Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan...

38
1 KURIKULUM PEMUDA GBKP (Tinjauan Kritis terhadap Perancangan Kurikulum Pembinaan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan) Oleh, Indah Sriulina NIM: 712009003 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) Program Studi Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2013

Transcript of Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan...

Page 1: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

1

KURIKULUM PEMUDA GBKP

(Tinjauan Kritis terhadap Perancangan Kurikulum Pembinaan Pemuda

Gereja Batak Karo Protestan)

Oleh,

Indah Sriulina

NIM: 712009003

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi (S.Si Teol)

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2013

Page 2: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori
Page 3: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

2

Page 4: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

3

Page 5: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

4

Page 6: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

5

KURIKULUM PEMUDA GBKP

Tinjauan Kritis terhadap Perancangan Kurikulum Pembinaan Pemuda

Gereja Batak Karo Protestan

Oleh : Indah Sriulina

Abstract:

Youth Ministry is an important thing that must be observed by the Church. Coaching

of young people is the duty and responsibility of the Church. Because the youth is the

managing agent duties and Church services, as well as the next generation of the Church in

the future. This paper reveals a critical review of the curriculum design of youth ministry in

the Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Youth in GBKP known as PERMATA that stands

for "Persadaan Man Anak Gerejanta" which means unity of our Church's children. The

process of curriculum design are still many of lack. Curriculum designers did not have a

balanced attention to the principles of the curriculum, the approaches used are also not

vary, and curriculum design process also has not been effective. The curriculum designers

forget to evaluate the curriculum design every year. The author think that is a severe fault.

This is caused by a variety of factors, namely the causes of differences in the context of

youth, education, employment, and community development. Therefore, the author tried to

criticize the process of curriculum design of PERMATA, based on the theory of curriculum

development, with the goal to become the input for the development of coaching for GBKP’s

youth in the future.

Key Words: Youth Ministry, Curriculum Planning, Curriculum Design, PERMATA, The

Principle of Curriculum Design

Pendahuluan

Gereja memiliki peran penting dalam pendidikan dan pembinaan umatnya. Hal ini

diperkuat oleh salah satu fungsi gereja yakni, persekutuan belajar – mengajar; dimana

gereja menyediakan kesempatan belajar bagi orang dari segala kategori usia. Dalam Gereja,

orang mencari jawaban dari Injil terhadap pertanyaan yang ditimbulkan oleh pengalaman

hidup.1 Dalam Pelayanan Kategorial Gereja, terdapat kaum muda yang juga merupakan

bagian dari persekutuan Gereja. Kaum muda memiliki peran penting terhadap Gereja di

masa depan. Kaum muda haruslah dibina dengan bekal yang cukup agar dapat menjadi

pemimpin Gereja yang sesuai dengan kriteria Allah.

1 Dien Sumiyatiningsih, “Mengajar dengan Kreatif dan Menarik,” (Yogyakarta: ANDI, 2006), 28

Page 7: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

6

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) adalah gereja yang mewarisi tradisi Calvinis

yang tidak jauh berbeda dengan gereja-gereja calvinis pada umumnya. Tradisi Calvinis yang

diwarisi GBKP antara lain tampak dalam sistem presbiterial sinodal. Kata presbiterial

menunjukkan adanya otonomi gereja setempat yang dipimpin oleh Majelis Jemaat. Kata

sinodal menjelaskan bahwa gereja-gereja yang telah menggabungkan diri pada sinode dan

harus sejalan dengan sinode. Dalam sistem ini, GBKP secara keseluruhan memiliki tiga

jenjang, yang mempengaruhi setiap sistem dan struktur organisasinya, yakni Sinode, Klasis,

dan Runggun/Jemaat. GBKP merupakan Gereja suku yang berbasis di Tanah Karo,

Sumatera Utara. Namun, dikarenakan mobilisasi penduduk maka GBKP sudah menyebar

luas di beberapa daerah di luar Sumatera Utara – seperti Jakarta, Sumatera Selatan,

Sumatera barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan dan daerah lainnya – yang

anggotanya adalah orang Suku Karo yang merantau ke berbagai daerah tersebut.

Dalam GBKP, persekutuan pemuda dikenal dengan sebutan “Permata”, yang

merupakan singkatan dari “persadaan man anak Gerejanta” artinya, persatuan untuk anak

gereja kita. Permata memiliki lembaga internal sendiri yang terdapat dalam ruang lingkup

Runggun/Jemaat, Klasis, dan Sinode. Oleh karena itu, terdapat Komisi Permata dalam

struktur organisasi Gereja. Tujuan utamanya adalah untuk membina kaum muda.

Pembinaan terhadap kaum muda menjadi pelayanan yang sangat diperhatikan oleh

GBKP. Karena melihat pentingnya hal ini, GBKP merancang kurikulum dalam

pembinaan/pendidikan terhadap kaum muda. Kurikulum ini dibuat oleh Sinode dan dipakai

di seluruh GBKP se-Indonesia. Jadi, boleh dikatakan bahwa Kurikulum Permata dirancang

dan dikerjakan oleh Komisi Permata tingkat Sinode dibawah naungan Bidang Koinonia.2

Total Runggun GBKP se-Indonesia yakni berjumlah 506, terdapat 326 runggun yang berada

2 http://www.gbkp.or.id/ diakses pada tanggal 04 April 2013, pada pukul 14.25 WIB

Page 8: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

7

di luar Tanah Karo, Kabanjahe. Itu berarti bahwa prosentase runggun/jemaat perantauan

lebih besar daripada runggun yang berada di sekitar Tanah Karo atau yang berdekatan

dengan kantor Sinode.3

Pada umumnya jemaat GBKP yang berbasis di Tanah Karo adalah jemaat/runggun

yang berada dalam konteks desa dan juga semi kota, seperti di beberapa runggun di daerah

Tigabinanga, Sibolangit, dan banyak daerah lainnya. Seperti yang dikatakan sebelumnya,

terdapat mobilisasi penduduk yang mengakibatkan banyak orang Karo yang merantau ke

luar Tanah Karo, tentu daerah-daerah tersebut memiliki konteks yang berbeda, yakni

konteks perkotaan. Contohnya runggun-runggun yang berada di daerah Jakarta, Yogyakarta,

Bandung, Semarang, dan sebagainya. Disinilah penulis melihat ada masalah yang timbul

dimana kurikulum yang dirancang secara seragam oleh Sinode, diperuntukkan bagi kaum

muda yang berada di pedesaan maupun perkotaan. Apakah kurikulum tersebut sesuai

dengan kebutuhan Permata? Apakah asas-asas yang digunakan oleh Sinode GBKP dalam

merancang kurikulum Permata? Pendekatan-pendekatan apa saja yang dipakai? Pertanyaan-

pertanyaan ini membawa penulis kepada sebuah kesimpulan untuk mengetahui lebih jelas

bagaimana proses perancangan Kurikulum Permata GBKP.

Jadi topik dalam tulisan ini dapat dirumuskan yaitu proses perancangan kurikulum

pembinaan Permata GBKP. Pertanyaan yang menuntun adalah bagaimana proses

perancangan kurikulum pembinaan Permata di GBKP, asas-asas apa yang mendasari

perancangan tersebut, dan pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan oleh perancang.

Oleh sebab itu, penulis memulai dengan definisi, asas-asas, pendekatan-pendekatan, dan

design kurikulum yang dikemukakan oleh Wyckoff. Teori dari Nasution juga mempertajam

asas-asas kurikulum yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan kurikulum. Selain

itu, penulis juga melihat kepada definisi pemuda dan perkembangan pemuda menurut John

3 Sinode GBKP, Data Statistik GBKP tahun 2012.

Page 9: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

8

W. Santrock, Elizabeth B. Hurlock, serta beberapa tokoh lainnya. Penulis juga

mengemukakan karateristik pembinaan pemuda Gereja yang dikemukakan oleh Doug Fields.

Dimana pembinaan pemuda harusnya mengutamakan hubungan, sumber ide yang kreatif,

kekuatan yang melebihi kepribadian, dan kejelasan tujuan orang-orang yang akan terlibat

dalam kepemimpinan. Pada akhirnya penulis mencoba mengkritisi proses perancangan

kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori yang digunakan guna terwujud

pembinaan yang kontekstual.

