Laporan Pbl II Chem III

18
LAPORAN PBL III ANAK SANGAT KURUS DAN REWEL TUTOR : dr. Agus B.S, Sp.BS Disusun Oleh : Indah Adhriani Sukma G1A008022 Syukron Chalim G1A008023 Indah Amalia G1A008042 Virgiana Putri Astari G1A008057 Anggi Anggian D G1A008072 Annisa Fildza H G1A008090 Dibyaguna G1A008108 Yulinda Dwi A G1A008109 Vida Berry Al Aden G1A008128 Rifka Fathina G1A008133 Aminudin Anwar K1A006036

description

pbl

Transcript of Laporan Pbl II Chem III

Page 1: Laporan Pbl II Chem III

LAPORAN PBL III

ANAK SANGAT KURUS DAN REWEL

TUTOR : dr. Agus B.S, Sp.BS

Disusun Oleh :

Indah Adhriani Sukma G1A008022

Syukron Chalim G1A008023

Indah Amalia G1A008042

Virgiana Putri Astari G1A008057

Anggi Anggian D G1A008072

Annisa Fildza H G1A008090

Dibyaguna G1A008108

Yulinda Dwi A G1A008109

Vida Berry Al Aden G1A008128

Rifka Fathina G1A008133

Aminudin Anwar K1A006036

BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT MEDICINE III

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

2010

Page 2: Laporan Pbl II Chem III

BAB I

PENDAHULUAN

Pertemuan PBL kedua pada blok CHEM III (Community Health and

Environment Medicine) ini, kelompok kami yaitu kelompok 12 dihadapkan

dengan kasus seorang anak perempuan yang mengalami gangguan gizi atau

malnutrisi. Kasus malnutrisi ini sangatlah menarik untuk kelompok kami.

Berbagai kasus malnutrisi mempunyai cara yang khusus dalam

penatalaksanaannya, bergantung pada klasifikasi malnutrisi tersebut. Kesalahan

dalam diagnosis dan penatalaksanaan dapat mengakibatkan dampak yang buruk

terhadap pasien. Maka dari itu di butuhkan ketelitian dalam menentukan diagnosis

serta penatalaksanaan kasus ini.

Kegiatan PBL ini sangatlah bermanfaat, di dalam kelompok kami dapat

berdiskusi dan bertukar pendapat. Mencari informasi yang benar dalam kasus ini,

dan pada akhirnya dapat menentukan diagnosis dan tindakan yang harus

dilakukan pada kasus anak perempuan ini. Selain itu, kami dapat menjelaskan

gejala-gejala malnutrisi, klasifikasinya, kriterianya, serta faktor penyebabnya.

Setelah mengetahui diagnosis anak perempuan dalam kasus ini, kelompok kami

pun dapat menentukan penatalaksanaan yang tepat untuk memperbaiki status gizi

anak pada kasus ini.

Kegiatan diskusi PBL ini, yang mengacu pada analisis permasalahan, sangat

bermanfaat bagi mahasiwa. Mahasiswa diharapkan tidak terpaku pada materi

kuliah saja, tetapi dapat mencari informasi-informasi dan ilmu-ilmu lain dari

berbagai sumber.

. Selain itu kita dapat pula melatih diri untuk berpikir secara kritis dalam

mengahadapai suatu masalah atau dalam memandang suatu masalah. Dalam

berpikir kritis juga harus disertai dengan sikap toleransi dalam hal menyampaikan

pendapat, sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar dan tertib dan sesuai

dengan harapan kita semua.

Page 3: Laporan Pbl II Chem III

Kasus PBL 2

ANAK SANGAT KURUS DAN REWEL

Seorang anak perempuan ‘A’ 25 bulan dikirim oleh kader kesehatan desa ke

posyandu dengan alasan berat badannya berada di bawah garis merah (BGM).

