MAKALAH ANEMIA

33
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalambidang gangguan gizi di dunia. Kekurangan zat besi bukan satu-satunyapenyebab anemia. Secara umum penyebab anemia yang terjadi di masyarakatadalah kekurangan zat besi. Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolongtinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia.Prevalensi ini terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia subur, danwanita hamil di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011). Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak. Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan 1

description

TUGAS EPIDEMIOLOGI

Transcript of MAKALAH ANEMIA

Page 1: MAKALAH ANEMIA

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan

kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan

penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi

tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah

hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalambidang

gangguan gizi di dunia. Kekurangan zat besi bukan satu-satunyapenyebab anemia.

Secara umum penyebab anemia yang terjadi di masyarakatadalah kekurangan zat

besi. Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolongtinggi sekitar dua miliar

atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia.Prevalensi ini terdiri dari anak-

anak, wanita menyusui, wanita usia subur, danwanita hamil di negara-negara

berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011).

Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.

Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau

kurang darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia,

ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri,

dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh

IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang

mengalami defisiensi besi tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalahgizi

terutama anemia defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi mengalamianemia

defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat secara signifikanselama

kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuhlebih

banyak dibandingkan saat tidak hamil menginjak triwulan kedua sampaidengan

triwulan ketiga. Pada triwulan pertama kehamilan, kebutuhan zat besilebih rendah

disebabkan jumlah zat besi yang ditransfer ke janin masih rendah(Waryana,

2010).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),prevalensi anemia

defisiensi besi pada ibu hamil sebesar 63,5% tahun 1995,turun menjadi 40,1%

1

Page 2: MAKALAH ANEMIA

pada tahun 2001, dan pada tahun 2007 turun menjadi24,5% (Riskesdas, 2007).

Angka anemia defisiensi besi ibu hamil di Indonesiamasih tergolong tinggi

walaupun terjadi penurunan pada tahun 2007. Keadaanini mengindikasikan bahwa

anemia defisiensi besi menjadi masalah kesehatanmasyarakat (Depkes, 2010).

Kekurangan zat besi akan berisiko pada janin dan ibu hamil sendiri.Janin

akan mengalami gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik seltubuh

maupun sel otak. Selain itu, mengakibatkan kematian pada janin

dalamkandungan, abortus, cacat bawaan, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

(Waryana, 2010). Pada ibu hamil, anemia defisiensi besi yang berat

dapatmenyebabkan kematian (Basari, 2007).

Anemia defisiensi besi menyebabkan turunnya daya tahan tubuh

damembuat penderita rentan terhadap penyakit. Kekurangan zat besi

padakehamilan memiliki konsekuensi negatif bagi bayi yaitu terjadi

gangguanperkembangan kognitif bayi serta meningkatkan morbiditas dan

mortalitas ibu.

Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamilyaitu

terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil.Departemen

Kesehatan masih terus melaksanakan progam penanggulangananemia defisiensi

besi pada ibu hamil dengan membagikan tablet besi atautablet tambah darah

kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap satu hariberturut-turut selama 90 hari

selama masa kehamilan (Depkes RI, 2010).

Tablet besi selama kehamilan telah direkomendasikan untuk wanita di

negaraberkembang karena biasanya tidak ada perubahan mendasar yang

terjadidalam komposisi diet. Program penanggulangan anemiamelalui pemberian

tablet besi pada ibu hamil telah dilaksanakan sejak tahun1975 tetapi kenyataannya

prevalensi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesiamasih tinggi (Hadi, 2001).

Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemiadefisiensi besi

pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalammengkonsumsi tablet

besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan tidak patuhdalam mengkonsumsi

tablet besi dengan responden sebanyak 89 ibu hamil(Indreswari, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibuhamil dalam

mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, danefek samping dari

2

Page 3: MAKALAH ANEMIA

tablet besi yang diminumnya. Faktor yang seringdikemukakan oleh ibu hamil

ialah pernyataan “lupa” untuk meminum tablet

besi (Purwaningsih dkk, 2006).

Berdasarkan masalah diatas maka dalam makalah ini akan dibahas tentang

berbagai faktor yang mempengaruhi terjadi nya Anemia Defisiensi Zat Besi dan

pencegahan untuk mengatasinya.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian Anemia.

