Makalah Multiceps spp

11
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................ i KATA PENGANTAR ......................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................... iii BAB I PENDAHULUAN........................................1 A. Latar Belakang......................................1 B. Rumusan Masalah.....................................1 C. Tujuan..............................................1 BAB II PEMBAHASAN........................................2 A. Pengertian Multicep spp.............................2 B. Morfologi dan daur hidup Multicep spp...............2 C. Patologi dan Gejala Klnis ..........................2 D. Pengobatan..........................................3 DAFTAR PUSTAKA...........................................6 1

Transcript of Makalah Multiceps spp

Page 1: Makalah Multiceps spp

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2

A. Pengertian Multicep spp.....................................................................................2

B. Morfologi dan daur hidup Multicep spp.............................................................2

C. Patologi dan Gejala Klnis ..................................................................................2

D. Pengobatan..........................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................6

1iii

Page 2: Makalah Multiceps spp

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spesies yang termasuk ke dalam cestoda usus antara lain Diphyllobothrium

latum, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum, Taenia

saginata, dan Taenia solium. Taenia solium dapat menyebabkan penyakit yang

dikenal dengan sistisekosis. Infeksi ini sering terjadi di negara berkembang. Lebih

dari 80% dari 50 juta penduduk dunia yang terkena infeksi tinggal di negara

berkembang. Sistiserkosis terutama mempengaruhi kesehatan dan mata pencaharian

petani subsisten di negara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika Latin karena

dapat mengakibatkan epilepsi dan kematian pada manusia, mengurangi nilai pasar

babi dan membuat daging babi tidak aman untuk dimakan (WHO, 2011).

Infeksi cacing taenia pada usus manusia disebabkan oleh Taenia solium,

Taenia saginata dan Taenia asiatica di Asia dan Pasifik. Taeniasis yang disebabkan

oleh Taenia solium adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia

karena telur dan proglotid dapat menginfeksi manusia melalui kontaminasi dari

lingkungan dan yang fatal adalah neurosistiserkosis. Neurositiserkosis yang

disebabkan oleh Taenia solium meningkat di daerah non endemis taeniasis (Malinee

T. Anantaphruti, et al., 2007).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian multiceps spp?

2. Bagaimana morfologi Multiceps spp?

3. Bagaimana Patologi dan Gejala Klnis Multiceps spp ?     

4. Bagaimana pengobatan Multiceps spp ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tentang Multiceps spp.

2. Agar dapat mempelajari tentang morfologi Multiceps spp.

3. Agar dapat mempelajari patologi dan gejalah klinis Multiceps spp.

4. Supaya dapat mengetahui bagaimana pengobatan Multiceps spp.

1

Page 3: Makalah Multiceps spp

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Multiceps spp

Anjing dan karnivora lain adalah hospes parasit ini. Penyakit pada manusia

disebut senurosis (coernurosis). Penyebaran parasit ini kosmopolit, terutama di

negeri yang banyak peternakan dombanya.

B. Morfologi Dan Daur Hidup

Cacing dewasa berukuran 40 – 60 cm, mempunyai scolex dengan rostelum

yang berkait-kait. Hidupnya di rongga usus halus. Hospes perantara cacing ini

adalah ternak (domba, kambing, dan herbivore lainnnya), kadang-kadang juga

manusia. Infeksi pada hospes perantara terjadi  karena menelan telur yang keluar

denga tinja anjing. Onkosfer menetas dalam usus hospes perantara dan masuk di

jaringan tubuh dan berkembang terutama di otak dan sum-sum tulang belakang. Di

sini larva berubah menjadi senurus, yaitu gelembung yang mempunyai banyak

scolex.

C. Patologi dan Gejala Klnis    

Parasit ini dapat menyebabkan gejala otak seperti kesulitan dalam berbicara

(afaksia), lumpuh anggota badan (paraplegia), hemiplegia dan muntah-muntah.

Diagnosis

Diagnosa pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik jaringan

biopsi. 3.Spesies – spesies tambahan

Dipylidium canicum

Berpredileksi di dalam usus halus anjing dan kucing, serta kadang-kadang

pada manusia (terutama anak-anak).merupakan spesies dari famili dipylidea.

Morfologi dan daur hidup panjang tubuh lebih pendek dibandingkan Taenia

sp, dengan panjang maksimal 50 cm. Skolek terdapat rostelum yang retraktil yang

memiliki kait kecil dalam 4 – 5 baris. Proglotid seperti biji beras (5), mentimun (3)

memiliki 2 pasang organ genital dengan sinus genetalis ganda pada masing-masing

tepi lateral.

2

Page 4: Makalah Multiceps spp

Cacing pita umumnya terdapat  pada anjing dan panjang cacing bisa

mencapai lebih dari 50 cm. Skolek : terdapat rostelum retraktil memiliki 3 – 4 baris

kait berbentuk roset. Proglotid bunting memiliki tanda yang menciri (karakteristik)

berbentuk seperti biji mentimun. Setiap proglotid terdapat dua pasang organ genital

dan lubang kelamin dengan jelas terlihat pada setiap sisi lateral. Ovarium dengan

glandula vetelina membentuk masa pada salah satu sisi menyerupai gerombolan buah

anggur. (4). Proglotid bunting akan terlepas keluar melalui anus, bergerak Telur

tersimpan di dalam kantong telur (kapsula).

Hospes intermedier adalah pinjal  (ctenocephalides canis, Ctenocephalides

felis dan fulex irritans) serta kutu Trichodectes canis, bentuk peralihannya adalah

sistiserkoid yang ditemukan didalam rongga badan (4,5,3) terbentuk setelah 13 hari.

Masa prepaten selama 2 – 3 minggu (2). Sistiserkoid pada pinjal menimbulkan

kematian atau menjadi lemah dan lamban, sehingga dengan mudah dimakan oleh

anjing .

Patologi dan Gejala Klinis

a. Patogenitas pada hewan

Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguansaraf, dan gangguan

pencernaan.

b. Patogenitas pada manusia

Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak. Sakit pada

epigastrium, diaredansesekalireaksialergi.

c. Gejalaklinis:

Hilangnya nafsu makan, kehilangan berat badan secara drastis, dan diare.

D. Pengobatan

- Pengobatan: Atabrine dan Kuinakrin

Echinococcus Alveolaris

Lebih dari satu abad yang lalu banyak ahli patologi, antara lain Virchow

(1855) melihat kista hidatif pada autopsi dengan morfologi yang berbeda dari

tipe kista unilokularis. Tahun 1863 Leuckart menentukan variasi ini sebagai

taenia echinococcus multilocularis dan tahun 1883 Klemm menyebutnya sebagai

echinococcus alveolaris.

3

Page 5: Makalah Multiceps spp

Rubah, serigala, anjing (liar maupun peliharaan), kucing dan karnivora

lainnya adalah hospes cacing ini.

Penyebaran cacing ini sampai di Balkan, Rusia, Siberia, China, Jepang,

Alaska, Australia, Selandia Baru. Di Indonesia parasit ini ditemukan.

Morfologi dan Daur Hidup

Cacing ini mempunyai bentuk sama dengan echinococcus granulosus,

tetapi ukurannya lebih kecil, yaitu 1,2 – 4,5 mm. Jumlah segmen proglotidnya

bercariasi 2 – 6, namun kebanyakkan ditemukan 4 – 5 segmen proglotid.

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus anjing yang mendapatkan

infeksi bila memakan binatang pengerat.

Hospes perantaranya adalah mencit lading dan tupai tanah yang

mendapatkan infeksi bila menelan telur dari tinja anjing. Dalam tubuh hospes

perantara termasuk juga manusia, tumbuh larva yang disebut kista hidatif.

Kista ini berbeda dengan kista hidatif cacing echinococcus granulosus, karena

dapat menyebar ke alat lainnya dalam tubuh. Telur cacing dapat bertahan sampai

suhu -50°C.  

Infeksi oleh cacing ini dapat di cegah dengan menghindari kontak

dengan  tinja anjing, terutama pada anak-anak. Upaya control lingkungan juga

dilakukan dengan umpan yang diberikan antihelmintik terhadap anjing liar,

regulasi kepemilikan anjing, serta promosi pola hidup rendah resiko penularan

untuk manusia dan anjing.

Patologi dan Gejala Klinis

Kista hidatif tumbuh seperti tumor ganas. Scolex tersebar ke seluruh

tubuh sehingga gejalanya lebih berat daripada hidatidosis yang disebabkan oleh

echinococcus granulosus.

Diagnosis dan pengobatan

Diagnosis ditegakkan dengan tes imunologi, menggunakan koproantigen

ELISA dan kopro-DNA dengan TCR. Pemeriksaan dapat dilakukan pada

pejamu post mortem maupun intra vitam, dqan juga dapat menggunakan sampel

tinja. Sering kali ditemukan sebagai lesi di hati, dan karena terjadi infiltrasi ke

organ-organ lainnya, juga sering kali di diagnosis sebagai kanker hati.

4

Page 6: Makalah Multiceps spp

WHO mendesain sistem klasifikasi klinis sebagai PNM (P = massa

parasit, N = keterlibatan organ lain, M = metastasis), dan terdiri dari stadium I-

IV.

Pengobatan dengan albendazol atau mebendazol dilakukan untuk

membunuh parasit dan membiarkan absorbsi yang perlahan-lahan. Pada pejamu

definitif, dapat diberikan prazikuantel yang masih efektif untuk membunuh

cacing muda dan cacing dewasa.

Prognosis

Walaupun infeksi cacing ini lebih jarang, bila tidak dilakukan

pengobatan yang adekuat atau mencukupi akan fatal pada 70 – 100% penderita.

Prognosis buruk dengan keadaan yang bertingkat-tingkat karena sifat infeksinya

yang menyebar cepat. Pada pengobatan jangka penjang dengan antihelmintik,

angka harapan hidup 10 tahun pada pasien dapat menjadi 80%.

5

Page 7: Makalah Multiceps spp

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Harold W., 1979, Dasar Parasitologi Klinis Edisi III, PT Gramedia,

Jakarta

Gandahusada, Srisasi,dkk, 2004,  Parasitologi Kedokteran Edisi III , Balai

Penerbit FKUI, Jakarta

Prianto, Juni L., P.U., Tjahaya dan Darwanto, 1994, Atlas Parasitologi

Kedokteran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Staf Pengajar FKUI, 1998, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta

            WHO, 2011, Taeniasis/cystiserkosis,

http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/, diakses tanggal 1 April 2011

6

Page 8: Makalah Multiceps spp

7