laporan pasca panen

15
PROSES PASCA PANEN ATAU PENGERINGAN RUMPUT LAUT Oleh : Nama : Hasan NIM : B1J012204 Kelompok : 4 Rombongan : IV Asisten : Dina Serepina LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

description

laporan praktikum fikologi

Transcript of laporan pasca panen

PROSES PASCA PANEN ATAU PENGERINGAN RUMPUT LAUT

Oleh :Nama: HasanNIM: B1J012204Kelompok: 4Rombongan: IVAsisten: Dina Serepina

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangRumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati; tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis substrat dasarnya. Rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding thallus-nya. Perkembangbiakan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kawin antara gamet jantan dan gamet betina (generatif) serta tidak kawin dengan melalui vegetatif dan konjugatif (Anggadiredja et al., 2006).Jenis-jenis rumput laut yang banyak dimanfaatkan oleh manusia pada umumnya dari kelas rumput laut merah (Rhodophyceae). Rumput laut merah mengandung berbagai senyawa yang bermanfaat bagi manusia, diantaranya adalah agar-agar, karaginan, porpirin, maupun furcelaran yang pengguanaannya sudah semakin berkembang dalam berbagai industri. Disamping itu didalam rumput laut merah juga terkandung pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritin dan fikosianin (Darmawan et al., 2004).Luas perairan laut Indonesia serta keragaman jenis rumput laut merupakan cerminan dari potensi rumput laut Indonesia. Dari 782 jenis rumput laut di Indonesia, hanya 18 jenis dari 5 genus (marga) yang telah diperdagangkan. Dari kelima genus tersebut, hanya genus-genus Eucheuma dan Gracilaria yang telah dibudidayakan. Produksi rata-rata selama 5 tahun (1995-1999) sebesar 38.000 ton per tahun dipanen dari lahan seluas kurang lebih 2.500 ha (tambak dan laut). Dengan demikian, baru termanfaatkan sebesar 9,7% saja dari luas potensi lahan yang ada (Anggadiredja et al., 2006).B. TujuanTujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui tahapan proses pasca panen rumput laut serta langkah-langkah pengeringan dan pemutihan.C. Tinjauan PustakaRumput laut telah banyak dibudidayakan oleh petani rumput laut di perairan laut di kawasan pesisir. Jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri salah satunya adalah Gracilaria sp. Jenis rumput laut ini sangat mudah untuk dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda dengan kondisi perairan di laut, seperti tambak. Kondisi perairan habitat asli Gracilaria sp. memiliki kualitas air yang cukup baik dalam mendukung kehidupannya. Sementara kondisi tambak memiliki kualitas air yang fluktuatif dan beragam tingkat kesuburannya. Akan tetapi, Gracilaria sp. dapat mentolerir kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi aslinya. Rumput laut dari genus ini dapat mentolerir salinitas terendah 15 g/L dan tertinggi 50 g/L (Aslan, 1995).Manajemen budidaya Gracilaria verrucosa perlu memperhatikan beberapa pertimbangan diantaranya faktor biotik dan abiotik serta pengelolaan pasca panen. Menurut Alamsjah (2012), Kualitas rumput laut sangat ditentukan oleh kandungan agar. Parameter lain yang juga penting adalah serat, protein dan lemak. Produksi rumput laut G. verrucosa dari tambak dapat mencapai minimal 1 ton kering ha/periode tanam (4 - 6 minggu). Pada musim hujan pertumbuhan rumput laut G. verrucosa lambat, sehingga tidak dapat berproduksi dan hanya dipelihara untuk persediaan bibit. Hal ini disebabkan karena perubahan suhu dan salinitas air laut yang mengalami penurunan sehingga tidak dapat memenuhi kriteria suhu dan salinitas yang diharapkan untuk pertumbuhan rumput laut (Alamsjah et al., 2012).Pemilihan bibit dalam budidaya Gracilaria verucossa merupakan hal yang sangat penting. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit Gracilaria verucossa yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut :1. Bibit yang berupa stek dipilih dari tanaman yang segar, dapat diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami ataupun dari tanaman bekas budidaya. Selain itu, bibit harus baru dan masih muda. 2. Bibit unggul memiliki ciri bercabang banyak. 3. Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi usaha budidaya dalam jumlah yang sesuai dengan luas area budidaya. 4. Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, dimana bibit harus tetap dalam keadaan basah ataupun terendam air. 5. Sebelum ditanam, bibit dikumpulkan pada tempat tertentu seperti dikeranjang atau jaring yang bermata kecil (Basith, 2014).