2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Anemia

3. Untuk mengetahui tentang etiologi Anemia.

4. Untuk mengetahui tentang epidemiologi Anemia.

5. Untuk mengetahui tentang gejala dan tanda anemia

6. Untuk mengetahui tentang pencegahan Anemia.

7. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.

1.3 Manfaat penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :

1. Mampu mengetahui tentang pengertian Anemia.

2. Mampu mengetahui tentang klasifikasi Anemia

3. Mampu mengetahui tentang etiologi Anemia.

4. Mampu mengetahui tentang epidemiologi Anemia.

5. Mampu mengetahui tentang gejala dan tanda anemia

6. Mampu mengetahui tentang pencegahan Anemia.

7. Mampu mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.

3

Page 4: MAKALAH ANEMIA

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 PengertianAnemia

Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh

seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin yang berarti juga

minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen dalam tubuh berkurang

maka orang tersebut akan menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah. Indikasinya

penyakit ini bisa diketahui dengan memeriksa kelopak mata bawah bagian dalam,

ujung kuku, tangan dan kaki, jari-jari tangan dan mukosa mulut.Menurut WHO

(1997) seseorang dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin pada laki-laki dewasa

< 13 g/dl, pada anak umur 12-13 dan wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl, pada

umur 6 bulan sampai 5 tahun dan wanita hamil < 11 g/dl. Pada anak umur 5-11

tahun dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin < 11.5 g/dl.

Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat

kekurangan zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang intake

unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, karena gangguan absorbsi,

gangguan penggunaan atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan,

misalnya pada perdarahan. Keperluan zat besi akan bertambah dalam kehamilan,

terutama dalam trimester II hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan janin

yang dikandung oleh ibu.

Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit,

dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi

salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial. Anemia gizi disebabkan

oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12.

4

Page 5: MAKALAH ANEMIA

2.2 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan

besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada

akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi dapat

disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan

besi akibat perdarahan menahun. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling

sering terjadi.

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan

besi makin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron

depleted state. Jika kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi untuk

eritropoesis berkurang sehingga dapat menimbulkan anemia. Pada saat ini juga

terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat

menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala

lainnya.

Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan

menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika.

Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin,

adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan.Selain gejala

khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga terjadi gejala umum anemia seperti

lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang.

2. Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat

sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh

infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme

terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan

mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan gejala

perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan mukosa

dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi,

hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ

5

Page 6: MAKALAH ANEMIA

dalam lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering

bersifat fatal. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia

berat dan kematian akibat infeksi yang disertai perdarahan.

3. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan

asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam

sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan

bentuk sel yang besar.

Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena

terjadi gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan

vitamin B12 dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan

DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan

myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini maka maturasi inti

lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena

pembelahan sel yang lambat.Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta

susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel

megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum

tulang sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek

yang berujung pada terjadinya anemia.

Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio

plasenta dan Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali,

spina bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel

(tidak menutupnya tulang kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena

gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup.

Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang

sama seperti terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada

defisiensi vitamin B12 disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.

4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah

penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis

berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah

cukup umurnya. Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua 6

Page 7: MAKALAH ANEMIA

golongan besar yaitu anemia hemolitik karena faktor di dalam eritrosit sendiri

(intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat herediter dan anemia hemolitik

karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat

didapatkan seperti malaria dan transfusi darah.

Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang

akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga

dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba

sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin.

Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga

mengalami lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik

yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik yang timbul berupa ikterus,

splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada kaki.

2.3 Penyebab Anemia

Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi/malnutrisi.

2. Kurang zat besi dalam zat makanan.

3. Malabsorpsi.

4. Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan

5. Penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.

7

Page 8: MAKALAH ANEMIA

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan olehdefisiensi besi (Fe)

dan perdarahan akut dan tidak jarang keduanyasaling

berintekrasi.Kurangnya zat besi dalam tubuh orang dewasa maupun anak-

anak dapat disebabkan oleh beberapa factor.Penyebab utamanya adalah

karena faktor nutrisi.Yaitu kurangnya asupan zat besi dan rendahnya

absorpsi.Perkembangan terjadinya zat besi menurut (soemantri

2005).Dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1.Perkembangan terjadinya zat besi

8

Page 9: MAKALAH ANEMIA

2.4. Epidemiologi Anemia

2.4.1. Distribusi dan Frekuensi

1. Menurut Orang

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

merupakan usia yang mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil.

Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil

maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat

menyebabkan ibu mengalami anemia.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008,

prevalensi anemia pada tahun 1999-2005 di dunia masih tinggi dimana

prevalensi pada balita 47,4%, anak usia sekolah 25,4%, wanita tidak

hamil 30,2%, wanita hamil 41,8%, pada lansia 23,9% dan terendah

pada laki-laki 12,7%.

2. Menurut Tempat

Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di Negara

sedang berkembang ketimbang Negara yang sudah maju. Prevalensi

anemia ibu hamil pada tahun 2005 di beberapa Negara terbelakang

sangat tinggi seperti di Kongo adalah 67,30%, di Nigeria 65,51% dan

di Eithopia 62,68%. Prevalensi ini mulai berkurang di Negara

berkembang seperti di India 44,33% dan Indonesia 44,33%.

Sedangkan di Negara maju prevalensi anemia pada ibu hamil sangat

rendah yaitu 11,46% di Prancis dan 5,7% di United States.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PT Merck Tbk di

Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara prevalensi anemia cukup

tinggi. Di Jawa Timur dengan melibatkan 5.959 peserta tes darah di

tiga kota, Kediri, Jombang, dan Mojokerto, didapat 33% di antaranya

anemia. Di Jawa Barat dengan peserta tes darah sebanyak 7.439 di tiga

kota, Garut, Tasikmalaya, dan Cirebon, 41% di antaranya anemia.

Sedangkan di Sumatera Utara dengan peserta tes darah sebanyak 9.377

9

Page 10: MAKALAH ANEMIA

orang di tiga kota, Medan, Pematang Siantar, dan Kisaran, didapati

33% di antaranya anemia.

Beberapa penelitian yang di Provinsi Sulawesi Utara menemukan

bahwa prevalensi anemia pada anak panti asuhan usia sekolah dasar

sebesar 62,8% (Matondang, 2004), serta penelitian di bolaang

mengondow pada salah satu desa tertinggal pada anak sekolah dasar

yaitu sebesar 18,33% didaerah penghasil sayur dan 28,33% yang

bukan didaerah penghasil sayur (Purba, 1995).

3. Menurut Waktu

Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan

adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%.4 Hal

ini disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang

dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin

masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah

dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan

450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah

harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat

melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah.

Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per

hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

tahun 1986 proporsi ibu hamil yang menderita anemia adalah 73,3%

menurun pada tahun 1992 menjadi 63,5%, pada tahun 1995 menurun

menjadi 50,9%, tahun 2001 menurun lagi menjadi 40,1%. Hasil Riskesdas

2007 proporsi ibu hamil yang anemia adalah 24,5% . Hal ini menunjukkan

keberhasilan program pemerintah dalam hal penanggulangan anemia pada

ibu hamil.

2.4.2. Determinan

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil

adalah:

a. Usia

10

Page 11: MAKALAH ANEMIA

Umur ideal untuk kehamilan yang risikonya rendah adalah pada

kelompok umur 20-35 tahun. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2010, perempuan yang mengalami kehamilan

pada usia berisiko tinggi (35 tahun ke atas) 4,6% tidak pernah

memeriksakan kehamilan, dan yang berusia < 20 tahun 5,1%

memeriksakan kehamilan pada dukun. Kehamilan pada remaja putri

sangat berisiko terhadap dirinya karena pertumbuhan linier (tinggi

badan) pada umumnya baru selasai pada usia 16-18 tahun, dan

dilanjutkan dengan pematangan rongga panggul beberapa tahun setelah

pertumbuhan linier selesai.

b. Umur Kehamilan

Kebutuhan akan berbagai zat gizi termasuk zat besi pada trimester I

meningkat secara minimal. Setelah itu sepanjang trimester II dan III,

kebutuhan akan terus membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi

tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu,

yaitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara.

Menurut Doloksaribu (2006) persentase responden yang menderita

anemia tertinggi dijumpai pada umur kehamilan triwulan II (50%) dan

triwulan ke III (37,50%). Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat besi

pada triwulan II dan III meningkat dengan pesat untuk janin, plasenta

dan penambahan volume darah ibu.

c. Jarak Kelahiran

Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik.

