Makalah Fix Sk 4 Blok 5
-
Upload
anggunulfanurpratiwi -
Category
Documents
-
view
90 -
download
1
description
Transcript of Makalah Fix Sk 4 Blok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sistem musculoskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energy kimia menjadi energy mekanik (gerak). Sedangkan rangka
adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap, dan posisi. (Sloane, 2004)
Jaringan otot ini sendiri mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Pada umumnya
tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot
menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Tentunya karena beratnya serta fungsinya
yang begitu besar dalam kelangsungan hidup manusia system kardiovaskular tidak hanya
meliputi dua hal itu saja.
persendian merupakan suatu artikulasi yang terjadi saat permukaan dari dua tulang
bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya. Persendian dapat
diklasifikasikan berdasarkan tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan
dengan persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian),
tendon dan bagaimana osteogenesis (pembentukan tulang itu sendiri). Tak lupa kami sajikan
juga TMJ (Temporomandibula Joint) Sendi yang menghubungkan rahang bawah
(mandibula) ke tulang tengkorak pada bagian sisi kepala (temporo) yang berfungsi
sebagai pergerakan rahang naik turun dan kesamping secara halus.
Dan untuk berbicara, mengunyah dan menguap. Otot-otot yang menempel dan
mengelilingi sendi rahang mempertahankan posisi dan pergerakan fungsi
Temporo Mandibularis Joint (TMJ).
1
1.2 Rumusan masalah
Apakah ada hubungan system muskuluskeletal dengan gangguan pada
Temporamandibular Joint.
1.3 Tujuan
1.Agar mengetahui tentang apa itu musculoskeletal.
2.Agar mengetahui TMJ dan penyusun-penyusun TMJ.
3. Agar mengetahui kelainan-kelainan apa saja yang dapat terjadi dalam TMJ.
4. Mengetahui rencana perawatan yang tepat pada kelainan TMJ.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Muskuloskeletal
2.1.1 Definisi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari
otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet).
Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik (gerak) . Sedangkan rangka adalah
bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi (Sloane, 2004).
2.1.2 Fungsi Sistem Muskuloskelatal.
Sistem muskuluskeletalmemiliki beberapa fungsi penting, yakni :
a. Memberi bentuk tubuh, menyangga berat badan sekaligus
menegakkan tubuh.
b. Tempat perlekatan otot-otot dan alat gerak pasif Otot melekat erat
pada tulang melalui jaringan ikat yang disebut tendon
c. Penghasil sel darah tertentu (misalnya granulosit dan eritrosit).
d. Penyimpan dan sumber cadangan mineral tertentu. Misalnya ion
kalsium dan fospor, di mana bila konsentrasi dalam darah di
atasnormal, maka ion tersebut akan disimpan dalam sel tulang.
Sebaliknya bilakonsentrasi menurun, maka ion akan dilepaskan ke
dalam darah. Aksi inidikendalikan oleh hormon untuk
mempertahankan hemostasis.
e. Melindungi organ interna (alat dalam) terutama organ vital. Sebagai
contoh bahwa ossa cranii melindungi otak dan sternum beserta
costaemelindungi jantung dan paru (Moore, 2002).
3
2.1.3 Anatomi Sistem Muskuloskeletal
1. Sistem Otot
a) Otot rangka
Otot rangka terdiri dari serabut serabut yang tersusun dalam berkas
yang disebut fasikel. Semakin besar otot semakin banyak jumlah serabutnya
(Sloane, 2004).
a. Epimisium adalah jaringan ikat yang rapat dan melapisi keseluruhan otot
dan terus berlanjut sampai ke fasia dalam.
b. Perimisium, mengacu pada ekstensi epimisium yang menembus dalam
otot untuk melapisi berkas fasikel.
c. Endomisium, adalah jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut otot
individual.(Sloane, 2004).