II. MATERI DAN METODEA. MateriAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki, plastik, dan gunting dan selotip.Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut Gracilaria verrucosa dan air tawar.B. Metode

G. verrucosa dicuci bersih

G. verrucosa dijemur di bawah sinar matahari hingga kering dan terjadi perubahan warna thallus menjadi berwarna lebih cerah (putih).G. verrucosa disimpan didalam tempat yang kedap udaraBaki yang berisi G. verrucosa ditutup rapat menggunakan plastik dan direndam dalam air tawar selama 2-3 hariG. verrucosa diletakkan kedalam baki

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Gambar 3.1. Rumput Laut Sebelum Gambar 3.2. Rumput Laut DijemurSetelah DijemurB. PembahasanMetode yang dilakukan dalam proses pengeringan rumput laut dalam praktikum ini diantaranya adalah penjemuran langsung dikeringkan, penjemuran dengan pencucian air tawar, penjemuran dengan direndam dengan kapur tohor, dan penjemuran dengan difermentasi atau didepigmentasi. Kelompok kami melakukan proses pengeringan dengan cara penjemuran dengan difermentasikan. Salah satu proses penanganan pasca panen yang diharapkan dapat menghasilkan perubahan pada rumput laut yang lebih baik diantaranya adalah Proses fermentasi. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan warna, tekstur atau tingkat kelembutan dan struktur atau kandungan agarnya. Fermentasi bermanfaat untuk memberikan cita rasa terhadap produk pangan tertentu, mengawetkan produk pangan dan memberikan tekstur tertentu pada produk pangan. Cara pengeringan dengan difermentasi yaitu pertama-tama rumput laut dibersihkan, kemudian dibungkus dalam plastik putih dan direndam dalam air tawar selama 2-3 hari. Setelah rumput laut menjadi putih, kemudian dijemur selama 2-3 hari (Insan dan Widyartini, 2001). Menurut Anggadiredja (2006), pada kondisi panas matahari baik, rumput laut akan kering dalam waktu 2-3 hari. Kadar air pada rumput laut yang harus dicapai dalam pengeringan untuk jenis Gracilaria sp. berkisar 14-18%. Kualitasrumputlautdapat dipengaruhiolehtigahal,yaitu teknik budidaya; usiapanen; dan penanganan pasca panen. Menurut Alamsjah (2012), Kualitas rumput laut sangat ditentukan oleh kandungan agar. Parameter lain yang juga penting adalah serat, protein dan lemak. Secara tradisional untuk menyimpan rumput laut sebanyak 5-10 ton rumput laut dikeringkan di sinar matahari langsung jika terjadi musim hujan proses pengeringan akan terhambat hingga musim panas datang lagi (Kaladharan & Kaliaperumal, 1999). Rumput laut G. verrucosa mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8 %), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%), serat (3%) dan abu (22,25%). Rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D,E dan K), makro mineral, seperti: kalsium dan selenium serta mikro mineral, seperti: zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineralnya mencapai 10-20 kali lipat dibandingkan dengan tumbuhan darat (Djunaedi, 2012). Spesies Gracilaria dimanfaatkan sebagai makanan manusia, terutama dalam campuran makanan seperti salad dan sup, namun Gracilaria juga digunakan bagi banyak binatang seperti kerang sebagai nutrisi, untuk penetralisir air limbah dan biomassanya digunakan untuk meningkatkan energi. Gracilaria juga telah digunakan sebagai makanan untuk kerang jenis abalone (Sahu, 2013).Faktor yang mempengaruhi pascapanen rumput laut antara lain pemilihan lokasi budidaya yang tepat, penggunaan jenis yang bermutu baik, serta teknik atau metode budidaya yang tepat. Kedalaman penanaman rumput laut perlu diperhatikan karena kedalaman akan mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Penanaman rumput laut yang terlalu dalam akan menyebabkan kesulitan dalam pemeliharaannya sedangkan apabila terlalu dangkal akan menyebabkan rumput laut terkena sinar matahari langsung. Kedalaman penanaman berhubungan dengan besarnya penetrasi cahaya matahari yang sangat berperan dalam proses fotosintesis (Serdiati dan Widiastuti, 2012). Menurut Lunning (1990) gracilaria dapat tumbuh pada salinitas tinggi. Gracilaria yang berasa dari kisaran geografis yang luas tumbuh dengan baik pada salinitas 15-60 g/L, akan tetapi pertumbuhan optimalnya terjadi pada salinitas 30 g/L. Gracilaria verrucosa merupakan rumput laut dari anggota kelompok alga merah (Rhodophyta) dengan nama daerahnya yaitu bulung rambut (Bali) dan sango-sango (Sulawesi). Ciri-ciri yang dimiliki oleh Gracilaria verrucosa yaitu thallus silindris, licin, dan berwarna kuning-coklat atau kuning-hijau. Percabangan berseling tidak beraturan, memusat ke arah pangkal. Cabang lateral memanjang menyerupai rambut, ukuran panjang sekitar 25 cm dengan diameter thallus 0,5-1,5 mm. Jenis ini sudah dapat dibudidayakan di tambak, dengan salinitas ideal 20-28 per mil (Anggadiredja et al., 2006). Gracilaria verucossa umumnya hidup sebagai fitobentos, melekat dengan bantuan cakram pelekat hold fast pada substrat padat. Gracilaria sp. dapat dijumpai di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu, yang masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di perairan keruh, dekat muara sungai. Gracilaria hidup dengan jalan melekatkan diri pada substrat padat, seperti kayu, batu, karang mati dan sebagainya. Untuk melekatkan dirinya (Sjafrie, 1990).Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Penganganan pasca panen rumput laut pada umumnya hanya sampai pengeringan. Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan harus diolah kembali. Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan, atau algin tergantung kandungan yang terdapat di dalam rumput laut (Indriani dan Sumiarsih, 1991). Penanganan pasca panen merupakan kegiatan atau proses yang dimulai sejak setelah tanaman dipanen, yaitu meliputi pencucian, pengeringan pembersihan kotoran atau garam (sortasi), pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan. Menurut Indriani dan Sumiarsih (1991), langkah-langkah proses pasca panen rumput laut adalah sebagai berikut:1. Rumput laut dibersihkan dari kotoranyang menempel, seperti pasir, batu-batuan, kemudian dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain. 2. Setelah bersih, rumput dijemur sampai kering. Jika cuaca cukup baik, penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi, rumput laut yang dijemur tidak boleh ditumpuk. Rumput laut yang telah kering ditandai dengan keluarnya garam.3. Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan baku agar-agar, rumput laut kering dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk diambil karaginannya dicuci dengan air laut. Setelah bersih, rumput laut dikeringkan lagi kira-kira satu hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28%. Apabila dalam proses pengeringan turun hujan, maka rumput laut dapat disimpan pada rak-rak. Rumput laut yang diambil karaginannya tidak boleh terkena air tawar karena air tawar dapat melarutkan karaginan.4. Rumput laut yang telah kering setelah pengeringan kedua, kemudian diayak untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal.5. Disimpan di tempat yang tertutup.