Sebelumnya ibu anak tersebut tidak pernah datang ke posyandu karena malu

anaknya sangat kurus disbanding anak lain yang sebaya. Setelah ditimbang berat

badannya 7,5 kg dan panjang badan 76 cm (BB/PB <-3SD). Berat badan sebulan

yang lalu ditimbang di bidan saat berobat 8 kg dengan panjang badan 76 cm.

Anak tersebut sering menangis. Hasil pemeriksaan fisik anak tampak sangat

kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, otot hipotrofi, lebih nyata pada posisi

berdiri atau duduk namun terdapat edema pada dorsum pedis, wajah terlihat pucat.

Seperti orang tua, membulat dan sembab, pandangan mata sayu, cengeng, rewel,

rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa

sakit, rontok, kulit keriput, baggy pant, crazy pavement dermatosis, perut cekung,

terdapat pembesaran hati, iga gambang. Sebelumnya anak tersebut sering diare

dan batuk. Hasil anamnesis dengan kedua orang tuanya: anak diberikan ASI

sampai 8 bulan saja karena ASI ibu tidak keluar dan anak diberi air the manis atau

kadang-kadang air tajin dan anak susah makan. Sehari makan hanya 3-4 suap saja,

1 atau 2 kali sehari. Anak jarang diberi makanan jajanan sperti biscuit, susu

formula atau bubur instant karena orang tuanya tidak mampu beli. Bapakn ya

hanya buruh tani yang menggarap sawah tetangganya, riwayat penyakit TBC yang

putus pengobatan, tidak lulus SLTP, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga

yang kadang membantu suaminya di sawah, lulus SD. Mempunyai 3 orang anak

dan ‘A’ adalah anak bungsu, kedua kakaknya juga tampak kurus. Karena keadaan

anak ‘A’ tersebut maka oleh kader posyandu dirujuk ke puskesmas. Karena

keterbatasan sarana prasarana oleh pihak puskesmas dirujuk ke rumah sakit.

Page 4: Laporan Pbl II Chem III

BAB II

PEMBAHASAN

A. KLARIFIKASI ISTILAH DAN KONSEP

1. Baggy pant:

Kulit keriput, jaringan lemak subcutis sangat sedikit sampai tidak ada, di

daerah gluteal sampai ekstrimitas bawah.

2. Crazy pavement dermatosis:

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.

3. Hipertrofi:

Abiotrofi, yaitu kehilangan vitalitas dari jaringan tertentu secara progresif,

yang kea rah gangguan; khususnya mengenai penyakit hereditwr

degeneratif yang timbul lambat.

4. Trofi:

Ukuran/ masa

5. Edema:

a. Pengumpulan cairan secara abnormal dalam ruang jaringan interseluler

tubuh.

b. Perpindahan cairan darah dari intravaskuler ke ekstravaskuler karena

permeabilitasnya terganggu akibat tekanan onkotik yang tidak

seimbang yang dapat terjadi pada defisiensi albumin.

B. BATASAN MASALAH

1. Anak sangat kurus

a. BB = 7,5 kg

b. TB = 76 cm

c. BB/PB = <-3SD

2. Anamnesis:

a. ASI sampai 8 bulan

b. Diberi air tajin/ teh manis

c. Sehari makan: 2-3 suap, 1-2 kali sehari

d. Tidak pernah diberi biscuit, susu formula, bubur instant.

Page 5: Laporan Pbl II Chem III

3. RPK:

a. Kedua kakak tampak kurus

b. Bapak: TBC (putus pengobatan)

4. RPSos:

a. Bapak: buruh tani, tidak lulus SLTP

b. Ibu: ibu rumah tangga, lulus SD

5. Pemeriksaan Fisik:

a. KU: irritable, tampak sangat kurus

b. Otot hipotrofi

c. Edem: dorsum pedis

d. Wajah: pucat, bulat, sembab

e. Mata: sayu

f. Rambut tipis kemerahan

g. Kulit: keriput, baggy pant, crazy pavement dermatosis.

h. Perut cekung

i. Hepatomegali

j. Iga gambang

C. ANALISIS MASALAH

1. Apa permasalahan yang terjadi dari kondisi di atas?

2. Apa faktor penyebab terjadinya kondisi tersebut?

3. Apa hubungan TBC diderita ayahnya dengan kondisi yang dialami

anaknya?

