M. Kamim

download M. Kamim

of 10

Transcript of M. Kamim

  • 7/23/2019 M. Kamim

    1/10

    1

    UJI POTENSI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa )SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAPNYAMUKCulex sp.DEWASA DENGAN METODE FOGGING

    Kamim, Muhammad. Pembimbing : (1) dr. Sudjari, DTM&H.,M.Si.,SpParK, (2) dr. Soemardini, M.PdFakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

    ABSTRAK

    Nyamuk Culex sp. merupakan vektor biologis Filariasis, Chikungunya, dan Encephalitis. Salah satuupaya pengendalian vektor dapat dilakukan dengan insektisida. Namun penggunaan insektisida kimiamenimbulkan masalah baru, antara lain resistensi nyamuk terhadap insektisida dan efek toksik pada manusia.Oleh karena itu, diperlukan adanya insektisida alternatif yang lebih aman bagi lingkungan. Salah satunya adalahdengan menggunakan rimpang kunyit (Curcuma longa). Rimpang kunyit mempunyai kandungan 1,8-cineole,eugenol, curcumin dan quercetine. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak rimpang kunyitterhadap nyamuk Culex sp.dewasa dengan menggunakan metode fogging. Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental laboratoris dengan menggunakan post test only control group design. Sampel yang digunakanadalah nyamuk Culex sp. dewasa. Pengulangan dilakukan sebanyak empat kali dengan jumlah perlakuansebanyak lima jenis yaitu kontrol positif (malathion 0.04%), kontrol negatif (solar), konsentrasi larutan ekstrak

    rimpang kunyit sebesar 10%, 20% dan 30%. Setiap perlakuan diamati pada empat interval waktu yaitu pada jamke-1, ke-2, ke-3, dan ke-24. Grafik rerata potensi insektisida menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrakrimpang kunyit maka semakin tinggi potensi insektisidanya. Hasil uji Anova menunjukkan angka signifikansi(p)

  • 7/23/2019 M. Kamim

    2/10

    2

    Keywords: turmeric rhizome extract, insecticide, Culex sp.

    * Laboratorium Parasitologi FKUB

    ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

    PENDAHULUANNyamuk merupakan salah satu

    serangga yang sering menggangguketentraman dan dapat menyebabkanpenyakit, seperti Malaria, Demam BerdarahDengue, Filariasis, Enchepalitis, Chikungunyadan sebagainya. Untuk mengatasi gangguannyamuk, manusia cenderung menggunakanobat pembasmi yang banyak dijual bebas

    seperti obat nyamuk bentuk cair semprot,semprot aerosol, elektrik, oles, dan bakar.[1]

    Berdasarkan taksonominya, nyamuktermasuk dalam family culicidae yang terbagimenjadi beberapa genus yaitu Anopheles,Culex, Aedes, dan Mansonia. Dari semuagenus tersebut, Culex sp. merupakan salahsatu genus terbesar dan merupakan nyamukyang banyak dijumpai di Indonesia, sekaligussering menimbulkan masalah kesehatan dunia.Culex Sp.. telah banyak dikenal masyarakat

    dan disebut sebagai vektor terjadinya Filariasisatau kaki gajah. Di Indonesia penyakitFilariasis atau kaki gajah masih menjadimasalah kesehatan masyarakat yang perlumendapat perhatian terutama di daerahpedesaan dan daerah kumuh di perkotaan.Diperkirakan 20 juta penduduk Indonesiatinggal di daerah endemis filariasis, bahkansaat ini jumlah kasus filariasis meningkat danpenduduk yang tinggal di daerah endemisfilariasis juga meningkat. Keadaan kasusFilariasis di Jawa Timur telah dilaporkan sejaktahun 1931 di kabupaten Malang, hal inimenunjukkan bahwa kasus penyakit kaki gajahdi Jawa Timur semakin meluas danmengkhawatirkan karena penyakit ini dapatmenurunkan produktifitas sumber dayamanusia dan juga menimbulkan kecacatanyang permanen.[2]

