Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

download Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

of 17

description

Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

Transcript of Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    LAPORAN PENDAHULUAN

    GASTROENTERITIS AKUT

    A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. Definisi Pengertian

    Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik

    oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Pada diare

    infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal

    ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan

    sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya

    meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat

    agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong

    yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang

    penting untuk membebaskan traktus intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik

    perhatian adalah yang disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus

    kolon patogen). Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan

    elektrolit yang berlebihan dari kripa Lieberkhn pada ileum distal dan kolon.

    Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorpsi

    maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit

    dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian.

    Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari

    dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara

    mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya

    sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara

    mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam

    Wicaksono, 2011). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam

    lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak

    cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering

    menyertai diare (Andrianto, 1995 dalam Nurmasarim 2010).

    2. Epidemiologi/insiden kasusGastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di

    bawah 5 tahun. Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap

    tahun. Di Indonesia merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang

    anak anak. Rotavirus adalah penyebab dari 35-50 % hospitalisasi karena

    gastroenteritis akut, antara 7- 17 % disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan

    bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita gastroenteritis akut dari

    bayi yang mendapat susu formula. (Wong, 2007 dalam Winarsih, 2011). Data

    Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia

    saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,62,2

    episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare

    golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita (Ratnawati, 2008).

    Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan

    penyebab utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80%

    terutama pada anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-

    24 bulan (Subianto, 2001 dalam Wicaksono, 2011). Di seluruh dunia diperkirakan

    diare menyebabkan 1 milyar episode dengan angka kematian sekitar 3-5 miliyar

    setahunnya. Pada tahun 1995 Depkes RI memperkirakan terjadi episode diare sekitar

    1,3 miliyar dan kematian pada anak balita 3,2 juta setiap tahunnya (Soebagyo, 2008

    dalam Wicaksono, 2011). Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya diare

    menyerang 50 juta jiwa penduduk Indonesia, dan dua pertiganya adalah dari balita

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    dengan angka kematian tidak kurang dari 600.000 jiwa. Di beberapa rumah sakit di

    Indonesia, data menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi menempati peringkat

    pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.

    Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu berhubungan

    dengan hal-hal berikut: adanya travelling (domestik atau internasional), kontak

    personal dan adanya sangkaan food-borne dengan masa inkubasi pendek. Jika tidak

    ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin (Zein dkk., 2004).

    3. Penyebab/Faktor PredisposisiDitinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut

    (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

    a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:

    1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:

    a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.

    b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.

    c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.

    2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,

    makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,

    alergi.

    b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :

    1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).

    2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).

    3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono

    dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    4. Patofisiologi PenyakitSebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang

    terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat

    menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat

    dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.

    Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan

    mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila

    tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi

    sistemik.

    Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus

    enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia

    coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa

    mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi

    enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus

    pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu

    penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan

    makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya

    diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

    tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

    elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).

    Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga

    sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus

    yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri

    adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

    berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.

    5. KlasifikasiDiare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1) Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:

    a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,

    dan Enterotolitis nektrotikans.

    b) Diare non spesifik : diare dietetis.

    2) Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

    a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan

    oleh bakteri, virus dan parasit.

    b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,

    misalnya: diare karena bronkhitis.

    3) Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

    a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,

    berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%

    sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5

    sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

    b) Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi

    Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB BK GAI) ke 1 di Palembang,

    disetujui bahwa definisi diare kronik dalah diare yang berlangsung 2

    minggu atau lebih (Sunoto, 1990).

    6. Manifestasi KlinisDiare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau

    demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat

    menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan

    renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik

    yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang,

    mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta

    suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.

    Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang

    mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat

    pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi

    ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik

    kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,

    bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.

    Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan

    tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur.

    Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang

    sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

    Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul

    anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis

    tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut.

    Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan

    pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru.

    Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang

    menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

    7. Pemeriksaan Fisik

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    1. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis

    sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.

    2. Pemeriksaan sistematik :

    Inspeksi : mata cekung, membrane mukosa kering,berat badan menurun,anus

    kemerahan.

    Perkusi : adanya distensi abdomen.

    Palpasi : Turgor kulit kurang elastis. Auskultasi : terdengarnya bising usus.

    8. Pemeriksaan diagnostic/penunjang1. Pemeriksaan laboratorium.

    a. Pemeriksaan tinja.

    b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila

    memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau

    astrup,bila memungkinkan.

    c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

    2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik

    atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

    3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya

    tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

    9. Diagnosis/Kriteria DiagnosisDiagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya meskipun

    penyebabnya belum bisa ditentukan dari gejalanya. Jika gejalanya berat dan lebih dari

    48 jam, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap contoh feses untuk

    mencari adanya sel darah putih dan bakteri, virus atau parasit. Pemeriksaan

    laboratorium dari muntah, makanan atau darah juga dapat membantu menemukan

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    penyebabnya. Langkah diagnosa menurut Daldiyono tahun 1990 (Wicaksono, 2011)

    terdiri atas :

    1) Anamnesis : umur, frekuensi diare, lamanya diare

    2) Pemeriksaaan fisik

    3) Laboratorium : feses, darah, kultur tinja maupun darah, serologi

    4) Foto

    5) Endoskopi (EGD-Esophagus Gastro Duodenoscopy).

    10.Terapi/Tindakan PenangananPanduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara

    sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan

    pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak

    direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi. Pemberian

    cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat (Soebagyo,

    2008 dalam Wicaksono, 2011). Dalam garis besar pengobatan diare dapat

    dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu :

    a. Pengobatan Cairan

    Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita

    diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

    Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

    1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL

    (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang

    melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

    2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung

    CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono,

    2011)

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    Ada 2 jenis cairan yaitu:

    1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-

    ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L,

    Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,

    potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al.,

    2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

    a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan

    glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

    b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di

    atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di

    rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

    2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan

    rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap

    jam perlu dilakukan evaluasi:

    a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

    b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam

    Wicaksana, 2011).

    b. Antibiotik

    Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut

    infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa

    pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan

    gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,

    mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan

    jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

    Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 5 hari),

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis

    tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari,

    7-14 hari oral atauIV).

    c. Obat anti diare

    - Kelompok antisekresi selektif

    Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas

    racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim

    enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.

    Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga

    keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.

    - Kelompok opiat

    Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi

    difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg

    3x sehari, loperamid 24 mg/ 34x sehari dan lomotil 5mg 34 x sehari.

    Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan

    absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan

    mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini

    cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila

    diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak

    dianjurkan.

    - Kelompok absorbent

    Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit

    diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan

    infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi

    elektrolit.

    - Zat Hidrofilik

    Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,

    Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk

    kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan

    konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan

    elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau

    diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

    - Probiotik

    Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau

    Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran

    cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan

    reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan

    mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang

    adekuat.

    11.Komplikasia. Dehidrasi

    b. Renjatan hipovolemik

    c. Kejang

    d. Bakterimia

    e. Malnutrisi

    f. Hipoglikemia

    g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    Dari komplikasi Gastroentritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai

    berikut :

    a. Dehidrasi ringan

    Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit

    kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

    b. Dehidrasi Sedang

    Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit

    buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

    c. Dehidrasi Berat

    Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti

    tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai

    koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

    B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

    1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)

    Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan

    masalah.

    Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan pemeriksaan

    fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :

    1. Identitas klien.

    2. Riwayat keperawatan.

    2.1. Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul

    diare.

    2.2. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan

    elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali

    dengan konsistensi encer.

    3. Riwayat kesehatan masa lalu.

    4. Riwayat penyakit keluarga.

    5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare, terapi

    intravena, dan antibiotic.

    6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).

    1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas

    pasien sehari-sehari kurang baik.

    2. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan

    penurunan berat badan pasien.

    3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali

    sehari,BAK sedikit atau jarang.

    4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri

    akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.

    5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan

    menimbulkan rasa tidak nyaman.

    6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang

    berkonsentrasi karena nyeri abdomen.

    7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena

    kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada

    fase sakit.

    8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.

    9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan

    peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    10. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur

    dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.

    11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena

    gejala penyakit.

