LAPORAN PENDAHULUAN
-
Upload
muhlisoh-mtp -
Category
Documents
-
view
190 -
download
5
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
1. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya
meninggi.
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi
dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa
(18%).21 Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa
pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis
terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
gambar 1: gambar A adalah gambar sel sumsum tulang yang normal, gambar B
adalah gambaran sel sumsum tulang dengan LLA (Walter, 2010)
A B
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi dari FAB (Franch-
American-British). Klasifikasi ini klasifikasi morfologi dan didasarkan pada
diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang dominan dalam sumsum tulang, serta
pada penelitian sitokimia:
a. L-1 : Leukemia limfositik akut anak-anak; Populasi sel homogen
b. L-2 : Leukemia limfositik akut pada dewasa; Populasi sel heterogen
c. L-3 : Leukemia jenis limfoma Burkitt: sel besar, Populasi sel homogen
2. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui tetap terdapat factor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia yait:
a. Radiasi
b. Bahan kimia
c. Obat-obatan (obat-obat immunosupresif dan kardiogenik)
d. Faktor genetik
e. Factor herediter, misalnya kembar identic jika salah satu dari anak kembar
mengalami leukemia usia 5 tahun, maka kembar yang lainnya akan mengalami
resiko leukemia sebesar 20%
f. Kelainan kromosom sepert trisomy 21 (down syndrom)
3. Manfifestasi Klinis
Manifestasi klinis leukemia limfoblastik akut ang sering muncul adalah
(Arfin, 2004):
a. Demam
b. Perdarahan akibat trombositopenia dan anguan koagulasi
c. Limfadenopati akibat infiltrasi sel leukemia ke organ-organ limfoid
d. Hepatomegaly akibat infiltrasi sel leukemia ke organ-organ limfoid
e. Splenomegaly akibat infiltrasi sel leukemia ke organ-organ limfoid
f. Rasa tidak nyaman di sendi dan tulang akibat penumpukan sel di sumsum
tulang ang menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel
g. Penurunan berat badan karena kurangnya nafsu makan dan peningkatan
konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik
h. Gejala system saraf pusat dapat terjadi
i. Ptekie
j. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
k. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih.
4. Komplikasi
a. Anak yang selamat dari leukemia mengalami resiko untuk keganasan baru di
masa selanjutnya
b. Infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian (Corwin, 2007)
5. Prognosis
Prognosis semakin buruk seiring dengan bertambahna usia an apabila sel
leukemia memilki kelainan kromosom tertentu. 70% anakanak yang menderita
ALL akan sembuh.
6. Patofisiologi dan Web of Caution (Hardhi, 2012)
Factor pencetus:GeneticRadiasiObat-obatanKelainan kromosomInfeksi virusPaparan bahan kimia
Pertumbuhan berlebihMelalui sistem limfatikMelalui sistem darah
Sel onkogen Penybaran ekstramedulerInfilterasi sumsum tulang
Proliferasi sel kanker
Peningkatan tekanan ruang intra abdomen Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh
Hipermetabolisme
Penekakan ruang abdomen
Hepatosplenomegali Limfadenopati
Kebutuhan nutrisi meningkat
Nodus limfePembesaran hati dan limfa
Sel normal digantikan oleh sel kanker
Gangguan rasa nyaman nyeri
Depresi produksi sumsum tulang
Suplai oksigen kejaringan inadekuat
Ketidakseimbangan jaringan perifer
Penurunan eritrosit Anemia Resiko perderahan
Penurunan trombosit Trombositopenia Kecendrungan perdarahan
Penurunan fungsi leukosit Resiko infeksi
Infiltrasi periosteal Kelemahan tulangGangguan rasa nyaman nyeri
Tulang lunak dan lemah Stimulasi saraf C (nociceptor)
Hambatan mobilitas fisik Fraktur fisiologis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Temuan laboratorium berupa hitung darah lengkap biasanya menunjukka
gambaran trombositopenia dan anemia. Jumlah sel darah putih ang normal
biasanya berkurang dan jumlah sel darah putih total biasanya rendah, normal
atau meningkat
b. Pemeriksaan biokim dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal, hypokalemia
dan peningkatan kadar bilirubin
c. Profil koagulasi dapat menujukkan protrombin dan APTT yang memanjang
d. Foto torak terlihat masa mediastinum
e. Aspirasi sumsum tulang, biopsy trephine penanda sel, srta pemeriksaan
sitogenik untuk membedakan ALL dan AML.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Resustasi
Resustasi menggunakan antibiotik dengan dosis tinggi intravena untuk
melawan infeksi, transfusi trombosit atau plasma segar untuk mengatasi
perdarahan dan transfusi darah untuk mengatasi anemia.
b. Kemoterapi
Kemoterapi sitotoksik menggunakan kombinasi obat multipel:
Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia.
