LAPORAN PENDAHULUAN
Click here to load reader
-
Upload
sitipertiwi -
Category
Documents
-
view
29 -
download
12
description
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN
0
LAPORAN PENDAHULUAN
LABORATORIUM UNIT PROSES
METIL ESTER
DISUSUN OLEH :
TIAZ BELLINDA 03031281320012
MELZA JULIA HABSARY 03031281320012
RIZA NOVELLIN 03031381320004
NANDIKA BERITO UMBARA 03031381320029
WITRI ASRIYANI 03031381320051
NAMA ASISTEN:
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama ini masyarakat Indonesia hanya menggantungkan kebutuhan energi
dari bahan bakar yang berbasis fosil. Padahal, cadangan bahan pembuat minyak
ini semakin menipis dan akan segera habis dalam beberapa tahun. Konsumsi
minyak global sebesar 1,2 juta barrel per hari, cadangan minyak di dunia
berkurang dengan sangat cepat. Bahkan, produksi minyak dunia telah mencapai
puncaknya pada tahun 2005 dan sejak saat itu tidak ada lagi peningkatan yang
melebihi produksi maksimal tersebut. Jika kita lihat kenyataan yang terjadi bahwa
kebutuhan akan minyak merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi
mengingat semakin banyaknya industri–industri yang berkembang.
Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan bakar
fosil terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun minyak
tanah. Pemerintah menargetkan antara tahun 2009-2010 komposisi biofuel dan
bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85 persen. Kebutuhan nasional
untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun. Akan tetapi
keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan
berbagai industri lain.
Biodiesel adalah sebuah alternatif untuk bahan bakar diesel berbasis minyak
bumi yang terbuat dari sumber daya terbarukan seperti minyak nabati, lemak
hewan, atau alga. Biodiesel memiliki sifat pembakaran yang sangat mirip dengan
diesel petroleum, dan dapat menggantikannya dalam menggunakan saat ini.
Semakin banyak stasiun bahan bakar yang membuat Biodiesel tersedia bagi
konsumen, dan semakin banyak armada transportasi yang besar menggunakan
beberapa proporsi biodiesel dalam bahan bakar mereka.
Biodiesel terdiri dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol terpasang,
sering berasal dari minyak nabati. Hal ini dihasilkan melalui reaksi minyak nabati
dengan alkohol metil atau etil alkohol dengan adanya katalis. Lemak hewani
adalah sumber potensial. Umumnya katalis digunakan adalah kalium hidroksida
2
(KOH) atau natrium hidroksida (NaOH). Proses kimia yang disebut
transesterifikasi ini menghasilkan biodiesel (metil ester) dan gliserin. Biodiesel
disebut ester metil jika alkohol yang digunakan adalah metanol. Jika etanol yang
digunakan, disebut ester etil.
Indonesia kaya akan bahan baku penghasil metil ester. Tanaman jarak,
kelapa, dan kelapa sawit mengandung minyak yang tinggi, yaitu diatas 1600 liter
tiap hektarnya. Ketiga tanaman tersebut sangat potensial untuk dikembangkan dan
digunakan sebagai bahan baku metil ester karena memiliki kandungan minyak
yang tinggi dan tersedia dalam jumlah yang cukup melimpah.
Metil ester adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan
monoalkil ester yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati).
Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku metil ester dapat berasal
dari kacang kedelai, kelapa, kelapa sawit, padi, jagung, jarak, papaya dan banyak
lagi melalui proses transesterifikasi sederhana.
Metil ester dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi
dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua
produk yaitu metil ester (biodiesel) atau mono-alkil ester dan gliserin yang
merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan metil ester
antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas atau lemak daur ulang
dengan adanya penambahan katalis.
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1) Untuk mengetahui pengaruh rasio reaktan terhadap kondisi minyak PFAD
menjadi metil ester.
2) Untuk mengetahui pengaruh perbandingan jumlah katalis H2SO4 terhadap
pembentukan metil ester.
3) Untuk mengetahui pengaruh perbandingan jumlah katalis KOH terhadap
pembentukan metil ester.
4) Untuk mengetahui prinsip kerja dan cara kerja proses pembuatan Metil Ester.
3
1.3. Permasalahan
Adapun permasalahan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1) Bagaimanakah cara menghasilkan metil ester yang baik?
2) Bagaimakah pengaruh katalis H2SO4 dan KOH dalam pembuatan metil ester?
3) Bagaimanakah pengaruh dari pengadukan dalam pembuatan metil ester?
