LAPORAN-LKM-GO-07.docx

29
LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK LKM 07 “ PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL “ Oleh: 1. Nuriska Ela Safitri (12030654057) 2. Muflihatul Abadiyah (12030654224) 3. Moch. Martha Ayuhans (12030654226)

Transcript of LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Page 1: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK

LKM 07 “ PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL “

Oleh:

1. Nuriska Ela Safitri (12030654057)

2. Muflihatul Abadiyah (12030654224)

3. Moch. Martha Ayuhans (12030654226)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN IPA

2015

Page 2: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALELNuriska Ela Safitri, Muflihatul Abadiyah, Mochamat Martha Ayuhans

Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Kami telah melakukan percobaan dengan judul Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015 di Laboratorium prodi Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unesa. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan indeks bias pada kaca plan pararel, menentukan pergeseran sinar cahaya (t) pada kaca plan pararel, serta mendiskripsikan hubungan sudut datang (i) terhadap besarnya pergeseran sinar cahaya (t). Adapun prosedur untuk melakukan percobaan ini ialah dengan cara menggambar kaca plan paralel pada kertas, membuat garis normal yang tegak lurus terhadap sisi kaca plan paralel, menentukan sudut datang (i), menggambar garis sudut datang, menandai dengan menggunakan jarum pentul, melihat garis bias yang terbentuk, menandai dengan jarum pentul, menggambar garis bias, menggambar garis normal yang tegak lurus terhadap sisi plan paralel yang lain, mengukur sudut bias yang terbentuk, menentukan sudut deviasi dari gambar dengan menarik garis titik sudut datang dan titik sudut bias dan mengukur pergeseran sinar (t) yang terbentuk. Adapun variabel yang kami gunakan adalah variabel manipulasinya yaitu sudut datang (i), variabel kontrolnya yaitu tebal kaca plan paralel dan jarum pentul, dan variabel responnya yaitu sudut bias, indeks bias, dan pergeseran sinar. Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan dengan sepuluh nilai sudut datang (i) diperoleh nilai n (indeks bias kaca) dengan menggunakan perhitungan rumus berturut-turut yaitu 1,47; 1,52; 1,55; 1,49; 1,45; 1,52; 1,49; 1,50; 1,53; 1,48. Nilai n rata-rata dari perhitungan didapatkan 1,50 ± 0,03, dengan taraf ketidakpastian sebesar 0,55% dan taraf ketelitian 99,45%. Perolehan nilai ketidak pastian tersebut dikarenakan kurang terampilnya pengamat menggunakan alat percobaan serta kurang telitinya pengamat dalam melihat garis bias yang terbentuk sehingga sedikit mempengaruhi perolehan besarnya nilai sudut bias. Berdasarkan hasil percobaan yang kami peroleh, dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai sudut datang (i) maka nilai pergeseran sinar cahaya akan semakin kecil.

Kata kunci : Kaca Plan Paralel, Sudut Datang, Sudut Bias, Sudut Deviasi, Indeks bias, Pergeseran Sinar.

Page 3: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan fenomena IPA yang

menimbulkan suatu pertanyaan dalam diri kita. Misalnya fenomena sendok yang dicelupkan

ke dalam gelas berisi air. Sendok tersebut seolah-olah patah jika kita lihat dari samping gelas.

Dalam ilmu IPA, peristiwa tersebut dinamakan sebagai pembiasan atau pembelokan.

Pembiasan atau pembelokan terjadi ketika suatu benda terdapat pada medium dengan

kerapatan yang berbeda, misalnya medium udara dan air.

Peristiwa pembiasan terjadi juga pada kaca plan paralel, berkas cahaya pada kaca

plan paralel akan berubah arahnya jika melewati bidang batas antara 2 medium berbeda.

Pembiasan pada kaca plan paralel dipengaruhi oleh bebrapa factor, diantaranya yaitu tebal

kaca, sudut datang, dan indeks bias kaca. Jika suatu sinar dibiaskan pada kaca plan paralel,

maka sinar akan mengalami pergeseran. Untuk mengetahui pergeseran tersebut, maka

dilakukan percobaan tentang pembiasan pada kaca plan paralel.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara untuk menentukan indeks bias pada kaca plan paralel ?

