Laporan Pengujian Volume Paru-Paru
Click here to load reader
-
Upload
andreas-sugeng -
Category
Documents
-
view
105 -
download
3
description
Transcript of Laporan Pengujian Volume Paru-Paru
![Page 1: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
PENGUJIAN VOLUME PARU-PARU
Disusun oleh kelompok 2, yang beranggotakan:
Agi Prilyani (2)
Andreas Sugeng (5)
Irna Nurhidayah (9)
Nanda Sheia Ellanova (24)
![Page 2: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam banyak keadaan, bernafas dapat diatur sesuai dengan keperluan yang bergantung
pada aktivitas yang dilakukan. Semua orang sangat tergantung pada oksigen demi
keberlangsungan hidupnya, jika paru-paru tidak memperoleh oksigen selama lebih dari empat
menit maka akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki dan dapat
mengakibatkan seseorang meninggal dunia. Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi
maka warna merah pada darah akan hilang dan menjadi kebiru-biruan, hal ini akan terlihat
dengan warna bibir, telinga, lengan, dan kaki seseorang yang kekurangan oksigen akan
menjadi biru pula. Oleh sebab itu, mengukur volume paru-paru sangat penting untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan pada sistem pernapasan. Setiap orang memiliki volume
paru yang berbeda-beda. Misalnya olahragawan cenderung memiliki kapasitas paru-paru
yang lebih besar.Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain usia, jenis kelamin,
berat badan, ukuran paru-paru, kekuatan bernapas, cara bernapas dan tinggi badan serta
aktivitas seseorang.
Volume paru juga dapat dikombonasikan untuk menguraikan peristiwa dalam siklus paru.
Salah satunya adalah kapasitas vital paru-paru. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan
inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Atau dengan kata lain,
kapasitas vital adalah udara yang masuk dan keluar pada saat tubuh melakukan inspirasi dan
ekspirasi sekuat-kuatnya dan banyaknya sekitar 3,5 liter. Kapasitas vital paru dapat dapat
diukur dengan menggunakan alat yang disebut spirometer. Spirometer ditemukan oleh John
Hutchinson. Namun demikian, kita juga dapat mencari kapasitas paru-paru dengan
menggunakan alat-alat yang dirangkai secara khusus seperti dalam penelitian yang kami
lakukan.
1.2. Dasar Teori
Volume udara di paru-paru selama proses pernafasan tidak tetap. Salah satu faktor
penyebabnya adalah cara bernafas. Pengertian udara pernafasan adalah sebagai berikut :
1. Volume Tidal (VT) adalah volume pernafasan biasa, kurang lebih 500 cc atau 500 ml
![Page 3: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/3.jpg)
2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI) adalah udara yang masih dapat dimasukkan secara
maksimal setelah inspirasi biasa, besar volumenya kurang lebih 1500cc atau 1500 ml.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE)adalah udara yang masih dapat dikeluarkan secara
maksimal setelah ekspirasi biasa, besar volumenya kurang lebih 1500 cc atau 1500
4. Volume Residu (VR) adalah volume yang masih tersisa di dalam paru – paru setelah
ekspirasi maksimal, besar volumenya kurang lebih 1000 cc atau 1000 ml.
Berdasarkan volume udara pernafasan tersebut, dapat ditentukan kapasitas paru-paru.
Beberapa jenis kapasitas paru-paru adalah sebagai berikut :
Kapasitas Inspirasi : Volume tidal (VT) + Volume Cadangan Inspirasi (VCI)
Kapasitas Residu Fungsional : Volume Cadangan Ekspirasi (VCE)+Volume Residu (VR)
Kapasitas Vital : Volume Cadangan Inspirasi (VCI) + Volume Tidal (VT)
+ Volume Cadangan Ekspirasi (VCE)
Kapasitas Total : Volume Tidal (VT) + Volume Cadangan Inspirasi (VCI)
+ Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) + Volume Residu (VR)
1.3. Tujuan
Mengetahui perbedaan volume udara atau kapasitas paru-paru seseorang dengan
menggunakan alat-alat yang dirangkai secara khusus.
Mengetahui hubungan antara frekuensi pernapasan dan volume paru-paru.
Mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan volume
paru-paru
![Page 4: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum pengujian volume paru-paru ini berlangsung pada hari Rabu, 23 April 2014 di
koridor lantai dasar gedung baru SMAN 33 Jakarta Barat. Praktikum berlangsung selama 90
menit, yakni dari jam pelajaran pertama hingga jam pelajaran kedua.
