Laporan Acara II
-
Upload
mansur-harianto -
Category
Documents
-
view
126 -
download
0
description
Transcript of Laporan Acara II
-
5/24/2018 Laporan Acara II
1/15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari pengamatan sehari-hari kita mengetahui bahwa bumi tersusun dari
batuan-batuan. Apabila kita mengambil batuan dan mengamatinya, ternyata
batuan terdiri dari mineral-mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan
organik. Mineral sendiri terdiri dari unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur, dalam
hal ini, adalah benda yang tak dapat lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah
partikel terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan
terlalu kecil untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop.
Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu
campuran dari gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari proses-
proses fisis dan kimia khusus secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang
homogen dan mempunyai susunan atau rumus kimia tertentu. Bila kondisi
memungkinkan, mendapat suatu struktur yang sesuai, di mana ditentukan
bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisisnya.
Pengamatan yang dilakukan salah satunya berupa pengamatan syatan
mineral melalui miksroskop polarisasi dengan melihat diameter medan pandang
dan analisator polarisator.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakan pratikum ini agar mengenalkan mahsiswa cara
mengukur diameter medan panjang dan analisator polarisator. Tujuan
-
5/24/2018 Laporan Acara II
2/15
diadakannya praktikum ini adalah untuk mngukur ukuran suatu mineral dengan
mngenunakan diameter medan panjang dan mengemati suatu mineral dengan
mngunakan analisator polarisator.
1.3. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mikroskop Polarisasi2. Lap kasar dan lap halus3. Pensil warna4. Alat tulis menulis5. Format6. Penggaris7. Penuntun Praktikum8. Lembar Kerja Praktikum
1.4. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.2. Menyentringkan mikroskop.3. Selanjutnya yaitu meletakkan preparat berupa kertas grafik tanpa sayatan
tipis minera pada meja objek kemudian menjepitnya dengan specimen clip.
4. Setelah itu mengatur meja objek menggunakan pengarah kasar dan halussampai mineral tampak jelas kenampakannya.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
3/15
5. Memilih perbesaran lensa objektif yang digunakan yaitu 5x6. Menentukan ukuran mineral dengan penentuan medan pandang7. Memilih perbesaran lensa objektif yang digunakan yaitu 10x8. Menentukan ukuran mineral dengan penentuan medan pandang
9. Menggambar posisi mineral terhadap benang silang pada medan pandang10.Mengganti preparat dengan sayatan tipis mineral biotit11.Menentukan posisi sayatan tipis mineral pada meja objek, daya absorpsi,
warna dan belahan mineral
12.Menentukan nama mineral dan sistem kristal.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
4/15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diameter Bidang Pandang (DMP)
Dalam mempelajari sifat mineral optik, salah satu yang diidentifikasi adalah
ukuran mineral. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda untuk
setiap lensa objektif. Untuk mempermudah pengukuran maka harus ditentukan
diameter bidang pandang (DMP) setiap lensa objektif. Cara menentukan Diameter
Medan Pandang adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan Medan PandangMemfokuskan medan pandang yaitu dilakukan dengan memfokuskan letak
perpotongan benang silang tepat pada pusat medan pandang.
2. Mengatur Bukaan Diafragma
Mengatur bukaan diafragma dengan cara disesuaikan dengan perbesaran
lensa objektif yang digunakan. Nilai dari bukaan diafragma tersebut terdapat pada
tubuh lensa objektif.
Nilai dari bukaan diafragma adalah sebgai berikut:
a) Perbesaran objektif 5x mempunyai NA = 0,1b) Perbesaran objektif 10x mempunyai NA = 0,25c) Perbesaran objektif 20x mempunyai NA = 0,4d) Perbesaran objektif 100x mempunyai NA = 0,9
3. Menentukan nilai skala dengan kertas kalkir
Kertas grafik kalkir diletakkan di atas meja preparat, untuk menentukan nilai
skala pada benang silang atau diameter medan pandang. Buat perbandingan skala
-
5/24/2018 Laporan Acara II
5/15
pada lensa dengan skala pada kertas grafik kalkir. Lakukan pada semua
perbesaran objektif.
4. Menghitung Nilai Pada Setiap Skala
Kertas kalkir digeser sehingga berada pada posisi yang tepat. Untuk
memudahkan perhitungan, maka salah satu garis tebal pada kertas grafik
diimpitkan pada angka 0 (perpotongan benang silang). Karena panjang kertas
grafik sudah diketahui, maka yang dihitung adalah jumlah skala lensa yang
termuat dalam setiap mm kertas grafik. Nilai setiap bilangan skala, ditentukan
dengan rumus :
Bilangan skala =1 mm
Jumlah Skala
Selanjutnya akan diperoleh bilangan skala yang berbeda untuk setiap
perbesaran lensa objektif yang digunakan.