1. Pengembangan Kurikulum

Kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu currere yang berarti to run

(menyelenggarakan) atau to run the course (menyelenggarakan suatu pengajaran).4 Di

Indonesia istilah “Kurikulum” populer sejak tahun lima puluhan dan dipopulerkan oleh

mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat.5 Dahulu kurikulum lebih dikenal

dengan sebutan “rencana pelajaran.” Namun, dengan perkembangan zaman yang terjadi

“rencana pelajaran” tidak lagi relevan. Pengertian kurikulum bukan sesederhana pengertian

“rencana pelajaran,” kurikulum mencakup hal yang lebih luas yang berada di luar kelas

yang mempengaruhi perubahan perilaku anak didik. Kurikulum adalah sesuatu yang

direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan.6 Secara umum,

kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar

mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta

staff pengajarnya.7 Dalam Gereja, Wyckoff mengatakan kurikulum dimengerti sebagai

rencana dan program yang diusahakan oleh Gereja untuk memenuhi tugas dalam mendidik

4

Rakhmat Hidayat, “Pengantar Sosiologi Kurikulum” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 2

5 Prof. Dr. S. Nasution, M.A., “Asas-asas Kurikulum” (Jakarta: Bumi Aksara,2008), 2

6 Ibid., 8

7 Prof. Dr. S. Nasution M.A., “Kurikulum dan Pengajaran” (Jakarta: Bina Aksara, 1989), 5

Page 10: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

9

jemaat.8 Kurikulum adalah pengalaman di bawah bimbingan menuju pemenuhan tujuan

Pendidikan Agama Kristen – tidak seluruh situasi sosial dalam seseorang itu diperhatikan,

contohnya tingkah laku orang tersebut dan dengan siapa ia berinteraksi, tapi bagian itu yang

secara sadar direncanakan.9 Rencana tersebut terdiri dari prosedur pendidikan yang dipilih

dan digunakan untuk membantu pelajar untuk melihat, menerima, dan memenuhi tujuan

Allah melalui penebusan Yesus Kristus.10

Itu berarti kurikulum adalah rencana pendidikan

yang membantu jemaat untuk melihat, menerima, dan memenuhi tujuan Allah melalui

penebusan Yesus Kristus, dengan merefleksikan pengalaman kehidupan mereka.

Dalam merancang kurikulum, Gereja memerlukan subjek sebagai perancang

kurikulum. Perancang kurikulum tersebut bisa terdiri dari beberapa ahli dari segala macam

bidang. Dalam upaya merancang kurikulum tersebut, terdapat empat asas yang harus

diperhatikan oleh perancang kurikulum, yakni yang pertama, Asas Filosofi; Asas Filosofi

ini berkenaan dengan tujuan pendidikan. Kurikulum dalam Gereja mengajarkan Kebenaran

Injil Allah dan hubungan antara manusia dengan Allah. Gereja dan Allah adalah pengajar

dalam Gereja.11

Pengajaran terbesebut dilakukan dalam otoritas Firman Allah dengan tujuan

penebusan dan pemenuhan, bahwa orang akan ditebus dalam Kristus dan hidup di dalam

Dia, dan mereka dapat menerima karunia hidup kekal dan bergabung dalam misi dan

pelayanan.12

Kedua, Asas Psikologis; Asas ini memberi perhatian kepada perkembangan anak

yang merupakan aspek penting untuk diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.

8 D. Campbell Wyckoff, “Theory and Design of Christian Education Curriculum” (Philadelphia: The

Westminster Press, 1961), 27 9 Ibid., 17

10 Ibid.., 27

11 D. Campbell Wyckoff, “Theory and Design of Christian Education Curriculum” 95

12 Ibid.

Page 11: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

10

Perkembangan tersebut meliputi fisik, emosional, sosial, dan mental (holistik). Anak harus

dilihat sebagai sebuah kesatuan dan keutuhan. Anak harus dilihat secara keseluruhan.

Ketiga, Asas Sosiologis; Tiap masyarakat memiliki norma-norma, adat kebiasaan

yang harus dikenal dan diwujudkan oleh anak dalam pribadinya lalu dinyatakan dalam

kelakuannya. Tiap masyarakat berlainan corak dan nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak

akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Juga perubahan masyarakat akibat

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pertimbangan dalam

kurikulum.13

Asas Sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,

kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan dan lain-lain.

Asas terakhir yang harus diperhatikan adalah Asas Organisatoris; Asas ini

berkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan disajikan.14

Jemaat sebagai persekutuan orang percaya dalam misi Kristus merupakan petunjuk untuk

perancangan dan perorganisasian mata pelajaran. Mengajar dan pengalaman belajar harus

dilakukan oleh Gereja agar jemaat dapat merespon dengan Iman kepada Allah.15

Asas-asas Kurikulum yang telah dikemukakan merupakan pegangan dalam

pengembangan kurikulum, namun masih perlu pegangan terperinci yakni memilih

pendekatan kurikulum yang serasi untuk merancang kurikulum.16

Terdapat enam

pendekatan yang dapat Gereja gunakan, antara lain Pendekatan Teologis adalah interpretasi

dari Wahyu dan aplikasi dari isi Wahyu tersebut merujuk kepada seluruh permasalahan

kehidupan. Orientasi dari pendekatan ini adalah Firman Tuhan itu sendiri. Metode yang

dilakukan adalah analisa sumber utama – Kitab Suci, analisa pengalaman-pengalaman

13

Prof. Dr. S. Nasution, M.A., “Asas-asas Kurikulum” (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), 13 14

Prof. Dr. S. Nasution, M.A., “Asas-asas Kurikulum,” 14 15

D. Campbell Wyckoff, “Theory and Design of Christian Education Curriculum,” 96 16

Prof. Dr. S. Nasution M.A., “Kurikulum dan Pengajaran” (Jakarta: Bina Aksara, 1989), 43

Page 12: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

11

religius, kesimpulan logis, sistematik, dan konsensus17

. Aktualisasi dari metode tersebut

adalah ibadah, persekutuan, pelayanan. Pendekatan kedua, Pendekatan Filosofis; berkaitan

dengan analisa dan interpretasi dari realitas, pengetahuan, dan nilai. Metode pengajaran

yang digunakan berpusat pada pengalaman, intuisi, dan analisa yang logis. Ketiga,

Pendekatan Historis; menekankan rekonstruksi bermakna dari setiap pengalaman yang

dialami dan mengantisipasi peristiwa mendatang. Metode pengajaran yang digunakan

memilah data-data berkompeten melalui berbagai hipotesis dan pengujian. Saat ini, sejarah

sangat produktif dalam memprediksi dan mengontrol peristiwa yang akan datang. Keempat,

Pendekatan Psikologi; menekankan kepada perkembangan dan kebiasaan dari setiap

individu. Metode pengajaran dilakukan secara eksperimental dan fenomenologis18

.

Pendekatan berpusat pada nara didik. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan,

minat, dan kemampuan siswa. Kelima, Pendekatan Sosial; menekankan kepada kelompok

sosial dan perkembangannya. Metode pengajaran yang digunakan adalah empiris dan logis.

Pendekatan Sosiologis memproduksi hipotesis yang berguna, berbicara tentang status

sosial, dinamika budaya, dan hubungan antarkelompok. Pendekatan yang berorientasi pada

kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan masyarakat dan untuk

memperbaiki kehidupan masyarakat. Pendekatan terakhir yakni Pendekatan Ilmu

Komunikasi yang merupakan interpenetrasi ide-ide, perasaan, dan perilaku antar orang dan

kelompok. Metode pengajaran yang digunakan adalah eksperimental dan logis.

Setiap pendekatan yang digunakan oleh Gereja akan mempengaruhi metode apa

yang digunakan. Pendekatan tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya, agar

terwujud pengajaran yang kreatif. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam

pengembangan kurikulum akan membantu dan mempengaruhi dalam proses perancangan

17

Konsensus adalah kesepakatan kata atau permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian,

dsb) yang dicapai melalui kebualatan suara. 18

Fenomenologis adalah ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia sebagai

ilmu yang mendahului ilmu filsafat atau bagian dari filsafat.

Page 13: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

12

kurikulum. Dalam perancangan Kurikulum, para perancang kurikulum perlu memperhatikan

setiap prinsip dasar yang dimasukkan dalam perancangan kurikulum, yakni: a) Konteks

Pendidikan Agama Kristen, b) Ruang lingkup Pendidikan Agama Kristen, c) Tujuan dari

Pendidikan Agama Kristen, d) Proses Pendidikan Agama Kristen, dan e) Prinsip

Pengorganisasian Kurikulum.19

Terdapat empat desain kurikulum yang dapat Gereja gunakan, yakni pertama desain

kurikulum yang beorientasi pada anak; anak menjadi pusat dari isi kurikulum. Jadi, seluruh

isi kurikulum tidak boleh terlepas dari kehidupan anak. Kedua, desain kurikulum yang

berorientasi pada pengetahuan; desain ini berpusat kepada pengetahuan yang akan

diajarkan, yakni konteks dari pendidikan agama Kristen itu sendiri dan Firman Tuhan.

Ketiga, desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat; desain ini berpusat kepada

kebutuhan masyarakat, dan keempat adalah desain kurikulum yang bersifat eklektik; desain

ini memilih dari berbagai sumber (Longstreet dan Shane 1993).20

Wyckoff mengemukakan

garis besar proses perancangan kurikulum Pendidikan Agama Kristen yang dapat digunakan

oleh Gereja, yakni21

:

1. Tentukan Topik

2. Motivasi dan kebutuhan pribadi yang berhubungan dengan topik:

a. Analisa pemahaman dan kesalahpahaman, pertanyaan, dan kebutuhan yang

diharapkan dijelaskan oleh topik.

b. Petunjuk untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan yang tersirat dan

menimbulkan motivasi lain.

3. Tujuan dari topik yang berhubungan dengan tujuan Pendidikan Agama Kristen.

19

D. Campbell Wyckoff, “Theory and Design of Christian Education Curriculum,” 187 20

Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., ”Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)” (Jakarta: Kencana Predana Media Group,

2008), 63 21

D. Campbell Wyckoff, “Theory and Design of Christian Education Curriculum,” 190-192

Page 14: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

13

4. Ruang lingkup dari topik tersebut:

a. Topik yang mencakup Pendidikan Agama Kristen.

b. Hubungan antara topik dengan keseluruhan Pendidikan Agama Kristen.