2.2. Alat dan Bahan
1. Ember/baskom besar
2. Galon plastik yang bervolume 4 liter
3. Selang plastic diameternya ½ cm dan panjangnya 1 meter
4. Gelas ukur 100 ml
5. Spidol
6. Air secukupnya
7. Isolasi
8. Blao
9. Sedotan
2.3. Prosedur Kerja
1. Buatlah skala pada galon plastik dengan spidol. Caranya dengan menuangkan 100 mL air
dari gelas ukur ke dalam galon. Tandai ketinggian air setiap penambahan air dari gelas ukur.
Isilah galon dengan air hingga ¾ penuh.
2. Tambahkan serbuk belao ke dalam air secukupnya sehingga warnanya menjadi cukup jelas.
Pasang tutup botol dan kocoklah agar belao bercampur merata. Tambahkan belao bila dirasa
belum cukup jelas.
3. Balik galon yang telah berisi air dengan cepat ke dalam ember/baskom besar yang juga
berisi air. Jangan sampai ada gelembung udara yang terbentuk di dalam galon. Galon
diusahakan juga agar tidak penyok.
4. Masukkan selang plastik melalui mulut galon sekitar 10 cm pada ujung. Ujung yang
satunya lagi disisipi sedotan plastik
![Page 5: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/5.jpg)
5. Lakukan pengukuran volume tidal, volume tidal + volume cadangan ekspirasi, dan
vokapasitas vital paru-paru, dengan cara sebagai berikut:
a. Volume Tidal
Lakukan inspirasi normal/biasa, lalu lakukan ekspirasi dengan normal/biasa pula melalui
ujung selang plastik. Catat volume air yang keluar dari galon (skala akhir yang di hasilkan).
Hitunglah selisih antara skala awal dan skala akhir yang terbentuk. Jangan lupa untuk
menutup ujung selang yang digunakan untuk meniup karena skala akhir akan terus turun bila
ujung selang tidak ditutup.
b. Volume Tidal + Volume Cadangan Ekspirasi
Selanjutnya kosongkan galon dan isi kembali. Ambil napas normal, lalu hembuskan seluruh
udara dalam paru-paru yang dapat dikeluarkan melalui selang plastik hingga tidak dapat
dikeluarkan lagi. Hitunglah selisih antara skala awal dan skala akhir yang terbentuk.
c. Kapasitas Vital
Selanjutnya kosongkan gallon dan isi kembali, ambil napas dalam – dalam dan hembuskan
sekuat – kuatnya melalui selang. Hitunglah selisih antara skala awal
6. Ulangi percobaan 3 kali per peserta percobaan untuk setiap kategori volume.
7. Catatlah hasilnya pada tabel.
![Page 6: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Data Hasil Percobaan
1. Agi Prilyani
Volume Paru-ParuPercobaan ke-
Rata-Rata1 2 3
Volume Tidal 400 mL 350 mL 500 mL 416 mL
Volume Tidal +
Cadangan
Ekspirasi
900 mL 900 mL 1000 mL 933 mL
Kapasitas Vital 1100 mL 1200 mL 1100 mL 1133 mL
2. Andreas Sugeng
Volume Paru-ParuPercobaan ke-
Rata-Rata1 2 3
Volume Tidal 800 mL 900 mL 1000 mL 900 mL
Volume Tidal +
Cadangan
Ekspirasi
2500 mL 2000 mL 2300 mL 2266 mL
Kapasitas Vital 3500 mL 3400 mL 3500 mL 3466 mL
3. Irna Nurhidayah
Volume Paru-ParuPercobaan ke-
Rata-Rata1 2 3
Volume Tidal 500 mL 600 mL 500 mL 533 mL
Volume Tidal +
Cadangan
1000 mL 700 mL 700 mL 800 mL
![Page 7: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/7.jpg)
Ekspirasi
Kapasitas Vital 1400 mL 1200 mL 1300 mL 1300 mL
4. Nanda Sheia Ellanova
Volume Paru-ParuPercobaan ke-
Rata-Rata1 2 3
Volume Tidal 500 mL 700 mL 500 mL 566 mL
Volume Tidal +
Cadangan
Ekspirasi
1100 mL 1300 mL 1200 mL 1200 mL
Kapasitas Vital 2000 mL 1700 mL 1500 mL 1733 mL
Dari data tersebut juga dapat ditentukan volume cadangan ekspirasi (volume suplementer), volume cadangan inspirasi (volume komplementer), dan volume total paru-paru.
