LTM 4 - Faktor Yang Memengaruhi Pubertas

4
Evan Regar / 09060508024 / P4Tumbang2010 1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pubertas oleh Evan Regar, 0906508024 Pubertas Pubertas adalah suatu masa di mana terjadi pematangan fungsi seksual. Selain fungsi seksual (terutama alat- alat reproduksi yang mulai berfungsi), terjadi tanda-tanda sekunder yang berkembang dan membedakan antara laki-laki dan perempuan. Sebagai sebuah proses, mekanisme penentu mulainya pubertas tentu menarik untuk diketahui. Pubertas adalah masa transisi antara anak-anak dan orang dewasa. 1 Otak adalah suatu pengendali (driving force) yang mengendalikan proses maturasi organ-organ seksual dan sekunder, seperti pematangan testes, ovarium, penginisasi proses thelarce (pertumbuhan payuudara pada wanita), menarche (menstruasi pertama), dan karakteristik lain. 1 Proses ini jelas ditunjukkan dengan sekresi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang berasal dari hipotalamus. Mekanisme pendorong pelepasan GnRH diduga akibat persinyalan kimiawi, seperti yang dilakukan melalui hormon, enzim, dan beberapa neurotransmiter. Akibat adanya peningkatan aktivitas hipotalamus yang menghasilkan GnRH, pada akhirnya akan meningkatkan produksi seks steroid (seperti androgen, estrogen) yang akan menampakkan karakteristik pubertas. 2 Walaupun demikian, belakangan ini ditemukan kelangsungan pubertas yang tanpa dipengaruhi oleh gonadotropin, seperti anak-anak yang mengalami pubertas prekoks, beberapa diantaranya ternyata tidak terpengaruh oleh LHRH (luteinizing hormone-releasing hormone, yang merupakan nama lain dari GnRH) yang artinya tidak terpengaruh untuk menghasilkan hormon seks steroid. 3,4 Produksi GnRH yang rendah sebelum onset pubertas dipercaya akibat pelepasan GnRH diinhibisi oleh adanya mekanisme neuronal. Diketahui pula asam γ-aminobutirat (GABA) adalah neurotransmiter penghambat pelepasan GnRH yang ditemui di studi menggunakan primata betina. Studi pada primata, tikus, dan manusia menunjukkan bahwa neuron penghasil GnRH berasal dari sel-sel epitel olfaktori. Gambar 1 Ontogeni sistem LHRH-pituitari-gonadal (atau HPG axis) tentang onset pubertas antara primata betina (atas) dengan manusia perempuan (bawah) 5

description

Apa aja sih faktor yang memengaruhi pubertas?

Transcript of LTM 4 - Faktor Yang Memengaruhi Pubertas

Page 1: LTM 4 - Faktor Yang Memengaruhi Pubertas

Evan Regar / 09060508024 / P4Tumbang2010 1

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pubertas

oleh Evan Regar, 0906508024

Pubertas

Pubertas adalah suatu masa di mana terjadi pematangan fungsi seksual. Selain fungsi seksual (terutama alat-

alat reproduksi yang mulai berfungsi), terjadi tanda-tanda sekunder yang berkembang dan membedakan

antara laki-laki dan perempuan. Sebagai sebuah proses, mekanisme penentu mulainya pubertas tentu menarik

untuk diketahui. Pubertas adalah masa transisi antara anak-anak dan orang dewasa.1

Otak adalah suatu pengendali (driving force) yang mengendalikan proses maturasi organ-organ seksual dan

sekunder, seperti pematangan testes, ovarium, penginisasi proses thelarce (pertumbuhan payuudara pada

wanita), menarche (menstruasi pertama), dan karakteristik lain.1 Proses ini jelas ditunjukkan dengan sekresi

gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang berasal dari hipotalamus. Mekanisme pendorong pelepasan

GnRH diduga akibat persinyalan kimiawi, seperti yang dilakukan melalui hormon, enzim, dan beberapa

neurotransmiter. Akibat adanya peningkatan aktivitas hipotalamus yang menghasilkan GnRH, pada akhirnya

akan meningkatkan produksi seks steroid (seperti androgen, estrogen) yang akan menampakkan

karakteristik pubertas.2 Walaupun demikian, belakangan ini ditemukan kelangsungan pubertas yang tanpa

dipengaruhi oleh gonadotropin, seperti anak-anak yang mengalami pubertas prekoks, beberapa diantaranya

ternyata tidak terpengaruh oleh LHRH (luteinizing hormone-releasing hormone, yang merupakan nama lain

dari GnRH) yang artinya tidak terpengaruh untuk menghasilkan hormon seks steroid.3,4

