Lid Dokumen Post Date
-
Upload
ervina-meraih-bintang -
Category
Documents
-
view
68 -
download
4
description
Transcript of Lid Dokumen Post Date
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny.”E” GIII P2002 Ab000 UK 48-49 minggu /Tunggal/Hidup,
Intrauterin, Letkep, Inpartu Kala 1 Fase Laten
Dengan Serotinus (Post Date)
Di Ruang VK Bersalin RSUD Dr Moch. Saleh Probolinggo
Disusun oleh:
RIA SENA WIJAYA
0605.85
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2007
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan Asuhan Kebidanan
selama praktek diruang VK bersalin RSUD Dr. Mochammad Saleh.
Kegiatan praktek ini diselenggarakan sebagai upaya peningkatan keahlian
mahasiswa dengan menerapkan teori yang telah didapatkan dengan praktek
dilapangan.
Mahasiswa juga dapat memperoleh pengalaman yang tidak didapatkan
selama kegiatan di kampus. Oleh karena itu kami mengucapkan terimah kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur RSUD Dr. Moch Saleh Probolinggo.
2. Direktur AKBID Widyagama Husada Malang.
3. Kepala ruangan VK Bersalin RSUD Dr. Moch Saleh Probolinggo.
4. Pembimbing klinik VK Bersalin.
5. Pembimbing institusi Akbid Widyagama Husada Malang.
Saya menyadari bahwa dalam teknik penulisan maupun penyusunan
Asuhan Kebidanan inimasih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini
selanjutnya.
Semoga dengan tersusunnya Asuhan Kebidanan ini dapat menambah
pengetahuan, kepustakaan dan bermanfaat bagi pembaca khususnya di bidang
kesehatan.
Probolinggo, 13 November 2007
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
DI RSUD DR. MOCH. SALEH KOTA PROBOLINGGO
Laporan studi kasus ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan oleh
pembimbing kami selama melaksanakan praktek klinik di RSUD Dr. Muhammad
Saleh Kota Probolinggo mulai tanggal 5 November 2007 sampai 29 Desember
2007.
Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny. “E” GIII P2002 Ab000 UK 48-49
minggu,Tunggal,Hidup, Intrauterin, Letkep, Inpartu Kala 1 Fase Laten Dengan
Serotinus (Post Date) Di Ruang VK Bersalin RSUD Dr Moch. Saleh Probolinggo
telah dikonsultasikan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I
(Institusi)
YULIYANIK, S.KMNIP.
Pembimbing II
(Lapangan)
HAMIMAH
NIP.
Mengetahui :
Kepala Ruangan
PUDJI HARTATI
NIP. 140 145 240
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu peristiwa normal yang alamiah yang akan
dialami oleh setiap wanita. Dimana dalam menghadapi kehamilannya
seseorang wanita akan mengalami tanda-tanda seperti his, nyeri akibat his
dan pecahnya ketuban.
Namun adakalanya kita menghadapi persalinan dari kehamilan yang
lewat waktu yang tentunya perlu penanganan segera, terminasi kehamilan
secepatnya, tentunya dengan cara yang tepat, baik itu dengan induksi
persalinan maupun dengan operasi. Hal tersebut perlu penanganan yang
cepat mengingat risiko yang terjadi pada ibu maupun pada janin jika tidak
segera dilakukan tindakan.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan
menejemen kebidanan.
b. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan mahasiswa dapat:
- Melakukan pengkajian data
- Mengidentifikasi diagnosa dan masalah
- Mengantisipasi masalah potensial
- Mengidentifikasi kebutuhan segera
- Melakukan intervensi yang telah direncanakan
- Mengimplementasi
- Melakukan evaluasi yang sudah dilaksanakan
1.3 Metode Penulisan
- Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada klien
- Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung kepada klien guna mengetahui
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien, sehingga dapat memberikan
intervensi yang tepat dan benar sesuai dengan masalah yang ada.
- Praktek
Melakukan praktek langsung dengan pendekatan manajemen kebidanan.
- Studi pustaka
Membaca sumber buku yang mnedukung terlaksananya asuhan dan dapat
membandingkan antara teori dan praktek.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persalinan
2.2 Konsep Serotinus/Partus Postmaturus
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB III : TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian/ Pengumpulan Data
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
3.3 Analisa Masalah Motensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persalinan
2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(UNPAD, 1983)
2.1.2 Bentuk-Bentuk Persalinan
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila persalinan dengan bantuan dari tenaga lain
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
2.1.3 Teori-Teori Timbulnya Persalinan
Teori penurunan hormone
Terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone, saat 1-2 minggu
sebelum partus dimulai. Progesterone berfungsi untuk menenangkan
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan ketegangan atau
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
menurun.
Teori plasenta menjadi tua
Berhubungan dengan fungsi plasenta untuk menghsilkan kedua
hormone, estrogen dan progesterone. Dengan tuanya plasenta maka
kemampuan untuk menjalankan fungsinya juga berkurang.
Teori distensi rahim
Rahim akan membesar dan meregang menyebabkan ischemia otot
rahim sehingga merangsang timbulnya his (kontraksi miometrium)
Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh
kepala bayi) maka akan timbul kontraksi uterus.
Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin (dapat melunakkan serviks dan merangsang
his) meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh
desidua dan akan semakin bertambah lebih-lebih mendekati partus.
Induksi partus
a. Amniotomi / pemecahan ketuban
b. Oksitosin drip, pemberian oksitosin lewat infus
2.1.4 Tanda Persalinan
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir,
lendir bercampur darah.