Volume cadangan ekspirasi atau volume suplementer dapat diperoleh dengan mengurangi volume tidal + cadangan ekspirasi rata-rata dengan volume tidal rata-rata.
V S=(V Td+V S )−V T d
Dimana V S adalah volume suplementer, (V T d+V S ) adalah volume tidal + cadangan ekspirasi
rata-rata, dan V T d adalah volume tidal rata-rata. Adapun data yang dihasilkan untuk volume suplementer adalah sebagai berikut:
Agi Prilyani Andreas Sugeng Irna Nurhidayah Nanda Sheia
Volume Suplementer 517 mL 1366 mL 367 mL 634 mL
Volume cadangan inspirasi atau volume komplementer dapat diperoleh dengan mengurangi kapasitas vital rata-rata dengan volume tidal + cadangan ekspirasi rata-rata.
V K=KV− (V T d+V S )
Dimana V K adalah volume komplementer, KV adalah kapasitas vital rata-rata, dan (V T d+V S ) adalah volume tidal + cadangan ekspirasi rata-rata. Adapun data yang dihasilkan untuk volume komplementer adalah sebagai berikut:
Agi Prilyani Andreas Sugeng Irna Nurhidayah Nanda Sheia
Volume Komplementer 200 mL 1200 mL 500 mL 533 mL
![Page 8: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/8.jpg)
Volume total dapat diperoleh dengan menjumlahkan kapasitas vital rata-rata dengan volume
residu paru-paru. Volume residu paru-paru nilainya dianggap konstan yakni sebesar 1000 mL.
V T=KV+1000 mL
Adapun data yang dihasilkan untuk volume total adalah sebagai berikut:
Agi Prilyani Andreas Sugeng Irna Nurhidayah Nanda Sheia
Volume Komplementer 2133 mL 4466 mL 2300 mL 2733 mL
3.2. Analisa dan Pembahasan
Merujuk kepada data hasil percobaan laju napas dan laju denyut nadi yang lalu, dengan
menghilangkan data laju denyut nadi, maka kita akan mendapatkan data laju pernapasan
sebagai berikut:
1. Agi Prilyani
Aktivitas Laju Napas (frekuensi per menit)
Duduk 24
Berdiri 24
Berjalan 32
Lari Santai 38
Lari Cepat 40
2. Andreas Sugeng
Aktivitas Laju Napas (frekuensi per menit)
Duduk 16
Beridiri 14
Berjalan 16
Lari Santai 24
Lari Cepat 40
![Page 9: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/9.jpg)
3. Irna Nurhidayah
Aktivitas Laju Napas (frekuensi per menit)
Duduk 18
Beridiri 14
Berjalan 20
Lari Santai 28
Lari Cepat 44
4. Nanda Sheia Ellanova
Aktivitas Laju Napas (frekuensi per menit)
Duduk 20
Beridiri 22
Berjalan 24
Lari Santai 36
Lari Cepat 38
Jika kita membandingkan data laju pernapasan tersebut dengan data volume pernapasan,
maka kita dapat mendapatkan adanya hubungan antara laju pernapasan, atau selanjutnya
disebut sebagai frekuensi pernapasan dengan volume pernapasan.
Dengan meninjau perbedaan frekuensi pernapasan setiap peserta dalam suatu kondisi,
dimana kita pilih kondisi duduk karena sesuai dengan keadaan saat melakukan percobaan
kapasitas volume, maka akan terlihat grafik sebagai berikut:
Andreas S
ugeng
Irna N
urhiday
ah
Nanda S
heia El
lanova
Agi Prily
ani
0300600900
900533 566
416
Frekuensi Pernapasan Saat Duduk
Volume Tidal Rata-Rata (mL)
![Page 10: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/10.jpg)
Dengan meninjau perbedaan volume paru-paru setiap peserta dalam kategori yang sama,
dimana kita pilih volume tidal yang telah dirata-ratakan karena pada saat rileks kita
cenderung bernapas pada kisaran volume tidal, maka akan terlihat grafik sebagai berikut:
Andreas S
ugeng
Irna N
urhiday
ah
Nanda S
heia El
lanova
Agi Prily
ani
0102030
16 18 20 24
Volume Tidal Rata-Rata
Laju Pernapasan (frekuensi per menit)
Maka dari itu, secara garis besar dapat dilihat adanya hubungan antara frekuensi
pernapasan dengan volume pernapasan rata-rata, dimana frekuensi pernapasan berbanding
terbalik terhadap volume paru-paru yang bisa dituliskan
f ∝ 1V
Dimana f adalah frekuensi pernapasan dan V adalah volume paru-paru. Dengan demikian,
semakin tinggi frekuensi pernapasan mengindikasikan bahwa volume pernapasan atau
volume paru-paru yang semakin kecil dan juga sebaliknya.