2. Bagaimana cara untuk menentukan pergeseran sinar cahaya (t) pada kaca plan paralel ?

3. Bagaimana hubungan sudut datang (i) terhadap besarnya pergeseran sinar cahaya (t) ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukannya peercobaan ini

adalah :

1. Dapat menentukan indeks bias pada kaca plan paralel.

2. Dapat menentukan pergeseran sinar cahaya (t) pada kaca plan paralel.

3. Dapat mendiskripsikan hubungan sudut datang (i) terhadap besarnya pergeseran sinar

cahaya (t).

Page 4: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

D. Hipotesis

1. Jika nilai sudut datang dan sudut biasnya diketahui, maka indeks bias kaca plan pararel

dapat ditentukan.

2. Jika garis sudut datang dan garis sudut biasnya diperpanjang hingga terbentuk garis yang

sejajar, maka pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel dapat diukur dengan

mengukur jarak antara perpanjangan garis sudut datang dan garis sudut bias.

3. Jika nilai sudut datang (i) kecil, maka nilai pergeseran sinar cahaya (t) juga kecil.

Page 5: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pembiasan Pada Kaca Plan Pararel

Kaca plan pararel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan 6 sisi

yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis mirip batu-bata atau

korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering dilambangkan dengan d. Peristiwa yang

terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuah kaca plan pararel adalah sinar tersebut akan

megalami pergeseran. Cahaya atau berkas sinar akan mengalmi 2 kali pembiasan oleh dua

medium yang berbeda kerapatanya. Berkas cahaya dari udara udara yang masuk ke dalam

kaca akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini

disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda. Jadi,

kamu dapat menyimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua

medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika

sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Sinar bias akan

menjauhi garis normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat (kaca) ke

medium kurang rapat (udara).

Terjadinya pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli matematika dan

perbintangan Belanda pada 1621 bernama Willebrord Snell. Kesimpulan hasil

percobaannya dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius.

Gambar 2.1 Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan Paralel

(sumber :rumushitung.com)

Page 6: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar dari

kaca plan pararel adalah sejajar. Berkas cahaya hanya mengalami pergerseran sebesar t

(besaran panjang). Jika berkas cahaya datang dengan sudut i maka rumus pergeseran adalah

Berkas cahaya dari udara udara yang masuk ke dalam kaca akan mengalami

pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara

dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda. Jadi, kamu dapat menyimpulkan

bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda

kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar datang dari medium

kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Sinar bias akan menjauhi garis normal

ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat (kaca) ke medium kurang rapat (udara).

Gambar 2.2 Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan Paralel

(sumber :www. Rumus-fisika.com)

Hukum Snellius menyatakan sebagai berikut :

1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

2. Jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat, sinar

akan dibiaskan mendekati garis normal. Jika sinar datang dari medium yang lebih rapat

menuju medium yang kurang rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal.

Page 7: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

2.2. Indeks Bias

Berkas cahaya yang melewati dua medium yang berbeda menyebabkan cahaya

berbelok. Di dalam medium yang lebih rapat, kecepatan cahaya lebih kecil dibandingkan

pada medium yang kurang rapat. Akibatnya, cahaya membelok. Perbandingan laju cahaya

dari dua medium tersebut disebut indeks bias dan diberi simbol (n). Jika cahaya merambat

dari udara atau hampa ke suatu medium, indeks biasnya disebut indeks bias mutlak. Secara

matematis dituliskan.

n = CV

dengan :

n = indeks bias mutlak

c = Laju cahaya (m/s)

v = laju cahaya dalam medium (m/s)

Indeks bias mutlak dari beberapa medium diperlihatkan pada Tabel berikut.

