LAPORAN PENDAHULUAN Halusinasi

19
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. DEFINISI Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. B. FAKTOR PREDISPOSISI Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: 1. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUANHALUSINASI

A.DEFINISIHalusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B.FAKTOR PREDISPOSISIMenurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:1. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). 2. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. 3. Sosial BudayaKondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

C.FAKTOR PRESIPITASISecara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: 1. BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. 2. Stress lingkunganAmbang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.3. Sumber kopingSumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D.JENIS HALUSINASIMenurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. 3. Halusinasi penghidu (olfactory)Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. 4. Halusinasi peraba (tactile)Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.5. Halusinasi pengecap (gustatory)Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.6. Halusinasi sinestetikKarakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. 7. Halusinasi KinestheticMerasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

E.RENTANG RESPON HALUSINASIMenurut Stuart dan Laraia (2002), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.1. Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren. 2. Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.3. Emosi konsisten yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.4. Perilaku sesuai/perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.5. Hubungan sosial harmonis yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi) yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.7. Emosi berlebihan atau kurang yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.8. Perilaku tidak sesuai atau biasa yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma sosial atau budaya umum yang berlaku. 9. Perilaku aneh atau tidak biasa perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.10. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. 11. Isolasi sosial menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.Respon Adaptif Respon Maladaptif Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten dengan pengalaman Perilaku sosial Berhubungan sosial Distorsi pikiran Ilusi Reaksi emosi berlebihan atau kurang Perilaku aneh/tidak biasa Menarik diri Gangguan pikir/Delusi Halusinasi Sulit berespon emosi Perilaku disorganisasi Isolasi Sosial

F.PATHWAY

G.MANIFESTASI KLINISHalusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya).Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel.HalusinasiKarakteristikPerilaku Klien

FASE 1 Comforting Ansietas sebagai halusinasi menyenangkanKlien mengalami perasaan seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut mencoba untuk befokus pada pikiran menyengkan untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani psikotik. Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerekan bibir tanpa suara mengegerkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat jika Sedang asik sendiri meningkat tanda-tanda sarat otonomi

FASE II Complementing Ansietas berat halusinasi memberatkan Pengalaman sensasi menjijikan dan menakutkan, klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jaraknya dengan sumber yang dipersepsikan klien mungkin mengalami pengamalan sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan Ansietas seperti peningkatan denyut jantung pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit asik dengan penglaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita

FASE III Controling Ansietas berat pengalamn sensorsi menjadi berkuasa

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusnasinya menjadi menarik, klien mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasinya berhenti psikotik Kemampuan dikendalikan halusinasi akan lebih ditakuti, kerusakan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik / menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat berkeringat, tremor, tidak mampu memahami peraturan.

FASE IV Conquering panik Ansietas panik pengalaman sensori menaklukan Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berakhir dari beberapa jam / hari jika intervensi terapeutif psikoti berat.

Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat suicida / nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitas menarik diri katafonici, tidak mampu merespon terhadap pemerintah, yang komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang

Fasetingkat Halusinasi (Stuart &Laraira, 2005)

H.AKIBATPasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.Tanda dan Gejala :1. Memperlihatkan permusuhan2. Mendekati orang lain dengan ancaman3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan5. Mempunyai rencana untuk melukaiKlien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.Tanda dan gejalanya adalah muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang

I.PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :1. Menciptakan lingkungan yang terapeutikUntuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan2. Melaksanakan program terapi dokterSering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.Farmako:1. Anti psikotik: Chlorpromazine (Promactile, Largactile) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer) Stelazine Clozapine (Clozaril) Risperidone (Risperdal)2. Anti parkinson: Trihexyphenidile Arthan3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang adaSetelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.4. Memberi aktivitas pada pasienPasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatanKeluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

J.MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI1. Masalah keperawatana. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganb. Perubahan sensori perseptual : halusinasic. Isolasi sosial : menarik diri2. Data yang perlu dikajia. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganData Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jikasedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barangbarang.b. Perubahan sensori perseptual : halusinasiData Subjektif : Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus Klien merasa makan sesuatu Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar Klien ingin memukul/melempar barang-barangData Objektif : Klien berbicara dan tertawa sendiri Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu Disorientasi c. Isolasi sosial : menarik diriData Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

K.DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi2. Isolasi sosial: Menarik Diri3. Perilaku kekerasan

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi 9th. Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs,.Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta: EGC.Keliat, B.A. 1997. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.Keliat, B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.Kusuma, W.1997. Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Edisi I. Jakarta: Profesional Books.Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.Rawlins, R.P & Heacock, PE. 1998. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1. Toronto: the C.V Mosby Company.Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3. EGC: Jakarta.Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.