Makalah Seven Jump Kelompok 3

38
MAKALAH SEVEN JUMP KELOMPOK 3 DENGAN KASUS HIPERBILIRUBINEMIA Dosen Pembimbing : Noor Fitriyani S.Kep., Ns. Disusun oleh:

description

seven jumping hiperbilirubin

Transcript of Makalah Seven Jump Kelompok 3

MAKALAH SEVEN JUMP KELOMPOK 3DENGAN KASUS HIPERBILIRUBINEMIA

Dosen Pembimbing : Noor Fitriyani S.Kep., Ns.

Disusun oleh:1. Riyastoro

(P-13.045)

2. Rovi Fibhyanisfha(P-13.046)

3. Shinta Utami

(P-13.048)

4. Singgih Aris R

(P-13.049)

5. Siti Fatimah

(P-13.050)

6. Siti Khotimah

(P-13.051)

7. Siti Normala

(P-13.052)

8. Sri Setyaningsih

(P-13.053)

9. Tanti Kusumastuti(P-13.054)

10. Umi Octaviana

(P-13.055)

11. Wahyu Kasipah

(P-13.056)12. Widya Nur A.

(P-13.057)

13. Woro Louh Siwi(P-13.058)

14. Yayuk Verawati

(P-13.059)

15. Yesi Nugrahani P.P(P-13.060)

16. Yunita Diyan N.(P-13.061)

17. Yunita Tresnandari(P-13.062)

18. Zulkarnaen P.

(P-13.064)

19. Ayu Srikandini

(P-12.011)PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2015

TAHAP 11. Opistotonus (widya)

2. Letargi (siti normala)

3. Hipertonik (wahyu)

4. Hematokrit (woro)

5. Bilirubin (siti fatimah)

6. Ikterik (rovi)

TAHAP 21. Mengapa kadar bilirubin diatas normal mempengaruhi opsitotonus? (woro)

2. Apa saja tanda dann gejala padda kasus tersebut? (singgih)

3. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut? (widya)

4. Diagnosa apa saja yang muncul pada kasus tersebut? (yunita diyan)

5. Pengkajian apa saja yang dilakukan pada kasus tersebut? (tanti k)

6. Apa penyebab hiperbilirubin? (riyas)7. Apa penyebab sklera ikterik pada bayi? (siti normala)

8. Mengapa kulit wajah, dada, ekstremitas bayi menjadi kuning? (yunita t)

9. Apakah BBL kurang dari batas normal mempengaruhi kadar bilirubin? (yayuk)

10. Apa yang terjadi bila reflek hisap lemah mempengaruhi kadar bilirubin? (yesi)

11. Hubungan kelahiran preterm dengan neonatus yang mengalami hiperbilirubin?

12. Apakah neonatus dengan hiperbilirubin bisa diberikan imunisasi?

13. Apakah neonatus dengan hiperbilirubin mempengaruhi kemampuan reflek hisap lemah?

TAHAP 3

Tahap 1

1. Pergerakan ekstremitas melemah. (tanti)

2. Lemah (yunita t) ; tidak sadar (sri s)

3. Tekanan osmotik meningkat (siti khotimah)

4. Perbandingan sel darah merah terhadap volume darah(siti normala)

5. Pigmen warna kuning saat terjadi pemecahan sel darah merah. (yesi)

6. Warna kuning (shinta) ; pucat (woro)

Tahap 2

1. Karena kadar bilirubin yang berlebih dapat menyebabkan kelemahan fisik pada bayi. (riyas)

2. Sklera ikterik, nilai bilirubin > 15, reflek hisap lemah (riyas) ; kulit pada dada, wajah, dan ekstremitas kuning (sri)

3. Pemeriksaan laboratorium (shinta) ; pemeriksaan bilirubin serum (yunita t)

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan proses penyakit (yayuk) ; kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi (singgih)5. Keadaan umum, tanda vital, reflek hisap, berat badan, riwayat kesehatan keluarga (yesi) ; warna kulit (siti khotimah)

