Konsep Kerajaan Chih Tu Sebagai Kerajaan Maritim Di Kawasan Asia Tenggara

7
KONSEP KERAJAAN CHIH TU SEBAGAI KERAJAAN MARITIM DI KAWASAN ASIA TENGGARA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di Asia Tenggara terdapat berbagai kerajaan yang temasuk dalam kerajaan maritim yaitu meliputi kerajaan Champa, kerajaan Chih Tu, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Kedah Tua, dan kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan maritim yang ada di Asia tenggara yang akan dibahas oleh penulis yaitu kerajaan Chih Tu, karena menurut penulis kerajaan Chih Tu sangat menarik untuk dibahas penulis. Menurut catatan sejarah, Chih Tu berdiri sejak awal abad pertama sebelum Masehi, kira-kira 100 tahun sebelum Masehi dikatakan kewujudan Chih Tu ini berdiri dalam lingkungan 100 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa A.S[1] dan Chih Tu juga merupakan salah satu kerajaan jajahan dari kerajaan Funan. Membahas mengenai Chih Tu, sebenarnya ada misteri yang besar yang masih menyelubungi kerajaan yang merupakan antara yang terawal milik bangsa Melayu. Kewujudan Chih Tu sekaligus membantah adanya pendapat yang mengatakan bahwa orang Melayu asalnya dari Sumatera dan Indochina karena terbukti bahwa Chi Tu lebih lama daripada kerajaan orang Melayu di Sumatera dan Indochina. Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih jelas mengenai konsep dari kerajaan Chih Tu sebagai kerajaan maritim di kawasan Asia Tenggara.

description

.

Transcript of Konsep Kerajaan Chih Tu Sebagai Kerajaan Maritim Di Kawasan Asia Tenggara

KONSEP KERAJAAN CHIH TU SEBAGAI KERAJAAN MARITIM DI KAWASAN ASIA TENGGARA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar BelakangDi Asia Tenggara terdapat berbagai kerajaan yang temasuk dalam kerajaan maritim yaitu meliputi kerajaan Champa, kerajaan Chih Tu, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Kedah Tua, dan kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan maritim yang ada di Asia tenggara yang akan dibahas oleh penulis yaitu kerajaan Chih Tu, karena menurut penulis kerajaan Chih Tu sangat menarik untuk dibahas penulis. Menurut catatan sejarah, Chih Tu berdiri sejak awal abad pertama sebelum Masehi, kira-kira 100 tahun sebelum Masehi dikatakan kewujudan Chih Tu ini berdiri dalam lingkungan 100 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa A.S[1] dan Chih Tu juga merupakan salah satu kerajaan jajahan dari kerajaan Funan.

Membahas mengenai Chih Tu, sebenarnya ada misteri yang besar yang masih menyelubungi kerajaan yang merupakan antara yang terawal milik bangsa Melayu. Kewujudan Chih Tu sekaligus membantah adanya pendapat yang mengatakan bahwa orang Melayu asalnya dari Sumatera dan Indochina karena terbukti bahwa Chi Tu lebih lama daripada kerajaan orang Melayu di Sumatera dan Indochina. Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih jelas mengenai konsep dari kerajaan Chih Tu sebagai kerajaan maritim di kawasan Asia Tenggara.

Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan ke dalam satu pertanyaan pokok, yaitu bagaimana konsep kerajaan Chi Tu sebagai kerajaan maritim di kawasan Asia Tenggara?

BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Kerajaan MaritimKerajaan maritim merupakan kerajaan yang seluruh kegiatan utamanya berpusat pada laut. Kebanyakannya kerajaan maritim terletak di persisiran pantai dan muara sungai kerana ia utamanya berasaskan kegiatan perdagangan laut dan menjalankan kegiatan perdagangan. Laut dan sungai menjadi laluan utama kerajaan maritim.

