LAPORAN PENDAHULUAN Angina.docx

7
LAPORAN PENDAHULUAN Angina Pektoris http://yandrifauzan.blogspot.com/ LAPORAN PENDAHULUAN Angina Pektoris I. Diagnosa Medik: Angina Pektoris II. Definisi: Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan (Smeltzer & Bare, 2002). Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium (Price & Wilson, 2002). Angina dapat dijumpai sebagai nyeri yang dijalarkan, atau nyeri yang seolah berasal dari mandibula, lengan atas, atau pertengahan punggung (Price & Wilson, 2002). III. Etiologi Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat seperti aterosklerosis. Faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri angina: - latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung. - Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen. - Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk). - Stres atau bebagai emosi akibat situasi yang memegangkan, menyebabkan freuensi jantung meningkat akibat pelepasan adrenalin dan kerja jantung juga meningkat. IV. Jenis Angina Pektoris ina pektoris stabil

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN Angina.docx

LAPORAN PENDAHULUAN Angina Pektoris http://yandrifauzan.blogspot.com/

LAPORAN PENDAHULUAN Angina Pektoris

I. Diagnosa Medik: Angina Pektoris

II. Definisi:Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan (Smeltzer & Bare, 2002).Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium (Price & Wilson, 2002). Angina dapat dijumpai sebagai nyeri yang dijalarkan, atau nyeri yang seolah berasal dari mandibula, lengan atas, atau pertengahan punggung (Price & Wilson, 2002).

III. Etiologi Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat seperti aterosklerosis.Faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri angina:- latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.- Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.- Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).- Stres atau bebagai emosi akibat situasi yang memegangkan, menyebabkan freuensi jantung meningkat akibat pelepasan adrenalin dan kerja jantung juga meningkat.

IV. Jenis Angina Pektoris 1. Angina pektoris stabil Apabila plak ateroma yang berada di A. koronaria stabil, maka serangan AP selalu timbul pada kondisi yang sama yaitu pada waktu terjadi peningkatan beban jantung. Diagnosis AP stabil dapat ditegakkan apabila dalam anamnesis didapati bahwa serangan AP timbul setiap kali pada waktu melakukan aktivitas fisik, menghilang lagi bila istirahat atau dengan pemberian nitrat, lamanya serangan tidak lebih dari 5 menit, tidak disertai keluhan sistemik (seperti muntah dan keringat dingin ), gejala AP sudah di alami sejak 1 bulan, dan beratnya tidak berubah di dalam beberapa tahun terakhir. 2. Angina Pektoris Tak Stabil Apabila keadaan plak ateroma pada A. koronaria menjadi tidak stabil, misalnya mengalami perdarahan, ruptur atau terjadi fissura, sehingga terbentuk trombus di daerah plak yang menghambat aliran darah koroner dan terjadi serangan AP. Serangan AP jenis ini datang tidak tentu, dapat terjadi pada waktu penderita sedang melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan istirahat, dan gejalanya bervariasi tergantung bentuk besar kecil dan keadaan trombus.3. Variant Angina (Prinzametal Angina Vasospastik) Spasme A. Koronaria dapat terjadi walaupun tanpa adanya lesi ateroklerotik atau peningkatan beban jantung. AP yang disebabkan oleh spasme A. Koronaria disebut varient angina atau Prinzmental angina (pertama kali dilaporkan oleh Prinzmental pada tahun tahun 1959). Sifat AP jenis ini ialah selalu timbul pada waktu yang sama (biasanya pagi di waktu sedang istirahat), pada EKG tampak elevasi segmen ST, dan nyeri dada menghilang dengan pemberian nitrat (Boestan dan suryawan, 2003).

V. Patofisiologi (Web of Caution). Terlampir

VI. Pemeriksaan Fisik: Pada pemeriksaan fisik didapatkan data seperti berikut:1. Nyeri dada terasa tertekan disertai rasa takut atau rasa akan menjelang ajal.2. Refered pain: ke leher, dagu, bahu, dan lengan sebelah kiri.3. Rasa sesak, tercekik4. Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan disertai nyeri.VII. Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik/PenunjangPada EKG terlihat depresi gelombang ST.

VIII. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul:1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner, iskemia miokardia.2. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan, iskemi jaringan, lemah.3. Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.4. Ansietas b.d ancaman kehilangan/kematian.

IX. Intervensi Keperawatan dan Rasional (Doenges, 2000).1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner, iskemia miokardia.a. Anjurkan pasien untuk meberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dadaRasional : Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar norepinefrin, yang meningkatkan agregasi trombosit.Nyeri tak bisa ditahan menyebabkan respon vosovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.keefektifan dari terapi yang diberikan. b. Kaji dan catat respon pasien/efek obat. Rasional: Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.c. Identifikasi terjadinya pencetus, bila ada: frekuensi, durasinya,dan lokasi nyeri. Rasional: Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3-5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit).d. Observasi gejala yang berhubungan, contoh dispnea, mual/muntah, pusing, keinginan berkemih. Rasional: Penurunan curah jantung merangsang sistem saraf simpatis/parasimpatis menyebabkan berbagai rasa sakit/sensasidimana pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina.e. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan, atau lengan (khsusnya pada sisi kiri). Rasional: Nyeri jantung dapat menyebar, contoh nyeri sering lebih kepermukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama.f. Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina.Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan risiko cedera jaringan/nekrosis.g. Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek.Rasional: Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang.h. Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina. Rasional: TD dapat meningkat secara dini sehubingan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi. Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung.

i. Ciptakan lingkungan yang nyaman, tenang, batasi pengunjng bila perlu.Rasional : Stres mental/emosi meningkatkan kerja miokard.j. Kolaborasi, Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.Rasional: Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah iskemia.k. Kolaborasi, berikan antiangina sesuai indikasi, seperti nitrogliserin: sublingual.Rasional: Untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina.l. Pantau perubahan seri EKG.Rasional: Iskemia selama serangan angina dapat menyebabkan depresi segmen ST.

2. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan, iskemi jaringan, lemah.a. Catat frekuensi, irama dan perubahan TD sebelum, selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi. Rasional: Kecendrungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunnan oksigen.b. Tingakatkan istirahat, batasi aktivias pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan kaitvitas senggang yang tidak berat.Rasional: Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan resiko Komplikasi (perluasan IM).c. Batasi pengunjung dan/kunjungan oleh pasien. Rasional: Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasiend. Anjurkan pasien menhindari peningkatan tekanan abdomen, conton: mengejan saat defekasi. Rasional: Aktivitas yang menhan nafas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi, penurunan caruah jantung, dan takikardi.e. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktivitas Rasional: Aktivitas yang maju, memberikan kontrol jantung.f. Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas.Rasional: Palpitasi, nadi tidak teratur, adanya nyeri dada, atau dispenia dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan program olah raga.

3. Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.a. Monitor TTV, contoh frekuensi jantung, TD Rasional: Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respons jantung.b. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi Rasional: Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi. ketidakteraturan merupakan diritmia, perlu intervensi lanjut.c. Catat terjadinya S3, S4, adanya murmur, bunyi nafas. Rasional: S3 dihubungkan dengan GJK, murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung, bunyi krekels menunjukkan kongesti paru.d. Catat respon terhadap aktifitas dan peningkatan istirahat dengan tepat. Rasional: kelebihan latihan dengan meningkatkan konsumsi/kebutuhan oksigen dan mempengaruhi fungsi miokardia.e. Berikan makanan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh: kopi, coklat, cola. Rasional: Makanan besar dapat meningkatakan kerja miokardia. Kafein adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat meningkatkan kerja jantung.f. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.Rasional: Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskemi dan disritmia lanjut.

4. Ansietas b.d ancaman kehilangan/kematian.a. Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stres Rasional: Menurunkan cemas rdan takut terhadap diagnosa dan prognosisb. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien/orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal. Catat pernyataan masalah, contoh serangan jantung tak dapat dielakan. Rasional: Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. Pernyataan masalah menurunkan tegangan, mengklarifikasi tingkat koping, dan memudahkan pemahamanperasaan. Adanya bicara tentang diri negatif meningkatkan tingkat cemas dan eksaserbasi serangan anginac. Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya. Rasional: Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.d. Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung. Rasional: Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (contoh, tak ada angina dengan tingkat aktivitas tertentu), untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri.

e. Kolaborasi, berikan sedatif, tranquilizer sesuai indikasi Rasional: Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.

X. Daftar Pustaka:Boestan, I & Suryawan, R. (2003). Ilmu penyakit jantung. Surabaya: Airlangga Universitas Press

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2001). Medical surgical nursing. Vol. 2 edisi 7. St. Lois. Missouri : Elsevier saunders.

Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia. A & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit ed: 6. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:2. Jakarta: EGC.