Produksi GnRH yang rendah sebelum onset pubertas dipercaya akibat pelepasan GnRH diinhibisi oleh

adanya mekanisme neuronal. Diketahui pula asam γ-aminobutirat (GABA) adalah neurotransmiter penghambat

pelepasan GnRH yang ditemui di studi menggunakan primata betina. Studi pada primata, tikus, dan manusia

menunjukkan bahwa neuron penghasil GnRH berasal dari sel-sel epitel olfaktori.

Gambar 1 – Ontogeni sistem LHRH-pituitari-gonadal (atau HPG axis) tentang onset pubertas antara primata betina

(atas) dengan manusia perempuan (bawah)5

Page 2: LTM 4 - Faktor Yang Memengaruhi Pubertas

Evan Regar / 09060508024 / P4Tumbang2010 2

Selama masa pre-pubertas, kadar LH dan FSH yang bersirkulasi dalam darah adalah rendah, namun memiliki

siklus harian di mana kadar pada malam hari lebih tinggi daripada pagi hari. Menjelang mas pubertas (namun

masih mendahului tanda pubertas awal), ada peningkatan kadar LH dan FSH yang bersirkulasi dan siklus

harian semakin jelas (peningkatan yang kian besar selama masa nokturnal).

Hipotesis mengenai onset pubertas antara lain: (1)

yang diusulkan oleh Dohrn dan Howlweg, melalui

penelitian terhadap tikus, yakni ketika regulasi

sekresi gonadotropin (LH dan FSH) mengalami

desensitisasi terhadap umpan balik hormon seks

steroid (negatif); (2) bahwa onset pubertas

diakibatkan penghilangan inhibisi sentral akan

pelepasan GnRH, dan masa sebelum itu tidak

dipengaruhi oleh umpan balik negatif seks steroid.

Fakta ini disebabkan pada subjek manusia di mana

mengalami disgenesis gonad, atau pada primata yang

dilakukan gonadektomi, tetap terjadi peningkatan

sekresi gonadotropin. Sementara itu, fakta yang

diterima adalah onset pubertas ialah ketika jumlah

GnRH meningkat secara signifikan. Peningkatan

ini diakibatkan selama masa prepubertas (anak-anak),

hormon seks steroid menginhibisi secara kuat efek

sekresi GnRH oleh hipotalamus.3 Karena hal

kecukupan GnRH dikendalikan oleh daerah lain

selain yang terlibat dalam HPG axis ini, ada dugaan bahwa sistem limbik juga memengaruhi proses

pubertas.

Faktor-Faktor Lain yang Memengaruhi Pubertas

Selain melalui mekanisme yang telah sedikit disinggung di atas, ada pengaruh lain yang dapat menimbulkan

onset pubertas. Hormon leptin yang dihasilkan oleh sel-sel adiposa lemak tubuh memengaruhi stimulasi

GnRH. Demikian juga kisspeptin, yang dihasilkan oleh neuron di otak besar juga berfungsi sebagai pemroses

utama (central processor). Melatonin, suatu sinyal inhibitor yang merespons tingkat pencahayaan, diduga

berinteraksi dengan kisspetin. Insulin dan enzim aromatase juga diduga memiliki peranan. Bahkan insulin-

like growth factor (IGF) juga belakangan dipercayai memengaruhi proses pubertas.

Leptin berperan dalam memunculkan onset pubertas. Leptin sendiri berguna untuk melaporkan kepada otak,

khususnya hipotalamus, lingkungan internal tubuh, khususnya mengenai cadangan lemak. Cadangan asam

lemak yang meningkat membuat tindak lanjut untuk menekan asupan kalori dan meningkatkan pengeluaran

energi. Pada wanita, dikarenakan proses kehamilan dan laktasi membutuhkan pengeluaran kalori yang

sangat besar, leptin berperan dalam menentukan onset pubertas (yang mana pubertas merupakan proses di

mana wanita akan mengalami kesiapan untuk kehamilan dan menyusui), sehingga menjamin bahwa pubertas

terjadi ketika cadangan energi yang cukup telah dimiliki. Oleh karena itu, pengecekan kondisi dan kematangan

fisik lebih dibutuhkan pada wanita dibandingkan pria.7 Peranan leptin diduga sebagai “pintu gerbang”,

bersama dengan faktor lain, untuk meloloskan proses pubertas.

