Kinetika Sel Dan Transformasi Keganasaan

download Kinetika Sel Dan Transformasi Keganasaan

of 2

Transcript of Kinetika Sel Dan Transformasi Keganasaan

  • 8/18/2019 Kinetika Sel Dan Transformasi Keganasaan

    1/2

    KINETIKA SEL DAN TRANSFORMASI KEGANASAAN

    Semu asel, baik yang normal mauoun sel kanker, memebelah dalam diri dalam suatu siklus sel.

     Namun, sel-sel yang normal didalam tubuh berada pada keseimbangan antara kecepatan sel-sel

    tersebut untuk memebelah dan membentuk sel-sel baru dengan kecepatan kematian sel.

    Secara umum, sel-sel didalam tubuh terbagi menjadi 3 kelompok (Gambar 1):

    • Kelompok sel yang akti berprolierasi

    • Kelompok sel yang berdierensiasi

    • Kelompok sel yang tidak akti berprolierasi (!") yang dapat masuk ke dalam siklus sel

    dengan stimulasi tertentu.

    Setiap sel memulai pertumbuhannya selama ase pasca-mitotik (!#) dimana en$im-en$im yang

     penting untuk produksi %N&,'N&, dan protein lain diproduksi. ase ini diikuti ase sintesis

    %N& (S). setelah sintesis %N& lengkap, sel memasuki ase pra-mitotik (! ) dimana terjadi

    sintesis protein dan 'N& lebih kanjut. ase ini diikuti oleh ase mitosis (*) dimana pembelahan

    sel terjadi, satu sel akan memebelah menjadi dua sel. Sel kemudian memasuki ase ! # kembali.Sel yang berada pada ase !# dapat memasuki ase istirahat (!").

    Kanker muncul dari lesi genetic yang menyebabkan pertumbuhan atau pembelahan sel

    yang berlebihan yang tidak diiringi dengan kematian sel yang adekuat. Kegagalan deerensiasi

    selular menyebabkan perubahan posisi selular dan kapasitas untuk berprolierasi. Secara normal,

    sle-sel akan dirangsang untuk memasuki siklus sel dari ! " atau tetap berada dalam siklus sel

    diba+ah sinyal-sinyal tertentu seperti oleh actor pertumbuhan, sitokin dan hormone. Sel

    kemudian memasuki ase !# dan ase S setelah melalui titik pemeriksaan untuk memastikan

     bah+a gen-nya siap melakukan replikasi. n$im-en$im kinase tergantung siklin (cyclin-

    dependent kinases,/%Ks) adalah en$im yang berperan mengatur siklus perjalanan sel memasuki

    setiap ase dalam siklus sel. Salah satu titik pemeriksaan yang penting agar sel dapat memasuki

    ase S adalah yang diatur oleh produksi dari gen pensupresi tumor p03. 1roduk gen ini

    merupakan inhibitor dari /%K 2 dan . n$im /%K 2 dan yang terakti4asi akan

    memosorilasi produk gen retinoblastoma (p'b). p'b yang terosorilasi akan melepaskan S

    yang berperan dalam menyelesaikan replikasi %N& selama ase S. Selama ase !,/K%

     bersama-sama dengan siklin & dan memastikan bah+a sintesis %Na yang benar telah lengkap.

    Sel selanjutnya memasuki ase * diba+ah pengaruh /%K# dan siklin 5.

    1rolierasi sel kanker juga diatur oleh proto-onkogen yang dalam keadaan akti akan

    menyebabkan pertumbuhan sel. 1roto-onkogen merupakan produk dari onkogen. 6nkogen dapat

    dibagi menjadi kelompok, #) 6nkogen yang bekerja di sitoplasma untuk mengganggu sinyalaktor pertumbuhan normal, seperti ras,raf, dan en$im tirosin kinase dari src, erbB, atau sis 7 )

    onkogen inti, yang mengubah control transkripsi gen, seperti  jum,fos,myc,dan  myb.  !en

     pensupresi tumor seperti p03 dan p'b, bekerja menghambat atau mencegah terjadinya

     pertumbuhan sel yang tidak teratur akibat akti4itas proto-onkogen tersebut.

    Selanjutnya, kapasitas sel untuk membelah diatur oleh akti4itas telomerase yang

    mengatur replikasi kromosom. Kapasitas in4asi dan metastasis dipengaruhi oleh kerjasama

  • 8/18/2019 Kinetika Sel Dan Transformasi Keganasaan

    2/2

    antara metaloprotase matriks dan acti4ator plasminogen serta kapasitas untuk menarik sel stroma

     pejamu pada tempat in4asi melalui tumor-induced  angiogenesis.

    DASAR BIOLOGI TERAPI SISTEMATIK PADA KANKER 

    6bat sitotoksik mempunyai eek primer pada sintesis atau ungsi makromolekul, yaitu

    mempengaruhi %N&,'N&, atau protein yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker, sehinggasel kanker menjadi mati. 6leh karena itu sebagian besar obat sitotoksik tidak eekti terhadap sel-

    sel pada !", oleh karena sel-sel tersebut relati4e inakti, artinya tidak ada sintesis makromolekul.

    Kematian sel tidak terjadi pada saat sel terpapar dengan obat. Seringkali, suatu sel harus

    melalui beberapa tahap pembelahan sel sebelum kemudian mati. 6leh karena hanya sebagian sel

    yang mati akibat obat yang diberikan, dosis kemotrapi yang berulang harus terus diberikan untuk 

    mengurangi jumlah sel kanker. 8erdapat hubungan terbalik antara jumlah sel dan kurabilitas

    onbat kemoterapi. 5erdasarkan model pada tikus, eek sitotoksik dari obat antikanker bersiat

    logaritmik. Secara umum, suatu obat diperkirakan membunuh sel tumor dalam raksi yang

    konstan bukan dalam jumlah yang konstan. &rtinya, jika suatu obat membunuh sel kanker 

    sebanyak log 3, berarti akan mengurangi tumor dari #"#" menjadi #"9 sel. %osis yang sama juga

    akan mengurangi #"0 sel tumor menjadi #" sel.

    ika terapi gagal membunuh galur sel yang sensiti4e, hal ini disebabkan karena pada

    a+alnya jumlah sel tumor asal terlalu tinggi untuk dosis kurati potensial dari obat tersebut. Sel-

    sel kanker dapat terdeteksi secara klinis setelah berjumlah #" ; sel dan tidak akan menunjukan

    respons terhadap terapi setelah berjumlah #"# sel.

    Kemotrapi membunuh sel-sel yang akti membelah. *odel !ompert$ian menunjukan bah+a

     pertumbuhan tumor tidak konstan, mula-mula akan tumbuh secara eksponensial kemudian

     pertumbuhannya melambat secara eksponensial. raksi pertumbuhan puncak terjadi kira-kira

    saat ukuran tumor 39< dari ukuran maksimum. 5erdasarkan model ini, maka jika kemotrapi

    diberikan pada stadium lanjut dimana raksi pertumbuhannya rendah maka raksi sel yang

    terbunuh menjadi kecil. adi, kemotrapi akan lebih eekti bila dimulai sedini mungkin.

    *odel ini juga penting dalam pemberian terapi aju4an. &ngka ketahanan hidup dan masa

     bebas penyakit tidak dipengaruhi oleh jumlah residu sel kanker, apakah populasinya # sel atau #

     juta sel, karena pertumbuhan kembali populasi residu sel akan lebih cepat pada 4olum yang kecil

    dibandigkan yang lebih besar.