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6
bulan kemudian.
Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan
yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.29
Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak
dan sistem saraf pusat.
Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh.
Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami
harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
c. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi dapat bersifat autolog yaitu sel sumsum tulang diambil sebelum
pasien menerima terapi dosis tinggi, disimpan dan kemudian diinfusikan
kembali. Selain itu dapat juga bersifat alogenik, yitu sumusum tulang berasal
dari donor yang cocok HLA-nya.
9. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah :
1) Aktivitas / istirahat;
Letargi, malas
2) Sirkulasi
Mungkin pucat, menandakan anemia
3) Nutrisi makanan dan cairan
Riwayat pelambatan/ oral buruk (makan), lebih mungkin disusui daripada
menghisap botol
Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar
4) Eliminasi
Bising usus heperaktif
Pasase mikonium mungkin lambat
Feces mungkin hitam karena terjadi perdarahan
Urin gelap pekat, hitam kecoklatan
5) Nyeri dan kenyamanan.
Kenaikan suhu tubuh
6) Pernapasan.
Riwayat asfiksia
Mukus bercak merah muda edema pleural, hemoragi pulmonal
7) Neurosensori
Edema umum, hepatoslenomegali
Kekakuan, lengkung punggung, menangis merintih, aktivitas kejang
8) Keamanan
Riwayat positif infeksi/ sepsis neonatus
Dapat mengalami ekomosis berlebihan, perdarahan intra kranial
Tampak ikterik pada wajah
10. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi b.d menurunna system pertahanan tubuh
2. Resiko perdarahan b.d. penurunan jumlah trombosit
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4. Nyeri b.d. infiltrasi leukosit jaringan sistemik
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer
11. Rencana Tindakan Keperawatan (secara teoritis)
No. Diagnosa NOC NIC Rasional(Ackley BJ, 2011)
Nyeri akut b.d agen cedera (fisik)Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dipresikdia dan berlangsung <6 bulan.
Batasan Karakteristik:a. Perubahan selera
makanb. Perubahan
tekanan darahc. Perubahan
frekeunsi jantungd. Perubahan
frekuensi pernapasan
e. Mengekspresikan perilaku (gelisah)
f. Fokus menyempit
g. Melaporkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan setiap 2 jam sekali diharapkan nyeri akan berkurang.a. Pain levelb. Pain
management
kriteria hasil:a. Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skal, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
d. Merasakan rasa nyaman
Pain Management1. Kaji level
nyeri pada klien secara benar dan menggunakan alat yang terpercaya,seperti skala nyeri 0-10.
2. Kaji adanya nyeri secara rutin dengan interval yang sama, pada saat vital sign, selama aktivtas dan istirahat. Kaji nyeri dengan intervens atau prosedur untuk mengetahui penyebab nyeri.
3. Tanyakan pada klien gambaran tetang nyeri, efektivits managemen nyeri, respon obatan-obatan alagesik, hubungan tentang nyeri, pengobatannya, informasi yang dibutuhkan
1. Langkah pertama mengkaji nyeri untuk menentukan jika klien dapat mempersiapak dirnya sendiri. Bertanya pada klien tentang intensitas nyeri menggunakan alat yang tepat
2. Pengkajian nyeri penting untuk vital sing dan nyeri dianggap sebagai vital sign yang kelima.
3. Mendapatkan riwayat nyeri klien dapat membantu mengidentfikasi faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan klien, faktor yang mungkin mempengaruhi intensitas nyeri, respon klien terhadap nyeri, ansietas dan farmakokinetik analgesic
4. Salah satu langkah yang penting mengurangi nyeri adalah mengontrol nyeri
5. Intervensi nonfarmakologi dapat digunakan untuk suplemen, tidak dapt diganti, intervensi
nyeri secara verbal
setelah nyeri berkurang.