5. Hasil yang diharapkan dari pengajaran kelompok atau individual:

a. Bagaimana cara untuk mencapai tujuan/hasil dari pengajaran kelompok atau

individual.

- Tujuan utama yang berhubungan dengan topik dan permasalahannya meliputi

urutan kebutuhan tujuan tersebut, yakni, berbagai tujuan pengantar, berbagai

tujuan pembangunan, dan berbagai tujuan akhir.

b. Analisa yang sangat penting dari tujuan yang ingin dicapai. Dalam menganalisa,

perancang kurikulum perlu memperhatikan kepentingan dan kegunaan dari setiap

materi pembelajaran. Perancang mendasari analisa tujuan dengan melihat apa

manfaat dari kegiatan yang diajarkan, apa prosedur yang terlibat dalam

pelaksanannya, apa bahan yang digunakan, siapa yang terlibat didalamnya, hasil

yang bagaimana yang biasanya diharapkan, aspek apa yang berpengaruh di

dalam perancangan kurikulum, dan apa tujuan atau kegiatan yang sewajarnya

dapat dicapai atau dilaksanakan menurut topik yang diajarkan.

6. Prosedur pengajaran yang dijelaskan secara terperinci. Prosedur tersebut terdiri dari

berbagai macam metode, kegiatan, dan rancangan. Prosedur dimulai dengan

mengembangkan dan menyelidiki pengalaman nara didik, dan diakhiri dengan

penyatuan antara pengalaman dan topik yang telah diajarkan. Metode dijelaskan

secara terperinci. Hal ini berguna untuk mengukur perkembangan yang terjadi,

terutama untuk mencapai tujuan pengajaran. Hal ini juga dapat digunakan untuk

menunjukkan bagaimana motivasi dapat dikembangkan, bagaimana mereka dapat

berkembang dan apa yang harus dilakukan jika tidak berkembang.

Page 15: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

14

7. Daftar sumber bahan bibliografi yang akan digunakan. Hal ini akan berisi materi

pembelajaran dan alat bantu lainnya.

8. Prosedur untuk evaluasi kurikulum, yang meliputi:

a. Sebuah pendekatan untuk evaluasi terus-menerus.

b. Sebuah pendekatan untuk evaluasi objektif, menimbang nilai-nilai kurikulum,

menimbang isi kurikulum dan prosedur, dan memeriksa kerja individu dan

kelompok.

c. Melakukan pemeriksaan ulang kemajuan yang terjadi dan prestasi yang didapat,

kemudian mempertimbangkan implikasi untuk langkah selanjutnya.

2. Definisi Pemuda

Istilah Adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adolescene –

adolescere – yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan.” Menurut Elizabeth B. Hurlock,

pemuda merupakan individu yang sedang memasuki masa dewasa awal atau dewasa dini.

Pada masa ini, pemuda juga mengalami masa pengaturan, yaitu suatu masa dimana pemuda

mempunyai kecenderungan untuk mencoba berbagai pola kehidupan sesuai dengan

perkembangan mereka atau dikenal dengan masa “coba-coba.”22

Oleh karena itu, orang

dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima

kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.23

Kaum muda dimulai

pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun.24

Setiap kebudayaan membuat

perbedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagian

kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai atau

22

Drs. Ridwan Max Sijabat, “Psikologi Perkembangan,” (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980), 246. 23

Elizabeth B. Hurlock, “Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan” diterjemahkan Dra. Istiwidayanti & Drs. Soedarjo, M.Sc., Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga,

1999), 246. 24

Ibid.

Page 16: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

15

hampir selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembang dan mampu bereproduksi.

Di Indonesia batas kedewasaan dimulai sejak umur 21 tahun.25

Hal ini berarti bahwa pada

usia itu seseorang sudah dianggap dewasa dan bertanggung jawab akan perbuatannya.

Pemuda mengalami perkembangan yang terbagi dalam perkembangan fisik, mental,

spiritual, dan sosial. Awal perkembangan pemuda dimulai dari perkembangan fisik, dimana

pemuda akan mengalami suatu masa lanjut dari masa puber yang sudah dialami

sebelumnya.26

Puncak dari perkembangan fisik ini dicapai pada usia 19-26 tahun.27

Pada

usia ini mereka akan mengalami perubahan-perubahan hormon, salah satunya perubahan

pada bentuk dan konstitusi tubuh.28

Perkembangan mental pemuda ditunjukkan dari salah

satu aspek yaitu kemajuan dalam hal berkomunikasi.29

Hal lain yang juga membuktikan

bahwa pemuda semakin matang dalam perkembangan mentalnya yaitu bahwa mereka tidak

hanya berpikir secara konkrit, tetapi juga mulai berpikir secara abstrak. Kemampuan

berpikir secara abstrak ini merupakan hal yang sangat penting kaitannya dengan

kepercayaannya pada Tuhan. Kepercayaan pada Tuhan merupakan dasar dari konsep yang

abstrak. Dalam perkembangan spiritual, pemuda mulai untuk menentukan pandangan

pribadi akan kepercayaannya dan pemahamannya mengenai Tuhan.30

Periode usia

duapuluhan disebut juga sebagai periode dalam kehidupan yang paling tidak religius.31

Sikap kurang meminati agama ini tampak pada jarangnya pemuda pergi ke gereja, atau

sikap acuh terhadap ibadah.32

Perkembangan sosial pemuda ditandai dengan keterasingan

sosial. Berakhirnya masa pendidikan formal, seseorang memasuki pola kehidupan orang

25

F. J. Mönks & A.M.P. Knöers, “ONTWIKKELINGS PSYCHOLOGIE” diterjemahkan Siti R.

Haditono, Psikologi Perkembangan; Pengantar dalam berbagai bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1984), 242. 26

Jan Corbett, “Creative Youth Leadership” ( Valley Forge: Judson Press, 1977), 40. 27

John W. Santrock, “Perkembangan Masa Hidup” (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995), 75. 28

Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, “Psikologi untuk muda-mudi” (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 28. 29

Jan Corbett, “Creative Youth Leadership” (Valley Forge: Judson Press, 1977), 42. 30

Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, 131. 31

Peacocke, A. R. The Christian Faith in a scientific era. Religious Education (Psikologi

perkembangan). (Jakarta: Erlangga, 1999), 257. 32

Drs. Ridwan Max Sijabat, “Psikologi Perkembangan,” 263.

Page 17: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

16

dewasa yakni karir, perkawinan dan rumah tangga, sehingga hubungan dengan kelompok

teman sebaya masa remaja menjadi renggang. Sebagai akibatnya, mereka akan mengalami

keterasingan sosial. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat

kuat untuk maju dalam karir dan mereka juga harus mencurahkan tenaga mereka untuk

pekerjaan mereka, sehingga mereka memiliki waktu yang sangat sedikit untuk membina

hubungan-hubungan yang akrab. Akibatnya, mereka menjadi egonsentris dan tentunya

menambah kesepian mereka. Walaupun begitu, pemuda masih berusaha menjalin hubungan

akrab dengan teman yang mempunyai kepentingan dan nilai yang sama dengan

kepentingannya sendiri.

Perkembangan yang terjadi pada pemuda, mempengaruhi kehidupan dari pemuda itu

sendiri. Kehidupan pemuda adalah masa yang penuh dengan pengambilan keputusan, yang

meliputi pertama, memutuskan tentang Iman; sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda

mengalami perubahan tanggung jawab, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul

tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru.33

Mereka mengambil

keputusan untuk memiliki komitmen pribadi dengan Tuhan yang sebelumnya masih

dipengaruhi oleh pengajaran orang tua dan teman seumuran. Kedua, memutuskan tentang

Pernikahan; masa dewasa dini sebagai masa produktif dikarenakan orang dewasa dapat

memilih untuk memiliki keluarga besar pada awal masa dewasa.34

Ketiga, memutuskan

tentang Pendidikan dan Pekerjaan; mereka beralih kepada masa pengaturan dimana mereka

harus menentukan pekerjaan yang paling tepat bagi mereka. Semua peralihan ini

memerlukan waktu. Oleh sebab itu, sekalinya seseorang menemukan pola hidup yang

diyakininya dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan mengembangkan pola-pola perilaku

sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya. Dan

yang terakhir, memutuskan tentang Hubungan Sosial; pemuda sangat memperhatikan

33

Elizabeth B. Hurlock, “Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan,” 250. 34

Ibid.., 247.