1.4. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah :
1) Sebagai referensi informasi kondisi operasi yang optimal seperti
perbandingan rasio reaktan, perbandingan jumlah katalis baik H2SO4 maupun
KOH dalam proses esterifikasi dan transesterifikasi untuk menghasilkan metil
ester.
2) Sebagai bahan pertimbangan untuk penggunaan minyak PFAD sebagai bahan
baku biodiesel.
3) Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari PFAD.
4) Untuk mengetahui prisip dan cara kerja dalam proses pembuatan Metil Ester.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metil Ester
Metil ester lemak merupakan senyawa ester alkil yang berasal dari minyak
nabati dengan alkohol yang dihasilkan melalui proses esterifikasi atau
transesterifikasi dan mempunyai sifat fisika mendekati minyak solar diesel. Secara
umum, metil ester dibuat dari reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan
trigliserida membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa.
Namun, reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam trigliserida. Reaksi esterifkasi merupakan merupakan suatu
reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan
katalis asam. Pembuatan metil ester ada empat macam cara, yaitu pencampuran
dan penggunaan langsung, mikroemulsi, pirolisis (thermal cracking), dan
transesterifikasi. Namun, yang sering digunakan untuk pembuatan metil ester
adalah transesterifikasi yang merupakan reaksi antara trigliserida (lemak atau
minyak) dengan metanol untuk menghasilkan metil ester dan gliserol.
Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam minyak
nabati, misalnya di Jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa diperoleh
dari minyak biji bunga matahari dan minyak rapessed, di Prancis dari Itali
diperoleh dari minyak biji bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil
diperoleh dari minyak kedelai, di Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit,
dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, minyak
kelapa, dan minyak kedelai. Selain minyak-minyak tersebut, minyak safflower
dan minyak zaitun juga dapat digunakan dalam pembuatan senyawa metil ester.
Pada pengolahan minyak nabati di atas juga di hasilkan gliserol sebagai hasil
sampingnya.
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau emollen
dalam produk kosmetik, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai bahan baku
dalam berbagai aplikasi industri seperti kosmetik, sabun, dan farmasi. Gliserol
yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati ini bukanlah
5
gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya memiliki
kemurnian kira-kira 95%. Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi
dapat dimurnikan dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk
menetapkan kadar metil ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja
tinggi, dan kromatografi lapis tipis.
Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami degradasi
kimia dan mengandung akumulasi kontaminan-kontaminan di dalamnya. Minyak
ini dapat didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi transesterifikasi, sehingga
minyak jelantah yang sebelumnya merupakan limbah yang berbahaya jika
langsung dibuang ke lingkungan dapat menjadi suatu produk yang mempunyai
nilai ekonomis dan juga dapat mengurangi jumlah limbah minyak jelantah yang
ada. Keuntungan penggunaan minyak jelantah dalam pembuatan metil ester
adalah dapat direduksinya biaya operasional, karena harga minyak jelantah pasti
lebih murah daripada minyak bersih atau minyak baru. Kekurangannya adalah
komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak dapat berubah akibat
pemanasan dan terikat dengan bahan makanan yang digunakan pada proses
penggorengan.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic
triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya
juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun fungsi
lainnya. Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan
dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil
ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi
lapis tipis. Indonesia kaya akan bahan baku penghasil metil ester. Tanaman –
tanaman penghasil minyak di Indonesia beserta kandungan minyak disajikan pada
tabel. Tanaman jarak, kelapa, dan kelapa sawit mengandung minyak yang tinggi,
yaitu diatas 1.600 liter tiap hektarnya. Ketiga tanaman tersebut sangat potensial
untuk dikembangkan dan digunakan sebagai bahan baku metil ester karena
kandungan minyak yang tinggi dan tersedia dalam jumlah cukup melimpah.
6
Tabel 2.1. Tumbuh – Tumbuhan yang Mengandung Minyak
Jenis Tumbuhan Produktivitas
(liter minyak/Ha/Thn)
Jagung
Biji Kapas
Jerami
Kacang kedelai
Wijen
Biji matahari
Kacang tanah
Biji opium
Jojoba
Jatropa
Kelapa
Kelapa sawit
172
325
363
446
696
925
1.059
1.163
1.818
1.892
2.689
5.950
(Sumber : Aries, 2006)
Metil ester adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan
monoalkil ester yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati).
Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku metil ester dapat berasal
dari kacang kedelai, kelapa, kelapa sawit, padi, jagung, jarak, papaya dan banyak
lagi melalui proses transesterifikasi sederhana.