Untuk membuktikan kevalidan pernyataan tersebut, mungkin bisa dilihat pada tabel di atas
terdapat anomali antara grafik frekuensi pernapasan dengan volume tidal rata-rata bagi
peserta Irna Nurhidayah dan Nanda Sheia Ellanova (bar grafik peserta masing-masing diberi
warna hijau dan merah). Untuk meninjau anomali ini, kita perlu melihat grafik frekuensi
pernapasan lain kedua peserta. Marilah kita ambil grafik frekuensi pernapasan kedua peserta
pada saat berlari cepat (untuk menguji kevalidan pernyataan tersebut pada keadaan ekstrim).
Grafik frekuensi pernapasan kedua peserta pada saat berlari cepat adalah sebagai berikut:
![Page 11: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/11.jpg)
Nanda Sheia El-lanova
Irna Nurhidayah34363840424446
38
44
Frekuensi Pernapasan Saat Berlari Cepat
Volume Tidal Rata-Rata (mL)
Jadi, pernyataan bahwa frekuensi pernapasan berbanding terbalik dengan volume
paru-paru dapatlah dianggap valid, walau terdapat sedikit anomali dalam penerapannya.
Sebenarnya, jika ditinjau secara lebih cermat, juga terdapat anomali yang terjadi pada peserta
Agi Prilyani pada data frekuensi pernapasan saat berlari cepat. Hal tersebut dimungkinkan
oleh kesalahan perhitungan yang dilakukan saat menghitung frekuensi pernapasan.
Fruekuensi pernapasan dapat berbanding terbalik dengan volume paru-paru karena
semakin kecil volume paru-paru, maka luas permukaan respirasi tentunya akan semakin
sempit. Dengan menyempitnya luas permukaan respirasi, maka oksigen yang berdifusi ke
dalam kapiler darah dan karbondioksida yang berdifusi keluar akan semakin sedikit. Dalam
hal ini, tubuh akan melakukan frekuensi pernapasan yang lebih tinggi untuk luas permukaan
respirasi yang sempit dibandingkan dengan luas permukaan respirasi yang lebih luas. Hal ini
akan berpengaruh pada frekuensi pernapasan seseorang ketika dirinya dihadapkan pada
berbagai aktivitas. Semakin berat suatu aktivitas, maka tentunya seseorang yang memiliki
luas permukaan respirasi yang lebih sempit akan bernapas dengan frekuensi yang lebih
sering.
Volume paru-paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antara lain:
1. Faktor Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin merupakan faktor yang sangat nampak dalam percobaan kali ini. Dari
data, dapat terlihat dengan jelas bahwa peserta pria memiliki volume paru-paru yang lebih
besar dibandingkan peserta wanita. Secara umum, volume dan kapasitas seluruh paru
pada wanita kira-kira 20 – 25% lebih kecil daripada pria.
2. Faktor Kebiasaan Berolahraga dan Kebiasaan Aktivitas
![Page 12: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/12.jpg)
Faktor olahraga dan kebiasaan aktivitas adalah faktor yang mempengaruhi volume
pernapasan. Hal ini karena kebiasaan berolahraga akan meningkatkan kapasitas pernapasan
seseorang. Seorang atlit atau olahragawan yang terlatih tentunya akan memiliki kapasitas
pernapasan yang lebih tinggi daripada mereka yang jarang berolahraga. Kebiasaan aktivitas,
seperti yang telah dibahas pada laporan percobaan sebelumnya, dapat mempengaruhi
frekuensi pernapasan seseorang, dimana juga dapat mempengaruhi volume pernapasan
seseorang. Dari data keempat peserta, maka dapat dianalisa sebagai berikut:
Agi Prilyani, jarang berolahraga sehingga secara keseluruhan memiliki volume
pernapasan yang paling sedikit. Mungkin faktor lainnya yang lebih relevan adalah
faktor bawaan sejak lahir.
Andreas Sugeng, jarang berolahraga namun memiliki volume paru-paru yang paling
besar dibandingkan peserta lainnya. Hal ini mungkin lebih disebabkan oleh faktor
gender
Irna Nurhidayah, sekarang jarang berolahraga. Hal ini yang menyebabkan volume
pernapasannya tidak besar
Nanda Sheia, beraktivitas dengan berjalan kaki sepulang sekolah. Hal ini
menyebabkan volume pernapasannya secara umum lebih besar diantara peserta
wanita lainnya.