3. Dapat disertai ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
- Pelunakan serviks
- Pendataran serviks
- Pembukaan serviks
2.1.5 Faktor-faktor Dalam Persalinan
Power
Pasanger
Passage
:
:
:
kontraksi miometrium, kontraksi otot dinding rahim,
kontraksi difragma pelvis/kekuatan mengejan, ketegangan
dan kontraksi ligamentum rotundum.
Janin dan plasenta
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang
2.1.6 Tahapan persalinan
1. Kala I
Dimulai bila timbul his dan megeluarkan lendir (Blood show) dan
serviks membuka sampai dengan lengkap (10 cm).
Lama kala I untuk primigravida 12 jam, pembukaan 1 cm/jam
Lama kala I untuk multigravida 8 jam, pembukaan 2 cm/jam
Dibagi 2 fase :
1. Fase laten: berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi
sangat lambat sampai menjadi ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu:
- Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung secara cepat diameter 4 cm menjadi 9 cm.
- Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat dalam 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung kira-kira 1,5 jam pada primigravida dan multigravida rata-
rata 0,5 jam.
3. Kala III
Dimulai sesaat setelah bayi lahir sampai plasenta lahir, biasanya
plasenta lepas 6-15 menit setelah lahir.
4. Kala IV
Dimulai lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
(Hanifa, 1999: 182-186)
2.1.7 Penatalaksanaan
Pada kala I dokter, bidan atau penolong persalinan mengawasi wanita
inpartu sebaik-baiknya dan melihat apakahsemua persiapan untuk
persalinan sudah dilakukan. Memberi obat atau melakukan tindakan hanya
apabilaa indikasi untuk ibu maupun anak.
Penanganan :
1. Ibu dalam persalinan apabila ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan.
- Berilah dukungan dan yakinkan dirinya
- Berilah informasi mengenai proses kemajuan persalinan
- Dengarkan keluhan dan cobalah untuk lebih sensitive terhadap
perasaannya
2. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan yaitu:
- Lakukan perubahan posisi
- Posisis sesuai dengan kemauan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat
tidur hendaknya dilanjutkan tidur miring ke kiri
- Sarankan ibu untusk berjalan-jalan
- Ajaklah orang yang menemaninya untuk memijat atau menggosok
punggungnya
- Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan
kesanggupannya
- Anjurkan teknik bernafas, ibu diminta untuk menarik napas
panjang menahannya sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara
meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
3. Penolong tetap menjaga privasiibu dalam persalinanantara lain
menggunakan penutup atau tirai
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi setelah
prosedur persalinan yang dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
5. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara:
- Gunakan kipas angina atau AC dalam kamar
- Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
- Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi
berikan cukup minum
- Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
2.1.8 Pemantauan kala I
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2-4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan kepala Setiap 4 jam Setiap 4 jam
2.1.9 Penanganan kala II
- Lihat tanda gejala kala II
- Siap alat (partus set, oksi, spuit 3 cc) siap diri (celemek, cuci, sarung,
oksi, ½ khocker)
- Pastikan pembukaan lengkap (bersih, PD, celup, DJJ)
- Siap ibu dan keluarga
- His ada (pimpin, puji) his tak ada (istirahat, minum, DJJ)
- Siap tolong (handuk, bokong, buka, sarung)
- Tolong kepala (lindungi, usap, cek lilitan, tunggu) bahu (biparietal)
badan (sanggah, susur)
- Penanganan bayi (letak, kering, jepit, potong, ganti, susu)
2.1.10 Penanganan kala III
1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta
- Oksitosin dapat diberikan maksimal 2 menit setelah kelahiran bayi
- Periksa dulu fundus uteri (tunggal/gemelli) sebelum pemberian.
- Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alami
2. Melakukan penegangan tali pusat terkandali (PTT)
- Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis
selama kontraksi, tangan mandorong korpus uteri dengan gerakan
dorso cranial kearah belakang dan ke arah kepala ibu.
- Tangan satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di depan tali
pusat
- Juga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi
( 2-3 menit)
- Selam kontraksi lakukan tindakan tarikan terkendali pada tili pusat
yang terus menerus dalam tegangan yang sama dan dorso cranial
dilakukan bersamaan
3. PTT hanya dilakukan saat uterus berkontraksi. Ulangi langkah PTT
pada saat setiap kontraksi sampai plasenta terlepas
4. Begitu plasenta terlepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan
gerakan curam ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua
tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta
searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
5. Segera setelah plasenta lahir dan selaput dikeluarkan, massage fundus
uteri agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah pendarhan pasca persalinan.
6. Jika sudah menggunakan manajeman aktif kala III dan plasenta belum
lahir dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit IM. Dosis kedia
dalam jangka waktu 15 menit dari pemberian oksitosin pertama.
- Periksa tanda-tanda plasenta lepas
- Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung
kemih penuh
- Berikan onsitosin 10 unit IM dosis ke-2 dalam jangka waktu 15
menit dari pemberian oksitosin pertama.
- Siapkan rujukan bila tidak ada tanda-tanda lepasnya plasenta 30
menit setelah pemberian pertama
7. Periksa secara saksama dan menjahit semua robekan pada serviks
vagina atau episiotomi
2.1.11 Penanganan kala IV
1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit pada jam ke-2. Jika kontraksi tidak kuat, massase uterus sampai
menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentukan pendarahan. Hal ini dapat
mengurangi kekurangan darah dan menghentikan pendarahan pasca
persalinan
2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, pendarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan pada setiap 30 menit pada jam kedua
3. Usahakan ibu untuk minum untuk menghindari dehidrasi. Tawarkan
ibu makan dan minum yang disukainya.
