Makalah Teori Belajar Humanistik

22

Click here to load reader

description

psikologi pendidikan

Transcript of Makalah Teori Belajar Humanistik

Page 1: Makalah Teori Belajar Humanistik

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu : Drs. Mujiyono, M. Pd.

Disusun oleh :

1. Ira Junda Kang Misya (1401413119)

2. Intan Fajar Isnaini (1401413406)

3. Rizqon Mustafa Faizal A (1401413513)

Rombel : 60

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: Makalah Teori Belajar Humanistik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan humanistik diawali oleh munculnya gerakan mahapeserta didik  Gerakan

yang disampaikan itu merupakan resppon atas ketidakpuasan atas kompetisi, tekanan,

kehidupan yang selalu diawasi, dan ketidaksesuaian apa yang pelajari dengan apa yang

mereka amati ketika belajar di sekolah. Gerakan itu dipelopori oleh Neill, John Holt,

Jonathan Kozol, dan Paul Goodman. Praktik pendidikan yng dilawan oleh para tokoh

gerakan itu adalah pendidikan di sekolah yang selalu diarahkan oleh pendidik (direct

instruction). Pendidikan yang diarahkan oleh pendidik itu mengutamakan pada

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Dalam pendidikan humanistik,

fokus utamanya adalah hasil pendidikan bersifat afektif, belajar tentang cara-cara belajar

(learning how to learn), dan meningkatkan kretivitas dan semua potensi peserta didik.

Abraham Maslow adalah tokoh gerakan psikologi humanistik di Amerika. Rogers

menyampaikan tiga unsur pokok pada diri Inividu, yaitu (a) organisme, yakni orang

secara penuh, (b) medan fenomena, yakni totalitas pengalaman, dan (c) diri sendiri, yakni

bagian dari medan yang terdeferensiasi. Rogers menyatakan adanya diri sendiri yang

ideal dan diri sendiri yang nyata dimana orang itu akan berada. Kensenjangan antara

keduanya dapat menjadi stimulus belajar dan potensi perilaku yang memunculkan

tekanan tidak sehat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian teori humanistik?

2. Bagaimana akar perkembangan pendekatan humanistik?

3. Siapakah tokoh pendidikan humanistik?

4. Bagaimana pandangan humanistik dalam belajar?

5. Apa saja prinsip-prinsip pendekatan humanistik?

6. Apa implikasi dan aplikasi teori belajar humanistik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian teori humanistik

2. Untuk mengetahui akar perkembangan pendekatan humanistik

3. Untuk mengetahui pendidikan humanistik

4. Untuk mengetahui pandangan humanistik dalam belajar

5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendekatan humanistik

6. Untuk mengetahui implikasi dan aplikasi teori belajar humanistik

Page 3: Makalah Teori Belajar Humanistik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Humanistik

Teori pendidikan adalah suatu pandangan pendidikan yang diidealkan yang disajikan

dalam bentuk sebuah sistem konsep dan dalil. Ada juga yang mengatakan teori

pendidikan adalah serangkaian konsep, definisi, asumsi dan proposisi tentang cara

merubah sikap dan tingkah laku seseorang dalam rangka mewujudkan manusia yang adil

dan beradab.

Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.

Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia

melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir

secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam

meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung

jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan

untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Menurut para tokoh aliran ini penyusunan dan pemilihan materi pelajaran harus sesuai

dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa

mengembangkan dirinya, yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri

sebagai manusia secara utuh dan membantu mengembangkan potensi dan keterampilan

mereka.

Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu proses

memperoleh informasi baru dan internalisasi informasi ini pada individu. Dalam teori

belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya

dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia

mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha

memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya. Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan

aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.

B. Akar Gerakan Humanistik

Teori belajar dan pendidikan humanistik diawali oleh munculnya gerakan

mahapeserta didik  Gerakan yang disampaikan itu merupakan resppon atas

ketidakpuasan atas kompetisi, tekanan, kehidupan yang selalu diawasi, dan

Page 4: Makalah Teori Belajar Humanistik

ketidaksesuaian apa yang pelajari dengan apa yang mereka amati ketika belajar di

sekolah. Gerakan itu dipelopori oleh Neill, John Holt, Jonathan Kozol, dan Paul

Goodman.

Dalam pendidikan humanistik, fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang bersifat

afektif, belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), dan meningkatkan

kreativitas dan semua potensi peserta didik. Praktik pendidikan humanistik berkembang

di Amerika Serikat 60an dan mencapai puncaknya pada tahun 1990an dengan munculnya

tokoh-tokoh psikologi seperti Abraham Maslow dan Carls Rogers.

Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan peserta didik

mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu

yang mampu mengarahkan diri sendiri (self directing) dan mandiri (independent). Di

samping itu pendekatan humanistik memandang pentingnya penekanan pendidikan di

bidang kreativitas, minat terhadap seni, dan hasrat ingin tahu. Oleh karena itu pendekatan

humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran,

ujian, sertifikasi pendidik, dan kewajiban hadir di sekolah.

Dalam praktik pembelajaran, pendekatan humanistik mengkombinasikan metode

pembelajaran indivdual dan kelompok kecil. Namun pendekatan humanistik

mempersyaratkkan perubahan status pendidik dari individu yang lebih mengatahui dan

terampil segala sesuatu menjadi individu yang memiliki status kesetaraan dengan peserta

didik. Pilihan materi pembelajaran yang hendak digunakan dalam proses pembelajaran

merupakan hak peserta didik bukan pendidik. Pembelajaran merupakan wahana bagi

peserta didik untuk melakukan aktualisasi diri, sehingga pendidik harus membangun

kecenderungan tersebut dan mengorganisir kelas agar peserta didik melakukan kontak

dengan peristiwa-peristiwa yang bermakna.

Pendekatan humanistik selalu memelihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan

melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat. Demikian juga hasil

belajar yanag berkaitan dengan perkembangan sosial emosional lebih penting

dibandingkan dengan hasil pendidikan yang bersifat akademik.

Rogers dan Daymond (Gage dan Berliner, 1994) menyatakan bahwa prosedur

terapeutik yang menghasilkan seseorang yang mampu memandang diri sendiri secara

berbeda, yakni menerima diri sendiri, perasaannya sendiri, dan orang lain secara penuh.

Pendidik yang berhasil menciptakan suasana pendidikan seperti itu akan mampu

mendorong peserta didik untuk menampilkan perilaku yang memiliki karakteristik

tersebut. Namun demikian hasil belajar dalam pendekatan humanisik itu sukar

Page 5: Makalah Teori Belajar Humanistik

dispesifikasi dalam bentuk perilaku dan sukar diukur, sebab pendekatan humanistik

kurang menekankan pengetahuan dan ketrampilan, sebaliknya lebih menekankan pada

hasil belajar yang lebih bersifat personal.

C. Pandangan Abraham Maslow

Abraham Maslow adalah tokoh gerakan psikologi humanistik di Amerika. Walaupun

ia memperoleh pendidikan di kalangan behavioristik, Maslow mampu mengembangkan

pandangan yang komprehensif tentang perilaku manusia. Kontribusi yang diberikan

Maslow adalah motivasi, aktualisasi diri, dan pengalaman puncak yang memiliki dampak

terhadap kegiatan belajar.

Maslow menyampaikan teori motivasi manusia berdasarkan pada hierarkhi

kebutuhan. Kebutuhan pada tingkat paling rendah adalah kebutuhan fisik (physiological

needs), seperti rasa lapar dan haus, dan harus dipenuhi sebelum individu dapat memenuhi

kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan

menjadi milik dan dicintai (sense of belongingness and love), kemudian kebutuhan

penghargaan (esteem needs), yakni merasa bermanfaat dan hidupnya berharga, dan

akhirnya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Kebutuhan aktualisasi diri

itu termanifestasikan di dalam keinginan untuk memenuhi sendiri (self fulfillment),

untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Individu yang beraktualisasi diri menampilkan karakteristik sebagai berikut:

Berorientasi secara relistik.

Menerima diri sendiri, orang lain, dan dunia alamiah sebagaimana adanya.

Bersifat spontan dalam berpikir, beremosi, dan berperilaku.

Terpusat pada masalah (problem centered) dan bukan terpusat pada diri sendiri

(self centered).

Memiliki kebutuhan privasi dan berupaya memperolehnya, jika memiliki

kesempatan, serta memerlukan waktu berkonsentrasi unutk memperoleh

sesuatu yang menarik bagi dirinya.

Bersifat otonomi, independen, dan mampu mempertahankan kebenaran ketika

menghadapi perlawanan.

Kadang-kadang memiliki pengalaman mistik yang tidak berkaitan dengan

pengalaman keagamaan

Merasa sama denagn manusia secara keseluruhan berkenaan bukan saja

dengan keluarga, melainkan juga kesejahteraan dunia secara keseluruhan.

