Laporan Petani Apel

116
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN LAPANG SOSIOLOGI PERTANIAN “Dusun Gintung, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu” Disusun Oleh Kelas B Kelompok 5 : 1. Didin Sagita (125040100111067) 2. Hilda Valeria (125040100111051) 3. Ifone Lisa Burdam (125040120111009) 4. Mareta Dwi Fitriawati (125040100111050) 5. Novita Rizky Amalia (125040100111070) 6. Wahana Permata Tohir (125040100111053)

Transcript of Laporan Petani Apel

Page 1: Laporan Petani Apel

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN LAPANG

SOSIOLOGI PERTANIAN

“Dusun Gintung, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu”

Disusun Oleh Kelas B Kelompok 5 :

1. Didin Sagita (125040100111067)

2. Hilda Valeria (125040100111051)

3. Ifone Lisa Burdam (125040120111009)

4. Mareta Dwi Fitriawati (125040100111050)

5. Novita Rizky Amalia (125040100111070)

6. Wahana Permata Tohir (125040100111053)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

JURUSAN SOSIAL EKONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012

Page 2: Laporan Petani Apel

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan laporan Praktikum

Sosiologi Pertanian ini dapat terselesaikan dengan baik. Maksud dan tujuan

penyusunan Laporan Praktikum Sosiologi Pertanian ini adalah untuk melengkapi

persyaratan mendapatkan nilai ujian akhir praktikum.

Adapun penyusunan Laporan Praktikum Sosiologi ini berdasarkan data-

data yang kami peroleh selama melakukan penyuluhan ke desa, serta data-data

dan keterangan dari pembimbing. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan

Laporan Sosiologi Pertanian ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak,

oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Dosen mata pelajaran Sosiologi Pertanian, Asisten pratikum Sosiologi

Pertanian dan semua pihak yang turut membantu kegiatan Praktikum Sosiologi

Pertanian.

Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritk

dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan

Laporan Sosiologi Pertanian ini. Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga

makalah ini dapat memberikan kesadaran tersendiri bagi generasi muda

khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Malang, Desember 2012

Praktikan

Page 3: Laporan Petani Apel

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Daftar Tabel............................................................................................................iv

I. Pendahuluan

1.1 Pendahuluan.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................2

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Masyarakat Petani Pedesaan di Indonesia.................................................3

2.2 Sistem Bagi Hasil di Indonesia..................................................................4

2.3 Mobilitas Komunitas Desa.........................................................................5

2.4 Stratifikasi dan Diferensiasi Masyarakat Desa..........................................6

2.5 Kerjasama dan Struktur Masyarakat Pertanian..........................................7

2.6 Sistem Nilai Budaya dan Sikap..................................................................8

2.7 Gabungan Kelompok Tani/ kelompok tani................................................9

2.8 Sistem Agribisnis.....................................................................................10

2.9 Kelembagaan Sarana Produksi.................................................................12

2.10 Kelembagaan Budi daya dan Usaha Tani................................................12

2.11 Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil...................................13

2.12 Kelembagaan Pemasaran Hasil dan Jasa Layanan Pendukung...............13

III. Pembahasan

3.1 Hasil Wawancara

3.1.1 Hasil Wawancara Novita 125040100111070.................................16

3.1.2 Hasil Wawancara Hilda 125040100111051...................................23

Page 4: Laporan Petani Apel

3.1.3 Hasil Wawancara Didin 125040100111067...................................28

3.1.4 Hasil Wawancara Mareta 125040100111050.................................33

3.1.5 Hasil Wawancara Ifone 125040100111009...................................46

3.1.6 Hasil Wawancara Wahana 125040100111053...............................53

3.2 Perbandingan Temuan di Lapang dengan Teori

3.2.1 Perbandingan di Lapang dengan Materi oleh Novita.....................62

3.2.2 Perbandingan di Lapang dengan Materi oleh Hilda.......................63

3.2.3 Perbandingan di Lapang dengan Materi oleh Didin...................63

3.2.4 Perbandingan di Lapang dengan Materi oleh Mareta.................64

3.2.5 Perbandingan di Lapang dengan Materi oleh Ifone....................65

3.2.6 Perbandingan di Lapang dengan Materi oleh Wahana...............66

IV. Penutup

4.1 Kesimpulan..............................................................................................69

4.2 Saran..........................................................................................................70

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 5: Laporan Petani Apel

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Kepemilikan Lahan Bapak Jumain..................................................16

Tabel 2 Sarana produksi pertanian Bapak Supai....................................................33

Tabel 3 Luas Kepemilikan Lahan Bapak Slamet Mujiono....................................34

Tabel 4 Jenis Tanaman Yang ditanami Selama Satu Tahun..................................35

Tabel 5 Lembaga penguasaan Lahan Pertanian Bapak Slamet Mujiono...............39

Tabel 6 Lembaga Penyediaan Saprodi Bapak Slamet Mujiono.............................40

Tabel 7 Lembaga Penyediaan Tenaga Kerja Bapak Slamet Mujiono....................40

Tabel 8 Luas Kepemilikan Lahan Bapak Rubi’i....................................................53

Page 6: Laporan Petani Apel

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku,

terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana system

tersebut mempengaruhi individu dan bagaimana pula orang yang terlibat

didalamnya mempengaruhi sistem itu. Sedangkan sosiologi pertanian

merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan perilaku serta

interaksi sosial masyarakat khususnya di pedesaan yang pada umumnya

berpenduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani.

Di dalam sosiologi pertanian mempelajari aspek-aspek kehidupan sosial

yang terjadi dalam masyarakat, khususnya di pedesaan atau masyarakat yang

mayoritas penduduknya bematapercaharian sebagai petani. Aspek-aspek

tersebut meliputi stratifikasi sosial, aspek kebudayaan, aspek kelembagaan,

dampak globalisasi terhadap usahatani di wilayah itu dan jaringan sosial.

Semua aspek tersebut sangat mempengaruhi kemajuan dari usahatani baik

dari pihak petani itu sendiri maupun pada kehidupan desa.

Pada umumnya di dalam suatu masyarakat sering terjadi penggolongan-

penggolongan aspek-aspek tertentu seperti pendidikan, kekayaan, dan

keturunan serta yang lainnya. Hal ini menyangkut stratifikasi sosial, yaitu

penggambaran kelompok sosial berdasarkan susunan yang berjenjang.

Dalam paper ini kami menjelaskan tentang kehidupan para petani di desa

Bulukerto mulai dari komoditas yang mereka tanam, status lahan, pembagian

hasil lahan yang mereka miliki, produk-produk yang digunakan selama

usahatani, kelompok tani, serta organisasi-organisasi yang ada di desa

tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja komoditas yang terdapat di Desa Bulukerto?

2. Bagaimana kondisi pertanian di Desa Bulukerto?

3. Bagaimana kehidupan sosial petani di Desa Bulukerto?

Page 7: Laporan Petani Apel

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui komoditas yang terddapat di Desa Bulukerto.

2. Untuk mengetahui kondisi pertanian di Desa Bulukerto.

3. Untuk mengetahui kehidupan sosial petani di Desa Bulukerto.

Page 8: Laporan Petani Apel

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Petani Pedesaan di Indonesia

Komunitas desa berdasarkan teknologi usaha tani dibagi menjadi dua

golongan, yaitu bercocok tanam di ladang dan bercocok tanam di sawah.

Teknologi bercocok tanam diladang mengakibatkan suatu komunitas desa

berpindah-pindah, berbeda dengan komunitas desa menetap yang didasarkan

pada teknologi bercocok tanam di sawah. Teknologi bercocok tanam di

ladang memerlukan tanah yang luas yang masi merupakan hutan rimba.

Teknik bercocok tanam seperti itu disebut juga dengan istilah “bercocok

tanam menebang dan membakar atau pertanian berpindah-pindah”, yang

menggambarkan keadaan bahwa setiap kali setelah satu ladang dipakai

sebanyak dua atau tiga kali panen petani meninggalkannya dan membuka

lahan baru dengan teknik yang sama yaitu menebang dan membakar bagian

yang baru dari hutan.

Bercocok tanam menetap di Jawa, Madura dan Bali dalam kenyataan

menggarap tiga macam tanah pertanian, yaitu :

1. Kebun kecil disekitar rumah

2. Tanah pertanian kering yang digarap dengan menetap tetapi

tanpa irigasi

3. Tanah pertanian basah yang diirigasi (sawah)

Di pekarangan seorang petani menanam buah-buahan, sayur-mayur yang

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Di pekarangan banyak juga ditanami

jenis-jenis pohon tinggi seperti pohon nangka, pepaya dan pisang juga umbi-

umbian. Hasil tanaman di pekarangan sebagian besar dipergunakan untuk

konsumsi sendiri, walaupun tidak sedikit pula yang juga dijual di pasar desa

atau kepada tengkulak.

Di tanah pertanian kering yang di Jawa biasanya disebut tegalan, petani-

petani menanam serangkaian tanaman yang kebanyakan dijual di pasar.

Tanah ini tidak dapat diirigasi, walaupun begitu tanah tegalan biasanya

digarap secara intensif dan tanaman-tanamannya dipupuk dan disirami

dengan teratur. Tanah yang menjadi tegalan adalah tanah yang kurang cocok

Page 9: Laporan Petani Apel

untuk dijadikan tanah basa, karena kemampunnya yang rendah untuk

mengandung air. Biasanya terletak di lereng-lereng gunung yang terjal

sehingga memerlukan investasi tenaga untuk membangun sistem irigasi yang

terlampau tinggi.

Bercocok tanam di tanah basah atau sawah merupakan usaha tani yang

paling pokok dan paling penting bagi parapetani di Jawa. Dengan teknik

penggarapan tanah yang intensif dan cara pemupukan dan irigasi yang

tradisional, cocok ditanami tanaman tinggal yaitu padi. Di sawah dalam

bercocok tanam dapat dilakukan secara terus-menerus tanpa menghabiskan

unsur hara yang terkandung di dalamnya. Bercocok tanam di sawah sangat

tergantung pada pengaturan air dilakukan dengan suatu sistem irigasi yang

kompleks. Tahapan produksi di sawah dimulai pada akhir musim kering.

Koentjaraningrat ( 1973, 3 )

2.2 Sistem Bagi Hasil di Indonesia

Tanah pertanian berupa sawah atau tegalan pada umumnya dipecah-

pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dalam membagi hasil

tanahnya kepada penggarap denagn berbagai macam cara. Di antaranya ada

cara yang paling tradisional yaitu ketiga adat bagi hasil : maro, mertelu dan

merapat. Pada adat maro petani yang menggarap tanah akan menerima

separuh dari hasilnya dan pajak tanah ditanggung oleh pemiliknya, sedangkan

biaya produksi ditanggung oleh penggarap.

Pada adat mertelu, perjanjian pembagian hasil adalah dua pertiga bagi si

pemilik tanah dan sepertiga bagi penggarap. Biaya pajak ditanggung pemilik

dan biaya produksi ditanggung oleh penggarap. Pada adat merpat pemilik

tanah memperoleh tigaperempat bagian tetapi harus membayar pajak tanah

dan menanggung sebagian biaya produksi, sedangkan penggarap hanya

menerima seperempat bagian dari hasil dan juga membayar sisa biaya

produksi. Yang termasuk biaya produksi adalah pembelian bibit dan pupuk.

Penggarap juga menanggung biaya untuk membayar tenaga buruh dan

menyewa alat-alat pertanian. Merapat sekarang menjadi adat bagi hasil yang

paling lazim di Jawa.

Page 10: Laporan Petani Apel

Selain dengan sistem bagi hasil para petani pemilik sering kali juga

menyewakan beberapa bagian dari tanahnya, sehingga demikian ia tidak

hanya mendapat berupa hasil bumi tetapi juga mendapat uang tunia.pada

masa kini banyak petani pemilik tanah juga menggadaikan bagian-bagian

tertentu dari tanahnya selama satu tahun atau dua kali panen. Orang yang

menggarap tanahnya itu meminjamkan uang tunai sebagai gntinya dan

hasilnya adalah seluruhnya bagi yang menggarap. Hasil bumi yang diambil

oleh penggarap merupakan bunga dari uang yang telah dipinjamkan kepada

pimilik tanah itu.

Koentjaraningrat ( 1973, 8 )

2.13 Mobilitas Komunitas Desa

Walaupun penduduk desa bekerja disektor pertanian tetapi sudah jelas

banyak dari mereka yang mencari sumber mata pencaharian lain di luar

sektor pertanian. Dalam hampir semua komunitas desa, semua anggota

pamong desa dan para guru desa yang memiliki tanah sawah atau tegalan.

Sebagian dari tanah itu mereka sewakan, mereka gadaikan kepada petani

lainnya tetapi sebagian lagi mereka kerjakan sendiri.

Banyak diantara para petani mempunyai mata pencaharian tambahan

sebagai penjajah buah-buahan, menjadi pedagang kerajinan tangan atau

kebutuhan rumah tangga di pasar dan ada juga yang memelihara hewan-

hewan ternak. Kini banyak anggapan bahwa orang pedesaan menganut

peradaban-peradaban kuno. Walaupun demikian kesadaran akan adanya

suatu dunia luas di luar komunitas desa perlu dianalisa, lepas dari jangakuan

hubungan dari para petani pedesaan dengan orang-orang atau kelompok-

kelompok tertentu di dunia luar itu tadi, sedangkan kesadaran tadi itu juga

belum berarti bahwa para petani pedesaan itu juga mempunyai perhatain dan

pengertian yang luas dari dunia luar itu. Suatu konsep yang cocok untuk

menganalisis perbedaan antara kesadaran dan pengertian dari para petani

pedesaan mengenai dunia di luar batas komunitas itu bahwa petani desa

dalam kehidupan sosialnya dapat bergerak dalam lapang-lapang sosial yang

berbeda, keadaan yang berbeda dan juga waktu yang berbeda. Ruang lingkup

pola-pola lapangan sosial para petani Indonesia waktu itu rupa-rupanya masih

Page 11: Laporan Petani Apel

terbatas kepada lingkingan lokal dan perhatian petani terhadap masalah-

masalah nasional belum berkembang.

Soerjono Soekanto ( 2007: 45 )

2.14 Stratifikasi dan Diferensiasi Masyarakat Desa

Stratifikasi adalah penggolongan masyarakat dilihat dari kekuasaan,

kekayaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan. Dibawah tekanan jumlah

penduduk yang semakin bertambah dan sumber daya yang terbatas. Adanya

penggolongan pada masyarakat desa ini juga dibedakan atas luas kepemilikan

lahan atau tanah. Bagi masyarakat yang pernah menempuh pendidikan

sampai Sekolah Dasar atau Taman Kanak-kanak mereka cenderung dianggap

derajatnya rendah atau miskin, sedangkan bagi masyarakat yang pernah

menempuh pendidikan tinggi (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau perguruan

tinggi) mereka dianggap sebagai orang kaya yang patut dihormati oleh

masyarakat yang derajatnya lebih rendah.

Selain dilihat dari pendidikan, pengolongan masyarakat juga dibedakan

atas pemilikan luas lahan.penggolongan pemilik lahan atau sawah ada

bermacam-macam dalam mendapatkannya, diantaranya dari warisan orang

tua, pembelian, penggadaian dan sewa-menyewa. Pemilik tanah yang lebih

luas tanahnya cenderung menggunakan tenaga buruh tani untuk segala

macam proses produksi. Diantara buruh tani banyak yang selalu bekerja

dibawah pemilik sawa tertentu, keadaan ini terlihat pada pemilik ytanah yang

luas dan tetangga-tetangga miskinnya. Dapat dipastikan bahwa hubungan

antara pemilik dan pengedok atau antara majikan dan buruh tani tersebut

merupakan hubungan kelas yang bersifat hubungan antara “bapak” dan

“pendukung”, walaupaun kadang-kadang dianggap sebagai hubungan tolong-

menolong (gotong-royong) diantara mereka yang sama kedudukannya. Jadi

dapat disimpulkan bahwa kedudukan sosial ekonomi di antara penduduk desa

berhubungan erat denagn polarisasi luas kepemilikan tanah.

Soerjono Soekanto (2007 : 84)

2.15 Kerjasama dan Struktur Masyarakat Pertanian

Page 12: Laporan Petani Apel

Prinsip atau dasar yang melandasi struktur sosial atau pelapisan sosial

adalah di satu pihak mengabdi dan pihak lain memerintah. Kedua prinsip

pokok ini dapat ditelusuri dalam hubungan ekonomi, masalah ekonomi desa

dan usaha tani dan juga dalam hubungan-hubungan sosial. Atas dasar kedua

prinsip itu masyarakat desa dibagi kedalam kelompok-kelompok yaitu:

kelompok buruh tani dan kelompok petani bebas.

Sebagai pengabdiannya atau posisi yang lebih rendah, buruh tani

bukanlah orang yang bebas. Dalam suatu masyarakat pedesaan ini berarti

bahwa ia sama sekali tidak mempunyai tanah untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya. Dalam arti sesungguhnya buruh tani memperoleh penghasilan

terutama dari bekerja yang mengambil upah untuk para pemilik tanah atau

para petani penyewa tanah. Sebagian dari mereka bekerja dalam waktu jangka

yang pendek tetapi ada juga yang bekerja dalam waktu yang lama atau

menetap.