4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian bersihdan kering
5. Biarkan ibu istirahat karena ia telah bekerja keras melahirkan
bayinyadan Bantu ibu memilih posisi yang diinginkan
6. Biarkan bayi berada dekat dengan ibunya untuk meningkatkan
hubungan ibu dengan bayinya sebagai permulaan menyusui bayinya
7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran, hal ini sangat tepat untuk
mulai memberikan asi, menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
8. Ajari ibu dan keluarga tentang:
- Bagimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
(Depkes RI, 2002: N-8 sampai dengan N-21)
2.2 Konsep Partus Postmaturus/Serotinus
2.2.1 Definisi
Partus postmaturus/serotinus adalah partus yang terjadi pada kehamilan
yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
(Rustam Mochtar,1998)
Kehamilan post date merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu belum terjadi persalinan.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
2.2.2 Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui. Factor yang dikemukakan adalah
hormonal, yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
Factor lain adalah factor herediter, karena postmaturitas sering dijumpai
pada suatu keluarga tertentu.
2.2.3 Diagnosa
1) Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita
hamil, diagnosis tidak sukar.
2) Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan
yang lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan
sukar memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang
teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan
janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis
3) Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu
pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4) pemeriksaan rontgenologik: dapat dijumpai pusat-pusat penulangan
pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid,
diameter biparietal 9,8 cm atau lebih.
5) ultrasonografi: ukuran dimeter biperietal, gerakan janin, dan jumlah air
ketuban.
6) Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan
amniosentesis baik trasvaginal maupun transabdominal. Air ketuban
akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah
kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh
dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak
akan berwarna jingga. Bila:
- melebihi 10% = kehamilan di atas 36 minggu;
- melebihi 50% = kehamilan di atas 39 minggu.
7) amnioskopi: melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut
warnanyakarena dikeruhi mekoneum.
8) Kardiotokografi: mengawasi dan membaca denyut jantung janin,
karena insufisiensi plasenta.
9) Uji oksitosin (stress test): yaitu dengan infuse tetes oksitosin dan
diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi
janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam
kandungan.
10) Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
11) Pemeriksaan PH darah kepala janin.
12) Pemeriksaan sitologi vagina.
2.2.4 Tanda-Tanda Bayi Postmatur
1) Biasanya lebih berat dari bayi matur
2) Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3) Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4) Kuku-kuku panjang
5) Rambut kepala sangat tebal
6) Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
Bayi yang mengalami postterm/postmatur dapat dibagi 3 stadium :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan pada kuku, kulit dan tali pusat.
2.2.5 Pengaruh terhadap ibu dan janin
1. Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar dan moulding (moulage) kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan
angka morbiditas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih
besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah
bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pad janin bervariasi: berat
badan janin dapat bertambah besar, tetap, dan yang berkurang, sesudah
kehamilan 42 minggu . ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam
kandungan.
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan
atau persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan
penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang
cukup.
Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat
persalinan induksi sangat penting karena setiap saat dapat terancam
gawat janin, yang memerlukan pertolongan segera.
Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
- Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit
dalam 500 cc glukosa 5 %, banyak dipergunakan
1) Teknik induksi dengan infuse glukosa lebih sederhana, dan
mulai dengan 8 tts/mnt, dengan maksimal 40 tts/mnt. Kenaikan
tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tts sampai kontraksi
optimal tercapai.
2) Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal telah tercapai, maka
tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan.
Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan
selang waktu 24-48 jam.
- Amniotomi
1) Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk
mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu
sekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan
berlangsung.
2) Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti
induksi persalinan dengan infuse glukosa yang mengandung 5
IU oksitosin.
- Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
1) Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama
dirnagsang oleh prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat
dalam bentuk infuse intravena (Nalator) dan pervaginam
(prostaglandin vagina suppositoria)
2) Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama
induksi persalinan.
3) Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan
periksa DJJ.
4) Kaji ulang indikasi
5) Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg
ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi 6
jam kemudian (jika his tidak timbul)
6) Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse
oksitosin, jika :
Ketuban pecah, pematangan serviks telah tercapai, proses
persalinan telah berlangsung, pemakaian prostaglandin telah 24
jam.
- Pemberian misoprostol
1) Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pad
kasus-kasus tertentu misalnya,
pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan
atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup.
kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum
inpartu dan terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan
darah.
2) Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior
vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam.
3) Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25 mcg, naikkan
dosis sampai 50 mcg tiap 6 jam
4) Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari
4 dosis/200 mcg.
5) Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian rupture
uteri. Oleh karena itu, hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan
yang lengkap (ada fasilitas operasi)
6) Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian
misoprostol.
- Kateter Foley
1) Kateter foley merupakan alternative lain disamping pemberian
prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi
persalinan
2) Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat perdarhan,
ketuban pecah, pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi
vaginal.
3) Kaji ulang indikasi
4) Pasang speculum DTT di vagina
5) Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan
menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah
melewati ostium uteri internum
6) Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
7) Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus
atau sampai 12 jam.
8) Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter,
kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin.
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa kematangan servik,
kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau
tanpa amniotomi
5. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim,
terjadi hipertensi, preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama
karena infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka
ibu dirawat di rumah sakit.
6. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat
janin, atau pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,
pereklamsi, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas dan
kesalahan letak janin.
7. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama
akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar,
dan kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap
sedative dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa,
perawatan neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter
anak.
2.2.7 Persiapan operasi bersalin
Persalinan anjuran atau induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit
karena merupakan matarantai menuju persalinan operatif. Dalam
persalinan induksi (anjuran observasi merupakan langkah yang sangat
penting.