Page 6: Makalah Teori Belajar Humanistik

Memiliki hubungan dekat dan secara emosional denga orang-orang yang

dicintai.

Memiliki struktur karakter demokratis berkenaan dengan penilaian individu

dan mampu bersahabat bukan didasarkan ras, status, agama.

Memiliki etika yang berkembang terus.

Memiliki selera humor tinggi.

Memiliki selera kreativitas tinggi.

Menolak keseragaman budaya.

Dalam pandangan Maslow, tujuan pendidikan adalah aktualisasi diri atau

membantu individu menjadi yang terbaik sehingga mereka mampu menjadi yang

terbaik. Pendidik hendaknya menjadikan kegiatan belajar itu berasal dari dalam diri

individu, yakni belajar berada pada diri manusia pada umumnya dan kedua belajar

menjadi manusia tertentu.

Maslow disebut sebagai bapak spiritual psikologi humanistik di Anerika, juga

bertanggungjawab dalam menyampaikan pandangan manusia sebagai peserta didik

aktualisasi diri (self actualizing learner). Pandangan yang sama juga disampaikan ole

Carl Rogers yang menyatakan orang yang berfungsi secara penuh (fully functioning

person).

D. Pandangan Carl Rogers

Dalam teori diri sendiri (self), Rogers menyampaikan tiga unsur pokok pada diri

Inividu, yaitu (a) organisme, yakni orang secara penuh, (b) medan fenomena, yakni

totalitas pengalaman, dan (c) diri sendiri, yakni bagian dari medan yang terdeferensiasi.

Rogers menyatakan adanya diri sendiri yang ideal dan diri sendiri yang nyata dimana

orang itu akan berada. Kensenjangan antara keduanya dapat menjadi stimulus belajar dan

potensi perilaku yang memunculkan tekanan tidak sehat.

Rogers mendeskripsikan proses belajar yang terdiri atas dorongan ke arah aktualisasi

diri secara penuh. Ada kontinum makna yang terdapat di dalam belajar yang berentangan

dari hafalan yan tidak ada artinya dan tidak bermakna sampai pada belajar eksperiental,

bermakna, dan signifikan. Rogers menggambarkan kualitas belajar eksperiental dalam

mengembangkan individu yang berfungsi secara penuh, sebagai berikut:

a. Keterlibatan personal, yakni aspek-aspek kognitif dan afektif individu harus terlibat

di dalam peristiwa belajar.

b. Prakarsa diri, yakni menemukan kebutuhan yang berasal dari dalam diri.

Page 7: Makalah Teori Belajar Humanistik

c. Pervasif, yakni belajar memiliki dampak terhadap perilaku, sikap, atau kepribadian

diri.

d. Evaluasi diri, yakni individu dapat mengevaluasi diri jika pengalamannya memenuhi

kebutuhannya.

e. Esensi adalah makna, yakni apabila terjadi belajar eksperiental, maknanya menjadi

terpadu dengan pengalamannya secara total.

Rogers memperkenalkan pandangannya tentang penggunaan proses kelompok

untuk memperlancar kematangan emosi dan psikologis. Kelompok, yakni kelompok

pelatihan (Training Group) dan kelompok kepekaan telah mencapai popularitas pada

akhir tahun 1960an. Rogrs menyatakan bahwa perubahan perilaku yang terjadi di dalam

kelompok tidak harus berlangsung lama. Individu mungkin terlibat secara mendalam di

dalam mengungkapkan dirinya sendiri dan kemudian meninggalkan berbagai masalah

yang tidak terselesaikan. Tekanan martal munkin muncul dan komplikasi mungkin

berkembang berkenaan dengan hubungan antar anggota kelompok. Di samping adanya

kelemahan itu, proses kelompok merupakan kekuatan untuk memanusiakan kembali

hubungan manusia dan membantu menghidupkan secara penuh di sini dan sekarang

(here and now).

E. Prinsip-Prinsip Belajar

Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan humanistik dalam pendidikan.

Pertama, peserta didik mempelajari apa yang mereka butuhkan dan ingin diketahui.

Kedua, belajar tentang cara-cara belajar adalah lebih penting dibandingkan dengan

memperoleh pengetahuan aktual. Ketga, evaluasi yang dilakukan oleh peserta didik

sendiri adalah sangat bermanfaat dari pekerjaannya. Keempat, perasaan adalah sama

pentingnya dengan fakta, dan belajar belajar merasakan adalah sama pentingnya dengan

belajar cara-cara berpikir. Kelima, belajar akan terjadi apabila peserta didik tidak

merasakan adanya ancaman.

