Revolusi Pramoedya Ananta Toer. Yogyakarta: Zora Book.

Muslikhati, Siti. 2004. Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam

Timbangan Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali pers.

Pei, Mario. 1971. Kisah Bahasa. Jakarta: Bhratara.

Page 109: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

Rampan, Korrie Layun. 2013. Antologi Apresiasi Sastra Indonesia Modern.

Yogyakarta: Narasi.

Rani, Abdul, Bustanul Arifin, Dan Martutik. 2006. Analisis Wacana Sebuah

Kajian Bahasa Dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.

Samsuri. 1981. Analisis Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Malang:

Erlangga.

Siswantoro. 2011. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, Munawar. 2008. MAKIWA: Metode Analisis Kritis Komunikasi

Interpretasi Wacana. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan

(LPP) UNS.

TIM PSGK STAIN SALATIGA. 2012. Menelisik Jender Dalam Kontruksi

Sosial. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Titscher, dkk. 2009. Metode Analisis Text & Wacana. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Toer, Pramoedya Ananta. 2003. Gadis Pantai. Jakarta Timur: Lentera Dipantara.

Umar, Nasaruddin. 2010. Argumen Kesetaraan Jender. Jakarta: Dian Rakyat.

Yahya, M. 2010. Dasar-Dasar Penelitian Metodologi dan Aplikasi. Semarang:

Pustaka Zaman.

Yusuf, Muhamad Fahrudin. 2016. Komodifikasi: Cermin retak Agama Di Televisi:

Perspektif Ekonomi Politik Media. INJECT, 1:25-42.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam/diakses pada 5 Maret

2017/jam 7:59 WIB

Page 110: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

CURRICULUM VITAE

Nama : Bagus Sapuro

Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 15 Januari 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Wiru Rt 02/Rw 01, Kec. Bringin, Kab. Semarag.

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan :

a. TK PGRI Wiru : Lulusan 1996-1998

b. SD Negeri 02 Wiru : Lulusan 1998-2004

c. SMP Negeri 1 Bringin : Lulusan 2004-2007

d. SMA Negeri 1 Bringin : Lulusan 2007-2010

Salatiga, 9 Agustus 2017

Penulis,

Bagus Saputro

NIM 11713024

Page 111: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

Pramoedya Ananta Toer

Page 112: KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2143/1/BAGUS... · Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Novel Gadis Pantai, Analisis Wacana Sarah

Sampul Novel Gadis Pantai