Laporan Internsip

39
LAPORAN KASUS Tumor Mammae Oleh : dr. Ivan Rayka Pembimbing: dr. Asmi Rosya F, Sp. B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYU AGUNG 1

description

doksip periode 2015 2016

Transcript of Laporan Internsip

Page 1: Laporan Internsip

LAPORAN KASUS

Tumor Mammae

Oleh :

dr. Ivan Rayka

Pembimbing:

dr. Asmi Rosya F, Sp. B

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYU AGUNG

OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN

2016

1

Page 2: Laporan Internsip

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang

diberikan oleh-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus “Tumor mammae”

Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga

banyak menemui berbagai macam hambatan dan kesulitan karena masih terbatasnya ilmu

pengetahuan yang saya miliki, namun berkat adanya bimbingan, bantuan serta pengarahan dari

berbagai pihak maka, saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu

dengan terselesaikannya penyusunan laporan kasus ini saya mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan kasus ini kepada yang terhormat, Dokter Asmi Rosya, Sp.B selaku

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta pengarahan.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya

mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan laporan dan semoga

laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.

Wassalamu’alakum Wr Wb.

Kayu Agung, Mei 2016

Penulis

2

Page 3: Laporan Internsip

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................3

BAB I LAPORAN KASUS .................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................28

3

Page 4: Laporan Internsip

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 Identifikasi

Nama : Ny. R

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Tanjung Lubuk

MRS : 26 April 2016

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

I.2 Autoanamnesis

Keluhan Utama:

Benjolan di payudara sebelah kanan

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Pasien meraskan ada benjolan dipayudara kanan sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan

mulanya kecil dan membesar sehingga baru diketahui ketika benjolan berukuran kurang lebih

sebesar kelereng. Benjolan tidak nyeri bila pasien beraktivitas dan ditekan. Tidak keluar

cairan dari payudara, tidak ada perubahan bentuk payudara, pasien tidak sedang menyusui

dan menstruasi pasien teratur.

I.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

4

Page 5: Laporan Internsip

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Pernafasan : 22 x/menit

Nadi : 82 x/menit

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Suhu : 36,4 ºC

Kepala : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Pupil : Isokor, refleks cahaya +/+

Leher : Tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening : Lihat status lokalis

Thorax : Vesikular +/+ Normal, ronkhi -/-, wheezing -/-, murmur (-), gallop

(-)

Ekstremitas Superior : Tidak ada kelainan

Ekstremitas Inferior : Tidak ada kelainan

Status Lokalis

Regio Mamma Dekstra

Inspeksi : ulkus (-), papilla mamae tidak ada retraksi, discharge (-)

5

Page 6: Laporan Internsip

gambaran Peau d’orange (-), tidak ada skin dimpling.

Palpasi : teraba massa dengan konsistensi kenyal, ukuran ± 2cm x 2cm,

padat, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-)

Regio Mamma Sinistra

Inspeksi : tidak tampak benjolan, tidak tampak ulkus, tidak ada retraksi

puting, tidak ada gambaran Peau d’orange, tidak ada skin dimpling.

Palpasi : tidak teraba massa.

KGB Axilla Sinistra

Inspeksi : tidak tampak benjolan.

Palpasi : tidak teraba massa

KGB Axilla Dextra

Inspeksi : tidak tampak benjolan

Palpasi : tidak teraba massa

KGB Infraklavikula Sinistra

Inspeksi : tidak tampak benjolan

Palpasi : tidak teraba massa

KGB Infraklavikula Dextra

Inspeksi : tidak tampak benjolan

Palpasi : tidak teraba massa

KGB Supraklavikula Sinistra

Inspeksi : tidak tampak benjolan

Palpasi : tidak teraba massa

KGB Supraklavikula Dextra

Inspeksi : tidak tampak benjolan

Palpasi : tidak teraba massa

6

Page 7: Laporan Internsip

KGB Mammaria interna sinistra

Inspeksi : tidak tampak benjolan

Palpasi : tidak teraba massa

KGB Mammaria interna dextra

Inspeksi : tidak tampak benjolan

Palpasi : tidak teraba massa

Regio Abdomen

Inspeksi : datar, lemas

Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar, nyeri tekan (-).

