Laporan Praktikum IUT 2 Tachimetri ETS_Kelompok 07.pdf
-
Upload
rdiawanfuadhadi2529 -
Category
Documents
-
view
365 -
download
2
description
Transcript of Laporan Praktikum IUT 2 Tachimetri ETS_Kelompok 07.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM
Pengukuran Titik-Titik Detail Metoda Tachimetri ETS
GD 2201 Ilmu Ukur Tanah 2
Kelompok 07 :
Mila Olivia Trianaputri 15110066
Regina Marina Hitoyo 15110102
Rianto 15111015
Nia Pradina 15111018
Eka Fidiyanti 15111046
M Khairul Hamid 15111050
M Ibrahim Ulinnuha 15111082
Kramer Napitupulu 15111101
Ri‟yu Diawan Fuadhadi 15111107
TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.
Pada saat ini semua kegiatan pembangunan dan konstruksi pasti akan
membutuhkan peta untuk tahapan perencanaanya. Peta yang digunakan haruslah
peta yang baik dan representatif terhadap aslinya dengan tingkat akurasi dan presisi
yang tinggi . Pembuatan peta itu adalah bagian dari keahlian seorang geodet. Maka
dari itu seorang geodet harus bisa melakukan pekerjaan pembuatan peta ( yang
didalamnya kegiatannya meliputi pengukuran, pengolahan data, dan penyajian hasil
) secara profesional. Kita sebagai orang-orang Geodesi harus bisa mengenal banyak
perbedaan penggunaan serta klasifikasi alat yang berbeda-beda untuk pengukuran
satu dengan pengukuran yang lainnya. Kita harus bisa memutuskan alat apa yang
dipakai untuk memetakan suatu lokasi dengan karakteristik tertentu, dan metoda
apa yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
Pada Praktikum kali ini adalah praktikum pengukuran detail situasi dengan
menggunakan alat ETS ( Electronik Total Station ). Disini kita dituntut agar dapat
membuat peta skala besar (1:250) dengan menampilkan setiap detail situasi dan
detail planimetriknya. Pada praktikum kali ini selain mengukur posisi suatu titik di
permukaan bumi kita juga mengukur ketinggiannya, kemudian dilakukan
penggambaran konturnya.
Praktikum pemetaan detail situasi dengan menggunakan ETS kali ini masih
yang manual ( belom di RECORD ), yaitu mencatat setiap datanya pada formulir
data pengukuran lapangan. Tujuannya adalah agar kita mengerti terlebih dahulu
setiap konsep dari pengukuran dengan ETS ini sebelum melangkah ke tahapan yang
lebih mudah lagi dan mengetahui bagaimana data tersebut di proses secara manual.
Baru apabila hal tersebut sudah dipahami dengan baik maka akan melangkah pada
praktikum dengan ETS yang di RECORD.
1.2. Maksud dan tujuan.
Maksud dari praktikum ke IV ( Pengukuran detail situasi ETS ) ini adalah agar
para praktikan dapat menggunakan ETS (Electronic Total Station) untuk pemetaan
detail situasi secara manual dan komprehensif. Dan mengolah data yang didapat di
lapangannya untuk dibuat peta detail situasi skala besar (1 : 200) dengan mengukur
setiap detail situasi dan detail planimetrik dari lahan dengan ukuran 90 m x 65 m
Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah agar Mahasiswa mampu
menggambarkan detail situasi dan detail planimetrik ( kontur ) pada lokasi
pengukuran dengan ketelitian skala 1 : 200 dengan menggunakan software
SoftDESK. Dan membandingkan hasilnya dengan pengukuran detail situasi dengan
menggunakan alat T0, dan dapat menyimpulkan alat mana yang mempunyai
ketelitian yang lebih bagus.
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum.
Praktikum Modul ke 4 “ Pengukuran detail Situasi dengan Alat ETS” ini
dilaksanakan pada :
Hari : Jumat 5 April 2013 dan Jumat 12 April 2013
Waktu : 09.00-13.00 WIB dan 09.00-15.00
Tempat : BM ITB-57 ( Labtek IX B dan IX C – Arsitektur dan Geodesi )
1.4. Peralatan yang digunakan.
1. ETS TOPCON GTS 223 1 buah
2. Reflektor 2 buah
3. Jalon 1 buah
4. Statif 2 buah
5. Pita ukur 1 buah
6. Payung 1 buah
BAB II
DASAR TEORI
Dasar Teori dari Modul ke-4, Pengukuran Detail situasi dengan menggunakan ETS
ini adalah :
Metode pengukuran dengan metode tachimetry merupakan metode yang paling
banyak digunakan dalam melakukan pengukuran detail situasi dan detail planimetrik ,
terutama untuk pemetaan dalam daerah yang luas dan juga untuk detail-detail yang
bentuknya tidak beraturan. Dengan metode ini, terdapat salah satu keuntungan lain dari
metoda tachimetry, yaitu dapat melakukan pengukuran detail planimetrik ( bentuk muka
tanah ) yang lebih dikenal dengan kontur.