b) Otot polos
Memiliki sifat kimia dan mekanis yang sama dengan otot rangka
tetapi ada beberapa karakteristik yang khas. Filamen miosin tebal lebih
panjang dibandingkan miosin tebal otot rangka. Miofilamen tipis tidak
memiliki troponin dan tropomiosin. Dapat ditemukan miofilamen
berukuran sedang yang tidak terlibat dalam proses kontraktil tetapi
berfungsi sebagai kerangka kerja sitoskeletal untuk menopang sel (Sloane,
2004).
c) Otot jantung
Merupakan kombinasi otot rangka dan otot polos. Miofilamen disusun
dalam pola pemitaan regular sehingga otot jantung berlurik. Filamen aktin
tipis mengandung troponin dan tropomiosin. Otot jantung memiliki tubulus
T dan retikulum sarkoplasma yang terbentuk dengan baik (Sloane, 2004).
4
2. Sistem rangka
Kerangka (skelet) adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi
beberapa organ lunak terutama dalam tengkorak dan panggul.(pearce 2008)
Fungsi rangka
1. Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan. Tulang berfugsi sebagai pengungkit. Jika otot-otot (yang
tertanam pada tulang) berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada
pengungkit menghasilkan gerakan.
3. Perlindungan. Sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang ada
dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoiseis).
5. Tempat penyimpanan mineral. (Sloane, 2004).
Sendi merupakan persambungan antara dua atau lebih dari tulang rangka.
a. Jenis sendi berdasarkan strukturnya terdiri dari tiga:
1. Fibrosa : hubungan antara sendi oleh jaringan fibrosa
2. Kartilago/tulang rawan : ruang antar sendinya berikatan dengan
tulang rawan
3. Sinovial/sinovial joint : ada ruang sendi dan ligamen untuk
mempertahankan persendian.
b. Jenis sendi berdasarkan fungsinya :
1. Sendi dinartrosis atau sendi mati, secara struktural persendian ini
dibungkus jaringan ikat fibrosa dan kartilago.
a) Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa
rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contohnya sutura
sagital, dan sutura parietal.
b) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan
dengan kartilago hialin. Contohnya lempeng epifisis (Sloane, 2004).
5
1) Sendi amfiartrosis atau sendi pergerakan terbatas.
a) Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan
diskus kartilago. Contohnya simfisis pubis antar tulang-tulang pubis.
b) Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contohnya
tulang yang terletak bersisihan dihubungkan dengan membran
introseus.
c) Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk
dengan pas dalam kantong tulang. Contohnya gigi yang tertanam
dalam alveoli tulang rahang (Sloane, 2004).
2) Sendi diartrosis atau sendi yang dapat bergerak bebas atau sendi sinovial,
sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu kapsul
sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial
dilapisi kartilago artikular (Slaone, 2004).
a) Sendi sfenoidal dikenal sebagai sendi traksial atau multi aksial,
memungkinkan gerak ke tiga arah. Contohnya sendi panggul, dan
bahu.
b) Sendi engsel dikenal sebagai sendi uniaksial, memungkinkan
perputaran ke satu arah. Contohnya sendi pada lutut dan siku.
c) Sendi kisar (pivot point) dikenal sebagai sendi uniaksial
memungkinkan terjadi rotasi disekitar aksis sentral. Contohnya
persendian tempat tulang atlas berotasi disekitar proserus odontoid
aksis dan persendian antar bagian kepala proksimal tulang radius dan
ulna.
d) Persendian kondiloid dikenal dengan sendi biaksial, memungkinkan
terjadi gerak ke dua arah di sudut kanan setiap tulang. Contohnya
sendi antar tulang radius dan tulang karpal dan juga antar kondilus
oksipital tengkorak dan atlas.
e) Sendi pelana adalah persendian kondiloid yang termodifikasi
sehingga memungkinkan gerakan yang sama. Contohnya satu-
6
satunya sendi pelana adalah persendian antar tulang karpal dengan
ibu jari.
f) Sendi peluru dikenal dengan sendi ninaksial, memungkinkan gerakan
meluncur antar satu tulang terhadap tulang lainnya. Contohnya
persendian antar tulang-tulang karpal dan tulang-tulang tarsal
(Sloane, 2004).