4. Bagaimana keadaan normal standard anak-anak?

5. Apa saja faktor yang memperberat kondisi tersebut?

D. PEMBAHASAN MASALAH

1. Anak dalam kasus di atas menderita malnutrisi. Dilihat dari tanda dan

gejalanya, malnutrisi yang diderita anak tersebut adalah kwashiorkor.

2. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut, antara lain:

a. Asupan nutrisi kurang

b. Malabsorpsi

c. Penyebab eksternal dan internal lainnya.

Page 6: Laporan Pbl II Chem III

3. Hubungan TBC yang diderita ayah pada kasus di atas dengan kondisi yang

dialami anaknya.

Pada kondisi anak tersebut, kemungkinan dapat terjadi penurunan sistem

imun yang disebabkan oleh nutrisi yang kurang. Oleh karenanya, kuman

dan bakteri yang menimbulkan penyakit di sekitar anak tersebut dapat

dengan mudah merusak sistem imun si anak dan akhirnya menyebabkan ia

sakit. Sebagai contoh adalah dalam kasus ini si bapak pernah menderita

TBC yang putus pengobatan. Ada kemungkinan bahwa bakteri penyebab

TBC masih ada dalam organ tubuh si bapak, sedang dalam kesehariannya

si anak kerap berinteraksi dengan bapaknya. Hal ini menjadi sangat

mungkin jika si anak tertular penyakit TBC dari si bapak.

4. Pada anak ‘A’ kasus di atas, berat badan yang normal (untuk usia 25 bulan

atau 1-3 tahun) adalah 12 kg, dengan tinggi badan normal 90 cm.

5. Faktor yang memperberat kondisi anak ‘A’, antara lain:

a. Terus menerus mengalami diare

Diare yang terus menerus terjadi dapat memperburuk kondisi anak.

Hal ini disebabkan karena pada kondisi diare, asupan makanan

yang masuk tidak diserap dengan baik. Akibatnya status gizi si

anak makin memburuk.

b. ASI kurang

ASI merupakan asupan makanan yang amat penting, salah satunya

untuk mempbentuk daya tahan tubuh dan memenuhi kebutuhan

nutrisi penting bagi anak. Idealnya ASI diberikan sampai usia 2

tahun, namun pada kasus ini, ASI hanya diberikan selama 8 bulan

pada si anak. Akibatnya, kebutuhan nutrisi dan daya tahan anak

menjadi rendah.

c. Tidak pernah datang ke posyandu

Posyandu merupakan juluran jemari dari puskesmas, secara kasar

dapat dikatakan bahwa posyandu merupakan pelayanan kesehatan

terkecil yang ada di masyarakat. Kita dapat mengetahui status

kesehatan dari masyarakat melalui posyandu. Posyandu memiliki

banyak manfaat, salah satunya bagi ibu-ibu yang mempunyai anak

Page 7: Laporan Pbl II Chem III

balita. Mereka dapat membawa anaknya ke posyandu secara

berkala untuk melihat keoptimalan tumbuh kembang dan kesehatan

anaknya. Posyandu memberikan pelayanan dalam tiga stase, yakni:

1) Penimbangan atau pengukuran

2) Imunisasi

3) Penyuluhan

Ketiga stase tersebut sangat penting bagi perkembangan anak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Melalui penimbangan

atau pengukuran si ibu dapat mengetahui grafik perkembangan

anaknya. Melalui imunisai, si anak diharapkan mempunyai

kekebalan terhadap berbagai jenis penyakit infeksius yang

berbahaya. Sedang melalui penyuluhan, si ibu mendapatkan

pendidikan mengenai bagaimana cara merawat anak dengan benar

baik dalam perkembang fisik maupun psikisnya. Dengan demikian

dapat diketahui bahwa posyandu memainkan peran yang amat

besar. Namun pada kasus di atas, si ibu justru enggan membawa

anaknya ke posyandu, padahal ia sendiri sudah mengetahui bahwa

perkembangan anaknya tidak normal. Hal ini semakin

memperparah kondisi si anak.

d. Penyakit infeksi dari lingkungan sekitar.

