Makalah pBL Blok 5
-
Upload
winda-anastesya -
Category
Documents
-
view
125 -
download
0
Transcript of Makalah pBL Blok 5
DAFTAR ISI
Daftar Isi 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Identifikasi Istilah 2
C. Rumusan Masalah 2
D. Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Osteologi Columna Vertebra 4
B. Penyebab Umum Osteoporosis 7
C. Histologi Tulang 10
D. Proses Terbentuknya Tulang 13
E. Metabolisme Tulang 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 19
Daftar Pustaka 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan makalah ini dilatarbelakangi skenario B, yaitu mengenai Tulang punggung
seorang ibu terasa ngilu.
Jabaran skenario :
Seorang ibu berumur 65 tahun ingin sekali menggendong anaknya yang berumur 5
tahun, namun ia tidak sanggup karena tulang punggungnya terasa ngilu. Ibu tersebut
memeriksakan diri ke dokter, dokter menyatakan bahwa ibu tersebut menderita osteoporosis.
B. Identifikasi Istilah
Osteoporosis : pengurangan massa tulang ; menyebabkan fraktur setelah trauma
minimal.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang skenario diatas dapat dirumuskan beberapa masalah serta ruang
lingkup yang akan dipelajari yaitu :
1. Ibu osteoporosis.
2. Punggung terasa ngilu.
3. Ibu tidak snggup menggendong anak.
Dari rumusan masalah diatas yang menjadi masalah utama dalam skenario adalah ibu
osteoporosis.
Hipotesa :
Tulang punggung ibu terasa ngilu dikarenakan osteoporosis.
2
D. Tujuan Penulisan
Dengan adanya suatu perumusan masalah tersebut, mahasiswa diharapkan mampu
untuk :
1. Menjelaskan mengenai osteologi columna vertebralis.
2. Menjelaskan mengenai penyebab umum osteoporosis.
3. Menjelaskan mengenai struktur makroskopik dari tulang.
4. Menjelaskan mengenai proses terbentuknya tulang.
5. Menjelaskan mengenai metabolisme tulang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Osteologi Columna Vertebralis
Columna vertebralis ;
Terbentuk dari 26 tulang.
Mendistribusikan berat tubuh ke tungkai.
Melindungi medula spinalis.
Merupakan tempat perlekatan otot-otot leher dan punggung.
Dipertahankan posisinya oleh :
- Ligamentum longitudinalis anterior dan posterior.
- ligamentum flavum.
Segmen dan Kurvatura Columna Vertebralis.
Vertebrae cervicales
7 buah di daerah leher ; kurvatura : lordosis.
Vertebrae thoracoles
12 buah di daerah thorax ; kurvatura : kiphosis.
Vertebrae lumbales
5 buah di daerah lumbal/pinggang ; kurvatura : lordosis.
Os sacralis
Merupakan fusi dari 5 vertebrae sacrales di daerah panggul ; kurvatura :
kiphosis.
Os coccygys
Merupakan fusi dari 3-5 vertebrae coccygeales dan terletak paling inferior.
Diskus Intervertebralis :
Bantalan di antara vertebra.
Berfungsi sebagai peredam tekanan.
Merupakan 25% dari tinggi columna vertebralis.
Terdiri dari nucleus pulposus dan annulus fibrosus.
4
Vertebrae Cervicales :
Merupakan vertebrae teringan dan terkecil.
Vertebrae cervicales III-VII = tipikal
- Corpus berbentuk elips ke arah lateral.
- Processus spinosus pendek dan bifidus (kecuali C7).
- Foramen vertebra besar dan berbentuk segitiga.
- Foramen transversus pada processus transversus.
- Facies articularis superior menghadap ke superolateral.
Os Atlas :
Tidak mempunyai corpus vertebra dan processus spinosus.
Bersendi dengan :
- Cranium di superior
- Os axis di inferior
Os Axis :
Memiliki corpus vertebra dan processus spinosus.
Khas : dens axis.
- Terbentuk dari fusi corpus vertebra os atlas dengan os axis.
- Berfungsi sebagai pivot pada gerak rotasi os atlas.
- Memungkinkan gerak rotasi kepala.
Vertebrae Thoracales :
Semua bersendi dengan costae I-XII.