6. Kelainan struktur enzim sel darah merah (wahyu)

7. Akibat akumulasi bilirubin dalam darah (yunita d)

8. Meningkatnya kadar bilirubin, reflek hisap lemah menyebabkan bayi kurang cairan (zul)

9. Ya, karena kebutuhan nutrisi tidak tercukupi (rovi)

10. Reflek hisap yang lemah dapat mempengaruhi asupan nutrisi pada bayi sehingga kadar cairan pada bayi tidak tercukupi. (zul)

TAHAP 4

TAHAP 5

1. Konsep Hiperbilirubin (Shinta, Siti F, Wahyu K, Yayuk)2. Pathofisiologi dan Pathway (Rovi, Woro, Yesi, Zul)

3. Asuhan Keperawatan (Singgih, Siti K, Umi, Widya, Yunita D, Yunita T)

4. Pemberian Fototerapi dan Literasi Tahap 1 dan 2 (Riyastoro, Siti N, Sri S, Tanti K, Ayu S)TAHAP 61. Konsep Hiperbilirubina. Definisi

Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin yang terakumulasi dalam darah dan ditandai dengan ikterus (pewarnaan pada kulit, sklera, dan kuku). (Wim de Jong et al. 2005)

b. Etiologi

Penyebab ikterus pada neonatus diantaranya:

1. Peningkatan sirkulasi enterohepatik.

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.

3. Gangguan fungsi hati oleh mikroorganisme atau toksin.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik.

(Amin dan Hardi, 2013)

c. Manifestasi Klinis

Pengamatan dan penelitian RSCM Jakarta (Hasan,R. Et.al.1997) menunjukkan bahwa dianggap hiperbilirubin jika:

1. Ikterus terjadi 24 jam pertama

2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5% atau lebih setiap 24 jam

3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pad neonatus kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan

4. Ikterus yang disertai dengan proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis)

5. Keadaan umum :

Berat lahir kurang dari 2000 gr

Masa gestasi kurang dari 36 minggu

Asfiksia, hipoksia, sindron gangguan pernapasan

Infeksi

Trauma lahir pada kepala

Hipoglikemia, hiperkarbia, hiperosmolalitas darah

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

DaerahLuas IkterusKadar Bilirubin

1Kepala dan leher5 mg %

2Daerah 1 + badan bagian atas9 mg %

3Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai11 mg %

4Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah lutut12 mg%

5Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki16 mg %

Sumber: kapita selekta FKUI jilid 2 dan 3

d. Komplikasi

1. Retardasi mental : kerusakan neurologist

2. Gangguan pendengaran dan penglihatan

3. Kematian

4. Kernikterus(Amin dan Hardi, 2013)

e. Pentalaksanaan

1. Medis

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Radiology

Ultrasonografi

Biopsy Hati

Fototerapi

Transfusi Pengganti dan Infus Albumin

2. Keperawatan

Mengajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan menjelaskan tantang daya tahan tubuh

Menjelaskan kepada orang tua pentingnya pemberian ASI bila sudah tidak ikterik. Namun bila penyebabnya bukan dari jaundice ASI tetap diteruskan pemberiannya

Menjelaskan kepada orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi dan segera melapor ke dokter/ perawat

Menjelaskan tentang pemberian imunisasi dan terapi2. Pathofisiologi dan Pathway

a. Pathofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan, kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit. Pada bayi dengan hipoksia/ anoksia juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh, apabila terjadi kadar protein-y berkurang dan protein-z terikat amnion.

Pada derajat tertentu bilirubin bersifat toksik dan akan merusak jaringan tubuh. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin menembus sawar darah otak. Kelainan ini disebut kern ikterus/ ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar otak tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri.