    Tindakan preventif terhadappenyebaran nyamuk merupakan hal terpentinguntuk memutuskan rantai penularan penyakit-

    penyakit yang ditimbulkannya. Dalam rangkapemberantasan vektor penyakit tersebut,usaha yang telah dilakukan antara lain yaitupenggunaan insektisida untuk membunuhnyamuk dewasa, penggunaan Abate sebagailarvasida, dan repellent untuk mencegahgigitan nyamuk.[3]

    Insektisida organik sintetik memilikiefek samping yang berbahaya. Penggunaandosis yang subletal merangsang terjadinyaadaptasi diri serangga terhadap insektisida.Sifat ini akan diturunkan ke generasi berikutnyasehingga timbul populasi baru yang resistenterhadap suatu jenis insektisida.[4]

    Melihat tingkat kejadian danbanyaknya dampak yang disebabkan olehnyamuk Culex sp, maka pemberantasannyamuk sangat di perlukan untuk upayapenanggulangan penyakit-penyakit yangdisebabkan oleh nyamuk. Memberantas

    nyamuk bisa di lakukan dengan carapemutusan rantai penularan denganmembunuh vektor dengan cara mekanis, yaitudengan membunuh langsung nyamuk dewasaatau jentiknya (dengan menguras tempatperindukkannya), dapat secara biologis,misalnya dengan memasukkan ikan pemakan

    jentik nyamuk ke dalam tempatperindukkannya, dapat juga denganmenggunakan racun kimia. Racun kimia ini adayang ditaburkan di air untuk membunuh jentiknyamuk (larvasida), ada yang diasapkan ke

    udara (fogging) sebagai kabut untukmembunuh nyamuk dewasa.[5]

    Penggunaan metode fogging sebagaipemutus siklus hidup nyamuk akhir-akhir inisemakin marak. Di balik keefektifannya,metode fogging dengan zat kimia buatanmemiliki banyak dampak negatif yaitu bahankimia yang disemprotkan tidak menghilangbegitu saja, bisa menempel di mana saja,

  • 7/23/2019 M. Kamim

    3/10

    3

    bukan tidak mungkin molekul tersebut akanmasuk ke saluran cerna atau saluranpernapasan manusia. Apalagi tidak semuamasyarakat memiliki kesadaran akan ancaman

    bahaya asap fogging. Banyak warga yang tidakmenghindar dari asap fogging atau adabeberapa warga yang tetap bertahan di dalamrumahnya walapun tertutup asap fogging.Selain itu polutan yang mencemari makanan,air, dan lingkungan rumah setelah pelaksanaanfogging dapat mengganggu kesehatan wargabaik secara langsung maupun tidak langsung.Kandungan Malathion dalam fogging itumenyebabkan kelainan saluran cerna,leukemia pada anak anak, kerusakan paruserta penurunan sistem kekebalan tubuh.

    Kelebihan dari foggingadalah dapat mencakupdaerah-daerah yang luas dan dapatdilaksanakan serentak di beberapa tempat.[6]

    Banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh malathion dengan metodefogging menjadikan dasar pemikiran tentangcara lain mencari bahan insektisida yang lebihaman, bahan yang lebih selektif terhadapserangga, tidak toksik pada manusia ataumamalia dan ramah lingkungan. Dengandemikian, penggunaan bahan alam untukdigunakan sebagai insektisida menjadialternatif yang patut untuk di pertimbangkan.Insektisida dari alam akan terurai menjadisenyawa yang tidak berbahaya bagi manusiadan lingkungan setelah digunakan.[7]

    Salah satu cara untukmenanggulangi permasalahan tersebut adalahdengan pengendalian biotik atau cara hayati(Munif, 1997). Salah satu caranya denganmenggunakan tanaman. Kunyit merupakan

    jenis tanaman yang banyak di temukan diIndonesia. Pada penelitian terdahulu kunyit