Corpus vertebra berbentuk hati.
Processus spinosus panjang dan mengarah ke inferior.
Foramen vertebra berbentuk bulat.
Processus transversus berarticulatio dengan tuberculum costae.
Facies articularis superior mengarah ke posterior.
Facies articularis inferior mengarah anterior.
Memungkinkan gerak rotasi, fleksi dan ekstensi terbatas.
Vertebrae Lumbales :
5
Corpus vertebrae tebal dan kuat.
Processus transversus tipis dan runcing.
Processus spinosus tebal, tumpul dan mengarah ke posterior.
Foramen vertebra berbentuk segitiga.
Facies articularis superior dan inferior mengarah ke medial.
Memungkinkan gerak fleksi, ekstensi, rotasi terbatas.
Os Sacrum dan Os Coccygis :
Os Sacrum.
Membentuk dinding posterior pelvis.
Terbentuk dari fusi 5 vertebrae sacrales.
Bersendi dengan :
- Vertebrae lumbal V di superior.
- Os coccygis di inferior.
Os Coccygis.
= tulang ekor.
Terbentuk dari fusi 3-5 vertebrae.
Ossa Thoracis :
Membentuk rangka dada (cavum thoracis).
Terdiri dari :
- Vertebrae thoracicae di posterior.
- Costae di lateral.
- Strenum dan cartilago di anterior.
Fungsi :
- Melindungi organ di dada.
- Menyokong gelang bahu dan ektremitas superior1.
B. Penyebab Umum Osteoporosis
6
Penyebab Osteoporosis dan Faktor Risiko Osteoporosis
Berikut ini beberapa penyebab osteoporosis:
1. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon
utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam
tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-
75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis
postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita
penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
3. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis,
yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).Pemakaian
alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang
jelas dari rapuhnya tulang.
Faktor Risiko Osteoporosis
7
1. Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon
estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu,
wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
2. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85
tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami
kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun
dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
3. Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki
risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia
rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari
produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang
signifikan meskipun rendah.
4. Keturunan Penderita osteoporosis
Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah.
Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti
kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti
punya struktur genetik tulang yang sama.
5. Gaya Hidup Kurang Baik
Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya
mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab
pelepasan kalsium dari dalam darah.
Minuman berkafein dan
beralkohol.
Minuman berkafein seperti kopi dan
alkohol juga dapat menimbulkan
tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal
ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany
dan Dr. Karen Rafferty dari creighton
University Osteoporosis Research
Centre di Nebraska yang menemukan
8
hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang.
Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium,
dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol
bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).
Malas Olahraga
Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya
(proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan
berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk
membentuk massa.
Merokok
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat
rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan
tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon
estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat
dalam menghadapi proses pelapukan.
Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi,
penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah
tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas
menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak langsung.
Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena
proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek
rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut
sudah berhenti.
Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan
mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.
6. Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit
asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering
dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid
menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga
menyebabkan penyakit osteoporosis2.
9
C. Histologi Tulang
Tulang Rawan.
Tulang rawan merupakan sejenis jaringan penyambung dimana bahan interselnya
mempunyai konsistensi keras, meskipun jaringan tersebut kurang resisten terhadap
tekanan daripada tulang. Permukaannya biasanya berpegas dan halus. Fungsi utama
tulang rawan adalah untuk menyokong jaringan lunak dan berdasarkan permukaannya
yang halus, untuk memberikan suatu daerah pergeseran bagi persendian, sehingga
mempermudah gerakan tulang. Tulang rawan penting untuk pertumbuhan tulang
panjang baik sebelum maupun setelah lahir. Sama halnya dengan berbagai jenis
jaringan penyambung lain, tulang rawan banyak mengandung bahan intersel yang
dikenal sebagai matriks tulang rawan, dengan rongga-rongga (lakuna) yang
mengandung sel tulang rawan (kondrosit).
Kesanggupan tulang rawan untuk menahan beban hanya dilampaui oleh tulang,
suatu jaringan yang sangat sempurna untuk menyokong dan melindungi.