Melatonin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal, menurun sekresinya apabila terpapar oleh

cahaya, dan sebaliknya meningkat di kegelapan. Hormon ini memiliki efek antigonadotropik. Beberapa

Gambar 2 – Kadar hormon gonadotropin yang

ditemukan dalam urin selama kehidupan seksual pria

dan wanita.

Page 3: LTM 4 - Faktor Yang Memengaruhi Pubertas

Evan Regar / 09060508024 / P4Tumbang2010 3

peneliti mengatakan bahwa penurunan sekresi melatonin puncak pada malam hari merupakan pemicu

onset pubertas.7 Fakta ini diperkuat melalui penelitian yang menunjukkan kadar puncak melatonin adalah

153.6 pg/ml untuk pubertas tingkat 1 Tanner; menurun menjadi 141.0 pg/ml untuk pubertas tingkat 2 Tanner;

dan semakin menurun di level 116.6 pg/ml untuk tingkat 3 hingga 5 Tanner.8 Namun demikian, secara umum

pubertas normal tidak dipengaruhi oleh melatonin. Pubertas terlambat dan prekoks memiliki kaitan yang

cukup kuat dengan melatonin. Pada seorang atlet dan perempuan dengan nafsu makan rendah, kadar

melatonin cenderung tinggi – cenderung menghasilkan pubertas terlambat; kadar melatonin rendah di wanita

yang mengalami pubertas prekoks.

Kisspeptin yang dihasilkan oleh cerebrum berikatan dengan reseptor neuron GnRH di hipotalamus,

menstimulasi pelepasan GnRH. Kadar kisspeptin akan meningkat selama pubertas. Pada wanita, kadar

kisspeptin dipengaruhi oleh estradiol, sedangkan pada pria dipengaruhi oleh kadar testosteron.

Pada wanita, di usia 6-8 tahun, telah terjadi peningkatan kadar hormon steroid, khususnya DHEA (5-

dehidroepiandrosteron). Apabila dugaan pubertas diawali oleh hormon ini, maka dapatlah disimpulkan bahwa

kelenjar adrenal khususnya bagian korteks adalah faktor yang memengaruhi timbulnya pubertas. Namun

demikian, efek yang nyata dari proses ini adalah pertumbuhan rambut pubis dan aksila, aktivasi kelenjar

keringat apokrin di aksila, daerah pubis, dan sekitar areola payudara. Secara umum, proses ini disebut dengan

adrenache6. Akibat efek ini, selain HPG axis, didefinisikan pula HPA axis (hipotalamus-pituitari-adrenal).

Pada penlitian di kebanyakan mamalia, pubertas terjadi lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan luar

(better understood as potentialities that respond to environmental cues that time puberty via particular neural

mechanism)2 daripada proses jam biologis dalam tubuh. Walaupun mekanisme aktivasi HPG dan HPA axis

yang pada akhirnya menimbulkan pubertas merupakan faktor hormonal intrinsik, aktivasi ini tetap dipengaruhi

oleh faktor luar. Dengan demikian, kurang bijak jika dikatakan pubertas sebagai aktivitas gonadal

murni,melainkan suatu aktivitas otak menyeluruh yang dipengaruhi oleh faktor permisif internal dan eksternal.

Kadar insulin memengaruhi proses pubertas pula. Sebagai contoh, peningkatan berat badan yang cepat

menurunkan resistensi insulin, sehingga kadar insulin meningkat sebagai kompensasi. Insulin tidak hanya

memengaruhi uptake glukosa, melainkan mengatur sekresi androgen dari kelenar adrenal. Akan terjadi

lonjakan jumlah androgen. Pada akhirnya, terjadi pubertas prekoks. Hal ini menjelaskan mengapa pada orang

dengan berat lahir rendah, akan cenderung mengalami pubertas awal. Ini disebabkan dibutuhkan peningkatan

berat badan yang cukup jauh (sebagai kompensasi berat badan lahir rendah). “In the case of pubarche, rapid

weight gain, rather than high BMI per se, appaers to be the trigger for early onset.”