5. Menghitung Diameter Bidang Pandang
Pada benang silang horisontal, ada bagian yang tidak mempunyai skala,
sehingga dalam perhitungan diameter medan pandang harus dilakukan dalam 2
bagian.
a. Menentukan panjang benang horizontal yang berskala dengan cara: Letakkan salah satu garis tebal dari kertas grafik pada angka 0. Hitung dengan menggunakan rumus:
DMP1= BS x Z
DMP : Diameter Medan Pandang
BS : Bilangan Skala
Z : jumlah skala yang tampak dalam medan pandang.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
6/15
b. Menentukan panjang benang horizontal yang tidak berskala, dengan cara: Letakkan garis tebal kertas grafik di tepi medan pandang Bandingkan panjang benang horizontal yang tidak mempunyai skala
dengan panjang kertas kalkir grafik.
Tentukan skala yang ada pada tepi kiri dan kanan. Hitung dengan rumus:
DMP2 = BS x Y
DMP : Diameter Medan Pandang
BS : Bilangan Skala
Y : Jumlah skala yang tersisa pada tepi kiri dan kanan.
Maka Diameter Medan Pandang seluruhnya adalah:
DMP = DMP1+ DMP2
2.2 Analisator dan Polarisator
Sebelum melakukan pengamatan mineral menggunakan mikroskop
polarisasi, perlu dilakukan sentering. Sentering penting dilakukan agar pada saat
pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang kita amati
tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan).
Adapun cara menentukan Analisator dan polarisator adalah sebagai berikut:
1. Sinar yang masuk kedalam medan pandang harus merata dengan caramenghidupkan lampu yang tersedia di mikroskop.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
7/15
2. Mikroskop harus dalam keadaan terpusat yang dilakukan dengan cara-carasebagai berikut:
Letakkan sayatan tipis pada meja objek. Pilih satu titik kecil. Putar meja objek hingga kedudukan yang terjauh. Kembalikan setengah jarak ke arah pusat.
Ulang hingga titik tidak bergerak dari pusat.
Ulangi langkah tersebut setiap pergantian lensa objektif.3. Untuk menguji apakah analisator tegak lurus terhadap salah satu benang
silang, digunakan mineral biotit dan turmalin.
4. Uji posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap salah satu benangsilang dengan menggunakan mineral biotit:
Lensa analisator dipasang. Lensa okuler terletak pada kedudukannya. Putar meja objek hingga mendapatkan warna absorpsi maksimum,
untuk menandai mineral biotit sudah sejajar dengan benang silang.
Gerakkan pengatur tangkai pengatur polarisator, sampai biotitmemperlihatkan warna absopsi maksimum. Pada keadaan ini berarti
arah gerah polarisator sudah sejajar dengan salah satu benang silang.
5. Uji posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap salah satu benangsilang dengan menggunakan mineral turmalin:
Mineral turmalin memperlihatkan warna maksimum jika sejajardengan polarisator.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
8/15
Mineral turmalin memperlihatkan warna minimum jika sejajar arahgetar polarisator.
Mineral turmalin memperlihatkan warna absorpsi maksimum jikasumbu panjang kristalografi tegak lurus arah getar polarisator.
6. Arah getar polarisator harus tegak lurus dengan arah analisator. Polarisator sejajar dengan salah satu benang silang. Polarisator dan analisator dipasang dengan tanpa sayatan tipis. Bila medan pandang tampak gelap berarti polarisator sudah tegak
lurus analisator, jika tidak maka analisator harus diputar hingga
mendapatkan kenampakan gelap maksimum.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
9/15
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK
Acara : DMP &ANAPOL Nama : Resga M. R.
Hari/Tgl : Rabu/26-02-2014 NIM : D611 12 258
No. Urut : 01
No. Peraga : 01
Pembesaran objektif : 5
Pembesaran okuler : 10
Pembesaran total : 5 x 10 = 50
Bilangan skala :1
50= 0,02
Ukuranme dan pandang
Nilai 100 skala : 100 Nilai pinggir : 40
Diameter medan pandang
DMP1 = 100 x BS : 100 x 0,02 = 2 DMP2 = NP x BS : 40 x 0,02 = 0,8 DMP total = DMP1 + DMP2 : 2 + 0,8 = 2,8
Sebelum digeser Sesudah digeser
-
5/24/2018 Laporan Acara II
10/15
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK
Acara : DMP &ANAPOL Nama : Resga M. R.
Hari/Tgl : Rabu/26-02-2014 NIM : D611 12 258
No. Urut : 02
No. Peraga : 01
Pembesaran objektif : 10
Pembesaran okuler : 10
Pembesaran total : 10 x 10 = 100
Bilangan skala :1
100= 0,01
Ukuran medan pandang
Nilai 100 skala : 100
Nilai pinggir : 100
Diameter medan pandang
DMP1 = 100 x BS : 100 x 0,01 = 1 DMP2 = NP x BS : 100 x 0,01 = 1 DMP total = DMP1 + DMP2 : 1 + 1 = 2
Sebelum digeser Sesudah digeser
-
5/24/2018 Laporan Acara II
11/15
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK
Acara : DMP &ANAPOL Nama : Resga M. R.
Hari/Tgl : Rabu/26-02-2014 NIM : D611 12 258
No. Urut : 03
No. Peraga : BB 03
Pembesaran objektif : 5
Pembesaran okuler : 10
Pembesaran total : 5 x 10 = 50
Bilangan skala :1
50= 0,02
Posisi Mineral : x = 45,5 , y = 11,5
Posisi : Sejajar analisator
Daya absorbsi : Terang maksimum
Posisi : Sejajar polarisator
Warna mineral : Cokelat terang
Daya absorbsi : Gelap maksimum
Warna mineral : Cokelat gelap
Belahan : 1 arah
Nama mineral : Biotit
Sistem kristal : Isometrik
Sejajar Analisator
Sejajar Polarisator
-
5/24/2018 Laporan Acara II
12/15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Diameter Bidang Pandang
Pada metode diameter bidang pandang (DMP) yang kita lakukan untuk
mengukur ukuran suatu mineral kita menggunakan perbesaran lensa okuler 10x
serta perbesaran lensa objektif 5x dan 10x. di mana pada perbesaran lensa objektif
5x, diperoleh perbesaran total 50x dan bilangan skala 0,02. Ukuran. Dengan
menggunakan rumus diperoleh nilai DMP1sebesar 2 dan nilai DMP2sebesar 0.8.
Setelah menjumlahkan DMP1 dan DMP2 diperoleh nilai DMP total 2,8.
Pada perbesaran lensa objektif 10x, diperoleh perbesaran total 100x dan
bilangan skala 0,01. Ukuran. Dengan menggunakan rumus diperoleh nilai DMP1
sebesar 1 dan nilai DMP2 sebesar 1. Setelah menjumlahkan DMP1 dan DMP2
diperoleh nilai DMP total 2.
3.2. Analisator Polarisator
Preparat yang diamati pada pengamatan sayatan tipis mineral memilki
nomor peraga BB 03. Pengamatan anapol ini menggunakan perbesaran objektif 5x
dan Pembesaran okuler 10x. Posisi mineral pada meja objek berada sumbu absis
(x) = 45,5 dan sumbu (y) = 11,5. Pada saat posisi mineral sejajar analisator,
diperoleh daya absorpsi terang maksimum dan warna mineral cokelat terang.
Sedangkan Pada saat posisi mineral sejajar polarisator, diperoleh daya absorpsi
gelap maksimum dan warna mineral cokelat gelap. Kenampakan belahan mineral
-
5/24/2018 Laporan Acara II
13/15
ini memiliki belahan 1 arah. Nama mineral ini adalah mineral biotit dengan sistem
kristal isometrik.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
14/15
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan praktikum, dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Penentuan ukuran pada suatu mineral dapat di lakukan dengan metodediameter medan panjang
2. Daya absorsi dan warna mineral dapat diamati dengan mengunakan analisatorpolarisator.
4.2. Saran
Agar kiranya mikroskop yang ada di laboratorium di perbanyak agar
mahasiswa 1 orang dapat mengunakan 1 mikroskop demi kelancaran pratikum.
-
5/24/2018 Laporan Acara II
15/15
DAFTAR PUSTAKA
http://globorotalia.blogspot.com/2013/05/laporan-mineral-optik-acara-dmp-
dan.html.Diakses tanggal 13 Maret 2014 pada pukul 1.50 WITA
http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-
mikroskop-polarisasi/. Diakses tanggal 13 Maret 2014 pada pukul 1.50
WITA
http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-
mikroskop-polarisasi/. Diakses tanggal 13 Maret 2014 pada pukul 1.50
WITA
http://globorotalia.blogspot.com/2013/05/laporan-mineral-optik-acara-dmp-dan.htmlhttp://globorotalia.blogspot.com/2013/05/laporan-mineral-optik-acara-dmp-dan.htmlhttp://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-mikroskop-polarisasi/http://globorotalia.blogspot.com/2013/05/laporan-mineral-optik-acara-dmp-dan.htmlhttp://globorotalia.blogspot.com/2013/05/laporan-mineral-optik-acara-dmp-dan.html