Metil ester dapat dicampur dengan bahan bakar diesel minyak bumi dalam
berbagai rasio. Jika 0,4–5 % biodiesel dicampur dengan bahan bakar diesel
minyak bumi, otomatis akan meningkatkan daya lumas bahan bakar. Rasio
keseimbangan energi metil ester minimum 1-2,5. Artinya, untuk setiap satu unit
energi yang digunakan pada pupuk, pestisida, bahan bakar, pemurnian, proses,
dan transportasi, minimum terdapat 2,5 unit energi dalam metil ester. Campuran
20% biodiesel dan 80% bahan bakar diesel minyak bumi disebut dengan B20.
Campuran B20 merupakan bahan bakar alternatif yang terkenal di Amerika
Serikat, terutama untuk bis dan truk. B20 mengurangi emisi, harganya relatif
murah, dan tidak memerlukan modifikasi pada mesin.
7
Keuntungan dari metil ester :
1) Campuran dari 20% biodisel dengan 80% petroleum diesel dapat digunakan
pada unmodified diesel engine.
2) Sekitar setengah dari industri metil ester dapat menggunakan lemak atau
minyak daur ulang.
3) Metil ester tidak beracun.
4) Metil ester memiliki cetane number yang tinggi (di atas 100, bandingkan
dengan bahan bakar diesel yang hanya 40).
5) Penggunaan metil ester dapat memperpanjang umur mesin diesel karena
biodiesel lebih licin.
6) Metil ester menggantikan bau petroleum dengan bau yang lebih enak
Emisi metil ester jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi. Oleh
karena itu Metil Ester lebih menguntungkan. Metil ester mempunyai karakteristik
emisi seperti berikut :
1) Emisi karbon dioksida netto (CO2) berkurang 100%.
2) Emisi sulfur dioksida (SO2) berkurang 100%.
3) Emisi debu berkurang 40 – 60%.
4) Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10 – 50%.
5) Emisi hidrokarbon berkurang 10 – 50%.
6) Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) berkurang, terutama PAH yang
beracun, seperti : phenanthren berkurang 97%, benzofloroanthen berkurang
56%, benzapyren berkurang 71%, serta aldehida dan senyawa aromatik
berkurang 13%.
Dengan mengembangkan metode yang murah, diharapkan dapat diproduksi
metil ester yang lebih murah, yang dapat bersaing secara ekonomi dengan
petroleum, dan menjadikan metil ester sebagai salah satu bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan. Metil ester dibuat melalui suatu proses kimia yang
disebut transesterifikasi dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini
menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel) atau mono-alkil ester dan
gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan
metil ester antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur
8
ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB)
dan zat-pencemar dimana tergantung pada pengolahan pendahuluan dari bahan
baku tersebut, sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol.
Pada pembuatan metil ester ini dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi,
katalis dibutuhkan karena alkohol larut dalam minyak. Minyak nabati kandungan
asam lemak bebas lebih rendah dari pada lemak hewani, minyak nabati biasanya
selain mengandung ALB juga mengandung phospholipids, phospholipids dapat
dihilangkan pada proses degumming dan ALB dihilangkan pada proses refining.
Minyak nabati yang digunakan dapat dalam bentuk minyak.
Produk metil ester tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai
bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut. Alkohol yang
digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah metanol, namun dapat
pula digunakan etanol, isopropanol atau buthyl, tetapi perlu diperhatikan juga
kandungan air dalam alkohol tersebut. Bila kandungan air tinggi akan
mempengaruhi hasil metil ester kualitasnya rendah, karena kandungan sabun,
ALB dan trigliserida tinggi.
Disamping itu hasil metil ester juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi
proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran
alkohol. Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat
reaksi berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu
NaOH atau KOH atau natrium metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung
minyak nabati yang digunakan, katalis ini digunakan pada minyak mentah
dengan kandungan ALB kurang dari 2%, sehingga dihasilkan produk samping
berupa sabun dan juga gliserin. Katalis tersebut pada umumnya sangat
higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh
reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis
kurang baik sehingga produk metil ester kurang baik. Setelah reaksi selesai,
katalis harus dinetralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah metil
ester dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air
pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila
digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4).
9
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Metil Ester
Pada pembentukan produk biodiesel terdapat beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi antara lain :
1) Waktu Reaksi
Makin panjang waktu reaksi, maka kesempatan zat–zat yang bereaksi makin
banyak, sehingga konversi makin besar. Jika keseimbangan reaksi telah tercapai,
bertambahnya waktu reaksi tidak akan memperbesar hasil.