    (Curcuma longa) terbukti secara ilmiah dapatdimanfaatkan sebagai insektisida karenamengandung 1,8- cineole, curcumin, quercetin,dan eugenol yang berfungsi sebagaianticholinesterase , racun syaraf, dan P-450

    inhibitor. Pada beberapa penelitian telahdibuktikan bahwa ternyata kunyit mempunyaipotensi sebagai insektisida.[8]

    Akhir-akhir ini beberapa penelitianmenggunakan heksan sebagai bahan pelarut.Heksan adalah sebuah senyawa hidrokarbonalkana dengan rumus kimia C6H14. Seluruh

    isomer heksana sangat tidak reaktif dan seringdigunakan sebagai pelarut organik yang inert.Dalam keadaan standar senyawa inimerupakan senyawa tidak berwarna dan tidaklarut dalam air. Heksan digunakan sebagaipelarut karena memiliki beda polaritas yangkecil dengan senyawa yang ada pada kunyit.Ekstrak n-heksan menunjukkan aktifitasinsektisida paling kuat dibanding ekstraketilasetat dan n-butanol. Hal ini diduga karenan-heksan dapat menyerap bahan aktif yang

    ada pada ekstrak tumbuhan. Bahan aktif

    tersebut adalah 1,8-cineole, curcumin,quercetin, dan eugenol yang berperan pentingterhadap aktifitas insektisida. Selama ini dariacuan-acuan yang dikumpulkan belum adainformasi tentang percobaan pengaruh n-heksan pada ekstrak tumbuhan kunyit.[9]

    METODE PENELITIANDesain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental laboratoris dengan rancangantrue experimental-post test only control groupdesign yang bertujuan untuk mengetahui danmembandingkan potensi ekstrak rimpangkunyit dari berbagai konsentrasi sebagaiinsektisida.

    Penelitian ini menggunakan 5 kelompokperlakuan yang terdiri dari,1. Kelompok kontrol positif, yaitu kelompok

    yang disemprot menggunakan malathiondengan konsentrasi 0,04%.

    2. Kelompok kontrol negatif, yaitu kelompokyang disemprot menggunakan solar.

    3. Kelompok yang disemprot menggunakanekstrak rimpang kunyit dengan konsentrasi10 %, 20%, dan 30%.

    Penelitian dilakukan di LaboratoriumParasitologi Fakultas Kedokteran UniversitasBrawijaya.Cara Kerja1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

    empat kandang berbentuk silinderberukuran tinggi 30 cm diameter 10 cmberisikan 25 nyamuk digantung di dalamsebuah kandang kubus berukuran 1m x 1m

  • 7/23/2019 M. Kamim

    4/10

    4

    x 1m kemudian diletakkan dalam ruangandengan temperatur 27 C 2 C dantingkat kelembaban antara 60-70%.

    2. Campuran solar dan ekstrak dari masing-

    masing konsentrasi yang sudah tersediadimasukkan dalam tabung glass (100ml).Lalu Isi Tabung glass sejumlah 10 mldifoggingke dalam kandang kubus. Hal inidilakukan pada masing-masing konsentrasiekstrak yang telah tersedia dan diamati

    jumlah nyamuk yang mati pada jam ke-1,ke-2, ke-3 dan ke-24.

    3. Kandang kubus difoggingdenganmenggunakan solar sebagai kontrol negatifdan diamati jumlah nyamuk yang mati pada

    jam ke-1,ke-2, ke-3 dan ke-24.

    4. Kandang kubus difogging denganmenggunakan malathion 0,04% sebagaikontrol positif dan diamati jumlah nyamukyang mati pada jam ke-1,ke-2, ke-3 dan ke-24.

    5. Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kaliuntuk masing-masing perlakuan.