I.4 Hasil Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin: (26 April 2016)

Hemoglobin : 13,5 g/dl ( 12 – 16 gr/dl )

Leukosit : 8.300 ( 5000 – 10000/mm3)

Hematokrit : 41% (35-45%)

Trombosit : 231.000 ( 150.000-400.000)

Bleeding time : 2 menit ( 1- 3 menit )

Clotting time : 6 menit ( 9-15 menit )

1.5 Diagnosis

Tumor Mammae Dekstra susp Fibroadenoma mammae

I.6 Penatalaksanaan

- Pro Eksisi Tumor

- Pemeriksaan PA massa tumor

7

Page 8: Laporan Internsip

Laporan Operasi (29 April 2016)

1. Posisi supine, desinfeksi, pasang duk steril

2. Inpeksi, insisi peri areolar kanan, dipisahkan lapis ddemi lapis sampai dengan jaringan

tumor

3. Didapatkan tumor dengan ukuran 2cmx 2cm

4. Dilakukan excisi tumor

5. Rawat perdarahan

6. Luka dijahit lapis demi lapis, operasi selesai

Terapi post op:

IVFD RL gtt 20x/m

Inj. Ketorolac 2x1 amp

Inj. Ceftriaxone 2x1gr

Perawatan Luka Post Op

I.7 Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

8

Page 9: Laporan Internsip

BAB II

FIBROADENOMA MAMMAE

I. PENDAHULUANFibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum

ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana

komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen

epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan

berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah

aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6)

Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di

bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause.

Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas

lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa

benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit

ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma

adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi

karena tumor jinak ini akan terus membesar.(2, 3, 5, 6)

Gambar 1. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak tiga bulan yang lalu.

Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama. Pembesaran yang cepat pada payudara

9

Page 10: Laporan Internsip

kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan

curved incision.(3)

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab

sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui

karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat

kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat

jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas.

Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar

remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,

fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5%

terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena

fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma

terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam

(15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma

dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause,

tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda. (7,8,9)

Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling umum,

yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat terjadi pada

wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause.

Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada

wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus

fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering

terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.(4,6)

Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica,

yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit

fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan

kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap

tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

10

Page 11: Laporan Internsip

lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta

wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum

ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit

menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya

pada wanita. (7)

II. EPIDEMIOLOGIDi Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling umum,

yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat terjadi

pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause.

Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada

wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus

fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering

terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.(4,6)

Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica,

yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit

fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan

kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap

tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta

wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum

ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit

menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya

pada wanita. (7)

11

Page 12: Laporan Internsip

III. ANATOMI

Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat

memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior.

Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang

berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan

beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – tuberkel Montgomery

adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.(8)

Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di sekitar

puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi

jaringan ikat (stroma) di antara lobus – lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit

yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju

sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan bermuara ke

puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak

lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara

pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium

payudara.(8)

Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas beberapa

lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus, stroma (jaringan

fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m.

pektoralis dan tulang iga.(9)

12

Page 13: Laporan Internsip

Gambar 2. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (9)

Gambar 3. Anatomi Payudara. Struktur Lobus Payudara. (9)

Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus

perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforata arteri

intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis

lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena

dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial

terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena

13

Page 14: Laporan Internsip

superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang senama, dan secara

terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena

hemiazigos.(10)

Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar

mammae, drainasenya terutama melalui : (10)

1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris

2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.

3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus imfatik

subareolar.

Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami dari

pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah : (10)

1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi

anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m. pektoralis

mayor.

2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak

melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m.

pektoralis mayor.

3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding toraks

berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.

4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh darah

subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.

IV. FISIOLOGIPayudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen

dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah

menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. (5)

14

Page 15: Laporan Internsip

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke – 8

haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi

pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.

Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,

pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu

haid mulai, semuanya berkurang. (5)

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan

tumbuh duktus baru. (5)

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus

ke puting susu.(5)

V. ETIOLOGI

Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor

yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen,

yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat

prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu

pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3)

VI. PATOFISIOLOGI.

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia

dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu

proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui,

diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi

sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam

pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap

15

Page 16: Laporan Internsip

tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai

diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)

Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami

postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,

fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi

pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan kekebalan

imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien –

pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma

berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4)

Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita

remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex.

Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang terdiri

atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4)

VII. DIAGNOSISVII.1. DIAGNOSIS KLINIK

VII.1.a. GAMBARAN KLINIK

Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan

gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan

fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan

ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala

berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya

fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)

VII.1.b. PEMERIKSAAN FISIK.

Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai

massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk

jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-

kira 1 – 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk

nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian

16

Page 17: Laporan Internsip

payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas

payudara. Tidak terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit dan

axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.(2,3,11)

SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri). Tujuan dari

pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat

benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat

menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara

rendah pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan

SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita

premenopause (belum memasuki masa menopause) sebaiknya melakukan

SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya selesai.

Cara melakukan SADARI adalah :

1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi

duduk atau berdiri menghadap cermin.

2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara,

kerutan pada kulit payudara, dan puting yang masuk.

3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan

gerakan bertolak pinggang untuk mengkontraksikan otot

pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan pada

kulit payudara.

4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan

sebelahnya.

5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara

dan ketiak.

6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.