2) Konsentrasi
Kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan. Makin tinggi
konsentrasi reaktan, makin semakin banyak kesempatan molekul untuk saling
bertumbukan yang mengakibatkan semakin tinggi pula kecepatan reaksinya.
3) Katalisator
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi reaksi, namun tidak mempengaruhi letak keseimbangan.
4) Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin cepat kecepatan reaksinya. Pada proses
alkoholisis pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi katalisator yang
dipakai. 5) Pengadukan
Agar reaksi berjalan dengan baik diperlukan pencampuran sebaik- baiknya
dengan cara pengadukan. Pencampuran yang baik dapat menurunkan tahanan
perpindahan massa. Untuk reaksi heterogen dengan berkurangnya tahanan
perpindahan massa makin banyak molekul–molekul reaktan yang dapat mencapai
fase reaksi, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi.
6) Perbandingan Pereaksi
Reaksi alkoholisis pada umumnya memerlukan alkohol yang berlebihan
agar reaksi berjalan sempurna.
2.3. Keuntungan Pemakaian Metil Ester
1) Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan
bakunya terjamin.2) Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya
kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin).
10
3) Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik
daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin.
4) Dapat diproduksi secara lokal.
5) Mempunyai kandungan sulfur yang rendah
6) Menurunkan tingkat opasiti asap.
7) Menurunkan emisi gas buang.
8) Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan
biodegradibility petroleum diesel sampai 500%.
2.4 Tahapan Pembuatan Metil Ester
2.4.1. Esterifikasi
Jika bahan baku yang digunakan adalah minyak mentah yang memiliki
kadar FFA (free fatty acid) tinggi (>5%), seperti minyak jelantah, PFAD, CPO
low grade, dan minyak jarak, proses transesterifikasi yang dilakukan untuk
mengkonversi minyak menjadi metil ester tidak akan berjalan efisien. Bahan-
bahan di atas perlu melalui proses pra – esterifikasi untuk menurunkan kadar FFA
hingga di bawah 5%. Umumnya, proses esterifikasi menggunakn katalis asam.
Asam–asam pekat seperti asam sulfat (sulphuric acid) dan asam klorida (chloride
acid) adalah jenis asam yang sekarang ini banyak digunakan sebagai katalis. Pada
tahap ini akan diperoleh minyak dengan campuran metil ester kasar dan metanol
sisi yang kemudian dipisahkan.
Proses esterifikasi dilanjutkan dengan proses esterifikasi alkalin
(transesterifikasi) terhadap produk tahap pertama di atas dengan menggunakan
katalis alkalin. Pada proses ini digunakan natrium hidroksida 1% dan alkohol
(umumnya metanol) 10%. Kedua proses esterifikasi ini dilakukan pada
temperatur 70 oC.
2.4.2. Transesterifikasi
Transesterifiaksi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu
gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam–asam lemak ke
dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal
sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya
berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis
11
yang biasa dipergunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H2SO4 dan katalis
basa seperti NaOH dan KOH.
Proses ini dapat dijalankan secara batch maupun sinambung, dimana pada
proses batch menggunakan labu leher tiga atau autoclave. Selain itu dalam
autoclave, proses dapat berjalan pada suhu tinggi dalam fase cair, sehingga akan
bisa berlangsung lebih cepat. Proses sinambung dilaksanakan dalam sebuah
reaktor CSTR dengan alat pencampur yang berupa pengaduk atau gas inert.
Proses ini lebih sulit dikarenakan perlu bahan baku yang lebih banyak dan waktu
yang lebih panjang untuk menghasilkan biodiesel.
Metanolisis merupakan reaksi pembentukan metil ester dengan
menggunakan metanol dimana reaksinya seimbang dan kalor reaksinya kecil.
Untuk menggeser reaksi ke kanan biasanya menggunakan metanol berlebihan
dibanding gliserida, maka reaksi yang terjadi bisa dianggap reaksi searah. Proses
transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara
kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan minyak sawit.
Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada temperatur 58-
65°C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak
yang selanjutnya dipanaskan sampai temperatur yang telah ditentukan. Reaktor
transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses
pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 65°C, campuran
metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor dan waktu reaksi mulai dihitung
pada campuran metanol dan KOH dimasukkan kedalam reaktor.
Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%.
Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan
gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena
berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari
reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan
transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II selesai,
dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil
12
ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I
karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut melalui proses
pencucian.
Minyak nabati dengan kadar asam lemak bebas (ALB)-nya rendah (< 1%),
bila lebih, maka perlu pretreatment karena berakibat pada rendahnya kinerja
efisiensi. Padahal standar perdagangan dunia kadar ALB yang diijinkan hingga
5%. Jadi untuk minyak nabati dengan kadar ALB >1%, perlu dilakukan
deasidifikasi dengan reaksi metanolisis atau dengan gliserol kasar. Secara
sederhana reaksi transesterifikasi dapat digambar sebagai berikut:
katalis
Minyak Nabati + 3 Metanol Biodiesel + 3 Gliserol
CH2 – C – O – OR1 CH2 – OH
CH – C – O – OR2 + 3 CH3OH CH – OH + 3 R – COOCH3
CH2 – C – O – OR3 CH2 - OH
Trigliserida Metanol Gliserol FAME
Gambar 2.1. Reaksi Transestrifikasi
(Sumber: Herlina Idra, 2014)
R1, R2, dan R3 adalah alkil dari ester. Selama proses esterifikasi, trigliserin
bereaksi dengan alkohol dengan katalisator alkalin kuat (NaOH, KOH atau
sodium silikat). Jumlah katalisator yang digunakan dalam proses titrasi ini adalah
cukup menentukan dalam memproduksi metil ester. Secara empiris, 6,25 gr/l
NaOH adalah konsentrasi yang memadai. Reaksi antara biolipid dan alkohol
adalah reaksi dapat balik (reversible) sehingga alkohol harus diberikan berlebih
untuk mendorong reaksi ke kanan dan mendapatkan hasil konversi yang
sempurna.
Hampir semua metil ester diproduksi dengan metode transesterifikasi
dengan katalisator basa karena merupakan proses yang ekonomis dan hanya
13
memerlukan suhu dan tekanan rendah. Hasil konversi yang bisa dicapai dari
proses ini adalah bisa mencapai 98%. Proses ini merupakan metode yang cukup
krusial untuk memproduksi metil ester dari minyak atau lemak nabati. Proses
transesterifikasi merupakan reaksi dari trigliserin (lemak atau minyak) dengan
bioalkohol (metanol atau etanol) untuk membentuk ester dan gliserol (dalam hal
ini metil ester).
2.5. Beberapa Tipe Metil Ester
Banyak macam biodiesel seperti diuraikan secara singkat dibawah,
diproduksi diberbagai negara, begantung pada jenis feedstock yang digunakan,
antara lain :
1) Coconut Biodiesel
Coconut biodiesel adalah istilah pemasaran untuk biodiesel yang diproduksi
dari coconut oil. Biodiesel ini biasanya digunakan di beberapa negara di Eropa,
Thailand, Canada dan Amerika Serikat. Di Indonesia, tipe biodiesel ini belum
banyak di produksi dan dikenal sebagai cocodiesel. Cocodiesel yang tidak melalui
transesterifikasi bukanlah biodiesel. Istilah kimia yang biasa diguanakan untuk
biodiesel terbuat dari coconut oil ini adalah coconut methyl ester yang biasa
disingkat CME.
2) Soy Diesel
Istilah pemasaran untuk biodiesel di Amerika Serikat yang diproduksi dari
soy bean oil. Soybean oil adalah vegetable oil berwarna kuning muda yang
diekstrak/dipres dari kacang kedelai (soybean). Soybean oil ini banyak diproduksi
di Amerika Serikat dan mendominasi sebagai suatu biodiesel feedstock. Istilah
lain dari biodiesel feedstock. Istilah lain dari biodiesel ini adalah methyl soyate
atau soybean biodiesel atau soy biodiesel. Istilah kimia yang biasa digunakan
untuk tipe biodiesel ini adalah soy menthyl esters (SME) atau soybean menthyl
esters (SOME).
3) Palm Biodiesel
Istilah pemasaran untuk biodiesel yang diproduksi dari palm oil. Saat ini,
palm oil adalah vegetable oil yang amat berlimpah-limpah di Asia Tenggara.
Istilah kimia yang biasa digunakan untuk palm fatty acid methyl ester atau palm
14
oil menthyl ester. Biosolar yang dipasarkan pertamina adalah campuran dari palm
diesel dan petrodiesel.4) Jatropha Biodiesel
Istilah pemasaran untuk biodiesel yang diproduksi dari jatropha curcas oil
atau jatropha oil. Jatropha methyl ester adalah istilah kimia untuk jatropha
biodiesel.