4. Menjelaskan pada klien tentang manajemen nyeri, termasuk farmakologi dan nonfarmakologi, kaji dan ulangi proses pengkajian, pengaruh potensial yang kurang baik.
5. Ajarkan dan implementasikan interventasi nonfarmakologi ketika nyeri saat nyeri terkontrol dengan intervensi farmakologi.
6. Tanyakan pada klien nafsu makan, BAB, dan kemampuan istirahat dan tidur. Pemberian obat dan perawatan untuk mengurangi nyeri.
7. Gunakan obat analgesic, dukung klien menggunakan metode nonfarmakologi untuk
farmakologi6. Opioid biasanya
mengindukasi konstipasi dan merupakan masalah pada manajement nyeri. Opioid menyebabkan konstipasi karena peningkatan motalitas intestinal dan penuruan sekresi mukosa
7. Strategi kognitif-behavioural dapat memperbaiki perasaan klien, pastisipasi aktif terhadap perawatannya sendiri.
mengontrol nyeri, seperti distraksi, relaksasi.
Resiko Infeksi
DefinisiMengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Faktor resikoKetidakadekuatan pertahanan sekunder(Penurunan haemoglobin)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan resiko infeksi dapat berkurang.
NOC- Risk control- Knowledge:
infection control
Kriteria hasil- Pasien bebas
dari tanda dan gejala infeksi.
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
- Menunjukkan perilaku hidup sehat.
Infection Control
1. Kaji warna, kelembaban, tekstur, dan turgor kulit.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
3. Ikuti standard precautions dan gunakan sarung tangan ketika bersentuhan dengan darah, membran mukosa, kulit terbuka, atau substansi tubuh lainnya. Gunakan juga goggle dan celemek sesuai kebutuhan.
4. Pastikan
1. Kulit adalah pertahanan pertama tubuh dari infeksi
2. Pecegahan infeksi yang baik dibutuhkan untuk mencegah infeksi saat perawatan, dengan hygiene tangan dan standard precautions
3. Standard precaution harus diterapkan pada semua pasien, semua pasien diasumsikan sebagai pembawa pathogen
4. Mandi setiap hari dapat membantu mengurangi jumlah bakteri pada kulit pasien. Infeksi umumnya terjadi di oral cavity
5. Studi surveillance prospective tentang infeksi yang didapat
perawatan hygiene pasien tepat dengan cuci tangan; mandi; perawatan mulut; dan perawatan kuku, rambut, serta perineal.
5. Observasi dan laporkan tanda infeksi seperti kemerahan, hangat, pus, dan peningkatan suhu tubuh.
dari perawatan pada unit hamatologi terdapat demam yang tidak diketahui asalnya sebagai tanda klinik yang penting dan umum terjadi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dyspnea atau anoreksia.
Definisi: Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolism tubuh
Batasan Karakteristik:a. Berat badan 20% atau lebih dibawah idelab. Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
Setelah dilakukan tindakan keperawaran 1x 24 jam diharapkan nutrisi yang seimbang dapat memenuhi kebutuhan tubuh.a. Nutritional
status: food and fluid intake
b. Nutritional status: nutrient intake
Kriteria hasil:
Nutrition Management1. Observasi
kemampuan klien untuk makan (waktu, keterampilan motorik, ketajaman penglihatan, kemampuan untuk menelan berbagai makanan). Alokasikan 35 menit untuk makan.
2. Bandingkan makanan
1. Klien rentan terhadap malnutrisi protein-kalori saat mereka tidak mampu makan. EB: penelitian menunjukkan waktu makan kurang dari 35 menit maka klien akan dapat memakan makanannya
2. Menghilangkan kelompok makanan akan menyebabkan peningkatan risiko defisiensi
3. Untuk memantau keadaan pasien sehingga dapat
c. Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanand. Keengganan untuk makane. Suara usus hiperaktiff. rambut rapuh (rontok)
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Tidak ada tanda malnutrisi
c. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
d. Tidak terjadi penuruan berat badan yang berarti
sehari-hari dengan piramida makanan, jangan menghilangkan kelompok makanan.
3. Monitor yang termasuk tanda-tanda malnutrisi rambut rapuh, kulit kering, kulit dam konjuntiva pucat, lidah merah dan disorientasi
4. Jika klien anoreksi dan muntah karena efek samping obat-obatan, berikan cairan setiap hari dengan sedikit gula misal permen.