Observasi persalinan anjuran (induksi) meliputi :
1. Tentang his
frekuensi, interval, lama, intensitas
2. Denyut jantung janin
frekuensi, keteraturan, hubungannya dengan intensitas his
3. Penurunan
bagaimana penurunan bagian terendah, hubungannya dengan bidang
Hodge, terjadinya edema bagian terendah, maulage tulang kepala.
4. Lingkaran Bandle
peningkatan batas bagian kontraktil otot rahim dengan bagian segmen
bawah rahim, penipisan segmen bawah rahim, rasa nyeri SBR.
5. Ketuban
apakah sudah pecah, jumlah air ketuban, warna air ketuban, keruh,
berwarna hijau.
Melalui observasi dapat ditetapkan menyelesaikan persalinan/masih dapat
ditunggu dengan observasi lebih ketat. Pada kehamilan lewat waktu dapat
langsung dilakukan seksio sesarea apabila tergolong resiko tinggi :
- Kehamilan lewat waktu dengan infertilitas
- Primipara tua umur diatas 35 tahun.
- Sejarah hamil dan persalinan buruk
- Disertai kelainan letak
- Terdapat asfiksia intrauterine
- Evaluasi Bishop rendah
2.2.8 Gambaran skematis tatalaksana kehamilan lewt waktu
KEHAMILAN LEWAT WAKTU
PENYEBAB HAMIL LEWAT WAKTU
- Tidak diketahui
- Psikologis
- Hormonal
- Kelainan anatomis alat kandungan
PERSIAPAN
- KIE-KIM
- Obat penenang
- Pemeriksaan laboratorium
- Rujuk ke rumah sakit
HAMIL LEWAT WAKTU DENGAN
RESIKO TINGGI
- Kasus infertilitas
- Primipara tua
- Kelainan letak
- Asfiksia janin
- Riwayat kebidanan Buruk
- Bishop rendah
LETAK KEPALA
INDUKSI PERSALINAN
- Infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit
dalam 500 cc glukosa 5 %
- Amniotomi
- Menggunakan prostaglandin
- Menggunakan misoprostol
- Kateter Foley
SEKSIO SESAREA
PENYULIT INDUKSI
PERSALINAN
- Induksi gagal
- Rupture uteri iminen
- Asfiksia janin
- Kelainan posisi kepala
- Panggul sempit
- Ketuban minimal atau keruh
- Kelainan pembukaan serviks
- Ketidakseimbangan kepala/ jalan
lahir
PERSALINAN VAGINAL
- Dipercepat dengan
vakum/forsep
- Persalinan vaginal gagal
- Perawatan postpartum
2.3 Konsep Manajemen Asuhan kebidanan
2.3.1 Pengkajian Data
Tanggal : tanggal dilakukan pengkajian
Jam : waktu dilakukan pengkajian
Tempat : tempat dilakukan pengkajian
No. Register : nomor urut yang ada di tempat pengkajian.
I. Data Subyektif
1. Biodata
- nama perlu dikaji sehubungan dengan membedakan pasien atau
supaya tidak terjadi kesalahan pasien.
- Umur perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam
usia resiko tinggi untuk hamil.
- Agama perlu dikaji untuk mempermudah dalam melakukan
pendekatan di dalam asuhan kebidanan.
- Pendidikan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat penangkapan
ibu terhadap pertanyaan yang diajukan, dan KIE yang diberikan
oleh petugas.
- Pekerjaan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat aktifitas ibu
dan social ekonominya.
- Penghasilan untuk mengetahui tingkat social ekonomi yang dapat
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi.
- Alamat untuk mempermudah jika melakukan kunjungan rumah.
- Biodata suami untuk mengetahui tingkat social ekonomi
sehubungan dengan pemberian obat atau terapi.
2. Keluhan utama
ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu yang
dapat mempengaruhi jalannya persalinan, membuat intervensi.
3. Riwayat haid
untuk mengetahui HPHT dan TP, meliputi umur menarche, siklus,
jumlah darah serta adakah gangguan waktu haid, misalnya:
dismenorhe, siklus yang tidak teratur.
4. Riwayat pernikahan
untuk mengetahui riwayat pernikahan
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui kehamilan yang keberapa dan
bagaimana dengan persalinan yang lalu, ditolong siapa, jenis
persalinannya, tempat persalinan, bagaimana keadaan setelah
persalin, bagaimana keadaan bayi dan KB apa yang digunakan
setelah persalinan yang lalu.
6. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ANC selama hamil ini dan apa saja
yang diperoleh dari ANC.
7. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kroinis atau penyakit
menular misalnya DM, hipertensi yang dapat berpengaruh pada
kehamilannya.
8. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang sedang diderita saat
ini.
9. Riwayat psikososial dan budaya
Untuk mengetahui keadaan kondisi klien dalam keluarga dan
lingkungan keluarga, mengetahui tradisi yang dianut klien yang
berpengaruh pada kehailan, persalinan, nifas, dan pertumbuhan dan
perkembangan janinnya.
10. Riwayat spiritual
Untuk mengetahui kepecayaan dan agama yang dianut klien agar
lebih mudah melakukan pendekatan pada klien.
11. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
untuk mengetahui apakah nutrisi sudah terpenuhi apa belum
ada pantangan apa tidak.
2) Pola eliminasi
Untuk mengetahui ibu berapa kali BAB dan BAK
3) Pola istirahat
Untuk mengetahui waktu istirahat ibu dalam 24 jam
4) Pola aktivitas
aktivitas yang dilakukan apa saja, aktivitasnya berpengaruh
atau tidak terhadap kehamilannya
5) Pola kebersihan (personal Hygiene)
mengetahui tingkat kebersihan klien dengan dikaji berapa
kali mandi, ganti baju dan ganti celana dalam berapa kali
sehari.