Sifat-sifat fisiologik tulang rawan terutama tergantung kepada sifat fisiokimia
matriksnya, yang mengandung kolagen atau kolagen elastin, yang berhubungan
dengan glikosaminoglikan. Kondrosit mensintesa dan mempertahankan matriks
tersebut. Karena kolagen dan elastin lunak, konsistensi keras kebanyakan jaringan
tulang rawan tergantung kepada glikosaminoglikan, yang molekul-molekulnya
rupanya bergabung dengan ikatan elektrostatik, dengan kolagen yang ada di dalam
matriks tersebut. Variasi dalam kadar dan jenis serabut kolagen dan elastik
memberikan sifat khusus kepada tulang rawan itu.
Didalam daerah yang menahan beban berat badan atau daya tarikan yang kuat,
kadar serabut kolagen besar, dan tulang rawan di dalam darah seperti itu hampir tidak
dapat diperpanjang. Daerah tubuh dimana tulang rawannya fleksibel dan kebutuhan
menahan beban berat dan stress kurang besar mengandung suatu matriks dengan
serabut elastik dan lebih sedikit serabut kolagen, sehingga menyebabkan jenis tulang
rawan yang lebih fleksibel dan elastik.
Tulang rawan yang tidak mempunyai pembuluh darah, mendapatkan zat gixi dan
difusi dari kapiler dalam jaringan penyambung didekatnya atau melalui cairan sinovial
dari kavum sendi. Dalam beberapa kasus, pembuluh darah menembus tulang rawan
10
untuk memberi makan jaringan lain. Tulang rawan tidak mempunyai pembuluh limfe
atau saraf dan mempunyai kecepatan metabolisme yang rendah.
Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu : hialin (bentuk terbanyak), matriksnya
mengandung serabut kolagen dalam jumlah moderat; elastik matriksnya mengandung
serabut kolagen dan sejumlah besar serabut elastik; fibrosa (fibrokartilago), yang
mengandung suatu matriks dapat yang kebanyakan dibentuk oleh suatu jalinan jala-
jala serabut kolagen kasar.
Perikondrium yang membentuk suatu permukaan bersama dengan tulang rawan
dan matriks jaringan penyambung yang membungkusnya, adalah suatu sarung khusus
seperti kapsul dari jaringan penyambung yang melapisi tulang rawan di dalam
kebanyakan tempat.
Histogenesis
Tulang rawan berasala dari sel mesenkim. Perubahan pertama yang dapat diamati
adalah sel mesenkim tersebut menjadi bulat, menarik juluran protoplasmik mereka,
bermultipikasi dengan cepat, dan membentuk kumpulan rapat. Sel-sel yang dibentuk
oleh differensiasi langsung sel mesnkim ini, yang sekarang disebut kondroblas,
mempunyai sitoplasma basofilik yang mengandung ribosom. Sintesa dan
pengumpulan matriks kemudian mulai memisahkan kondroblas tersebut satu sama
lain. Differensiasi tulang rawan terjadi dari bagian tengah ke luar; oleh karena itu, sel-
sel yang lebih sentral mempunyai ciri-ciri kondrosit sedangkan sel-sel perifer
merupakan kondroblas yang khas. Mesenkim superfisial berkembang menjadi
fibroblas perikondrium.
Tulang
Struktur tulang ;
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat yang tersusun oleh kristal-kristal
mikroskopik kalsium, terutama hidrosiapatit, di dalam matriks kolagen. Kolagen itu
sendiri tersusun dalam suatu cara yang kompleks yang berdimensi tiga. Karena
tingginya kandungan kalsium dan fosfat, tulang berperan penting dalam homeostatis
kalsium. Organ ini melindungi organ-organ vital dan menunjang beban terhadap gaya
tarik bumi. Tulang tua secara konstan diserap dan dibentuk tulang baru, sehingga
tulang dapat berespons terhadap stress dan regangan yang menimpanya. Tulang
11
adalah jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi baik dan aliran darah total 200-400
ml/menit pada manusia dewasa.
Sebagian besar tulang tersusun dari satu lapisan luar tulang kompak yang
mengelilingi tulang trabekular dan pada umumnya sebuah rongga sumsum tulang.