Bilirubin lebih udah melalui sawar otak apabila bayi dalam keadaan imaturitas, BBLR, Hipoksia, Hipoglikemia, dan kelainan saraf pusat yang terjadi karena trauma/ infeksi. (Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika)b. Pathway

3. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. AktivitasLetargis, Malas2. EliminasiBising usus hipoaktif, Feses lunak kehijauan, Urin pekat/hitam kecoklatan

3. Makanan/CairanRiwayat makan buruk (ASI), Palpasi abdomen dapat mennjukkan pembesaran limfa

4. NeurosensoriOpitotonus dengan kekakuan lengkung punggung, Fontanel menonjol, Kehilangan reflek moro, Sefalohematoma besar

5. PernafasanRiwayat asfiksia, edema pleural, hemoraghi pulmonal

6. KeamananRiwayat sepsis neonatus, Tampak ikterik pada wajah dan bagian tubuh lainnya.b. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kelemahan menyusu.

2. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan proses fototerapi.3. Resiko injuri pada mata dan genetalia berhubungan dengan proses fototerapi.4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses fototerapi.

c. Perencanaan Keperawatan1. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kelemahan menyusu.Tujuan

: memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.Intervensi:a. Pertahankan intake cairan : beri minum sesuai kebutuhan, jika tidak mau menghisap dapat diberikan menggunakan sendok atau sonde.b. Kaji adanya dehidrasi : membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit.c. Perhatikan frekuensi BAB dan BAK.

2. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan proses fototerapi.Tujuan

: memenuhi kebutuhan psikologis dari bayi.Intervensi:a. Usahakan agar bayi tidak kepanasan atau kedinginan selama terapi.b. Pelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya.c. Cegah terjadinya infeksi, memperhatikan cara bekerja aseptik.

3. Resiko injuri pada mata dan genetalia berhubungan dengan proses fototerapi.Tujuan

: tidak terjadi kecelakaan pada saat diberikan terapi.Intervensi:a. Gunakan pelindung pada mata dan genetalia pada saat fototerapi.b. Hindari penekanan mata yang berlebihan untuk mencegah jejas.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses fototerapi.Tujuan

: Tidak terjadi gangguan integritas kulit selama terapi.Intervensi:a. Rubah posisi bayi dengan sering selama terapi.b. Gunakan pelindung dan pengalas yang lembut.

4. Pemberian Fototerapi dan Literasi Tahap 1 dan 2

a. Fototerapi

Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis yang berfungsi menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan oksidasi foto pada bilirubin dan biliverdin. Cahaya menyebabkan reaksi foto kimia dalam kulit yang mengubah bilirubin tak terkonjugasi kedalam fotobilirubin, yang diekskresikan dalam hati kemudian ke empedu. (Suriadi, 2000)

Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984)(M. Jeffrey Maisels, dkk. 2008. FOTOTERAPI PADA IKTERIK NEONATUS. www.nejm.org di akses pada tanggal 23 Mei 2015)b. Literasi Tahap 1 dan 2

Tahap 11. Opistotonus : posisi akibat dari kontraksi yang tidak henti-hentinya semua otot yang berlawanan, semuanya menampakkan kekakuan tetanus khas seperti papan (Behrman at.al, 2000)2. Letargi : keadaan lemah badan dan tidak ada dorongan untuk melakukan kegiatan, nafsu tidur berlebihan (apabila dibangunkan langsung tertidur kembali), muncul pd penderita penyakit otak atau keracunan. (kbbi.web.id/letargi)3. Hipertonik : memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dari cairan/media lainnya. (kamuskesehatan.com/arti/hipertonik, 2015)4. Hematokrit : proporsi sel darah yang terdiri dari sel darah merah. (kamuskesehatan.com/arti/hematokrit,2015)

5. Bilirubin : pigmen kekuningan yang dilepas apabila sel-sel darah merah dipecah. (kamuskesehatan/arti/bilirubin,2015)

6. Ikterus : kondisi dimana tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin, sehingga kulit dan sklera mata menjadi kuning. (kamuskesehatan.com/arti/ikterus, 2015) Tahap 2

1. Menurut Marmi (2012) dan Maryunani (2009), tanda dan gejala ikterik diantaranya :a. Sclera, puncak hidung, mult, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning.

b. Letargi.c. Kemampuan menghisap menurun.d. Kejang.

e. Reflek moro melemah.

f. Pada pemeriksaan abdomen, bentuk perut membuncit.