6) Pola hubungan seksual
untuk mengetahui hubungan seksual yang dilakukan saat
hamil dapat berpengaruh apa tidak pada kehamilannya.
7) Kebiasaan lain
untuk mengetahui kebiasaan lain yang ddilakukan oleh ibu
yang dapat membahayakan kehamilannya seperti merokok,
minum alcohol dan jamu-jamuan.
II. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
Ku : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Kenaikan systole batasnya 15 mmHg
Kenaikan diastole batasnya 30 mmHg
Nadi : Normal 70-90 mmHg
Pernafasan : Normal 16-24 x/menit
Suhu Tubuh : Normal 36 oC-37 oC
BB : Pertambahan BB lebih dari ½ kg perminggu
diwaspadai kemungkinan PE, hingga akhir
kehamilan pertambahan BB normal 9-10 kg.
TB : Kurang dari 145 waspadai CPD
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
rambut
kepala
muka
mata
hidung
mulut
leher
dada
perut
genetalia
anus
ekstermitas
atas dan
bawah
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
warna, bersih/tidak, rontok/tidak,
lurus/ikal/keriting
tampak ada luka/tidak, tampak ada benjolan/tidak
pucat/tidak, bengkak/tidak, adakah cloasma
gravidarum, ekspresi wajah
simetris/tidak, konjungtiva ka/ki pucat/tidak,
sclera ka/ki kuning/tidak
adakah pernafasan cuping hidung, adakah
pengeluaran scret/tidak, adakah pembesaran
polip
bibir pucat/tidak, kering/lembab, stomatitis/tidak,
caries/tidak
apakah ada pembesaran kelenjar tyiroid
adakah retraksi dinding dada, payudara
simetris/tidak, bersih/kotor, tegang/lembek
putting susu menonjol/mendatar/tenggelam, ada
benjolan atau tidak, hiperpigmentasi aerola/tidak,
adanya pembesaran perut sesuai kehamilan, ada
strie/tidak, ada bekas operasi/tidak
bersih/tidak, adakah jaringan parut pada
perineum, oedem/tidak
adakah hemoroid
simetris/tidak, oedem/tidak
Palpasi
Leher
Payudara
:
:
teraba pembesaran kelenjar tyroid/tidak, teraba
bendungan vena jugularis/tidak.
kolostrum keluar/tidak, ada nyeri tekan/tidak, ada
Abdomen :
benjolan abnormal/tidak
sesuai usia kehamilan
Leopold I : menentukan TFU
Leopold II : menentukan letak janin puka/puki
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin
Leopold IV : menentukan seberapa jauh bagian
terbawah, masuk PAP
Auskultasi
DJJ : berapa kali per menit, menentukan kesejahteraan
janin
Frekuensi : teratur/tidak/bagaimana kekuatannya
3. Pemeriksaan penunjang
USG : untuk mengetahui kondisi janin
4. Pemeriksaan khusus
VT : untuk mengetahui kemajuan persalinan.
2.3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : G…….P……….Uk…….minggu, tunggal/ganda, hidup/mati,
intrauterine/ekstrauterin, letak kepala/ bokong, inpartu
Kala…..fase …… dengan serotinus/post date.
Ds : ibu mengatakan perutnya mules….dan dari kemaluaa keluar
darah
Do : KU
Kesadaran
TTV :
- TD : 110/70 -120/80 mmHg
- Nadi : 70-90 x/menit
- Suhu : 36-37 oC
- RR : 16-24 x/menit
- DJJ : 120-160 x/menit
Palpasi
Leopold I : menentukan TFU
Leopold II : menentukan letak janin puka/puki
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin
Leopold IV : menentukan seberapa jauh bagian terbawah
masuk PAP
His : his adekuat (> 2 kali dalam 10 menit lamanya lebih dari 40
detik)
Auskultasi
DJJ : berapa kali /menit, menentukan kesejahteraan janin
Frekuensi : teratur/tidak/bagaimana kekuatannya
2.3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-
2.3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
2.3.5 INTERVENSI
Dx : G…….P……….Uk…….minggu, tunggal/ganda, hidup/mati,
intrauterine/ekstrauterin, letak kepala/ bokong, inpartu
Kala…..fase …… dengan serotinus/post date.
Tujuan :
- kondisi ibu dan janin baik
- terjadi kemajuan persalinan
Kriteria hasil :
- Keadaan umum baik
- Hasil TTV ibu dalm batas normal ( normal TD: 110/70-120/80
mmHg, N: 70-90 x/menit, S: 36,5-37,5 oC)
- adanya kemajuan persalinan (multigravida Kala I berlangsung ± 8
jam)
- DJJ dalam batas normal (normalnya 120-160 x/menit)
- His adekuat 3 x dalam 10 menit lamanya lebih dari 40 detik
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluargaR/ ibu dan keluarga kooperatif dalam tindakan keperawatan yang akan
diberikan dan menimbulkan kepercayaan antara ibu dan keluarga.
2. anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih sesering mungkinR/ kandung kemih yang penuh akan memperlambat penurunan bagian
terbawah janin serta menyebabkan rasa tidak nyaman pad ibu.
3. lakukan observasi TTV dan CHPB (tiap 4 jam, suhu 4 jam, nadi 30-60
menit, DJJ dan his 1 jam)R/ parameter dini adanya komplikasi, kondisi janin dan kemajuan
persalinan.