Tulang trabekular atau berongga yang terbentuk dari spikulum-spikulum tulang yang
dipisahkan oleh ruang-ruang. Tulang kompak jauh lebih padat dan secara metabolis
kurang aktif. Sekitar 75% tulang dalam tubuh adalah tulang kompak, dan 25%
trabekular. Pada tulang berongga, nutrien berdifusi dari CES tulang ke dalam
trabekula, tetapi pada tulang kompak, nutrien disediakan melalui kanalis Haversian,
yang mengandung pembuluh-pembuluh darah. Di sekeliling tiap kanalis Haversian,
kolagen disusun dalam lapisan konsentrik, membentuk silinder-silinder yang disebut
osteon atau sistem Haversian.
Histogenesis
Jaringan tulang berkembang dari osifikasi intramembranosa, yang terjadi didalam
suatu lapisan ( membran) jaringan penyambung, atau dengan osifikasi endokondral,
yang terjadi di dalam suatu model tulang rawan. Model tersebut secara berangsur-
angsur dihancurkan dan digantikan oleh tulang yang dibentukdari sel-sel yang berasal
dari jaringan penyambung periosteum di dekatnya.
Dalam kedua proses itu, jaringan tulang yang muncul pertama kali primer atau
imatur. Ia merupakan suatu jaringan sementara dan segera digantikan oleh jenis tulang
definitif yang berlapis-lapis. Selama pertumbuhan tulang, daerah tulang primer,
daerah resorpsi, dan daerah tulang yang berlapis-lapis nampak saling berdampingan.
Kombinase sintesa dan perusakan tulang tidak hanya terjadi di dalam tulang yang
sedang tumbuh tetapi juga terjadi selama kehidupan dewasa, meskipun kecepatan
perubahannya jauh lebih rendah1,3,4.
Terdapat penurunan jumlah kalsium persatuan matriks tulang; osteoporosis,
yang sering diimobilisasikan dan wanita pascamenopause, merupakan suatu
penurunan massa tulang yang disebabkan oleh penurunan pembentukan
tulang atau peningkatan resorpsi tulang atau kedua-duanya. Pada
osteoporosis, perbandingan mineral dan matriks normal3.
12
D. Proses Terbentuknya Tulang
Pembentukan dan resorpsi tulang;
Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresorpsi dan tulang baru dibentuk.
Kalsium dalam tulang mengalami pertukaran dengan kecepatan 100% per tahun pada
bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa. Remodeling tulang sebagian besar adalah
proses lokal yang berlangsung pada daerah-daerah kecil oleh populasi sel yang
disebut unit-unit remodeling tulang.
Sel-sel yang berperan dalam pembentukan dan resorpsi tulang adalah osteoblas dan
osteoklas. Mula-mula osteoklas menyerap tulang lalu osteoblas meletakkan tulang
baru di daerah yang sama. Siklus ini memerlukan waktu 100 hari. Namun, juga terjadi
remodelingdrifts, dimana bentuk tulang berubah sewaktu tulang mengalami
penyerapan di satu lokasi dan penambahan di lokasi lain. Pada kerangka manusia
setiap saat sekitar 5% persen massa tulang mengalami remodelisasi oleh sekitar 2 juta
unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulangadalah sekitar 4% per
tahun untuk tulang kompak dan 20% per tahun untuk tulang trabekular. Remodeling
sebagian berkaitan dengan stres dan regangan yang menimpa tulang oleh gaya tarik
bumi dan faktor lain serta diatur oleh hormon-hormon dalam sirkulasi sistemik dan
oleh faktor pertumbuhan.
Rincian proses yang berperan dalam kalsifikasi matriks tulang baru masih belum
jelas walaupun telah dilakukan penelitian intensif. Apakah kalsium posfat mngendap
dari larutan bergantung pada hasil konsentrasi Ca2+ dan PO43-. Pada nilai tertentu
untuk hasil ini ( hasil kelarutan ), larutan menjadi jenuh. Apabila [Ca2+].[ PO43-]
melebihi hasil kelarutan, maka kalsium fosfat akan mengendap. Osteoblas
mensekresikan suatu fosfatase alkali yang menghidrolisis ester-ester fosfat. Fosfat
yang dibebaskan oleh hidrolisis ester meningkatkan konsentrasi fosfat disekitar
osteoblas sampai ke suatu titik dimana hasil kali kelarutan terlampaui dan kalsium
fosfat mengendap. Mekanisme ini mungkin berperan dalam proses kalsifikasi, tetapi
hampir pasti ini hanyalah sebagian dari keseluruhan proses.
Beberapa protein tulang yang ditambahkan pada kolagen telah berhasil diisolasi
dan diidentifikasi. Protein Gla matriks (MGP) dan protein Gla tulang (BGP,
osteokalsin) keduanya mengandung sisa asam glutamat karboksilasi γ (Gla), dan
karboksilasi γ-nya dikatalisis oleh vitamin K. Sisa Gla mengikat Ca2+, tetapi
defisiensi vitamin K hanya menyebabkan abnormalitas skeletal pada janin. Dua
13
protein tambahan, yaitu osteonektin dan osteopontin di sintesa oleh osteoblast. Sintesa
osteokalsin dan osteopontin meningkat sejalan dengan dimulainya kalsifikasi. Namun,
fungsi yang sebenarnnya dari semua protein ini dalam tulang masih ditentukan5.
Pada osteoporosis, matriks dan mineral keduanya hilang, serta terjadi
kehilangan massa dan kekuatan tulang, dengan peningkatan insidens
fraktur. Penyakit ini berlawanan dengan osteopetrosis yaitu bahwa ia
ditandai oleh resorpsi tulang yang melebihi pembentukan tulang. Penyakit
ini memiliki banyak sebab, tetapi yang tersering adalah osteoporosis
involunsional, yang terutama berkaitan dengan usia lanjut dan menopause.
Pada awal kehidupan, semua orang normal mengalami pertambahan tulang
selama pertumbuhan. Setelah suatu plateau, orang mulai kehilangan tulang
seiring dengan proses penuaan. Bila kehilangan ini dipercepat dan
diperhebat, seperti pada osteoporosis, maka terjadi insidens fraktur,
terutama di lengan bawah bagian distal (fraktur Colles), korpus vertebra,
dan panggul. Semua daerah ini memiliki kandungan trabekular yang tinggi,
dan karena lebih aktif secara metabolis, maka tulang trabekular hilang lebih
cepat. Fraktur vertebra disertai kompresi menyebabkan kifosis, disertai
pembentukan widows humps yang khas sering dijumpai pada wanita tua
dengan osteoporosis. Fraktur panggul pada orang tua berkaitan dengan
angka mortalitas 12-20%, dan separuh selamat memerlukan perawatan
berkepanjangan yang mahal.
Wanita dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit dari pria dewasa,
dan setelah menopause mereka kehilangan tulang lebih cepat daripada pria
dewasa dengan usia setara. Akibatnya, wanita lebih rentan menderita
osteoporosis serius. Penyebab utama berkurangnya tulang setelah
menopause adalah defisiensi estrogen, dan pemberian estrogen
menghentikan perkembangan penyakit. Peningkatan asupan kalsium,
terutama dari sumber alami misalnya susu, dan olahraga sedang juga dapat
mencegah atau memperlambat perkembangan osteoporosis, walaupun
efeknya tidak besar5.
14
E. Metabolisme Tulang
Tulang mengandung materi organik dan anorganik. Materi organiknya sebagian
besar berupa protein. Protein utama di tulang, kolagen tipe I adalah protein terbanyak,
yang membentuk 90-95% materi antara lain oragnik. Kolagen tipe V juga terda[at
dalam jumlah kecil, demikian juga sejumlah protein nonkolagen yang sebagian
diantaranya relatif spesifik untuk tulang. Komponen anorganik atau mineral terutama
adalah kristal hidroksiapatit – Ca10(PO4)6(OH)2 – bersama denagn natrium,
magnesium, karbonat dan fluorida; sekitar 99% kalsium tubuh terkandung dalam
tulang. Hidroksiapatit memberi tulang kekuatan dan ketahanan yang diperlukan untuk
melakukan fungsi fisiologisnya.
Tulang adalah suatu struktur dinamik yang mengalami siklus remodeling terus-
menerus, berupa resorpsi yang diikuti oleh pengendapan jaringan tulang baru.
Remodeling ini memungkinkan tulang beradaptasi terhadap sinyal fisik
(mis.peningkatan beban yang harus disangga) dan hormon.
Jenis sel utama yang berperan dalam penyerapan dan pengendapan tulang adalah
osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berkaitan dengan resorpsi dan osteoblas dengan
pengendapan tulang. Osteosit berasal dari osteoblas; sel ini juga tampaknya ikut serta
dalam pemeliharaan matriks tulang.
Osteoklas adalah sel multinukleus yang berasal dari sel tunas hematopoietik
pluripoten. Osteoklas memiliki domain membran apikal, dan memperlihatkan tepi
bergelombang (ruffled border) yang berperan utama dalam penyerapan tulang.
Suatu ATPase pemindah proton mengeluarkan proton melewati tepi bergelombang
ke dalam area resorpsi, yang merupakan lingkungan mikro ber-pH rendah yang
diperlihatkan pada gambar. Hal ini menurunkan pH lokal menjadi 4,0 atau kurang
sehingga hidroksiapatit lebih mudah larut dan memungkinkan terjadinya
demineralisasi. Terjadi pembebasan protease asam lisosom yang mencerna protein-
protein matriks yang kini dapat di akses. Osteoblas – sel mononukleus yang berasal
dari prekursor mesenkim pluripoten – menyintesis sebagian besar protein yang
ditemukan di tulang serta berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin. Sel ini
bertanggung jawab bagi pengendapan matriks tulang baru (osteoid) dan mineralisasi
selanjutnya. Osteoblas mengontrol mineralisasi dengan mengatur lewatnya ion
kalsium dan fosfat melalui membran permukaannya. Fosfat tersebut mengandung
fosfatase alkali, yang digunakan untuk menghasilkan ion fosfat dan fosfat organik.
15
Mekanisme yang terlibat dalam mineralisasi belum sepenuhnya dipahami, tetapi hal
beberapa faktor diperkirakan berperan. Fosfatase alkali ikut serta dlam mineralisasi,
tetapi ini saja belum memadai. Vesikel kecil (vesikel matriks) yang mengandung
kalsium dan fosfat pernah dilaporkan ditemukan ditempat mineralisasi, tetapi
perannya masih belum jelas. Kolagen tipe I tampaknya dibutuhkan, dengan
mineralisasi yang pertama kali terlihat di celah-celah antar molekul yang
berdampingan. Akhir-akhir ini perhatian ditujukan kepada fosfoprotein asam,
misalnya sialoprotein tulang, yang berfungsi sebagai tempat nukleasi. Protein-protein
ini mengandung motif yang mengikat kalsium dan mungkin membentuk perancah
awal untuk mineralisasi. Beberapa makromolekul, misalnya proteoglikan dan
glikoprotein tertentu, juga dapat berfungsi sebagai inhibitor nukleasi.
Pada orang dewasa sehat, diperkirakan bahwa 4% tulang kompakta diperbarui
setiap tahun, sementara sekitar 20% tulang trabekular diganti.
Banyak faktor berperan dalam regulasi metabolisme tulang. Sebagian faktor
merangsang osteoblas (mis. Hormon paratiroid dan 1,25-dihidroksikolekasiferol) dan
yang lain menghambatnya (mis. Kortikostreoid). Hormon paratiroid dan 1,25-
dihidroksikolekasiferol juga merangsang osteoklas, sementara kalsitonin dan estrogen
menghambatnya6-8.
Protein utama yang terdapat pada tulang :
1. Protein Kolagen : kolagen tipe I dan kolagen tipe V.
2. Protein Nonkolagen : protein plasma, proteoglikan, osteonektin,
osteokalsin, osteopontin, sialoprotein tulang, protein morfogenetik tulang,
osteoprotegerin.
Matriks ekstrasel.
Sebagian besar sel mamalia terletak di jaringan tempat sel-sel ini dikelilingi oleh
suatu matriks ekstrasel (MES) kompleks yang sering disebut sebagai jaringan ikat.
MES mengandung tiga kelas utama biomolekul:
16
1) Protein struktural : kolagen, elastin, dan fibrilin.
2) Protein khusus tertentu : misalnya fibrilin, fibronektin, dan laminin.
3) Proteoglikan.