Aktivitas fisik yang tinggi memengaruhi onset pubertas. Sebagai contoh, seorang pesenam, atlet khususnya

renang dan atletik, penari balet, ice skater cenderung terlambat pubertas. Perlu dikaitkan aktivitas mereka

dengan berat badan (yang mana seorang atlet tentu lebih terjaga berat badannya dibandingkan orang yang

kurang aktivitas fisik), namun fakta menunjukkan bahwa untuk berat badan yang sama, orang dengan aktivitas

fisik yang tinggi cenderung pubertas lebih terlambat. Diduga aktivitas fisik menghambat pulse generator

GnRH, di samping keseimbangan energi negatif mengubah set point GnRH sehingga menunda pubertas.

Menonton televisi dan bermain komputer juga dikaitkan dengan pubertas dini akibat kurangnya aktivitas

fisik, di samping dugaan mengenai gangguan terhadap melatonin akibat pancaran gelombang elektromagnetik

dari layar televisi dan komputer.

Pola pemberian susu formula meningkatkan insidens pubertas prekoks. Hal ini belum sepenuhnya dapat

dipahami, namun pendapat yang memungkinkan adalah: (1) ASI mengandung lebih sedikit kalori daripada

susu formula; dan (2) ASI mengandung zat-zat yang diduga dapat mencegah aktivasi HPG axis secara dini.

Page 4: LTM 4 - Faktor Yang Memengaruhi Pubertas

Evan Regar / 09060508024 / P4Tumbang2010 4

Dikarenakan orang kulit hitam di Amerika Serikat cenderung memberi susu formula daripada ASI, hal ini

menjelaskan orang kulit hitam Amerika Serikat cenderung pubertas lebih cepat daripada kulit putih.2 Meskipun

bukan satu-satunya faktor, ini menjelaskan fakta tersebut.

Yang tak kalah pentingnya adalah faktor psikologis. Anak-anak dengan tingkat stres yang tinggi, seperti anak

yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis atau mengalami kekerasan seksual akan pubertas lebih cepat.

Diduga hormon stres kortisol berperan dalam proses pubertas prekoks ini. Secara spesifik, ada hubungan

antara father absence dengan mennarche yang lebih awal.2

Paparan terhadap lingkungan (khususnya zat-zat) yang memengaruhi HPG dan HPA axis diduga kuat

memengaruhi keseimbangan endokrin dalam tubuh. Zat-zat pengganggu keseimbangan ini bisa menirukan

kerja hormon (mimicking hormones), menghambat ambilan kembali oleh reseptor, mengganggu sintesis dan

sekresi, dan/atau mengganggu proses metabolisme atau eliminasi. Pada tahun 1976, di sebuah kota kecil di

Italia, terjadi pencemaran oleh dioksin (zat-zat pencemar yang banyak ditemukan, bisa masuk ke rantai

makanan), terjadi pubertas dini pada anak-anak di sana (meskipun hanya anak-anak yang saat itu berusia di

bawah 5 tahun yang terpengaruh, sedangkan kelompok studi anak-anak di bawah 8 tahun tidak terpengaruh).

Diketahui dioksin mampu berinteraksi dengan neurotransmiter GABA di otak, sehingga memengaruhi HPG

axis. Masih banyak lagi zat-zat yang dapat memengaruhi proses pubertas.

Timbal juga dapat menyebabkan pubertas terlambat (baik thelarche, menarche, maupun pubarche).2

Referensi

1. Eunice Kennedy Shriver from National Institute of Child Health & Human Development. Tersedia dari:

www.nichd.nih.gov; diunduh pada 2 Oktober 2010.

2. Steingraber Sandra. The falling age of puberty in U.S. girls: what we know, what we need to know. Breast

Cancer Fund: San Francisco; 2007.

3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th

ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.

4. Brook CG. Mechanism of puberty. Horm Res 1999; 51

5. Terasawa E, Fernandez DL. Neurobiological mechanism of the onset of puberty in primates. Endocrine

Reviews 2001;22(1):111-51.

6. Said MHU. Interaksi hormonal dan kualitas kehidupan pada manusia. Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK UNSRI / RSMH Palembang.

7. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th

ed. United States: Brooks/Cole Cengage

Learning; 2010.

8. Cavallo A. Plasma melatonin rhythm in normal puberty: interactions of age and pubertal stages.

Neuroendocrinology 1992;55:372-79.

Courtesy : kai-power.com