4. Informed Consent untuk tindakan induksi persalinan.R/ sebagai bukti tanggung gugat
5. Lakukan pemasangan infuse dengan oksitosine 5 IU didalamnyaR/ melakukan induksi persalinan
6. Anjurkan ibu mengatur posisi senyaman mungkin, miring ke kiriR/ agar tidak menekan vena kafa inferior yang dapat mengganggu
suplai O2 bagi janin.
7. Berikan informasi tentang kemajuan persalinanR/ ibu kooperatif selama persalinan.
2.3.6 IMPLEMENTASI
Mengacu pada intervensi
2.3.7 KESIMPULAN
Mengacu pada criteria hasil
Tanggal/jam
S : Subjektif
O : Objektif
A : Asisment
P : Planning/melanjutkan
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN DATA
Tanggal pengkajian : 21 November 2007
Jam pengkajian : 15.00 WIB
Tempat pengkajian : Ruang VK RSUD M. Saleh Probolinggo
Oleh : Ria Sena Wijaya
No.register : 099253
3.1.1 Data subyektif
1. Biodata
Nama ibu : Ny “E”
Umur : 29 th
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : Kanigaran RT I / RW IV Probolinggo
Nama suami : Tn “M”
Umur : 37 th
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : -
Alamat : Kanigaran RT I / RW IV Probolinggo
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil 11 bulan dan ini kehamilan yang ketiga merasa
kenceng-kenceng sejak kemarin malam, mengeluarkan lendir dari
kemaluannya sejak jam 06.00 WIB.
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 th
Lama haid : 7-9 hari
Siklus : 28 hari (teratur)
Banyaknya : 3-4 softek/ hari
Dismenorhe : tidak ada
HPHT : 13-12-2006
TP : 20-09-2007
4. Riwayat perkawinan
Lama menikah : 13 tahun
Kawin : 1 kali
Usia menikah : 16 th
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular/ menurun
yang bisa mengganggu proses persalinan seperti DM, jantung,
hipertensi, anemia, cacat bawaan, dan ibu tidak pernah sakit yang sampai
dirawat di rumah sakit.
6. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
kronis seperti jantung, kencing manis, ada riwayat kembar dari ibu.
8. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah ANC ke bidan, tidak ada keluhan mual dan
muntah pada kehamilan mudanya, tidak pernah TT, tidak mendapat obat
penambah darah, saat merasakan kenceng-kenceng ibu datang ke
puskesmas sebelum di rujuk ke rumah sakit RSUD Dr. Muhammad
Saleh.
9. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
No
Kehamilan Persalinan
Nifas
Anak
Menetiki KB KetKe UK Pylt jns penolong tempat pylt sex BBL H M
1
2
3
1
2
3
9 bl
10 bl
Hamil
-
-
Spt BSpt B
Dukun
Bidan
Rumah
BPS
-
-
40 hr
40 hr
Pr
Lk
2300 gr
3100 gr
17 bl
1,5 thn
Implant
Tidak KB
-
-
ini
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Kebiasaan Dirumah Di RS
Nutrisi : Makan 3 x/hari dengan
porsi 1 piring nasi, lauk
pauk, dan sayur ditambah
dengan makanan kecil di
waktu senggang, minum air
putih 6-8 gelas/hari
ibu makan dalam porsi
kecil dan banyak minum
air putih untuk
menghilangkan rasa haus
Istirahat : Ibu tidur selama 8 jam pada
malam hari dan 2 jam pada
siang hari
Ibu tidak bisa tidur
karena cemas dan hanya
berbaring ditempat tidur,
sesekali tidur hanya 1
jam
Eliminasi : BAB 1 x/hari
BAK 5-6 x/hari jernih
BAB (-)
BAK 6x warna jernih
Aktivitas : Ibu bekerja di rumah
sebagaimana mestinya ibu
rumah tangga (memasak,
menyapu dan mencuci
dengan dibantu suami)
Ibu hanya berbaring
ditempat tidur, miring
kanan dan kiri
Kebersihan : Ibu mandi 2-3 x/hari, gosok
gigi 2 x/hari dan ganti
pakaian dan celana dalam
sehabis mandi
Ibu tidak mandi dan
gosok gigi
11. Pola Kebiasaan lain
Ibu mengatakan selama hamil atau sebelum hamil tidak pernah merokok,
minum-minuman keras tetapi mengkonsumsi jamu.
12. Keadaan psikologi dan sosial
Kehamilan ini sangat diharapkan oleh ibu maupun suami, hubungan ibu
dengan suami, keluarga, dan tetangga sangat baik.
13. Latar belakang social budaya
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan
14. Data spiritual
Ibu menganut agama islam , melaksanakan ibadah shalat dan selalu
berdoa.
3.1.2 Data obyektif
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu Axilla : 37 oC
TB/BB : 160 cm/60 kg
2. Pemeriksaan fisik khusus
Inspeksi
Rambut
Kepala
Muka
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Perut
:
:
:
:
:
:
:
:
:
lurus, hitam, bersih, tidak ada ketombe
bulat, tidak tampak luka, tidak tampak benjolan
tidak ada kloasma gravidarum, ekspresi
wajah menyeringai saat nyeri
simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak kuning
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
pengeluaran lendir, tidak tampak polip
warna merah, tidak pucat, tidak kering, tidak pecah-
pecah, tidak stomatitis, lidah bersih, tidak ada karies
gigi
tidak tampak pembesaran kelanjar tiroid
tidak tampak retraksi dinding dada, payudara bersih,
tegang, putting susu menonjol, hiperpigmentasi pada
areola mamae
tidak ada luka bekas operasi, ada strie gravidarum,
terdapat linea nigra
Genetalia
Anus
Ekstremitas
Atas dan
bawah
:
:
:
bersih, tidak tampak jaringan parut pad perineum,
tidak tampak oedem.