Kerajaan maritim mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Kerajaannya terletak pada pesisiran pantai.[2] Kerajaan maritim juga terletak di tengah perjalanan Timur dan Barat. Tiupan angin monsun menyebabkan para pedagang terpaksa singgah sementara menunggu pertukaran angin monsun. Boleh dikatakan ia terletak di kawasan yang strategiOtoritas rajanya yaitu Daulat Tuanku, ekspresi tertinggi tentang kualitas raja, dan kepemilikannya oleh seorang raja merupakan pengabsahan keilahian atas kekuasaannya.[3] Konsep daulat dalam kehidupan hubungan timbal-balik antara raja dengan rakyat; berkembang selaras dengan konsep durhaka.[4] Karena apabila menentang raja dipandang sebagai salah satu dosa besar, akan membawa pelakunya ke dalam kerusakan, kebinasaan dan kenistaan. Rakyat tidak boleh melawan kepada Sultan, karena mereka telah mengikat janji setia dengan raja sebagai penggembala rakyatnya.[5]Sumber perekonomian kerajaan maritim yaitu perdagangan melalui laut, membuat kapal, dan menjalankan perikanan.[6]Birokrasi kerajaan maritim yaitusederhana yaitu raja; raja muda/ putera mahkota; panglima angkatan bersenjata; syahbandar; bendahara.[7]Asas dari kerajaan maritim yaitu mempunyai pelabuhan yang menyediakan berbagai kemudahan, berwujud pelabuhan entrepot (menjalankan kegiatan mengumpul dan mengedar), barang dagangan yang dikumpul termasuk hasil hutan, rempah ratus, obat-obatan, gaharu, cendana dan dammar dan pedagang asing dari Eropa, Arab, India dan Cina.[8]Keahlian dari masyarakat kerajaan maritim yaitu mahir membuat kapal, menguasai ilmu pelayaran dan mampu berlayar hingga Afrika Timur.

Konsep Kerajaan Chih TuKerajaan Chih Tu merupakan salah satu kerajaan tradisonal kategori kerajaan maritim yang di asaskan oleh Raja Gautama pada abad ke-6 Masehi. Kerajaan Chih Tu merupakan Kerajaan Tanah Merah/ Red Earth Land (Anggaran dari 100 SM hingga 700 M).[9] Lokasinya masih menjadi perdebatan dikalangan sarjana, tetapi kebanyakan sarjana berpendapat bahwa lokasi Chih Tu teletak di pantai timur Semenanjung Malaysia yaitu di sekitar daerah hulu sungai Kelatan.

Keterangan terperinci tentang Chih Tu muncul dalam sumber China Chih Tu Guo Ji, sebuah dokumentari yang dihasilkan dari kunjungan Kerajaan Si yang menghantar utusan pada tahun 607 CE hingga 610 Masehi. Kerajaan Chih Tu itu digambarkan sebagai sebagian dari kerajaan Funan (bepusat di Vietnam sekarang), dan terletak di Laut Selatan, 100 hari perjalanaan melalui laut dari China. Sumber tersebut menyebutkan bahwa nama kerajaan yang berasal dari warna tanahnya yang sebagian besarnya berwarna merah.[10]

Sistem pemerintahan kerajaan Chih Tu yaitu raja dipandang sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, sehingga raja berkuasa secara mutlak. Semua yang diperintahkan raja tidak dapat ditantang dan dilawan. Seperti konsep kerajaan-kerajaan yang lain bahwa dalam hubungan raja dan rakyat tedapat hubungan timbal balik.

Dalam sistem pemerintahan Chih Tu dibantu oleh 3 orang menteri. Orang yang bertugas menyusun dan menyenarai pegawai-pegawai yang berjawatan dalam pentadbiran raja disebut dengan Chi tu guo ji, selain itu tugas mererka yaiti untuk mengatur urusan politik dan menjalankan pentadbiran undang-undang jenayah. Chih Tu juga mengawal dan berkuasa terhadap beberapa kerajaan lain yang mana pentadbiran dkendalikan oleh mereka yang di lantik oleh raja.[11]

Melalui catatan China mengenai sistem pentadbiran kerajaan Chih Tu ada disebutkan bahwa jika melihat dari para pembesar Chih Tu yang terbawah sekali dipanggil sebagai Pati. Dan menurut Hoshino, Pati adalah sebutan dari sebuah gelar yang khas untuk para pembesar dari kerajaan orang-orang Melayu seperti Champa dan Srivijaya. Selain itu dalam setiap catatan mengenai kedudukan Chih Tu ada disebut tentang sebuah Pulau dalam bahasa Melayu yaitu Pulau Kas. [12]

Kerajaan Chih Tu mempunyai corak sistem pemerintahan yang sama dengan kerajaan Sriwijaya yang di pengaruhi oleh agama Hindu. Kerajaan ini tidak mempunyai pelabuhan tetapai kerajaan ini menjadi salah satu pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Pada saat kerajaan ini pedagang dari Cina dan Funan berlayar dengan tujuan berdagang ke Semananjung Melayu. Mereka menggunakan penduduk tempatan untuk membawa dagangan mereka dari Chih Tu ke Langkasuka.[13]

