Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

25
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 101 Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender Wildan Halid Email: [email protected] Institut Agama Islam Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat Abstrak Konseling pernikahan adalah suatu keniscayaan yang mesti dilaksanakan oleh segenap individu yang akan membina pernikahan bahkan yang sudah menikah sekalipun. Pada zaman yang terus berkembang seperti sekarang ini, individu rentan mengalami stres akibat belum menemukan pasangan yang sesuai dengan harapan, kegagalan dalam membina rumah tangga, dan akhlak pasangan yang buruk disebabkan minimnya pengetahuan agama dan tidak kalah urgennya yaitu keringnya nilai spiritual yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu pentingnya melakukan persiapan sedini mungkin untuk mempersiapkan diri baik yang sifatnya materil maupun immateril seperti bagaimana mengenal calon pasangan bibit bebet dan bobot dari masing-masing pasangan. Sekalipun secara garis besarnya tidak mesti sempurna, tetapi ada hal-hal yang dapat dijadikan prioritas untuk memilih calon pasangan. Mengutip dari sabda Rasulullah bahwa dalam memilih pasangan sangat dianjurkan dengan melihat agamanya. Ketika agamanya bagus maka secara substansi pribadi atau akhlaknya menunjukkan bahwa orang tersebut akan baik. karena orang yang paham agama tentunya akan melaksanakan kewajiban sebagai hamba sang Illahi dan menunaikan hak-hak seorang muslim. Beragama mengejawantahkan kasih sayang dan ini berlaku bagi kedua pasangan serta tanpa melihat perbedaan gender juga berlaku bagi kedua pasangan tanpa melupakan kodrat sebagai lelaki dan perempuan karena masing-masing individu memiliki hak dan kewajiban yang wajib ditunaikan dan tidak boleh lepas dari rasa saling mengerti dan pengertian sebab dalam membina rumah tangga dengan tidak adanya rasa saling mengerti dan pengertian akan kaku dan formal. Jika hal tersebut terjadi maka akan menimbulkan kejenuhan dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan perselingkuhan sampai perceraian. Kata kunci: gender, konseling, pernikahan.

Transcript of Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

Page 1: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 101

Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

Wildan Halid

Email: [email protected]

Institut Agama Islam Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat

Abstrak

Konseling pernikahan adalah suatu keniscayaan yang mesti dilaksanakan oleh

segenap individu yang akan membina pernikahan bahkan yang sudah menikah

sekalipun. Pada zaman yang terus berkembang seperti sekarang ini, individu rentan

mengalami stres akibat belum menemukan pasangan yang sesuai dengan harapan,

kegagalan dalam membina rumah tangga, dan akhlak pasangan yang buruk

disebabkan minimnya pengetahuan agama dan tidak kalah urgennya yaitu keringnya

nilai spiritual yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu

pentingnya melakukan persiapan sedini mungkin untuk mempersiapkan diri baik

yang sifatnya materil maupun immateril seperti bagaimana mengenal calon pasangan

bibit bebet dan bobot dari masing-masing pasangan. Sekalipun secara garis besarnya

tidak mesti sempurna, tetapi ada hal-hal yang dapat dijadikan prioritas untuk memilih

calon pasangan. Mengutip dari sabda Rasulullah bahwa dalam memilih pasangan

sangat dianjurkan dengan melihat agamanya. Ketika agamanya bagus maka secara

substansi pribadi atau akhlaknya menunjukkan bahwa orang tersebut akan baik.

karena orang yang paham agama tentunya akan melaksanakan kewajiban sebagai

hamba sang Illahi dan menunaikan hak-hak seorang muslim. Beragama

mengejawantahkan kasih sayang dan ini berlaku bagi kedua pasangan serta tanpa

melihat perbedaan gender juga berlaku bagi kedua pasangan tanpa melupakan kodrat

sebagai lelaki dan perempuan karena masing-masing individu memiliki hak dan

kewajiban yang wajib ditunaikan dan tidak boleh lepas dari rasa saling mengerti dan

pengertian sebab dalam membina rumah tangga dengan tidak adanya rasa saling

mengerti dan pengertian akan kaku dan formal. Jika hal tersebut terjadi maka akan

menimbulkan kejenuhan dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan

perselingkuhan sampai perceraian.

Kata kunci: gender, konseling, pernikahan.

Page 2: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 102

Pendahuluan

Konseling adalah sebuah upaya atau usaha sadar yang di lakukan oleh ahlinya

yaitu mengembalikan individu ke fitrahnya. Konseling merupakan upaya kuratif dan

preventif yang dalam pemahaman yang dianut penulis adalah mazhab yang berfaham

konseling adalah satu kesatuan dengan kata bimbingan tanpa harus menaruh kata

bimbingan, sederhananya konseling pasti bimbingan begitu juga bimbingan pasti

konseling.1 Konseling sebuah ilmu yang berdiri di atas berbagai disiplin keilmuan

yang masing-masing keilmuan mempunyai peran signifikan terhadap disiplin ilmu

konseling karena sejatinya tidak ada keilmuan yang mampu berdiri sendiri tanpa di

topang dengan keilmuan yang lain artinya dalam setiap keilmuan yang berbeda tidak

ada sekat diantara keilmuan tersebut. Dari berbagai disiplin keilmuan tersebut

masing-masing ter-integrasi-interkoneksi sesuai dengan porsi atau kadarnya.

Begitu pula dengan disiplin ilmu konseling secara prosentase maka ilmu

psikologi menyumbangkan sumbangsihnya yang paling besar terhadap ilmu

konseling karena hampir tujuh puluh persen referensi dari ilmu konseling adalah ilmu

psikologi selebihnya ada antropologi, filsafat, sosiologi, kedokteran dan lain

sebagainya. Melihat relevansi kehidupan dalam berkeluarga masa ini mengalami

perubahan yang begitu drastis baik dari sisi sosial kemasyarakatan maupun sebagai

individu itu sendiri ini semua tidak lepas dari perubahan itu sendiri.

Bila melihat dari kompleksitas kehidupan berkeluarga dari sisi pandang ilmu

konseling maka sangat diperlukan adanya konseling pernikahan, dengan tujuan

mempersiapkan calon pengantin secara matang dalam membina/menjalankan biduk

rumah tangga.