Pada kasus di atas kita telah mengetahui bahwa anak ‘A’

mengalami kekurangan gizi. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, kekurangan nutrisi dapat berdampak pada penurunan

imunitas anak. Imunitas yang buruk akan memberikan peluang

yang besar bagi anak untuk terinfeksi kuman, bakteri atau virus

yang cukup berbahaya. Sebagai contoh, si anak dapat tertular

penyakit TBC yang ditularkan oleh bapaknya. Hal ini diperberat

dengan kebiasaan yang muncul anak (25 bulan pada kasus), yaitu

pica. Anak mempunyai kebiasaan untuk memakan benda-benda

yang tidak tergolong makanan yang berada di sekitarnya. Melalui

kebiasaan tersebut, si anak akan lebih rentan terkena infeksi.

Page 8: Laporan Pbl II Chem III

e. Asupan makanan yang kurang (tidak diberi susu formula, biskuit,

atau bubur instan dan susah makan)

Ini merupakan penyebab utama dari malnutrisi yang terjadi pada

kasus ini. Pada kasus diketahui bahwa anak sulit makan,

seharusnya anak diberikan alternatif makanan lain yang lebih

menarik misalnya biskuit atau bubur sebagi camilan, namun si

anak justru tidak diberikan. Selain itu, anak ‘A’ juga tidak

diberikan susu formula sebagai pengganti ASI yang hanya

mencapai 8 bulan.

f. Kondisi sosial ekonomi

Kondisi sosial ekonomi yang rendah menyebabkan suatu keluarga

tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Fenomena ini menjadi penyumbang terbesar bagi meningkatnya

kasus kekurangan gizi.

g. Pendidikan orang tua yang rendah

Pendidikan orang tua yang rendah (hanya lulus SD) menyebabkan

ketidaktahuan akan pentingnya gizi dan bagaimana untuk

mencukupinya. Dengan demikian status gizi yang baik akan sulit

dicapai.

E. SASARAN PEMBELAJARAN

1. Patofisiologi crazy pavement dermatosis

2. Penjelasan mengenai diare pada kasus

3. Kriteria malnutrisi

4. Klasifikasi malnutrisi

5. Klasifikasi KEP

6. Faktor penyebab eksternal dan internal malnutrisi

7. Penjelasan KMS

8. Penggunaan dan pemantauan KMS

9. Bagaimana penjelasan penatalaksanaan diet malnutrisi

10. Penjelasan pemantauan tata laksana malnutrisi perminggu/ perbulan

11. Parameter status gizi

Page 9: Laporan Pbl II Chem III

12. Bagaimana penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan dari segala

aspek

F. BELAJAR MANDIRI

2. Penjelasan diare

Berdasarkan lama terjadinya, diare dibagi menjadi dua, yaitu diare akut

dan diare kronis

a. Diare akut

Merupakan diare yang terjadi kurang dari dua minggu. Secara

pathogenesis, terjadinya diare dapat dibedakan antara lain sebagai

berikut:

1) Diare sekresi

Adanya rangsangan dari zat tertentu (toksin) pada dinding usus

akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke

dalam rongga usus, hal ini akan meningkatkan volume usus

yang akhirnya akan merangsang usus untuk mengeluarkannya.

Diare sekresi ini dapat disebabkan oleh:

i. Infeksi bakteri, virus ataupun parasit.

ii. Defisiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin

A) yang mengakibatkan berlipatgandanya bakteri atau flora

usus dan jamur.