1. Swa Arah (Self Direction)

Prinsip swa arah menyatakan bahwa sekollah hendaknya memberikan kepada

peserta didik untuk memutuskan bahan belajar yang ingin dipelajari. Bahan belajar

yang ingin dipelajari peserta didik adalah yang memenuhi kebutuan, keinginan, hasrat

ingin tahu, dan fantasinya. Prinsip ini lebih menekankan pada motivasi intrinsik,

dorongan dari dari dalam untuk bereksplorasi, dan hasrat hasrat ingin tahu yang

timbul dari dalam diri.

Page 8: Makalah Teori Belajar Humanistik

Tugas fasilitator di dalam mengarahkan peserta didik menjadi pembelajar swa

arah adalah sebaai berikut :

a) Mendorong peserta didik untuk memenuhi kompetensi baru.

b) Membantu memperjelas aspirasinya guna meningkatkan kompetensinya.

c) Memabntu mendiagnosis kesenjangan antara aspirasi dengan kinerjanya sekarang.

d) Membantu mengidentifikasi masalah kehidupan yang mereka alami.

e) Melibatkan peserta didik dalam proses merumuskan tujuan belajar dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik yang telah didiagnosis.

2. Belajar tentang Cara-Cara Belajar (Learning How  to Learn)

Peserta didik yang mengetahui cara-cara mempelajari bidang-bidang

pengetahuan memiliki harapan dalam memadukan belajar baru dengan belajar yang

menantang mengenal situasi yang terus berubah. Apabila peserta didik dihadapkan

ada tantangan baru, mereka akan mudah menyesuaikan diri.

Tugas fasilitator dalam membantu peserta didik mengetahui cara-cara belajar

adalah sebagai berikut:

a) Memotivasi peserta didik mempelajari tugas-tugas belajar yang telah dirancang

bersama.

b) Membantu merancabg pengalaman belajr, memilih bahan balajar, dan metode

belajar, dan melibatkan peserta didik dalam pembuatan keputusan bersama.

3. Evaluasi Diri (Self Evaluation)

Evaluasi diri merupakan prasyarat bagi perkembangan kemandirian peserta

didik. Evaluasi yang dilakukan oleh sekolah atau pendidik yang diakhiri dengan

kenaikan kelas dan kelulusan dipandang sebagai tindakan yang mengganggu aktivitas

belajar peserta didik. Demikian pula instrumen evaluasi yang diwujudkan dalam

bentuk tes dipandang tidak relevan dengan pendekatan humanistik. Terlebih tes yang

disusun dalam bentuk tes obyaktif yang memiliki karakteristik jawaban yang benar

adalah satu. Dalam pendekatan humanistik, peserta didik tidak dievaluasi dengan cara

membandingkan dengan peserta lain atau dengan standar yang ditetapkan oleh

pendidik, melainkan sebaliknya dievaluasi dengan menggunakan standar peserta didik

itu sendiri, tanpa ada grading (seperti pemberian nilai A, B, dan sejenisnya). Untuk

merealisasikan prinsip evaluasi diri itu pendidik dan peserta didik hendaknya bertemu

secara reguler untuk melaksanakan perencanaan pembelajaran dan kontrak kegiatan

belajar. Dalam pertemuan itu, mereka bersama-sama merumuskan kriteria untuk

Page 9: Makalah Teori Belajar Humanistik

digunakan dalam evaluasi, dan peserta didik memiliki kesempatan untuk

melaksanakan dan mengevaluasi diri.

Tugas fasilitator di dalam kegiatan evaluasi diri pada peserta didik adalah

sebagai berikut:

a) Melibatkan peserta didik dalam mengembangkan kriteria kinerja, dan metode

dalam mengukur kemajuan tujuan belajarnya.

b) Membantu mengembangkan dan menerapkan prosedur evaluasi kemajuan belajar.

4. Pentingnya Perasaan (Important of Feelings)

Pendekatan hummanstik tidak membedakan domain kognitif dan afektif dalam

belajar. Dalam arti kedua domain itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisah-pisahkan. Dari sudut pandang pendekatan humanisti, belajar merupakan

kegiatan memperoleh informasi atau pengalaman baru, dan secara personal peserta

didik menemukan makna akan informasi atau pengalaman baru tersebut. Secara

spesifik, para pakar humanistik merekomendasikan bahwa pendidik dalam

melaksanakan pembelajaran hendaknya menekankan nilai-nilai kerjasama saling

menghormati dan kejujuran, baik pada waktu membuat contoh dan pada waktu

mendiskusikan serta memperkuat nilai-nilai yang dipelajari oleh peserta didik.

Tugas fasilitator di dalam mengembangkan perasaan positif peserta didik

terhadap pembelajaran adalah sebaga berikut:

1) Membantu peserta didik menggunakan pengalamannya sendiri sebagai

sumber belajar dengan menggunakan pengalamannya sendiri sebagai sumber

belajar dengan menggunakan teknik seperti diskusi, permanan peran, studi

kasusu, dan sejenisnya.

2) Menyampaikan isi pembelajaran berdasarkan sumber-sumber belajar yang

sesuai dengan tingkat pengalaman peserta didik.

3) Membantu menerapkan hasil belajar ke dalam dunia nyata (transfer of

learning). Hal ini akan membuat belajar lebih bermakna dan terpadu.

5. Bebas dari Ancaman (Freedom of Threat)

Belajar akan lebih mudah, lebih bermakna dan lebih diperkuat apabila belajar

itu terjadi dalam suasana bebas dari ancaman. Kegiatan belajr yang dipandang

membebaskan peserta didik dari ancaman adalah pembelajaran yang diwarnai oleh

suasana demokratis secara bertanggungjawab. Sebaliknya, kegiatan belajar yang

Page 10: Makalah Teori Belajar Humanistik

diwarnai dengan berbagai ancaman, peserta didik akan merasa gagal sebelum

melaksanakan kegiatan belajar, dan peserta didik yang merasa gagal itu pada akhirnya

tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tugas fasilitator dalam menciptakan iklim belajar yang bebas dari ancaman

adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan kondisi fisik yang menyenangkan, seperti tempat duduk,

ventilasi, lampu, dan kondusif untuk terciptanya interaksi antar peserta didik.

2) Memandang bahwa setiap peserta didik merupakan pribadi yang bermanfaat,

dan menghormati perasaan dan gagasan-gagasannya.

3) Membangun hubungan saling membantu antar peserta didik dengan

mengembangkan kegiatan-kegiatan yang ersifat kooperatif an mencegah

adanya persaingan dan saling memberikan penilaian.   

 

F. Implikasi dan Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran Siswa

1. Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran Siswa

a. Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut

ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas

fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):

1) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,

situasi kelompok, atau pengalaman kelas

2) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan

perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat

umum.

3) Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk

melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai

kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna

tadi.

4) Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar

yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu

mencapai tujuan mereka.

5) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel

untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

Page 11: Makalah Teori Belajar Humanistik

6) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan

menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan

mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual

ataupun bagi kelompok

7) Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur

dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang

anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang

individu, seperti siswa yang lain.

8) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya

dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan,

tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau

ditolak oleh siswa

9) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan

adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba

untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

2. Aplikasi Teori Belajar Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa 

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses

pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam

pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru

memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.

Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk

memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses

pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,

mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang

bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.

Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,

jujur dan positif.

Page 12: Makalah Teori Belajar Humanistik

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas

inisiatif sendiri

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran

secara mandiri

5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya

sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku

yang ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak

menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas

segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada

materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,

perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan

aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan

terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh

pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa

mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang

berlaku.

 

3. Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,

adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah

dan wajar.Ruangkelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan  pada perubahan.

Sedangkan guru  yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor

yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan

komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap

perubahan yang ada.

BAB III

Page 13: Makalah Teori Belajar Humanistik

PENUTUP

Simpulan

Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan

bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi

dirinya. Adapun tokoh dalam teori ini adalah Abraham Maslow, C. Roger dan Arthur Comb,

dll.

Aliran Humanistik muncul sekitar tahun 1960-1972. Kemudian muncul bebrapa

perubahan dan inovasi baru sampai dekade terakhir.

Kemudian aplikasi dalam teori ini, siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,

tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung

jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau

etika yang berlaku. Serta guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun

proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur

dan positif.         

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas

inisiatif sendiri.

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara

mandiri.

5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,

melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang

ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak

menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala

resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

Page 14: Makalah Teori Belajar Humanistik

DAFTAR PUSTAKA

Rifai RC Achmad,dkk. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan

MKU/MKDK-LP3

http://diendafreemakalah.blogspot.com/2013/11/makalah-teori-humanistik.html

(diakses 1 mei 2015)

https://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/ (diakses 1

mei 2015)