    6. Pemerikasaan fisik.

    - Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir

    kering,berat badan menurun,anus kemerahan.

    - Perkusi : adanya distensi abdomen.

    - Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

    - Auskultasi : terdengarnya bising usus.

    7. Pemeriksaan penunjang.

    Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk

    mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

    2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul

    a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai

    dengan kulit kering, peningkatan suhu tubuh, haus, kelemahan, membrane mukosa

    kering, peningkatan hematokrit.

    b. Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya

    tiga kali buang air besar cair per hari, ada dorongan.

    c. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan makan kontaminan ditandai

    dengan nyeri abdomen, distensi abdomen, diare, perubahan bising usus, mual,

    muntah.

    d. Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan melaporkan mual, rasa

    asam di mulut, peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia ditandai dengan perubahan selera

    makan, mengekspresikan perilaku, perilaku berjaga-jaga atau melindungi area nyeri,

    melaporkan nyeri secara verbal

    f. Kesiapan meningkatkan keseimbangan cairan ditandai dengan dehidrasi, turgor

    jaringan baik, tidak ada haus berlebihan, membrane mukosa lembab.

    g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor

    biologis ditandai dengan nyeri abdomen, diare, bising usus hiperaktif,

    ketidakmampuan mencerna makanan, kurang minat pada makanan, membrane

    mukosa pucat.

    h. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism ditandai dengan

    peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, kulit terasa hangat.

    i. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan

    gelisah dan menyadari gejala fisiologis.

    j. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan informasi, kurang

    pajanan ditandai dengan ketidakakuratan mengikuti perintah.

    k. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lembab.

    3. Rencana Asuhan Keperawatan

    4. Evaluasi

    DIAGNOSIS KEPERAWATAN EVALUASI

    Diare berhubungan dengan kontaminan

    ditandai dengan nyeri abdomen, sedikitnya

    tiga kali buang air besar cair per hari, ada

    dorongan.

    S : pasien tidak mengeluh nyeri abdomen

    berlebihan saat eliminasi dan

    dorongan berkurang

    O : karakteristik feses berbentuk dan tidak

    cair, tidak terdapat nanah/darah,

    berwarna kuning kecoklatan.

    A : terapi hidrasi dilanjutkan sampai

    keadaan umum pasien baik.

    P : anjurkan pasien untuk menjaga pola

    makan pasca kesembuhan.

    Nyeri akut berhubungan dengan agencedera kimia ditandai dengan perubahan S : pasien tidak mengeluh nyeri dan tidakmengeluh gangguan tidur.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    selera makan, mengekspresikan perilaku,

    perilaku berjaga-jaga atau melindungi area

    nyeri, melaporkan nyeri secara verbal

    O : pasien tidak meringis, dan tidak

    memegangi daerah yang nyeri.

    A : terapi farmakologi dihentikan, terapi

    nonfarmakologi dilanjutkan.

    P : ajarkan keluarga pasien terapi

    nonfarmakologi.Hipertermia berhubungan dengan

    peningkatan laju metabolism ditandai

    dengan peningkatan suhu tubuh di atas

    kisaran normal, kulit terasa hangat.

    S : pasien tidak gelisah dan tidak merasa

    demam.

    O : suhu tubuh saat dikaji dalam rentang

    normal.

    A : antipiretik dihentikan. Berikan

    kompres terlebih dahulu, apabila

    demam kembali muncul.

    P : edukasikan pasien untuk tidak mandi

    atau kontak dengan air terlalu sering.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Gastroenteritis Akut

    DAFTAR PUSTAKA

    Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America

    : Mosby.

    Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

    Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification.

    United States of America : Mosby

    North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan

    2009-2011. Jakarta : EGC.

    Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut

    (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU

    Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas

    Muhammadiyah. (Diakses 12 Desember 2011 : http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)

    T55V

    Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal

    Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    (Diakses 12 Desember 2011 : etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)

    Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut Pada

    Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun

    2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember

    2011 : etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).

    Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan

    Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia.

    (Diakses 12 Desember 2011 :

    www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).

    Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.

    Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara. . (Diakses 12 Desember 2011 :

    repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).