LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit...

24
Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013 1 LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES DALAM RANGKA PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES DI WILAYAH KERJA BPPV REGIONAL II BUKITTINGGI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rabies adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menginfeksi hewan domestik dan liar. Penyakit rabies merupakan penyakit zoonosis yang sangat penting artinya bagi kesehatan masyarakat, karena apabila penyakit tersebut menyerang manusia dan apabila tidak sempat atau terlambat mendapat perawatan medis akan mengakibatkan kematian dengan gejala klinis yang mengharukan. Lebih dari 55.000 orang meninggal karena rabies setiap tahunnya dan 95 % dari kematian tersebut terjadi di Asia dan Afrika. Menurut World Health Organization (WHO), rabies terjadi di lebih dari 150 negara, termasuk Indonesia. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka (Bingham, 2005; Kang et al., 2007). Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan kematian. Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya

Transcript of LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit...

Page 1: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

1

LAPORAN KEGIATAN

PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES

DALAM RANGKA PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

DI WILAYAH KERJA BPPV REGIONAL II BUKITTINGGI

TAHUN 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rabies adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini

menginfeksi hewan domestik dan liar. Penyakit rabies merupakan penyakit

zoonosis yang sangat penting artinya bagi kesehatan masyarakat, karena apabila

penyakit tersebut menyerang manusia dan apabila tidak sempat atau terlambat

mendapat perawatan medis akan mengakibatkan kematian dengan gejala klinis

yang mengharukan. Lebih dari 55.000 orang meninggal karena rabies setiap

tahunnya dan 95 % dari kematian tersebut terjadi di Asia dan Afrika. Menurut

World Health Organization (WHO), rabies terjadi di lebih dari 150 negara,

termasuk Indonesia.

Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan

ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka (Bingham,

2005; Kang et al.,

2007). Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan

kematian. Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan,

kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-orang

yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi

karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya

Page 2: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

2

postexposure treatment. Disamping itu, kerugian akibat pembatalan kunjungan

wisatawan, terutama di daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia,

seperti Bali.

Rabies telah ada di Indonesia sejak abad ke-19 dan telah tersebar

disebagian besar wilayah. Rabies dilaporkan pertama kali oleh Stchorl pada tahun

1884, yaitu pada seekor kuda di Bekasi, Jawa Barat. Selanjutnya kasus rabies

pada kerbau dilaporkan pada tahun 1889, kemudian rabies pada anjing dilaporkan

oleh Penning tahun 1890 di Tangerang. Kasus rabies pada manusia dilaporkan

oleh Eilerts de Haan pada seorang anak di Desa Palimanan, Cirebon tahun 1894.

Selanjutnya rabies dilaporkan semakin menyebar kebeberapa wilayah di

Indonesia, yaitu Sumatra Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun

1953,Sulawesi Selatan tahun 1959, Lampung 1969, Aceh tahun 1970, Jambi dan

DI Yogyakarta tahun 1971. Rabies di Bengkulu, DKI Jakarta, dan Sulawesi

Tengah di laporkan tahun 1972, Kalimantan Timur tahun 1974 dan Riau tahun

1975. Pada dekade 1990-an dan 2000-an rabies masih terus menjalar ke wilayah

yang sebelumnya bebas historis menjadi tertular, yaitu Pulau Flores tahun 1998,

Pulau Ambon dan Pulau Seram tahun 2003, Halmahera dan Morotai tahun 2005,

Ketapang tahun 2005, serta Pulau Buru tahun 2006. Kemudian Pulau Bali

dilaporkan tertular rabies tahun 2008, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di

Propinsi Riau tahun 2009 (Direktorat Kesehatan Hewan, 2006; Kepmentan, 2008)

Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan

eliminasi anjing liar/diliarkan, disamping program sosialisasi, dan pengawasan

lalu lintas hewan penular rabies (HPR). Vaksinasi massal merupakan cara yang

efektif untuk pencegahan dan pengendalian rabies. Upaya untuk mengendalikan

Page 3: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

3

rabies dengan vaksinasi dan eliminasi anjing yang tidak optimal tidak banyak

memberikan hasil. Di daerah-daerah tertentu, kasus rabies bahkan semakin

meningkat (Adjid et al., 2005). Hal ini mungkin disebabkan karena cakupan

vaksinasi yang tidak memadai. Cakupan vaksinasi merupakan salah satu hal yang

sangat penting dalam pengendalian suatu penyakit, disamping kualitas vaksin,

teknik aplikasi dan waktu pelaksanaan vaksinasi (Rahman dan Maharis, 2008;

Touihri et al.,2011). penanganan vaksin yang tidak baik (misalnya rantai dingin

yang tidak terpenuhi), salah aplikasi dapat menyebabkan vaksin yang diberikan

tidak mampu lagi memberikan protektivitas pada anjing yang divaksin.