2.2 Sendi Temporomandibular (TMJ)
2.2.1 Definisi Sendi Temporomandibular
Sendi temporomandibular merupakan sendi yang menghubungkan
rahang bawah (mandibula) ke tulang tengkorak pada bagian sisi kepala
(temporo). Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula yang terletak masuk
ke dalam fosa mandibula pada tulang temporal di bawah telinga. Kedua tulang
ini dipisahkan oleh diskus artikularis (Jurnal USU bab I,2010).
Temporomandibular Joint atau sendi temporomandibular merpakan
sendi yang menghubungkan temporal dan mandibula, yang terdiri dari :
1. Tulang mandibula dengan kondilisnya (ujung membulat).
2. Diskus, yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada
tulang temporal.
3. Sistem neuromuskular, yaitu saraf-saraf yang mempersarafi otot.
7
2.2.2 Anatomi Sendi Temporomandibular
Gambar : Anatomi sendi temporomandibular
Sendi temporomandibula merupakan artikulasi (persendian) antara
tulang temporal dan mandibula, Sendi temporomandibula terdiri dari
artikulasi yang dibentuk oleh tulang yaitu fossa glenoidalis pada tulang
temporal dan prosesus kondiloideus pada mandibula. Tulang temporal dan
mandibula dipisahkan oleh diskus artikularis.
Struktur sendi temporomandibular, terdiri dari :
1. Fossa glenoidales
Fosa glenoidalis merupakan cekungan pada tulang temporal yang
mempunyai bentuk lonjong. Letaknya di depan meatus auditorius. Batas
bagian anterior dari cekung ini adalah eminensia artikularis, sedang batas
cekung bagian posterior adalah tulang tipis yang merupakan dinding dari
8
tulang temporal. Tulang tipis dari cekung sendi ini adalah radiks media
dari tulang zigomatikus. Fosa ini dilapisi oleh jaringan ikat fibrous
berwarna putih.
2. Prosessus kondiloideus
Merupakan tulang dengan struktur elipsoid, melekat pada ramus
mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun
sedikit terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk
seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada
anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang
berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular terdiri atas cekungan
fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular. Meniskus adalah suatu
suatu jaringan fibrosa, berbentuk pelana yang merupakan struktur yang
memisahkan kondilus dan tulang temporal.
3. Ligamentum kapsula
Fungsi dari ligamen yang membentuk sendi temporomandibula
adalah sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan
prosesus kondiloideus dari tulang mandibula serta membatasi gerak
mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan
gerakan lain. Ligamen yang menyusun sendi temporomandibula terdiri
dari :
a. Ligamen temporomandibular, lebih luas di bagian atas dari pada
di bagian bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus
zigomatikus dan ke tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di
bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini
berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral.
b. Ligamen sphenomandibular, bentuknya tipis dan pipih, melekat ke
spina angularis os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian
bawah sebelah lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini
berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus di bagian atas,
di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior, lobus
kelenjar parotis dan ramus mandibula
9
c. Ligamen stylomandibular, bentuknya bulat dan panjang. Ligamen
ini melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di
bagian bawah melekat ke angulus mandibula dan margo posterior
dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus
masseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral.
4. Selaput sinovial
Di bagian dalam dari kapsula artikularis melekat suatu selaput yang
tipis yang disebut selaput sinovial. Selaput ini mengeluarkan cairan sendi
yang disebut dengan sinovia. Selaput ini tidak membungkus meniskus.
Cairan sendi ini bekerja sebagai minyak sendi yang memungkinkan
meniskus dan prosesus kondiloideus bergerak dengan halus.
5. Diskus artikularis
Letak kondilus mandibula tidak berkontak langsung dengan
permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan oleh suatu diskus yang halus
yang disebut dengan diskus artikularis. Diskus artikularis terletak antara
kondilus mandibula dan fosa glenoidalis. Fungsi diskus tidak hanya
berperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang
menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi, dan
mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak (Dipoyono,
2008).