Jarak dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya

tahan dan gizi ibu yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi.

Menurut Depkes RI (2004) jumlah kelahiran yang baik agar

terwujudnya keluarga sejahtera dan sehat adalah berjumlah 2 anak saja

dengan jarak kelahiran sama dengan atau lebih dari 3 tahun.6 Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Hendro di medan (2006) ibu hamil yang

jarak kelahiran anaknya < 2 tahun sebagian besar menderita anemia.

Seorang wanita yang melahirkan berturut-turut dalam jangka waktu

11

Page 12: MAKALAH ANEMIA

pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus membagi

perhatian kepada kedua anak dalam waktu yang sama.

d. Konsumsi Tablet Fe

Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara yang benar

akan memnuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh yang bisa meningkatkan

kualitas kehamilan. Banyak hal yang membuat ibu hamil tidak patuh

mengkonsumsi zat besi yang terdapat dalam tablet tambah darah yang

diprogramkan pemerintah. Salah satunya adalah gangguan pencernaan

dapat berupa mual dan muntah.Sehingga hal ini perlu mendapat

perhatian khusus terutama dari pemberian pelayanan kesehatan

misalnya bidan dan dokter. Jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu

hamil adalah minimal 90 tablet dan dianjurkan kepada ibu hamil untuk

mengkonsumsi tablet tambah darah dengan dosis satu kali sehari selama

masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.

e. Penghasilan

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang

adalah status ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga.

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain

tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga dan harga bahan

makanan itu sendiri. Keluarga dengan pendapaan terbatas kemungkinan

besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya, terutama

memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.

Sementara dari hasil penelitian Hendro (2006) menyatakan bahwa

keluarga yang pendapatnya di atas UMR dapat memenuhi kebutuhan

gizi keluarganya terutama ibu hamil sehingga diasumsikan dapat

mencegah terjadinya anemia sedangkan keluarga dengan pendapatan di

bawah UMR dapat diasumsikan belum memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya termasuk gizi ibu hamil.

f. Pendidikan

12

Page 13: MAKALAH ANEMIA

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan

perilaku untuk hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

memudahkan seseorang untuk menyerap informasi-informasi dan

mengimplementasikannya dalam perilakudan gaya hidup sehari-

hari,khusunya tingkat pendidikan wanita sangat mempengaruhi

kesehatannya.

Dari hasil penelitian Hendro (2006), menyatakan ada hubungan

yang signifikan antara pendidikan dengan status anemia, karena dengan

tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan pengetahuannya

tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia

sebaliknya jika ibu hamil berpendidikan tinggi maka kemungkinan

besar pengetahuannya tentang gizi juga tinggi, sehingga

diasumsikan kecil peluang terjadinya anemia.

g. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap ibu

hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya yang

dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam

standar pelayanan kebidanan.Tujuan pelayanan antenatal adalah

mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan

memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini

kelainan kehamilan dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.

Pelayanan antenatal meliputi lima hal yang dikenal dengan istilah

5T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus

uteri, nilai status imunisasi TT dan pemberian tablet tambah darah.3

Konsumsi zat besi sangat diperlukan oleh Ibu hamil yang ditujukan

untuk mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor risiko lainnya.

Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet Fe lebih dari 90 tablet

selama kehamilan. Berdasarkan laporan Riskesdas (2010) 80,7% ibu

hamil tablet/membeli tablet Fe, dengan jumlah hari minum 0-30 hari

(36,3%), 90 hari atau lebih (18%), 60-89 hari (8,3%), dan 31-59 hari

(2,8%). Dijumpai 38% ibu hamil di Sumatera Utara dan 3,6% di DI

Yogyakarta yang tidak pernah minum tablet Fe.

13

Page 14: MAKALAH ANEMIA

K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mendapat pelayanan antenatal yang dilakukan pada

trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu

hamil untuk mendapatkan pelayanan ante natal minimal 4 kali yaitu 1

kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua dan

2 kali pada trimester ketiga.

2.5. Prevalensi Anemia

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat apabila melebihi prevalensi

sebagai berikut.