Cara pengukuran dari metode tachimetri ini sendiri dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu;
- Pengukuran titik detail dari titik kerangka dasar
- Pengukuran titik detail dari titik penolong yang diikatkan dengan titik kerangka
dasar.
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat-alat tersebut diatas, maka akan
dibutuhkan titik-titik bantu.
Sebelum melakukan pengukuran hendaknya kita membidik ke BM lain yang sudah
diketahui koordinatnya dan sudut mendatarnya diset sama dengan sudut jurusan
sebenarnya agar bacaan sudut mendatar kita sudah merupakan bacaan Sudut jurusan
UTM.
Dasar Teori lain yang dapat digunakan untuk pengolahan data dalam pengukuran
detail situasi dengan menggunakan ETS ini adalah:
Antara satu titik dengan titik lainnya dapat dicari hubungannya. Dapat mengetahui
koordinat suatu titik dari titik lain yang sudah diketahui koordinatnya :
X1 = X0 + d0-1 sin ά 0-1
Y1 = Y0 + d0-1 cos ά 0-1
Z1 = Tinggi alat – Tinggi Reflektor + VD
Dimana d0-1 : jarak Horizontal 0 ke 1
VD : jarak verikal
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM
Langkah-langkah yang harus dilakukan agar praktikum ke-4 ini dapat terlaksana
dengan baik diantaranya adalah:
1. Persiapkan alat ( ETS, Reflektor, statif, jalon dan alat-alat yang dibutuhkan
lainnya ). Periksa Baterai ETS jangan sampai memakai baterai yang sudah hampir
habis, karena nantinya akan menghambat pelaksanaan praktikum.
2. Setelah pengecekan alat selasai, maka kita langsung berangkat ke lokasi
pengukuran, jangan ditunda-tunda sampai siang karena mungkin terjadi hujan.
3. setelah tiba di lokasi pengukuran maka langkah selanjutnya adalah : centering dan
leveling alat ( ETS ) pada BM ITB 57.
4. Seiring dengan pemasangan alat pada BM ITB 57, pasang juga reflektor pada
BM 56 sebagai bantuan untuk mendapatkan besarnya sudut jurusan dan titik
kontrolnya.
5. Ukurlah tinggi masing-masing alat.
6. Nyalakan alat ( ETS ), tunggu beberapa saat sampai keluar bacaan HR, VR, dan
HD.
7. jika alat sudah siap dipakai, maka pada pembidikan pertama bidiklah BM bantuan
yang telah dipasang reflektor.
8. Pada BM bantu tersebut set bacaan horizontal pada ETS menjadi azimut (ά)
dengan menggunakan HSET sesuai dengan angka sudut jurusan dari BM tempat
berdiri alat ke BM reflektor yang sebenarnya ( didapat dari koordinat yang ada di
depan lab. PEMDA )
9. Masuk ke mode pengukuran koordinat dengan menekan tombol SD, HD, dan VD
10. lalu tekan tombok F1 (MEAS) yang berarti kita mebgukur ke BM bantuan.
11. sesudah ditekan tombol meas maka catat ukuran HR, HD dan VD dari BM bantu
tersebut di formulir data ukuran lapangan.
12. Sesudah kita mengeset sudut jurusan yang sebenarnya dengan menggunakan BM
bantuan maka selanjutnya kita mengukur titik-titik detail dari area yang akan kita
petakan.
13. Jangan lupa ukur kembali tinggi reflektor yang digunakan, karena kemungkinan
berbeda dengan tinggi reflektor yang didirikan pada BM bantu.
14. Catat Tingginya
15. Bidik semua objek detail situasi dari daerah yang kan dipetakan.
16. Tekan tombol “MEAS” untuk mengukur koordinatnya (untuk setiap objek yang
dibidik).