(http://digilib.unimus.ac.id, 2013)

2. Menurut marmi (2012), penilaian ikterik dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan diagnostik:

a. Test coombs pada tali pusat bayi baru lahir : hasil positif test coombs indirek menandakan adanya Rh-positif, anti A atau anti B dalam darah ibu. Sedangkan positif dari test coombs direk menandakan adanya Rh- negatif.

b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.

c. Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0- 1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak 17 boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi yang cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi preterm (tergantung pada berat badan).

d. Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan ikatan, terutama pada bayi preterm.-Hitung darah lengkap : hemoglobin mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena hemolisis hematokrit mungkin meningkat (lebih besar dari 65%) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.(http://digilib.unimus.ac.id, 2013)

3. Diagnosa Keperawatan:a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi.c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare.

d. Gangguan parenting berhubungan dengan pemisahan.

e. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.

f. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan efek fototherapi.

g. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan tranfusi tukar.(http://respiratory.usu.ac.id, 2010)

4. Pengkajian1. Identitas pasien dan keluarga.

2. Riwayat Keperawatan.

a. Riwayat Kehamilan

Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat obat yang meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.

b. Riwayat Persalinan.

Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau Data Obyektifkter. Lahir prematur (kurang bulan) riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.

c. Riwayat Post natal.

Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis)

e. Riwayat Pikososial.

Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua.

f. Pengetahuan Keluarga.

Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan orang tua pada bayi yang ikterus.

3. Kebutuhan Sehari hari.

a. Nutrisi.Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan menelan lemah) sehingga BB bayi mengalami penurunan.

b. Eliminasi.Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan tinja berwarna pucat.

c. Istirahat.Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun.

d. Aktifitas.Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah terusik.

4. Pemeriksaan fisik.

a. Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama suhu tubuh (hipo /hipertemi).

b. Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang /tremor).

c. Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh) bronze bayi syndrome, sclera mara kuning (kadang kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses.

5. Penyebab hiperbilirubinemia pada neonatala. Peningkatan produksi atau penurunan clearance bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi imatur.

b. Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih dibanding bayi yang diberikan susu formula. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; frekuensi menyusu yang tidak adekuat, kehilangan berat badan/dehidrasi.

6. Menurut Prawirohardjo (2010) adapun gejala dari ikterus sendiri ditandai oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.7. Tubuh mampu mempertahankan keseimbangan pada kondisi normal antara perusakan sel darah merah, penggunaan dan ekskresi produk dari perusakan sel darah merah tersebut. Akan tetapi ketika keseimbangan ini terganggu akibat immaturitas sel darah merah dan fungsi hati dapat menyebabkan bilirubin terakumulasi dan menimbulkan jaundice (Hockenberry & Wilson, 2007). Jaundice adalah perubahan warna kuning pada kulit dan mata bayi yang baru lahir. Jaundice terjadi karena darah bayi mengandung kelebihan bilirubin, pigmen berwarna kuning pada sel darah merah. (http://meetdoctor.com/ topic/jaundice)

8. Status normal atau tidak normal pada bayi kuning, menurut dokter yang juga bertugas di Rumah Sakit Cipto Mangun kusumo ini, tergantung kadar bilirubin-nya. Pada bayi tidak cukup bulan (prematur), bayi kuning dianggap normal jika kadar bilirubin-nya sebanyak 10 miligram per desiliter (mg/dl). Sedang pada bayi cukup bulan (normal), bayi kuning dianggap normal jika kadar bilirubin-nya sebanyak 12 mg/dl.(Wiknjosastro, 2002)9. Penurunan asupan kalori selama beberapa hari pertama kelahiran diindikasikan terjadinya penurunan berat badan yang cepat.Penurunan berat badan lebih dari 7%-10% dianggap patologis dan ditandai dengan dehidrasi dan asupan kalori yang rendah. Penurunan berat badan terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat sehingga sirkulasi bilirubin enterohepatik meningkat dan menyebabkan kadar bilirubin serum meningkat. Mekanisme lainnya yang dapat menyebabkan penurunan intake kalori akan menyebabkan penurunan clearance serum bilirubin unconjugated. Keadaan ini yang menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia neonatus. Penurunan signifikan berat badan bayi sebagian besar berhubungan dengan kejadian hiperbilirubinemia neonatus. (http://eprints.undip.ac.id, 2013)10. Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih dibanding bayi yang diberikan susu formula. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; frekuensi menyusu yang tidak adekuat, kehilangan berat badan/dehidrasi.