Dalam tingkah lakunya terhadap orang yang diluar kelompoknya, buruh

tani biasanya menyerah saja kepada nasibnya. Biasanya buruh tani diberi

sebidang tanah yang sempit oleh majikannya. Buruh tani hidup untuk

menyambung hidupnya saja, karena tidak ada benda atau orang yang

menjamin kelancaran hidup mereka di masa depan. Buruh tani yang

sesunguhnya tidak mempunyai latar belakang kecerdasan, juga tidak

mempunyai pengalaman untuk mengelolah pertanian. Dalam kegiatan

ekonomi, diwaktu tidak dipekerjakan sebagai tenaga buruh mereka

melakukan perdagangan kecil-kecilan untuk menyambung hidupnya. Buruh

tani sama sekali tidak terikat oleh desa mereka. Banyak dari mereka yang

berasal dari tempat lain.

Petani bebas dikelompokkan menjadi dua, yaitu petani bebas kecil dan

tuan tanah besar. Petani bebas kecil ini cukup dewasa dipandang dari segi

sosiologis untuk mempunyai kepentingan dalam memperbaiki nasib dan

memainkan peran yang aktif dalam melikukan hail itu. Petani bebas kecil ini

mengerjakan tanh sendiri. Mereka tidak melakukan pekerjaan bagi hasil pada

tanah tegalan. Mereka membayar harga yang amat tinggi untuk pupuk dan

bahan kimia karena mereka memperoleh dari tuan tanah besar. Mereka

Page 13: Laporan Petani Apel

memiliki pengetahuan yang menyakinkan tentang pengolahan usaha tani.

Petani bebas ini juag memiliki buruh tani dan mereka juga ikut bekerja

bersama buruh tani sekaligus mengawasi. Petani bebas ini memberikan

perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya.

Tuan tanah besar terdiri dari sejumlah kecil keluarga yang berhubungan

rapat denagn perkawinan. Mereka menjalankan fungsi pengelolah dalam

usaha tani baik dalam gaya baru atau gaya lama. Tuan tanah besar memiliki

kedudukan pentimg secara ekonomi dalam suatu desa. Dalam hubungan tuan

pembatu, buruh pertanian terikat pada tuannya dengan adat istiadat dengan

hutnag untuk membayar kembali dengan jalan berjanji kerja untuk tuan

tanahnya.

Pujiwati Sajogyo ( 2002: 2 )

2.16 Sistem Nilai Budaya dan Sikap

Sistem nilai budaya itu merupakan suatu rangkaian dari konsepsi-

konsepsi abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagaian besar dari warga

suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap penting dan apa yang

dianggap remeh. Sisitem nilai budaya berfungsi untuk suatu pediman kelauan

manusia dala hidup. Nilai budaya seolah-olah berada diluar dan diatas diri

individu dala masyarakat yang bersangkutan. Suatu sikap merupakan

kecondongan yang berasal dari dalam diri indinidu untuk berlaku dengan

suatu pola tertentu. Suatau sikap terhadap objek bisa juga dipengaruhi unsur-

unsur nilai budaya.

Sebagian rakyat Indonesia adalah rakyat petani maka tidak

mengherankan bahwa hidup dari pertanian dengan teknologi lama tetapi yang

merasakan bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dianggap

lebih halus dan beradab di dalam masyarakat kota. Demikian sudah banyak

para petani yang meninggalkan mata pencaharian hidupnya dalam pertaninan

dan telah mendapat kedudukan dalam sistem kehidupan kota tetapi mereka

masih membawa sistem nilai budayanya dalam alam pikirannya.dalam

kenyataanya sistem nilai budaya kalau tidak terpaksa tidak akan berubah

dengan kecepatan yang sama dengan susunan masyarakat atau sistem

ekonomi.

Page 14: Laporan Petani Apel

Orang petani Indonesia bekerja untuk hidup, kadang-kadang kalau

mungkin untuk mencapai kedudukan. Dalam kenyataan kehidupan

masyarakat terwujud dalam dua macam pranata sosial yaitu sistem tolong

menolong dan kewajiban kerja bakti.dalam pedesaan sangat penting adanya

rasa tolong-menolong tetapi dalam pertanian banyak memberi dampak yang

negatif dan merugikan pihak petani.

Ulrick Plank ( 2006: 64)

2.17 Gabungan Kelompok Tani/ kelompok tani

Gabungan kelompok tani merupakan suatu badan yang mempunyai hak

otonomi untuk mengatur dirinya secara luas. Antara lain gabungan kelompok

tani mempunyai hak untuk membentuk pengurus, mengatur keuangan,

membuat peraturan, melaksanakan sanksi terhadap pelanggaran anggotanya,

tanpa campur tangan pihak luar, dan yang terpenting ialah menjaga ketertiban

dan kesejahteraan para anggotanya.

Fungsi dan kewajiban gabungan kelompok tani yang sangat penting ialah

mengatur pembagian air bagi para anggotanya, agar masing-masing anggota

memperoleh bagian air yang cukup dan seadil-adilnya. Dengan demikian

kesejahteraan semua anggota merupakan tujuan pokok gabungan kelompok

tani. Begitu juga gabungan kelompok tani wajib memelihara sumber-sumber

air, khususnya sumber air yang memberikan air kepadanya. Gabungan

kelompok tani berkewajiban mengatur jenis komoditas yang harus ditanam

(baru belakangan ini), menetapkan waktu penyiapan lahan, penaburan benih,

dan penanaman, serta mengatur pergiliran tanah.

Teguh ( 2009:4 )

2.18 Sistem Agribisnis

Berlangsungnya proses industrialisasi telah mengubah kegiatan ekonomi

berbasis sumberdaya hayati dari sekedar bentuk pertanian primer menjadi

suatu sektor ekonomi modern. sektor agribisnis sebagai bentuk modern dari

pertanian primer, mencakup paling sedikit empat subsistem yaitu

Page 15: Laporan Petani Apel

1. Subsistem agribisnis hulu (Up-stream agribusiness), yaitu kegiatan

ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana

produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/

benih, alat dan mesin pertanian, dll).

2. Subsistem usaha tani (on farm agribusiness) disebut sebagai sektor

pertanian primer.

3. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) yaitu

kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk

olahan, beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestic internasional.

4. Subsistem jasa layanan pendukung (supporting institution) seperti

lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan, layanan

informasi agribisnis, penelitian dan sebagainya.

Dalam struktur perekonomian nasional, sektor agribisnis memiliki

jangkauan dan ruang gerak yang sangat luas yaitu dari skala usaha tani yang

dikelola keluarga sampai dengan skala usaha tani di tingkat nasional. Selain

itu, agribisnis juga mencakup keterkaitannya antara sektor pertanian dengan

sektor industri hingga seluruh jaringan sistem pertanian, mulai dari

pengorganisasian produksi hingga pendistribusian hasil produksi.

Secara konseptional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua

aktivitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran saran produksi (input) sampai

dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta

agroindustri, yang saling terkait satu sama lain.

Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri

dari berbagai subsistem yaitu:

1) Subsistem pengadaan atau penyaluran sarana produksi, teknologi dan

pengembangan sumberdaya manusia.

2) Subsistem budidaya dan usaha tani

3) Subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri

4) Subsistem pemasaran hasil pertanian.

Dengan pendekatan sistem tersebut di atas, orientasi pembangunan

pertanian mencakup seluruh aspek di dalam sistem agribisnis yang dilakukan

Page 16: Laporan Petani Apel

secara terpadu, dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan

lingkungan hidup.

Rangkaian kegiatan yang terkait dalam sistem agribisnis tersebut di atas

di gerakkan oleh berbagai kelembagaan. Peranan kelembagaan dalam sistem

agribisnis sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian di masa

depan. Selain itu, pertanian berwawasan agribisnis memerlukan “dukungan

rancangan bangun kelembagaan” dalam suatu bentuk jaringan kelembagaan

agribisnis yang terpadu, sistematis, dan berfungsi secara efisien dalam

mendukung kegiatan pertanian.ribisnis dalam bentuk unit-unit usaha dalam

subsistem saran produksi, usaha tani / produksi, pasca panen dan pengolahan

serta pemasaran hasil, memerlukan dukungan pembinaan yang trearah dan

terkoordinasi lintas sektor. Oleh karena itu pemberdayaan kelembagaan

menuju bangun kelembagaan agribisnis yang tangguh merupakan salah satu

strategi dalam pembangunan agribisnis. Ketangguhan kelembagaan semacam

ini menjadi syarat mutlak bagi pelaku-pelaku pertanian untuk mampu

mengapresiasikan jati dirinya dalam era persaingan mendatang.

Nasrun Hasibuan ( 2011: 2)

2.19 Kelembagaan Sarana Produksi

Kelembagaan sarana produksi merupakan kelembagaan yang bergerak

dibidang produksi, penyediaan dan penyaluran sarana produksi. Kelembagaan

ini ada yang berfungsi sebagai produsen atau perusahaan yang bergerak

bidang industri pupuk seperti PT Pupuk Kujang, PT Petrokimi Gresik dan

lain-lain. Produsen pupuk tersebut menghasilkan pupuk urea, ZA dan SP-36.

Selain dari produsen pupuk ada juga perusahaan yang memproduksi pestisida

dan produsen penghasil pupuk alternatif. Selain itu juga ada yang bergerak di

bidang produksi benih baik BUMN maupun perusahaan swasta penghasil

benih.

Kelembagaan ekonomi yang bergerak dibidang penyaluran atau distribusi

sarana produksi cukup banyak jumlahya, baik yang berstatus BUMN

maupun swasta dan koperasi atau KUD. Di tingkat pedesaan kelembagaan ini

berwujud sebagai kios-kios sarana produksi dab tempat pelayanan koperasi

Page 17: Laporan Petani Apel

yang berfungsi sebagai pengecer langsung kepada petani selaku konsumen.

Untuk mengkoordinasikan kegiaatan dibidang produksi maupun distribusi

sarana produksi biasanya beberapa kelembagaan usaha membentuk asosiasi.

Nasrun Hasibuan ( 2011:4 )

2.20 Kelembagaan Budi daya dan Usaha Tani

Kelembagaan agribisnis yang bergerak dibidang usaha tani meliputi:

rumah tanggapetani sebagai unit usaha terkecil di bidang tanaman pangan dan

holtikultura, kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani dan kelembagaan

usaha dalam bentuk perusahaan budidaya tanaman pangan dan holtikultura.

Baik unit-unit usaha tanidalam bentuk usaha tani rumah tangga maupun

kelompok tani merupakan kelembagaan non-formal yang melaksanakan

fungsi agribisnis di pedesaan. Kelimpok tani sebagai bentuk kelembagaan

yang lebih maju dan terorganisasi berfungsi sebagai wadah berproduksi,

wahana kerjasama antar anggota kelompok tani dan kelas belajar diantara

anggota atau petani .

Pengolahan perusahaan budidaya dilakukan dengan manajemen yang

lebih maju dan status legalnya adalah sebagai perusahaan berbadan hukum

yang memang dirancang dengan baik melalui investasidi bidang usaha

budidaya tanaman. Bentuk investasinya dapat berupa penanaman modal

dalam negeri maupun penanaman modal asing.

Nasrun Hasibuan ( 2011:5)

2.21 Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

Kelembagaan yang terkait dengan pasca panen dan pengolahan hasil ini

meliputi kelembagaan yang melakukan usaha dibidang pasca panen seperti

usaha perontokan, kelembagaan usaha dibidang pengolahan seperti

perusahaan penggilingan padi, industri tepung tapioka, industri pembuatan

tahu atau tempe dan lain-lain dan kelembagaan lumbung desa yang berperan

untuk mengatasi masalah pangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan

yang mendesak. Limbung desa ini di kelolah oleh LKMD. Dilihat dari skala

usaha, unit usaha di bidang pasca panen dan pengolahan hasil ini meliputi

Page 18: Laporan Petani Apel

usaha dalam skala kecil, skala menengah dan skala besar yang dikelolah

dalam bentuk perusahaan industri pengelolahan hasil pertanian yang tersebar

baik di pedesaan maupun di kota.

Nasrun Hasibuan ( 2011:6 )

2.22 Kelembagaan Pemasaran Hasil dan Jasa Layanan Pendukung

Kelembagaan pemasaran dalam sistem agribisnis menempati posisi yang

sangat penting karena melalui kelembagaan ini arus komoditi atau barang

berupa hasil pertanian dari produsen disampaikan kepada konsumen.

Kelembagaan ini terkait dalam sistem tata niaga hasil pertanian sejak lepas

dari produsen ke konsumen.kelembagaan tersebut dapat berupa pedagang

pengumpul yang ada di derah produsen, pedagang antar daerah yang berada

di kabupaten dan provinsi, pedagang grosir dan pedagang pengecer ke

konsumen.

Semakin efisien sistem tataniaga hasil petanian, semikin sederhana pula

julmlah mata rantai tat niaga yang diperlukan. Pada umumnya kelembagaan

pemasaran ini merupakan unit-unit usaha di bidang jasa perdagangan,

termasuk juga usaha transportasi hasil pertanian. Skala usahanya pun meliputi

dari usaha skala kecil, menengah sampai dalam bentuk usaha jasa

perdagangan antar daerah, pulau dan ekspor ke luar negeri.

Kelembagaan ini sangat menentukan keberhasilan kelembagaan agribisnis

dalam mencapai tujuannya. Di antara banyak kelembagaan jasa layanan

pendukung ada beberapa yang dianggap penting, diantaranya :

1. Kelembagaan di Bidang Permodalan

Kelembagaan ini juga beragam, mulai dari perbankan, dana-dana ventura

dan dana dari penyisihan keuntungan BUMN. Kelembagaan ini

menyediakan modal bagi sektor agribisnis baik berbasis komersial murni

maupun menyalurkan kredit program yang di skemakan oleh pemerintah.

2. Kelembagaan di Bidamg penyediaan Alsintan

Kelembagaan ini berupa perusahaan pembuatan dan perakitan alsintan

baik skala kecil maupun besar, termasuk usaha perbengkelan yang

melakukan perakitan dan pembuat alsintan sederhana yang tersebar di

Page 19: Laporan Petani Apel

daerah-daerah. Udaha ini berperan penting dalam mendukung keberhasilan

pendayagunaan dalam mendukung keberhasilan pendayagunaan dan

pengembangan alsintan melalui usaha pelayanan jasa.

3. Kelembagaan Aparatur

Kelembagaan yang berfungsi sebagai pelayanan atau penyuluhan adalah

Balai Penyuluhan Pertanian yang sudah tersebar di Indonesia. Selain dari

kelembagaan penyuluhan juga ada kelembagaab apatur yang berfungsi

sebagai pengaturan dan pembinaan antara lain adalah organisasi

pemerintah di pusat dan tingkat provinsi dan juga instansi terkait serta

dinas pertanian dan instansi terkait di tingkat kabupaten. Dalam

kelembagaan apatur ini termasuk juga kelembagaan penelitian sebagai

sumber teknologi dalam pengembangan agribisnis.

Nasrun Hasibuan ( 2011:7 )

Page 20: Laporan Petani Apel

III. PEMBAHASAN

3.1 Hasil Wawancara

3.1.1 Hasil wawancara dengan Bapak Jumain oleh Novita Rizky Amalia

A. Identifikasi Petani

Bapak Jumain adalah salah satu anggota dari kelompok tani

yang ada di desa Bulukerto, Batu. Beliau bertempat tinggal di desa

Bulukerto, RT 6 RW 3. Pekerjaan utama Pak Jumain adalah

sebagai seorang petani apel. Di usia yang hamper setengah abad ini

beliau masih setia dengan pekerjaannya sebagai petani apel yang

telah dijalaninya sejak beliau berumur limabelas tahun. Selain

menjadi petani apel, Pak Jumain juga memiliki pekerjaan

sampingan sebagai petani bunga. jumlah anggota keluarga Pak

Jumain empat orang, yang terdiri dari seorang istri, seorang anak

laki-laki, dan seorang anak perempuan. Karena karirnya sebagai

petani telah dirintis sejak usia limabelas tahun, sehingga Pak

Jumain hanya dapat mengenyam pendidikan formalnya hingga

bangku sekolah dasar.

Pak Jumain ini merupakan salah satu petani apel yang

sejahtera kehidupannya, hal ini dapat dilihat dari luas lahan

pekarangan yang dimiliki seluas 1500 m² dan luas tegalan sebesar

7000m². Ditinjau dari luas rumahnya juga beliau dapat digolongkan

menjadi petani sejahtera. Meskipun penghasilan apel malang

sekarang tidak sebaik beberapa tahun yang lalu, namun Pak Jumain

masih dapat memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarganya.

Berikut data tabel luas kepemilikan lahan yang dimiliki Bapak

Jumain.

Tabel 1 Luas Kepemilikan Lahan Bapak Jumain

No Status LahanLuas Pekarangan

(m²)Lahan Tegal (m²)

1. Milik 1500 7000

2. Sewa - -

Page 21: Laporan Petani Apel

3. Bagi hasil (maro, martelu,

mrapat)- -

4. Jumlah 1500 7000

B. Kebudayaan Petani

1. Pengetahuan petani tentang cara bercocok tanam dan

teknologi pertanian

Dalam satu tahun lahan yang dimilik Pak Jumain sepenuhnya

ditanami pohon apel. Tidak ada bero dalam Meskipun beliau juga

memiliki sampingan sebagai petani bunga, namun bunga itu tidak

memiliki tempat khusus atau lahan tersendiri dalam masa

tanamnya. Bunga itu hanya ditanam di depan halaman rumah.

Dalam satu tahun kebun apel milik Pak Jumain dapat panen +/- 3-4

kali. Alasan utama beliau memilih varietas apel sebagai komoditi

utama di pertaniannya karena lingkungan sekitar seperti penduduk

setempat banyak yang menanam apel, biofisik desa juga

mendukung untuk pertumbuhan apel dengan baik, selain itu apel

dianggap menjadi komoditas yang dapat menyokong kehidupan

ekonominya.

Cara penanaman apel yang dilakukan oleh Bapak Jumain ini

menggunakan teknik stek apel, yaitu dengan cara menyetem

batangnya lalu menancapkannya kembali di tanah hingga menjadi

individu pohon apel baru. Pohon apel merupakan tanaman tahunan,

sehingga tidak memerlukan penanaman ulang setelah dipanen.

Pengolahan tanah dilakukan dengan manual, yaitu membuat petak-

petak dan dilubangi dengan kedalaman tujuhpuluhlima cm

kebawah dengam lebar satu meter. Pohn apel ini dapat tumbuh

dengan baik jika diberi jarak +/- 4m setiap pohonnya, hal ini

dikarenakan pertumbuhan batangnya kan maksmal bia ditanamn

dengan jarak 4m. Jika petani menggunakan jarak yang kurang dari

4m mungkin mereka dapat mengambil keuntungan dari banyaknya

pohon apel yang ditanam dan banyaknya buah yang dihasilkan,

Page 22: Laporan Petani Apel

namun hal itu sebenarnya tidak baik bagi si pohon apel sendiri,

karena dengan penanaman seperti itu pohon apel tidak dapat

tumbuh dengan optimal.

Dalam pembudidayaan tanaman apapun pasti membutuhkan

asupan atau nutrisi baik untuk tumbuhan maupun untuk tanahnya,

sama halnya dengan Pak Jumain yang menggunakan pupuk TSP

1616 untuk nutrisi pohon apelnya. Dalam setahun lahan Pak

Jumain dapat menghabiskan 1 kw pupuk. Penyiangan dilahan apel

ini penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan dicabut

tangan dan semprot bahan kimia. Penyiangan dilakukan hanya jika

kondisi lahan dianggap telah penuh dengan rumput.

Jenis hama penyakit yang ditemukan di pohon apel ada banyak

macamnya, namun yang utama dan akhir-akhir ini sedang

mewabah adalah hama kutu sisik. Hama ini menyerang bagia

batang pohon apel, dan muncul bintik-bintik merah diuahnya.

Masih belum ada penanganan yang efektif untuk membasmi hama

ini, semua petani di daerah ini masih mencoba-coba berbagai

fungisida dan masih belum ada yang dapat menghilangkan kutu

sisik secara efektif.

Dalam penentuan panen pemilik lahan melihatnya dari umur

buah +/- 3 bulan. Cara panennya juga dilakukan dengan manual,

memetik langsung dari pohon. Selain penentuan masa panen dilihat

dari umurnya, masa panen apel juga dilihat dari keadaan buah.

Pak Jumain mendapatkan pengetahuan tentang bertani secara

otodidak, jadi beliau belajar dari orangtuanya dan juga dari

lingkungan sekitar. Terkadang juga beliau mempelajari tanaman itu

dengan mengamati tanaman tersebut. Jadi beliau memahaminya

bukan hnaya secara teori namun langsung terjun ke lapang, dan

mengamati keadaannya.

Cara budidaya pohon apel yang digunakan tidak pernah

berubah dari jaman dahulu hingga sekarang, masih tetap

menggunakan cara stek apel. Hal ini dilakukan terus-menerus

Page 23: Laporan Petani Apel

karena ini merupakan cara yang dianggap paling efektif dalam

membudidayakan tanaman ini.

C. Lembaga Pranata Sosial Terkait Dengan Usahatani

1. Lembaga Penguasaan Lahan Pertanian

Status lahan yang dimiliki oleh Bapak Junaidi adalah

lahan milik sendiri, lahan itu diperoleh dari warisan dan ada

pula yang diperoleh dari hasil pembeliannya sendiri. Bapak

Junaidi mendapatkan lahan warisan itu pada tahun 1993 dan

tanah yang berstatus milik pribadi dibeli pada tahun 2011. Dari

lahan itulah Bapak Junaidi mengembangkan apelnya dan

bertahan hidup. Selama menjadi petani apel Bapak Jumain

belum pernah menyewa lahan orang. Tapi tidak sedikit rekan

Pak Jumain dalam satu kelompok tani yang masih menyewa

lahan milik orang lain. Biasanya lahan yang disewa tiu adalah

lahan milik orang kaya di desa itu atau desa sekitar yang

memiliki investasi lahan di daerah itu.

Dalam penguasaan lahan pertanian dikenal sistem bagi

hasil, sistem ini merupakan cara buruh tani untuk tetap bekerja

di lahan tapi dia hanya menggarap lahan tanpa memiliki status

sebagai pemilik. Jadi pada waktu musim panen datang, hasil

dari panen itu dibagai antara pemilik dan penyewa lahan sesuai

perjanjian. Dalam sistem ini penyediaan saprodi juga menjadi

kesepakatan antara kedua belah pihak.

2. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan sarana

produksi pertanian (benih/ bibit, pupuk, obat-obatan)

Selama menjadi petani apel, Pak Junaidi selalu memenuhi

kebutuhan sarana produksi pertaniannya sendiri. Mulai dari bibit,

pupuk, pestisida, semuanya itu dibeli dengan menggunakan uang

pribadi tanpa bantuan dari pemerintah setempat, maupun lembaga

pertanian. Harga beli pupuknya sekitar Rp 8000/ kg. Selain pupuk

kimia, pak Jumain juga menggunakan pupuk alami yaitu kompos

dan kandang, atau bokashi (campuran antara pupuk kandang dan

Page 24: Laporan Petani Apel

kompos). Bokashi ini merupakan hasil kerja dari kelompok tani

setempat.

3. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan tenaga kerja

Dalam kegiatan usaha tani Pak Jumain hanya

menggunakan tenaga kerja tambahan pada saat panen, kegiatan

ini dikenal dengan nama “rempes”. Rempes adalah kegiatan

panen atau memetik buah yang dianggap telah memenuhi syarat

untuk dipetik. Tenaga kerja tambahan tersebut biasanyya diambil

dari Desa Bulukerto sendirim, namun jika hasil panennya

melimpah sang pemilik lahan terpaksa mengambil tenaga kerja

sekitar Desa Bulukerto. Tenaga kerja tambahan itu tugasnya

hanya memetik buah mulai daripukul 07.00-11.30. trenaga kerja

ini juga mendapat upah yang lumayan besar, yaitu seharga Rp

17.000/ hari. Dari kegiatan ini dapat dilihat meskipun bermata

pencaharian hanya sebgaiai petani, namun beliau mampu

menumbuhkan perekonomian desanya bahkan desa sekitar.

4. Lembaga yang dapat melakukan fungsi pengolahan hasil

pertanian

Tidak ada sistem pengolahan yang dilakukan di lahan

milik Pak Jumain. Buah apel hanya dipanen ketika buah sudah

matang, alasannya tidak lain adalah pertimbangan kualitas

buah. Jika buah dipanen sebelum waktunya tentunya rasa yang

dihasilkan belum maksimal. Jika rasa buah yang dipanen

masih belum maksimal tentunya tidak ada kepuasan petani

dalam menanam pohon itu.

5. Lembaga pemasaran hasil pertanian

Dalam pemasarannya Bapak Jumain hanya menunggu

pihak yang berminat dan dating ke lahan. Tidak ada lembaga

yang menampung pemasaran buah apel dari desa ini. Jadi

petani di desa ini menunggu pembeli yang datang dan

melakukan kesepakatan harga. Biasanya kegiatan ini

diklakukan di balai desa. Hasil panen buah apel milik Pak

Page 25: Laporan Petani Apel

Jumain mayoritas dijual dan hanya beberapa yang diambil

untuk konsumsi sendiri. Penentuan harga dilakukan oleh

pemilik lahan, namun hasil akhir yang didapat tetap atas hasil

musyawarah semua pihak yang dating pada waktu

musyawarah. Cara pembayarannya bisa dilakukan sekali, dua

kali, bahkan ada pula yang melunasinya dalam waktu satu

bulan kedepan.

6. Kelompok Tani/ Gabungan Kelompok Tani

Ada beberapa kelompok tani di desa Bulukerto ini. Bapak

Jumain merupakan salah satu anggota aktif dalam salah satu

kelompok tani tersebut. Kelompok tani ini berstruktur, dengan

ketua Bapak Hastom, dan masa jabatan lima tahun. Kelompok

tani ini memiliki beberapa kegiatan, diantaranya membuat

bokashi, pembibitan, penyuluhan pertanian, dan penyuluhan

peternakan.

7. Himpunan Petani Pemakai Air Minum (HIPPAM)

Di desa Bulukerto ini terdapat Himpunan Petani Pemakai

Air Minum (HIPPAM). Himpunan ini diketuai oleh Bapak

Suwito. Pak Jumain tidak menjadi anggota dalam himpunan

ini, karena air yang tersedia di desa ini masih cukup untuk

memenuhi kebutuhan air sehari-hari.

8. Lembaga Keuangan/ Perkreditan

Dalam melakukan usaha pertanian tentunya membutuhkan

modal yang tidak sedikit. Pak Jumain pernah meminjam uang

kepada anggota keluarga yang lain sebagai modal untuk awal

pembelian sarana produksi. Selain meminjam kepada anggota

keluarga, biasanya juga melakukan pinjaman berupa barang

saprodi ke toko, dan baru akan bayar setelah panen

belangsung.

D. Perubahan Sosial

Di Desa Bulukerto tidak terdapat lembaga penyedia sarana

produksi pertanian, sehingga petani secara langsung mengambil

Page 26: Laporan Petani Apel

sarana produksi langsung dari toko yang menyediakan sarana

produksi itu. Seharusnya pemerinah setempat memberika tempat

untuk penjualan saprodi yang tidak terlalu jauh desa atau keluar

dari desa.

Jika memasuki musim panen tentunya petani membutuhkan

tenaga kerja tambahan untuk membantu mengerjakan pekerjaan

agar cepat selesai. Biasanya tenaga kerja musiman itu diambil

dari masyarakat desa setempat yang membutuhkan pekerjaan,

namun jika hasil panen melimpah ruah tidak menutup

kemungkinan pekerja musiman itu diambil dari desa lain yang

berdekatan. Sistem pengupahannya dalam bentuk upah harian,

jadi pekerja mulai bekerja pada pukul 07.00-11.30. Besar nilai

upah pekerja musiman yang ada di lahan Pak Jumain Rp 17.000/

hari.

Dalam hal pemasaran petani apel Bulukerto masih belum

melakukan transaksi dalam skala besar hingga ekspor.

Pemasarannya masih berada dalam skala kecil seperti mlijo dan

pedagang di pasar. Jadi penghasilan mereka juga masih stagnan,

tanpa ada perubahan yang signifikan. Padahal kualitas buah yang

dihasilkan dari desa ini termasuk baik. Kondisi perekonomian di

desa ini akan lebih baik lagi jika pemerintah setempat mampu

menggandeng pihak yang berperan baik dalam pemasaran apel

bulukerto.

Pekembangan kelompok tani di desa bulukerto semakin

maju. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya informasi baru

yang di dapat petani dari hasil pertemuan kelompok, dengan cara

petani menyampampaikan informasi kepada pihak lain. Dampak

dari kelompok tani membawa nilai positif bagi petani-petani di

desa bulukerto.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

merupakan program dari pemerintah untuk memajukan suatu

desa. Di desa bulukerto PNPM berperan besar dalam perbaikan

Page 27: Laporan Petani Apel

infrastruktur desa, seperti pembangunan paving di jalan, drainase,

gorong-gorong, dll. Jadi PNPM di desa ini telah berjalan dengan

baik, dan wujud nyata dari program itu membuat desa menjadi

lebih baik kondisinya.

3.1.2 Hasil wawancara dengan Bapak Eko Toyib oleh Hilda Valeria

A. Identifikasi petani

Eko Toyib adalah nama seorang petani muda yang telah berusia 27

tahun. Ia tinggal tinggal di sebuah desa yang bernama Desa Bulukerto,

tepatnya di Dusun Gintung RT 05 RT 03, Batu. Tingkat pendidikan

terakhir Pak Eko Toyib adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Jumlah anggota keluarga Pak Eko sebanyak 3 orang yaitu ia sendiri, istri

dan 1 anak. Selain menjadi petani, ternyata ia juga mempunyai pekerja

sampingan yaitu sebagai peternak kambing. Pak Eko mempunyai 23 ekor

kambing, dan lokasi peternakan itu sendiri bertempat di sebelah

rumahnya. Ia mulai bertani sejak sepuluh tahun yang lalu, tepatnya ketika

umur Pak eko genap tujuh belas tahun. Lahan yang diperoleh yaitu

sebesar 1 ha di perkarang rumah dan 2 ha yang terletak tidak jauh dari

rumahnya merupakan warisan dari orang tua Pak Eko. Lahan yang

dipunyainya merupakan lahan tegal.

B. Kebudayaan petani

1. Pengetahuan petani tentang cara bercocok tanam dan teknologi

pertanian

Dalam satu tahun, Pak eko hanya menanam satu jenis tanaman

saja yaitu buah apel pada lahan tegalnya. Jenis buah apel yang

ditanami ada dua, yaitu apel ana dan apel manalagi. Apel ana yang

berwarna merah, sedangkan apel manalagi jika sudah siap panen

berwarna hijau kekuningan. Ia memilih apel karena memang

komoditas di Desa Bulukerto merupakan apel. Kesesuaian dengan

cuaca dan lahan turun temurun dari warisan orang tua juga merupakan

faktor mengapa Pak Eko memilih apel untuk ditanam.

Page 28: Laporan Petani Apel

Pada lahan tegalnya, Pak Eko tidak menyediakan benih-benih

apel sebelumnya. Namun, benih-benih tersebut sudah menjadi pohon

karena lahan tersebut adalah lahan warisan dari orangtua Pak Eko.

Pengolahan tanah pada lahan tersebut hanya penyemprotan sebagai

obat rumput dan juga penyemprotan herbisida. Tidak ada pembajakan

menggunakan traktor atau kerbau karena lahan apel tidak perlu adanya

pembajakan seperti lahan padi. Selain itu, untuk pengolahan tanahnya

Pak Eko hanya memberikan pupuk kandang saja untuk sekarang ini.

Pemupukan yang dilakukan olehnya dilakukan sekali dalam satu tahun

pada musim kemarau. Pupuk yang digunakan adalah sebanyak 25 kg

untuk 1 pohon. Dulu ia pernah menggunakan pupuk kimia sebagai

referensi tetapi sekarang tanah di lahan Pak Eko sudah sepenuhnya

menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang tersebut diperolehnya

dari kotoran ternak yang Pak Eko miliki.

Pak Eko membuat persemian tiga kali dalam satu tahun pada

lahan tegalnya. Varietas yang dipilih adalah apel ana dan apel

manalagi. Jumlah pohon yang ada dalam satu hektar adalah 200

pohon. Jadi, Pak Eko mempunyai 600 pohon apel pada lahannya.

Jarak tanam antar pohon yang ideal adalah 2,5 m tetapi Pak Eko

membuat jarak tanam 2 m untuk setiap pohonnya karena selain untuk

memaksimalkan produksi, jarak tersebut juga sudah ditetapkan oleh

orangtua Pak Eko sebelumnya.

Pada lahan apel Pak Eko tidak sedikit juga hama dan penyakit

yang ia temukan. Hama yang sering ditemukan adalah ulat pada daun

kutu sisik. Kutu sisik tersebut adalah kutu yang menyerang bagian

batang pohon sehingga menyebabkan menjadi kering dan mati.

Sedangkan penyakit yang sering muncul adalah embun tepung.

Penyakit embun tepung ini menyerang bagian daun, menyebabkan

daun menjadi putih seperti tepung. Pengendalian hama dan penyakit

yang dilakukan oleh Pak Eko adalah dengan penyemprotan pestisida

dan fungisida sebanyak satu kali untuk setiap minggunya. Dosis yang

digunakan adalah 200 ml pestisida atau fungisida kemudian dicampur

Page 29: Laporan Petani Apel

dengan 200 L air lalu disemprotkan pada pohon. Dosis tersebut

digunakan untuk 200 pohon atau 1 ha lahan tegal Pak Eko.

Cara Pak Eko menentukan bahwa apel sudah waktunya dipanen

adalah dengan melihat dari ciri-ciri apel itu sendiri. Jika apel ana

sudah siap panen maka warna buahnya akan berubah menjadi hijau

kekuningan. Begitu juga dengan apel manalagi yang warnanya akan

berubah menjadi merah. Hasil yang ia dapatkan langsung dijual

kepada pengepul (tengkulak).

Pak Eko memperoleh cara mengolah lahan apel adalah dari

orangtua dengan melihat langsung ke kebun. Selain itu Pak Eko juga

banyak memperoleh pengetahuan proses pengolahan lahan dari teori

dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh Penyluh Pertanian

Lapang (PPL). Namun, tidak ada penjelasan atau teori yang diberikan

dari pihak swasta seperti PT. Dupon, PT. Bayer dan lain sebagainya.

Pengetahuan yang diperoleh Pak Eko pernah berubah terutama dalam

hal penyemprotan obat. Penyemprotan obat selalu berubah karena

musim. Contohnya saat musim kemarau sedikit menggunakan obat

tetapi pada musim hujan banyak menggnakan obat. Merk obat yang

digunakan juga berubah-ubah setiap musimnya.