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan surveilans

serologis untuk deteksi antibodi pasca vaksinasi, Deteksi antibodi rabies sangat

penting dilakukan untuk mengetahui efektivitas vaksin rabies. Jenis vaksin

tampaknya menghasilkan respon imun yang berbeda. Hasil penelitian Minke et al.

(2009) menunjukkan bahwa vaksin Rabisin menginduksi respon kebal tertinggi

pada hari 14 setelah vaksinasi yaitu 87%. Vaksin yang lain, yaitu Nobivac,

disebutkan menginduksi kekebalan yang lebih seragam yang mencapai 100%

(Minke et al. 2009). Penelitian yang dilakukan di Nigeria (Ohore et al. 2007)

menunjukkan bahwa titer antibodi tertinggi dicapai antara 3 sampai 6 bulan pasca

vaksinasi (PV) dan terendah antara 9 sampai 12 bulan PV.

Wilayah kerja BPPV Regional II termasuk daerah endemis rabies, namun

beberapa kepulauan (Kepulauan Mentawai dan Kepulauan Riau) yang berada

diwilayah kerja BPPV Regional II dinyatakan bebas rabies secara historis. Dalam

rangka pengendalian dan penanganan penyakit rabies perlu dilakukan koordinasi

lintas sektoral, yang mana oleh pemerintah pusat telah dilakukan rapat koordinasi

Page 4: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

4

yang diikuti Menko Kesra, Menkes dan Mentan maka, dibahas beberapa langkah

langkah percepatan pengendalian dan penanganan penyakit Rabies.

Mengingat arti penting penyakit ini berdasarkan aspek sosial-ekonomi

dan aspek kesehatan masyarakat. Kebijakan Pemerintah dalam memberantas

Rabies dilaksanakan dengan alasan utama untuk perlindungan kesehatan manusia

dan mencegah penyebarannya pada hewan domestik dan satwa liar. Dalam

mencapai tujuan itu Pemerintah mengatur dengan melaksanakan strategi dibawah

ini (Departemen Pertanian, 2007):

Karantina dan pengawasan lalu lintas terhadap hewan penular Rabies

diwilayah/daerah untuk mencegah penyebaran penyakit

Pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak untuk mencegah

sumber virus Rabies yang paling berbahaya.

Vaksinasi semua hewan yang dipelihara didaerah tertular untuk

melindungi hewan terhadap infeksi dan menguangi kontak terhadap

manusia.

Penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan arah

pembebasan dari penyakit; dan

Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) untuk

memfasilitasi kerjasama masyarakat terutama dari pemilik hewan dan

komunitas yang terkait.

Dalam upaya mendukung program diatas, sesuai dengan tupoksi balai, Balai

Veteriner Bukittinggi tiap tahun rutin melaksanakan program monitoring rabies

di wilayah kerja Reg II, demikian juga untuk tahun 2013

Page 5: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

5

1.1 Tujuan

Monitoring rabies dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pemberantasan rabies melalui program vaksinasi rabies dan mendeteksi

keberadaan virus rabies di suatu daerah baik pada daerah endemis maupun daerah

yang bebas secara historis.

1.3. Manfaat

Tersedianya data laboratoris yang dapat dipakai sebagai dasar untuk

tindakan pengendalian rabies, diharapkan rencana Indonesia bebas rabies tahun

2020 dapat tercapai. Dengan bebasnya Indonesia dari rabies akan menimbulkan

rasa aman masyarakat, untuk daerah-daerah wisata rasa aman ini akan

meningkatkan jumlah wisatawan yang datang. Pada akhirnya akan meningkatkan

perekonomian.

1.4. Sasaran

Sasaran dari kegiatan monitoring rabies (monitoring aktif dan pasif),

monitoring pasif berupa sampel dari HPR yang diterima balai, sedangkan untuk

monitoring rabies aktif adalah HPR terutama anjing yang ada di daerah yang

dikunjungi. Pemilihan daerah berdasarkan pada tingginya kasus rabies sepanjang

tahun 2012 yang didiagnosa Balai Veteriner Bukittinggi, Laboratorium tipe B

Jambi, dan Pekanbaru atau permintaan Dinas setempat. Dan daerah kepulauan

yang secara historis bebas rabies (Propinsi Kepulauan Riau)

Page 6: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

6

BAB. II

MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Serum darah anjing atau hewan yang peka lainnya. Bahan pemeriksaan

berupa Kit Elisa antibody Rabies Produksi Pusvetma Surabaya dan Kit Elisa

Biorad. Selain serum, materi yang digunakan dalam monitoring rabies adalah otak

HPR yang akan diperiksa dengan metoda Seller dan FAT

2.2. Metode

Metode pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan antibody rabies

secara Elisa menggunakan KIT komersial. KIT yang digunakan adalah KIT

Platelia II dari Biorad dan Kit Elisa antibody Rabies Produksi Pusvetma

Surabaya. Dan deteksi antigen dengan metode uji Seller dan FAT.

Prosedur uji ELISA KIT Platelia II KIT Rabies Bio-Rad

Mikroplate dikeluarkan dari kemasan, kemudian serum sampel, serum

kontrol positif (R4a 0,5EU) dan kontrol negatif (R3) diencerkan dengan

perbandingan 1: 100 dalam larutan pengencer (R6). Sedangkan serum kontrol

positif standar (R4b), diencerkan 1:100 (sebagai S6 dengan titer 4EU) dalam

larutan pengencer (R6), selanjutnya dari S6 tersebut diencerkan secara serial dua

kali (500μl S6 ditambah 500μl R6) menjadi S5 (2EU), demikian seterusnya

dengan cara yang sama menjadi S4(1EU), S3(0,5EU), S2(0,25EU) dan S1

(0,125EU). Kemudian masing-masing serum sampel dan serum kontrol,

dimasukkan 100 μl ke dalam sumuran mikroplate. Mikroplate ditutup dan

Page 7: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

7

diinkubasikan pada suhu 37°C selama 1 jam. Mikroplate dicuci sebanyak 3 kali.

Kemudian ditambahkan 100 μl conjugate yang telah diencerkan pada semua

lubang. Tutup mikroplate dan diinkubasikan 1 jam pada suhu 37°C. Mikroplate

dicuci sebanyak 5 kali. Kemudian ditambahkan 100 μl substrat pada semua

sumuran, dan diinkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit dalam kondisi

gelap. Kemudian ditambahkan 100 μl stop solution pada semua sumuran. Setelah

30 menit, dilakukan pembacaan optical density pada panjang gelombang 450 nm

sampai 620 nm. Penghitungan dilakukan ke dalam EU dari masing-masing OD

sampel dengan menggunakan rumus yang sudah disediakan dalam KIT. Titer 0,5

EU atau lebih dianggap protektif.

Prosedur uji ELISA Kit Rabies Pusvetma Surabaya

Serum sampel di inaktivasi dengan memanaskan dalam penangas air

dengan suhu 56ºC selama 30 menit, kemudian diencerkan 1:100 dengan

menambahkan 2,5 μl sampel serum dengan 247,5 μl PBST. Selanjutnya

diencerkan serum kontrol positif 1:100 yakni 10 ul Kontrol Positif (sebagai K4

dengan titer 4 EU) dalam 990 ul PBST, selanjutnya dari K4 tersebut diencerkan

secara serial dua kali (500μl K4 ditambah 500μl PBST) menjadi K2 (2EU),

demikian seterusnya dengan cara yang sama menjadi K1(1EU), K0,5(0,5EU),

K0,25(0,25EU) dan K0,125 (0,125EU ). Kontrol negatif diencerkan dengan

pengenceran 1 : 100 dengan mengambil 2,5 ul kontrol negatif ditambahkan 247,5

ul PBST, demikian juga dengan kontrol ST 1 EU diencerkan dengan pengenceran

1 : 100. Serum sampel dan kontrol dimasukkan pada sumuran mikroplate masing-

masing 100 μl dan sumuran H11 dan H12 tanpa serum, tetapi dimasukkan 100 ul

Page 8: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

8

PBST sebagai blank. Kemudian mikroplate ditutup dengan plastik penutup dan

diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 60 menit. Selanjutnya cairan serum pada

mikroplate uji dibuang dan dilakukan pencucian sebanyak 4-5 kali. Cairan

pencuci yang tersisa dalam jumlah kecil dalam mikroplat dikeringkan dengan cara

membalikkan mikroplat di atas kertas tissue tebal. Kemudian tambahkan konjugat

yang telah diencerkan(16.000 x) sebanyak 100 μl per sumuran. Mikroplat ditutup

kembali dan diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 60 menit. Selanjutnya cairan

dibuang dan dilakukan pencucian sebanyak 4- 5 kali dan ditambahkan substrat

sebanyak 100 μl pada setiap sumuran. Plate diinkubasikan pada suhu kamar,

dalam kondisi gelap selama 10 menit. Terakhir ditambahkan 100μl stop solution

pada setiap sumuran. Pembacaan densitas optik (OD = Optical Density) pada

pembaca (Reader) dengan panjang gelombang 405nm. Selanjutnya dihitung

Equivalent Unit (EU) dari masing-masing OD sampel dengan menggunakan

rumus yang sudah disediakan dalam KIT. Titer serum 0,5 EU atau lebih dianggap

protektif.

Prosedur uji Seller

Material segar atau material dalam pengawet 50% gliserin, dicuci beberapa

kali dalam larutan PBS pH 7,4 , disiapkan untuk pembuatan preparat uji

Pembuatan preparat/film (Metode Rolling), Material dipotong agar terbentuk bola

dengan diameter 5 mm.Dengan tusuk gigi, material ditusuk dan dibuat preparat

dengan cara mengguling-gulingkan diatas kaca preparat. Dalam keadaan masih

basah, preparat direndam ke dalam bak yang berisi pewarna Seller’s selama

beberapa detik, tergantung ketebalan preparat. Preparat dibilas dengan

Page 9: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

9

menggunakan air kran. Setelah bersih, preparat dibiarkan kering di udara terbuka.

Preparat ditetesi minyak emersi untuk selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop

cahaya pada perbesaran 400 X dan 1000 X. Hasil positif jika ada Negri Bodi

berbentuk bulat, oval, memanjang atau segi tiga dan lain-lain, berukuran antara

0,24-27,0 m, bewarna merah magenta. Hasil negatif tidak ditemukan adanya

Negri Bodi dalam bidang pandang mikroskop.

Prosedur uji FAT (Fluorescent Antibody Test)

Material segar atau dalam pengawet 50 % gliserin garam dicuci dulu

beberapa kali dengan PBS, kemudian dibuat preparat tempel sentuh atau preparat

ulas tergantung kondisi sampelnya. Preparat uji dikeringkan pada udara terbuka,

kemudian preparat difiksasi dalam aceton –150C sampai –200C selama 2-4 jam.

Setelah fiksasi, preparat uji dikeringkan pada udara terbuka, kemudian diteteskan

konjugat secukupnya, kemudian diinkubasikan pada ruang lembab pada suhu 37

ºC selama 30 menit. Selanjutnya preparat dicuci 2 X dengan cara merendam ke

dalam bak pencuci yang berisi larutan PBS pH 7,4 dengan menggunakan Coplin

Jar masing-masing selama 10 menit. Preparat dikeringkan di udara terbuka

dengan posisi tegak. Preparat diberi 1 tetes 50% gliserin-buffer (pH 7,6) dan tutup

dengan cover slip.Preparat diperiksa menggunakan mikroskop ultra-violet pada

perbesaran 200 dan 400 kali. Hasil positif akan memberikan warna flourecent

hijau apel atau berstruktur hijau-kuning dengan ukuran bervariasi dari berupa

pasir/debu sampai berupa bentuk negri body. Hasil negatif tidak memberikan

warna flourecent, demikian juga contoh uji yang tidak mengandung antigen

Rabies.

Page 10: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

10

BAB.III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan monitoring rabies dilakukan secara aktif dan pasif. Pada

monitoring aktif pengambilan sampel untuk pemeriksaan rabies dilakukan oleh

tim Bvet langsung ke beberapa kabupaten/kota yang berada diwilayah kerja Bvet

Bukittinggi. Dilapangan pengambilan sampel berkoordinasi dengan Dinas

Peternakan dan Kesehatan Hewan atau yang membawahinya. Dalam perencanaan

pada setiap kab/kota akan diambil serum postvaksinasi rabies untuk uji serologis

yang dimaksutkan untuk mengetahui protektifitas vaksinasi yang sudah dilakukan

dilapangan, dan sampel otak untuk identifiakasi virus. Tetapi dalam pelaksanaan

monitoring yang bisa diambil hanya serum postvaksinasi kecuali dari Kabupaten

Pasaman dikoleksi 4 sampel otak, daerah lainnya perlu koordinasi yang lebih baik

dengan pihak kab/kota, dan mungkin kedepannya perlu disiapkan dana untuk

membeli sampel otak yang dibutuhkan.

Tabel 1. Jumlah sampel monitoring aktif rabies 2013 di Propinsi Sumbar

No Kab/Kota Total Serum

1 Agam 37

2 50 Kota 54

3 Bukittinggi 29

4 Payakumbuh 36

5 Tanah Datar 44

6 Padang 15

7 Padang Panjang 27

8 Pasaman 65

9 Solok 52

Total 359

Page 11: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

11

Pengambilan sampel dilakukan di beberapa kab/kota Propinsi diwilayah

kerja Bvet Bukittinggi, Dari Propinsi Sumatera Barat (tabel 1) total sampel yang

diambil sebanyak 359 sampel berasal dari: Kabupaten Agam sebanyak 37 serum

posvaksinasi, Kabupaten 50 Kota dikoleksi sebanyak 54 serum postvaksinasi, dari

Kota Bukittinggi sebanyak 29 serum postvaksinasi, dari kota Payakumbuh

berhasil dikoleksi 36 sampel serum postvaksinasi, 44 sampel serum postvaksinasi

dikoleksi dari Kabupaten Tanah Datar, 15 sampel serum postvaksinasi dikoleksi

dari Kota Padang, dari Kota Padang Panjang berhasil diambil sebanyak 27 sampel

serum postvaksinasi, dari Kabupaten Pasaman, 65 sampel serum postvaksinasi, 52

sampel serum postvaksinasi dari Kota Solok.