tidak hemmoroid
simetris, tidak oedem -/-
Palpasi
Leher
Payudara
Abdominal
:
:
:
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba
bendungan vena jugularis
Tidak ada pengeluaran colostrum, tidak nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal pada mamae
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px fundus teraba
bokong (37 cm)
Leopold II : Teraba punggung sebelah kiri
Leopold III : Letkep U kepala belum masuk PAP
Leopold IV : -
TBJ : (37-11) x 145 = 3770
His : (-)
Auskultasi
Dada : tidak ada bunyi ronkhi / wheezing
Perut : DJJ: 11-11-12
Perkusi –
3. Data Tambahan
Jam :
Terapi dokter : induksi persalinan dengan drip oksitosin bertingkat
4. Pemeriksaan dalam
Tanggal : 21-11-07
Jam : 17.00 WIB
VT:pervag lendir, tidak ada tumor, tidak ada varises, 3 cm, eff 25%,
ket (+), kepala, UUK teraba menonjol, HI.
3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : GIII P2002 AB000 UK 48-49 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letkep,
inpartu kala I fase laten dengan serotinus/post date.
Ds : Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-3 dengan usia kehamilan 11
bulan, perut mulai kenceng-kenceng sejak malam tanggal 20
November 2007, mengeluarkan lendir dari kemaluannya sekitar jam 6
pagi, kemudian datang ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit Dr.
Muhammad Saleh probolinggo.
Do : KU : baik
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 64 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37 oC
Palpasi : TFU 3 jari bawah px (37 cm), PUKI, letkep, kepala belum
masuk PAP.
His : 2x10´20´´
Auskultasi : DJJ 11-11-12
Jam 17.00 VT: pervag lendir, tidak ada tumor, tidak ada varises, 3
cm, eff 25%, ket (+), kepala, UUK teraba menonjol, HI
3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
3.5 INTERVENSI
Dx : GIII P2002 AB000 UK 48-49 minggu tunggal, hidup, intrauterine, letkep,
inpartu kala I fase laten dengan serotinus
Tujuan :
a.kondisi ibu dan janin baik
b. terjadi kemajuan persalinan
Kriteria hasil:
- Keadaan umum baik
- Hasil TTV ibu dalm batas normal ( normal TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 70-
90 x/menit, S: 36,5-37,5 oC)
- DJJ dalam batas normal (normalnya 120-160 x/menit)
- Dalam 1 jam inpartu masuk Kala I fase aktif
- His adekuat 3 x dalam 10 menit lamanya lebih dari 40 detik dan tidak
melebihi 50 detik dan terdapat fase relaksasi.
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluargaR/ ibu dan keluarga kooperatif dalam tindakan
2. Lakukan observasi TTVR/ parameter dini adanya komplikasi
3. Lakukan observasi CHPB tiap jamR/ parameter kondisi janin dan kemajuan persalinan
4. Informed Consent untuk tindakan induksiR/ sebagai bukti tanggung gugat
5. Lakukan pemasangan infuse dan oksitosin 5 IUR/ melakukan induksi persalinan
6. Hitung tetesan infuse, mulai dari 8 tts/mnt, naikkan 4 tts/mnt setiap 15
menit sampai kontraksi adekuat maksimal 40 tts/menitR/ tetesan diatur secara bertahap untuk mengurangi efek hiperstimulasi
miometrium sehingga terjadi tetania uteri.
7. Menganjurkan ibu mengatur posisi senyaman mungkin miring ke kiriR/ agar tidak menekan vena kava inferior yang dapat mengganggu suplai
O2 bagi janin
8. Ajarkan teknik relaksasi pada ibuR/ dengan teknik relaksasi maka akan merangsang otak untuk
mengeluarkan hormone endorphin yang dapat mengurangi rasa nyeri
saat his.
9. Berikan informasi tentang kemajuan persalinanR/ ibu kooperatif selama persalinan
10. Penuhi kebutuhan energi saat persalinan.R/ nutrisi membantu memberikan energi saat persalinan
3.6 IMPLEMENTASI
Jam 15.00 Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga sehingga pasien
lebih kooperatif dalam tindakan.
Jam 16.00 Melakukam observasi TTV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36 oC
Jam 16.10 Melakukan observasi DJJ dan his, pembukaan () dan Bandle
Jam His DJJ TD Keterangan
17.00 ± 11-12-12 100/70
mmHg
VT: Pervag lendir, tidak
ada tumor, tidak ada
varises, 3 cm eff 25%,
Ket +, kepala, UUK teraba
menonjol, HI , drip sinto 5
IU mulai 8 tts/mnt-24
tts/mnt.
17.45 3x10'/35” 11-11-12 110/70
mmHg
VT : pervag air ketuban
(Ket pecah spt warna hijau
encer ), 7 cm eff 75%,
ket -, kepala, UUK jam 10,
HII, molase -
18.05 4x10/45” 11-12-12 120/80
mmHg
VT : pervag darah,
lengkap (10 cm) eff 100%
Ket-, kepala, UUK jam 12,
HIII, molase -, pimpin
persalinan
Bandle (-)
Jam 16.30 Menyiapkan informed consent (meminta persetujuan) untuk
dilakukan tindakan induksi persalinan
Jam 16.55 Melakukan pemasangan infuse dan pemberian oksitosin 5 IU,
mengatur tetesan mulai dari 8 tts/mnt, naikkan 4 tts/mnt setiap 15
menit sampai kontraksi adekuat maksimal 40 tts/mnt.