C. Lembaga Pranata Sosial Terkait Dengan Usahatani

1. Lembaga Penguasaan Lahan Pertanian

Status lahan yang dimiliki Pak Eko adalah milik sendiri yang

diperoleh dari warisan orangtua pada tahun 2002. Sebgai pemilik

lahan, kewajiban yang harus dijalankan oleh Pak Eko adalah

menyerahkan penggarapan lahan, membayar pajak tanah dan

membayar iuran irigasi. Selain itu, Pak Eko juga menanggung

sebagian saprodi sebesar 25%. Disamping kewajiban-kewajiban

yang ia jalankan, Pak Eko mendapatkan haknya yaitu mendapatkan

bagian hasil dari lahan tegalnya sebesar 100%.

2. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan sarana produksi

pertanian (benih/ bibit, pupuk, obat-obatan)

Page 30: Laporan Petani Apel

Dalam kegiatan usahatani apelnya, Pak Eko pernah

menggunakan pupuk urea sebanyak satu kali dengan harga Rp

1000,00 per kg yang diperoleh dari toko obat. Namun Pak Eko

sekarang sudah tidak pernah lagi menggunakan pupuk urea atau

pupuk kimia lainnya. Saat ini ia sepenuhnya menggunakan pupuk

kandang yang diperoleh dari ternaknya sendiri. Pak Eko juga

menjual pupuk kandang kepada petani lainnya dengan harga Rp

10.000,00 per kg. Memang harga pupuk kandang lebih murah

dibandingkan dengan pupuk urea tetapi pupuk kandang lebih baik

untuk tanah karena tidak mengandung bahan kimia. Selain pupuk,

pestisida yang sering digunakan adalah topsin dan gabrio. Topsin

dijual per kg dengan harga Rp 70.000,00 sedangkan gabrio dijual

dengan harga Rp 140.000,00 per 250ml. Pestisida-pestisida tersebut

diperoleh dengan membelinya di toko obat. Pak Eko lebih sering

menggunakan gabrio walaupun harganya mahal tetapi lebih ampuh

untuk membasmi hama. Ada juga pestisida nabati yaitu forlisium

yang diperoleh dari bantuan dinas setempat. Semua pupuk dan

pestisida yang dibeli oleh Pak Eko adalah beli kontan kecuali

fortilisium.

3. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan tenaga kerja

Pak Eko menggunakan bantuan tenaga kerja dengan sistem

upah harian untuk kegiatan usahatani apelnya. Kegiatan yang

menggunakan bantuan tenaga kerja yaitu pertama, mengambil daun

pasca panen sebanyak 30 orang, mereka yang mengerjakan bagian ini

diberi upah sebesar Rp 17.000,00 per hari, biasanya pekerjaan ini

dilakukan oleh wanita karena tidak terlalu berat dan tidak banyak

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Kedua, ada

pekerjaan memotong sebanyak 20 orang. Kegiatan memotong ini

sistemnya adalah dengan memotong batang yang tidak bagus ataupun

tidak sehat dengan menggunakan gunting khusus. Bila mengerjakan

bagian memotong akan diberikan upah sebesar Rp 20.000,00 per hari.

Kegiatan selanjutntya ketiga adalah pangkas yang dikerjakan oleh 30

Page 31: Laporan Petani Apel

orang. Pangkas ini berbeda dengan memotong. Pangkas adalah

kegiatan untuk memangkas gulma yang ada. Buruh tani yang

mengerjakan bagian pangkas akan digaji sebesar Rp 20.000,00.

Pekerjaan terakhir adalah panen. Kegiatan ini paling banyak tenaga

kerjanya yaitu sebanyak 50 orang. Apabila lahan apel yang dimiliki

Pak Eko sudah siap panen maka para buruh tani banyak yang

menawarkan diri untuk memetik apel-apel dan dimasukkan ke dalam

satu wadah kemudian mangangkutnya ke gudang yang sudah

disiapkan. Upah yang diberikan pada tenaga kerja panen adalah yang

paling besar diantara lainnya yaitu sebesar Rp 50.000,00 per enam jam

karena pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang paling berat.

4. Lembaga yang dapat melakukan fungsi pengolahan hasil

pertanian

Hasil panen apel yang didapat Pak Eko pada setiap musimnya

bisa mencapai 1 sampai dengan 2 ton dan tidak ada yang diolah

sebelum dijual. Pak eko memilih langsung menjual hasil panennya

kepada tengkulak karena dengan begitu ia langsung mendapatkan

uang tanpa harus mengeluarkan uang untuk pengolahan hasil

panennya. Setiap musim 50% bahkan hampir semua hasil panen dari

lahan langsung dijual Pak Eko, jarang ada yang dikonsumsi sendiri. Ia

mengkonsumsi sendiri ketika sedang menginginkan apel tersebut saja.

Pak Eko tidak langsung menjual ke pasar, tetapi ia menjual kepada

tengkulak yang datang kepadanya. Penentuan harga adalah oleh kedua

belah pihak. Artinya, antara Pak Eko dan tengkulak ada proses tawar-

menawar untuk memastikan harga yang optimal dan tidak merugikan

kedua belah pihak. Pada musim ini harga apel turun dari musim lalu

menjadi Rp 4200,00 per kg karena cuaca yang tidak menentu sehingga

kualitas panen pun tiidak maksimal dan terjadilah penurunan harga.

Cara pembayaran yang dilakukan oleh pihak pembeli hasil pertanian

tidak kontan dimuka melainkan dibayar setelah laku dijual.

5. Kelompok Tani/ Gabungan Kelompok Tani

Page 32: Laporan Petani Apel

Di Desa Bulukerto terdapat kelompok tani. Ketua dari kelompok

tani tersebut adalah Pak Gianto. Pak Eko sendiri bukan hanya menjadi

anggota pada kelompok tani ini melainkan juga sekertaris. Banyak

kegiatan yang dilakukan pada kelompok tani ini, mulai dari pertemuan

rutin, pengolahan pupuk kandang dan lain sebagainya. Pak Eko dan

para petani lainnya pun aktif mengikuti setiap kegiatan dalam

kelompok tani di Desa Bulukerto. Pak Eko mengakui bahwa dengan

adanya kelompok tani ini semakin memajukan pola pikir petani

karena bisa saling bertukar pikiran, ilmu tanam dan yang lainnya.

6. Lembaga Keuangan/ Perkreditan

Selama menjalankan usaha taninya, Pak Eko pernah

membutuhkan modal dari luar yaitu dari Bank Perkreditan Rakyat

(BPR). Jangka waktu yang ditetapkan adalah 6 bulan dan bunganya

2% per bulan. Pinjam modal ini dilakukan Pak Eko dulu saat awal

memulai usahatani, tetapi sekarang sudah memakai modal sendiri.

D. Perubahan Sosial

Menurut pengamatan Pak Eko selama menjadi petani, tidak terlalu

banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada usahataninya. Cara atau

sistem pengadaan tenaga kerja untuk usahatani terjadi perubahan harga,

sekarang lebih mahal tarif upah harian setiap tenaga kerja. Dulu setiap

tenaga kerja masih ada yang mau diberi upah sebesar Rp 15000,00.

Namun, sekarang sudah tidak ada lagi yang mau. Lebih jauh lagi, dulu

tidak ada upah maksimal buruh tani sebesar Rp 50000,00 per enam jam,

tetapi sekarang tenanga kerja panen mendapat upah sebesar itu. Lembaga

pengolahan dan pemasaran hasil tidak terjadi perubahan, tetap sama dari

sebelumnya. Perkembangan kelompok tani berubah menjadi semakin

maju, contohnya seperti pola pikir para petani yang lebih modern dan

semakin banyak bantuan yang diterima para petani terutama dari

pemerintah setempat, baik itu berupa dana maupun berupa pupuk atau

bibit.

3.1.3 Hasil wawancara dengan Bapak Supai oleh Didin Sagita

Page 33: Laporan Petani Apel

A. Identitas Petani

Pak Supai adalah seorang petani yang berusia 80 tahun,

beliau tinggal di desa bulukerto dusun guntung RT05 RW03. Pak

Supai mempunyai seorang anak perempuan yang sudah menikah,

mempunyai dua orang cucu dan satu buyut, mereka hidup bersama

dalam satu rumah. Pak Supai menjadi petani sejak 1976. Jenjang

pendidikan formal beliau adalah sampai SD (Sekolah Dasar), beliau

hanya menempuh pendidikan sampai SD karena pada masa itu tidak

ada jenjang pendidikan yang lebih tinggi . Dan setelah tamat dari

sekolahnya Pak Supai memang sudah memutuskan untuk bekerja .

Anak perempuan pak supai bekerja sebagai penjual bunga dan

membatu pak supai bercocok tanam .

Pak Supai tergolong masyarakat yang berkecukupan

dengan pekerjaan utamanya sebagai Petani apel , beliau memiliki

tegal Apel sendiri dengan luas 500m2 . Lahan seluas ½ ha bisa

dikatakan luas . Beliau menghidupi 5 anggota keluarganya . Pak

Supai tidak memiliki hewan ternak .Pak Supai mempunyai rumah

yang layak , cukup luas untuk dihuni 5 orang anggota keluarga.

Anak beliau juga bekerja sebagai penjual bunga, mempunyai mobil

untuk menjual bunganya ke kota . Status tegal yang dimiliki oleh

Pak Supai merupakan tegal yang beliau beli sendiri pada tahun

1970.

B. Kebudayaan Petani

Dalam setahun lahan Pak Supai ditanami Apel manalagi.

Beliau memulai menanam apel sejak tahun 1976 , sejak beliau

menjadi petani . Beliau menanam apel karena hasil buahnya yang

baik dan menguntungkan selain itu beliau menanam apel karena

disarankan oleh atasannya sewaktu beliau menjadi pengawas buah

di batu .Beliau mengolah tanah dengan menggunakan cara yang

tradisional yaitu dengan menggunakan cangkul sebelum ditanami

Apel . Beliau mempersiapkan bibitnya sendiri . Persemiannya

Page 34: Laporan Petani Apel

dilakukan di tegalnya sendiri . untuk lahan ½ ha ditanami 100

pohon apel setiap tahunnya.

Cara tanam pohonnya diberi jarak 2 m per pohonnya.

Hanya ada 1 pohon perlubangnya . Pengairan nya dengan

mengandalkan air hujan . Jenis pupuk-pupuk yang digunakan

adalah untuk pertama penanaman digunakan pupuk kandang yang

hanya digunakan sekali selama penanaman . Beliau juga

menggunakan pupuk ZA dan phonska terkadang. Pupuk di berikan

dengan ukuran ¼ kg untuk setiap pohonnya . pengairan nya

mengandalkan air hujan saja . Jenis hama yang menyerang apel

adalah Cabuk merah, cabuk putih, cara yang digunakan untuk

mengatasi hama tersebut adalah dengan cara penyemprotan

pestisida, dengan takaran air 15 liter air dengan 10 cc pestisida

jenis dimikro. Untuk lahannya Pak Supai biasanya menghabiskan

10 tangki . Apel manalagi sudah bisa dipanen setelah berumur

sekitar 4-5 bulan , caranya memanen adalah dengan cara di petik ,

setelah itu dibersihkan dipotongi daunnya . setelah itu hasil panen

tersebut langsung dijual ke pengepul.

Awal mula Pak Supai bisa bertanam apel adalah dari

atasannya . Dulunya beliau bekerja sebagai pengurus Apel .

Ceritanya Pak Supai ingin menanam jeruk tetapi atasannya tidak

mengijinkan dan berkata jika pak supai menanam apel akan

menguntungkan , setelah di lakukan ternyata hasilnya memang

sangat bagus dan menguntungkan kata beliau. Dan beliau adalah

orang yang pertama menanam apel didesanya . Jadi kualitas

apelnya sudah tidak diragukan lagi . Pak Supai mulai menanam

apel sejak 36 tahun lalu dan tidak pernah berubah sejak dulu

karena menurut beliau hasil apel nya lebih baik. Beliau bertani apel

dengan menggunakan teknologi tradisional atau manual . Seperti

mengolah tanahnya menggunakan cangkul , menyiangi daunnya

menggunakan tangan seperti itu.

C. Perubahan Sosial Budaya Petani Terkait Cara Bercocok Tanam

Page 35: Laporan Petani Apel

Pak Supai tidak pernah melakukan perubahan pada cara

budidayanya dikarenakan beliau sudah merasa cocok dengan cara

budidayanya yang diterapkan dari dulu hingga sekarang. Cara

budidaya yang diterapkan Pak Supai yaitu pada lahan dibuat

lubang dengan jarak perlubangnya 1 meter yang kemudian lubang

tersebut diberi pupuk kandang. Siapkan bibit lalu tanam bibit apel

tersebut.

D. Lembaga yang Berkaitan dengan Penyediaan Sarana Produksi

Pertanian

Dalam usaha tani, Bapak Supai memperoleh bibitnya dari

membuat sendiri dari pohon apel yang sudah tumbuh tunas kecil,

kemudian dilakukan sistem temple pada pohon yang sudah tua. Pak

Supai meskipun umurnya sudah lanjut tetapi beliau tetap selektif

dalam memilih pupuk untuk tanaman apelnya, beliau memilih

pupuk pupuk yang terbaik. Beliau menggunakan pupuk ZA yang

diperoleh dengan membeli kontan dari pedagang perorangan

dengan harga setiap kg nya Rp. 1600/kg ,selain itu Pak Supai juga

menggunakan pupuk kandang, Beliau juga menggunakan pupuk

phonska dengan harga Rp. 2500/kg dan pupuk NPK dengan harga

Rp. 8000/kg dan pestisida dimicro . Pak Supai membeli semua

kebutuhan bertaninya sendiri dengan kontan .

Dalam menggarap tegal miliknya Bapak Supai tidak

menggunakan tenaga kerja dari luar beliau menggarap lahannya

sendiri dengan bantuan anak , menantu dan sanak keluarga lainnya

tanpa membayar. Dari mengolah tanah, penyiangan perawatan

pohon semua dilkukan sendiri dengan keluarganya. Seperti proses

rempes juga dilakukan sendiri oleh Pak Supai dan keluarganya .

Hasil panen apel Bapak Supai merupakan apel yang baik

karena, sebelum panen apel tersebut sudah dibeli oleh pedagang.

Pak Supai tidak mengolah apelnya dahulu sebelum dijual , beliau

hanya menjual buahnya saja karena beliau belum mengetahui

bagaimana cara mengolahnya . tetapi menurut beliau dengan

Page 36: Laporan Petani Apel

menjual buahnya saja sudah menguntungkan walaupun

penjualannya tidak seperti dulu , menurut beliau penjualan apel

tahun-tahun ini menurun . Pak Supai tidak menyisakan Apelnya

untuk di konsumsi jadi semua apelnya dijual ke pedagang ,

pedagang biasanya member patokan harga dari Rp. 3000 – Rp.

4000 / kg , dan Pedagang langsung membayar kontan , biasanya

juga pedagang membayar setengah harga kepada Pak Supai

sebelum apelnya panen agar tidak dibeli oleh pedagang lain

ujarnya.

Di desa Bulukerto terdapat kelompok tani yang diketuai

oleh Bapak Sugianto dan Bapak Supai ikut menjadi anggota

kelompok tani tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok

tani di desa tersebut seperti bantuan bibit, musyawarah yaitu

keluhan-keluhan dari warga dan saling bertukar pendapat serta

pengalaman. Perkumpulan rutin setiap tanggal 4, dilakukan setiap

bulannya, di kelompok petani juga tersedia penyuluh pertanian dari

dinas pertanian kota batu. Bapak Supai merupakan anggota yang

aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok tani ini. Menurut beliau

dengan mengikuti kegiatan itu akan menambah wawasan dan

pengetahuan dalam bertani , bagaimana merawat tanaman yang

benar dan untuk silaturahmi antar warga yang tergabung dalam

kelompok tani.

Di desa ini juga ada Himpunan Petani Pemakai Air

(HIPPA) yang diketuai oleh Bapak Misto . Pak Supai merupakan

anggota yang aktif dalam himpunan tersebut, kegiatan HIPPA

tersebut adalah seperti pengairan tanaman. Jadi setiap RT di dusun

tersebutr memiliki HIPPA .

Selama menjadi petani Pak Supai membiayai semua

kebutuhan bertaninya sendiri kecualli bibit yang beliau peroleh dari

bantuan gapoktan. Cara atau sistem pengadaan tenaga kerja untuk

usaha tani dengan upah harian dan itupun mudah.

Page 37: Laporan Petani Apel

Di desa ini juga tidak ada lembaga pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian. Hasil panennya dijual sendiri. Menurut

beliau perkembangan Kelompok tani semakin maju karena tenaga

tenaga penyuluhan yang cukup membantu untuk menyalurkan

aspirasi para petani kepada pemerintah daerah setempat .Hal itu

dapat membantu para petani dalam mendapatkan keuntungan dan

mengetahui tata cara bertani yang baik .

