Laporan Praktikum Batang

18
LAPORAN PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN BATANG Disusun oleh : Al Hidayat (11222002) Dosen Pengampu : Delima Engga Maretha, M.Si PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKUTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN PATAH PALEMBANG 2012 1

Transcript of Laporan Praktikum Batang

Page 1: Laporan Praktikum Batang

LAPORAN PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN

BATANG

Disusun oleh :

Al Hidayat (11222002)

Dosen Pengampu : Delima Engga Maretha, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKUTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

RADEN PATAH PALEMBANG

2012

1

Page 2: Laporan Praktikum Batang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Morfologi tumbuhan adalah adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh

tumbuhan. Morfologi tumbuhan juga menguraikan tentang fungsi masing masing bagian

dari bentuk dan susunan tumbuhan. Salah satu bagian dari tumbuhan yaitu batang. Batang

merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting bagi tumbuhan yang berada di atas

permukaan tanah. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat

disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Oleh karena itu untuk mempertahankan

fungsinya, batang melakukan berbagai adaptasi terhadap lingkungan dimana tumbuhan

tersebut tumbuh. Adaptasi setiap tumbuhan berbeda-beda tergantung kebutuhan dari

tumbuhan tersebut (http://rieckanciit.blogspot.com).

Batang berperan untuk mendukung bagian tubuh untuk mendukung bagian tumbuhan di

atas tanah, selain itu juga sebagai alat transportasi yaitu jalan pengangkutan air dan zat

makanan dari akak ke daun dan jalan pengangkutan hasil asimilasi drai daun ke bagian lain,

baik yang ada di bawah maupun d atas tanah (Savitri, 2008)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja ciri-ciri yang terdapat pada batang?

2. Bagaimana perbedaan batang yang muda dan yang tua?

3. Apa perbedaan batang jati dan jagung?

1.2 Tujuan 1. Mengatauhui ciri-ciri batang.

2. Mengetahui perbedaan batang yang muda dan yang tua.

3. Mengetahui perbedaan batang jati dan jagung.

2

Page 3: Laporan Praktikum Batang

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Batang

Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting tumbuhan yang berada

di atas permukaan tanah. Batang tumbuh dari batang lembaga yang tumbuh dari dalam biji.

Selanjutnya pertumbuhan berasal dari titik tumbuh berupa meristem apical yang terdapat

dalam batang. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat

disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang terdiri dari sumbu tegak

dengan daun-daun yang melekat padanya ( Anonym.2010 ).

Beberapa sifat umum batang menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ) antara lain:

1. Umumnnya berbentuk panjang bulat seperti silindrer atau dapat pula mempunyai bentuk

lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf yaitu dapat dengan sejumlah bidang dibagi

menjadi dua bagian yang setangkup.

2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku

tersebut terdapat daun.

3. Tumbuhnya bisanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop/heliotrope)

4. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek seperti lumut

dan pada waktu batang masih muda.

5. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang

mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.

6. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali

kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.

7. Sebagai bagian tubuh tumbuhan, tugas batang antara lain:

- Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas tanah, yaitu: bunga, daun,

dan buah.

- Memperluas bidang asimilasi dengan percabangannya dan menempatkan bagian-

bagian tunbuhan di dalam ruang sedemikian rupa sehingga dari segi kepentingan

tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.

- Sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari atas ke bawah.

3

Page 4: Laporan Praktikum Batang

- Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.

2.2 Pola Pertumbuhan batang

Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem. Meristem apikal berada

pada ujung akar dan pada puncuk tunas, menghasilkakn sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh

memanjang. Pemanjangan ini yang disebut pertumbuhan primer, memungkinkan akar

membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk meningkatkan pemaparanya terhadap

cahaya matahari dan CO2. Pada herba (bukan tumbuhan berkayu), yang terjadi hanya

pertumbuhan primer. Namun demikian, pada tumbuhan berkayu terdapat juga pertumbuhan

sekunder, karena adanya aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang

terbentuk sebelumya oleh pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder adalah produk

meristem lateral, silinder-silinder yang terbentuk dari sel-sel yang membelah ke samping di

sepanjang akar dan tunas. Meristem lateral ini mengantikan sel dermis dangan jaringan

dermis sekunder, seperti kulit yang lebih tebal dan keras, dan meristem lateral juga

menambah lapisan jaringan pembuluh. Kayu adalah xilem sekunder yang terakumulasi

selama bertahun-tahun.