Diskus artikularis berasal dari rongga sendi terbagi menjadi dua
bagian yaitu rongga sendi bagian atas dan rongga sendi bagian bawah oleh
tulang yang berbentuk gepeng yang disebut dengan diskus artikularis
atau meniskus. Meniskus ini mempunyai permukaan yang cekung di
bagian bawah dan pada bagian atas berbentuk sebagian cekung dan
sebagian lagi cembung (konveks-konkaf). Bentuk meniskus yang demikian
ini sesuai dengan keperluannya yaitu mengisi ruangan sendi yang terdapat
antara permukaan prosesus kondiloideus dan fosa glenoidalis. Permukaan
bawah yang cekung sesuai dengan permukaan prosesus kondiloideus
sedang permukaan atas yang cembung-cekung tadi sesuai dengan
10
permukaan dari fosa glenoidalis. Diskus artikularis terdiri dari sel-sel
fibroblast, sel tulang rawan dan kondrosit. Diskus ini dapat menahan
tekanan yang mengenai sendi, tanpa mengurangi kelenturannya.
6. Otot-otot rahang
1. M. temporalis fungsinya untuk menarik rahang bawah ke atas
(gerakan seperti gunting).
Origo : fossa temporalis dan fascia temporalis
Insersio : Pinggir anterior dan permukaan medial prosessus
coronoideus mandibula
2. M. masseter fungsi secara umum adalah menarik rahang bawah ke
atas dan ke sisi yang aktif.
Origo : Prosessus zygomaticus maxilla; pinggir bawah arcus
Zygomatici
Insersio : Angulus dan ramus mandibula, dasar prosessus
coronoideus
3. M. pterygoideus berfungsi membantu mengontrol pergerakan rahang
bawah. Tetapi fungsi utama otot pterygoideus adalah mengangkat
rahang bawah dan menarik dalam dengan sedikit gerakan ke depan
secara bersamaan.
a. M. Pterygoideus Eksternal/Lateral
Origo : Kepala bawah utama: permukaan lateral lamina
lateralis prosessus pterigoideus
Kepala atas pembantu: permukaan infratemporalis ala
major ossis sphenoidalis
Insersio: Fovea pterygoidea prosessus condylaris mandibulae,
discus articularis articulation temporomandibularis.
b. M. Pterygoideus Internus/Medialis
Origo : Fossa pterygoidea, prosessus pyramidalis ossis
pelatini, lamina lateralis prosessus pterygoidei
11
Insersio: Permukaan medial dan angulus mandibula,
berhadapan dengan M. Masseter (pada tuberositas
pterygoidea).
4. M. digastricus fungsinya untuk membuka mulut.
5. M. mylohioid
7. Saraf
Saraf mandibula merupakan cabang terbesar dari N. trigeminal, saraf
ini berjalan dari kepala keluar melalui foramen ovale dan menginervasi
regio mandibula, faring, 2/3 anterior lidah dan regio posterior aurikula.
Nervus mandibularis terbagi atas cabang yang kecil anterior dan cabang
yang besar posterior. Cabang anterior adalah saraf motoris utama. Cabang-
cabang dari bagian anterior N. mandibularis ini adalah N. Maseterikus dan
N. pterigoideus lateralis, N. Temporalis profundi ,N. Bukinatorius. Cabang
dari bagian posterior N. mandibularis adalah N. Aurikulotemporalis , N.
Lingualis , N. alveolaris inferior Nervus ini mengadakan cabang-cabang
saraf lagi.
8. Suplai pembuluh darah dan saraf dalam TMJ
Suplai saraf sensoris ke sendi temporomandibula didapat dari
nervous auriculotemporalis dan nervous masseter cabang dari nervous
mandibularis. Jaringan pembuluh darah untuk sendi berasal dari arteri
temporalis superficialis cabang dari arteri carotis externa.