Page 18: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

17

kelompok sosial, pertemanan, hubungan bertetangga, dan lainnya. Gereja adalah tempat

dimana pemuda harus merasa tertantang untuk berhubungan dengan orang lain tanpa rasa

malu. Hubungan sosial orang kota berbeda dengan orang desa. Orang kota memiliki

hubungan sosial yang bersifat kompetitif, yang mendorong masyarakatnya mencapai

prestasi tinggi.35

Hubungan-hubungan sosialnya menjadi lebih bersifat sekunder36

. Begitu

sebaliknya dengan hubungan sosial orang desa, yang lebih bersifat gotong royong, dan

masyarakatnya bersifat homogen. Dalam perkembangannya, pergaulan kota lebih

mendominasi daripada pergaulan desa.37

Pembinaan Pemuda Gereja

Melihat kepada kebutuhan psikis pemuda seperti diatas, Gereja harus merancang

sebuah pembinaan yang membantu pemuda untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pembinaan-pembinaan pada pemuda gereja harus memiliki tujuan yang Alkitabiah. Tujuan-

tujuan yang dimaksudkan yaitu penginjilan, persekutuan, ibadah, pemuridan dan

pelayanan38

. Tujuan-tujuan ini merupakan komponen penting dalam pembinaan pemuda

sebagai dasar untuk merancangkan kurikulum yang efektif. Pertama, penginjilan adalah hal-

hal yang berkaitan dengan membagikan kabar baik tentang Yesus Kristus pada mereka yang

belum memiliki hubungan pribadi dengan-Nya. Pada prakteknya, penginjilan kurang

diekspresikan sebagai salah satu tujuan dalam pembinaan pemuda karena penginjilan

merupakan tugas yang tidak mudah dan dianggap sebagai ancaman untuk tidak diterima

bagi pemuda yang berpartisipasi di dalamnya. Kedua, berbeda dengan penginjilan yang

dianggap sebagai tujuan yang lemah, persekutuan biasanya menjadi tujuan utama dalam

pembinaan pemuda. Pada dasarnya Allah tidak ingin orang-orang Kristen hidup menyendiri,

35

S. Menno dan Mustamin Alwi, “Antropologi Perkotaan” (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), 83. 36

Hubungan sekunder adalah hubungan yang terbatas pada bidang kehidupan tertentu, dan hanya

menurut perhatian antar pihak. 37

S. Menno dan Mustamin Alwi, “Antropologi Perkotaan,” 91. 38

Doug Fields, “Purpose Driven Youth Ministry” (Jawa Timur: Gandum Mas, 2000), 64.

Page 19: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

18

tetapi hidup dan memusatkan perhatian dalam persekutuan dengan orang-orang percaya

lainnya yang dikenali sebagai tubuh Kristus. Ketiga, Ibadah didefinisikan sebagai perayaan

kehadiran Allah dan memuliakan-Nya melalui gaya hidup setiap individu. Ibadah

diekspresikan dalam beberapa cara, seperti berdoa, puji-pujian yang dinaikkan melalui

nyanyian, mendengarkan Firman Allah, memberi persembahan, baptis, bersaat teduh dan

mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Keempat, pemuridan adalah suatu istilah yang

digunakan untuk menggambarkan kegiatan membangun atau menguatkan orang-orang

percaya dalam pergumulan mereka menjadi seperti Kristus. Pemuridan dapat juga dikatakan

sebagai proses seumur hidup yang dipakai oleh Allah untuk membawa para pemuda pada

kedewasaan dalam Kristus. Tujuan terakhir, pelayanan didefinisikan sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan dengan kasih. Ketika tujuan pembinaan pemuda diterapkan, maka

akan dihasilkan para pemuda tidak hanya mampu membuat program-program saja akan

tetapi yang mau untuk melayani.

Tujuan-tujuan diatas merupakan hal yang penting dalam proses perancangan

kurikulum karena tujuan merupakan penentu arah dari perkembangan pemuda. Dalam

pembinaan pemuda, para pembina harus mengetahui tujuan yang akan dipenuhi melalui

kurikulum tersebut. Dengan demikian maka diharapkan pembinaan dapat berjalan dengan

baik dan maksimal.

Dalam mencapai tujuan ini, pembinaan pemuda gereja harus dirancang dengan

mengutamakan hubungan, sumber ide yang kreatif, kekuatan yang melebihi kepribadian,

dan kejelasan tujuan orang-orang yang akan terlibat dalam kepemimpinan.39

Pembinaan

perlu mengutamakan hubungan. Pembinaan melalui hubungan yang baik dapat membantu

menekankan dan memperkuat komitmen untuk bertumbuh dalam suatu komunitas. Oleh

39

Doug Fields, Purpose Driven Youth Ministry, 246.

Page 20: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

19

karena itu sudah seharusnya para pemimpin membangun hubungan yang baik dengan para

pemuda karena hubungan ini membuat pelayanan menjadi lebih efektif.

Pembinaan memerlukan sumber ide yang kreatif. Inti dari penyusunan pembinaan

yang kreatif yaitu mengenai kemampuan seseorang dalam menemukan suatu gagasan dan

menyesuaikannya dengan situasi. Ada banyak para pelayan pemuda yang kreatif tetapi tidak

efektif. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara kreativitas dan keefektifan di

dalam pelayanan kepemudaan.

Pembinaan memerlukan kekuatan yang melebihi kepribadian pemimpin. Pernyataan

ini merupakan hal yang penting karena ketika seorang pemimpin meninggalkan pelayanan

para pemuda yang dibangun tanpa landasan yang kuat dari kepemimpinan tambahan, maka

pelayanan tersebut akan segera berakhir. Pemimpin yang berkembang adalah seorang

pemimpin yang berbagi tanggung jawab, menjadwal ketidakhadiran yang direncanakan dan

melatih para pengganti.

Pembinaan membutuhkan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan para pemuda.

Para pelayan yang bergabung di dalamnya adalah bagian penting bagi kehidupan para

pemimpin pemuda. Semakin mereka mendapatkan informasi lebih baik, semakin mereka

akan memberikan dukungannya. Orang-orang yang tidak mendukung seringkali adalah

orang-orang yang tidak mendapatkan informasi dengan baik. Jadi komunikasi yang baik

sangat mendukung dalam kerjasama para pelayan yang tergabung tersebut.

Dalam menciptakan pembinaan pemuda yang kreatif, perancang dapat

memperhatikan berbagai macam kecerdasan ganda yang dimiliki oleh setiap individu

pemuda. Howard Gardner mengemukakan teori tentang kecerdasan yang merupakan

pendobrakan dari tradisi yang umum. Dua asumsi dasar yang selama ini dikembangkan

adalah kognisi manusia bersifat suatu kesatuan dan setiap individu dapat dijelaskan sebagai

Page 21: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

20

makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat dinilai dan diukur secara tunggal.40

Gardner

mengartikan kecerdasan ganda sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan

baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa

yang akan menimbulkan penghargaan pada diri seseorang.

Gardner mengemukakan berbagai macam kecerdasan ganda yang terdiri dari

pertama, kecerdasan Bahasa yang merupakan kemampuan untuk memanipulasi tata dan

struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa dan penggunaan

bahasa secara praktis. Aktivitas pengajaran yang ditawarkan adalah memberi

kuliah/ceramah, berkhotbah, diskusi, permainan kata, mendongeng, bercerita, menulis

jurnal, dan membaca.

Kedua, kecerdasan Logis Matematis yang berarti kepekaan terhadap pola-pola

hubungan logis, pernyataan dan dalil (sebab-akibat, jika-maka), fungsi logika, dan

kemampuan berabstraksi. Aktivitas pengajaran terdiri dari brainstorming/curah pendapat,

pemecahan masalah, bereksperimen, kalkulasi data, permainan angka, berpikir kritis, dan

metode ilmiah.

Ketiga, kecerdasan Ruang yang berarti kepekaan terhadap bentuk, ruang, warna,

garis, dan hubungan antara unsur-unsur tersebut. Aktivitas pengajaran terdiri dari presentasi

secara visual, permainan secara imajinasi, aktivitas seni, membuat peta konsep, metafora,

dan visualisasi.

Keempat, kecerdasan Bodi Kinestik yang merupakan kemampuan menggunakan

tubuh untuk mengungkapkan ide maupun perasaan dan terampil menggunakan tangannya

untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Aktivitas pengajaran terdiri dari membuat

40

Dien Sumiyatiningsih, “Mengajar dengan Kreatif dan Menarik,” 139

Page 22: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

21

pekerjaan tangan/prakarya, drama, tarian, olahraga, hal yang berkaitan dengan sentuhan,

relaksasi, latihan-latihan tubuh, membuat sesuatu, dan melakukan sesuatu.

Kelima, kecerdasan Musik yang berarti kepekaan terhadap suara/bunyi-bunyian dan

ritme, pola titik nada/melodi, dan warna nada/warna suara suatu lagu. Aktivitas pengajaran

terdiri dari menyanyi, memakai ritme, membuat jingle, menyanyikan lagu rapping, dan

mendengarkan musik saat belajar.

Keenam, kecerdasan Antarpribadi yang merupakan memahami dan bekerja dengan

orang lain, kemampuan mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi,

dan perasaan orang lain. Aktivitas pengajaran terdiri dari belajar bersama, berdiskusi,

tutorial berpasangan, melibatkan komunitas, pertemuan sosial, simulasi, debat, dan tukar

peran.

Ketujuh, kecerdasan Intrapribadi yang mengartikan kemampuan memahami diri

sendiri, bertindak berdasarkan pengetahuan tentang diri pribadi yang sebenarnya, dan

mengetahui kekuatan maupun kelemahan diri. Aktivitas pengajaran terdiri dari intruksi

individual, belajar mandiri, tawaran untuk belajar mandiri, dan membangun harga diri.

Kecerdasan terakhir adalah kecerdasan Naturalis yang merupakan kemampuan

mengenali bentuk-bentuk alam sekitar, mengenali dan mengklasifikasi spesies, mengetahui

flora/tumbuh-tumbuhan dan fauna/hewan, kepekaan terhadap fenomena alam, dan kepekaan

terhadap situasi perkotaan dan pedesaan. Aktivitas pengajaran yang terdiri dari mengenal

alam sekitar, mengidentifikasi bentuk-bentuk flora dan fauna, dan mengenali kekhasan

benda-benda mati dan hidup.