Tabel 2.1  Indeks Bias dari Beberapa Medium

(sumber :www. Rumus-fisika.com)

Jika salah satu medium tersebut bukan udara, perbandingan laju cahaya tersebut

merupakan nilai relatif atau indeks bias relatif. Misalnya, berkas cahaya merambat dari medium

1 dengan kelajuan v1 masuk pada medium 2 dengan kelajuan v2, indeks bias relatif medium 2

terhadap medium 1 adalah:

Page 8: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

n1 = C

V 1 , n2 =

CV 2

maka , n 1n 2

= v 1V 2

n21 = v 1V 2

dengan : n21 = indeks relative medium 2 terhadap medium 1.

v1 = laju medium 1 (m/s)

v2 = laju medium 2 (m/s)

Page 9: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Rancangan Percobaan

B. Alat dan Bahan Percobaan

Tabel 3.1 Alat dan Bahan

No Nama Spesifikasi Jumlah1 Kaca Plan Paralel Kaca, n diketahui 1 buah2 Jarum Pentul - 10 buah3 Penggaris 30 cm, mika 1 buah4 Kertas Putih HVS A4 10 lembar5 Busur derajat 180º 1 buah6 Ball-point Warna 2 buah

C. Variabel Percobaan

1. Variabel manipulasi : sudut datang (i)

2. Variabel kontrol : jumlah jarum pentul, tebal kaca

3. Variabel respon : sudut bias (r), indeks bias kaca, pergeseran sinar

Definisi Operasional Variabel :

1. Variabel manipulasi :

a) Sudut datang (i) yang dimaksud dalam percobaan ini yaitu besarnya nilai sudut yang

diukur dari garis normal sebelum dibiaskan dengan kaca plan paralel.

Gambar 3.1 Rancangan percobaan pembiasan kaca plan paralel

Page 10: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

2. Variabel kontrol :

a) Jumlah jarum pentul yang digunakan ketika sebelum dilakukan pembiasan adalah

sebanyak 2 buah dan jumlah jarum pentul yang digunakan sebagai penanda garis bias

yang diperoleh adalah sebanyak 2 buah.

b) Tebal kaca plan paralel yang digunakan percobaan adalah sebesar 6 cm.

3. Variabel respon :

a) Sudut bias (r) adalah sudut yang diperoleh dari pengukuran antara garis normal dan

garis bias yang diperoleh dari pembiasan.

b) Indeks bias kaca adalah nilai n yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan

rumus sin isin r

setelah diketahui nilai sudut datang (i) dan sudut bias (r).

c) Pergeseran sinar yang dimaksud adalah besarnya nilai pergeseran sinar yang

terbentuk dari hasil pembiasan (t). pergeseran tersebut dapat diukur dari jarak antara

sudut datang dan sudut bias.

D. Langkah Percobaan

Langkah percobaan untuk menentukan besarnya indeks bias bahan (kaca) dan

pergeseran sinar cahaya pada kaca plan paralel adalah sebagai berikut :

Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan sebagai

percobaan, kemudian menggaris (mencetak) tepi kaca plan paralel dengan menggunakan

pensil sehingga ukuran kaca tercetak sama persis di atas kertas A4, setelah itu membuat garis

normal yang tegak lurus pada sisi kaca plan paralel, kemudian membuat garis sudut datang

(i). Sudut datang diukur dari garis normal yang sudah digambar sebelumnya. Setelah

membuat sudut datang, kaca plan paralel diletakkan pas pada cetakan bentuk kaca yang telah

digambar pada awal langkah percobaan. Setelah itu, menandai ujung sudut datang dengan 1

jarum pentul, dan menandai 1 jarum pentul lagi pada sisi garis yang lain yang merupakan

perpanjangan dari garis sudut datang. Setelah itu, melihat pembiasan yang terbentuk pada sisi

kaca yang sejajar dengan letak sudut datang. Setelah menemukan garis biasnya, maka garis

bias tersebut ditandai dengan 2 jarum pentul yang diletakkan pada garis bias yang terlihat dan

1 jarum pentul yang lain diletakkan pada garis yang merupakan perpanjangan dari garis bias

yang terbentuk. Setelah diperoleh garis bias, langkah selanjutnya yaitu menggambar garis

normal tegak lurus pada sisi prisma yang sejajar dengan sisi prisma sudut datang. Setelah itu,

Page 11: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Plan paralel

Digambar pada kertas hvsDibuat garis sudut datang pada kertasDitandai dengan jarum pentul