17. Catat semua informasi yang diberikan HD, VD ,HR.
Dimana HR : Bacaan sudut mendatar yang dimana disini adalah sudah merupakan
sudut jurusan, HD : bacaan Jarak mendatar dan VD : bacaan jarak Verikal
18. setelah semua objek detail situasi diukur, maka selanjutnya tinggal mengukur
beda tinggi (untuk kontur). kita harus memperhatikan keadaan lapangan yang kita
ukur, untuk skala 1 : 200 interval konturnya adalah ( bil skala / 2000 ) = 0.1 m =
10 cm. Artinya semua objek detail planimetrik yang mempunnyai beda ketinggian
10 cm harus kita ukur.
19. ukurlah semua detail yang dianggap lebih dari 10 cm beda tingginya.
20. data yang harus dicatat adalah HR,VR,SD,HD, VD,
21. Apabila sudah beres maka rapihkan alat yang digunakan dan kembalikkan ke
LAB PEMDA
22. Formulir data ukuran lapangan harus dijaga dengan baik, jangan sampai hilang.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Data yang didapat dari praktikum ke 5 ini diolah dengan menggunakan Microsoft
EXEL dan untuk penggambaran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan software
QuantumGIS.
Perhitungannnya dapat dicontohkan sebagai berikut :
Pada titik detai No 1.
X ITB 57 = 788633,493 m
Y ITB 57 = 9237269,796 m
Z ITB 57 = 760,444 m
Dimana
HR : 165o 52‟ 54,2” T. Alat : 1,445 m
HD : 9,549 m T. Reflektor : 1.60 m
VD : -0.590 m
Perhitungannya :
X = HD x sin HR
= 9,549 x sin 165o 52‟ 54,2”
= 2,329 m
Y = HD x cos HR
= 9,549 x cos 165o 52‟ 54,2”
= -9,261 m
Z = TA –TR + VD
= -0,745 m
X1 = X 57 + X
= 788633,493 + 2,329
= 788635,822 m
Y1 = Y 57 + Y
= 9237269,796 + -9,261
= 9237260,535 m
Z1 = Z 57 + Z
= 760,444 – 0,745
= 759,699 m
Demikian selanjutnya untuk titik 2 sampai terakhir,
Berikut dilampirkan tabel perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Microsof
EXEL...
BAB V
Analisis
Mila Olivia Trianaputri (15110066)
Pada praktikum kali ini alat yang kami gunakan adalah Electronic Total Station (ETS).
Perbedaannya dengan T0 terletak dari sisi pengolahan datanya. Jika menggunakan T0,
perhitungannya agak rumit, sedangkan jika menggunakan ETS perhitungan lebih mudah
karena sudut jurusan yang dicari diperoleh dari pertambahan sudut jurusan awal dengan
bacaan horizontal yang langsung didapat dari ETS. Dari hasil gambar yang kami
dapatkan, kurang lebih sama dengan keadaan yang sebenarnya. Adapun kendala yang
kami hadapi :
1. Bunyi tanda alat sudah menembak ke target kurang terdengar.
2. Keharusan penggunaan titik bantu untuk memetakan daerah depan gedung geodesi
hingga laboratorium TL karena tidak terlihatnya target dari tempat alat.
3. Kondisi cuaca relatih basah.
Dengan teknologi ETS kita bisa langsung mendapatkan nilai sudut mendatar, sudut
vertikal dan jarak. Dan dapat langsung diketahui berapa koordinat titik detail yang
diukur. Pengukuran sangatlah cepat dan kesalahan dapat diminimalisir dengan maksimal.
Regina Marina Hitoyo (15110102)
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah alat yang lebih modern
dibandingkan dengan yang sebelumnya. ETS (Elektronic Total Station). Pengukuran
detail situasi dengan menggunakan ETS ini memiliki kualitas yang paling baik daripada
3 metode pengukuran situasi sebelumnya, yaitu metoda tachimetry dengan T0 dan
metoda planetable serta dengan metode prisma . Hal ini dikarenakan ETS mempunyai
ketelitian yang sangat tinggi yaitu millimeter (mm) untuk jarak dan ketelitian detil („‟)
untuk sudutnya. Kelebihan lain ETS hasil pengukuran bisa langsung didapat sehingga
dapat diminimalisir kesalahan pembacaan dan penulisan. Metode tachimetri dengan ETS
sangat baik digunakan untuk melakukan pengukuran detail situasi daerah yang luas dan
tidak beraturan permukaan tanahnya. Pengukuran detail dengan ETS ini salah satu
tujuannya adalah untuk membandingkan hasilnya dengan metode pengukuran tachimetry
sebelumnya yang menggunakan alat T0, dari hasilnya didapat perbedaan yang tidak
banyak antara pengukuran dengan ETS dan pengukuran dengan menggunakan T0.
Perbedaannya terletak pada orientasi arah utara petanya. Kalau pada pengukuran dengan
T0 orientasi arah utaranya menggunakan azimuth magnetis ( kalau boussole-nya dibuka )
tetapi pada ETS orientasi arah utaranya sudah merupakan sudut jurusan yang sebenarnya,
karena alatnya telah diset dengan bacaan sudut jurusan peta ( yang bisa didapat dari
perhitungan koordinat 2 BM yang diketahui ), sehingga gambar ETS dan gambar T0 agak
berbeda sedikit arahnya. Pengukuran dengan ETS ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari penggunaan alat ETS dalam metode tachimetry ini adalah
kita bisa memetakan daerah yang luas, bergelombang dan mendapatkan hasilnya berupa
peta detail situasi dan kontur-nya ( ketinggian ) dengan akurat dan kesalahan yang
dihasilkannya minimal. Dengan metoda ini juga, kita bisa menentukan luas, bentuk,
ketinggian, dan volume dari suatu lahan dengan data pengukuran yang sama yang
diambil dilapangan. Sekali pengukuran kita bisa mendapatkan beberapa hasil peta, seperti
peta detail situasi, kontur, bisa menghitung luas, dan volume. Sedangkan kekurangan
yang didapatkan pada ETS adalah ketergantungan alat terhadap energy baterai, sehingga
harus dipastikan ketika hendak melakukan pengukuran baterai ETS sudah terisi. Adapun
dari hasil pengamatan yang terlihat oleh praktikan kemungkinan jika terdapat kesalahan
adalah di sebabkan jalon tidak benar-benar lurus dan apabila pengukurannya dilakukan
pada siang hari, maka pengukuran dengan jarak yang sangat panjang > 150 m tersebut
rentan terhadap gangguan sinar matahari, karena alat ini dalam pengukuran jaraknya
menggunakan sinar laser, dan apabila medium perambatannya ( udara ) panas maka
jalannya sinar laser ini akan terganggu. Kesalahan lain yaitu pada saat pengukuran
seringkali nivo tidak tepat di tengah dikarenakan hal ini mengakibatkan kesalahan sekitar
2-5 cm.
Rianto (15111015)
Praktikum kali ini ialah pengukuran situasi menggunakan ETS, dari hasil yang diperoleh
terlihat bahwa tingkat akurasi dan presisinya tinggi. Dalam pengerjaan dilapangan juga
lebih cepat dan efisien karena untuk pengukuran SD(slop distance) dan HD(horizontal
distance) bisa langsung diperoleh pada ETS. Metode tachimetri dengan ETS sangat baik
digunakan untuk melakukan pengukuran detail situasi daerah yang luas dan tidak
beraturan permukaan tanahnya. Hasil peta yang didapat memiliki perbedaan pada
orientasi sudut jurusan yang digunakan, sehingga peta yang dihasilkan sedikit berbeda.
Namun begitu, praktikum menggunakan ETS ini juga memiliki kekurangan, seperti pada
jalon yang dipegang, sehingga masih memungkinkan untuk terjadinya kesalahan pada
pembidikan karena seharusnya jalon tersebut sebisa mungkin berada pada keadaan
statis(tegak lurus). Kali ini pembuatan peta menggunakan data yang lebih banyak dan
berorientasi pada koordinat titik detail yang diplot langsung menggunakan program
QuantumGIS dan SURFER(untuk menggambarkan kontur), yang telah dibebaskan dari
kesalahan blunder, kolimasi, indeks, dan sistematik. Sehingga dihasilkan peta dengan
tingkat presisi yang tinggi dan lebih baik daripada peta-peta yang sebelumnya. Untuk
pengukuran situasi memang sebaiknya menggunakan ETS sebagai alat ukur utamanya.
Yang menjadi sorotan pada praktikum kali ini juga adalah permasalahan cuaca yang tidak
tentu, sehingga praktikan harus cermat dalam memilih waktu dalam pengambilan data.
Untuk saran, data praktikum tidak harus dicatat manual, karena ETS menyediakan sistem
penyimpanan data ukuran yang bisa langsung didownload.
Nia Pradina (15111018)
Pada praktikum kali ini digunakan alat Electronic Total Station (ETS) dengan
metode tachimetri sehingga didapat peta topografi dan peta kontur daerah Labtek IX B,
IX C. Hasil peta yang didapat apabila dibandingkan dengan peta sebelumnya yang
menggunakan alat T0 tidak jauh berbeda. Walaupun letak setiap titik detailnya tidak tepat
sama seperti peta sebelumnya,akan tetapi bentuk dari kedua peta tersebut tidak jauh
berbeda. Ada beberapa hal yang dapat dianalisis dari praktikum ini daintaranya ialah :
- Kesalahan Blunder
Pada praktikum kali ini praktikan belum melakukan penyimpanan file dalam ETS
sehingga praktikan menulis manual data yang didapat dari ETS kedalam formulir.