Page 23: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

22

3. Sejarah Permata

Penulis mengambil Sinode Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sebagai lokasi

penelitian yang terletak di Kabanjahe, Sumatera Utara. GBKP berdiri pertama kali di daerah

Buluh Awar tahun 1890.41

Pada awal mula berdirinya, sangat terasa manfaat yang dapat

dirasakan langsung oleh para jemaat pertama. Perkabaran injil pun berkembang yang

disponsori oleh para Pendeta Zending Belanda ditambah dengan kader-kader yang

dipersiapkan oleh mereka. Dalam perkembangan yang semakin pesat, pada tanggal 31

Desember 1945, tercetus oleh Penatua Mbaba Bangun untuk membentuk suatu wadah bagi

para pemuda-pemudi Kristen, dikarenakan melihat pentingnya wadah untuk berorganisasi

bagi pemuda.42

Prakarsa ini kemudian ditindaklanjuti oleh perkumpulan Pemuda dan

Pemudi GBKP di Kabanjahe yang pada saat itu masih bergabung dengan Perkumpulan

Perende-rende “Gung Leto” di bawah pimpinan Penatua Pa Wangi. Saat itu disepakati

nama wadah tersebut adalah Permata (Pesatuan Memajukan/Mempertahankan Agama dan

Tanah Air). Pendirian Permata ini sendiri erat hubungannya dengan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia. Itu berarti pada masa awal wadah ini memiliki prinsip untuk

mempertahankan kemerdekaan RI dan memajukan GBKP. Segala macam program

dirancang dengan tujuan Kerajaan Allah dan Kepentingan Indonesia. Permata pada saat itu

sangat berperan dalam beberapa organisasi Gereja maupun Nasional. Sampai pada akhirnya,

pada tanggal 12 September 1948 diadakanlah Kongres/Konfrensi Permata se-GBKP di

Kabanjahe, dan diputuskan untuk mengganti kepanjangan Permata menjadi “Perpulungen

Man Anak Gerejanta” yang memiliki arti persekutuan anak gereja kita. Setelah Permata

dilembagakan, peran dan kinerjanya tak pernah surut. Permata turut aktif dalam kegiatan

Koor, PA, dan Perkabaran Injil ke dusun-dusun sebagai kegiatan rutin. Pada tahun 1950,

41

Gunawan S. Kembaren & Eva HandayaniS. Gurkie, “Bunga Rampai; Sejarah Permata GBKP;

Dahulu, Sekarang dan yang akan datang” (Sibolangit: Chek-Pro, 1998) ,2 42

Ibid., 4

Page 24: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

23

Dewan Gereja Indonesia (DGI) mengesahkan Permata sebagai anggota dari Majelis

Pemuda Kristen Oikumene (MPKO). Permata adalah satu-satunya organisasi pemuda dalam

lingkungan GBKP. Pada kongres Permata XI tahun 1978, kembali terjadi perubahan

singkatan Permata menjadi “Persadaan Man Anak Gerejanta” yang memiliki arti

persatuan anak gereja kita. Singkatan inilah yang dikenal sampai dengan saat ini.

4. Proses Perancangan Kurikulum Pembinaan Pemuda GBKP

Dalam perkembangannya, Permata semakin mandiri dalam menjalankan setiap

program dan pembinaan. Permata memiliki kurikulum secara mandiri dimulai sejak awal

tahun 2002, pada masa transisi dari kepengurusan Gemar Tarigan sampai kepengurusan

Benyamin Pinem, S.T.43

Pada saat itu, proses perancangan belum rapi, penekanan apa yang

akan direleasasikan dalam buku pembinaan belum jelas, telebih nilai-nilai dasar dari ajaran

teologi Calvinis yang dianut GBKP juga belum terangkum jelas dalam buku pembinaan

Permata. Sampai pada akhirnya tahun 2007 dicetuskan untuk membentuk sebuah Komisi

Teologi yang terdiri dari lima orang pendeta atau vikaris.44

Dengan tujuan, agar Komisi

Teologi dapat bekerja sama dengan Bidang Pembinaan dalam kepengurusan Permata untuk

merancang kurikulum Pembinaan Permata sehingga dasar ajaran Calvinis dapat

tereleasasikan dalam kurikulum pembinaan tersebut. Komisi Teologi memiliki masa jabatan

sesuai dengan masa kerja kepengurusan Permata Pusat yakni selama empat tahun. Komisi

Teologi disahkan oleh Pengurus Permata Pusat dibawah naungan Bidang Koinonia dan

Sinode. Sampai saat ini, Komisi Teologi masih berperan aktif dalam merancang Kurikulum

Pembinaan Permata GBKP.45

43

Hasil wawancara dengan Penatua Benyamin Pinem, S.T selaku Ketua Umum Permata Pusat tahun

2002-2006 pada hari Jumat, 02 Agustus 2013 pada pukul 13.15 WIB 44

Hasil wawancara dengan Penatua Endriko Tarigan selaku Ketua Umum Permata Pusat tahun 2006-

2010 pada hari Kamis, 01 Agustus 2013 pada pukul 09.52 WIB 45

Hasil wawancara dengan Budiman Sitepu selaku Ketua Umum Permata Pusat 2010-2014 dan Pdt.

Samuel Tarigan selaku Pendeta Permata pada hari Rabu, 31 Juli 2013 pada pukul 10.35 WIB

Page 25: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

24

Perancangan kurikulum mengalami peningkatan yang cukup baik. Sejak tahun 2011,

proses perancangan dimulai dengan rapat internal yang membahas isu-isu yang terjadi

dalam kehidupan Permata se-Indonesia. Rapat Internal ini diadakan oleh Bidang Pembinaan

Permata Pusat, Pendeta Permata dan Komisi Teologi Permata.46

Setelah itu diadakan

Brainstroming yang mengundang Ketua Sinode, Sekertaris Umum Sinode, dan Ketua

(Pendeta) Pusat Pembinaan Warga Jemaat (PPWG). Brainstroming adalah teknik

pemecahan kelompok di mana anggota secara spontan berbagi ide-ide dan solusi. Dalam

brainstorming dilakukan pembahasan dan tanggapan dari Sinode mengenai isu-isu yang

telah dirangkum oleh Permata Pusat bersama dengan Komisi Teologia. Brainstroming ini

dilakukan selama 2 sampai 3 kali pertemuan.47

Isu-isu yang dibahas selalu disesuaikan

dengan Peristiwa Nasionalis, Tahun Gerejawi, Program tahunan Sinode, aspirasi dari

Permata Klasis, dan Program Permata Pusat.

Setelah brainstorming dilakukan, direncanakan sebuah pertemuan selama dua hari

satu malam untuk menyusun kurikulum pembinaan Permata secara lengkap. Pertemuan ini

dilakukan pada bulan April setiap tahunnya. Pertemuan ini dihadiri oleh Pendeta Permata,

Ketua Permata Pusat, Bidang Pembinaan Permata Pusat, Komisi Teologi (yang terdiri dari

lima orang Pendeta), Ketua (Pendeta) PPWG, dan tiga sampai lima orang Pendeta yang

memiliki perhatian terhadap perkembangan Permata. Pendeta-pendeta ini merupakan

Pendeta jemaat yang berada di daerah Sumatera Utara. Terdapat kurang lebih lima belas

orang yang menjadi perancang Kurikulum Pembinaan Permata. Lima belas orang tersebut

dibagi dalam lima kelompok yang terdiri dari tiga orang, agar lebih memudahkan dalam

merancang kurikulum. Dalam pertemuan ini, isu-isu yang telah dirangkum oleh Permata

Pusat dan Komisi Teologi melalui brainstroming, dijabarkan terperinci dalam bentuk thema,

46

Hasil wawancara dengan Pdt. Prananta Jaya Manik selaku Ketua Umum Permata Pusat tahun

1994-1999 dan Wakil Sekertaris Umum Sinode GBKP tahun 2010-2015 pada hari Kamis, 01 Agustus 2013

pada pukul 11.34 WIB 47

Ibid.

Page 26: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

25

tujuan khusus, metode, dan nats bimbingan untuk pembinaan dalam jangka waktu setahun.

Bagian ini disebut sebagai draft awal.

Setelah penyusunan kurikulum selesai dilaksanakan, draft awal tersebut disebar

kepada penulis. Penulis terdiri dari beberapa vikaris dan pendeta yang memiliki pengalaman

dan perhatian kepada Permata. Itu berarti bahwa sebelum menjadi vikaris atau pendeta,

penulis tersebut pernah terlibat aktif dalam kelembagaan Permata. Selain disebar, draft awal

ini juga diberikan kepada Ketua Bidang Koinonia, Pendeta PPWG, Pendeta Permata,

Komisi Teologi Permata bahkan Ketua dan Sekertaris Umum Sinode untuk turut menulis.