    6. Jumlah nyamuk yang mati pada setiapperlakuan dihitung setelah pemfoggingan.

    Data Hasil PenelitianDari penelitian Uji Potensi Ekstrak

    Rimpang Kunyit (Curcuma longa) sebagaiInsektisida terhadap Nyamuk Culex sp.Dewasa dengan Metode Fogging, didapatkanhasil berupa kematian nyamuk seperti yangtertera pada gambar di bawah ini:

    Gambar 5.1 Grafik Rerata PotensiInsektisida Ekstrak Rimpang Kunyit(Curcuma longa) pada Setiap WaktuPengamatan

    Dari Gambar 5.1 di atas diketahui bahwamasing-masing perlakuan memberikan potensiyang berbeda pada interval waktu 1, 2, 3, dan24 jam. Semakin tinggi konsentrasi dansemakin lama waktu perlakuan maka potensiinsektisida semakin besar.Tabel 5.1 Potensi Insektisida pada BerbagaiKonsentrasi dan Interval waktu

    Waktu(jam)

    Konsentrasi EkstrakKP

    10% 20% 30%

    1

    8 12 16 76

    4 12 20 76

    4 8 16 80

    8 12 20 76

    mean 6 11 18 77

    SD 2.309 2.000 2.309 2.000

    2

    12 20 24 84

    8 20 28 84

    12 20 24 84

    12 24 28 84

    mean 11 21 26 84

    SD 2.000 2.000 2.309 0

    3

    24 32 40 88

    24 28 44 92

    20 24 44 96

    24 32 40 92

    mean 23 29 42 92

    SD 2.000 3.830 2.309 3.266

    24 72 96 100 100

  • 7/23/2019 M. Kamim

    5/10

    5

    80 96 100 100

    80 92 100 100

    76 92 100 100

    mean 77 94 100 100

    SD 3.830 2.309 0 0

    Keterangan: Mean : Nilai rata-rataSd : Standar deviasiKP : Kontro l Positif

    Hasil penelitian ini dianalisismenggunakan analisis statistik SPSS versi16.0. Analisis statistik pada dasarnya meliputidua kegiatan, yakni uji beda dan uji asosiasi.Uji beda berfungsi untuk mengetahuiperbedaan rata-rata antara beberapa sampel.Untuk mengetahui alat uji beda yang akandigunakan dalam analisis data potensiinsektisida ini, maka perlu dilakukan ujinormalitas data terlebih dahulu.

    Dari uji Kolmogorov-Smirnov (lihat

    Lampiran 3) diperoleh nilai signifikansi 0,760menunjukkan distribusi data normal.Selanjutnya dilakukan uji Homogenitas (lihatLampiran 4), uji ini dilakukan sebagai salahsatu syarat untuk menentukan apakah akanmemakai uji non parametrik atau uji parametrikselain hasil distribusi data normal melalui ujiKolmogorov-Smirnov , dari nilai signifikansi0,291 menunjukkan data homogen atau datamemiliki varian sama. Maka dapat dipastikanbahwa syarat untuk melakukan uji parametriksudah terpenuhi yaitu distribusi data normaldan homogen. Dilihat dari banyaknya yangdigunakan maka uji parametrik yang sesuaiadalah ujiAnova.

    Pada penelitian ini terdapat dua macamvariabel yaitu variabel independen (ekstrakrimpang kunyit) dan variabel dependen(potensi insektisida). Selain kedua variabeltersebut, dalam metode penelitian terdapatlama waktu pengamatan dalam menghitungpotensi insektisida yang juga perludiperhatikan. Dengan demikian dirasakan perlu

    untuk menganalisa pengaruhnya terhadappotensi insektisida. Uji One-Way ANOVAdilakukan untuk mengetahui apakah adaperbedaan secara umum antar perlakuan

    terhadap potensi insektisida dalam beberapainterval waktu pengamatan. Hasil uji One-Way