11. Setelah bayi lahir, terjadi perpindahan cairan dari intraseluler menuju ekstraseluler. Peningkatan cairan di ekstraseluler pada ginjal neonates menyebabkan diuresis garam dan air dalam 48-72 jam pertama. Pengeluaran cairan ekstraseluler yang berlebihan menyebabkan penurunan berat badan fisiologis pada minggu pertama kehidupan. Karena komponen ekstraseluler lebih besar pada neonatus preterm, akibatnya penurunan berat badan neonates preterm lebih banyak. Pada bayi yang lahir cukup bulan, penurunan berat badan normal hingga 10% dari berat badan lahir. Sedangkan pada bayi yang lahir kurang bulan, penurunannya dapat hingga 15%. Gangguan yang mengakibatkan kehilangan cairan ekstraseluler mungkin berhubungan dengan penyakit seperti paten ductus arteriosus (PDA), necrotizing enterocolitis (NEC) dan penyakit paru kronik pada neonatus preterm.12. Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen imunisasi pada bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia, meningkatkan Badan Serum Albumin, menurunkan Serum Bilirubin13. Karena reflek hisap yang lemah pada neonates akan mempengaruhi asupan asi sehingga zat yang terdapat pada asi yang berguna untuk menstabilkan bilirubin jumlah nya tidak tercukupi (Levin at.al. -.current pediatric diagnosis and treatment. ed. 18.Mc)TAHAP 7

Kasus :Seorang bayi laki-laki usia 4 hari dirawat di ruang HCU (High Care Unit) RS Husada. Berat badan lahir 1700 gram dengan usia kehamilan 35 minggu. Kulit pada wajah, dada, dan ekstremitas (telapak kaki dan tangan) kuning. Sclera ikterik, letargi, reflek hisap lemah, hipertonik, opistotonus. Hasil pemeriksaan kadar bilirubin 16 mg/dl, Hemoglobin 16,8 mg%, Hematokrit 47%, Leukosit 15.103 mg/dl, dan trombosit 250.103.

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA By. L DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

DI RUANG HCU RS. HUSADA

Tanggal/ jam masuk

: 20 mei 2015 / 09.35 WIB

Tanggal/ jam pengkajian: 20 mei 2015 / 10.03 WIB

Metode pengkajian

: Autoanamnesa, Alloanamnesa, dan Observasi

I. BOIDATA

a. Identitas klienNama

: By. LUmur

: 4 HariDiagnosa Medis: HiperbilirubinDokter

: dr. Yulidar

b. Identitas penanggungjawabNama

: Ny. SUmur

: 33 TahunPekerjaan

: SwastaAlamat

: Jaya WijayaHubungan Klien: IbuII. RIWAYAT KEPERAWATAN

a. Keluhan utamaIbu mengatakan anaknya kulit pada wajah, dada dan ekstermitas (telapak kaki dan tangan) kuning.b. Riwayat kesehatan sekarangBayi lahir dengan normal di RS. Husada berat badan lahir 1.700 gram. Dibawa ke ruang HCU pada tanggal 23 Mei 2015 jam 19.21 dengan keluhan nampak kuning pada wajah, dada, dan ekstremitas dipermukaan tubuh.c. Riwayat kesehatan dahulu