Pengurus Permata Pusat juga menyebar draft awal ini kepada beberapa ahli dalam bidang-

bidang tertentu untuk menjadi penulis, seperti contohnya Ahli Teknologi, HIV AIDS, dan

lainnya. Itu berarti tidak semua penulis buku pembinaan adalah seorang Pendeta.48

Penyebaran draft awal ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus. Akhir Agustus

sampai dengan awal September dikumpulkan kembali oleh Bidang Pembinaan Permata

Pusat. Namun, pada kenyataannya sering kali pengumpulan tulisan mengalami

keterlambatan dikarenakan kesibukan penulis.

Demi mewujudkan pembinaan yang kontekstual dan relevan, Permata pusat

mencoba menjaring aspirasi dari Permata Klasis melalui email dan Rapat Sidang Pengurus

Lengkap (SPL). Penjaringan aspirasi dari Permata Klasis melalui email dilakukan sebelum

penyusunan Kurikulum pada bulan April, sedangkan Sidang Pengurus Lengkap diadakan

satu kali setiap tahunnya. Biasanya Sidang Pengurus Lengkap diadakan sebelum buku

Pembinaan Permata siap untuk diterbitkan dan disebarluaskan.

Dalam merancang Kurikulum, perancang perlu memperhatikan asas-asas yang

mendasari proses perancangan. Begitu juga dengan Kurikulum Pembinaan Permata GBKP.

48

Hasil wawancara dengan Budiman Sitepu selaku Ketua Umum Permata Pusat 2010-2014 dan Pdt.

Samuel Tarigan selaku Pendeta Permata pada hari Rabu, 31 Juli 2013 pada pukul 10.35 WIB

Page 27: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

26

Asas Filosofis yang berkaitan dengan tujuan pengajaran dan pembinaan telah mendasari

perancangan kurikulum. Perancang harus memperhatikan tujuan dari pembinaan pemuda.

Doug Fields mengemukakan bahwa tujuan-tujuan yang dimaksudkan yaitu penginjilan,

persekutuan, ibadah, pemuridan dan pelayanan. Penulis beranggaan bahwa tujuan ini sudah

tereleasasikan dengan baik dalam kurikulum pembinaan Permata. Perancang memberi

perhatian yang baik terhadap tujuan dari kurikulum tersebut, karena tujuan ini yang akan

menentukan arah dari kurikulum pembinaan. Hal ini terlihat dengan materi pembinaan yang

mengungkap thema-thema yang dirancang guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Selain itu ajaran Calvinis, kini sudah mulai mewarnai kurikulum pembinaan

Permata dengan tujuan untuk mengungkapkan identitas dari Permata itu sendiri yang

adalah bagian internal dari GBKP. Oleh sebab itu, thema-thema yang diangkat selalu

dikaitkan dengan ajaran Calvinis dan sangatlah bersifat Alkitabiah. Tentu Alkitab menjadi

pedoman terhadap perancangan kurikulum pembinaan Permata. Kurikulum pembinaan

Permata lima tahun terakhir tidak bisa dipisahkan dari visi Permata GBKP tahun 2010-

2014, yakni “Berlaku sebagai Tubuh Kristus,”49

; visi yang mengacu kepada visi GBKP

tahun 2010-2015. Oleh sebab itu, setiap tahunnya Permata berupaya merancang kurikulum

yang akan mewujudkan visi tersebut. Seperti pada tahun 2011 dan 2012, proses perancangan

kurikulum didasari dengan tujuan pendidikan yang mengacu pada misi GBKP, yakni

meningkatkan Teologia, Spiritualitas dan Mutu Ibadah; menghargai kemanusiaan;

melakukan keadilan, kebenaraan, kejujuran, dan kasih; mewujudkan warga yang dapat

dipercaya; dan meningkatkan perekonomian jemaat.50

Perancang kurikulum juga mengacu

kepada thema tahunan GBKP, dimana tahun 2011 adalah tahun peningkatan Teologia,

Spiritualitas dan Mutu Ibadah; dan tahun 2012 adalah tahun peningkatan solidaritas internal

49

Permata GBKP Pusat, “Pokok-pokok Peraturan Rumah Tangga dan Garis Besar Pelayanan

Permata GBKP 2010-2014” , 30 50

Budiman Sitepu, “Draft kurikulum Pendalaman Alkitab Permata thn 2012”

Page 28: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

27

GBKP.51

Perancang kurikulum mengadopsi visi dan thema tahunan guna mencapai tujuan

pembinaan pemuda.

Penulis dapat mengatakan bahwa perancang sudah memperhatikan Asas Sosiologis

sebagai dasar perancangan kurikulum. Hal ini tampak dengan proses perancangan

kurikulum, dimana perancang menjaring aspirasi dari Permata Klasis dan

mendiskusikannya agar dapat terwujud dalam pembinaan. Penulis dapat mengatakan bahwa

pada tahun 2012, Asas Sosiologis lebih ditekankan oleh perancang kurikulum daripada pada

tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh thema tahunan yang sangat mempengaruhi. Dalam

thema mingguan tahun 2011 yang telah diterbitkan dan disebarkan kepada setiap Permata

Runggun, sangat jelas bahwa perancang hanya menekankan kepada ajaran dan tujuan tanpa

terlalu memperhatikan perkembangan sosial yang terjadi dalam kehidupan Permata.

Dikarenakan dari 44 thema mingguan yang telah dirancang, hanya tujuh thema yang

mencoba menjelaskan perkembangan sosial yang terjadi.52

Hal ini berbeda jika

dibandingkan kurikulum pembinaan pada tahun 2012 yang lebih memperhatikan

perkembangan sosial, terlihat dari 13 thema mingguan dari jumlah keseluruhan yakni 42

thema.53

Perancang juga memperhatikan Asas Organisatoris, dimana Permata Pusat mencoba

melibatkan Komisi Teologi beserta Pendeta lainnya untuk turut merancang bagaimana

ajaran itu akan diajarkan kepada Permata. Berbicara tentang pengorganisasian materi yang

akan diajarkan, dalam kurikulum pembinaan telah dijelaskan secara terperinci apa yang

ingin disampaikan, bagaimana untuk menyampaikan ajaran tersebut (metode pengajaran),

51

http://www.gbkp.or.id/index.php/tentang-gbkp/visi-misi diakses pada tanggal 20 Agustus 2013

pada pukul 17.58 WIB 52

Permata GBKP Pusat, ”Bahan Pendalaman Alkitab Permata GBKP tahun 2011.” 53

Permata GBKP Pusat, “Bahan Pendalaman Alkitab Permata GBKP tahun 2012.”

Page 29: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

28

dan tujuan dari pembinaan tersebut. Dalam asas ini, perancang kurikulum berusaha sebaik

mungkin, agar dapat membuat pembinaan jauh lebih menarik dari sebelumnya.

Sayangnya, perancang kurikulum tidak terlalu menekankan pada Asas Psikologis.

Mengapa penulis berkata demikian? Penulis mencoba mengungkapkan beberapa alasan,

yakni, pertama adalah sering kali terjadi gap-gap diantara Permata. Gap-gap tersebut terdiri

dari Permata yang sudah bekerja dan Permata yang masih duduk di Perguruan Tinggi

maupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Ada upaya untuk menjawab permasalahan ini,

dimana Permata Pusat mengesahkan Pendalaman Alkitab (PA) Mahanaim bagi Permata

yang sudah bekerja. Permata pusat memberi kebebasan kepada setiap runggun jemaat untuk

mengadakannya atau tidak. Mengartikan PA Mahanaim ini tidak secara seragam terjadi di

GBKP se-Indonesia. Ia hanya terjadi sesuai kebutuhan dari Permata Runggun atau Klasis.

PA Mahanaim ini disahkan pada tahun 2010 dibawah Bidang Pembinaan Permata Pusat.

Dengan kebebasan seperti ini, kurikulum tidak dirancang oleh Pengurus Permata Pusat guna

PA Mahanaim. Mengartikan setiap pengurus Permata Runggun atau Klasis dapat

merancang atau mengadopsi kurikulum pembinaan sendiri.54

Alasan kedua adalah dimana perancang kurikulum tidak mendasarkan perancangan

kurikulum pada teori batasan umur dan perkembangan psikologis dari Permata. Hal ini

mengakibatkan perancang tidak mengelompokkan kebutuhan-kebutuhan psikis dari

Permata. Sudah banyak ahli yang dapat menggelompokkan kebutuhan pemuda sesuai

dengan batasan umurnya. Seperti contohnya, Hurlock yang mengelompokkan masa dewasa

dini dimulai dari usia 18 tahun sampai dengan kira-kria 40 tahun.55

Dari batasan ini akan

terlihat kebutuhan-kebutuhan apa yang ingin dipenuhi oleh orang-orang dalam masa ini.

Seperti yang dikemukakan oleh Fred Jobb bahwa pemuda berada dalam kehidupan yang

54

Hasil wawancara dengan Budiman Sitepu selaku Ketua Umum Permata Pusat 2010-2014 dan Pdt.

Samuel Tarigan selaku Pendeta Permata pada hari Rabu, 31 Juli 2013 pada pukul 10.35 WIB 55

Elizabeth B. Hurlock, “Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan,” 246

Page 30: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

29

penuh dengan pengambilan keputusan. Keputusan perihal iman, pendidikan dan pekerjaan,

hubungan sosial, dan pernikahan. Jika perancang memperhatikan setiap kebutuhan ini dalam

merancang kurikulum, pembinaan pemuda akan membantu pemuda dalam pengambilan

keputusan. Hal ini akan berdampak positif dimasa mendatang, dimana pemuda dapat

menjalankan tugas panggilannya sebagai generasi penerus Gereja.

Alasan yang ketiga adalah, terfokusnya perancang pada perihal ajaran yang akan

diajarkan dan perkembangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Perancang kurikulum tidak melihat Permata secara holistik (mental, spiritual, fisik, dan

sosial). Seperti yang dikemukakan oleh Santrock perihal perkembangan yang terjadi pada

pemuda secara fisik, mental, spiritual dan sosial. Perkembangan ini tidak terlalu

diperhatikan oleh perancang dalam proses perancangan. Padahal dengan memperhatikan

perkembangan dari pemuda, perancang dapat merancang sebuah kurikulum yang sesuai bagi

pemuda. Hal ini mengakibatkan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh perancang

tidak begitu bervariasi. Karena perancang hanya berorientasi pada pengetahuan dan

perkembangan masyarakat saja. Tidak melihat kepada perkembangan kualitas dari Permata

itu sendiri, melainkan hanya kepada kwantitas. Asas Psikologis akan membantu perancang

untuk mengetahui bagaimana proses belajar yang baik sesuai dengan rentan umum dari

pemuda. Dengan mengetahui hal tersebut, perancang kurikulum akan memiliki kemudahan

untuk menentukan pendekatan-pendekatan apa saja yang dapat dituangkan dalam kurikulum

dan sesuai.

Penulis telah mengungkapkan beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh

Wyckoff. Pendekatan tersebut terdiri dari Ppendekatan Teologis, Filosofis, Historis,

Psikologis, Sosial dan Ilmu Komunikasi. Dalam kurikulum Pembinaan Permata GBKP,

perancang kurikulum hanya menggunakan pendekatan Teologis dan Sosial. Dengan

pendekatan Teologis, perancang mencoba menginterpretasikan dan mengaplikasikan isi dari

Page 31: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

30

Wahyu kepada seluruh permasalahan kehidupan pemuda. Sedangkan dengan pendekatan

Sosial, perancang melihat kepada perkembangan suatu kelompok masyarakat yang terjadi

dalam kehidupan pemuda. Keduanya dikombinasikan oleh perancang guna pembinaan yang

efektif. Hal ini terlihat dari metode-metode yang sering kali digunakan dan disarankan yakni

diskusi dan pernenungan atau ibadah. Namun, sayangnya harapan untuk menciptakan

pembinaan yang efektif, belum tercapai. Penulis melihat bahwa pendekatan-pendekatan

yang digunakan oleh perancang kurikulum sangatlah minim. Menghasilkan bahan yang

kurang menarik perhatian Permata. Hal ini bisa terjadi berulang-ulang setiap tahunnya.

5. Tinjauan Kritis

Penulis mencoba mengkritisi proses perancangan kurikulum pembinaan Permata

berdasarkan teori pengembangan kurikulum dan pemuda yang telah dikemukakan

sebelumnya. Setiap langkah yang dilakukan oleh perancang sudah cukup baik. Namun,

penulis melihat beberapa kekurangan yang terjadi. Pertama, tidak adanya evaluasi terhadap

kurikulum yang telah dirancang. Dua tahun terakhir (2011-2012), minat Permata Klasis

maupun Runggun di daerah konteks Kota terhadap penggunakan Buku Pendalaman Alkitab

(PA) sangat minim. Hal ini dikarenakan bahan yang dianggap tidak lagi relevan dengan

konteks jemaat. Seperti contohnya Permata Klasis Jakarta – Banten hanya menggunakan

125 buku bagi 900 jumlah Permata Klasis.56

Penulis beranggapan, hal ini merupakan

masalah yang harus diperhatikan. Oleh sebab itu, diperlukan evaluasi terhadap nilai-nilai

kurikulum, mengoreksi secara objektif terhadap isi dan prosedur kurikulum, dan memeriksa

kemajuan yang terjadi. Dengan adanya evaluasi, akan terlihat bagian kurikulum yang perlu

dikembangan atau bahkan perlu dihilangkan. Proses evaluasi kurikulum bagi kurikulum

56

Hasil wawancara dengan Tulus Barus selaku Ketua Umum Permata Klasis Jakarta – Banten tahun

2010-2013 pada tangal 29 April 2013 pukul 20.00 WIB

Page 32: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

31

pembinaan Permata dapat dilakukan secara terus-menerus setiap tahunnya, agar terwujud

pembinaan yang semakin kontekstual dan relevan.

Kedua, ketidakseimbangan dalam memperhatikan asas-asas kurikulum sebagai

dasar perancangan kurikulum. Telah dikemukakan bahwa dalam merancang kurikulum

keempat asas (Filosofi, Sosiologis, Psikologis, Organisatoris) harus diperhatikan secara

seimbang, bukan hanya berfokus kepada salah satu asas saja. Hal ini mengakibatkan

kurikulum yang timpang dan tidak sesuai konteks. Dalam kurikulum pembinaan Permata

GBKP, perancang kurang dalam memperhatikan Asas Psikologis, sehingga pembinaan yang

ingin diajarakan tidak sesuai dengan kebutuhan psikis dari Permata itu sendiri. Padahal

dengan Asas Psikologis, perancang akan lebih mengetahui kebutuhan-kebutuhan pemuda,

yang sebenarnya belum tentu diketahui oleh Permata sendiri sebagai pemuda. Penulis

beranggapan bahwa sebenarnya Asas Psikologis sama pentingnya dengan ketiga asas

lainnya, dikarenakan keempatnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Ketiga, struktur kurikulum yang mendahulukan thema daripada tujuan. Kurikulum

pembinaan Permata tahun 2011 dan 2012, memiliki struktur penulisan yang dimulai dengan

menentukan thema kemudian tujuan khusus. Penulis beranggapan bahwa hal ini kurang

efektif untuk dilakukan, walaupun ini bukan suatu kesalahan besar. Namun, lebih baik

ketika tujuan umum yang telah dirancang dengan memperhatikan keempat asas kurikulum,

diikuti dengan tujuan khusus yang akan merujuk kepada thema mingguan. Tujuan khusus

yang digunakan setiap minggunya mengacu kepada tujuan umum kurikulum, bukan kepada

thema mingguan. Dengan begitu, thema yang dirancang merupakan usaha demi mencapai

tujuan umum dan tujuan khusus dari kurikulum tersebut, bukan sebaliknya dimana tujuan

dirancang untuk menjelaskan thema tersebut.

Page 33: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

32

Keempat, pendekatan yang monoton. Ada enam pendekatan yang dikemukakan

oleh Wyckoff, namun yang digunakan oleh perancang kurikulum pada pembinaannya hanya

dua pendekatan, yakni pendekatan teologis dan sosial. Metode-metode yang ditawarkan oleh

perancang sangat mononton, hanya diskusi dan perenungan atau ibadah. Hal ini banyak

terjadi pada tahun 2011, dimana metode yang ditawarkan hanya diskusi. Dari jumlah

keseluruhan thema selama setahun yakni 44, terdapat 39 thema yang memakai metode

diskusi. Alangkah lebih baik ketika perancang menggunakan pendekatan yang beragam,

demi mewujudkan pengajaran yang kreatif. Memang tidak dapat langsung dipersalahkan

kepada perancang kurikulum di tingkat pusat, karena metode yang digunakan tergantung

kepada majelis Gereja yang akan memimpin pembinaan tersebut. Namun, penulis

beranggapan bahwa sebaiknya perancang dapat menyediakan berbagai macam pendekatan

dan metode pengajaran yang kreatif di setiap buku pembinaan Permata. Doug Fields

mengemukakan bahwa pembinaan memerlukan sumber ide yang kreatif. Inti dari

penyusunan pembinaan yang kreatif yaitu mengenai kemampuan seseorang dalam

menemukan suatu gagasan dan menyesuaikannya dengan situasi. Ada banyak para pelayan

pemuda yang kreatif tetapi tidak efektif. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara

kreativitas dan keefektifan di dalam pelayanan kepemudaan. Dengan menyediakan berbagai

metode pengajaran proses pembinaan akan semakin lebih menarik dan kreatif. Selain

membantu pemenuhan kebutuhan psikis pemuda, hal ini juga akan membantu pemimpin

pembinaan. Melalui pendekatan yang kreatif, Permata akan terdorong untuk meningkatkan

kreatifitasnya sebagai pemuda. Karena pemuda berada dalam masa yang penuh dengan

kreatifitas, dimana kreatifitas tersebut akan berkembang berdasarkan minat dan

kemampuan, dan akan tertuang dalam pekerjaan mereka.

Kelima, penulis pembinaan kurikulum pembinaan. Dalam proses perancangan

kurikulum pembinaan Permata, terdapat perbedaan antara perancang dan penulis. Draft

Page 34: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

33

awal yang telah dirancang yang berisikan thema, tujuan khusus, metode, dan nats

bimbingan, disebarkan kepada penulis selama kurang lebih dua bulan lamanya. Pada proses

penyebaran ini, penulis beranggapan akan terjadi sebuah kesalahpahaman dimana penulis

kurikulum tidak memiliki konsep yang sama seperti perancang kurikulum. Mengartikan,

tujuan umum tidak sampai kepada penulis kurikulum. Oleh sebab itu, tulisan dalam buku

pembinaan jauh dari harapan maupun target perancang kurikulum. Hal ini telah diakui oleh

beberapa perancang, namun hal ini tidak ditindaklanjuti. Sebaiknya perancang kurikulum

adalah yang juga berjabat sebagai penulis kurikulum. Karena perancang sudah

memperhatikan asas-asas yang mendasari proses perancangan dan merancang tujuan umum

dari kurikulum pembinaan tersebut. Memang penyebaran kepada penulis merupakan hal

yang memudahkan perancang dalam menyelesaikan kurikulum pembinaan, tetapi ini tidak

menjamin sebuah penulisan yang efektif. Mengapa? Karena penulis juga tidak diberi sebuah

pelatihan bagaimana cara menulis yang baik guna pembinaan Permata. Penulis beranggapan

belum tentu semua penulis kurikulum pembinaan yang adalah seorang Pendeta dan

beberapa orang yang ahli dalam bidangnya, dapat menulis dengan baik. Oleh sebab itu,

alangkah baiknya yang menulis kurikulum pembinaan adalah perancang dari kurikulum

tersebut. Kalaupun hal ini tidak dapat terwujud, penulis menyarankan untuk diselenggarakan

sebuah pelatihan khusus bagi para penulis kurikulum pembinaan.

Selain itu, penulis kurikulum tidak memiliki keahlian khusus dalam hal pemuda.

Penulis hanya memiliki penerawangan umum perihal kehidupan pemuda di masyarakat. Hal

ini mengakitbatkan tulisan yang hanya mengena pada perihal umum saja yang sering terjadi,

dan cenderung membosankan. Akan jauh lebih baik jika penulis memiliki pengetahuan yang

baik tentang pemuda. Seminim mungkin, penulis mengetahui perkembangan spesifik dari

pemuda, yakni perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual. Hal ini merupakan salah

Page 35: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

34

satu bukti, betapa pentingnya asas Psikologi mendasari perancangan maupun penulisan

kurikulum pembinaan.

Keenam, sering terjadi pengulangan materi pembinaan. Dalam kurikulum

pembinaan tahun 2011 dan 2012, terdapat materi kurikulum yang sama dan memiliki tujuan

yang sama pula. Memang dalam setiap tahunnya akan ada materi yang sama sehubungan

dengan Tahun Gerejawi seperti Paskah, Natal, HUT kaum Ibu, Bapa, Pemuda, dan Sekolah

Minggu, serta peristiwa Nasionalis. Namun, hal yang menarik terjadi yakni, terdapat satu

thema mingguan yang sama pada tanggal 28 Maret – 03 April 2011 dan 28 Oktober – 03

November 2012 dengan thema “Hidup Dalam Keanekaragaman.” Tujuan khususnya adalah

agar Permata dapat mengetahui, memahami, dan menghargai keanekaragaman dalam hidup,

dan dapat menyuarakan kasih Allah dalam keanekaragaman tersebut. Kedua tanggal ini

memiliki thema dan tujuan khusus yang sama. Walaupun memang nats bimbingan kedua

thema ini berbeda; pada tahun 2011 memakai nats Yohanes 4:1-42 sedangkan tahun 2012

memakai nats Galatia 6:9-10. Namun, jelas bahwa hal ini merupakan kerugian besar dalam

perkembangan pembinaan Permata. Hal ini merupakan akibat daripada tidak adanya

evaluasi kurikulum pembinaan.

6. Penutup

Kaum muda adalah generasi penerus Gereja di masa mendatang. Oleh sebab itu,

pembinaan terhadap kaum muda merupakan tugas penting yang harus diperhatikan secara

serius oleh Gereja. Pembinaan terhadap kaum muda tidak terlepas dari kurikulum yang

mendasari pembinaan tersebut. Kurikulum yang memiliki tujuan untuk membantu kaum

muda melihat, menerima, dan memenuhi tujuan Allah melalui penebusan Yesus Kristus.

Dalam mewujudkan pembinaan yang efektif memang tidaklah mudah. Terlebih perbedaan

konteks kehidupan, pendidikan, pekerjaan, sosial dan lainnya yang terjadi ditengah-tengah

Page 36: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

35

jemaat, terkhusus kaum muda. Hal ini akan terus menjadi tantangan Gereja untuk dapat

menyederhanakan perbedaan yang ada dan merancang sebuah kurikulum pembinaan yang

kontekstual dan relevan. Setiap tahunnya, Gereja harus memiliki peningkatan dalam

mewujudkan pembinaan yang sesuai dengan kehendak Allah.

Perhatian Permata Pusat dan Komisi Teologia terhadap perancangan kurikulum

pembinaan masih kurang baik dalam mewujudkan pembinaan yang efektif. Masih banyak

hal yang perlu diperbaiki dan dikoreksi kedepannya. Setiap tahunnya haruslah diadakan

evaluasi guna perkembangan kurikulum pembinaan. Ini menjadi tantangan Permata sebagai

wadah pemuda Kristen Karo satu-satunya dibawah naungan GBKP. Permata memiliki

peran penting demi masa depan Gereja. Perancang juga belum memperhatikan asas-asas

kurikulum sebagai dasar perancangan dengan seimbang. Terkhusus dalam memperhatikan

asas Psikologis. Keempat asas kurikulum yang mendasari harus diperhatikan secara

seimbang agar terwujud pembinaan yang baik.

Tinjauan kritis yang telah dibuat diharapkan menjadi sebuah kritikan yang positif

guna perkembangan pembinaan Permata GBKP. Tulisan ini juga diharapkan dapat menjadi

masukan bagi Permata Pusat bahkan Sinode GBKP. Bagaimana pentingnya sebuah proses

perancangan kurikulum yang akan berdampak bagi perkembangan pembinaan pemuda dan

masa depan Gereja. Masa depan Gereja dibentuk sedini mungkin dengan pembinaan yang

baik dan efektif terhadap warga gereja, terkhusus pemuda yang merupakan agen

pelaksanaan tugas panggilan Gereja.

Page 37: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

36

DAFTAR PUSTAKA

Budiman Sitepu. Draft kurikulum Pendalaman Alkitab Permata thn 2012.

Corbett, Jan. Creative Youth Leadership. Valley Forge: Judson Press, 1977.

Creasy Dean, Kenda & Ron Foster. The God Bearing Life; The Art of Soul Tending for

Youth Ministry. Nashville: Upper Room Books, 1998.

D. Gunarsa, Y. Singgih. Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.

Fields, Doug. Purpose Driven Youth Ministry. Jawa Timur: Gandum Mas, 2000.

F. Pinar, William & William M. Reynolds. Understanding Curriculum as

Phenomenological and Deconstructed Text. New York: Teacher College,

Colombia University, 1992.

Hidayat, Rakhmat. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2011.

Homrighausen, Dr. E. G. dan Dr. I. H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1985.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Diterjemahkan Dra. Istiwidayanti & Drs. Soedarjo, M.Sc., Edisi Kelima.

Jakarta: Erlangga, 1999.

Max Sijabat, Drs. Ridwan. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980.

Menno, S. dan Mustamin Alwi. Antropologi Perkotaan. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Mulyasa, M.Pd., Dr. E. Kuriukulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karateristik, dan

Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004.

Mönks, F. J. & A.M.P. Knöers. ONTWIKKELINGS PSYCHOLOGIE. Diterjemahkan Siti R.

Haditono. Psikologi Perkembangan; Pengantar dalam berbagai bagiannya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984.

Nasution, M.A., Prof. Dr. S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Natsir, Mo. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia 1988.

Nuhamara M.Th, Dr. Daniel. Pendidikan Agama Kristen Dewasa. Bandung: Jurnal Info

Media, 2008.

O. Richards, Lawrence. Youth Ministry is Renewal in The Local Church. Michigan:

Zondervan Publishing, 1972.

Permata GBKP Pusat. Pokok-pokok Peraturan Rumah Tangga dan Garis Besar Pelayanan

Permata GBKP 2010-2014.

Page 38: Kurikulum Pemuda GBKP Tinjauan Kritis terhadap Perancangan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6885/2/T1_712009003_Full... · kurikulum pembinaan Permata berlandaskan teori

37

R, Peacocke, A.. The Christian Faith in a scientific era. Religious Education (Psikologi

perkembangan). Jakarta: Erlangga, 1999.

S. Kembaren, Gunawan & Eva HandayaniS. Gurkie. Bunga Rampai; Sejarah Permata

GBKP; Dahulu, Sekarang dan yang akan datang. Sibolangit: Chek-Pro, 1998.

Sanjaya, Prof. Dr. H. Wina, M.Pd. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Predana Media Group, 2008.

Santrock, John W. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012.

Sumiyatiningsih, Dr. Dien. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta: ANDI,

2006.

Slattery, Patrick. Curricilum Development in the Postmodern Era. New York & London:

Garland Publishing, Inc, 1995.

White, Roger Crombie. Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom Practice.

Jakarta: Grasindo, 2005.

Wyckoff, D. Campbell. Theory and Design of Christian Education Curriculum.

Philadelphia: The Westminster Press, 1961.

Fred Joob. Introducton for Christian Education.

http://www.gbkp.or.id/index.php/tentang-gbkp/visi-misi diakses pada tanggal 20 Agustus

2013 pada pukul 17.58 WIB

http://www.gbkp.or.id/ diakses pada tanggal 04 April 2013, pada pukul 14.25 WIB