Plan paralel dengan sudut datang yang ditandai dengan jarum pentul

Dilihat sudut bias yang terbentukDitandai dengan jarum pentulDigambar garis bias yang terbentuk

Garis bias luar kaca plan paralel

Garis sudut datang dihubungkan terhadap garis garis bias sehingga diperoleh sudut bias (r)

Sudut bias (r)

Diukur nilainya dengan menggunakan busurDihitung nilai indeks bias dengan menggunakan rumus

Hasil (indeks bias)

Hasil t (pergeseran sinar)

Garis bias luar kaca

Diperpanjang terhadap garis sudut datangDitarik garis dari sudut datang pada perpanjangan garis bias

membuat garis yang menghubungkan sudut pada sudut datang terhadap sudut bias sehingga

diperoleh sudut bias (r). setelah diperoleh sudut bias, langkah selanjutnya yaitu mengukur

pergeseran sinar (t) yang diperoleh dari jarak antara garis perpanjangan sudut datang dan

garis perpanjangan garis bias. Untuk memperoleh indeks bias kaca, dilakukan dengan cara

perhitungan yang menggunakan rumus sin isin r

.

E. Alur Percobaan

Page 12: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Data

Tabel 4.1 Data hasil percobaan pembiasan pada kaca plan paralelPercobaan

kei (i±1)° t (t±0,1) cm r (r±1)°

Hasil

perhitungan n

Hasil

perhitungan t

1 30 1,1 20 1,47 1,09

2 32 1,3 20 1,52 1,34

3 34 1,4 21 1,55 1,42

4 36 1,4 23 1,49 1,43

5 38 1,5 25 1,45 1,45

6 40 1,6 25 1,52 1,71

7 42 1,7 27 1,49 1,75

8 44 2,0 28 1,50 1,91

9 46 2,1 28 1,53 2,11

10 48 2,3 30 1,48 2,14

B. Analisis

Dari percobaan pembiasan pada kaca plan dengan ketebalan kaca plan paralel (d)

yaitu 6 cm didapatkan data pada percobaan pertama dengan sudut datang (i) 30° diperoleh

pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,1 cm dan sudut bias (r) yaitu 20°

serta hasil perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,47 dan hasil perhitungan pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan yaitu 1,09 cm.

Pada percobaan kedua dengan sudut datang (i) 32° diperoleh pergeseran sinar cahaya

pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,3 cm dan sudut bias (r) yaitu 20° serta hasil perhitungan

indeks bias (n) yaitu 1,52 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada kaca plan

yaitu 1,34 cm.

Pada percobaan ketiga dengan sudut datang (i) 34° diperoleh pergeseran sinar cahaya

pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,4 cm dan sudut bias (r) yaitu 21° serta hasil perhitungan

indeks bias (n) yaitu 1,55 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada kaca plan

yaitu 1,42 cm.

Page 13: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Pada percobaan keempat dengan sudut datang (i) 36° diperoleh pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,4 cm dan sudut bias (r) yaitu 23° serta hasil

perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,49 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada

kaca plan yaitu 1,43 cm.

Pada percobaan kelima dengan sudut datang (i) 38° diperoleh pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,5 cm dan sudut bias (r) yaitu 25° serta hasil

perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,45 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada

kaca plan yaitu 1,45 cm.

Pada percobaan keenam dengan sudut datang (i) 40° diperoleh pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,6 cm dan sudut bias (r) yaitu 25° serta hasil

perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,52 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada

kaca plan yaitu 1,71 cm.

Pada percobaan ketujuh dengan sudut datang (i) 42° diperoleh pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,7 cm dan sudut bias (r) yaitu 27° serta hasil

perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,49 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada

kaca plan yaitu 1,75 cm.

Pada percobaan kedelapan dengan sudut datang (i) 44° diperoleh pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 2,0 cm dan sudut bias (r) yaitu 28° serta hasil

perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,50 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada

kaca plan yaitu 1,91 cm.

Pada percobaan kesembilan dengan sudut datang (i) 46° diperoleh pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 2,1 cm dan sudut bias (r) yaitu 28° serta hasil

perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,53 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada

kaca plan yaitu 2,11 cm.