Jam 17.05 Menganjurkan ibu untuk posisi miring kiri agar tidak menekan
vena kava superior sehingga tidak mengganggu sirkulasi suplai
O2 pada janin.
Jam 17.15 Mengajarkan teknik relaksasi yang benar yaitu dengan
mengambil nafas dan mengeluarkan melalui mulut setiap kali ada
his.
Jam 17.45 Memberikan informasi pada ibu tentang kemajuan persalinan
Jam 17.50 Membantu ibu memberikan minum teh manis.
3.7 EVALUASI I
Tanggal 21-11-2007 Jam 17.45
S : Ibu mengeluh perutnya sakit semakin sering
O : K/U cukup
TTV : N : 72 x/menit
Ketuban pecah spontan warna hijau encer
His : 3x10´35´´
DJJ: 11-12-12 (140 x/menit)
VT : pervag air ketuban (Ket pecah spt warna hijau encer ), 7 cm eff
75%, ket -, kepala, UUK jam 10, HII, molase -
A : GIII P2002 Ab000 UK 48-49 minggu Tunggal Hidup dengan serotinus
inpartu masuk fase aktif.
P : - observasi CHPB
- observasi tanda-tanda pembukaan lengkap
I : - mengobservasi CHPB
- mengobservasi tnda-tanda pembukaan lengkap
EVALUASI II
Tanggal 21-11-2007 Jam 18.05 WIB
S : Ibu mengatakan merasa ingin BAB dan dorongan meneran
O : - Ibu tampak ingin meneran
- Ada tekanan pada anus
- Perineum menonjol
- Vulva vagina membuka
- His adekuat yaitu 4x10'/45”
- DJJ 11-12-12
- VT : pervag darah, lengkap (10 cm) eff 100% Ket -,
persentasi kepala, UUK jam 12, HIII, molase -.
A : GIII P2002 AB000 UK 48-49 minggu Tunggal Hidup dengan serotinus
masuk kala II.
P : - siapkan alat dan obat untuk pertolongan persalinan
- pimpin persalinan
I : - menyiapkan alat dan obat untuk pertolongan persalinan
- jam 18.10 dipimpin persalinan oleh bidan jaga
- menolong plasenta lahir.
E : Jam 18.15 bayi lahir Spt B, jenis kelamin AS 7-8, B/P 3150/47 plasenta
lahir spontan lengkap.
Keadaan Bayi : tidak mengalami maserasi, tidak tertutup verniks
kaseosa.
Keadaaan plasenta: plasenta besar, tidak terdapat pengapuran pada
plasenta (bercak-bercak putih), tali pusat tidak layu.
BAB IV
PEMBAHASAN
Masalah yang muncul pada kasus Ny ”E” GIII P2002 AB000 UK 48-49 minggu
tunggal, hidup, intrauteri, letkep, inpartu kala I fase laten dengan serotinus
ditandai dengan umur kehamilan yang melebihi batas normal yaitu 42 minggu.
Dalam teori dijelaskan apabila terjadi kehamilan post date (serotinus)
maka pada bayi ditemukan tanda-tanda yaitu :
1) Biasanya lebih berat dari bayi matur
2) Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3) Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4) Kuku-kuku panjang
5) Rambut kepala sangat tebal
6) Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
Bayi yang mengalami postdate/postmatur dapat dibagi 3 stadium :
1) Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2) Stadium II
Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
3) Stadium III
Terdapat pewarnaan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Pada tinjauan kasus dalam evaluasi ditemukan pewarnaan air ketuban
hijau encer, kondisi bayi tidak mengalami pewarnaan mekonium pada kulit, kulit
tidak pucat dan tidak mengalami deskuamasi epitel.
Bila dilihat dari kondisibayi dan ditinjau dari tinjauan teori keadaan itu
termasuk bukan serotinus sehingga perlu dalam kasus ini dikaji ulang HPHT dan
siklus haidnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan tinjauan pustaka
atau kekurangan penulis dalam anamnese.
Dalam manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny “E” pada kenyataannya
diperlakukan sebagai pasien serotinus karena saat itu pasien sudah masuk inpartu,
mengingat juga resiko yang terjadi pada ibu dan janin apabila tidak segera diambil
keputusan terminasi kehamilan yaitu :
1. Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar dan moulding (moulage) kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka
morbiditas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada
janin. Pengaruh post maturitas pad janin bervariasi : berat badan janin dapat
bertambah besar, tetap, dan yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu .
ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ny ”E” GIII P2002 AB000 UK 48-49 minggu tunggal, hidup, intrauteri, letkep,
inpartu kala I fase laten dengan serotinus setelah dilakukan intervensi
terdapat kemajuan persalinan sampai pada kala II.
5.2 Saran
- Pentingnya pengkajian HPHT dan siklus yang benar agar dapat
dilakukanpenanganan yang lebih tepat sehingga kita sebagai bidan di
masyarakat seharusnya mengenalkan, mensosialisasikan tentang
pentingnya pengkajian HPHT dan siklus haid kepada Wanita Usia
Subur.
- Terminasi kehamilan dengan induksi persalinan pada kasus
serotinus/postdate harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas
kamar operasi. Persalinan anjuran atau induksi persalinan harus
dilakukan di rumah sakit karena merupakan matarantai menuju
persalinan operatif. Dalam persalinan induksi (anjuran observasi
merupakan langkah yang sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Depkes RI
Manuaba, Ida Bagus.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Muctar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP