LAPORAN PRAKTIKUM Urine Kuantitatip
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM Urine Kuantitatip
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR
ACARA IV
URINE KUANTITATIF
Disusun oleh:
Kelompok XXI
Zulfi Nur Amrina Rosyada PT/06227
Farkhan Ihsani PT/06365
Nuradtya PT/06366
Dini Dwi Ludfiani PT/06384
Achyadi Silalahi PT/06404
Asisten : Dimas Hand Vidya Paradipta
LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2013
ACARA IV
URINE KUANTITATIF
Tujuan Praktikum
Praktikum urine kuantitatif bertujuan untuk menetahui kadar khlor (Volharat) dalam
urine sapi.
Tinjauan Pustaka
Urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh organ ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine penting sekali
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra (Kamal, 1999)
Urine terdiri dari air yang mengandung zat terlarut berupa sisa metabolisme tubuh
diantaranya adalah urea, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Urea yang dikandung oleh
urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos (Kustono, 1997).
Komposisi materi yang terdapat dalam urine memberikan banyak informasi
metabolisme tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui
analisis urine, baik analisis kualitatif dan kuantitafif. Analisis yang dilakukan
tergantung keperluan diagnosa seseorang. Misalnya analisis norkoba, uji kehamilan,
uji glukosa, uji anion anorganik, dan lain-lain. Salah satu uji sederhana yang dapat
dilakukan di laboratorium adalah dengan melakukan uji kualitatif urin, seperti ion
amonium, glukosa, klorida, dan sulfat (Murray et al , 2003)
Urine yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu
eksternal, konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyak fases dan urine yang
dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Sedangkan rasio fases dan urine
yang dihasilkan ternak adalah babi (55% faces, 45% urine), sapi potong (71% faces,
29% urine), domba (50% faces, 50% urine), dan sapi perah (69% faces, 31% urine)
(Oman, 2003).
Komposisi urine sangat komplek, urine yang normal mengandung air, urea,
kraetinin, purin (asam urat, kantin, hipoksantin), allantion, asam hipurik, amonia,
asam amino, sulfat, garam anorganik, pigmen urokrom dan urobilin. Menurut Sauer
et al. (1999), sekitar 60 - 90% nutrient yang dimakan ternak akan disekresikan
kembali melalui faces dan urine. Di dalam faces sapi perah unsur hara paling
dominan adalah P, Ca, Mg, dan Fe, sedangkan dalam urine unsur hara yang paling
dominan adalah K, N, NH4-N (Oman, 2003)
Kandungan khlor pada tiap urine ternak berbeda-beda. Faktor makanan yang
dikonsumsi oleh ternak adalah faktor yang sangat mempengaruhi hal ini. Perbedaan
kandungan khlor dalam urine dapat disebabkan karena perbedaan ginjal. Misalnya
perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi dalam tubulus, kadar aldesteron
dalam darah dan hormon adrenokorteksialin dan hormon neuratik (Ganong, 2003).
Apabila terjadi urine pekat, terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila
urine encer, terjadi akskresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut. Kedua hal ini
memiliki arti penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh.
Pengaturan ekskresi air terutama dilakukan oleh hormon vasoprin yang bekerja
pada duktus kolingentes (Ganong, 2003).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, tabung reaksi, pipet
tetes, gelas ukur, buret, kertas saring, gelas piala dan gelas erlenmeyer.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, larutan standar
perak nitrat, larutan sufosianat, larutan Feri-amonium-sulfat, asam nitrat (B.J.
=1,42) bebas Cl, air suling dan urine.
Metode
Ditambahkan 5 ml urine ke dalam labu takar 50 ml melalui pipet. Diteteskan 0,5
ml HNO3 pekat kemudian dituangkan secara perlahan-lahan 10 ml larutan standar
AgNO3 dari sebuah buret, sambil digoyang-goyangkan labu. Selanjutnya,
diencerkan dengan air suling sampai tanda, dicampur dan disaring dengan kertas
saring, filtrat ditampung ke dalam gelas piala. Kemudian dengan sebuah pipet
penuh diambil 25 ml filtrat tersebut dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 2,5 ml indikator. Larutan tersebut ditritasi dengan larutan amonium
tiosianat sampai timbul warna merah.
Rumus untuk mengetahui beberapa gram NaCl yang terdapat dalam 10 ml urin
dipergunakan rumus sebagai berikut:
(20 – 2X) x 0,01 = gram NaCl
X dalam rumus tersebut menyatakan banyaknya feri amonium sulfat yang
dibutuhkan untuk titrasi
Hasil dan Pembahasan
Penentuan kadar khlor (voldhard) dalam urine. Pada saat urine ditetesi
dengan larutan HNO3 pekat, urine tersebut berubah dari putih bening menjadi
keruh. Kemudian setelah penambahan AgNO3 larutan tetap keruh dan muncul
endapan putih berukuran kecil pada labu takar. Munculnya endapan berwarna
putih keruh tersebut adalah indikasi terdapat endapan AgCl. Adapun reaksi yang
terjadi adalah,
NaCl + AgNO3 (berlebihan) AgCl(S) + NaNO3
Fungsi dari HNO3 adalah mencegah terjadinya endapan perak fospat sehingga
endapan yang terjadi bukan endapan perak fospat melainkan endapan AgCl.
Volume larutan NH4CNS (amonium tiosianat) yang dibutuhkan untuk membuat
larutan tersebut berubah menjadi warna merah adalah 4 ml, untuk sampel urine
sapi PO. Reaksi yang terjadi sehingga terbentuk warna merah adalah,
AgNO3 (sisa) + NH4 CNS NH4 NO3 + AgCNS
NH4 CNS + FeNH4 (SO4)2 kompleks Feri-sulfosianat ( berwarna merah).
Dari data yang diperoleh dari praktikum, yakni untuk membuat larutan berubah
menjadi warna merah dibutuhkan 4 ml larutan amonium tiosianat. Angka tersebut
kemudian dimasukkan kedalam rumus perhitungan menentukan kadar NaCl
didapatkan urine sapi PO terdapat 0,12 gram NaCl/5ml dan kadar Cl yang terdapat
dalam urine adalah 0,073 gram/5 ml. Jika nilai tersebut dikonversi pada satuan
gram/100 ml maka hasilnya adalah terdapat 2,4 gram NaCl/100 ml dan kadar Cl
adalah 1,46 gram /100 ml. Sedangkan, pada sapi PFH dibutuhkan 4,8 ml larutan
amonium tiosianat. Angka tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus
perhitungan maka didapatkan urine sapi PFH terdapat 0,104 gram NaCl/5ml dan
kadar Cl yang terdapat dalam urine adalah 0,06 gram/5ml. Jika nilai tersebut
dikonversi pada satuan gram/100ml maka hasilnya adalah terdapat 2,08 gram
NaCl/100ml dan kadar Cl adalah 1,2 gram / 100ml.
Pada keadaan normal terkandung 1404,561 mg/L didalam urine. perbedaan
kadar NaCl dalam urine disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi
kesehatan ternak, konsumsi pakan, konsumsi air minum dan kondisi darah
(Frandson, 1996).
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dan pengolahan data yang
didapat dari praktikum ini dapat disimpukan bahwa dapat diketahui terdapat
perbedaan kadar urine dalam percobaan dengan kisaran normal yaitu pada 100ml
urin normal 0,11 gram NaCl, sedangkan pada percobaan didapatkan hasil dalam
100 ml urine Sapi PO terdapat 2,4 gram NaCl dan 1,46 gram kandungan Cl (khlor)
kemudian di dalam 100 ml urine sapi PFH terdapat 2,08 gram NaCl dan 1,2 gram
kandungan khlor. Perbedaan yang sangat jauh antara teori dan hasil uji
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, kondisi ternak dan pakan ternak yang
dikonsumsi.
Daftar Pustaka
Frandson, P.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ganong, W.F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan
nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta Kustono. 1997. Fisiologi Ternak dasar. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta Murray, Robert, K. Darylk, Granner, Peter, A. Mayos, Victor, W. Rodwell. 2003.
Biokimia Harper. EGC. Jakarta. Omar, 2003. Kandungan Nitrogen Pupuk Organik cair dari hasil Penambahan
Urine Limbah Keluaran Instalasi gas Bio dengan Masukan Faces Sapi. (Skripsi). Institut pertanian Bogor. Bogor
Lampiran 1. Perhitungan
Menentukan gram NaCl
(20-2x ) . 0,010 = gram NaCl
Menentukan kadar Cl
Kadar Cl = (BA Cl/BM NaCl) . gram NaCl
Ket: x : jumlah ml feri amonium sulfat yang dibutuhkan untuk
titrasi
BA Cl : massa atom NaCl (35,5)
BM NaCl : massa molekul NaCl (58,5)
Diketahui x = 4
= (20-(2)(4)) . 0,010
= 12 . 0,010
= 0,12 gr NaCl
Kadar Cl
= (35,5/58,5) . 0,12
= 0,607 . 0,12
= 0,073