Pada percobaan kesepuluh dengan sudut datang (i) 48° diperoleh pergeseran sinar

cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 2,3 cm dan sudut bias (r) yaitu 30° serta hasil

perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,48 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada

kaca plan yaitu 2,14 cm.

C. Diskusi

Page 14: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

1. Hitung r dari hasil pengukuran t. Selanjutnya tentukan harga n lensa dari hukum

Snellius. Tentukan rerata n dan SD-nya. Bandingkan harga n hasil pengukuran Anda

dengan harga n sesungguhnya.

Pada percobaan pembiasan pada kaca plan pararel dengan sudut datang (i) secara

berturut-turut yaitu 30°, 32°, 34°, 36°, 38°, 40°, 42°, 44°, 46°, 48° dihasilkan sudut bias

(r) berturut-turut yaitu 20°, 20°, 21°, 23°, 25°, 25°, 27°, 28°, 28°, 30° sehingga diperoleh

indeks bias kaca (n) dengan menggunakan rumus n = sin i/ sin r secara berturut-turut

yaitu 1,47; 1,52; 1,55; 1,49; 1,45; 1,52; 1,49; 1,50; 1,53; 1,48. Sehingga diperoleh rata-

rata indeks bias kaca (n) adalah 1,50±0,03. Sedangkan harga indeks bias kaca (n)

menurut teori adalah 1,51.

(sumber :www. Rumus-fisika.com)

2. Lakukan analisis, mengapa hasilnya seperti yang Anda temukan.

Hasil percobaan yang telah kami lakukan sudah sesuai dengan teori. Karena berdasarkan

data percobaan yang kami peroleh, jika dirata-rata atau tanpa dirata-rata namun

dibulatkan menurut aturan pembulatan, maka nilai indeks bias kaca yang kami peroleh

adalah sebesar 1,50. Sedangkan harga indeks bias kaca (n) menurut teori adalah 1,51.

Dari percobaan yang telah kami lakukan diperoleh taraf ketelitian sebesar 99,45% dan

taraf ketidakpastian sebesar 0,55%.

BAB V

Page 15: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung

besar nilai indeks bias kaca plan paralel, maka nilai sudut datang dan silai sudut bias perlu

diketahui terlebih dahulu. Besarnya nilai indeks yang diperoleh dari hasil percobaan sesuai

dengan nilai indeks kaca plan paralel pada umumnya, yaitu 1,5.

Besar nilai pergeseran sinar cahaya dapat diukur jika garis sudut datang dan sudut

bias diperpanjang hingga terbentuk garis yang sejajar, maka t dapat diukur dengan

mengukur nilai jarak antara perpanjangan 2 garis tersebut. Terdapat perbedaan nilai t yang

diperoleh dengan cara pengukuran dan perhitungan. Namun, selisih/ perbedaan tersebut

tidak menunjukkan selisih yang bernilai besar.

Besar kecilnya nilai sudut datang, akan berpengaruh pada besar kecilnya pergeseran

kaca plan paralel yang diperoleh. Jika nilai sudut datang (i) kecil, maka nilai pergeseran

sinar cahaya (t) juga kecil.

B. Saran Adanya nilai ketidakpastian tersebut, tentunya dikarenakan oleh bebrapa kesalahan

yang dilakukan oleh pengamat. Oleh karena itu untuk mengurangi kesalahan tersebut,

sebaiknya pengamat/ praktikan lebih seksama dan menggunakan dua mata terbuka ketika

melihat sudut bias yang terbentuk, lebih tepat ketika menandai dengan menggunakan jarum

pentul serta lebih terampil dalam menggunakan busur atau membaca skala busur.

Page 16: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pembiasan pada kaca plan pararel, (Online).

(http:/rumushitung.com/2013/08/29/pembiasan-cahaya-pada-kaca-plan-pararel/, diakses

31 Maret 2015).

Anonim. 2014. Pembiasan Cahaya, (Online). (

http://www.rumus-fisika.com/2014/02/pembiasan-cahaya.html, diakses 31 Maret 2015).

TIM Dosen. 2014. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Surabaya: UNESA.