2.3 Pergerakkan Sendi Temporo Mandibular
1. Mastikasi
a) Matikasi merupakan proses pengunyahan makanan (Dorland, 1998).
Pengunyahan adalah proses menghancurkan partikel makanan di
dalam mulut, dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar
ludah sehingga merubah ukuran dan konsistensi makanan yang
akhirnya membentuk bolus yang mudah untuk ditelan (Andriyani,
2001).
12
b) Selama proses pengunyahan, komponen yang terlibat adalah tulang,
otot, ligamen dan gigi. Otot pengunyahan utama adalah m. masseter,
m. temporalis, m. pterygoideus lateralis, m. pterigoideus medialis
sedangkan otot pengunyahan tambahan seperti m. mylohyoideus, m.
geniohyloideus, m. styloyoideus, m. infrahyoideus, m. buksinator dan
labium oris (Andriyani, 2001).
c) Mengunyah terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap membuka
mandibula, tahap menutup mandibula dan tahap berkontaknya gigi
antagonis satu sama lain atau kontak gigi dengan bolus makanan.
Selama proses pengunyahan, otot yang aktif pada saat gerakan
membuka mandibula adalah m. ptrerygoideus lateralis. Pada saat
bersamaan, m. masseter, m. temporalis, m. pterygoideus medialis yang
berlangsung cepat dan lancar tidak melakukan aktivitas atau menjadi
relaksasi selama mulut dalam keadaan terbuka, baik ketika mulut
terbuka perlahan atau terbuka secara maksimal (Andriyani, 2001).
d) Gerakan menutup mandibula disebabkan oleh kontraksi m. masseter,
m. temporalis, m. pterygoideus medialis, sedangkan m. pterygoideus
lateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup
perlahan, m.temporalis dan m. masseter juga berkontraksi membantu
gigi-geligi saling berkontak pada oklusi normal (Andriyani, 2001).
2. Gerakan membuka mulut
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih
kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus
pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan
menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior
muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan
relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan
muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar.
Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu
horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan
13
angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan
ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus
digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang
berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada
tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya
mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan
bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada
keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis
mandibularis (Andriyani, 2001).
3. Geraka menutup mulut
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis,
dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada
berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup
pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior
dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus
pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan
pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior
muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter
untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis,
sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal8.
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot
pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah
bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior
muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput
mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit
mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini
berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas
di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular.
Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio
temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak.
14
Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik
dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan
bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme (Andriyani,
2001).
2.3.1 Tipe Pergerakan Sendi Temporomandibular
Terjadi dua jenis pergerakan dalam sendi temporomandibular (TMJ).
Dua jenis pergerakan ini adalah :
1. Pergerakan rotasi
Dalam sistem mastikasi, rotasi terjadi ketika mulut membuka dan
menutup pada titik atau sumbu yang tetap kondilus. Dengan kata lain gigi
terpisah dan dapat teroklusi kembali tanpa adanya perubahan posisi dari
kondilus. Pada sendi temporomandibular, rotasi terjadi sebagai pergerakan
antara permukaan superior-inferior sendi. Dengan dengan demikian rotasi
adalah pergerakan antara permukaan superior kondilus dengan permukaan
inferior dari diskus artikularis. Pergerakan rotasi dari mandibula dapat
terjadi pada tiga bidang, yaitu horizontal, frontal, dan sagital (Hayati,
2009).
a. Aksi horizontal dari rotasi
Gambar : Aksis horizontal dari rotasi
Pergerakan mandibula di sekitar aksi horizontal adalah pergerakan
membuka dan menutup. Pergerakan ini disebut sebagai hinge movement dan
merupakan satu-satunya yang masih dianggap sebagai gerakan rotasi murni
(Hayati, 2009).
15
b. Aksi vertikal dari rotasi
Gambar : Aksis vertical dari rotasi
Pergerakan mandibula di sekitar aksis frontal terjadi ketika satu kondilus
bergerak ke anterior (Hayati, 2009).
c. Aksi sagital dari rotasi
Gambar : Aksis sagital dari rotasi
Pergerakan mandibula dalam aksis sagital terjadi ketika suatu kondilus
bergerak kearah inferior (Hayati, 2009).
2. Pergerakan translasi
Pergerakan translasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan dimana
setiap titik dari objek yang bergerak secara simultan mempunyai kecepatan
dan arah yang sama. Pada sistem mastikasi, translasi terjadi ketika
mandibula bergerak maju seperti pada protusi. Baik gigi, kondilus, dan
ramus, semuanya bergerak pada arah yang sama ke derajat yang sama.
16
Translas terjadi pada kavitas superior dari sendi, di antara permukaan
superior diskus artikularis dan permukaan inferior dari fossa artikularis
(antara kompleks diskus kondilus da fossa artikularis).
Selama pergerakan normal dari mandibula, baik rotasi dan translasi
terjadi secara simultan. Dengan kata lain, ketika mandibula berotasi pada
satu atau lebih aksis, setiap aksis bertranslasi (Hayati, 2009).
Gambar : Pergerakan translasi
2.4 Kelainan dan Gangguan pada Temporomandibular Joint
1. Pertumbuhan Abnormal
Gangguan pertumbuhan pada sistem mastikasi dibagi dalam dua kategori
umum menurut jaringan yang terlibat yaitu:
a. Gangguan pada tulang
b. Gangguan pada otot
Gangguan kongenital pada tulang diantaranya agenesis (tidak tumbuh),
hypoplasia (perkembangan yang tidak sempurna), hyperplasia
(pertumbuhan yang berlebihan), neoplasia (pertumbuhan yang tidak
terkontrol)
2. Kelainan letak pada sendi temporomandibular
Disc displacement permukaan posterior dari disc menipis dan inferior
retrodiscal lamina dan lateral distal, lateral ligamen memanjang maka disc
akan bergeser melalui permukaan artikularis kondilus.
17
3. Dislokasi
Dislokasi adalah pergerakan kandilus ke arah depan dari eminensia
artikulare. Kelainan ini dapat berupa dislokasi tanpa danya pengurangan
atau reduksi dan dislokasi dengan adanya pengurangan atau reduksi
4. Ankylosis
Ankylosis merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasan pada saat
pembukaan mulut. Ankylosis dibagi menjadi dua yaitu:
a. Extracapsular ankylosis
ankylosis tipe ini melibatkan prossesus koronoid dan otot
temporalis disebabkan oleh pembesaran dari prossesus koronoid,
trauma pada area lengkung zigomatic, infeksi disekitar otot
temporalis
b. Intercapsular ankylosis
Disebut juga penyatuan dari sendi, hal ini dapat menyebabkan
pembukaan pada mandibula berkurang. Ditimbulkan oleh
penyatuan dari kondilus, disk, kompleks fossa, penyatuan tulang
5. Trauma atau fraktur
Luka pada bagian TMJ khususnya kondilus disebabkan oleh mekanisme
yang sangat bervariasi. Penyebab dari fraktur misalnya kecelakaan,
kekerasan, kecelakaan saat olahraga, jatuh.
Luka digolongkan kedalam luka pukulan wajah karena tinju, pemukul
baseball. Luka yang kedua ketika seseorang bergrak mengenai benda yang
diam. Contoh, ketika seseorang jatuh dan dagu mengenai aspal.
2.4.1 Gejala pada TMJ
1. Nyeri sekitar rahang
2. Nyeri kepala
3. Gangguan pengunyahan
4. Bunyi sendi ketika membuka atau menutup mulut
5. Terbatasnya buka mulut
6. Nyeri otot terutama otot leher dan bahu
18
7. Nyeri telinga
8. Telinga berdengung
9. Vertigo : sakit kepala
2.4.2 Penyebab
Faktor-faktor etiologi TMJ
1. Trauma
Trauma dapat dibagi menjadi dua :
Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan
struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.
Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama,
seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.
2. Stress emosional
Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah
peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot.
Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbik adalah yang paling
bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering memiliki
peran yang sangat penting pada TMD. Stres adalah suatu tipe energi. Bila
terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan
secara internal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti
hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala dan
leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti
bruxism atau clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD.
3. Deep pain input
Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal (seperti
mengunyah, bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional.
Contohnya adalah bruxism, dan kebiasaankebiasaan lain seperti menggigit-
gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang
dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering menimbulkan masalah adalah
19
bruxism, termasuk clenching dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi atau
grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah
mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada
siang ataupun malam hari. Pasien yang melakukan clenching atau grinding
pada saat tidur sering melaporkan adanya rasa nyeri pada sendi rahang dan
kelelahan pada otot-otot wajah saat bangun tidur.
2.5 Perawatan pada kelainan TMJ
Perawatan pada kelainan TMJ dapat melalui beberapa cara, yaitu:
1.Tanpa bedah
a. Mengubah kebiasaan buruk
Penderita sebaiknya lebih memperhatikan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.
Misalnya kebiasaan menggemertakkan gigi, bruxism, atau menggigit-gigit
sesuatu. Kebiasaan ini harus digantikan dengan kebiasaan baik seperti
membiarkan otot mulut dalam kondisi tenang dengan gigi atas dan bawah
tidak terlalu rapat, lidah menyentuh palatum dan berada tepat di belakang gigi
maksila.
b. Mengurangi kelelahan TMJ
Sebaiknya tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan.
Contohnya jangan tertawa berlebihan.
c. Kompres panas atau dingin
Mengompres kedua sisi wajah baik dengan kompres panas atau dingin akan
membantu relaksasi TMJ.
d. Obat anti inflamasi
Seorang dokter gigi akan menyarankan obat anti inflamasi nonsteroid
lainnya, misalkan ibuprofen. Hal ini bertujuan untuk mengurangi inflamasi
dan rasa sakit.
20
e. Biteplate
TMJ mengalami kelainan pada posisi mengunyah, sebuah biteplate akan
diberikan. pasang di gigi untuk menyesuaikan maksila dengan mandibula.
Posisi mengunyah yang benar tentunya akan membantu mengurangi
tekanan di struktur TMJ.
f. Penggunaan night guard
Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan bruxism di malam hari.
2. Adapun perawatan lanjutan jika perawatan non bedah tidak berhasil mengurangi
gejala TMD, sebagai berikut
a. Perawatan gigi
memperbaiki gigitan dengan menyeimbangkan permukaan gigi. Caranya
bisa dengan mengganti gigi yang hilang atau tanggal, memperbaiki
restorasi atau membuat mahkota tiruan baru.
b. Obat kortikosteroid
Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat kortikosteroid akan diinjeksikan
ke dalam TMJ.
c. Arthrocentesis
Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke dalam TMJ untuk
membuang kotoran atau sisa peradangan yang mengganggu TMJ.
d. Pembedahan
Pembedahan ada dua metode yaitu:
1. Discoplasty merupakan pembedahan untuk membentuk atau contouring
meniscus dari temporomandibular
2. Disectomy merupakan prosedur operasi dimana pusat dari sebuah
intervetebral disc, nukleus pulposus, yang menyebabkan sakit pada saraf
tulang belakang atau radiating urat akan dihilangkan (dibuang).
21
BAB III
KONSEP MAPPING
3.2 Hipotesa.
Ada hubungannya system Muskuluskeletal dengan gangguan pada
Temporamandibular Joint.