Tabel 2. Jumlah sampel monitoring aktif rabies 2013 di Propinsi Riau

No Kab/Kota Total Serum

1 Kampar 45

2 Pekanbaru 20

3 Siak 20

4 Dumai 59

5 Bengkalis 1

Total 145

Dari Propinsi Riau total sampel yang diperoleh sebanyak 145 serum, berasal dari

: Kabupaten Kampar sebanyak 45 sampel serum postvaksinasi. Dari Kota

Pekanbaru barhasil dkoleksil sebanyak 20 sampel serum postvaksinasi, 20 sampel

serum postvaksinasi dari Kabupaten Siak, 59 sampel serum postvaksinasi

dikoleksi dari Kabupaten Dumai dan 1 sampel dari Kabupaten Bengkalis (tabel 2)

Tabel 3. Jumlah sampel monitoring aktif rabies 2013 di Propinsi Jambi

No Kab/Kota Total Serum

1 Kerinci 59

Total 59

Page 12: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

12

Sedangkan untuk Propinsi Jambi sampel serum postvaksinasi dikoleksi

dari Kabuapten Kerinci sebanyak 59 sampel serum postvaksinasi (tabel 3). Dan

untuk Propinsi Kepulauan Riau tidak dilakukan pengambilan sampel serum

postvaksinasi tapi karena tujuan surveilan dilakukan untuk membuktikan bahwa

daerah Kepulauan Riau yang secara historis bebas rabies memang masih bebas

rabies, direncanakan pengambilan sampel otak anjing sebanyak 20 sampel dari

beberapa kab/kota di Kepulauan Riau, namun dalam pelaksanaannya hanya

berhasil dikoleksi 3 sampel otak dari kabupaten Lingga dan 1 sampel otak dari

Kabupaten Bintan. Ada beberapa kendala dalam koleksi sampel otak dilapangan,

karena untuk pengambilan sampel otak hewannya mati, sehingga ini perlu

koordinasi yang lebih baik dengan pihak keswan kab/kota, waktu pengambilan

sampel disamakan dengan jadwal eliminasi yang biasanya dilakukan oleh keswan

kab/kota. Atau Bvet menyediakan anggaran untuk membeli otak HPR.

Grafiks 1. Hasil pemeriksaan serologis serum postvaksinasi rabies Prop. Sumbar

37

54

29

36

44

15

27

65

52

9

29

39

25 6

22

35

0

10

20

30

40

50

60

70

Total Serum

Seroprotektif

Page 13: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

13

Hasil serologis 359 serum postvaksinasi dari Propinsi Sumatera Barat

hanya 33,4 % (120 serum) yang protektif. Pada grafiks 1 dapat dilihat hasil

pemeriksaan serologis serum postvaksinasi rabies dari beberapa kabupaten/kota di

Propinsi Sumatera Barat. Di Kabupaten Agam dari 37 serum yang diperiksa 9

serum (24 %) protektif, Kabupaten 50 Kota dari 54 serum yang diperiksa 29

serum (53,7%) protektif. Kota Bukittinggi dari 29 serum yang diperiksa 3 serum

(10,4 %) protektif. Kota Payakumbuh dari 36 serum yang diperiksa 9 serum

(25%) protektif. Kabupaten Tanah datar dari 44 serum yang diperiksa 2 serum

(4,5%) protektif. Kota Padang dari 15 serum yang diperiksa 5 serum (33,3 %)

protektif. Kota Padang Panjang dari 27 serum yang diperiksa 6 serum (22,2 %)

protektif. Kabupaten Pasaman dari 65 serum yang diperiksa 22 serum (33,9%)

protektif. Kota Solok dari 52 serum yangn diperiksa 35 serum (67,3%) protektif.

Secara umum prosentase protektifitas vaksinasi di Propinsi Sumatera Barat

berdasarkan uji serologis dengan metode uji ELISA masih rendah yaitu dibawah

50%, kecuali Kabupaten 50 Kota dan Kota Solok menunjukkan hasil protektifitas

lebih dari 50 %. Dalam hal ini Kabupaten 50 Kota melakukan vaksinasi 2 kali

dengan selang waktu 1 bulan dari vaksinasi 1

Grafiks 2. Hasil pemeriksaan serologis serum postvaksinasi rabies Prop. Riau

Page 14: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

14

45

20 20

59

1

25

3

11

47

1

0

10

20

30

40

50

60

70

Kampar Pekanbaru Siak Dumai Bengkalis

Total Serum

Seroprotektif

Hasil pemeriksaan serum yang berasal dari Propinsi Riau dari 145 serum

yang diperiksa 60 % (87 serum ) protektif. Grafiks 2 menggambarkan hasil

pemeriksaan serologis serum postvaksinasi di beberapa kabupaten/kota di

Propinsi Sebanyak 20 serum yang di periksa dari Kota Pekanbaru, 3 serum (15%)

protektif. Sebanyak 20 serum yang diperiksa dari Kabupaten Siak, 11 serum

(55%) protektif. Sebanyak 59 serum yang diperiksa dari Kota Dumai, 47 serum

(79,7%) protektif. Sedangkan 1 sampel yang diperiksa dari Kabupaten Bengkalis,

hasilnya protektif. Secara keseluruhan prosentase protektifitas vaksinasi di

Propinsi Riau lebih baik yaitu 60 %.