1 Hasil diskusi tahun 2014 dengan Dr. Budi Astuti bertempat di UIN SUKA (beliau adalah

akademisi yang konsen di bidang konseling)

Page 3: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 103

Pembahasan

1. Mengenali Calon Pasangan

Di dalam pernikahan ada dua jiwa, dua karakter, dan dua tempramen berbeda

yang dijadikan satu kesatuan yang hidup tanpa sekat atau jarak, masing-masing

mempunyai keunikan tersendiri. Perbedaan inilah yang bisa menyatukan dua

kehidupan. Meminjam istilah kelistrikan tanpa pertemuan positif dan negatif maka

lampu tidak akan menyala. Berangkat dari pemahaman ini perlu kiranya masing-

masing pasangan saling mengenal terlebih dahulu atau mengambil langkah-langkah

awal menuju jenjang pernikahan diantaranya adalah:

A. Memilih Calon Pasangan

Setiap orang memiliki daya tarik dan selera yang berbeda-beda. Daya tarik

bersifat lahir seperti kecantikan atau ketampanan, ada juga daya tarik yang menempel

di luar seperti kekayaan, pangkat, jabatan atau popularitas. Kemudian ada juga daya

tarik yang bersumber dari dalam diri seseorang, seperti kelemah lembutan, kesetiaan,

keramahan, kejujuran dan berbagai ciri kepribadian lainnya2. Selera manusia juga

berbeda-beda, ada yang lebih tertarik kepada paras, mempertimbangkan dari aspek

harta dan jabatan serta status sosial, di samping ada yang seleranya lebih pada

kualitas hatinya.

Agama adalah tuntunan hidup manusia, karena itu tuntunan agama

sejalan dengan logika dan perasaan umum manusia. Manusia diciptakan

dengan kecenderungan fitrah syahwat yang bersifat universal seperti yang

disebutkan dalam QS Ali Imran ayat 14:

ن رة م ط ن ق م ير ال اط ن ين وال ق ن ب ل اء وا س ن الن وات م ه ب الش لناس ح زي ن لاة ي ح اع ال ت ك م رث ذ ل ح ام وال ع ة والن وم س م ل ل ا ي خ ة وال ض ف ب وال ه الذ

آب م ن ال س ه ح د ن ا والله ع ي ن الد

2 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’(Malang: UIN Malang

Press,2008),h.79

Page 4: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 104

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang

diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,

kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan Shallallahu alaihi wasallamah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik

(surga).

Setiap manusia tertarik dengan lawan jenis, bangga memiliki anak-anak

sukses, senang memiliki harta benda yang bagus, kebun luas dan secara manusiawi

menyukai kenikmatan, kebanggaan dan kenyamanan. Ini adalah suatu hal yang wajar

karena merupakan fitrah syahwat yang dilekatkan Tuhan kepada manusia. Perlu

digaris bawahi bahwa semua itu harus berjalan sesuai koridor agama.

Karakter yang sudah menetap akan membentuk sebuah kepribadian. Menurut

Freud, kepribadian berdiri di atas tiga pilar, yaitu id,ego dan super ego, unsur hewani,

akal dan moral. Perilaku menurut Freud merupakan interaksi dari ketiga pilar

tersebut. Tetapi kesimpulan Freud manusia Adalah Homo Volens, yakni makhluk

berkeinginan yang tingkah lakunya dikendalikan oleh keinginan-keinginan yang

terpendam di dalam alam bawah sadar, satu kesimpulan yang merendahkan martabat

manusia.3

Jadi kepribadian itu berlainan dalam suatu keadaan dan situasi, antara satu

periode umur dengan periode lain. Berlainan menurut hubungannya dengan manusia

yang satu dengan yang lain, berlainan pula menurut sebab akibat dan motif-motif

yang menggerakkan kepribadian itu bertindak. Dalam hal ini, perempuan juga seperti

pria, merupakan “kepribadian manusia”, yang menjadi sasaran dari sifat yang

berlawanan ini karena adanya banyak faktor dan suasana yang berbolak balik di

dalam unsur-unsur “kepribadian”.

Karena kepribadian itu di dalam bahasa merupakan satu kata, tetapi akan

keliru sekali bila dibayangkan bahwa kepribadian itu adalah sesuatu yang hanya

terdiri dari satu unsur saja, yang berada di bawah satu nama. Karena kepribadian itu

merupakan beberapa faktor yang tidak terhitung banyaknya, diantaranya naluri

3 Ibid, h.81.

Page 5: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 105

pengertian, perasaan dan hubungan timbal balik antara kepribadian dan lingkungan

tempat tinggal. Dengan kombinasi yang beraneka ragam tersebut, maka kepribadian

berada dalam gerakan yang terus menerus, yang tidak pernah tenang menuju satu arah

dalam secercah waktu.4

Jadi di dalam kepribadian tidak hanya satu keinginan saja yang terbit dalam

segala waktu dan tempat, artinya dari sumber yang satu banyak keinginan yang terbit

karena mencakup beberapa unsur yang bermacam-macam dan tidak pernah stabil.

Jika dalam memilih jodoh cenderung dipengaruhi oleh hawa nafsu, maka yang sering

terjadi adalah mengejar kenikmatan segera atau bahkan kenikmatan sesaat, bukan

pada kebahagiaan yang utuh dan selamanya. Jika dalam memilih lebih dipengaruhi

oleh tuntunan nurani dan agama, maka pertimbangannya lebih memilih pada

kebahagiaan jangka panjang walau sudah terbayang harus melampui fase-fase

kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan kepahitan hidup.

Agama, seperti yang dianjurkan oleh nabi Muhammad Shallallahu alaihi

wasallam memberikan tuntunan dalam memilih pasangan. Ada empat pertimbangan

yang secara sosial selalu diperhatikan pada calon pasangan yang akan dipilih yaitu

harta, keturunan, kecantikan dan agama. Untuk lebih detailnya penulis menjabarkan

sebagai berikut:5

a. Faktor Harta

Salah satu kriteria memilih calon suami atau istri atas dasar kekayaan.

Tidaklah salah jika harta menjadi pertimbangan seseorang memilih calon pasangan,

karena harta dapat menghantarkan keluarga sejahtera dan terpenuhi kebutuhan

finansial dalam rumah tangga. Namun harta benda belum dapat menjamin pasangan

suami istri menemukan kebahagiaan hakiki dalam rumah tangga. Harta dapat

memberikan manfaat kepada pemiliknya, tetapi seringkali dengan harta seseorang

menjadi celaka.

4Abbas Mahmoud Al-Akkad, Wanita Dalam Alqur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.79 5 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan........,h.82

Page 6: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 106

Beberapa kasus yang terjadi dalam rumah tangga, ketika harta menjadi alasan

memilih calon pasangan, harta dipandang dapat menyelesaikan segalanya termasuk

menyelesaikan semua masalah rumah tangga kelak. Tetapi ketika terjadi perubahan,

di mana rumah tangga mengalami krisis ekonomi, maka dapat merubah sikap

seseorang terhadap pasangannya. Dengan demikian harta memang diperlukan tetapi

bukan menjadi tujuan utama seseorang menentukan pasangannya.

Kondisi yang ideal dalam rumah tangga yakni pada diri suami dan istri

sebenarnya suatu hal yang tidaklah sepenuhnya bisa diperoleh. Namun tidak akan

menghalangi berlangsungnya suatu pernikahan yang bahagia bila kedua belah pihak

telah berbulat hati untuk bersatu dalam membina sebuah rumah tangga dengan

kesiapan mental guna menanggung segala macam resiko yang akan dihadapi dalam

perjalanan pernikahan selanjutnya.6

Di sinilah diperlukan bahkan menjadi suatu kewajiban seorang mukmin untuk

terus meningkatkan pengetahuan bagaimana membangun rumah tangga yang

harmonis atau sering kita dengar yakni keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah

tanpa ada tendensi yang lain dalam artian, refleksi penulis, yaitu berusaha dari hari ke

hari untuk terus belajar dan berusaha bagaimana religiusitas dan spritualitas dalam

diri seseorang itu bisa seirama. Karena hanya dengan dua kata kunci ini kebahagian

dalam rumah tangga bisa dicapai bahkan dalam kehidupan yang lebih luas sekalipun.

Walaupun predikat ideal sukar diperoleh sepenuhnya, alangkah baiknya bila

masing-masing pihak selalu saling memahami dan berusaha mendapatkannya di

sepanjang jalur kehidupan bersama yang akan dijalani. Taraf kesadaran dan

kesabaran yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang secukupnya

sangat menunjang pencapaian tujuan-tujuan pernikahan yang akan dicapai.

b. Faktor Keturunan

6 Hasan Basri, Keluarga Sakinah ‘Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1999), h.24.

Page 7: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 107

Dalam menentukan calon pasangan yang akan dijadikan suami atau istri, salah

satunya adalah faktor keturunan. Untuk melihat potensi dan kepribadian seseorang,

dapat dilihat dari mana dia berasal, siapa orang tua dan siapa keturunannya. Karena

kepribadian adalah nilai bagi stimulus sosial dan kemampuan menampilkan diri

secara mengesankan (Hilgard & Marquis). Begitu juga apa yang didefinisikan Stern

bahwa kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik,

usaha mencapai tujuan, kemampuan bertahan dan membuka diri serta kemampuan

memperoleh pengalaman.7

Membuat pertimbangan dalam memilih pasangan adalah bagian yang penting,

faktor keturunan juga sangat berperan bagaimana kepribadian itu terbentuk dan

diyakini bahwa memilih pasangan dari faktor hederitas bagian dari syarat untuk

mencapai keluarga yang sakinah. Tidaklah keliru jika faktor keturunan menjadi

pertimbangan utama dalam memilih pasangan, namun tidak boleh digunakan sebagai

kebanggaan dan kesombongan yang menyebabkan sikap eksklusif dalam interaksi

sosial di masyarakat.

Kebahagiaan rumah tangga bukan tergantung dari keturunan siapa dia berasal,

tetapi semata-mata menjadi pertimbangan bukan sebagai tujuan seseorang termotivasi

untuk menikah. Dalam membina rumah tangga yang bahagia bergantung bagaimana

masing-masing pasangan saling menerima, saling memahami, saling mengerti dan itu

ditentukan oleh kematangan atau kedewasaan berfikir yang di tunjang oleh

pengetahuan bagaimana membangun rumah tangga yang harmonis dari masing-

masing pasangan.

c. Faktor Kecantikan/Ganteng

Tuhan maha indah dan menciptakan keindahan pada makhluknya, alam

semesta ciptaan Tuhan sungguh sangat indah mencerminkan keindahan Sang

Pencipta. Manusia juga diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang terindah secara fisik

7 Alwisol ,Psikologi Kepribadian, ( Malang: UMM Press, 2014), h.7

Page 8: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 108

dan psikologis. Oleh karena itu manusia didesain Tuhan untuk mengerti keindahan

dan bisa menikmati keindahan. Manusia yang mencintai keindahan secara benar pasti

dicintai Allah. Karena cinta keindahan juga merupakan sifat Allah;

“Sesungguhnya Allah itu sangat indah menyenangi keindahan”(H.R. Muslim dan

Turmuzi dari Ibnu Mas’ud).

Kecantikan atau ganteng bersifat relatif. Setiap orang memiliki selera dan

daya tarik yang berbeda terhadap lawan jenisnya. Ini menunjukkan adanya aktualisasi

diri terhadap individu yaitu individu mengalami pengalaman puncak yakni sebagai

saat-saat tatkala dunia tampak utuh dan orang itu merasa selaras dengannya tetapi

berhasil mengaktualisasikan diri tidak sama dengan kesempurnaan (Maslow).8 Ada

yang menekankan pada paras, body, serta dari sikap yang luwes.

Tetapi suatu yang bersifat fisik tidak mampu dipertahankan seiring dengan

bertambahnya usia dan juga bukan menjadi jaminan mutlak rumah tangga menjadi

sakinah. Pengalaman hidup mengajarkan bahwa banyak cinta menjadi dendam,

pasangan yang ganteng dan cantik yang awalnya mesra berubah menjadi saling

membenci, saling mendendam bahkan saling merusak dan melakukan kekerasan.

Artinya di mata kedua pasangan yang sedang dilanda kebencian, maka kecantikan

dan kegantengan sama sekali tidak mempunyai nilai bahkan menjadi bahan tambahan

bahan bakar kebencian.