22
SISTEM MUSKULOSKELATAL
OTOT RANGKA SENDI
ANATOMI FISIOLOGI
GANGGUAN TMJ
PERAWATAN
TEMPORAMANDIBULAR JOINT
TRAUMA
BAB IV
PEMBAHASAN
Sistem muskuloskelatal merupakan sIstem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot merupakan
jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi
energy mekanik (gerak). Sedangkan otot merupakan rangka bagian tubuh yang
terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk,
sikap dan posisi. Pada temporomandibular joint sangat dipengaruhi dengan
adanya sIstem muskuloskelatal sebagai penyusunnya. Temporomandibular joint
adalah persendian dari kondilus mandibula dengan fossa glenoidalis dari tulang
temporalis. Dan pada Temporamandibular joint merupakan satu-satunya sendi
yang ada di kepala yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka,
menutup rahang, mengunyah, serta berbicara. Bagian-bagain dari sendi
temporomandibular joint adalah kondilus mandilus, fossa glenoidalis, diktus
artikularis , ligamen, membran sinovial. Kondilus mandibularis terletak diatas
leher ramus dari mandibula. Fossa glenoidalis merupakan komponen dari tulang
temporal yang berbentuk konkaf.
Pada bagian rahang didepan telinga terdapat bagian yang dinamakan
dengan diktus artikularis. Duktus artikularis merupakan bagian yang memisahkan
antara kondilus dengan fossa mandibula serta eminensia. Dan ligamen merupakan
jaringan ikat fibrous avaskuler yang kuat. Ligamen terdiri dari 3 yaitu ligamen
temporomandibular, ligamen sphenomandibula, dan ligamen stilomandibula.
membantu otot pterigoideus lateralis melakukan gerakan protrusif. Otot
pterigoideus lateralis berfungsi melakukan gerakan gerak protrusif. Otot-otot ini
dapat berkontraksi ketika mendapat impuls yang dibawah oleh saraf-saraf. Saraf-
saraf yang berperan dalam membawa impuls untuk merangsang sendi
temporomandibular berkontraksi. Saraf pada mandibular merupakan cabang
terbesar dari N.trigeminal.
23
Apabila pada bagian komponen penyusun TMJ mengalami suatu
kerusakan atau kelainan pada salah satu bagian dari sendi temporomandibular
dapat menyebabkan kelainan pada sendi temporomandibular, maka akan
menimbulkan gangguan pada bagian TMJ tersebut. Salah satunya adalah
gangguan dislokasi pada TMJ merupakan salah satu kelainan yang mana terjadi
pergeseran kandilus ke arah depan dari eminensia artikulare Dislokasi ini terjadi
karena adanya trauma (kecelakaan, pukulan pada wajah). Dislokasi ini dapat di
atasi dengan perawatan non bedah apabila dislokasi nya tidak terlalu berbahaya.
Sebaliknya di lakukan pembedahan apabila perawatan secara non bedah tidak
dapat membantu proses penyembuhan pada kelainan temporomandibula joint.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Temporomandibular joint merupakan sendi yang menghubungkan
rahang bawah (mandibula) ke tulang tengkorak pada bagian sisi kepala
(temporo). Pada temporomandibula joint dapat terjadi suatu gangguan, salah
satunya dikarenakan akibat adanya dislokasi atau pergeseran pada daerah
fossa mandibularis.
5.2 Saran.
Diharapkan mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan khususnya Fakultas
Kedokteran Gigi dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu acuan atau
pedoman untuk menambah ilmu pengetahuan, khususnya system
muskuloskelatal pada Temporomandibular Joint yang berpengaruh terhadap
gangguan dislokasi pada daerah fossa mandibularis.
25
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Anita. 2001. Aspek Fisiologis Pengunyahan dan Penelanan Pada
Sistem Stomatognasi. Universitas Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran
Gigi. Hal: 1, 4-5
Dipoyono H.M. 2008. Gangguan Nyeri dan Bunyi Clicking pada Sendi
Temporomandibula. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hal: 3-6
Dorland, 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 26. Jakarta: EGC
Ganong. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC
Hayati, Nur, dkk. 2009. Dislokasi Sendi Temporomandibular (Jurnal). Jakarta:
Universitas Indonesia
Parker, Michael W. 1990. Sebuah Model Dinamis Etiologi dalam Gangguan
Temporomandibular Journal of American Dental Association. Maret 1990.
Vol. 120, 283-290.
Pedersen. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC
Setiadi. 2011. Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi: Laskar Aksara
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
26