Dari grafik 3 dapat dilihat di Propinsi Jambi, monitoring rabies secara aktif

hanya dilakukan pada Kabupaten Kerinci, dimana dari 59 serum yang diperiksa

20 serum (33,9%) protektif. Prosentase protektif masih rendah dibawah 50 %.

Sementara syarat minimal untuk melindungi suatu populasi dari penyakit menular

paling tidak 70 persen populasi menngandung antibodi protektif.

Grafik 3. Hasil pemeriksaan serologis serum postvaksinasi rabies Prop. Jambi

Page 15: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

15

Rendahnya protektifitas vaksinasi disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain mungkin handling vaksin yang tidak baik misalnya rantai dingin yang tidak

terpenuhi karena sarana penyimpanan vaksin dibanyak daerah sangat minim, atau

jika sudah ada sarana penyimpan vaksin yang memenuhi syarat tapi kenyataannya

di daerah sering terjadi pemadaman aliran listrik dan daerah tidak punya genset

sehingga akan dapat mempengaruhi potensi vaksin yang digunakan ,kemungkinan

aplikasi vaksin yang tidak tepat, dan anjing dalam masa inkubasi. Selain itu

keberhasilan suatu vaksinasi ditentukan juga oleh kualitas vaksin, teknik aplikasi

dan ketepatan waktu pelaksanaan vaksinasi. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi potensi atau kualitas suatu vaksin di antaranya waktu kedaluarsa,

penanganan rantai dingin vaksin mulai dari produsen sampai konsumen, faktor

stabilitas dan penyimpanan yang tidak sesuai dengan rekomendasi produsen.

Untuk itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut, apakah hal ini disebabkan

oleh rantai dingin yang tidak terpenuhi dalam penanganan vaksin di lapangan,

ataukah adanya kesalahan dalam aplikasi, waktu vaksinasi yang kurang tepat, atau

Page 16: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

16

mungkin data vaksinasi yang kurang akurat, misalnya anjing yang sebenarnya

belum divaksin tetapi dilaporkan sudah divaksinasi. Atau perlu dipertimbangkan

menggunakan vaksin rabies yang berbeda dengan vaksin rabies yang dipakai

sebelumnya.

Tabel 4. Jumlah sampel monitoring aktif rabies 2013

No Propinsi Kab/Kota Otak Negatif

1 Kepulauan Riau Lingga 3 3

2 Bintan 1 1

Total 4 4

1 Sumatera barat Pasaman 4 4

Total 4 4

Hasil identifikasi virus rabies pada sampel otak yang berasal dari

Kepulauan Riau adalah negatif. Kepulauan Riau secara historis bebas rabies,

memang seharusnya tidak ditemukan virus rabies, tetapi untuk pembuktian lebih

lanjut perlu dilakukan surveillans yang lebih sesuai dengan kaidah epidemiologi

untuk daerah bebas.

Hasil identifikasi virus rabies pada sampel otak HPR yang berasal dari

Pasaman Propinsi Sumatera Barat adalah negatif, tetapi bukan berarti daerah

tersebut sudah bebas rabies, masih perlu surveillans lanjutan yanng sesuai dengan

kaidah epidemiologi untuk menyatakan suatu daerah bebas dari rabies.

Sedangkan untuk monitoring pasif, sampel untuk pemeriksaan berasal dari

kiriman dinas yang membawahi fungsi keswan di kab/kot, Puskeswan dan

masyarakat perorangan. Pada tabel 4 dan 5 dibawah dapat dilihat jumlah dan asal

sampel monitoring pasif yang diterima dan diuji di BVET Bukittinggi

Page 17: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

17

Tabel 5. Jumlah sampel monitoring pasif rabies 2013 dari Propinsi Sumbar

No Kab/Kota Total Serum Otak

1 Damasraya 75

2 50 Kota 33

3 Kota Solok 16

4 Agam 35

5 Tanah datar 10

6 Padang Panjang 2

7 Padang Pariaman 5

8 Pesisir selatan 6

9 Bukittinggi 8

10 Sawah Lunto 3

11 Payakumbuh 9

12 Padang 3

14 Pasaman barat 1

Total 75 131

Tabel 6. Jumlah sampel monitoring pasif rabies 2013 dari Propinsi Jambi

No Kab/Kota Otak Positif

1 Tanjung Jabung Timur 1 1

2 Sungai penuh 2 2

Total 3 3

Dari tabel 5 dan 6 diatas dapat dilihat, sebagian besar sampel yang

diterima Bvet Bukittinggi merupakan kiriman dari beberapa kab/kota di Propinsi

Sumatera Barat, hanya 3 sampel yang dikirimkan dari Propinsi Jambi. Hal ini

berkaitan dengan lokasi Bvet yang terletak di Baso, Bukittinggi yang berada di

Propinsi Sumatera Barat. Jadi untuk daerah Sumatera Barat mungkin tidak terlalu

jauh untuk datang ke Bvet Bukittinggi mengantarkan sampel secara langsung, tapi

untuk propinsi lain diwilayah kerja Bvet mungkin lebih sulit karena lokasinya

yang lebih jauh dari Bvet. Biasanya untuk daerah yang jauh, laboratorium

propinsi mampu melakukan uji untuk identifikasi rabies didaerah masing-masing.