Dengan demikan kesalahn blunder tidak dapat dihindari misalnya salah tulis,dan ketika
memasukkan data kedalam microsoft excel. Selain itu pada pembuatan peta praktikan
menggunakan software QuantumGIS karena baru belajar menggunakan aplikasi tersebut
dapat terjadi kesalahan yang tidak disadari.
- Kesalahan Sistematis
ETS merupakan alat yang memiliki ketelitian tinggi,akan tetapi alat tersebut juga
memiliki salah kolimasi seperti alat yang kami gunakan memiliki koreksi walaupun
hanya dalam satuan detik. Hal tersebut jelas berpengaruh terhadap perhitungan yang
dilakukan yang nantinya berpengaruh terhadap koordinat titik-titik yang ada dan
berpengaruh pula terhadap bentuk peta yang didapat. Selain itu reflektor yang digunakan
sebagai target yang kami gunakan pada saat itu tidak memiliki nivo,sehingga
berpengaruh terhadap bacaan yang didapat. Tidak terdapatnya nivo dalam alat yang
digunakan ketika praktikum dapat menyebabkan tidak akuratnya data jarak maupun sudut
yang didapat.
- Kesalahan Acak
Kondisi tempat praktikum saat itu cukup datar hanya saja ada beberapa bagian gedung
yang tidak dapat diplot karena tidak terjangkau oleh alat yang kami gunakan. Hal tersebut
mempengaruhi hasil peta yang didapat karena peta yang dibuat pada praktikum kali ini
menggunakan aplikasi tertentu sehingga apabila ada bagian yang tidak diplot maka peta
yang terbentuk tidak persis sama dengan bentuk aslinya.
Eka Fidiyanti (15111046)
Praktikum kali ini adalah praktikum menggunakan ETS. Tujuan praktikum ETS sama
seperti praktikum-praktikum sebelumnya yaitu menentukan titik-titik detail dan kontur di
sekitar ITB 56 dan ITB 57. Praktikum menggunakan ETS lebih mudah jika dibandingkan
dengan menggunakan theodolite kompas T0. Karena di ETS kita akan langsung
mendapatkan jarak, sudut vertical dan sudut horisontal. Selain itu ETS lebih teliti jika
dibandingkan dengan T0. Keteletian T0 hanya sampai menit, sedangkan ketelitian ETS
sampai millimeter dan detik. Kesalahan pembaca skala dapat dihindari, karena kita akan
membaca langsung, angka yang muncul di monitor. Namun dalam setiap kali pengukuran
selalu terjadi kesalahan, baik yang disebabkan oleh alat, pengamat dan alam.
Pada saat membidik reflector, salib sumbu gak selalu tepat berada di bidikan. Sehingga,
hasil yang muncul di monitor masih berubah-rubah. Hal ini karena, orang yang
memegang pole kadang-kadang bergerak, gak diam. Seharusnya orang yang memegang
pole tersebut jangan bergerak, agar hasil yang didapat akurat. Untuk menjaga agar pole
diam, ada nivo kotak di rambunya. Selain itu, reflector pada rambu kadang-kadang tidak
tegak.
Peta yang dihasilkan lebih bagus dari praktikum-praktikum sebelumnya. Namun, ada 3
titik yaitu titik K, U, V yang melenceng dari sketsa. Hal tersebut terjadi karena pada titik
tersebut kita mengukur menggunakan titik bantu (TB1), seharusnya kita menggunakan
ITB 57.
M Khairul Hamid (15111050)
Pada pratikum kali ini telah dilakukan pengambilan data di lapangan dan pengolahan
data, sehingga didapatkan sebuah peta. Peta tersebut masih mempunyai kekurangan,
kemudian dilakukan analisis, maka di dapatkan kesalahan sebagai berikut :
Titik detail yg kurang untuk beberapa objek seperti jalan yang memiliki belokan, untuk
mendapatkan proyeksi jalan dengan belokan tambahkan beberapa titik detail di belokan
jalannya, sehingga belokan jalan akan lebih jelas.