    Anova dapat dilihat pada (lampiran 5) dimanadidapatkan hasil nilai significant < 0,05 yangmenunjukkan bahwa ada perbedaan yangbermakna paling tidak diantara 2 kelompokperlakuan terhadap potensi insektisida padapotensi 1 jam sampai 24 jam

    Langkah selanjutnya adalahmengolah data yang ada denganmenggunakan metode post-hoc testsebagai ujipembandingan berganda dengan Uji TukeyHSD. Dengan metode ini dilakukan

    pembandingan yang berganda terhadapmasing-masing konsentrasi ekstrak rimpangkunyit pada setiap lamanya waktupengamatan. Hasil uji tersebut dapat dilihatpada lampiran 6 dan diringkas pada tabel 5.6di bawah ini.

    Tabel 5.6 Uji Tukey HSD

    Waktu(jam)

    Pembandinganantar konsentrasi

    Bedarata-

    rata

    Sig.(p) Keputusan

    1

    10%

    20% -1.250 0.029berbedasignifikan

    30% -3.00 0.000berbedasignifikan

    Kontrolpositif

    -17.750 0.000

    berbedasignifikan

    20%

    30% -1.750 0.003berbedasignifikan

    Kontrol

    positif

    -

    16.500 0.000

    berbeda

    signifikan

    30%Kontrolpositif

    -14.750 0.000

    berbedasignifikan

    2

    10%

    20% -2.500 0.000berbedasignifikan

    30% -3.750 0.000berbedasignifikan

    Kontrol -0.000

    berbeda

  • 7/23/2019 M. Kamim

    6/10

    6

    positif 18.250 signifikan

    20%

    30% -1.250 0.010berbedasignifikan

    Kontrolpositif

    -15.750 0.000

    berbedasignifikan

    30%Kontrolpositif

    -14.500 0.000

    berbedasignifikan

    3

    10%

    20% -1.500 0.058

    tidakberbedasignifikan

    30% -4.750 0.000berbedasignifikan

    Kontrolpositif

    -17.250 0.000

    berbedasignifikan

    20%

    30% -3.250 0.000berbedasignifikan

    Kontrolpositif

    -15.750 0.000

    berbedasignifikan

    30%Kontrolpositif

    -12.500 0.000

    berbedasignifikan

    24

    10%

    20% -4.250 0.000berbedasignifikan

    30% -5.750 0.000berbedasignifikan

    Kontrolpositif -5.750 0.000

    berbedasignifikan

    20%

    30% -1.500 0.012berbedasignifikan

    Kontrolpositif -1.500 0.012

    berbedasignifikan

    30%Kontrolpositif 0.000 1.000

    tidakberbedasignifikan

    Setelah melakukan uji beda potensidiantara sampel selanjutnya dilakukan ujikorelasi untuk mengetahui kekuatan hubunganantara pemberian ekstrak rimpang kunyit

    (Curcuma longa) dengan kematian nyamukCulex sp. Uji korelasi yang digunakan adalahmetode Pearson. Jika didapatkan nilaisignifikansi < 0,05 menunjukkan terdapathubungan antara pemberian bahan denganefek, sedangkan nilai signifikansi > 0,05menunjukkan tidak terdapat hubungan antarapemberian bahan dengan efek. Koefisienkorelasi < 0,5 menunjukkan hubungan yangkurang kuat, sedangkan koefisien korelasi >0,5 menunjukkan hubungan yang kuat. Nilaipositif didepan koefisien korelasi menunjukkan

    semakin tinggi konsentrasi maka semakinbanyak nyamuk yang mati, sedangkan nilainegatif menunjukkan semakin tinggikonsentrasi maka semakin banyak nyamukyang hidup.

    Dari uji korelasi Pearson(lihat Lampiran7): Untuk potensi 1 jam sampai 24 jamdidapatkan nilai significant < 0.05, nilaicoefisient corelasionpositif > 0,5 yang berartiterdapat hubungan yang kuat antarapemberian ekstrak rimpang kunyit terhadapkematian nyamuk Culex sp. dan semakin tinggikonsentrasi maka semakin banyak nyamukCulex sp.yang mati.