Untuk menjaga kualitas uji, biasanya mereka mengirimkan staf laboratorium

mereka untuk datang training di Bvet Bukittinggi secara berkala.

Page 18: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

18

Pada grafiks 4 dapat dilihat gambaran kasus rabies di Propinsi Sumatera

Barat. Pada Bulan Januari 13 sampel yang diperiksa 10 (77%) positif rabies.

Bulan Februari dari 15 sampel yang diperiksa 14 sampel (93,3%) positif rabies.

Bulan Maret dari 9 sampel yang diperiksa 9 sampel (100%) positif rabies. Bulan

April dari 11 sampel yang diperiksa 8 sampel (73%) positif rabies. Pada Bulan

Mei dari 18 sampel yang diperiksa 11 sampel (61,1%) positif rabies. Di Bulan

Juni dari 5 sampel yang diperiksa 3 sampel (60%) positif rabies. Di Bulan Juli

dari 9 sampel yang diperiksa 7 sampel (77,8%). Di Bulan Agustus dari 11 sampel

yang diperiksa 7 sampel (63,3%). Di Bulan September dari 11 sampel yang

diperiksa 4 sampel (36,4%). Positif rabies. Di Bulan Oktober dari 11 sampel yang

diperiksa 10 sampel (90,9%) positif rabies. Di Bulan November dari 6 sampel

yang diperiksa semuanya (100%) positif rabies. Di Bulan Desember dari 3 sampel

yang diperiksa semua (100%) positif rabies. Hal ini menunjukkan masih tingginya

kasus rabies yang terjadi di Propinsi Sumatera Barat, dan kasus terjadi sepanjang

tahun serta hampir disemua wilayah kab/kota di Propinsi sumatera Barat

(lampiran 22) kecuali di daerah Kepulauan Mentawai yang secara historis adalah

daerah bebas rabies. Untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai perlu surveillan

untuk pembuktian daerah bebas rabies dan komitment bersama untuk

mempertahankan daerah tersebut tetap bebas rabies.

Page 19: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

19

Grafiks 4. Kasus rabies Tahun 2013 di Prop. Sumbar berdasarkan pengujian lab

Demikian juga dari 3 sampel yang dikirimkan oleh Propinsi Jambi

semuanya positif rabies (tabel 6), ini menunjukkan bahwa Propinsi Jambi masih

terpapar virus rabies. Di Propinsi Riau juga masih terjadi kasus gigitan HPR yaitu

dari 381 gigitan 30 % positif rabies (tabel 7). Hal ini menunjukkan masih

tingginya kasus rabies di 3 Propinsi yang termasuk wilayah kerja Bvet Bukittinggi

(Propinsi Sumbar, Propinsi Riau dan Propinsi Jambi). Untuk mewujudkan

Indonesia bebas rabies Tahun 2020 benar-benar diperlukan kerja keras dan nyata

dari semua pihak.

Page 20: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

20

Tabel 7. Data Rabies Propinsi Riau

Kab/Kota HPR

Menggigit

Positif Negatif Lysis SKB Bebas

Observasi

Pekanbaru 126 38 0 16 43 29

Kampar 101 21 0 20 39 21

Rohil 4 3 0 0 0 1

Rohul 0 0 0 0 0 0

Inhu 12 4 0 0 7 1

Inhil 0 0 0 0 0 0

Bengkalis 81 32 9 19 13 8

Dumai 38 13 4 3 0 18

Siak 17 1 0 2 1 13

Kuansing 0 0 0 0 0 0

Pelalawan 2 2 0 0 0 0

Meranti 0 0 0 0 0 0

Total 381 114(30%) 9 60 107 91

Data. Drh Ali Saukhan, Propinsi Riau

Untuk mencapai Indonesia bebas rabies Tahun 2020 Direktorat Kesehatan Hewan

membuat road map pembebasan rabies, dengan kegiatan pokok :

1. Mempertahankan daerah bebas melalui kegiatan :

Kontrol lalu lintas HPR khususnya anjing, peningkatan kapasitas

surveillans untuk deteksi penyakit, respon cepat terhadap dugaan kasus

rabies, kontrol populasi, koordinasi dan kolaborasi lintas sektoral dan

pencegahan didaerah resiko tinggi.