Kerajaan Chih Tu diperintahkan oleh keluarga yang dikenal sebagai Chu Dan.raja Chih Tu, Li fo duo se, mengantikan tahta ayahnya untuk menyebarkan agama Budha kepada dunia. Pada saat kunjungan utusan Maharaja Sui, raja Chih Tu telah memeintah selama 16 tahun dan telah mempunyai 3 isteri yang merupakan puteri raja tetangga. Istananya digambarkan mempunyai tiga gerbang yang terletak lebih dari seratus langkah setiap satu gerbang, dicat dengan gambar Bodhisattva dan digantung dengan lonceng. Gerbang ini dikawal dengan wanita berpakaikan raksasa dan ditempatkan diluar gerbang dilengkapi dengan senjata.[14]

Catatan dari utusan Maharaja Sui ini juga mengatakan bahwa adat bagi laki-laki dan perempuan di Chih Tu untuk menindik telinga, mengoleskan tubuh mereka dengan minyak wangi, dan memakai bunga mawar dan kain berwarna polos. Para wanita memakai sanggul dirambut mereka yang kelihatan pada bagian tengkuk. Rakyat harus meminta izin kepada raja untuk memakai loket emas yang istimewa, dan keluarga yang kaya harus mendapatkan kebeneran kerajaan untuk hak istimewa ini. Upacara pernikahan juga sama dengan tradisi di Indonesia khususnya orang Jawa yang mana harus bertuah dan diberkati. Keluarga pengantin wanita merayakan selama lima hari sebelum upacara perkawinan. Dan pada hari ketujuh, upacara perkawinan selesai dan pengantin bersatu. Setelah menikah pasangan pindah ke sebuah rumah yang berasingan. Namun putera bungsu diwajibkan untuk tinggal bersama ayahnya.[15]

Selain itu juga terdapat adat yang mana jika terjadi kematian yang sama, adalah salah satu orang tuanya atau adik-adiknya, orang yang berkabung akan mencukur kepalanya dan memakai pakaian polos yang terang. Tubuh jenazah akan dibakar di atas tempat pembakaran yang terbuat dari buluh dan diletakkan di atas sungai dengan tujuan apabila mayat dibakar abunya akan jatuh ke sungai. Upacara pembakaran mayat itu disertai dengan dupa dan kemenyan dan peniupan bunyi-bunyian dari cangkerang yang melingkar dan paluan bunyi gendang. Upacara pembakaran mayat dengan kaedah ini diguna-pakai untuk para bangsawan kelas atasan dan juga rakyat jelata, tetapi abu aja dipelihara dalam botol emas dan disimpan di sebuah kuil. Kepercayaan agama mereka dilaporkan sebagai Budha, tetapi masyarakat Chih Tu lebih mengabadikan diri mereka kepada Brahman yang menunjukan bahwa kepercayaan Hindu melekat kuat pada masyarakat seperti pada upacara pembakaran mayat tersebut.[16]

Makanan utama masyarakat Chih Tu adalah nasi. Dalam sebuah catatan juga menjelaskan pada masa majlis kerajaan dijalankan terhadap rombongan Maharaja Sui, mereka dihidang dengan kek atau kuah berwarna kuning, merah, putih dan ungu bersama-sama dengan daging lembu, kambing, ikan penyu, dan babi. Putera raja Chih Tu Na ya jia kemudian yang mengiringi rombongan Maharaja Sui kembali ke China dengan membawa hadiah-hadiah berupa barang hasil keluaran tempatan dan termasuk mahkota emas berbentuk bunga raya dan kapur barus diberikan sebagai ufti kepada Maharaja. Hal ini sebgai balasan dari Maharaja Sui kepada Raja Chih Tu dan sebagai tanda mulanya hubungan diplomatik dengan Maharaja China tersebut.[17]

BAB III

PENUTUP

Dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa Kerajaan Chih Tu adalah salah satu kerajaan maritim di Asia Tenggara dengan konsep, yaitu;

Kerajaan Chih Tu adalah kerajaan yang di asaskan oleh Raja Gautama pada abad keenam Masehi.Kerajaan Chih Tu mempunyai corak sistem pemerintahan yang sama dengan kerajaan Srivijaya yaitu berdasarkan pengaruh agama Hindu, yang mana raja memiliki kekuasaan mutlak dan raja dibawahi oleh 3 orang menteri.Masyarakat kerajaan Chih Tu beragama Hindu seperti yang trlihat pada adat upacara pembakaran mayat.