Pada saat pratikum digunakan sebuah titik bantu untuk.mendapatkan titik detail yg tidak
dapat dijangkau dari BM, disarankan untuk oratikum kedepannya tentukan titik bantu
dengan metoda poligon sehingga koordinat titik bantu akan lebih detail
M Ibrahim Ulinnuha (15111082)
Tachimetri menggunakan ETS
Dibandingkan dengan praktikum tachimetri sebelumnya yang menggunakan theodilit T0,
praktikum ETS kali ini relatif lebih mudah. Hal ini karena pada ETS sudah langsung
keluar bacaan sudutnya dan ketelitianyan mencapai detik (“). Selain itu, bacaan sudutnya
juga lebih akurat karena menggunakan laser dan meminimalisir kesalahan akibat
kesalahan baca pada mata manusia.
Namun begitu pada praktikum ETS ini masih ada kesalahan, yaitu :
1. Faktor alam
Praktikum yang dilaksanakan pada siang hari menimbulkan gangguan pada alat.
Karena prinsip kerja ETS yang menggunakan laser, matahari dapat mengganggu
perambatan laser pada udara. Selain itu posisi tempat praktikum yang berada
dekat dengan gardu listrik juga mengganggu laser yang merupakan gelombang
elektromagnetik sehingga terjadi kesalahan
2. Faktor manusia
Meskipun sudah sangat dipermudah dengan adanya ETS, tetapi faktor kesalahan
manusia masih tetap mempengaruhi. Kurang tegaknya jalon refklektor
menyebabkan kesalahan pada hasil pembacaan sudut maupun jarak pada alat.
3. Kesalahan acak
Merupakan kesalahan yang tidak terdeteksi meskipun praktikan sudah berusaha
sebaik mungkin dalam melaksanakan pengukuran.
Dari peta yang kami hasilkan terdapat beberapa kesalahan lagi, yaitu adanya beberapa
titik yang letaknya tidak sesuai dengan posisi asli dalam gambar sketsa rencana awal
meskipun ketika dihitung ulang tidak ada kesalahan dalam perhitungan. Menurut saya hal
ini terjadi karena pengukuran beberapa titik tersebut diukur dari titik posisi alat yang
berbeda. Serangkaian titik yang seharusnya diukur melalui titik ITB 57 malah diukur dari
TB 1. Adanya perbedaan titik ini meskipun sedikit tetap dapat mempengaruhi hasil akhir
koordinat pada peta.
Secara keseluruhan, penggunaan ETS ini lebih unggul. Pemetaan offset dan kontur dapat
dilakukan bersamaan sehingga sangat efektif dari segi waktu. Dan besarnya orde
ketelitian yang diinginkan dapat disesuaikan dengan pemilihan alat.
Kramer Napitupulu (15111101)
Pada praktikum kali ini kita membuat peta kontur menggunakan ETS (Electronic Total
Station).
Kelebihan ETS:
1. Bila dibandingkan dengan alat yang digunakan pada praktikum sebelumnya yaitu T0,
ETS memiliki akurasi dan presisi data yang lebih baik.
2. ETS juga memberikan hasil yang lebih cepat daripada T0, jadi praktikum dapat selesai
lebih cepat.
3. Bila menggunakan ETS kita juga bisa memetakan daerah yang lebih luas daripada
menggunakan T0.
Kekurangan ETS:
1. Untuk dapat berfungsi, ETS menggunakan baterai sebagai sumber dayanya. Maka kita
harus dapat menggunakannya semaksimal mungkin sebelum dayanya habis.
2. Bila dari ETS kita membidik reflektor yang notabene berada cukup jauh dari ETS
tersebut, reflektor akan kelihatan sangat kecil. Karena itu, jika sedikit saja reflektor
goyang (tidak mengarah ke ETS) maka sinar merah pada ETS yang menandakan bahwa
ia telah menemukan reflektor tidak akan muncul. Jadi, jika reflektor berada cukup jauh
dari ETS, maka reflektor harus benar-benar persis mengarah ke ETS. Jika tidak demikian,
maka sama sekali kita tidak akan mendapat hasil karena ETS hanya akan bekerja jika
sinar merah tersebut muncul (berkedip).
Pada praktikum ini, kita menggunakan software (Quantum GIS) untuk memunculkan
hasil akhir dari pengukuran. Dengan software ini, kita hanya memasukkan data-data hasil
ukuranDengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat akan lebih baik
daripada hasil dari praktikum-praktikum sebelumnya yang notabene diselesaikan dengan
manual.
Sepertinya akan lebih baik jika teropong pada ETS dirancang sedemikian rupa agar dapat
memperbesar tampilan yang kita lihat dari lensa bidikan.