Tabel 2 Lampiran Sarana produksi pertanian

No Jenis pupuk Jumlah Diperoleh dari

1 Bibit Membuat sendiri

2 ZA Beli kontan dari pedagang dengan

harga Rp. 1600 /kg

3 Phonska Beli kontan dari pedagang dengan

harga Rp. 2500/ kg

4 NPK Beli kontan dari pedagang dengan

harga Rp. 8000/ kg

5 Pupuk kandang Beli dari pedagang harga Rp.

500.000 / ton

6 Pestisida Kimia :

dimicro

Di beli dari pedagang

3.1.4 Hasil wawancara dengan Bapak Slamet Mujiono oleh Mareta Dwi

Fitriawati

A. Identifikasi Petani

Berdasarkan hasil wawancara yang saya dan teman – teman

lakukan di Dusun Gintung, desa Bulukerto, RT 5, didapatkan

deskripsi keluarga dan usahatani sebagai berikut, nama petani yang

telah saya wawancarai adalah Bapak Slamet Mujiono. Pendidikan

formal terakhir yang ditempuh pak Slamet Mujiono adalah tingkat

SD. Beliau merupakan seorang kepala keluarga yang mana memiliki

dua mata pencaharian,yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan

sampingan. Pekerjaan utama beliau adalah buruh tani apel dan

Page 38: Laporan Petani Apel

pekerjaan sebagai buruh tani bunga potong merupakan pekerjaan

sampingan dari beliau. Kini umur beliau adalah 37 tahun, dan beliau

memulai pekerjaan sebagai buruh tani dimulai sejak tahun 1987 atau

pada saat berumur 15 tahun. Keluarga beliau terdiri dari 4 orang

anggota keluarga yang terdiri dari satu orang istri dan 2 orang anak.

Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan di Dusun

Gintung, desa Bulukerto, RT 5, didapatkan status sosial keluarga

buruh tani bapak Slamet Mujiono. Bapak Slamet Mujiono tidak

memiliki lahan tegal sendiri namun beliau menyewa lahan tegal

dengan luas 700 m2 . Dalam kegiatan usahatani, beliau menggarap

sendiri lahan tegal yang dimiliki tanpa menggunakan tenaga kerja

lain. Hal itu disebabkan luas lahan yang hanya 700 m2, sehingga

tidak dibutuhkan tenaga kerja lain untuk menggarap lahan tersebut.

Tabel 3 Luas Kepemilikan Lahan Bapak Slamet Mujiono

Status lahan Lahan Sawah Lahan Tegal

Milik - -

Sewa - 700 m2

Bagi Hasil

(maro,mertelu,mrapat)

- -

Jumlah - 700 m2

Untuk hal peternakan sebagai penunjang kehidupan sampingan

dan untuk membantunya dalam mengolah lahan pertaniannya, Pak

Slamet Mujiono memiliki 5 hewan ternak yaitu kambing. Jadi pak

Slamet Mujiono memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dari hasil

beliau bekerja sebagai buruh tani apel dan petani bunga potong

sebagai pekerjaan sampingannya, tetapi lahan untuk tanaman bunga

potong tidak satu lahan dengan pohon apel. Lahan untuk tanaman

bunga potong hanya 50 m2 dan beliau menanamnya di depan

halaman rumah. Namun, kini pemasukan utama beliau banyak dari

pekerjaan beliau sebagai buruh tani apel, penjualan buah apel 95%

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan papan kemudian

Page 39: Laporan Petani Apel

hasil dari kegiatan bertaninya hanya untuk kepentingan pangan pak

Slamet Mujiono sekeluarga.

B. Kebudayaan Petani

Usahatani yang dilakukan oleh Bapak Slamet Mujiono di lahan

tegal yang telah beliau sewa dengan luas 700 m2, beliau bercocok

tanam hanya dengan menggunakan satu komoditas antara lain apel.

Dasar pertimbangan bapak Slamet Mujiono untuk memilih menanam

pohon apel karena kebutuhan pangan dan beliau hanya memiliki

pengetahuan tentang budidaya pohon apel.

Tabel 4 Jenis Tanaman Yang ditanami Selama Satu Tahun

Bulan

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Apel

Dalam satu tahun lahan tegal beliau ditanami komoditas apel

dimana kegiatan tersebut diawali dengan menanam benih, yang

kemudian tanaman tersebut dibudidayakan seperti tanaman apel

yang pada umumnya. Menurut bapak Slamet Mujiono pohon apel

merupakan pohon sekali tanam dan dapat hidup ± 30 tahun. Jadi

dalam satu tahun beliau dapat memanen 3-4 kali panen.

Dalam hal pengolahan tanah guna mempersiapkan lahan agar

siap untuk ditanami, Bapak Slamet Mujiono masih mengolah tanah

secara tradisional yang menggunakan tangan. Sedangkan cara

mempersiapkan benih untuk persemaian, bapak Slamet Mujiono

membeli benih terlebih dahulu di anggota pertanian atau ditetangga

sekitar. Kemudian, mengenai persemaian benih bapak Slamet

Mujiono membuat persemiannya di lahan tegal yang telah ia sewa,

varietas yang digunakan adalah varietas apel manalagi, jumlah benih

untuk luas lahan tegal 700 m2 yang digunakan beliau adalah sekitar

200 benih.

Cara persemaian yang dilakukan bapak Slamet Mujiono yaitu

pertama mempersiapkan anakan apel yang diambil adalah tinggi 30

centimeter , diameter 0,5 centimeter serta kulit batang kecoklatan

Page 40: Laporan Petani Apel

kemudian anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman

produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan

dicabut beserta akarnya secara perlahan – lahan dan hati – hati.

Sesudah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang

dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 centimeter  dengan

kedalaman parit 40 centimeter, kemudian umur persemaian beliau

hanya memperkirakan sekitar 6 bulan. Selain itu, hal-hal yang

berhubungan dengan cara tanam seperti jarak tanam, jumlah bibit per

lubang, dan kondisi air beliau hanya menggunakan perkiraan atau

pengalaman dari cara tanam sebelumnya atau pun yang biasa

dilakukan.

Selama proses pembudidayaan beliau menggunakan pupuk

urea, pupuk kandang, pupuk NPK, dan pupuk phonska. Pupuk

tersebut diperoleh dengan cara membeli di KUD ( Koperasi Unit

Desa). Harga pupuk Urea Rp. 1000,00/kg, pupuk NPK Rp.

1000,00/kg, dan pupuk phonska Rp. 1500,00/kg. Sedangkan pupuk

kandang/kompos bapak Slamet Mujiono menggunakan kotoran

kambing yang diperoleh dari kotoron hewan yang beliau pelihara.

Kemudian pupuk tersebut digunakan dua kali dalam satu tahun

dan biasanya dilakukan pada saat sesudah panen juga. Tetapi beliau

dalam pemberian pupuk hanya menggunakan perkiraan atau

pengalaman dari cara tanam sebelumnya atau pun yang biasa

dilakukan.

Bapak Slamet Mujiono dalam melakukan penyiangan

secukupnya bila gulma atau rumput telah banyak, baru beliau

melakukan penyiangan. Jadi, penyiangan tersebut bergantung pada

gulma atau rumput yang tumbuh dan tidak terpaku dengan waktu.

Dalam hal penyiangan beliau menggunakan gasrok atau landak

untuk menyiangi lahan tegal yang dimiliki. Sedangkan 40ystem

irigasi yang digunakan adalah dengan kadang-kadang di genangi dan

kadang-kadang dikeringkan yang mana air untuk irigasi tersebut

berasal dari air hujan atau sumber air yang berada di desa tersebut.

Page 41: Laporan Petani Apel

Selama kegiatan budidaya berlangsung maka tak lepas dari

kendala-kendala yang dihadapi pada saat itu. Kendala yang dihadapi

buruh tani pada umunya adalah mengenai hama dan penyakit

tanaman. Berdasarkan hasil wawancara, hama yang sering menjadi

kendala dalam bercocok tanam apel adalah yang pertama hama

Trips. Gejala terserangnya hama ini pada pohon apel yaitu (1)

menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda;

(2) pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering

dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat

abu-abu. Yang kedua yaitu hama ulat daun. Gejala terserangnya

hama ulat daun ini adalah menyerang daun, mengakibatkan lubang-

lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Dan yang terakhir

yaitu lalat buah. Gejala terserangnya hama lalat buah pada pohon

apel yaitu menyebabkan bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-

benjol. Akan tetapi, semua hama tersebut dapat dikendalikan dengan

melakukan pengendalian hama penyakit tanaman. Caranya untuk

mengendalikan hama trips yaitu 1) menjaga agar lingkungan

tanaman tidak terlalu rapat antara pohon yang satu dengan pohon

yang lainnya; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate

dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid dengan dosis 2 cc/liter air

pada saat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan

buah. Yang kedua, cara pengendalian hama ulat daun yaitu dengan

cara penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron dan

Nuvacron . Dan yang terakhir cara pengendalian hama lalat buah

dengan cara penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd. Dan

biasanya Bapak Slamet Mujiono dalam mencegah agar pohon

apelnya tidak terserang hama beliau menyemprot pestisida Lebacyd

sebanyak seminggu sekali.

Dalam hal pemanenan, cara beliau menentukan komoditas yang

siap dipanen adalah sama dengan petani pada umumnya, misalnya

apel, apel dikatakan siap bila apel telah menguning. Disamping itu,

beliau juga menggunakan pengalaman selama mejadi petani yaitu di

Page 42: Laporan Petani Apel

tentukan dengan sistem hitungan yaitu sekitar 4-6 bulan apel

dikatakan siap panen, dan beliau melihat ciri-ciri masak fisiologis

buah apel yaitu ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa,

warna buah tampak cerah segar. Cara bapak Slamet Mujiono dalam

memanen apel yaitu dengan cara memetik apel satu per satu

menggunakan tangan. Hasil panen langsung di jual karena biasanya

jika waktu panen tiba, para pengepul sudah berada di tempat untuk

membeli hasil panen.

Menurut penuturan Bapak Slamet Mujiono, pengetahuan cara

bercocok tanam tanaman apel beliau diperoleh dari beberapa orang

yang pertama dari orang tua beliau. Orang tua beliau mengajarkan

dengan cara melakukan apa yang telah di contohkan atau apa yang

telah dilakukan oleh orang tua beliau dulu. Kedua dari tetangga.

Cara Bapak Slamet Mujiono dalam mempelajari cara bercocok

tanam tanaman apel dengan cara bertanya dan melihat pengalaman

tetangga. Ketiga yaitu dari Penyuluhan Pertanian Lapang. Cara

beliau dalam belajar pengetahuan tersebut dengan cara

mendengarkan penjelasan para penyuluhan pertanian lapang dan

mendengarkan ceramahnya. Sedangkan dari sumber lain atau pihak

swasta belum ada.

Pengetahuan dan cara budidaya tanaman apel yang telah

dilakukan Bapak Slamet Mujiono selama 22 tahun tidak pernah

berubah dikarenakan pengetahuan yang di ketahui Bapak Slamet

Mujiono hanya bercocok tanam Apel saja dan modal yang belum ada

apabila menginginkan untuk melakukan perubahan cara budidaya

apel.

C. Lembaga/Pranata Sosial Terkait Dengan Usaha Tani

1. Lembaga Penguasaan Lahan Pertanian

Tabel 5 Lembaga penguasaan Lahan Pertanian Bapak

Slamet Mujiono

Status Kewajiban Hak

Penyewa Membayar irigasi Memakai lahan

Page 43: Laporan Petani Apel

lahan Rp.6000 sepuasnya tanpa bagi

hasil dengan si pemilik

lahan

Berdasarkan wawancara langsung yang saya lakukan desa

Bulukerto, RT 5 mengenai status lahan tegal yang bapak Slamet

Mujiono sewa pada tahun 1987 itu merupakan lahan tegal yang

disewa dari bapak Rais. Bapak Rais merupakan warga sedesa

bapak Slamet Mujiono. Bapak Slamet Mujiono menyewa Lahan

tegal dari bapak Rais dengan harga 1 juta/tahun. Mengenai hak dan

kewajiban sewa lahan tegal menurut bapak Slamet Mujiono yaitu

haknya boleh mengelola lahan tegalnya sepuasnya tanpa bagi hasil

dengan pemiliknya. Dan kewajibannya yaitu menyerahkan

penggarapan lahan dan bapak Slamet Mujiono juga hanya

membayar iuran irigasi sebesar 6000/bulan.

2. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan sarana

produksi pertanian(bibit/benih,pupuk,obat-obatan)

Tabel 6 Lembaga Penyediaan Sarana Produksi Pertanian Bapak

Slamet Mujiono

No. Jenis Pupuk 0. 0 Tdk 1.

Ya

Varietas/berapa

kg

Diperoleh dari

1. Benih/bibit 1 Manalagi/hana Tetangga

2. Urea 1 25 kg KUD

3. Phonska 1 25 kg KUD

4. NPK 1 25 kg KUD

5. Kandang 1 Kotoran kambing Hewan

peliharaan

Lembaga yang berkaitan dengan penyediaan/pengadaan

sarana produksi, tenaga kerja, pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian pada status lahan tegal yang dimiliki oleh Bapak Slamet

Mujiono seluas 700m2 yang dalam memperoleh benih atau bibit

dari membeli yaitu bibit Apel dan varietas bibit/benih yang

digunakan yaitu varietas apel manalagi dan apel hana dengan

Page 44: Laporan Petani Apel

membeli 1 karung. Dan membelinya kontan dari bapak Parman.

Untuk pupuk Urea, Phonska, NPK bapak Slamet Mujiono

membelinya sebanyak 1 karung di KUD (koperasi unit desa)

setempat . Harga pupuk Urea Rp. 1000,00/kg, pupuk NPK Rp.

1000,00/kg, dan pupuk phonska Rp. 1500,00/kg. Sedangkan pupuk

kandang/kompos bapak Slamet Mujiono menggunakan kotoran

kambing yang diperoleh dari kotoron hewan yang beliau pelihara.

3. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan tenaga kerja

Tabel 7 Lembaga Penyediaan Tenaga Kerja Bapak Slamet Mujiono

No. Kegiatan

usahatani

0.tdk 1.ya alasan Cara sistemnya

1. Pengolahan

tanah

1 Untuk persiapan

lahan

Membersihkannya

2. Membuat

persemian

1 Untuk ditanam Membeli bibit di

gapoktan

3. Tanam 1 Untuk

memperoleh

hasil

Tanam satu per

satu

4. Menyiang 1 Terhindar dari

tanaman liar

Mencabuti

5. Memupuk 1 Agar tumbuh

dengan baik

Memberi pupuk

kimia dan kompos

6. Pengendalian

hama

1 Terhindar dari

hama

Memberi pestisida

7. Panen 1 Sudah siap di

jual

Memetiknya

8. Mengangkut 1 Memperoleh

uang

Dijual di pengepul

Di desa yang bapak Slamet Mujiono tinggali selama ini

yaitu di dusun Gintung RT 5 desa Bulukerto memiliki lembaga

yang melakukan fungsi penyediaan tenaga kerja seperti pengolahan

tanah ,cara membuat persemian, cara menanam, cara menyiang,

Page 45: Laporan Petani Apel

cara memupuk dan kadar pupuknya, cara mengendalikan hama/

penyakit dan bagaimana cara memanen dan memasarkannya.

Namun bapak Slamet Mujiono tidak menggunakan tenaga kerja

dari luar keluarga untuk mengelola tanah, cara membuat

persemian, cara menanam, cara menyiang, cara memupuk dan

kadar pupuknya, cara mengendalikan hama/ penyakit dan

bagaimana cara memanen dan memasarkannya untuk mengelolah

pertanianya. Bapak Slamet Mujiono lebih memilih mengerjakan

sendiri untuk mengelola lahan pertaniannya agar hasilnya

maksimal dan lebih hemat.

4. Lembaga yang dapat melakukan fungsi pengolahan

hasil pertanian

Usahatani yang dilakukan oleh Bapak Slamet Mujiono di

lahan tegal yang beliau sewa yaitu beliau bercocok tanam Apel.

Hasil panen apel pada setiap musim panen bapak Slamet Mujiono

menjual semua Apel yang sudah ia panen. Dan Bapak Slamet

Mujiono tidak mengelola terlebih dahulu hasil panen apelnya.

Alasannya karena bapak Slamet Mujiono tidak memiliki

pengetahuan tentang pengolahan buah apel.

5. Lembaga pemasaran hasil pertanian

Bapak Slamet Mujiono semua atau lebih dari 90% hasil panen

apel pada setiap musim panen dijual, dan 10% dikonsumsi sendiri.

Hasil panen langsung di jual oleh beliau di pengepul di dusun

setempat atau biasanya para pengepul datang sendiri pada saat

musim panen telah tiba. Sebelum di jual dilakukan kegiatan

penyortiran dan membersihkan hasil panen tersebut agar saat dijual

pada tengkulak dapat secara rapi dikemas. Penjualan hasil

pertanian ini per satuan kg.

Menurut bapak Slamet Mujiono dalam menentukan harga apel,

beliau menentukan dengan sistem tawar-menawar dengan

pedagang, Harga yang dirasakan saat ini tidak menentu karena saat

ini sering terjadi naik dan turunnya harga pemasaran terutama pada

Page 46: Laporan Petani Apel

apel, namun pada saat ini harga kisaran apel yaitu 4000-8000/kg.

Harga ini tergantung kualitas apel yang telah di panen. Apabila

kualitas apel menurun atau jelek maka harga yang ditawarkan pun

juga menurun, namun apabila kualitas apel tersebut bagus maka

harga yang ditawarkan pun juga naik. Dan cara pembayaran yang

dilakukan oleh pihak pembeli hasil pertanian Bapak Slamet

Mujiono dengan cara kontan di muka. Hasil panen/pertanian ini

biasaya di angkut dengan mobil pick up.