Proteoglikan adalah protein yang mengandung glikosaminoglikan-
glikosaminoglikan yang disatukan oleh ikatan kovalen6. Proteoglikan mengikat
banyak air dan membentuk matriks ekstraseluler berbentuk gel.
Proteoglikan terdiri dari :
a) Polisakarida (95%) : terdiri dari glikosaminoglikan (GAGs) = gula
amin = mukopolisakarida.
b) Protein (5%).
Terdapat paling sedikit tujuh glikosaminoglikan (GAG): asam hialuronat,
kondroitin sulfat, keratan sulfat I dan II, heparin, heparan sulfat, dan dermatan sulfat.
GAG adalah suatu polisakarida tidak bercabang yang terbentuk dari disakarida
berulang yang slah satu komponennya selalu merupakan gula amino (karena itu
dinamai GAG), baik D-Glukosamin D-Galaktosamin.
Penguraian GAG dilaksanakan oleh serangkaian hidrolase lisosom. Enzim-enzim
ini mencakup endoglikosidase tertentu, berbagai eksoglikosidase, dan sulfatase yang
umumnya bekerja secara berurutan untuk menguraikan berbagai GAG.
Hialurinodase adalah enzim penting yang berperan dalam katabolisme asam
hialuronat dan kondroitin sulfat. Zat ini adalah endoglikosidase yang tersebar luas dan
memotong ikatan heksominidat. Dari asam hialuronat, enzim akan menghasilkan
suatu tetrasakarida yang dapat diuraikan lebih lanjut oleh β-glukuronidase dan β-
asetilheksominidase1,6.
17
Osteoporosis adalah pengurangan massa jaringan tulang per satuan volume
yang progresif dan generalisata serta menyebabkan kelemahan tulang.
Rasio mineral terhadap elemen organik tidak berubah di tulang normal
sisanya. Fraktur berbagai tulang, misalnya kaput femur, mudah terjadi dan
menimbulkan beban besar baik bagi pasien maupun sistem kesehatan
masyarakat. Di antara berbagai faktor lain, estrogen tampaknya berkaitan
erat dengan timbulnya osteoporosis6.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembuktian hipotesa, dapat ditunjukkan bahwa hipotesa tersebut
benar. Hipotesa tersebut adalah tulang punggung ibu terasa ngilu dikarenakan osteoporosis.
Wanita dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit dari pria dewasa, dan setelah
menopause mereka kehilangan tulang lebih cepat daripada pria dewasa dengan usia setara.
Akibatnya, wanita lebih rentan menderita osteoporosis serius. Penyebab utama berkurangnya
tulang setelah menopause adalah defisiensi estrogen. Pada osteoporosis, matriks dan mineral
keduanya hilang, serta terjadi kehilangan massa dan kekuatan tulang, dengan peningkatan
insidens fraktur. Corpus vertebra dan panggul, semua daerah ini memiliki kandungan
trabekular yang tinggi, dan karena lebih aktif secara metabolis, maka tulang trabekular hilang
lebih cepat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Darminto S, Wong WW, Anna MD, dkk. Bahan kuliah blok 5. Muskuloskletal. Jakarta:
penerbit FK Ukrida:2010.
Houslay MD, Siddle K. Penyebab dan faktor osteoporosis.2009. Diunduh dari
www.studygs.net/indon.html. 28 maret 2010.
Junqueira LC & Carneiro J. Histologi Dasar. Alih bahasa: Adji Dharma. Edisi 10. Jakarta:
EGC: 2003. 123-154.
Ducy P [et all]. Leptin inhibits bone formation through a hypothalamic relay: a central
control of bone mass. Cell 200;100-97.
Ganong WF. Alih bahasa; M. Djauhari Widjaya K. [et all]. Buku ajar fisiologi kedokteran.
Edisi 17. Jakarta: EGC: 1998. 376-88.
Robert KM, Daryl K.G & Victor W.R. Biokimia harper. Alih bahasa, Brahm U. Pendit ;
editor edisi bahasa indonesia, Nanda W...[et all]. Ed 27. Jakarta: EGC:2009. 562-82.
Brodsky B, persikov AV. Molecular structure of the colagen triple helix. Adv prot chem
2005;70:301.
Chen D, Zhao M, Mundy GR. Bone morphogenetic proteins. Growth Fact. 2004.
20