5) Rape/ Rapeseed Biodiesel
Istilah pemasaran yang biasa digunakan untuk biodiesel yang terbuat dari
rape/rapessed oil. Rape menthyl ester (RME) atau rapessed oil menthyl ester
biasa disingkat sebagai RME adalah istilah kimia untuk rapeseed biodiesel.
Rapeseed biodiesel adalah biodiesel yang paling umum digunakan di Eropa.
Scania telah menggunakan tipe biodiesel ini.
6) Peanut Biodiesel
Istilah pemasaran untuk biodiesel yang diproduksi dari peanut oil. Peanut
methyl ester adalah istilah kimia untuk peanut biodiesel.
7) Sunflower Biodiesel
Istilah pemasaran untuk biodiesel yang diproduksi dari sunflower oil.
Sunflower biodiesel banyak diproduksi di Eropa Selatan.
15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1) Heatingmantle
2) Magnetic stirrer
3) Labu leher tiga
4) Thermometer
5) Condenser
6) Pipet hisap
7) Pompa
8) Ember
9) Erlenmeyer
10) Corong pemisah
11) Spatula
3.1.2. Bahan
1) Minyak; yang digunakan dapat berupa minyak goreng, minyak jelantah,
minyak CPO
2) Methanol
3) Katalis NaOH
3.2. Prosedur Percobaan
3.2.1. Reaksi Esterifikasi
1) Cairkan bahan baku terlebih dahulu bila bahan baku berwujud padat hingga
mencapai ukuran 100 ml.
2) Setelah minyak berwujud liquid, masukkan minyak ke dalam labu leher tiga
yang telah dilengkapi dengan thermometer, pemanas, dan condenser.
Kemudian dipanaskan sampai suhu mencapai 70 0C. Reaksi ini berlangsung
secara batch.
3) Campurkan metanol dan katalis dalam jumlah tertentu ke dalam minyak yang
telah dipanaskan tersebut.
16
4) Reaksikan campuran tersebut selama 1 (satu) jam.
5) Setelah 1 jam minyak tersebut diangkat dan didinginkan.
3.2.2. Reaksi Transesterifikasi
Setelah minyak didinginkan dan dihilangkan alkoholnya, kemudian
dilanjutkan dengan reaksi trans esterifikasi yaitu sebagai berikut :
1) Minyak yang telah terbentuk pada reaksi esterifikasi dipanaskan kembali pada
suhu 65 0C.
2) Setelah mencapai temperatur 650C, minyak tersebut ditambahkan dengan
campuran methanol dan katalis NaOH dalam jumlah tertentu.
3) Reaksikan campuran minyak, alkohol, dan NaOH tersebut selama 1 jam,
reaksi ini berlangsung pada kondisi batch.
4) Setelah 1 jam minyak tersebut diangkat dan didinginkan, serta dihilangkan
alkoholnya.
5) Diamkan selama 24 jam agar terlihat dua lapisan atas metil ester dan lapisan
bawah berupa gliserol, kemudian kedua lapisan tersebut dipisahkan dengan
corong pemisah.
6) Metil ester yang telah terpisah kemudian dicuci dengan cara mencampurkan
air yang telah dipanaskan pada suhu 50 0C.
7) Diamkan sampai terbentuk dua lapisan kembali dicuci dengan cara
mencampurkan air yang telah dipanaskan pada suhu 50 0C.
8) Terakhir lakukan pemanasan pada metil ester (biodiesel) sampai suhu 100 0C
untuk menghilangkan kadar alkohol yang masih ada pada Biodiesel.
9) Produk metil ester adalah biodiesel yang dapat dianalisa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, M. Fadli. 2009. Transesterifikasi Heterogen antara Minyak Sawit Mentah
dengan Methanol Menggunakan Katalis CaO - K2O. (Online).
repository.usu.ac.id (Diakses pada 1 Maret 2016).
Hendroko, Roy dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Idra, Herlina. 2014. Reaksi Esterifikasi pada Pembuatan Biodiesel. (Online).
http://www.artikelilmiah.com (Diakses pada 1 Maret 2016).
Purijatmiko, Aries. 2006. Proses Pembuatan Biodiesel. (Online).
repository.usu.ac.id (Diakses pada 1 Maret 2016).
Soerawidjaja, tatang. 2005. Minyak Lemak dan Produk-Produk Kimia Lain dari
Kelapa. Bandung: Institut Teknologi Bandung.