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Tahapan proses pasca panen rumput laut terdiri dari pencucian dan pembersihan kotoran, pengeringan atau penjemuran, dan penyimpanan.2. Langkah-langkah proses pejemuran dengan difermentasi terdiri dari pencucian rumput laut, perendaman dengan air tawar, penjemuran, dan peyimpanan. B. SaranProses penjemuran sebaiknya lebih diperhatikan supaya rumput laut dapat kering sempurna sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR REFERENSIAlamsjah, M. A. 2012. Pengaruh Lama Penyinaran Terhadap Pertumbuhan dan Klorofil a Gracilaria verrucosa pada Sistem Budidaya Indoor. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan,1(1): 21-30.Anggadireja, J.T., A. Zatnika, H. Purwoto, dan S. Istini. 2006. Rumput Laut. Penerbit Swadaya, Jakarta.Aslan, L. M. 1995. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.Basith, T. A,. Sri Rejeki, Restiana. W. A. 2014. Pengaruh Cara Perolehan Bibit Hasil Seleksi, Non Seleksi dan Kultur Jaringan terhadap Pertumbuhan, Kandungan Agar dan Gel strength Rumput Laut Gracilaria verucossa yang dibudidayakan dengan Metode Broadcast di Tambak. Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol 3, 2 18-24.Darmawan, M., Tazwir dan H. E. Irianto. 2004. Fortifikasi Kue Keik menggunakan Bubuk Gracilaria sp dan Sargassum filipendula sebagai Sumber Asam Lemak Omega-3 dan Iodium. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, Vol 10, No.3, Hal.85-93Djunaedi, Ali., Ayuning.S.R., Sunaryo. 2012. Sistem Budidaya Rumput Laut Gracilaria verrucosa di Pertambakan dengan Perbedaan Waktu Perendaman di Dalam Larutan NPK. Journal of Marine Research. 1(1):91Indriani, H dan E. Sumiarsih. 1991. Budidaya, Pengelolaan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.Insan, A. I. dan D. S. Widyartini. 2001. Makroalga. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.Lning, Klaus. 1990. Seaweeds: Their Environment, Biogeography and Ecophysiology. John Wiley and Son. New York.Sahu, N., & Sahoo, D. 2013. Study of Morphology and Agar Contents in Some Important Gracilaria Species of Indian Coasts.American Journal of Plant Sciences,4, 52. Serdiati, N., & Widiastuti, I. M. 2012. Pertumbuhan dan produksi rumput laut Eucheuma cottonii pada kedalaman penanaman yang berbeda.Media Litbang Sulteng,3(1).Sjafrie, N. D. 1990. Beberapa Catatan Mengenai Rumput Laut Gracilaria. Oseana, volume XV, nomor 4 : 147-155.