Ri’yu Diawan Fuadhadi (15111107)
Pada praktikum kali ini masih seperti praktikum sebelumnya yaitu pengukuran titik
detail, akan tetapi pada praktikum kali ini kita menggunakan alat yang lebih canggih
yaitu ETS (Electronic Total Station). ETS sendiri merupakan alat yang lumayan bagus,
karena lebih mudah menggunakannya dan dengan menggunakan ETS bisa
meminimalisasikan kesalahan-kesalahan acak seperti yang dilakukan pada praktikum
pengukuran titik-titik detail sebelumnya. Pada praktikum sebelum-sebelumnya jarak pada
titik detail kita gunakan rambu ukur, kemudian dengan menggunakan Theodolit T0
menggunakan rambu ukur dan prinsip waterpass dalam menentukan jarak, akan tetapi
dalam ETS lebih canggih karena pengukuran jarak dibantu dengan menggunakan laser
untuk menentukan jarak. Akan tetapi dalam suatu pengukuran tidak ada yang pasti dan
benar nilainya, namun nilai kebenaran itu bisa didekati. Kesalahan yang mungkin terjadi
karena berbagai faktor, seperti :
a. Faktor alam
Faktor alam yang bisa berpengaruh dalam praktikum kali ini adalah cahaya
b. Faktor alat
Faktor alat disini masih bisa ditolerir karena kita sudah menggunakan alat yang
lumayan canggih. Namun masih ada beberapa yang perlu disoroti dan dianggap
masih memiliki kesalahan, seperti rambu reflektor. Rambu reflektor ini disoroti
karena rambu relektor digunakan untuk menentukan titik detail, apabila salah
sedikit dalam menempatkan tidak pada posisi yang benar maka akan terjadi
perbedaan pada titik detail tersebut. Pada praktikum yang pertama kita
mendapatkan rambu reflektor yang bagus karena menggunakan nivo, jadi kita
bisa menempatkan di posisi yang benar, namun pada praktikum selanjutnya kita
menggunakan rambu reflektor yang tidak dilengkapi dengan nivo, jadi kita belum
bisa menentukan apakah pengambilan data dengan rambu reflektor yang tidak
dilengkapi nivo benar pada keaadaan yang semestinya tegak pada bumi ini,
karena salah sedikit saja bisa berpengaruh pada jarak, beda tinggi, dan sudut.
c. Faktor Manusia
Faktor manusia disini lebih disoroti dan berkaitan dengan faktor alat yaitu cara
memegang rambu reflektor. Karena pada praktikum sebelumnya di hari pertama
praktikum pertama menggunakan rambu reflektor dengan nivo, jadi tidak terlalu
bermasalah karena bisa menempatkan rambu reflektor tersebut secara mendekati
kebenaran. Sedangkan pada hari kedua kita mendapatkan reflektor yang tidak
dilengkapi nivo akibatnya pada saat pengukuran kita kurang bisa mengira
kebenaran meletakkan rambu reflektor tersebut dan kurang stabil saat memegang
rambunya.
Setelah mengambil data di lapangan setelah itu pengolahan data dilakukan. Pengolahan
data dengan menggunakan aplikasi hitungan pada ms.Excel dan menghasilkan koordinat
titik-titik detail yang kita ambil di lapangan. Dengan aplikasi quantum Gis data tersebut
diimport dan bisa menghasilkan peta. Akan tetapi ada beberapa titik yang tidak sesuai
dengan sketsa. Setelah dicek pada pengolahan data di ms.Excel tidak ada kesalahan. Hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, karena kita juga menggunkan alat yang canggih,
sangat sulit untuk menyalahkan alat, kalau saya beramsumsi ini merupakan blunder.
Blunder ini mungkin karena kesalahan memasukkan nilai data dari pengambilan data di
lapangan. Tapi tidak menutup kemungkinan yang lain selain apa yang saya kira
sebelumnya.
Untuk selanjutnya seharusnya lebih teliti lagi dalam memasukkan data dan sebaiknya
menggunakan rambu reflektor yang dilengkapi dengan nivo.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
Pengukuran detail situasi dengan menggunakan ETS ( Electronik Total
Station ) merupakan pengukuran detail situasi yang sangat baik, karena dengan
menggunakan alat ini kesalahannya bisa dibilang sangat kecil. Pengukuran
dengan alat ETS ini metodenya ialah menggunakan metode tachimetry yang
merupakan salah satu metode dari banyak metode pemetaan detail situasi yang
paling banyak digunakan. Dengan metode ini, terdapat salah satu keuntungan
lain dari metoda tachimetry, yaitu memungkinkan untuk melakukan
penggambaran dan pemetaan bentuk muka tanah. Metode ini cocok untuk
pengukuran lokasi yang cukup luas dan dengan kontur (ketinggian) yang tidak
merata.