Kelompok Batas nilai Hb

Ibu Hamil

Anak Balita

Anak Usia Sekolah

Wanita Dewasa

Pekerja Berpenghasilan Rendah

Pria Dewasa

63,5%

55,5%

24%-34%

30%-40%

30%-40%

20%-40%

(Sumber supariasa dkk, 2002)

Anemia gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Hasil SKRT

1986, 1992 dan 1995 berdasarkan pengukuran Hb pada wanita hamil dan balita

menunjukkan bahwa masalah anemia gizi pada wanita hamil di Indonesia telah

mengalami penurunan, meskipun keadaannya masih tetap tinggi yaitu dari 73,7%

pada tahun 1986 menjadi 63,5% pada tahun 1992 dan 51,3% pada tahun 1995.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), prevalensi

anemia defisiensi besi pada ibu hamil sebesar 63,5% tahun 1995, turun menjadi

40,1% pada tahun 2001, dan pada tahun 2007 turun menjadi 24,5% (Riskesdas,

2007). Angka anemia defisiensi besi ibu hamil di Indonesia masih tergolong

tinggi walaupun terjadi penurunan pada tahun 2007. Keadaan ini mengindikasikan

bahwa anemia defisiensi besi menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes,

2010).

14

Page 15: MAKALAH ANEMIA

2.6. Tanda dan Gejala Anemia

1. Periksa perubahan warna kulit. Meskipun memiliki warna kulit yang

cenderung gelap, gejala anemia masih mudah untuk dikenali dengan melihat

perubahan warna kulit wajah atau bibir kulit yang terlihat pucat seperti orang

yang sedang sakit meski tubuh dalam keadaan sehat.

2. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering mengalami rasa

lelah dan memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).

3. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit kepala hingga

kehilangan nafsu makan.

4. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau

terus-menerus hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang

menjadi gejala dari sembelit.

5. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup

menganggu. Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat memengaruhi kinerja dan

pekerjaan.

6. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba memiliki nafsu makan

yang berlebih hingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem metabolisme

tubuh.

7. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana hati dan emosi

yang mudah mengalami stress atau depresi. Karena anemia dapat memberi

pengaruh yang cukup kuat terhadap emosi dan mood.

8. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang

berkurang. Sel darah merah merupakan bagian yang sangat penting bagi

sistem pernafasan. Sesak nafas umumnya dialami pada mereka yang menderia

anemia sedang hingga berat.

9. Beberapa diantaranya ada yang mengalami kedinginan pada salah satu

anggota tubuh yang sering dirasakan yang disebabkan oleh aliran darah yang

15

Page 16: MAKALAH ANEMIA

tidak lancar akibat anemia. Bagian tubuh yang sering merasakan kedingian

adalah telapak tangan/kaki.

10. Sering merasa cepat lelah dan pusing. Gejala ini umumnya dirasakan saat

bangun dari tidur atau saat hendak berdiri karena terlalu lama duduk dan

pusing jika berdiri terlalu lama.

Umumnya mereka yang mengalami sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan

dilihat secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit

anemia atau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata

bagian dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merah berarti anda dapat

dikatakan mengalami anemia.

2.7. Pencegahan Anemia

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi

kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga

aspek utama di dalam pencegahan primer. Dalam hal ini pencegahan

primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan

pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru

penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya

faktor risiko.

Pencegahan primer meliputi:

a. Edukasi (Penyuluhan)

Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti

memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil

mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet

besi atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi tidak

hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum

hamil.Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa

melahirkan. Selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai

konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai

cara mencegah anemia pada kehamilan.

16

Page 17: MAKALAH ANEMIA

Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan

intake Fe yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan

konsumsinya.Banyak faktor yang mendukung rendahnya tingkat

kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek samping yang tidak

nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang

pentingnya suplementasi Fe dan efek samping akibat minum Fe.

b. Suplementasi Fe (Tablet Besi)

Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara keseimbangan

antara asupan Fe dan kehilangan Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk

memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan

yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi.Jika kebutuhan Fe

tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan

suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa nifas.24 Suplemen

besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak kunjungan

pertama ibu hamil.

c. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara

terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara.

Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan

defisiensi besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung

gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung

serta beberapa produk susu.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan

dan deteksi untuk menenmukan status patogenik setiap individu di dalam

populasi.Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan

perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan kearah kerusakan

atau ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan

pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami gejala-

gejala anemia atau tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis

sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan

kesehatan.