6. Kelompok tani/ gabungan kelompok tani

Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang

melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan

kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan

pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Tujuan

utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk

memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan

pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas.

Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan di Dusun

Gintung, desa Bulukerto, RT 5 ini terdapat kelompok tani/

Gabungan kelompok Tani. Gabungan kelompok Tani di Dusun

Gintung, desa Bulukerto, RT 5 ini diketuai oleh Bapak Sugiyanto.

Bapak Slamet Mujiono yang telah saya wawancara ini adalah salah

satu anggota dari Gabungan kelompok Tani. Menurut bapak Slamet

Mujiono kegiatan yang dilakukan kelompok tani ini adalah

membahas mengenai pertanian yang lebih maju dan membahas

mengenai keluhan-keluhan para petani dalam mengelola pertanian

dan memasarkan hasil pertanian. Bapak Slamet Mujiono ini sangat

aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok tani ini. Menurut beliau

kegiatan ini biasa dilakukan setiap bulan sekali yaitu setiap tanggal

empat.

7. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA)

Menurut wawancara yang saya lakukan dengan bapak Slamet

Mujiono di desa gintung, dusun Bulukerto, RT 5 ini terdapat

Page 47: Laporan Petani Apel

himpunan petani pemakai air (HIPPA) merupakan organisasi petani

pemakai air yang bersifat sosial ekonomi dan budaya yang

berwawasan lingkungan dan berasaskan gotong royong.

Dibeberapa daerah kelembagaan pengelolaan irigasi tersebut

menggunakan nama atau istilah yang berbeda, seperti di Jawa

Timur dengan HIPPA. Pembentukan HIPPA adalah proses

membentuk wadah petani pemakai air secara demokratis dalam

rangka pengembangan dan pengelolaan system irigasi di wilayah

kerjanya. Himpunan petani pemakai air ini didirikan pada tahun

1991. Ketua dari himpunan petani pemakai air ialah bapak

Mistuhadi. Dan bapak Slamet Mujiono juga merupakan anggota

dari himpunan petani pemakai air. Menurut bapak Slamet Mujiono

kegiatan yang dilakukan himpunan petani pemakai air ialah

melayani konsumen, menjaga air agar air tidak terbuang sis-sia dan

mencukupi kebutuhan air di lahan tegal/sawah di dusun setempat.

Bapak Slamet Mujiono ini juga aktif dalam mengikuti kegiatan

himpunan petani pemakai air. Menurut beliau kegiatan ini

mempunyai manfaat yang dirasakan menjadi anggota himpunan

petani pemakai air salah satunya yaitu apabila terjadi musim

kemarau tidak perlu kesulitan dalam mencari air dan tumbuhan pun

tidak kekeringan berkat ada kegiatan himpunan petani pemakai air.

8. Lembaga Keuangan/ Perkreditan

Pengadaan dan penggunaan pupuk (buatan dan organik)

bibit/benih tanaman yang bermutu tinggi, dan alat-alat pertanian

membutuhkan dana yang justru tidak dimiiiki oleh petani. Untuk

itu diperlukan lembaga keuangan di desa yang mempermudah dan

menguntungkan petani dalam melaksanakan kegiatan

usahataninya. Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan di

Dusun Gintung, desa Bulukerto, RT 5 ini menurut bapak slamet

Mujiono selama menjalankan usahatani beliau pernah

membutuhkan modal dari luar keluarga. Dan beliau pernah

mendapat pinjaman modal tersebut dari tengkulak. Menurut bapak

Page 48: Laporan Petani Apel

Slamet Mujiono tidak ada bunga dalam meminjam modal dari

tengkulak. Dan jangka waktu pembayaran dilakukan apabila

musim panen tiba.

D. Perubahan Sosial Dalam Lembaga Yang Terkait Dengan Usaha

Tani

Menurut pengamatan dan pengalaman Bapak Slamet

Mujiono selama menjadi buruh tani, Pengetahuan dan cara budidaya

tanaman apel yang telah dilakukan Bapak Slamet Mujiono selama 22

tahun tidak pernah terjadi perubahan dalam sistem perkembangan

sewa menyewa lahan dikarenakan pengetahuan yang di ketahui

Bapak Slamet Mujiono hanya bercocok tanam Apel saja dan modal

yang belum ada apabila menginginkan untuk melakukan perubahan

cara budidaya apel. Menurut bapak Slamet Mujiono juga terdapat

lembaga penyedia sarana produksi pertanian. Seperti benih/bibit dan

pupuk, bapak Slamet Mujiono mendapat bantuan dari pihak dinas

pemerintah setempat dan biasanya terdapat juga para penyuluh

pertanian lapang yang datang ke desa tersebut untuk membantu

memajukan pertanian disana. Cara atau sistem pengadaan tenaga

kerja untuk usaha tani menurut bapak Slamet Mujiono dirasa tidak

sulit hal ini dibuktikan antara petani satu dengan petani lainnya

saling tolong-menolong apabila terdapat kesulitan dalam hal

pertaniannya. Menurut wawancara yang saya lakukan secara

langsung dengan bapak Slamet Mujiono di desa gintung, dusun

Bulukerto, RT 5 ini terdapat himpunan petani pemakai air.

merupakan organisasi petani pemakai air yang bersifat sosial

ekonomi dan budaya yang berwawasan lingkungan dan berasaskan

gotong royong. Dibeberapa daerah kelembagaan pengelolaan irigasi

tersebut menggunakan nama atau istilah yang berbeda, seperti di

Jawa Timur dengan HIPPA. Pembentukan HIPPA adalah proses

membentuk wadah petani pemakai air secara demokratis dalam

rangka pengembangan dan pengelolaan system irigasi di wilayah

kerjanya.Himpunan petani pemakai air ini didirikan pada tahun

Page 49: Laporan Petani Apel

1991. Ketua dari himpunan petani pemakai air ialah bapak

Mistuhadi. Perkembangan himpunan petani pemakai air menurut

bapak Slamet Mujiono sudah semakin maju dirasa tidak ada atau

tidak terjadi penyelewengan pengurus, hal ini dibuktikan atau dilihat

dari hasil pemasaran semakin banyak, sistem pertanian di desa

gintung, dusun Bulukerto, RT 5 semakin maju. Mengenai lembaga

keuangan atau kredit bapak slamet Mujiono selama menjalankan

usahatani beliau pernah membutuhkan modal dari luar keluarga. Dan

beliau pernah mendapat pinjaman modal tersebut dari tengkulak.

Menurut bapak Slamet Mujiono tidak ada bunga dalam meminjam

modal dari tengkulak. Dan aturannya hanya apabila membayar

hutang harus dilakukan pada saat musim panen apel tiba.

3.1.5 Hasil wawancara Ifone Lisa Burdam

A. Identifikasi Petani

Nama petani Tarkip, Umur 45 tahun, tempat tinggal dusun

Gintung, RT IV, RW III, Desa Bulukerto, Tingkat pendidikan

formal: Sekolah Dasar,pekerjaan kepala keluarga utama sebagai

seorang petani,pekerjaan sampingan merawat ternak.pak tarkip

menjadi petani apel mulai sejak tahun 1990,jumlah rumah tangga

didalam keluarga 5 orang.luas lahan sawah milik pak tarkip sebesar

± 200 meter/ha, dan lahan tegal sama ± 200 meter/ha. jumlah ternak

yang dipelihaha pak tarkip ,sapi sebanyak 3 ekor dan domba 5 ekor.

B. Kebudayaan Petani

Pengetahuan petani tentang cara bercocok tanam dan

teknologi pertanian. Dalam 1 tahun lahan pak tarkip di Tanami apel

dalam kurung waktu 5 bulan pertahun. pak tarkip menanam apel

sesuai dengan kondisi lahan yang dimiliki oleh pak tarkip, karena

kebutuhan akan sandang pangan dan tujuan utama untuk bisa

menghidupi keluarganya.

Dalam 1 tahun lahan tegal pak tarkip sama ditanami apel dalam

kurung waktu 5 bulan pertahun.pak tarkip menanam apel sesuai

dengan lahan tegal yang dimiliki oleh pak tarkip, dan alasannya ya

Page 50: Laporan Petani Apel

karena memang untuk menghidupi keluarga dari hasil pertanian yang

di milikinya, adapun cara bercocok tanam apel mulai dari awal

sampai pasca panen adalah sebagai berikut. Pertama-tama mulai dari

cara pengolahan tanah yang baik dan benar pak tarkip bercocok

tanam dengan cara manual, mempersiapkan bibit apel yang sudah

siap untuk di tanam dilahan yang telah disiapkan, maupun lahan

untuk proses penanaman bibit apel .jumlah bibit apel yang siap untuk

penanaman bibit sebanyak 300 bibit apel, bibit apel yang siap untuk

ditanam berumur 3-4 minggu, jarak tanamnya sekitar ½ meter,

jumlah bibit perlubang 1 buah bibit ditanami perlubang yang telah

di siapkan. Proses pengairan menggunakan air ledeng.jadi terlalu

menyulitkan petani untuk setiap saat menyiram tanaman. Jenis

pupuk yang digunakan pada tanaman apel adalah pupuk jenis

kompos dan kandang pemupukan tanaman apel tersebut dalam 1

tahun sekali. tanaman tersebut dipupuk takarannya dalam 1 lahan

cukup 1 karung pupuk kompos dan kandang diberikan, setelah panen

apel petani kembali lagi memberikan pupuk gunanya untuk

menyuburkan tanaman tersebut dan supaya pertumbuhan apel

tersebut dapat optimal dan dapat kembali berbuah dengan

cepat,petani mengetahui bahwa apel itu siap untuk dipanen pada saat

berumur 5 bulan, petani tidak terlalu menyiram tanaman apel

tersebut tetapi hanya disiram beberapa kali untulk memastikan

bahwa tanaman apel tersebut tetap mendapatkan suplai air yang

cukup guna untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman

apel tersebut system pengairan yang digunakan adalah system air

ledeng. Jenis hama penyakit yang biasanya di temukan menyerang

tanaman apel adalah ulat, kutu sisik / kutu batang yang akan

menyebabkan batang tanaman apel kering dan mati.pada saat panen

buah apel dengan cara manual / dipetik menggunakan tangan.

Setelah buah apel tersebut di panen dan diseleksi mana buah

apel yang baik untuk dikonsumsi, mana buah apel yang kurang

baik/cacat karena buah apel yang baik akan lebih menguntungkan

Page 51: Laporan Petani Apel

karena menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Hasil panen buah

apel langsung dijual oleh petani kepada tengkulak/pedagang dengan

sistem bakul. namun disini antara petani dan tengkulak ada tawar

menawar untuk harga apel tersebut, kadang petani meminta agar

tengkulak supaya harga apel agak dinaikan namun tengkulak tetap

menawar karena ingin mendapatkan untung yang lebih, dari hasil

penjualan apel tersebut. tengkulak membeli semua buah apel milik

petani, lalu pedagang akan membayar setelah seminggu, kepada

petani tersebut.

Pengetahuan dan cara budidaya Apel yang pernah berubah pada

cara bercocok tanam pak tarkip, adalah sebagai berikut:

1. Petani tersebut memperoleh pengetahuan cara bercocok tanam

apel langsung dari tetangga. Tetangga pak tarkip langsung

mempraktekkan cara bercocok tanam kepada pak tarkip dengan

cara bercocok tanam apel yang baik dan benar,begitupun cara

bagaimana supaya tanaman apel tidak terserang hama

penyakit.dan juga cara pemberian takaran pupuk yang pas guna

untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman apel

tersebut.petani-petani di desa inipun biasanya mengikuti

penyuluh pertanian lapang. Adapun pengetahuan dan cara

budidaya pak tarkip dimulai pada 10 tahun yang lalu.cara

budidaya Apel milik pak tarkip pernah berubah cara pola

bercocok tanamnya, pola bercocok tanam petani telah berubah

dimulai dari awal tahun 2004,alasannya cara bercocok tanam

berubah sedikit, kelompok tani desa tersebut diberi penyuluhan

dari provinsi untuk lebih membantu memberdayakan petani

supaya bagaimana caranya petani dapat merawat tanaman apel

yang hasilnya baik dan kualitasnya juga tidak kalah bagusnya

dengan apel-apel export dari luar negeri dan dapat lebih diminati

oleh masyarakat sekitar.

2. Cara pemberian pupuk juga pernah berubah dengan di ajarkan

kepada petani bahwa bagaimana cara memberikan pupuk

Page 52: Laporan Petani Apel

dengan takaran yang pas namun tidak berlebihan dalam

memberikan pupuk, jenis pupuk baik yang alami maupun yang

non alami karena pupuk juga merupakan salah satu hal

terpenting yang dibutuhkan oleh tanaman.

3. Cara menangani kasus pengendalian hama penyakit supaya apel

tersebut tidak terserang ulat buah yang akan merusak buah

hingga busuk, agar apel tersebut dapat berkembang dengan baik

hingga buah tersebut siap untuk dipanen dan dijual kepada

pedagang/tengkulak dengan harga yang lebih dari harga

biasanya.

4. Cara menangani kasus pengendalian hama penyakit supaya apel

tersebut tidak terserang ulat buah yang akan merusak buah

hingga busuk, agar apel tersebut dapat berkembang dengan baik

hingga buah tersebut siap untuk dipanen dan dijual kepada

pedagang/tengkulak dengan harga yang lebih dari harga

biasanya.

5. Cuaca/musim penghujan maupun musim kemarau petani harus

antisipasi supaya dampaknya tidak terlalu berpengaruh besar

bagi pertumbuhan dan perkembangan apel itu sendiri.Hal yang

mendorong atau menjadi alasan petanimelakukan perubahan

cara budidaya apel,supaya petani dapat meningkatkan kualitas

apel yang baik dan itu bisa memberi kita suatu.

C. Lembaga/Pranata Sosial Terkait Dengan Usaha Tani

1. Lembaga Penguasaan Lahan pertanian

Status lahan pak tarkip baik lahan biasa maupun lahan

tegal adalah milik pak tarkip sendiri lahan tersebut adalah

warisan dari orang tua pak tarkip dari tahun awal 1989 dan di

tahun 1990-lah pak tarkip mulai usaha tani apel.

2. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan sarana

produksi pertanian (bibit, pupuk,obat - obatan)

Petani ini melakukan pemilihan mulai dari jenis pupuk yang

akan digunakan dan cara memperoleh bahan-bahan tersebut,yang

Page 53: Laporan Petani Apel

pertama dengan pembelian bibit apel ,bibit ini dapat diperoleh di

toko terdekat yang khusus menjual bibit-bibit tanaman,dan untuk

jenis pupuk sendiri yang digunakan ada beberapa diantaranya

pupuk kandang/kompos,pestisida kimia berupa progip, pestisisda

nabati berupa kombidor, dan fungisida, pupuk-pupuk tersebut

diperoleh atau dibeli kontan langsung di toko yang khusus

meenjual pupuk-pupuk untuk tanaman.untuk jumlah harga progip

sendiri di beli Rp. 20.000 per kg,Rp 20.000 per kg kombidor,dan

fungisida Rp. 70.000 per kgnya.

3. Lembaga Yang Melakukan Fungsi Penyediaan Tenaga Kerja.

Dalam kegiatan usaha tani apel,petani mengolah lahannya

sendiri dan tidak menggunakan tenaga kerja,kegiatan usaha tani

yang pertama adalah usaha tani apel ,cara mengontrol agar

tanaman apel adalah dengan cara mrepes,pangkas,memupuk dan

penyemprotan.ternak juga sebagai salah satu tambahan bagi petani

untuk menambah pendapatan,yang dibutuhkan untuk merawat

ternak cukup dengan memberi rumput sebagai pakan ternak ,dan

diberi minum,bunga juga sebagai salah satu tambahan yang

membantu petani dalam mencukupi kebutuhan keluarga,pekejaan

ini di usahakan oleh istri petani,sebagai salah satu tambahan,bunga

yang diusahakan yaitu bunga melati di budidayakan dengan cara

stek dan polybag, polybag dijual dengan harga Rp.500.

Usaha tani apel: pengolahan tanah, membuat persemian,

tanam, menyiang, memupuk, mengendalikan hama/penyakit dan

panen serta mengangkut .kegiatan usaha tani sistem upah harian

Rp.25.000.

4. Lembaga yang dapat melakukan Fungsi pengolahan Hasil

pertanian.

Hasil panen apel pada setiap musim setiap 5 bulan sekali

di panen dalam 1 tahun , panen, hasil panen langsung dijual

kepada pedagang/ tengkulak untuk modal lagi, panen apel tidak

Page 54: Laporan Petani Apel

langsung di simpan atau diolah tetapi langsung di jual kepada

pedagang/tengkulak dengan menggunakan sistem bakul.

5. Lembaga Pemasaran Hasil Pertanian (Apel).

Panen apel dilakukan pada saat apel berumur 5 bulan,dan

semua apel siap dipanen setelah itu langsung dijual kepada

pedagang/tengkulak yang sudah sendiri datang kepada petani

untuk membeli apel tersebut,apel dijual kepada pedagang dengan

system bakulyang menentukan harga ya baik pedagang minta

Rp.4oo kg,petani , akhirnya tawar menawar terjadi antara

pedagang dan petani dan menyepakatkan bahwa harga apel yaitu

Rp 3.500 kg.cara pembayaran yang dilakukan oleh pihak pembeli

hasil pertanian sebagian dibayar dimuka lalu yang sisanya setelah

laku dijual, lewat seminggu lalu uangnya dibayarkan kepada

petani.

6. Kelompok Tani / Gabungan Kelompok Tani.

Di desa Bulukerto terdapat beberapa kelompok

tani/Gapoktan,ketua kelompok tani di sini bernama pak

Sugianto,petani menjadi anggota gapoktan yang sangat aktif baik

dalam mengikuti penyuluhan maupun kegiatan- kegiatan yang

lainnya,penyuluhan/ ceramah tersebut langsung disampaikan oleh

Dinas Pertanian Provinsi langsung disetiap kelompok- kelompok

petani yang tersebar di desa tersebut.

7. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA).

Di desa Bulukerto terdapat himpunan petani pemakai air,

HIPPA di pakai bersama-sama dalam III RT. Kegiatan ini

dilakukan oleh HIPPA yang bertujuan memberikan air untuk

masing-masing keluarga/masyarakat,pengairan untuk kebun dan

sawah.Manfaat dari HIPPA itu sendiri yang dirasakan oleh petani

adalah,supaya mencari air tidak susah-susah,dapat membantu

masyarakat untuk kelangsungan hidup. Selama petani melakukan

usaha tani mereka belum pernah di beri pinjaman untuk modal

usaha tani apel.

Page 55: Laporan Petani Apel

C. Perubahan Sosial Dalam Lembaga Yang Terkait Dengan

Usaha Tani

Lembaga penyediaan dan pengalaman, petani selama

melakukan usaha tani terdapat perubahan-perubahan, perubahan –

perubahan tersebut adalah sebagai berikut, Lembaga penyediaan

sarana produksi pertanian baik (bibit, pupuk dan pestisida) atau

seperti saluran distribusi dan lain-lain petani dapat langsung dari

Dinas Pertanian tetapi ada sebagian petani yang membeli bibit,

pupuk dan bahan –bahan untuk proses penanaman tanaman

apelatau bibit apel tersebut.

Cara atau system penggandaan tenaga kerja untuk usaha

tani (tolong menolong antar sesama petani baik dalam kelompok

petani mereka maupun petani yang dari luar kelompok mereka,

borongan dan upah harian/ biaya yang didapat dari seharian bekerja

itu di hargai) sebesar Rp.20.000 - 25,000 per hari/untuk pembayaran

setiap hari petani bekerja. Dalam kelompok tani ini tidak terdapat

lembaga pengolahan dan pemasaran hasil usaha tani. Petani disini

masih menjual langsung hasil panen kepada pedagang/ tengkulak,

Karena mereka belum bisa untuk mengolah sendiri hasil pertanian

mereka.

Perkembangan kelompok tani. Himpunan petani Pemakai

Air ( HIPPA) di desa bulukerto semakin maju karena warga sangat

membutuhkan air untuk kelangsungan hidup masyarakat maupun

untuk sector pertanian untuk pengairan lahan sawah maupun lahan

tegal.didalam kelompok tani ini juga tidak terdapat Lembaga kredit/

keuangan untuk usaha tani.

3.1.5 Hasil wawancara Wahana Permata Tohir

A. Identifikasi Petani

Selasa 5 Desember 2012 adalah hari dimana kelas B prodi

Agribisnis melakukan praktek lapang untuk rangkaian salah

Page 56: Laporan Petani Apel

satu syarat UAP (Ujian Akhir Praktikum) Sosiologi Pertanian.

Dalam praktek lapang sendiri di bentuk beberapa kelompok

kecil yang satu kelompok terdiri atas 4 sampai dengan 5 orang.

Tugas yang diberikan yaitu, setiap mahasiswa wawancara

kepada seorang petani tentang semua kegiatan dan ruang

lingkup pertanian yang ada di lingkunganya. Sebelum

wawancara, telah disediakan kertas oleh asisten dosen tentang

pertanyaan-pertanyaan yang akan di wawancarai. Jadi, tulisan

apa yang ada di kertas bisa ditanyakan langsung ke petaninya.

Tempat dimana kelas B wawancara ada di desa Bulukerto.

Tabel 1 Luas Kepemilikan Lahan Bapak Rubi’i

No Status LahanLuas

Pekarangan (m²)Lahan

Tegal (m²)

1. Milik - -

2. Sewa - 3000

3. Bagi hasil (maro, martelu, mrapat)

- -

4. Jumlah 3000

Cuaca yang ada di Desa Bulukerto cukup dingin dengan

kabut yang menyelimuti sebagian desa tersebut. Sesampainya

di desa Bulukerto saya bertemu dengan petani-petani disana

dan lahan-lahan yang ditumbuhi beberapa jenis tanaman seperti

apel, wortel, tomat, bayam, brokoli, alpukat dan lain-lain.

Kemudian saya mewawancarai salah satu warga disana yang

berprofesi sebagai petani. Nama petani tersebut adalah Bapak

Rubi’i. Umur Pak Rubi’i sekarang adalah 47 tahun. Lahir pada

tahun 1965. Tempat tinggal Pak Rubi’i tidak jauh dari tempat

dimana mahasiswa kelas B berkumpul di salah sau rumah

warga yang ada disana. Tingkat pendidikan formal Pak Rubi’i

hanya sampai SD saja. Setelah lulus SD beliau langsung kerja

membantu kedua orangtuanya. Pekerjaan utama Pak Rubi’i

Page 57: Laporan Petani Apel

adalah sebagai petani sayur brokoli, tomat dan cabai sedangkan

pekerjaan sampingan beliau tidak ada. Pak Rubi’i menjadi

seorang petani pada tahun 2000 dimana sebelum Pak Rubi’i

bekerja sebagai petani Pak Rubi’i bekerja sebagai peternak.

Hewan yang pernah di ternak beliau adalah kambing. Jumlah

anggota keluarga beliau berjumlah 4 orang yang terdiri dari Pak

Rubi’i, istrinya dan ke dua anaknya. Dalam status lahan yang

dimiliki Pak Rubi’i adalah sewa. Beliau menyewa lahan

tersebut luasnya 3000 m2 dengan jenis lahan tegal. Untuk

sistem bagi hasilnya semua penjualan tanaman sayurannya

langsung diterima oleh Pak Rubi’i sendiri.

B. Kebudayaan Petani (Pengetahuan Petani Tentang Cara

Bercocok Tanam Dan Teknologi Pertanian)

Lahan yang dimiliki Pak Rubi’i biasanya ditanami berbagai

jenis tanaman sayuran yaitu brokoli, tomat, dan cabai. Pak

Rubi’i memilih menanam jenis tanaman sayur brokoli, tomat

dan cabai karena memiliki nilai jual yang tinggi sehingga beliau

menanam tanaman sayuran tersebut dengan harapan

tercukupnya kebutuhan sehari-harinya bersama keluarganya.

Dalam satu tahun lahan yang dimiliki Pak Rubi’i ditanami

berbagai jenis tanaman sayuran yang disebutkan di atas. Setelah

masa panen, Pak Rubi’i membiarkan lahannya kosong atau

masa istirahat selama 3 sampai dengan 4 hari. Setelah selesai

masa istirahat tersebut baru memulai menanamnya kembali.

Pada pengolahan tanah yang digunakan Pak Rubi’i

bukanlah dengan bajak atau traktor yang biasanya kita lihat di

TV melainkan dengan cara tradisional yaitu dengan cara

cangkul. Tidak memilih dengan bajak atau traktor karena tidak

ada dana yang mampu menaungnya Dalam mempersiapkan

benih untuk persemaian Pak Rubi’i melakukan dengan cara

meratakan benih-benih tersebut. Sebelum menanam, Pak Rubi’i

Page 58: Laporan Petani Apel

mengatur terlebih dahulu jarak tanam, jumlah bibit per lubang

dan kondisi airnya. Untuk jarak tanam sendiri setiap 1 meter itu

terdiri atas 3 biji. Lalu setiap lubang yang akan di tanam

memerlukan bibit hanya satu saja dan kondisi airnya tentun

bersih. Untuk memperoleh hasil yang nantinya memuaskan

maka Pak Rubi’i menggunakan pupuk untuk kesuburan

tanamannya. Beliau menggunakan jenis pupuk organik yaitu

kandang atau kompos. Pupuk yang diguanakan berasal dari

kotoran kambing yang beliau dapatkan dari membeli ke

tetangganya dengan harga satu sak sebesar Rp 10.000 dan juga

kotoran ayam yang didapatkan dari tetangganya dengan

membelin seharga Rp 11.000 per satu sak, lebih mahal kotoran

ayam daripada kotoran kambing dengan selisih Rp 1000. Selain

pupuk organik Pak rubi’i juga menggunakan pupuk urea. Harga

dari pupuk urea itu sendiri sebesar Rp 95.000 per setengah sak.

Pak Rubi’i mendapatkan pupuk urea itu dari toko sukses yang

ada di desa tersebut. Dari toko sukses tersebut, selain Pak

Rubi’i membeli pupuk urea juga membeli benih atau bibitnya

di sana. Untuk benih tanaman sayur brokoli Pak Rubi’i

membelinya seharga Rp 100.000 per seperempat kilogram dan

benih tanaman sayur tomat seharga Rp 85.000 per seperempat

sak sedangkan benih tanaman sayur cabai seharga Rp 105.000

per seperempat sak. Dari ke tiga benih tersebut terlihat paling

mahal adalah cabai. Pembayarannya bayar langsung atau

kontan tidak kredit ataupun hutang.

Dalam proses penyiangannya Pak Rubi’i melakukan

dengan cara tangan tidak dengan gasrok atau landak dan

sebagainya. Untuk penyiangan brokoli dilakukan selama 3

bulan sekali, tomat dilakukan penyiangan selama 4 bulan sekali

dan cabai dilakukan penyiangan selama 6 bulan sekali. Setiap

tanaman tentunya ada kendala-kendala bagi petani untuk

memperoleh tanaman yang berkualitas baik, salah satu

Page 59: Laporan Petani Apel

kendalan yang dihadapi adalah hama. Selama ini tanaman Pak

rubi’i selalu diganggu berbagai jenis hama yaitu ulat atau biasa

disebut uler dan belalang. Demi kelangsungan tanaman yang

lebih baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan, Pak Rubi’i

tidak tinggal diam dengan adanya masalah hama tersebut.

Beliau mengendalikan hama penyakit tersebut dengan cara obat

prepaton dan obat poli yang mana fungsi dari obat tersebut

untuk mematikan hama penyakit tersebut demi kelangsungan

tumbuhan tanman yang lebih baik.

Setelah jangka waktu yang cukup lama untuk siap di panen,

Pak rubi’i memanennya dengan cara menggunakan sabit bukan

dirontokkan dengan gebyok atau menggunakan tresher dan lain

sebagainya. Setelah memanen hasilnya dengan menggunakan

sabit, maka selanjutnya hasil yang didapatkan disimpan terlebih

dahulu dan setelah disimpan baru dijual.

Pak Rubi’i mulai jadi petani di tahun 2000. Untuk menjadi

petani haruslah tahu pengetahuan tentang bagaimana caranya

bercocok tanam. Pak Rubi’i memperoleh pengetahuan bercocok

tanam dari orangtuanya dengan cara melihat langsung kedua

orangtuanya bercocok tanam. Karena keseharian orangtua

beliau adalah berprofesi sebagai petani, maka secara tidak

langsung sudah terbiasa dengan hal-hal yang berkaitan dengan

pertanian. Selain orang tua tidak ada yang didapatkan

pengetahuan bercocok tanam dari tetangga, penyuluhan, pihak-

pihak lain dan sebagainya. Dari pengetahuan yang didapatkan,

beliau pernah mengalami perubahan yang terjadi sekitar 10

tahun yang lalu. Ketika itu brokoli yang biasanya siap panen 6

bulan ternyata hanya 3 bulan saja sudah siap dipanen.

C. LEMBAGA/PRANATA SOSIAL TERKAIT DENGAN

USAHA TANI

a. Lembaga Penguasaan Lahan Pertanian

Page 60: Laporan Petani Apel

Status lahan tegal yang dimiliki oleh Pak Rubi’i bukan

dari warisan atau milik sendiri melainkan sewa. Pak rubi’i

menyewa lahan tersebut dari Bapak Ridwan. Tempat tinggal

Pak Ridwan jauh dari tempat tinggalnya Pak Rubi’i posisinya

di luar desa dari tempat tinggal Pak Rubi’i. Harga lahan yang

di sewakan Pak Ridwan kepada Pak Rubi’i sebesar Rp

800.000/ tahun. Selain itu Pak Rubi’i juga harus membayar

iuran irigasi sebesae Rp 300.000. Dalam pembagian hasilnya

tidak moro, mrapat, mertelu melainkan diterima langsung oleh

Pak Rubi’i sebab dalam kegiatan usaha taninya tanpa

menggunakan tenaga kerja luar keluarga melainkan berasal

dari keluarga sendiri.

b. Lembaga yang melakukan fungsi penyediaan sarana

produksi pertanian(bibit/benih,pupuk,obat-obatan)

Di Desa Bulukerto yang di tinggali oleh Pak Ridwan

terdapat kegiatan usahatani yang berupa penyuluhan.

Penyuluhan disini mekanisme kerjanya berupa bagaimana

cara pengolahan tanah yang baik , cara persemaiannya, cara

tanam tanaman yang baik, cara memupuk tanaman yang baik,

bagaimana cara mengendalikan hama penyakit dan lain-lain.

c. Lembaga yang dapat melakukan fungsi pengolahan

hasil pertanian

Dari lembaga yang dapat melakukan fungsi pengolahan

hasil pertanian, menurut pak Rubi’i tidak ada. Hasil panennya

langsung dijual tanpa ada pengolahan lebih lanjut.

Sebagaimana kita ketahui biasanya setelah hasil panen tersebut

ada lembaga yang menaungi hasil panen dari petani-petani

semisal, hasil panen tersebut dioleh oleh pengusaha

penggilingan padi/KUD atau juga panen tersebut diolah oleh

pabrik gula dan lain-lain. Akan tetapi kenyataan yang ada di

lapang tidak selaras yang di perkirakan. Sehingga hasil panen

Page 61: Laporan Petani Apel

Pak Rubi’i tersebut dijual begitu saja tanpa ada pengolahan

lebih lanjut.

d. Lembaga pemasaran hasil pertanian

Dari segi lembaga pemasaran hasil pertanian, setiap

musim panen hasil panen yang dimiliki oleh Pak Rubi’i

semuanya dijual tanpa ada yang dikonsumsi maupun disimpan

untuk dirinya sendiri. Sebab, kalau beliau mengkonsumsi atau

menyimpan sendiri dari hasil pertannian tersebut maka

penghasilan yang diperoleh Pak Rubi’i semakin sedikit dan

tidak mampu mencukupi biaya kehidupan keluarganya.

Penjualan hasil panen tanaman sayur tersebut Pak Rubi’i

menjualnya kepada Pak Ridwan. Dalam menentukan

kesepakatan harga dengan cara tawar-menawar dengan

pedagang. Untuk tanaman sayuran brokoli dijual seharga Rp

3000/ kg. Cara pembayaran yang dilakukan oleh Pak Rubi’i

dari hasil pertaniannya yaitu kontan di muka, bukan dibayar

setelah laku atau sebagian dibayar dimuka dan lain sebagainya.

e. Kelompok tani/gabungan kelompok tani

Dari wawancara saya dengan Pak Rubi’i, ternyata desa

beliau terdapat kelompok tani atau yang sering disebut dengan

gapoktan. Ketua dari gapoktan atau kelompok tani tersebut

adalah Pak Jianto. Dari kepengurusan kelompok tani, Pak

Rubi’i menjabat sebagai anggota kelompok tani di desa

tersebut. Jumlah anggota kelompok tani atau gapoktan yang

ada di sana cukup banyak. Kelompok tani atau gapoktan yang

ada di Desa Bulukerto tersbut mempunyai peranan penting

bagi petani disana. Banyak kegiatan-kegiatan yang

membangun petani untuk memajukan pertaniannya yaitu

petani disuruh membuat pupuk organik, selain membuat pupuk

organik sendiri ada kegiatan lain seperti menanam pohon. Pak

Page 62: Laporan Petani Apel

Rubi’i mengaku dirinya aktif dalam mengikuti kegiatan

kelompok tani atau gapoktan tersebut.

f. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA)

Selain kelompok tani atau gapoktan yang ada di Desa

Bulukerto, ada juga Himpunan Petani Pemakai Air atau biasa

di singkat HIPPA. Ketua dari HIPPA tersebut adalah Pak

Jianto. Pak Jianto ini selain menjabat ketua kelompok tani atau

gapoktan juga menjabat sebagai Himpunan Petani Pemakai Air

(HIPPA). Pak Rubi’i juga mengaku dirinya aktif dalam

mengikuti kegiatan HIPPA tersebut dan sekaligus menjabat

sebagai anggota dari HIPPA. Kegiatan-kegiatan yang di

lakukan HIPPA sendiri salah satunya ialah mengatasi aliran air

yang ada di Desa Bulukerto tersebut. Menurut Pak Ridwan,

manfaat yang dirasakan menjadi anggota HIPPA adalah

memudahkanaliran air sehingga menjadi lancar.

g. Lembaga Keuangan/ Perkreditan

Dari lembaga keuangan atau pengkreditan, selama

menjalan usahatani Pak Rubi’i pernah membutuhkan modal

dari luar keluarga bapak dan untuk mendapatkan pinjaman

modal tersebut Pak Rubi’i lebih memilih meminjam modal di

bank BRI, bukan di tetangga ataupun juga saudaranya. Jangka

waktu yang butuhkan 6 bulan sekali dan bunga yang diterima

Pak Rubi’isebesar 3 %.