5. Siapkan makanan untuk klien. Bersihkan bekas eksresi maupun benda yang berbau. Mencegah prosedur invansive sebelum makan
6. Monitor intake makanan, catat persentase penyajian makanan yang
memberikan tindakan yang sesuai
4. Tindakan ini dapat membantu menstimulus saliva
5. Lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan intake makan
6. Menggunakan catatan makanan harian untuk menolong klien dan perawat untuk memeriksa makanan yangbiasa dimakan, pola makan, ada tidaknya defisiensi dalam diet
telah dimakan (25%, 50%). Ambil catatan makanan selama 3 hari untuk menentukan makanan yang benar, konsultasi dengan ahli gizi untuk menghitung kalori.
Resiko perdarahan
Definisi:Beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatanFactor resikoPenurunan trombosit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam, diharapkan klien terhindar dari perdarahan- Blood lose
severit- Blood
koagulationKriteria hasil:- Tidak ada
hematuria dan hematemesis
- Kehilangan darah yang terlihat tekanan darah dalam batas normal
- Hb dan HT dalam rentang normal
- Hindari pemberian aspirin dan antikoagulan
- Anjurkan klien
Bleeding Percaution1. Monitor
tanda-tanda perdarahan
2. Catat nilah Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadinya perdarhan
3. Monitor nilai lab meliputi PT,PTT, trombosit
4. Monitor TTV5. Kolaborasi
dalam pemberian produk darah
6. Lindungi pasien dari trauma ang dapat menebabkan perdarahan
7. Hindari pemberian aspirin dan antikoagulan
8. Anjurkan
untuk meningkatkan asupan makanan yang mengandung vitamin K
klien untuk meningkatkan supan mkananan yang mengandun vitamin K
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d proses penyakit
DefinisiPenurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik- Perubahan fungsi
motorik- perubahan
karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembaban kuku, sensasi, suhu)
- perubahan tekanan darah diekstremitas
- waktu pengisian kapiler >3 detik
- kelambatan penyembuhan luka perifer
- penurunan nadi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam, klien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif.(Nurarif AH, 2013; Ackley BJ, 2011)
NOC1.Circulation
status2.Tissue
Perfusion: peripheral
Kriteria HasilMenunjukkan perfusi adekuat ke jaringan ditandai dengan kulit yang hangat,output urin yang adekuat, dan tidak ada distress pernapasan
Circulatory care: Arterial insufficiency(Ackley BJ, 2011)1. Cek denyutan
nadi brachial, radial, dorsalis pedis
2. Catat warna dan suhu kulit
3. Cek CRT
4. Catat tekstur kulit dan tampilan rambut
5. Catat adanya edema diekstremitas dan keparahannya dalam 4 poin skala
1.Tidak adanya denyutan mengindikasikan insufiensi arteri dengan iskemia
2.Kulit pucat, suhu dingin, atau tidak ada denyutan dapat mengindikasikan obstruksi arteri, dengan kondisi emergency yang mungkin memerlukan intervensi.
3.Warna bagian bawah kuku biasanya kembali kemerah-merahan antara 2-3 detik setelah ditekan
4.Tipis,berkilauan,kulit kering dengan rambut yang hilang, data dapat dilihat pada klien dengan insufisiensi arteri
5.Mengetahui adanya edema, dan derajat keparahan
6.Insufisiensi arteri
6. Kaji adanya nyeri diekstemitas
7. Jaga klien tetap hangat dan klien memakai kaos kaki dan sepatu ketika berjalan.
berhubungan dengan nyeri ketika kx berjalan dan menghilang ketika istirahat
7.Klien dengan arterial insufficiency dilaporkan mengalami kedinginan
Daftar Pustaka
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook. An Evidance-Based Guide to Planning Care. Ninth Edition. United States of Amerika: Elsevier
Surasmi A, Siti H, Neni NK. Pererawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC, 2003
Wong DL, Marilyn HE, David W, Marilyn LW, Patricia S. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC, 2009.
Kusuma H, Amin HN. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yoyakarta: Media Hardy, 2012.
Punnose AR, Laura AS, Robert MG. Neonatal hyperbilirubinemia. JAMA
307(19): 2115, 2012