Dari tiga pembahasan diatas yaitu harta, keturunan, cantik, dan ganteng bukan

menjadi faktor utama dalam memilih pasangan karena ketika yang tiga ini di jadikan

faktor utama maka Allah akan mengubah keunggulan faktor yang di anggap positif

itu menjadi bernilai negatif. Berkesesuaian dengan apa yang diperingatkan oleh Imam

Ja’far Shadik bahwa: Jika seseorang mengawini seorang wanita karena kecantikan

8 Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku,

Perasaan, &Pikiran Manusia (Bandung : Nusa Media, 2015), h.96

Page 9: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 109

atau hartanya, ia akan mendapatkan apa yang dicari itu. Tapi bila ia mengawininya

karena agamanya, Allah pasti akan memberikan kecantikan dan harta.9

d. Faktor Agama

Di akhir hadist Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam berbunyi,

pilihlah yang memiliki agama, maka kalian akan beruntung, Hadist tidak

menyebutkan orang yang beragama tapi orang yang memiliki agama, disini

mengandung substansi, jadi perempuan atau lelaki adalah orang yang beragama

secara substansial atau dapat dilihat sifatnya sebagai orang mematuhi agama, artinya

secara vertikal ia tidak sanggup untuk sombong.

Secara horizontal orang yang memiliki agama secara substansial akan

berusaha secara maksimal menjadikan dirinya bermanfaat kepada manusia dan

makhluk lain karena manusia tak lain adalah pengejawantahan kasih sayang Tuhan.

Karakteristik orang yang memiliki agama akan terasa dalam berkomunikasi,

berinteraksi, bertransaksi yakni substansi agamanya akan terasa menyejukkan,

menentramkan, membangun semangat, dan menumbuhkan etos “mengagumkan”.

Dari empat kriteria pembahasan di atas merupakan bagian dari kebutuhan

dasar manusia dikarenakan dalam diri manusia terdapat tiga kebutuhan yang saling

berhubungan yaitu biologis, sosiologis dan teologis. Di mana dalam hal ini di

dasarkan pada makhluk biologis, sosial dan religi. Implikasi dari hal tersebut adalah

manusia mempunyai berbagai dimensi kehidupan yaitu bio-psiko-sosio-religius.10

Dengan agama suami dan istri akan menemukan ketenangan yang hakiki karena

jaminan rumah tangga semata-mata digantungkan kepada yang Maha Mengatur dan

Maha Bijaksana.

9 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’.,h.85 10 Ali Murtadho, Konseling Perkawinan persfektif Agama-Agama, (Semarang:Walisongo

Press,2009),h.43

Page 10: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 110

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki tersebut, pernikahan

sebagaimana yang telah diatur dalam hukum agama maupun negara pada dasarnya

merupakan satu proses kehidupan yang penting bagi eksistensi manusia itu sendiri.

Pernikahan pada dasarnya merupakan aktivitas hidup yang ditempuh untuk

memenuhi berbagai kebutuhan manusia, baik secara fisiologis, psikologis, sosial dan

religi.

1) Kafaah (Kesepadanan) dalam menentukan pasangan

Salah satu pertimbangan yang penting dalam menentukan calon pasangan baik

suami maupun istri adalah pertimbangan kafaah (kesepadanan). Menurut bahasa,

kafaah berarti persamaan atau perbandingan namun yang dimaksud di sini adalah

kondisi suami yang setara dengan istrinya dalam kedudukan sosial, agama, moral

(akhlak) dan ekonomi. Masyarakat berkeyakinan bahwa kesepadanan antara suami

istri menjadi salah satu faktor keharmonisan dalam rumah tangga.

Menurut Ibnu Hazm, tidak ada ukuran kesepadanan dalam perkawinan. Beliau

hanya menekankan masalah pernikahan laki-laki baik dengan perempuan pezina atau

sebaliknya perempuan baik dengan laki-laki pezina, sebagaimana di sebutkan dalam

QS. Al-Nur:3.

رك و م ش زا ا ه ك ح ن ة ي ي ن ة والزا رك ش و م ة ي ن زا ح ك ن ي ي الزان

ين ن ؤم م ى ال ل ك ع ر م ذ ل وح

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,

atau perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan

oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan

atas oran-orang yang mukmin.

Apakah ukuran yang dimaksud dakam ayat ini berlaku secara umum atau

sebuah gambaran bahwa memilih pasangan merupakan ikhtiar sehingga dalam

menentukan kriteria sesuai dengan pertimbangan umum. Dalam faktanya, Rsaulullah

Page 11: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 111

shallallahu alaihi wasallam telah menikahkan para sahabat yang terkadang status

sosialnya jauh berbeda baik dari segi kebangsawanan dengan bekas budak, maupun

yang kaya dengan yang miskin. Seperti Zainab yang keturunan bangsawan dengan

Zaid bin Harisah seorang mantan hamba sahaya (budak) begitu juga dengan sahabat

yang lain seperti Miqdad dengan Dzaba’ah yang status sosialnya seperti langit dan

bumi.11

Artinya masalah kesepadanan menjadi persoalan pertimbangan khusus dan

dengan kriteria yang khusus pula. Ulama kebanyakan atau sebagian besar

menegaskan bahwa kafaah dilakukan dengan pertimbangan agama atau akhlaqul

karimah sedangkan yang lain seperti kekayaan, kecantikan, ketampanan, kedudukan

atau jabatan maupun status sosial bukan menjadi pertimbangan mutlak. Sebagaimana

disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13;

ل ائ ب ا وق وب اك م ش ع ن ل ع ى وج ث ن ر و ن ذك م م اك ن ق ل نا خ ا الناس ي ه ا ي

ير ب يم خ ل الله ع م اك ق ت د الله ن م ع ك رم ك وا ارف ع ت ل

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam ayat ini menjelaskan fitrah manusia yaitu “potensi” yang dimiliki dan

diaktualisasikan sebagamana Maslow menggambarkan bahwa manusia yang sudah

mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan

melakukan apapun yang bisa mereka lakukan yakni dengan respon yang sesuai

dengan kodrat atau kapasitas yang memajukan hubungan yang sehat dengan sesama

seperti tingkah laku yang sehat, memuaskan dan matang serta perlu diketahui bahwa

11Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender.,h.87

Page 12: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 112

masing-masing kualitas muncul dari kodrat atau kapasitas yang ada pada manusia

serta hubungannya dengan kenyataan.12

Maksud dari perkawinan antara lain adalah untuk mempertemukan ciptaan

Allah Subhanahu wa Ta’ala dari berbagai perbedaan suku bangsa maupun perbedaan-

perbedaan lainnya seperti warna kulit, bahasa, budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang

melatari suami istiri agar keduanya saling mengenal berbagai perbedaan tersebut

untuk menuju pada satu titik ketaqwaaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena

itu kafaah atau kesepadanan bersifat relatif dan kondisional.

Kasus Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menikahkan sahabatnya yang

berbeda status sosial sebagaimana uraian di atas, diikuti pula oleh sahabat Hudzaifah

yang menikahkan Salim bekas hamba sahaya dengan Hindun binti al-Walid bin

Utbah bin Rabi’ah merupakan simbol bahwa Rasulullah melakukan pembongkaran

budaya patriarki yang menganut bahwa perempuan berstatus tinggi akan turun

derajatnya di masyarakat ketika menikah dengan seorang laki-laki yang berstatus

sosial lebih rendah.

Berniat dan beriktikad yang benar dalam membangun rumah tangga adalah

keharusan yang mutlak sifatnya. Kita diajarkan bagaimana menjadi seorang yang

jujur dalam melaksanakan ajaran agama dalam hal ini khususnya terkait dengan

pernikahan yaitu jangan ada tendensi yang lain yang arahnya cenderung negatif,

Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Bayyinah ayat 5 berfirman:

و ا ؤت ة وي ل وا الص يم ق اء وي ف ن ين ح ه الد ين ل ص ل خ وا الله م د ب ع ي ل روا م ا وم

ة م ي ق ين ال ك د اة وذ ل الزك

12 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental bagian satu, (Yogyakarta: Kanisius anggota IKAPI,

2010),h.60.

Page 13: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 113

Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar supaya beribadah kepada ALLAH

dengan tulus ikhlas melaksanakan agama secara jujur,menegakkan shalat,membayar

zakat dan demikian itulah agama yang benar.

Niat dan tujuan pernikahan adalah semata-mata manifestasi dari rasa patuh

dan tawadhu’ kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharap ridha-Nya, cinta dan

kasih sayang-Nya, bukan karena pelampiasan nafsu hewani yang bersifat biologis

semata, akan tetapi sebenarnya di dalam hubungan biologis terdapat rahasia besar.13

Dengan demikian kafaah dapat dikondisikan pada pra pengambilan keputusan untuk

menikah dan dapat pula dikondisikan secara berproses dalam kehidupan rumah

tangga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan suami istri maupun kemaslahatan

bersama.

Penting untuk diperhatikan bahwa masyarakat muslim berkeyakinan bahwa

kesepadanan dalam agama menjadi ukuran utama. Sedangkan proses penyesuaian

untuk kesepadanan ini dapat diperhatikan pada uraian pentingnya mengenali calon

pasangan sebagai berikut.

A. Pentingnya Mengenali Calon Pasangan

Pentingnya mengenali calon pasangan adalah agar masing-masing dapat

memahami dan mengerti kepribadian pasangan dan juga beradaptasi dengan

kepribadian yang berbeda. Sebelum orang melakukan transaksi jual beli, apalagi jika

membeli sesuatu yang bernilai, pasti terlebih dahulu akan melakukan berbagai

pertimbangan, kualitas, kegunaan, harga dan selera pribadi. Jika senang, apalagi

berkualitas dan diperlukan, maka harga tidak menjadi masalah. Demikian juga orang

dalam melakukan transaksi kontrak kerja, pastilah unsur keuntungan dan keamanan

akan menjadi pertimbangan.

Mungkin menjadi bagian dari hakikat manusia untuk memuja tubuh, untuk

berusaha memahami lewat akal sehat semesta dan tempat kita di dalamnya, untuk

13 Hamdani Bukron Adzaki, Konseling dan Psikoterafi Islam cet. Ke 6, ( Yogyakarta: Al-

Manar 2008), h.91.

Page 14: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 114

mencari pasangan dan menghasilkan keturunan, untuk merawat, dan mengasuh

keturunan hingga mandiri, dan untuk hidup kooperatif dengan sesama manusia.

Setiap manusia memiliki keunikan tertentu yang disebabkan oleh pembentukan gen-

gen kelahirannya dan pembentukan pengalaman-pengalaman pribadinya selama ini.

Artinya kita tidak punya kemiripan dengan siapapun di dunia ini.14

Beberapa sifat kepribadian diyakini diperoleh lewat proses pembelajaran

individu (seperti selera musik, makanan dan lain-lain) sedangkan yang lain ditentukan

secara genetis (seperti kondisi emosi), beberapa sifat menampakkan pengaruh

dominan bagi hidup manusia (seperti kecerdasan) beberapa lagi hanya memberi

pengaruh kecil, namun tetap penting untuk diperhatikan.

Akad nikah adalah kontrak seumur hidup antara dua individu di mana nereka

berdua bukan saja akan selalu bersama dalam suka dan duka. Setiap hari akan banyak

menghabiskan waktu yang harus dilakukan bersama-sama. Jika mereka tidak

mempunyai kesamaan maka kebersamaan dalam waktu yang lama akan melahirkan

kebosanan. Oleh karena itu sebelum penanda tanganan kontrak akad nikah, harus

benar-benar meneliti unsur-unsur yang akan mendukung kebersamaan dan menandai

unsur-unsur resistensi yang apa saja yang bisa mengganggu bahkan bisa menjadi bom

waktu.

Dalam pemilihan pasangan ada peranan ilmu. Perasaan cocok sering lebih

besar dibanding pertimbangan ilmiah. Jika seorang perempuan dalam pertemuan

pertama dengan seorang laki-laki langsung merasa bahwa laki-laki itu terasa ada

feeling untuk menjadi suami, meski ia belum mengetahui secara detail, biasanya

feeling itu akan menjadi faktor dominan dalam mempertimbangkan pilihan. Dan ini

adalah termasuk faktor hallo effect yakni langsung tertarik oleh penampilan.

14 Matthew H. Olson. B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadianedisi ke 8 terj.

Yudi Santoro (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013), h.3.

Page 15: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 115

Sementara itu argumen rasional berdasarkan data lengkap tentang berbagai

karakteristik memungkinkan dapat memuaskan logika, tetapi mungkin terasa kering,

karena pernikahan bukan semata logika, tetapi justru lebih merupakan masalah

perasaan. Pasangan yang dari segi infrastruktur logis mestinya bahagia, tetapi

pasangan seperti ini justru melewati harinya dengan suasana kering dan

membosankan karena hubungan lebih bersifat formal.

Berbeda dengan pasangan yang serba kekurangan, meski hidup dalam

kesahajaan, tetapi mereka kaya dengan perasaan, sehingga mereka dapat merasa

ramai dalam keberduaan, merasa meriah dalam kesunyian malam, merasa ringan

dalam memikul beban, merasa sebentar dalam mengarungi perjalanan panjang

walaupun melewati usia 40 tahun perkawinan mereka tetap serasa pengantin baru.

Kehidupan suami istri sebenarnya di mulai sejak pagi hari pertama setelah

malam resepsi. Di saat mempelai telah menjalani peristiwa penting yang

membahagiakan (malam pertama) dengan penuh kemesraan dan kebahagiaan. Suatu

pernikahan adalah mempertemukan dua orang anak cucu Adam yang berbeda jenis

kelamin dengan niat yang luhur untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan

hidup.

Pernikahan juga mempertemukan dua keluarga besar dalam suatu rumpun

baru yang penuh dengan semangat kekeluargaan. Oleh karena setiap pasangan dalam

suatu rumah tangga bukan saja sayang dan mengasihi pasangannya tetapi juga

segenap sanak keluarga pasangan. Terutama mertua, sikap mengasihi dan mencintai

selalu ditunjukkan dengan penuh kelembutan dan keikhlasan hati. Sikap demikian

bukan saja menambah kecintaan dari pasangan tetapi juga akan membuahkan

hubungan kekeluargaan yang semakin akrab dan penuh hikmah serta kebahagiaan

semua pihak.

Page 16: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 116

B. Hakikat Kepribadiaan

Kepribadian merupakan sekumpulan dari berbagai elemen yang ada pada diri

individu, baik elemen itu datangnya dari dalam maupun luar individu itu sendiri yang

menjadi ciri khas tersendiri yang dimunculkan di depan umum. Sedangkan kata

kepribadian itu sendiri berasal dari kata latin yaitu persona yang artinya topeng.

Setiap teori kepribadian tak lain tak bukan adalah upaya mendefinisikan kepribadian

di luar seberapa mencolok perbedaan satu definisi dengan definisi lainnya.

a. Tiga Fokus Teori Kepribadian

Kluckhohn dan Murray mengamati jika setiap manusia: (1) mirip setiap

manusia yang lain; (2) mirip beberapa manusia yang lain; dan (3) tidak mirip manusia

lain manapun. Artinya bahwa:

1. Kita semua mirip semua manusia lain sejauh adanya sebuah hakikat

manusia yang mendeskripsikan kemanusiaan kita. Salah satu tugas teoritis

kepribadian adalah mendeskripsikan apa yang dimiliki semua manusia

pada umumnya, yaitu apa yang dilengkapkan pada kita sejak lahir inilah

yang bisa menjelaskan hakikat manusia.

2. Kita mirip beberapa manusia yang lain sejauh kita berbagi sebuah budaya

yang sama dengan mereka. Contohnya, mungkin menjadi bagian hakikat

manusia untuk memuja tubuh, untuk memahami lewat akal sehat semesta

dan tempat kita dalamnya, untuk mencari pasangan dan menghasilkan

keturunan, untuk merawat dan mengasuh hingga mandiri, dan hidup

secara kooperatif dengan sesama manusia. Namun begitu, budaya tempat

kita dibesarkan itulah kemudian yang menentukan bagaimana cara

memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

3. Kita tidak punya kemiripan dengan siapapun di dunia ini, artinya setiap

manusia memiliki keunikan tertentu, yang disebabkan oleh pembentukan

gen-gen kelahirannya, dan pembentukan pengalaman-pengalaman pribadi.

Page 17: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 117

b. Faktor Penentu Kepribadian

Penjelasan yang paling awam atau paling umum tentang kepribadian sering

didasarkan kepada faktor genetik artinya ini mengimplikasikan sebuah penjelasan

berbasis genetik bagi kepribadian karena semua ciri dan sifat sudah ada di dalam

darah. Contohnya mata sipit, rambut pirang, tubuh pendek, tinggi atau tempramen

yang dimiliki individu.15

Para psikolog modern mempelajari faktor-faktor penentu bagi kepribadian

seperti faktor biologi, sosial, budaya, (genetik, sifat-sifat, masyarakat, pembelajaran,

pilihan pribadi, mekanisme bawah sadar dan proses-proses kognitif). Para teorisi

kepribadian berada di posisi unik dalam psikologi karena berkesempatan untuk

mempelajari seluruh kepribadian manusia. Kebanyakan psikolog yang lain hanya

menyoroti satu aspek manusia seperti perkembangan anak, usia anak, persepsi,

kecerdasan, pembelajaran, motivasi, ingatan atau patologi. Hanya teori kepribadian

yang berusaha menghadirkan satu gambaran lengkap tentang manusia.16

Kepribadian adalah pengorganisasian yang dinamis dalam individu, dari

sistim psiko fisik yang menentukan wataknya yang khas dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitarnya. Para psikolog juga merespon kepribadian adalah satu-

kesatuan yang terorganisir dan selalu berinteraksi di dalamnya semua organ tubuh

dan jaringan psikologisnya. Dan juga menentukan perilaku serta responnya dengan

cara yang membedakannya dari orang lain.17

a) Menuju Jenjang Pernikahan

Proses menuju jenjang pernikahan bagi sebagian orang adalah hal yang

mungkin tidak terlalu merepotkan karena ada dukungan finansial yang cukup di

keluarga kedua mempelai. Namun di satu sisi menjadi hal yang sangat merepotkan

15 Ibid.,h.4 16 Ibid.,h.11 17 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender.,h.99

Page 18: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 118

bagi kedua belah pihak karena butuh proses yang keras untuk bisa merealisasikan

atau sampai ke proses akad karena fakor finansial, serta adanya budaya yang berbeda

dalam proses pernikahan di masing-masing daerah, di daerah yang satu misalnya

cukup memenuhi rukun selesai dengan acara yang sederhana tanpa memberatkan

kedua mempelai maupun keluarga dua belah pihak terlepas dari alasan-alasan

tersebut fokus penulis adalah:

1) Kebutuhan-Kebutuhan Individu Terhadap Pernikahan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan

yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila

kebutuhan individu tersebut tidak terpenuhi, maka akan menunjukkan perilaku

kecewa, sebaliknya jika kebutuhan terpenuhi, akan memperlihatkan perilaku gembira

sebagai manifestasi dari rasa puas.