17

Page 18: MAKALAH ANEMIA

Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

diantaranya adalah :

a. Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang

harus diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil

harus dilakukan skrining pada kunjungan I dan rutin pada setiap

trimester. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb)

untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia,

apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat.

Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang

mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa

berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, tenaga kesehatan dapat

memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia

berat ( Hb< 9 g/dl) dan Hct <27%) harus dirujuk kepada dokter ahli

yang berpengalaman untuk mendapat pertolongan medis.

b. Pemberian terapi dan Tablet Fe

Jika ibu hamil terkena anemia, maka dapat ditangani dengan

memberikan terapi oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan

rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi

(jika anemia berat).

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala

ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera

atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.Dalam

hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami

anemia yang cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan

penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien

seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan,

keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan

memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil

diantaranya yaitu :

a. memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin

18

Page 19: MAKALAH ANEMIA

b. mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak

adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama

kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah

persalinan.

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam

tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin

yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh.

2. Klasifikasi anemia yaitu Anemia Defisiensi Besi, Anemia hipoplastik,

Anemia Megaloblastik dan Anemia Hemolitik

3. Penyebab anemia yaitu Kurang gizi/malnutrisi, Kurang zat besi dalam zat

makanan, Malabsorpsi, Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang

lalu, haid, dan Penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-

lain. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan olehdefisiensi besi

(Fe) dan perdarahan akut dan tidak jarang keduanyasaling berintekrasi.

4. Epidemiologi Anemia yaitu berdasarkan distribusi dan frekuensi yang

dilihat menurut Orang dimana wanita yang berumur kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun merupakan usia yang mempunyai risiko yang

tinggi untuk hamil, menurut tempat, anemia defisiensi zat besi lebih

cenderung berlangsung di Negara sedang berkembang ketimbang Negara

yang sudah maju, menurut Waktu, besarnya angka kejadian anemia ibu

hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%,

dan trimester III sebesar 70%.4. Berdasarkan determinan, beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah usia, umur

kehamilan, jarak kelahiran, konsumsi tablet Fe, penghasilan, pendidikan

dan pelayanan antenatal.

19

Page 20: MAKALAH ANEMIA

5. Gejala dan tanda pada orang anemia, umumnya mereka yang mengalami

sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan dilihat secara fisik oleh

mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit anemia atau tidak

adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata bagian

dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merah berarti anda dapat

dikatakan mengalami anemia.

6. Pencegahan anemia dibagi atas tiga pencegahan yaitu pencegahan primer,

penceganhan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer

meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit

atau gangguan sebelum hal itu terjadi, dalam hal ini pencegahan primer

ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Pencegahan sekunder

lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk

menenmukan status patogenik setiap individu di dalam populasi, dalam hal

ini pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada ibu

hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia dan pencegahan tersier

mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan

menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan

sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan, dalam hal ini pencegahan

tersier ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup

parah.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka dapat disarankan

agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia sehingga dapat

membantu dalam kegiatan promosi kesehatan tentang anemia. Disarankan untuk

memahami tentang pengertian, penyebab, gejala, cara penanganan dan

pencegahan anemia sehingga angka kejadian anemia dapat menurun.

20

Page 21: MAKALAH ANEMIA

DAFTAR PUSTAKA

Barasi M.E., 2007. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga

Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta. pp: 106-

7.www.DepkesRI.com

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihanga.

WHO. 2011. Nutrition: Iron Deficiency Anaemia. www.who. Int .

Hadi H., 2001. Meningkatkan Kepatuhan Minum Tablet Besi Ibu Hamil:

Pentingnya Peranan Suami. Berita Kedokteran Masyarakat XVII (2):

51-62.

Indreswari M. , Hardinsyah, & Damanik M.R. , 2008. Hubungan antaraIntensitas

Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,dan Konsumsi

Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan selama

Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(1): 12-21.

Purwaningsih M. , Akhmadi N. , & Wenny A., 2006. Analisis Faktor

yangMempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi

Tablet Besi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 1 (2): 72-81.

Purba.RB. 1995. Konsumsi sayuran dan anemia gizi anak sekolah dasar didaerah

penghasil dan bukan penghasil sayuran dikecamatan tomohon kabupaten

minahasa provisi Sulawesi utara tahun 1995. Skripsi tidak diterbitkan.

Makasar FKM UNHAS.

21