Pada tumbuhan berkayu, pertumbuhan primer dan sekunder terjadi pada waktu yang

bersamaan akan tetapi pada lokasi yang berbeda. Pertumbuhan primer dibatasi pada bagian

termuda tumbuhan seperti ujung akar dan tunas, dimana terletak meristem apikal. Meristem

lateral terletak dan berkembang di daerah yang sedikait lebih tua pada akar atau tunas yang

agak jauh dari ujung. Pada tempat tersebut terjadi pertumbuhan sekunder untuk menambah

diameter organ. Bagian tertua dari akar atau tunas misalnya pada pangkal cabang pohon

memiliki akumulasi jarinagn sekunder yang paling bersar yang dibentuk meristem lateral.

Setiap musim tumbuh, pertumbuan primer menghasilkan perbesaran bagian muda pada akar

dan tunas, sementara pertumbuhan sekunder menebalkan dan menguatkan bagian yang lebih

tua tumbuha tersebut ( Anonym.2010 ).

2.3 Morfologi Batang Jati

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang

lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim

kemarau.Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30 –

4

Page 5: Laporan Praktikum Batang

45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15 – 20 cm.

Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-

abu yang mudah terkelupas. Percabanganjauh dari batang utama. Pangkal batang berakar

papan pendek dan bercabang sekitar empat.

Tata daun berbentuk opposite dengan bentuk daun besar membulat seperti jantung,

berukuran panjang 20-50 cm dan tebal 15-40 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun

tumpul dan tepi daun bergelombang. Permukaan atas daun kasar sedangkan permukaan

bawah daun berbulu. Pertulangan daun menyirip. Tangkai daun pendek dan mudah patah

serta tidak memiliki daun penumpu (Stipule). Tajuk tidak beraturan. Daun muda (Petiola)

berwarna hijau kecoklatn, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu abuan.

Bunga jati bersifat majemukyang terbentuk dalam malai bunga (inflorence) yang

tumbuh terminal diujung atau tepi cabang. Panjang malai antara 60-90 cm dan lebar antara

10-30 cm. Bunga jantan (Benang sari) dan betina (Putik) berada dalam 1 (satu) Bunga

(monoceus). Bunga bersifat actinomorfic , berwarna putih, berukuran 4-5 mm (lebar)dan 6-8

mm (Panjang). Kelopak bunga (calyx) berjumlah 5-7 dan berukuran 3-5 mm. Mahkota bunga

(corolla) tersusun melingkar berukuran sekitar 10 mm. Tangkai putik (Stamen) berjumlah 5-6

buah dengan filamen berukuran 3 mm, antara memanjang berukuran 1-5 mm, ovarium

membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi akan menghasilkan buah berukuran

1-1,5 mm. Tanaman jati akan mulai berbunga pada saat musim hujan ( Anonym.2010 ).

2.4 Bagian-bagian Batang

Berikut adalah bagian – bagian pada batang menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ) adalah sebagai

berikut ini :

1. Buku (node),tempat dimana daun melekat pada batang.

2.      Ruas (internode), bagian batang di antara buku-buku.

3.      Tunas axiler (axillary bud),yang terbentuk antara sudut masing-masing daun dengan

batang dan memiliki potensi unutk membentuk suatu tunas cabang. Sebagin besar

tunas aksiler yang masih muda dorman. Setelah mengakhiri masa dormansi, suatu

tunas aksiler akan menjadi cabang vegetatif yang lemgkap dengan tunas terminal,

daun-daun dan tunas aksiler.

5

Page 6: Laporan Praktikum Batang

4.      Tunas terminal (terminal bud), merupakan pusat pertumbuhan tunas yang masih

muda, terletak pada bagian apeks (ujung) batang.

2.5 Pola Percabangan

Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang

kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya

jagung (Zea mays .). Umumnya batang memperlihatkan percabangan banyak atau sedikit.

Kerangka tumbuhan dibangun oleh sejumlah sumbu. Suatu sumbu (baik cabang atau

sumbu utama) bisa dibangun dengan cara sebagai berikut menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ):

1.      Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu lebih jelas, karena lebih

besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya, misalnya

pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.).

2.      Percabangan simpodial, sumbu tubuh menghasilakn ruas dan buku namun di suatau saat

meristem apikal tidak berfungsi lagi oleh karen membentuk bunga atau berdiferensiasi 

membentuk parenkim atau karena sebab lain. Dari kuncup aksilar di ketiak daun dekat di

daerah meristem apikal yang tidak berfungsi itu akan tumbuh cabang yang arahnya sejajar

sumbu sebelumnya dan tumbuh serpeti sumbu yang diagantikannya. Batang pokok sukar

ditentukan, karen adalam perkembagan selanjutnya mungkin lalu menghentika

pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuahnnya dibandingkan dengan

cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achros zapota L.).

3.      Percabangan mengarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan, yang batang setiap kali

menjadi dua cabang yang sama besarnya, hal ini adalah akibat titik tumbuh menjadi dua

bagian yang sama, seperti pada Selaginella, nipah (Nypa fruticans) dan Asclepias. Kadang-

kadang percabangan tampak seperti dikotom namun jika diamati secara cermat terlihat ujung

sumbu utama yang terhenti. Percabangan seperti ini disebut dikotom semu, misalnya paku

rane (Glaichenia linearis). Dikotom semu juga bisa terjadi jika cabang dekat ujung sumbu

tumbuh dengan kuat sehingga mencapai penampakan yang setara dengan sumbu utama yang

sedikit terdesak dan keduanya bersama-sama tampak seperti garpu.

2.6 Bentuk Batang

Tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang yang di

bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecul, jadi batangnya dapat

dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai

percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) sebaiknya mempunyai

6

Page 7: Laporan Praktikum Batang

batang yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikata tak ada perbedaan besarnya. Hanya

pada beberapa golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas

tetap sama, seperti terlihat pada bermacam palma (Palmae).

Jika kita bicara tentang bentuk batang biasanya yang dimaksud ialah bentuk batang pada

penampang melintangnya ini dapat dibedakan bermacam-macam bentuk batang menurut

(Tjitrirosoepomo.2009), antara lain:

1. Bulat (teres), misalnya bambu (Bambusa sp), kelapa (Coconus nucifera L).

2. Bersegi (angiularis). Dalam hal ini ada tiga kemungkinan:

- Bangun segi tiga (triangularis), misalnya batang teki (Cyperus rotundus)

- Segi empat (quadrangularis), misalnya batang markisah (Passiflora quadrangularis

L), iler (Coelus scutellarioides Benth).

3. Pipih dan biasanya lalu melebar menyerupai daun den mengambil alih tugas daun pula.

Batang bersifat demikian dinamakan:

- Fitokladia (phyllocladium), jika amat pipih dan menyerupai pertumbuhan yang

terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia platyclada).

- Kladodia (cladosium), jika masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan,

misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris).

Dilihat dari permukaannya, batang tumbuh-tumbuhan juga memperlihatkan sifat

bermacam-macam.

Maka dapat membedakan permukaan batang yang menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ) yaitu

sebagai berikut:

a. Licin (laevis), misalnya batang jagung (Zea mays ).

b. Berusuk (costatus), jika pada permukaan terdapat rigi-rigi yang membujur, misalnya

iler (Coelus scutellarioides Benth).

c. Beralurb (sulcatus), jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas, misalnya pada

Cereus peruvianus.

d. Bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada sudut-sudutnya

terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi (Discorea alata) dan markisah

(Passiflora quadrangulais)

Selain dari itu permukaan batang dapat pula:

7

Page 8: Laporan Praktikum Batang

a. Berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (Nicotiana tabacum)

b. Berduri (spinosus), misalnya pada mawar (Rosa sp)

c. Memperlihatkan bekas-bekas daun, misalnya pada papaya (Carica papaya)

dan kelapa (Coconus nucifera)

d. Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu, misalnya: nangka (Artocarpus

integra), keluih (Artocarpus comunis)

e. Memperlihatkan banyak lentisel, misalnya pada sengon (Albizzia stipulata)

f. Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang mati)

seperti pada jambu biji (Psidium guajava) dan pohon kayu putih (Malaleuca

leucadendron)

2.3 Morfologi Jagung

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan

iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter.

Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanaman jagung

merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan

Brown, 2008).