    PEMBAHASANDalam penelitian digunakan 5 kandang

    yang masing-masing berisi 25 ekor nyamukCulex sp.terbagi dalam kontrol negatif, kontrolpositif, ekstrak rimpang kunyit dengankonsentrasi 10%, 20% dan 30%. Pengamatandilakukan pada jam ke 1, 2, 3 dan 24 jam.Dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali padapenelitian ini.

    Analisis data untuk mengetahuiperbedaan potensi antara perlakuan satudengan lainnya diuji menggunakan uji Anovakarena sebaran data normal.

    Dari uji Anova (lihat Lampiran 5)diperoleh nilai signifikansi < 0,05 yang berartibahwa ada perbedaan yang signifikan palingtidak diantara 2 kelompok perlakuan terhadap

  • 7/23/2019 M. Kamim

    7/10

    7

    potensi insektisida pada potensi 1 jam sampai24 jam.

    Untuk mengetahui konsentrasi mana

    yang mempunyai potensi yang berbedatersebut maka dilakukan uji Post-hoc TukeyHSD. Untuk mengetahui lebih detail perbedaanmasing-masing konsentrasi, maka dilihat padatabel uji Tukey (lampiran ke 6). Padaperbandingan konsentrasi yang memiliki nilaisignifikansi < 0,05 menunjukkan bahwaterdapat perbedaan potensi diantara keduakonsentrasi tersebut. Perbedaan potensi initerjadi dikarenakan terdapat perbedaan jumlahkematian nyamuk yang bermakna diantara 2perlakuan konsentrasi tersebut. Sebaliknya

    pada perbandingan konsentrasi yang memilkinilai signifikansi >0,05 menunjukkan bahwatidak terdapat perbedaan potensi diantarakedua konsentrasi tersebut yang mana tidakdidapatkan perbedaan jumlah kematiannyamuk yang bermakna diantara 2 perlakukankonsentrasi tersebut

    Dari tabel 5.6 dapat diketahui Pada jamke-1 dan ke-2, perbandingan potensiinsektisida antara kontrol positif, 10%, 20%,dan 30% berbeda secara signifikan satu samalain (p

  • 7/23/2019 M. Kamim

    8/10

    8

    hampir seluruh nyamuk uji. Insektisida dengankonsentrasi efektif 30% dapat membunuhseluruh nyamuk. Kematian nyamuk pada 24

    jam ini adalah karena racun kontak. Ini berarti

    daya bunuh 24 jam insektisida rimpang kunyitkonsentrasi 30% setara dengan daya bunuh 24

    jam malathion sebagai kontrol positif. Tetapikecepatan daya bunuh ekstrak rimpang kunyitdengan konsentrasi 30% masih lebih rendahdaripada malathion. Ini berarti malathionmemiliki half time yang jauh lebih cepatdibandingkan ekstrak rimpang kunyit, sehinggaracun dapat mencapai site of actionnyadalamwaktu yang lebih singkat. Secara singkat,kesimpulan dari grafik tersebut adalah semakintinggi konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang

    digunakan maka semakin tinggi pulapotensinya. Sedangkan bila dibandingkandengan waktu, semakin lama waktupengamatan, maka semakin banyak pula

    jumlah nyamuk yang mati.

    Uji korelasi Pearson digunakan untukmengetahui keeratan hubungan antarakonsentrasi dan waktu pengamatan denganpotensi insektisida ekstrak rimpang kunyit(Curcuma longa) terhadap nyamuk Culex sp.Dari hasil analisis data tersebut, dapatdiketahui bahwa lama waktu pengamatan(r=0.964, p=0.000) dan konsentrasi ekstrak(r=0.361, p=0.032) mempunyai hubungan(korelasi) yang signifikan (p

  • 7/23/2019 M. Kamim

    9/10

    9

    berkenaan dengan interval waktupemfoggingan, kecepatan waktu, jarakpemfoggingan atau ukuran partikel yangdigunakan pada penelitian tidak dilakukan

    dengan pengaturan detail melalui standar-standar tertentu. Walau dengan keterbatasan -keterbatasan tersebut, berdasarkan hasil yangdiperoleh pada penelitian dan analisis data diatas, hipotesis bahwa ekstrak rimpang kunyitmemiliki potensi sebagai insektisida terhadapnyamuk Culex sp. dengan metode foggingdapat diterima.

    KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

    Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa)

    mempunyai potensi sebagai insektisidaterhadap nyamuk Culex sp. dewasa.

    Saran

    1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjuttentang potensi ekstrak rimpang kunyit(Curcuma longa) terhadap nyamuk Culexsp. dewasa untuk mendapatkan konsentrasioptimal dan paling efektif. Hal ini untuk

    mencegah resistensi nyamuk Culex sp.terhadap ekstrak rimpang kunyit (Curcumalonga) apabila terpapar dengan dosis tinggiterus-menerus.

    2. Perlu dilakukan penelitian dengankonsentrasi ekstrak rimpang kunyit(Curcuma longa) yang lebih tinggi sehingga

    diperoleh durasi waktu yang lebih pendekuntuk membunuh nyamuk Culex sp.

    3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjutmengenai efek samping terhadappenggunaan ekstrak rimpang kunyit

    (Curcuma longa) dalam kehidupan sehari-hari.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Boesri H, dkk. 2001. Efikasi Sheltoxterhadap Culex quinquefasciatus diLaboratorium. (Online),

    (http://www.kalbe.co.id, diaksestanggal 21 Desember 2010)

    2. Huda, AH. 2004. Selayang Pandang

    Penyakit - Penyakit yang di tularkanoleh Nyamuk di Provinsi JawaTimur Tahun 2004, (Online),

    (http://www.dinkesjatim.go.id,diakses tanggal 17 Desember 2010).

    3. Kismiyati.2005. Study Komunitas NyamukCulex. (online),(http://www.adln.lib.unair.ac.id

    diakses 15 Desember 2010)

    4. Baskoro, A.D., Sudjari., Rahajoe.,

    Poeranto, S., Sardjono, T.W., Fitri,L.E. dan Wadayat, M. 2005.Parasitologi Arthropoda.Malang:Laboratorium ParasitologiFakultas Kedokteran UniversitasBrawijaya.

    5. Wuryadi, Suharsono.1985.PenanggulanganDemam Berdarah Dengue dengan"Fogging" Malathion pada TempatPenularan Potensial di Yogyakarta1985/1986 (online)

    (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/04_ Penanggulangan DBD.pdf/04_Penanggulangan DBD.pdfdiakses 26 November 2010)

    6. Padmawinata K. 1995. Kandungan OrganikTumbuhan Tinggi. Bandung:PenerbitITB (Terjemahan dariRobinson, T. 1991. The OrganicConstituens of Higher Plant, 6th ed)

    7. Hadi KU, Saviana S. 2002. Ektoparasit:

    Pengenalan, Diagnosis danPengendalian. Bogor: LabEntomologi Bag. Parasitologi &patologi. Fakultas KedokteranHewan IPB. hal 22-25, 107 -109.

    8. Ariyani, SF. 2007. Uji Potensi EkstrakKunyit (Curcuma longa) SebagaiInsektisida Terhadap NyamukDewasa. Tugas Akhir. FakultasKedokteran Universitas Brawijaya.

  • 7/23/2019 M. Kamim

    10/10

    10

    9. Yolanda, Maria. 2007. Tanaman ObatIndonesia, (online),(http://toiusd.multiply.com/journal/item/144/Curcuma longa diakses 22

    Desember 2010)

    Pembimbing 1

    (dr. Sudjari, DTM&H., M.Si, SpParK)

    NIP. 19510421198002 1 003