VII.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna

cokelat – putih pada irisan, dengan bercak – bercak kuning – merah muda

yang mencerminkan daerah kelenjar.(2)

17

Page 18: Laporan Internsip

Gambar 4. Makroskopik Fibroadenoma Payudara (2)

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar

dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik

longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan

ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau

kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan

membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka,

bulat hingga oval dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis),

sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada

potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur

ireguler mirip – bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)

Gambar 5. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma (2)

18

Page 19: Laporan Internsip

VII.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

VII.2.a. MAMMOGRAFI

Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan

sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan

berukuran sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas

yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada

fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi.

Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang

diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada

fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau

berlobus – lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular

dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran

kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)

Gambar 6. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas. (13)

19

Page 20: Laporan Internsip

Gambar 7. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang kasar dan

membentuk gambaran Pop-corn Appearence (dikutip dari kepustakaan 14)

Gambaran 8. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi Pop Corn Appearence (11)

20

Page 21: Laporan Internsip

VII.2.b. ULTRASONOGRAPHY (USG)

Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas

tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar

dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya

homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic.

Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari

fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma

tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan

USG merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari

jaringan di sekitarnya.(4,11)

Gambar 9. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada sebagian

lobus merupakan khas dari fibroadenoma (4)

VII.2.c. MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)

Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagai

massa bulat atau oval yang rata dan dibandingkan dengan

21

Page 22: Laporan Internsip

menggunakan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma

digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika

dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-

weighted dan hypointense and hyperintense dalam gambaran T2-

weighted.(4)

Gambar 10. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari pemeriksaan

USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras,

memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma. (15)

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :

1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan

diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil,

sekitar 3 – 4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga

menyebabkan payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun

kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis (mammografi)

dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.(2,5,13)

22

Page 23: Laporan Internsip

Gambar 11. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa kalsifikasi (14)

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang

masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya

penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik

pada tumor tersebut.(16)

Gambar 12. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar , berlobulasi

dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang menandakan adanya proses

degeneresi kistik. (16)

23

Page 24: Laporan Internsip

2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus

dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran

mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini

dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun

seluruhnya.(11)

Gambar 13. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan

densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara. (13)

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,

mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik

posterior.(16)

24

Page 25: Laporan Internsip

Gambar 14. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-echoic

dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior. (16)

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%

tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi

cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter

beberapa milimeter atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya,

ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter, sehingga pada

mamografi, terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus

retro-areolar. .(2,5,11)

Gambar 15. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan kalsifikasi

yang menyebar tanpa gambaran massa (14)

25

Page 26: Laporan Internsip

Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan

pelebaran duktus laktiferus.(16)

Gambar 16. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus laktiferus. (14)

IX. PENATALAKSANAAN.

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.

Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan

untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran

dan lokasi dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu (3)

1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.

2. Circumareolar Incision

3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe

circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya

memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk

fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas

areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang

besar dan berada di daerah lateral payudara.

26

Page 27: Laporan Internsip

Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi

bahu diabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/tinta.

Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris posterior

sela iga torakal 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine 105. Lapangan operasi

dipersempit dengan doek steril.

Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor

cukup jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan di atas tumor sesuai dengan

garis Langer atau diletakkan pada daerah-daerah yang tersembunyi. Untuk insisi

sirkumarelar maka puting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, dilakukan

marker insisi.

Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis

subkutan. Flap kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting

dilakukan undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor. Rawat

perdarahan lalu identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengan

kocher, lalu dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat perdarahan lagi,

orientasi seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan lubang di kuadran

lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin dikeluarkan di garis insisi).

Jahit subkutan fat dengan plain cat gut 3.0. Jahit kulit dengan prolene 4.0. Luka

operasi ditutup dengan kasa betadine. Dilakukan dressing luka operasi dengan teknik

suspensi payudara (BH buatan) tanpa mengganggu gerakan sendi bahu. (3)

X. PROGNOSIS.

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang

tinggi untuk menderita kanker payudara. Bagian yang tidak diangkat harus diperiksa

secara teratur.(6)

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: Laporan Internsip

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J.

Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :

http://ajcp.ascpjournals.org/.

2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan

Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar

Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 – 794.

3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :

http://caonline.amcancersoc.org/.

4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :

http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.

5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393.

6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.

7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M., Wolff

C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica : Findings

of the Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available from : http://lib.bioinfo.pl/ .

8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam : Anderson,

Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses

Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 –

1302.

9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for Diagnostic

Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308 – 310.

10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

2008. Hal. 366 – 369.

11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and Gynaecology;

Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David. Grainger & Allison’s

Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical Imaging. Third Edition. Churchill

Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003 – 2011.

12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging.

Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993, Hal. 1364 – 1366.

28

Page 29: Laporan Internsip

13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth Edition.

Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392 – 1395.

14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet Company. Thailand.

2002. Hal. 33 – 177.

15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from : http://www.gehealthcare.com/.

16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

1992. Hal 16 – 19.

29