Pengukuran yang dilakukan dengan metoda tachimetri ini selain mengukur
detail situasi, juga dapat mengukur ketinggian ( kontur ) . Hal ini disebabkan dari
karena alat yang digunakannya ( teropong dari theodolitnya ) dapat digerakkan
naik turun, sehingga semua objek ketinggian yang tidak teratur bisa dipetakan.
Dengan alat ETS ini juga kita dapat mengeset bacaan arahnya menjadi sesuai
dengan sudut jurusan sebenarnya ataupun di set 0, yang gunanya untuk
memudahkan kita dalam proses pengolahan data dan penggambaran petanya.
Dibandingkan dengan menggunakan theodolit (T0), penggunaan ETS lebih
menguntungkan. Adapun kelebihan ETS dari theodolit (T0) adalah;
Ketelitian alat lebih tinggi ( samapai fraksi Millimeter untuk jarak dan
sampai detik untuk sudut )
Waktu yang digunakan untuk pengukuran relatif cepat.
Pembacaan alat lebih mudah.
Hasil pengukuran langsung didapatkan ( apabila dimasukkan
Koordinatnya )
ETS dapat menyimpan data-data pengukuran.
Jaraknya langsung didapatkan, bukan dari perhitungan benang atas,
benang tengah dan benang bawah.
5.2. Saran.
Setelah melihat kesimpulan mengenani pengukuran dengan ETS diatas, maka
hal-hal yang dapat kita lakukan agar pengukuran tachimetri dengan menggunakan
ETS ( Elektronik Total Station ) dapat terlaksana dengan baik dan kita dapat
meminimalkan kendala-kendala yang mungkin mengganggu adalah :
Sebelum pengukuran mulai, maka alangkah baiknya apabila membuat sketsa
bidang yang akan diukur tersebut, agar dalam pengolahan data dan
penggambarannya kita tidak bingung. Usahakan membuat sketsa itu sejelas
mungkin.
Sebaiknya datang ke lokasi pengukuran sepagi mungkin , selain masih sepi,
cuaca juga teduh, sehingga mendukung pengukuran yang baik. Apabila cuaca
panas, maka sebaiknya pengukuran dilakukan dengan dilakukan dengan
ditutupi payung.
Agar pengolahan datanya lebih mudah sebaiknya pada pengukuran titik yang
pertama ( bidik ke BM ) sudut Horizontalnya ( HR ) di set sesui dengan sudut
jurusan sebenarnya ( sudut jurusan dari BM tempat berdiri alat ke BM
reflektor yang didapat dari perhitungan koordinat )
Usahakan reflektor yang digunakan unutuk pengukuran detail berdiri dengan
tegak, dan tidak goyang. Bisa menggunakan jalon yang menggunakan nivo
agar lebih presisi.
Lakukan penggambaran dengan baik, sesuai dengan data yang didapat
dilapangan.
Sebelum alat dipakai, periksa apakah baterainya masih penuh atau tidak,
karena kehabisan baterai dilapangan akan menghambat proses pelaksanaan
pengukuran.
Kemampuan melobi juga dibutuhkan dalam praktikum ini, untuk mengatasi
gangguan terhalang mobil sehingga tidak diperlukan pembuatan titik bantu
yang malah akan merusak tingkat akurasi data.
DAFTAR PUSTAKA
Evett, B Jack .“Surveying”Univercity Of North Carolina at Charlotte.
Frick, Heize, “Ilmu dan Alat Ukur tanah” Jakarta : Swadaya
Kissam, Philip dan Hill, Graw ”Surveying Practice”, Book Company.
Rais, Jacub. ”Ilmu Ukur Tanah” Diktat Kuliah.
Wongsotjintro, Soetomo. ”Ilmu Ukur Tanah”. Jakarta : Swadaya 1978.
LAMPIRAN
a. Foto Waktu Praktikum
Foto dari kiri ke kanan : Rianto, Hamid, Mila, Nia, Regina, Eka, Ulin, Kramer, Ri‟yu
NB: Karena waktu praktikum kita terlalu fokus praktikum kita lupa untuk foto, dan
waktu kita mau meminjam alat untuk foto kita sudah melewati waktu peminjaman
alat jadi kita belum bisa foto dan akhirnya kita menggunakan foto yang dulu
b. Surat Tugas
c. Peta Lokasi Praktikum
Lokasi Praktikum
d. Sketsa Peta
e. Formulir-formulir
f. Peta Hasil Pengolahan Data