D. Perubahan Sosial Dalam Lembaga Yang Terkait Dengan

Usaha Tani

Dari perubahan sosial dalam lembaga yang terkait

dengan usahatani, menurut pengalaman dan pengamatan Pak

Rubi’i selama menjadi petani pernah terjadi perubahan-

perubahan. Untuk perkembangan sewa-menyewa lahan dan

bagi hasil (moro, mertelu, mrapat) menurut Pak Rubi’i tidak

ada.

Page 63: Laporan Petani Apel

Kemudian dari lembaga penyediaan sarana produksi

pertanian seperti benih atau bibit, pupuk , pestiseida, saluran

distribusi dll menurut beliau tidak ada. Cara atau sistem

pengadaan tenaga kerja untuk usaha tani seperti tolong-

menolong, borongan, upah harian, menurut Pak rubi’i ada

dengan borongan. Untuk lembaga pengolahan dan pemasaran

hasil pertanian (saluran, aturan-aturan), menurut pak Rubi’i

tidak ada. Selanjutnya perkembangan yang dialami kelompok

tani atau HIPPA semakin maju karena menurut beliau semakin

majunya kelompok tani tersebut di sebabkan oleh anggotanya

yang selalu aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatanya.

Sedangkan untuk lembaga kredit atau keuangan untuk usaha

tani (macamnya, aturannya, lembaga yang menyediakan),

menurut Pak Rubi’i tidak ada.

Selama wawancara berlangsung cukup banyak

informasi-informasi yang saya dapatkan dari Pak Rubi’i. Dari

identikasi petani, pengetahuan bercocok tanamnya, lembaga

penguasaan lahan pertaniannya, lembaga yang melakukan

fungsi penyediaan sarana produksi pertanian, lembaga yang

melakukan fungsi penyediaan tenaga kerja, lembaga yang dapat

melakukan fungsi pengolahan hasil pertanian, lembaga

pemasaran hasil pertaniannya, kelompok tani atau gapoktan

yang ada disana, Himpunan Petani Pemakai Air atau HIPPA,

lembaga keuangan dan pengkreditan dan perubahan sosial

dalam lembaga yang terkait dengan usahatani. Semua

terangkum dalam bahasan deskripsi di atas melalui wawancara

yang saya lakukan kepada Pak Rubi’i selaku petani yang ada di

Desa Bulukerto.

3.2 Hasil Perbandingan Praktek di Lapang dengan Materi

3.2.1 Hasil Perbandingan Praktek di Lapang dengan Materi oleh Novita

Page 64: Laporan Petani Apel

Dalam kegiatan fieldtrip yang dilakukan sebagai bahan ujian

praktikum Sosiologi Pertanian ini ada beberapa aspek yang akan kami

jadikan sebagai bahan perbandingan antara keadaan di lapang dengan

materi atau teori yang kami dapatkan.

Sistem Nilai Budaya dan Sikap

Faktor-faktor mental adalah pengetahuan mengenai sistem nilai

budaya atau cultural value system dan mengenai sikap atau attitudes.

Kedua hal itu menyebabkan timbulnya pola-pola cara berfikir tertentu

pada warga suatu masyarakat dan sebaliknya pola-pola cara berpikir

inilah yang mempengaruhi tindakan-tindakan dan kelakuan mereka,

baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal membuat

keputusan-keputusan yang penting dalam hidup.

Dalam praktek yang dilakukan di lapang, tepatnya di desa

Bulukerto kebudayaan petani di desa ini terlihat seperti pada umumnya

kehidupan di desa. Mereka hidup saling berdampingan, selaras, dan

hubungan antar individu juga dekat sekali. Budaya gotong-royong dan

saling membantu sesama juga masih berjalan hingga saat ini. Pola pikir

masyarakat desa yang sederhana tidak terlihat disini. Meskipun

mayoritas pendidikan mereka hanya sampai tingkat sekolah dasar tetapi

pengetahuan mereka mengenai pertanian dan cara mereka

menyampaikan informasi tidak kalah dari pemateri yang bergelar

sarjana. Hal ini merupakan pengaruh dari banyaknya mahasiswa dan

lembaga penyuluh yang datang ke Desa Bulukerto ini, sehingga hal ini

membuat cara berfikir mereka yang sederhana berubah menjadi lebih

kompleks.

Selain itu di desa Bulukerto ini ditemukan perilaku warga setempat

yang menghambat pembangunan pertanian. Salah satu bukti nyata ialah

ketika tiga dari lima orang yang kami tanyai mengenai apakah generasi

muda di desa ini berminat pada sector pertanian, tiga orang itu

menjawab “anak saya lebih baik disekolahkan saja, kerja yang enak,

jangan jadi petani. Dari kecil saya sudah merasakan jadi petani itu tidak

enak.” Dari pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa gambaran

Page 65: Laporan Petani Apel

pertanian kedepan di Desa Bulukerto ini bisa benar-benar mengalami

kehancuran. Jika dari generasi mudanya enggan untuk melanjutkan

pembangunan di sektor pertanian.

3.2.2 Hasil Perbandingan Praktek di Lapang dengan Materi oleh Hilda

Saya akan membandingkan antara hasil wawancara saya dengan

Bapak Eko dengan hasil teori yang saya peroleh dari dalam beberapa

literatur yang saya baca. Dari sini saya dapat membandingkan memang

benar adanya Bapak Eko merupakan petani golongan menengah. Hal

ini karena adanya sistem stratifikasi atau pelapisan masyarakat seperti

yang disebutkan oleh Pitirim A. Sorokin sebagaimana bahwa stratifikasi

sosial adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-

lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis) dengan faktanya bahwa. Bapak

Eko memiliki kekayaan dengan mempunyai lahan sawah sendiri seluas

2 ha dan lahan tegal seluas 1 ha. Disisi lain Bapak Eko dalam ilmu

pengetahuan atau gelar yang dia dapat termasuk dalam kasta yang

rendah dikarenakan Bapak Eko hanya menduduki di tingkat SLTP

(sekolah menengah pertama) saja.

3.2.3 Hasil Perbandingan Praktek di Lapang dengan Materi oleh Didin

Dari pengamatan dilapangan yang kami lakukan juga sudah terjadi

pergeseran sistem dari revolusi hijau menjadi pertanian berkelanjutan.

Hal ini disebabkan karena para petani mulai sadar akan keberadaan

lingkungan dan kesehatan yang akan diperoleh jika menerapkan

pertanian yang berkelanjutan. Selain itu faltor eksternal yang lainnya

juga adalah karena adanya para penyuluh yang menganjurkan untuk

melakukan sistem pertanian berkelanjutan.

Para petani yang ada di desa Bulukerto pun telah menggunakan

pupuk kandang untuk pemupukan lahannya. Walaupun pupuk kandang

terbilang cukup mahal, akan tetapi mereka sadar akan lingkungan yang

ada dan juga mereka mulai mengurangi penggunaan pestisida untuk

mengurangi dampak buruk bagi lingkungan yang ada disekitar mereka.

Page 66: Laporan Petani Apel

3.2.4 Hasil Perbandingan Praktek di Lapang dengan Materi oleh Mareta

Daerah, Penduduk, Tata Kehidupan dan Kebudayaan merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tata kehidupan masyarakat

di desa tidak akan sama dengan tata kehidupan masyarakat di

Perkotaan. Ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu

selalu dikaitkan dengan kebersahajaan (simplicity), keterbelakangan,

tradisionalisme, subsistensi, dan keterisolasian. Secara umum ciri-ciri

kehidupan masyarakat pedesaan dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1) Mempunyai sifat homogen dalam (mata pencaharian, nilai-nilai

dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku),

2) Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai

unit ekonomi. Artinya; semua anggota keluarga turut bersama-sama

memnuhi kebutuhan ekonomi keluarga,

3) Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada.

Misalnya, keterikatan anggota keluarga dengan tanah atau desa

kelahirannya,

4) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet

dari pada kota,

5) Jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar

6) Mengutamakan kepentingan bersama

Dalam praktik yang ditemui di lapang memang benar kehidupan

masyarakat Desa Bulukerto sesuai dengan ciri-ciri kehidupan

masyarakat deasa yang terdapat dalam modul praktikum sosiologi

pertanian. Jenis pekerjaannya homogen, yaitu sebagai petani apel.

Dalam kehidupan masyarakat desa lebih mementingkan kepentingan

bersama, seperti lebih mengutamakan gotong royong membangun

fasilitas desa, dibanding pergi bersama keluarga untuk berlibur.

3.2.5 Hasil Perbandingan Praktek di Lapang dengan Materi oleh Ifone

Page 67: Laporan Petani Apel

Walaupun penduduk desa bekerja disektor pertanian tetapi sudah

jelas banyak dari mereka yang mencari sumber mata pencaharian lain

di luar sektor pertanian. Dalam hampir semua komunitas desa, semua

anggota pamong desa dan para guru desa yang memiliki tanah sawah

atau tegalan. Sebagian dari tanah itu mereka sewakan, mereka

gadaikan kepada petani lainnya tetapi sebagian lagi mereka kerjakan

sendiri.

Banyak diantara para petani mempunyai mata pencaharian

tambahan sebagai penjajah buah-buahan, menjadi pedagang kerajinan

tangan atau kebutuhan rumah tangga di pasar dan ada juga yang

memelihara hewan-hewan ternak. Kini banyak anggapan bahwa orang

pedesaan menganut peradaban-peradaban kuno. Walaupun demikian

kesadaran akan adanya suatu dunia luas di luar komunitas desa perlu

dianalisa, lepas dari jangakuan hubungan dari para petani pedesaan

dengan orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu di dunia luar itu

tadi, sedangkan kesadaran tadi itu juga belum berarti bahwa para

petani pedesaan itu juga mempunyai perhatain dan pengertian yang

luas dari dunia luar itu. Suatu konsep yang cocok untuk menganalisis

perbedaan antara kesadaran dan pengertian dari para petani pedesaan

mengenai dunia di luar batas komunitas itu bahwa petani desa dalam

kehidupan sosialnya dapat bergerak dalam lapang-lapang sosial yang

berbeda, keadaan yang berbeda dan juga waktu yang berbeda. Ruang

lingkup pola-pola lapangan sosial para petani Indonesia waktu itu

rupa-rupanya masih terbatas kepada lingkingan lokal dan perhatian

petani terhadap masalah-masalah nasional belum berkembang.

Materi tersebut sesuai dengan keadaan di lapang, meskipun

memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Namun, di luar pertanian

Pak Tarkip juga bermatapencaharian sebagai peternak kambing. Hal

ini dilakukan karena hasil pertanian apel sekarang ini tidak seindah

dulu, yang sangat menjanjikan. Jika dulu seorang petani dengan total

keuntungan Rp 5.000.000 dapat menyekolahkan anaknya hingga

Page 68: Laporan Petani Apel

kuliah sekarang dengan penghasilan yang sedikit lebih banyak petani

tidak dapat menyekolahkan anaknya hingga tamat kuliah. Maka dari

itu, beberapa petani di Desa Bulukerto ini memiliki pekerjaan

sampingan selain berprofesi sebagai petani apel.

3.2.6 Hasil Perbandingan Praktek di Lapang dengan Materi oleh

Wahana

Bapak Rubi’i mengalami interaksi sosial seperti yang disebutkan

oleh teori dari Kimball Young dan Raymond , W. Mack, interaksi

adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Disisni adanya komunikasi

sosial yang adanya tujuan mungkin sama atau tidak sama antar pelaku,

dan disini Bapak Sugiyanto juga telah melakukan interaksi sosial

dengan adanya komunikasi sosial dengan mengikuti dengan beberapa

lembaga lembaga seperti GAPOKTAN (Gabungan Kelompok

Tani),GAPOKTAN secara tidak langsung merupakan perwujudan dari

definisi dinamika kelompok tani seperti yang disampaikan oleh

Suhardiyono (1992), bahwasannya dinamika kelompok tani

merupakan gerakan bersama yangdilakukan oleh anggota kelompok

tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh

kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan

hasil produksi dan mutunya yang gilirannya nanti akan meningkatkan

pendapatan mereka. Tujuan dari pembentukan kelompok tani SRI

MAKMUR ini bertujuan untuk wadah pembelajaran,maupun sebagai

tempat untuk mencapai tujuan bersama dalam hal peningkatan

produksi pertanian pada Desa Bulukerto.

Page 69: Laporan Petani Apel
Page 70: Laporan Petani Apel

IV.PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil wawancara kami kepada petani di desa bulukerto, dapat

disimpulkan bahwa mayoritas petani disana adalah jenis petani apel,

walaupun ada juga petani yang menanam jenis sayur-sayuran. Status

kepemilikan lahan mereka adalah kebanyakan milik sendiri dan ada juga yang

menyewa. Dengan status kepemilikan lahan tersebut maka sistem bagi hasil

seperti moro, mertelu, mrapat dan lain-lain tidak ada, sehingga hasil yang

diperoleh pun diambil sendiri oleh petaninya.

Menanam berbagai jenis buah-buahan dan tanaman di daerah tersebut

sangatlah cocok untuk dibudidayakan. Lokasi di desa Bulukerto tersebut

berada di dataran tinggi sehingga memungkinkan dapat menanam berbagai

jenis tanaman. Jenis buah yang ditanam adalah buah apel dan jenis tanaman

sayurnya seperti brokoli, tomat dan cabai. Jenis varietas buah apel yang

ditanam oleh petani tersebut adalah apel manalagi, apel hana dan apel

malang. Alasan mereka menanam apel karena perawatanya cukup mudah dan

hasil yang diperolehpun cukup menguntungkan. Dalam pemeliharaan

tanamannya para petani apel dan sayuran tersebut menggunakan pupuk, baik

organik maupun annorganik. Pupuk organik sendiri berasal dari kotoran

hewan, seperti kambing. Untuk pupuk anorganik sendiri sendiri, seperti urea,

dan lain-lain.

Di Desa Bulukerto tersebut terdapat suatu kelompok tani atau gabungan

kelompok tani. Adanya kelompok tani tersebut sangat menguntungkan bagi

petani itu sendiri. Petani dapat mengetahui berbagai ilmu dari cara membuat

pupuk organik, cara menanam dengan baik, dan lain sebagainya. Dengan

berbagai keuntungan tersebut, maka mereka turut serta dan aktif dalam proses

kinerja kelompok tani itu. Selain kelompok tani ada juga Himpunan Petani

Pemakai Air atau biasa disingkat HIPPA dan HIPPAM. HIPPA dan HIPPAM

sendiri bermanfaat bagi petani di sana karena petani dapat menggunakan air

dengan kualitas bersih dan dapat membantu mengairi tanaman yang

dibudidayakan.

Page 71: Laporan Petani Apel

4.2 Saran

Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang semakin

cepat dan dinamis, orientasi pembangunan pertanian secara strategis

diarahkan dari semula berorientasi kepada produksi menjadi orientasi

agribisnis.

Untuk menindaklanjuti perubahan kebijaksanaan tersebut, peranan

kelembagaan agribisnis yang terkait dan mewujud dalam sistem agribisnis

sangat penting. Namun kinerjanya sebagian besar masih sangat lemah, karena

menghadapi berbagai permasalahan baik yang bersifat struktural maupun

non-struktural.

Agar peranan kelembagaan ini sangat berarti (significant) bagi upaya

memperkuat sistem agribisnis secara terpadu, khususnya jaringan

kelembagaan agribisnis dari hulu (up stream) sampai hilir (down stream).

Maka pemberdayaan kelembagaan bagi pengembanagan agribisnis

merupakan keharusan.

Kami berharap agar pemerintah, masyarakat, dan petani lebih

mengoptimalkan upaya pemberdayaan ini meliputi konsolidasi, penataan,

pembenahan dalam rangka reformasi baik di bidang kebijaksanaan maupun

operasional.

Mengenai kebudayaan diperlukan lebih banyak penyuluhan pada daerah

tersebut. Penggunaan bahan kimia untuk bercocok tanam di daerah tersebut

sangat tinggi. Sehingga dikhawatirkan dapat berakibat buruk pada

lingkungan. Kebanyakan para petani tersebut tidak mengetahui dampak dari

penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang digunakan secara terus menerus.

Selain itu perlu para petani tersebut perlu diperkenalkan kembali pada

bahan-bahan organik seperti pupuk dan pestisida organik beserta manfaatnya

agar para petani tidak ketergantungan terhadap bahan-bahan kimia tersebut.

Page 72: Laporan Petani Apel

DAFTAR PUSTAKA

Bungaran Saragih, 2011, Pembangunan “AGRIBISNIS” Paradigma Baru

Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian.

Hasibuan Nasrun. 2011. Kelembagaan Pendukung Bagi Pengembangan

Agribisnis di Bidang Tanaman Pangan & Hortikultura, GMU Press,

Yogyakarta.

Plank, ulrich. 2006. Sosiologi Pertanian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sajogyo, pujiwati (Penyunting), 2002. Sosiologi Pedesaan : Kumpulan Bacaan

Jilid 1, GMU Press, Yogyakarta.

Soekanto, soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Teguh. 2009. Gabungan Kelompok Tani di Indonesia.

http://teguhfp.files.wordpress.com/2009/09/130121112_095700029_perte

muan_01_pendahuluan5.pdf, diakses 18 Desember 2012.

Page 73: Laporan Petani Apel

LAMPIRAN

Pohon Apel