Temperatur maksimal dari  tanaman jagung mulai dari fase pertumbuhan dan

perkembangan adalah 18-32 derajat Celcius. Temperatur 35 derajat Celcius akan

menyebabkan kematian pada tanaman jagung.  Suhu udara atau temperatur yang baik untuk

perkecambahan adalah 12 derajat Celcius, dan fase pertumbuhan adalah 21-30 derajat

Celcius. Di daerah Asia Tenggara, fase kekeringan yang terjadi pada April-Mei akan menjadi

faktor pembatas pertumbuhan tanaman jagung (Belfield dan Brown, 2008).

Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300 mm

perbulan. Jikakurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman

jagung, namun demikian, faktor dari kelembapan tanah juga berdampak pada berkurangnya

hasil panen (Belfield dan Brown, 2008).

Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung

umumnya tidak bercabang. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada

tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown,

2008). Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung

8

Page 9: Laporan Praktikum Batang

umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan

sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama  xilem 

dan  floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem

membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman  dengan bentuk cairan.

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : 10.00 WIB s/d selesai

Hari / Tanggal : Jumat / 19 Oktober 2012

Tempat : Laboratorium MIPA IAIN Raden Fatah Palembang

3.2 Alat dan bahan

- Alat

1. Pensil

2. Lembar kerja

- Bahan

1. Batang jati muda ( Piper battle )

2. Batang jati tua ( Piper battle )

3. Batang jagung muda ( Zea mays )

4. Batang jagung tua ( Zea mays )

3.3 Prosedur Kerja

Langkah-langkah praktikum:

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.

2. Amati ciri-ciri yang ada pada masing-masing batang.

9

Page 10: Laporan Praktikum Batang

3. Gambar batang yang diamati tersebut.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilGambar terlampir

- Jati TuaCiri-ciri:1. Permukaan kulit sudah keras2. Warna agak kehijauan3. Terdiri atas ruas dan buku4. Tidak terdapat daun dan meristem (aksial)5. Bentuk batang silinder atau bulat6. Arah batang ke atas7. Pola percabangan ke kanan dan ke kiri8. Batang sejati9. Pada kulit terdapat lentisel

- Batang Jati Muda

Ciri-ciri:

1. Permukaan kulitnya licin atau halus2. Terdapat tunas (aksial)3. Terdapat daun4. Terdapat ruas dan buku5. Berkas daun sejajar6. Warna batangnya hijau dan agak lembut 7. Arah tumbuh ke atas8. Bentuk batang sejajar9. Ada bulu-bulu halus10. Bentuk batang kotak

- Batang Jagung MudaCiri-ciri:1. Permukaan batang licin2. Bentuk batang silinder3. Berwarna hijau

10

Page 11: Laporan Praktikum Batang

4. Arah tumbuh ke atas5. Daun sejajar6. Mempunyai buku dan ruas

- Batang Jagung TuaCiri-ciri:1. Permukaan batang licin2. Bertunas

3. Bentuk batang silinder4. Arah tumbuh ke atas5. Mempunyai buku dan ruas6. Berwarna hijau

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang di lakukan dapat di bahas bahwa permukaan jati tua lebih keras dan kasar dibandingkan jati tua, warnanya juga berbeda jati muda memiliki warna hijau sedangkan yang tua tidak terlalu hijau. Pada jati tua terdapat lentisel sedangkan pada jati muda terdapat bulu-bulu halus. Serta pada jati muda batangnya berbentuk kotak dan yang tua berbentuk silindris.

Pada jagung muda tidak terdapat tunas sedangkan yang tua terdapat tunas. Perbedaan secara umum dari batang jati dan jagung yaitu batang jati mempunyai percabangan sedangkan jagung tidak serta pada batang jadi terdapat lentisel dan batang jagung tidak terdapat. Sedangkan persamaan dari batang jagung dan jati yaitu sama-sama mempunyai buku dan ruas.

11

Page 12: Laporan Praktikum Batang

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa pada tanaman jati

dan jagung sama-sama mempunyai buku dan ruas tetapi mempunyai perbedaan pada

percabangannya, batang jati bercabang sedangkan batang jagung tidak bercabang serta pada

jati terdapat lentisel sedangkan jagung tidak.

12

Page 13: Laporan Praktikum Batang

DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2010. http://hepuralto21.blogspot.com ( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Anonym.2010. http://kreasiquh.blogspot.com ( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Anonym.2010. Batang. http://rieckanciit.blogspot.com

( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Belfield dan Brown. 2008. Morfologi Batang. Http//morfologi batang..com

( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Tjitrirosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada Universitas Press:

Yogyakarta.

13