Page 17: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

LAMPIRAN

Perhitungan pergeseran sinar cahaya (t)

Percobaan pertama

t=d sin (i−r )

cosr

t=6sin(30−20)

cos20

t=6 sin 10cos20

t=6.0,170,94

t=1,020,94

t = 1,09 cm

Percobaan kedua

t=d sin (i−r )

cosr

t=6sin(32−20)

cos20

t=6sin 12cos 20

t=6.0,210,94

t=1,260,94

t = 1,34 cm

Percobaan ketiga

t=d sin (i−r )

cosr

t=6sin(34−21)

cos21

t=6 sin 13cos21

t=6.0,220,93

t=1,320,93

t = 1,42 cm

Percobaan keempat

t=d sin (i−r )

cosr

t=6sin(36−23)

cos23

t=6 sin 13cos23

t=6.0,220,92

t=1,320,92

t = 1,43 cm

Page 18: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Percobaan kelima

t=d sin (i−r )

cosr

t=6sin(38−25)

cos25

t=6 sin 13cos25

t=6.0,220,91

t=1,320,91

t = 1,45 cm

Percobaan keenam

t=d sin (i−r )

cosr

t=6sin(40−25)

cos25

t=6sin 15cos25

t=6.0,260,91

t=1,560,91

t = 1,71 cm

Percobaan ketujuh

t=d sin ( i−r )

cosr

t=6sin(42−27)

cos27

t=6 sin 15cos 27

t=6.0,260,89

t=1,560,89

t = 1,75 cm

Percobaan kedelapan

t=d sin ( i−r )

cosr

t=6sin(44−28)

cos 28

t=6 sin 16cos28

t=6.0,280,88

t=1,680,88

t = 1,91 cm

Page 19: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Percobaan kesembilan

t=d sin (i−r )

cosr

t=6sin(46−28)

cos 28

t=6 sin 18cos28

t=6.0,310,88

t=1,860,88

t = 2,11 cm

Perhitungan Indeks Bias (n)

Percobaan pertama

n= sin isin r

n=sin 30sin 20

n=0,500,34

n = 1,47

Percobaan ketiga

n= sin isin r

n=sin 34sin 21

n=0,560,36

n = 1,55

Percobaan kedua

n= sin isin r

n= sin32sin 20

n=0,520,34

n = 1,52

Percobaan kesepuluh

t=d sin ( i−r )

cosr

t=6sin(48−30)

cos30

t=6 sin 18cos30

t=6.0,310,87

t=1,860,87

t = 2,14 cm

Page 20: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Percobaan keempat

n= sin isin r

n=sin 36sin23

n=0,580,39

n = 1,49

Percobaan kelima

n= sin isin r

n=sin 38sin 25

n=0,610,42

n = 1,45

Percobaan keenam

n= sin isin r

n=sin 40sin 25

n=0,640,42

n = 1,52

Percobaan ketujuh

n= sin isin r

n=sin 42sin27

n=0,670,45

n = 1,49

Percobaan kedelapan

n= sin isin r

n=sin 44sin 28

n=0,690,46

n = 1,50

Percobaan kesembilan

n= sin isin r

n=sin 46sin 28

n=0,720,47

n = 1,53

Percobaan kesepuluh

n= sin isin r

n=sin 48sin 30

n=0,740,50

n = 1,48

Page 21: LAPORAN-LKM-GO-07.docx

Sd2=√ ∑d 2n−1

Sd2=√ 0,008210−1

Sd2=√0,0009

Sd = 0,03

n = 1,5 ± 0,03

Taraf ketidakpastian = 0,0082

1,5

= 0,0055 x 100%

= 0,55%

Taraf ketelitian = 100% - 0,55%

= 99,45%

Percobaan ke n d d2

1 1,47 0,03 0,0009

2 1,52 0,02 0,0004

3 1,55 0,05 0,0025

4 1,49 0,01 0,0001

5 1,45 0,05 0,0025

6 1,52 0,02 0,0004

7 1,49 0,01 0,0001

8 1,50 0,00 0,0000

9 1,53 0,03 0,0009

10 1,48 0,02 0,0004

∑n = 15

Rata-rata n = 1,5

∑d2 = 0,0082