3. Faktor Berat Badan dan Tinggi Badan
Faktor berat badan dan tinggi badan merupakan salah satu faktor yang menentukan
volume paru-paru seseorang. Kedua faktor ini sebenarnya dapat digabungkan menjadi suatu
faktor tunggal yakni indeks massa tubuh, yang merupakan perbandingan antara berat badan
terhadap tinggi badan. Namun, sebelum menggabungkan kedua faktor ini, marilah meninjau
kedua faktor secara terpisah.
Berat badan dapat mempengaruhi volume paru-paru seseorang, walau tidak tampak secara
signifikan dalam percobaan ini. Semakin banyak lemak yang menutupi rongga paru-paru,
maka paru-paru akan semakin sulit mengembang. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
seseorang yang obesitas (kelebihan berat badan) akan mengalami sesak napas bila
beraktivitas berat.
Tinggi badan dapat mempengaruhi volume paru-paru seseorang, walau juga tidak tampak
secara signifikan dalam percobaan ini. Bila kita membandingkan pernapasan seseorang yang
jangkung dengan seseorang yang pendek, maka seseorang yang jangkung akan memiliki
![Page 13: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/13.jpg)
volume pernapasan yang lebih besar daripada seseorang yang pendek. Hal inilah yang
mungkin menjadi alasan mengapa para atlit yang berbadan besar (bukan berarti obsesitas)
memiliki volume pernapasan yang lebih besar.
Ternyata, kedua faktor ini dapat digabungkan menjadi sebuah faktor tunggal, yakni adalah
faktor indeks massa tubuh, yang merupakan perbandingan antara berat badan terhadap tinggi
badan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rizaldy Pinzon yang berjudul “Hubungan
Indeks Massa Tubuh dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Golongan Usia Muda”. Dalam
penelitian tersebut, lebih terfokus pada gabungan kedua variabel tersebut yakni berat badan
dan tinggi badan karena gabungan dari kedua variabel itulah yang menjadi patokan apakah
seseorang tergolong obesitas atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang
digolongkan sebagai obesitas (perbandingan antara berat badan dan tinggi badan tidak
mencapai proporsi normal), cenderung memiliki VO2 Max yang lebih kecil dibandingkan
dengan orang normal. VO2 Max artinya, saat tubuh bekerja sekeras mungkin, seseorang tetap
dapat menjaga kinerja pernapasan (termasuk paru-paru) untuk mensuplai oksigen. Dari hasil
percobaan dapat dilakukan analisa terhadap faktor ini sebagai berikut:
Agi Prilyani, dengan berat 53 kg, tinggi 165 cm, sehingga indeks massa tubuhnya
(dalam mencari BMI menggunakan BMI Calculator yang tersedia di
https://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity/BMI/bmi-m.htm) 19.5 yang termasuk
normal. Namun, Agi memiliki volume pernapasan terkecil sehingga faktor yang
lebih relevan adalah faktor bawaan lahir
Andreas Sugeng, dengan berat 75 kg, tinggi 169 cm, sehingga indeks massa
tubuhnya 26.3 yang termasuk kelebihan berat badan. Namun, Sugeng memiliki
volume pernapasan terbesar sehingga faktor yang lebih relevan adalah faktor
gender.
Irna Nurhidayah, dengan berat 42 kg, tinggi 153 cm, sehingga indeks massa
tubuhnya 17.9 yang termasuk kekurangan berat badan. Namun, Irna memiliki
volume pernapasan yang lebih besar daripada Agi.
Nanda Sheia, dengan berat badan 55 kg, tinggi 154 cm, sehingga indeks massa
tubuhnya 23.2 yang termasuk normal. Namun, Nanda memiliki volume pernapasan
terbesar diantara peserta wanita lainnya.
![Page 14: Laporan Pengujian Volume Paru-Paru](https://reader037.fdokumen.site/reader037/viewer/2022100221/55cf9678550346d0338bae07/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Setiap peserta memiliki volume pernapasan yang berbeda-beda dan tidak ada yang
sama.
2. Ada hubungan antara frekuensi pernapasan dengan volume pernapasan, dimana
frekuensi pernapasan berbanding terbalik dengan volume pernapasan.
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi volume pernapasan diantaranya adalah jenis
kelamin, kebiasaan berolahraga dan beraktivitas, faktor berat badan dan tinggi
badan yang dapat digabung sebagai faktor indeks massa tubuh.