2) Diare osmotic

Diare ini disebabkan adanya makanan atau zat tertentu yang

tidak dapat diserap oleh usus sehingga menyebabkan keadaan

hipertonik di dalam rongga usus dan peningkatan tekanan

osmotic di dalam rongga usus, hal ini akan mengakibatkan

perpindahan air dan elektrolit ke dalam rongga usus sehingga

volume rongga usus akan meningkat dan merangsang usus

untuk mengeluarkannya. Penyebabnya antara lain:

i. Malabsorbsi makanan, contohnya malabsorbsi karbohidrat,

malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. Malabsorbsi

makanan ini dapat terjadi karena adana kerusakn pada

mukosa usus ataupun karena adanya defisiensi enzim.

Page 10: Laporan Pbl II Chem III

ii. Kekurangan protein kalori

iii. BBLR dan bayi baru lahir

3) Diare hiperperistaltik

Peningkatan peristaltic usus akan menyebabkan berkurangnya

penerapan makanan dan air oleh usus. Hal ini dapat disebabkan

oleh:

i. Bahan kimia

ii. Makanan

iii. Gangguan psikis

iv. Gangguan syaraf

v. Hawa dingin

vi. Alergi

b. Diare kronis

Merupakan diare yang terjadi lebih dari dua minggu. Berdasarkan

patofisiologinya dapat dibedakan menjadi:

i. Diare osmotic

ii. Diare sekretorik

iii. Diare karena kerusakan mukosa, disebabkan oleh infeksi

iv. Diare karena motilitas usus ang abnormal, dibagi menjadi dua,

aitu hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Pada hipoperistaltik

dapat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri dalam usus.

v. Sindrom diare kronik

Penyebabnya adalah karena kehilangan nutrisi yang berlanjut

dan masuknya kalori yang inadekuat sehingga mengakibatkan

deplesi protein yang akan menyebabkan terganggunya

regenerasi morfologi dan fungsional usus halus, bila hal ini

terjadi maka akan mengakibatkan malabsorbsi yang

menyeluruh (makronutrien maupun mikronutrien) sehingga

menimbulkan diare yang terus menerus.

Page 11: Laporan Pbl II Chem III

2. Kriteria malnutrisi

a. Gizi lebih (overnutrition)

Keadaan kelebihan gizi yang disebabkan oleh kelebihan konsumsi

energi dan protein yang ditandai dengan berat badan menurut umur

(BB/U) yang berada pada lebih dari 2 SD tabel baku WHO NCHS

b. Gizi baik

Keadaan gizi seseorang terjadi karena seimbangnya jumlah asupan

(intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh tubuh

Bakteri

Kerusakan mukosa usus halus

Malabsorbsi nutrien

Diare kronik

Malnutrisi energi protein

Kurang gizi

Gangguan regenerasi usus halus

Page 12: Laporan Pbl II Chem III

yang ditandai dengan BB menurut umur (BB/U) yang berada pada > -2

SD - 2SD tabel baku WHO NCHS

c. Gizi kurang (undernutrition)

Keadaan kurang zat gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh

rendahnya asupan energi dan protein dalam waktu cukup lama yang

ditandai dengan BB/U yang berada pada <-2SD samapi >-3SD tabel

baku WHO NCHS

d. Gizi buruk (severe malnutrition)

Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai

dengan BB/U yang berada pada <-3SD tabel baku WHO NCHS

3. Klasifikasi malnutrisi

a. Undernutrition

Kekurangan dalam jumlah kalori. Contoh: starvation dan

marasmus.

b. Defisiensi spesifik

Kekurangan satu jenis zat gizi. Contoh: kwashiorkor, xeroftalmia,

beri-beri.

c. Imbalans

Ketidakseimbangan antara berbagai zat gizi. Contoh: protein

dengan vitamin A atau kalori dengan vitamin B kompleks.

d. Overnutrition

Kelebihan dalam jumlah kalori. Contoh: obesitas

BAB III

Page 13: Laporan Pbl II Chem III

KESIMPULAN