Bagaimanapun individu tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhan. Menurut

Maslow hirarki kebutuhan dimulai dari18.

a. Kebutuhan fisiologis yakni makanan dan kehangatan, karena kita

tidak bisa hidup tanpa dua hal tersebut.

b. Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, maka kita akan mencari

rasa aman.

c. Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan berikut yang kita

cemaskan.

d. Adalah kebutuhan sosial yaitu menjadi menjadi bagian dari

kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain.

e. Ketika kebutuhan sosial sudah terpenuhi, kebutuhan berikutnya

yang terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai, agar kebutuhan

18 Matt Jarvis,……93

Page 19: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 119

itu terpenuhi, kita harus berprestasi, menjadi kompeten dan dapat

pengakuan sebagai orang yang berprestasi dan kompeten.

f. Begitu kebutuhan poin e terpenuhi, perhatian kita akan beralih

pada pemenuhan kebutuhan intelektual kita, termasuk didalamnya

adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan.

g. Kemudian kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan estetis yaitu

kebutuhan akan keindahan, kerapian dan keseimbangan.

h. Dan kebutuhan terakhir manusia adalah kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri, yaitu pemenuhan pribadi dan mencapai

potensi diri.

Adapun potensi manusia menurut Imam al Ghazali yang dikembangkan dan

dipelihara agar terlindungi dari hal-hal yang dapat mengarah kepada pemenuhan

kebutuhan tanpa mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma agama, termasuk dalam

memenuhi kebutuhan akan pernikahan, potensi tersebut meliputi:

a. Potensi Ruhiyah yakni setiap manusia memiliki potensi ketuhanan yang

bersifat halus (latifah) merupakan daya ketuhanan atau qudrah ilahiyah

yang dimiliki setiap manusia yang fungsinya untuk mengatur empat

potensi psikis yang mencakup rabbaniyah (ketuhanan), syaithaniah

(cenderung mengikuti kemauan untuk maksiat kepada Allah), sabuiyah

(potensi yang mendorong seseorang untuk bersaing/bermusuhan), dan

bahimiyah (potensi yang memotivasi seseorang berperilaku seperti

binatang).

b. Potensi Nasfiyah, potensi ini dapat mendorong seseorang melakukan

kejahatan baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain atau yang

disebut dengan hawa nafsu. Potensi ini juga dapat diarahkan yang

mendorong seseorang melakukan hal-hal positif, dengan nafsu pula

seseorang mendapatkan keutamaan dan ketenangan hidup.

Page 20: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 120

c. Potensi Qalbiyah yakni merupakan potensi yang dapat mempengaruhi

tingkah laku seseorang. Qalb oleh al Ghazali dibagi menjadi dua macam

yaitu berupa fisik atau yang disebut sanubari, terletak di dada bagian kiri,

dan berupa metafisik halus (latifah), menampung sifat-sifat rabbani dan

ruhani.

d. Potensi Aqliyah. Dalam Alqur’an di sebutkan kata aqliyah sebanyak 49

dalam bentuk kata kerja yang artinya memahami, mengerti, dan berfikir.

Potensi aqliyah meliputi empat macam yakni:

1. Potensi yang berfungsi membedakan manusia dengan binatang

2. Potensi yang dapat menyerap ilmu pengetahuan

3. Potensi yang dapat menyerap pengalaman

4. Potensi yang dapat mengetahui akibat dari sesuatu yang terjadi, dan

berfungsi pula untuk mengekang syahwat.19

Potensi manusia tersebut dapat memotivasi seseorang untuk melakukan

sesuatu perbuatan atau mempengaruhi tingkah laku sesseorang. Potensi-potensi

tersebut dapat dikembangkan dan diarahkan karena seseorang memiliki kemauan

yang berciri baik dan luhur. Ciri motivasi yang luhur tersebut meliputi: Al mardhiah

(motivasi untuk melakukan kebaikan), al radhiyah (motivasi untuk bersikap ikhlas

tanpa mengharap pujian atau imbalan), Al muthmainnah (mendorong seseorang untuk

membangun keharmonisan), Al kamilah (motivasi menuju kesempurnaan), dan Al

mulhamah (motivasi untuk menjauhi kemaksiatan).

Kebutuhan pernikahan dikaitkan dengan teori Imam al Ghazali di atas, bahwa

sebagaimana tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan keluarga sakinah,

mawaddah, dan rahmah, dapat dilakukan dengan menyelaraskan ketiganya yakni

potensi ruhaniyah manusia, motivasi dan tujuan yang akan diraih dalam pernikahan.

19AL-Ghazali, Mujmaat Rasa’il al Imam al Ghazali ( Bairut: Dar alfikr, 1996)

Page 21: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 121

Motivasi seseorang untuk menikah dengan memanfaatkan empat potensi tersebut

dapat mempengaruhi terwujudnya keluarga sakinah sebagai tujuan pernikahan20.

Potensi ruhiyah dapat menghantarkan pernikahan seseorang agar menjadikan

agama sebagai landasan yang kokoh dalam membangun rumah tangga. Potensi

nafsiyah diarahkan untuk berperilaku positif terhadap keluarga, tidak melakukan

tindakan kekerasan, sikap saling membenci, curiga, dan cemburu yang dapat merusak

keharmonisan rumah tangga. Potensi qalbiyah dapat mengendalikan rumah tangga

dengan hati yang bersih, terhindar dari perbuatan yang melanggar norma agama dan

norma masyarakat, setia dan menyayangi pasangan dengan hati yang tulus ikhlas,

peka terhadap masalah rumah tangga sehingga memiliki rasa empati terhadap

pasangan dan keluarga.