2. Membebaskan daerah tertular melalui kegiatan :

Vaksinasi massal, kontrol lalu lintas HPR khususnya anjing, peningkatan

kapasitas surveilans (termasuk deteksi dini), peningkatan kapasitas

Page 21: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

21

pengendalian dan penanggulangan (harus ada respon cepat juga), kontrol

populasi dan koordinasi dan kolaborasi antar sektoral.

Program yang dicanangkan untuk mencapai Indonesia bebas rabies Tahun

2020 akan berhasil jika dilakukan dengan gerakan nyata serta komitment dan

kolaborasi yang kuat intra dan antar sektoral. Serta meningkatkan peran dan

kesadaran masyarakat tentang bahaya rabies dan pentingnya program pemerintah

dalam upaya pembebasan wilayah Indonesia dari rabies. Untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan kegiaatan KIE, serta perlu undang-

undang tentang HPR disertai dengan penegakan hukum serta sanksi-sanksinya

jika terjadi pelanggaran.

Page 22: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

22

BAB.IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

1. Dari 145 serum posvaksinasi asal Propinsi Riau yang diperiksa 60 % (87

serum ) protektif.

2. Hasil serologis 359 serum postvaksinasi dari Propinsi Sumatera Barat

hanya 33,4 % (120 serum) yang protektif

3. Dari 59 serum postvaksinasi asal Propinsi Jambi yang diperiksa 20 serum

(33,9%) protektif.

4. Hasil identifikasi virus Propinsi Sumatera barat dari 131 sampel yang

diperiksa 92 (70 %) positif rabies, hal ini menunjukkan masih tingginya

kasus rabies yang terjadi di Propinsi Sumatera Barat, dan kasus terjadi

sepanjang tahun 2013

5. Demikian juga dari 3 sampel yang dikirimkan oleh Propinsi Jambi

semuanya positif rabies (100%), ini menunjukkan bahwa Propinsi Jambi

masih terpapar virus rabies.

6. Di Propinsi Riau dari 381 kasus gigitan, 114 positif rabies (30%).

4.2 SARAN

1. Masih perlu ditingkatkan pelaksanaan program vaksinasi

2. Penggunaan vaksin yang bermutu dan aplikasi vaksin yang sesuai standart

3. Perlu ditingkat pengawasan lalu lintas HPR

Page 23: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

23

4. Perlu ditingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya rabies dan

pentingnya peran masyarakat dalam membantu program pemerintah untuk

mewujudkan Indonesia bebas rabies 2020

5. Perlu ditingkat koordinasi dan kolaborasi intra dan antar sektoral.

6. Program kontrol populasi HPR perlu dilakukan terutama pada daerah-

daerah dengan kasus gigitan HPR tinggi atau pada daerah-daerah yang

secara historis bebas rabies.

Page 24: LAPORAN KEGIATAN PENYIDIKAN PENYAKIT RABIES · PDF fileLaporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit ... 100 dalam larutan pengencer (R6 ... disiapkan

Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Rabies dalam Rangka Pemberantasan Penyakit Rabies Tahun 2013

24

DAFTAR PUSTAKA

Adjid.R.M.A., A.Sarosa, T.Syapriati, dan Yuningsih. 2005. Penyakit rabies

diIndonesia dan pengembangan teknik diagnosisnya. Wartazoa. 15(4 ) :

165-172

Bingham J. 2005. Canine Rabies Ecology in Southern Africa. Emerging

Infectious Diseasses. 11(9) : 1337-1341. www.cdc.org. Diakses Maret

2011.

Direktorat Kesehatan Hewan. 2006. Pedoman Pengendalian Rabies

Terpadu.Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat

Kesehatan Hewan.

Kang B., J.S.Oh, C.S.Lee, B.K.Park, Y.N.Park, K.S.Hong, K.G.Lee, B.K.Cho,

and D.S.Song. 2007. Evaluation of Rapid Immunodiagnostic Test kit for

Rabies Virus. Journal of Virology Methods.145(2007): 30-36

Minke.J.M., J.Bauvet, F.Cliquet, M.Wasniewski, A.L.Gulot, L.Lemaiter,

C.Cariou, V.Cozette, L.Vergne dan P.M.Guigal. 2009. Comparison of

Antibody Responses After vaccination with two inactivated rabies

vaccines. Short communication. Vet.Microbiology. 133 (2009) : 283-286.

Rahman A. dan R. Maharis. 2008. Analisis Keberhasilan Vaksin Oral Rabies

Sebagai Perbandingan Pengendalian Rabies di Indonesia. Buletin

Pengujian Mutu Obat Hewan.13 (2008).

Touihri L., I. Zaouia, K.Elhili, K.Dellagi, and C.Bahloul. 2011. Evaluation of

Mass Vaccination Campaign Coverage Against Rabies in Dogs in Tunisia.

Zoonoses and Public Health, 58: 110-118. Doi:10.1111/j.1863- 2378.2009.01