Bayi lahir dengan usia kehamilan 35 bulan (preterm)

III. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

a. Pola nutrisi

Keluarga mengatakan klien susah menyusu, dan reflek menghisapnya lemah.

b. Pola aktifitas

Kemampuan Perawatan Diri01234

Makan / MinumV

ToiletingV

BerpakaianV

Mobilitas di tempat tidurV

Ambulasi / ROMV

Keterangan:

0 : Mandiri

1 : Dibantu alat bantu

2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu Orang lain dan alat

4 : Tergantung total

IV. PEMERIKSAAN FISIKa. Keadaan umum

Kesadaran: Deliriumb. MukaMata

Sklera

: Ikterik

c. Abdomen

Palpasi

: Perut teraba keras

d. Genetalia

Klien berjenis kelamin laki- laki

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis PemeriksaanSatuanHasilKeterangan

Hemoglobin Mg%16

Lekosit Mg/dl15.103

Kadar bilirubinMg/dl16H

Hematokrit%47

Trombosit /mm3250.103

VI. ANALISA DATA

Tanggal/ jamData fokusMasalahEtiologiTtd

Sabtu, 23 Mei 2015Ds : Ibu mengatakan bayinya mengalami reflek hisap lemah.

Do : Sklera ikterik Letargi Berat badan lahir rendah : 1700 gram

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhFaktor biologisKel. 3

Minggu, 24 Mei 2015Ds : Ibu klien mengatakan bayinya kekuningan.Do :

Hipertonik Opistotonus Kadar bilirubin 16 g/dlKerusakan integritas kulitPerubahan pigmentasiKel. 3

Prioritas Diagnisa :

1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis2 Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi

VII. RENCANA KEPERAWATANNo DxHari / Tgl / JamTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasionalTtd

1Sabtu, 23 Mei 2015Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh klien terpenuhi dengan kritria hasil :

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang bearti O : Monitor pertumbuhan dan perkembangan

N : Anjurkan keluarga untuk meningkatkan protein dan vitamin C

E : Berikan pengertian pada keluarga klien tentang status nutrisi klien

C: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Untuk mengetahui perkembangan setelah dilakukan tindakan keperawatan

Untuk membantu memenuhi pencapaian berat sesuai kriteria yang diinginkan

Untuk memberikan pengetahuan tentang asupan nutrisi sesuai dengan kondisi pasien

Untuk memenuhi peningkatan berat badan pada bayiKel. 3

2Minggu24 Mei 2014Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kerusakan integritas kulit klien teratasi dengan kriteris hasil:

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Pencahayaan cukup sesuai dengan kebutuhan

Kadar bilirubin berkurang

Tubuh klien tidak berwarna kuning lagi O : Observasi pemberian cahaya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien N: Cek intake dan output selama penyinaran E: Berikan edukasi pada keluarga klien tentang pemberian pencahayaan yang cukup sesuai kebutuhan klien

C: Kolaborasi dengan petugas therapy tentang keadaan umum klien setelah therapy Dengan mengobservasi pemberian cahaya sesuai dengan kebutuhan dapat mengetahui dan menilai penurunan kadar bilirubin serta sejauhmana klien mengalami injury. Untuk mengetahui tingkat perkembangan klien dan sejauhmana terjadinya dehidrasi Untuk pengetahuan kepada keluarga klien tentang pentingnya penyinaran yang cukup

Untuk menentukan tindakan therapy selanjutnya sesuai keadan klienKel. 3

Hema

Globin

Bilivirdin

Feco

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik), Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikatan dengan

albumin meningkat

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Gangguan rasa aman dan nyaman

Kekurangan volume

cairan tubuh

Resiko tinggi injuri

Sinar dengan intensitas tinggi

Indikasi Fototerapi

Icterus pada sklera, leher dan badan peningkatan bilirubin indirek > 12 mg/dl

Gangguan integritas kulit

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah, pengeluaran meconeum terlambat, obstruksi usus, tinja berwarna pucat

Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Hemoglobin