Potensi aqliyah dikembangkan sebagai sarana untuk menyerap ilmu

pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan yang sangat penting dalam

meningkatkan kedewasaan seseorang, mengambil hikmah setiap peristiwa dalam

rumah tangga agar dapat meningkat menuju ke jenjang sakinah yang diharapkan.

Potensi aqliyah juga digunakan sebagai pijakan untuk mengetahui dan menganalisis

masalah keluarga, faktor-faktor penyebabnya, dampak-dampaknya, sehingga dapat

mengambil keputusan keluarga dengan bijak, tidak ada yang terdiskriminasikan dari

yang lain.21

2) Hirarki Kebutuhan Individu Terhadap Pernikahan

Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana satu

sama lain saling membutuhkan, sebagaimana uraian di atas, manusia memiliki

potensi dan motivasi beragam yang menggambarkan bahwa dalam hal melakukan

pernikahan manusia juga memiliki argumentasi tersebut karena berdasarkan macam

kebutuhan, berikut hirarki dari kebutuhan akan pernikahan adalah:

20 Mufidah, Psikologikeluarga Islam’berwawasan.....,h. 106 21Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender.,h.107

Page 22: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 122

1. Kebutuhan fisiologis, seperti penyaluran hasrat pemenuhan

kebutuhan seksual yang sah dan normal.

2. Kebutuhan psikologis yakni ingin mendapatkan perlindungan, kasih

saying, ingin merasa aman, ingin melindungi dan dihargai.

3. Kebutuhan sosial yakni memenuhi tugas sosial dalam suatu adat

keluarga yang lazim bahwa menginjak usia dewasa menikah

merupakan cerminan dari kematangan sosial.

4. Kebutuhan religi yakni melaksanakan sunnah Rasulullah. Sebagai

sebuah tuntunan agama seperti yang di firmankan Allah.

رو ذك م ت لك ع ن ل ي ا زوج ن ق ل ء خ ي ل ش ن ك ومDan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat

kebesaran Allah.

ا م م وم ه س ف ن ت الرض وم ن ب ن ا ت م ا م له ق الزواج ك ل ي خ الذ ا ح ب س و م ل ع ي

Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari

apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak

mereka ketahui.

ا زواج م اك ن ق ل وخ

Dan kami jadikan kamu berpasang-pasangan,

Dari empat hirarki kebutuhan tersebut tidak bisa dielakkan bahwa hal tersebut

bagian dari sifat-sifat dasar manusia yang harus terpenuhi dalam diri setiap individu

melihat dari kacamata disiplin ilmu bimbingan konseling jika salah satu dari empat

hal tersebut tidak ada maka ada ketimpangan dalam kepribadian seorang individu

atau adanya ke“abnormal”an dalam kepribadian. Maka tugas konselor secara umum

dalam melakukan konseling adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu

Page 23: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 123

membangkitkan potensi-potensi yang ada pada diri individu tersebut agar tidak terjadi

abnormalitas dalam pengertian umum ilmu BK.

Page 24: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 124

Kesimpulan

Melihat dari uraian –uraian tersebut penulis dalam hal ini dapat mengambil

kesimpulan bahwa dalam pernikahan yang terjadi atau yang akan dialami oleh para

pasangan rumah tangga begitu kompleks sehingga begitu sangat penting untuk

memahami atau mengetahui terlebih dahulu hakikat pernikahan yang penuh makna,

tidak hanya dilihat sebagai tempat atau membentuk wadah yang legal untuk

kebutuhan seks semata, namun lebih dari itu seperti memahami /mengetahui konsep

keluarga, hak dan kewajiban masing-masing pasangan.

Serta lebih dari itu semua, yaitu menanamkan sikap, sifat dan rasa saling

pengertian antar pasangan karena tanpa rasa saling pengertian maka biduk rumah

tangga akan kaku, sebab itulah hal dasar yang perlu dipahami adalah bagaimana

memilih calon pasangan dan kesepadanan dalam menentukan pasangan. Pentingnya

mengenali pasangan dan memahami hakikat kepribadian calon pasangan serta

memahami pentingnya sebuah kepribadian sebagai faktor penentu dalam pernikahan.

Oleh sebab itu sebelum menuju ke jenjang pernikahan alangkah baiknya

masing-masing pasangan harus terlabih dahulu untuk introspeksi diri, apakah untuk

menikah sudah fasenya kebutuhan ataukah belum waktunya baik itu dilihat dari dua

sisi fisiologis dan psikologis, karena jika tidak dilihat dari dua sisi ini maka perlu

dipertanyakan niat dari pasangan apakah hanya mengejar kehalalan semata, tanpa

melihat akan ada efek jangka panjang bagi pasangan. Jika dari dua sisi tersebut belum

matang maka kemungkinan besar pasangan suami istri sulit bisa bertahan dalam

menjalani kehidupan berumah tangga atau bisa bertahan tetapi KDRT begitu besar

peluangnya terjadi, maka cita-cita keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah akan sulit

dicapai dalam kehidupan rumah tangga.

Page 25: Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 125

Daftar Pustaka

Adzaki, Hamdani Bukron. 2008. Konseling dan Psikoterafi Islam cet. Ke 6 .

Yogyakarta: Al-Manar.

Al-Akkad, Abbas Mahmoud. 1976. Wanita Dalam Alqur’an. Jakarta: Bulan

Bintang

Al-Ghazali. 1996. Mujmaat Rasa’il al Imam al Ghazali. Bairut: Dar alfikr.

Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Astuti Budi, Hasil diskusi tahun 2014 bertempat di UIN SUKA, beliau adalah

akademisi yang konsen di bidang konseling.

Basri, Hasan. 1999. Keluarga Sakinah ‘Tinjauan Psikologi dan Agama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarvis, Matt. 2015. Teori-Teori Psikologi ‘ Pendekatan Modern Untuk

Memahami Perilaku, Perasaan, &Pikiran Manusia. Bandung : Nusa Media.

Murtadho. Ali. 2009. Konseling Perkawinan persfektif Agama-Agama.

Semarang:Walisongo Press.

Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’. Malang: UIN

Malang Press.

Olson.Matthew H. B.R. Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-Teori

Kepribadian edisi ke 8 terj. Yudi Santoro. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental bagian satu. Yogyakarta: Kanisius

anggota IKAPI.