Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

137

Click here to load reader

Transcript of Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Page 1: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi Muhammad Risal5.0Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

. .Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah BerprestasiMengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi  merupakan sebuah KTI Kepala Sekolah berprestasi yang banyak dicari oleh para Kepala Sekolah yang mengikuti Lomba Kepala Sekolah Berprestasi. Mengingat salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh Kepala Sekolah adalah membuat Karya Tulis (KTI) tentang Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi. Untuk memudahkan kepala Sekolah untuk mendapatkan referensi berikut ini salah satu contoh Karya Tulis Ilmiah (KTI) Kepala Sekolah Berprestasi.BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahSalah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan dalam hal  bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan  kepala sekolah yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memprakarsai  pemikiran baru di dalam proses interaksi di lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan atau penyesuaian tujuan, sasaran, konfigurasi, prosedur, input, proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan.

Kepemimpinan merupakan inti dari organisasi dan manajemen yang berperan sebagai penggerak, dinamisator, dan koordinator, dari segala sumber daya manusia dan sumber daya yang lain yang ada dalam organisasi dan juga sebagai faktor kunci dalam aspek menejerial untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu. Disamping itu kepemimpinan yang dinamis dan efektif merupakan sumber daya yang paling pokok (Wahjosumidjo, 2002:4), sedangkan menurut  Hasibuan (2001, 167) bahwa kepemimpinan seseorang akan mewarnai pola kerja serta cara mengakomodasikan seluruh fungsi yang ada dalam mendukung terwujudnya tujuan organisasi.

Dalam Panduan Manajemen Sekolah (Depdiknas, 2000:112) disebutkan kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait untuk bekerja atau berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan mutu pendidikan sekolah. Tujuan pendidikan menurut Undang Undang Republik   Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Bagaimana tindakan kepala sekolah untuk  mencapai misi tersebut sangat tergantung pada kemampuan dan peran kepala sekolah dalam membina guru-guru untuk mencapai  tujuan terutama disesuaikan dengan kebutuhan daerah setempat.

Kedudukan kepala sekolah dalam ha l ini sangat penting, sehingga ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa penilaian tentang “bagaimana sekolah” sangat tergantung pada “bagaimana kepala sekolahnya”. Pendapat ini memberi makna bahwa “nasib sekolah” pada dasarnya tergantung pada bagaimana kepala sekolah “mengelola sekolahnya”. Dalam hal ini, kepala sekolah hendaknya dipandang sebagai sosok atau tokoh yang memegang tampuk pimpinan sekolah yang mempunyai kuasa menentukan kehidupan sekolah.

Untuk memenuhi persyaratan mengikuti seleksi  Kepala Sekolah Berprestasi Tahun 2012 tingkat Kecamatan Gatak, maka saya harus membuat makalah tentang Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah  Berprestasi. Dalam makalah ini akan saya sampaikan beberapa hal  tentang pencapaian saya selama menjadi guru dan kepala sekolah, baik dalam hal kedinasan, prestasi pribadi, sosial kemasyarakatan, dan keluarga. Bukan berniat menyombongkan diri atau narsis, tapi demi tuntutanpersyaratan dalam mekaksanakan  tugas dinas, maka  hal ini harus saya sampaikan.B. Rumusan Masalah

Page 2: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Dalam makalah dengan judul Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi ini, ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan sehubungan dengan tugas tambahan saya sebagai kepala sekolah di SD Negeri Trangsan 04 sebagai berikut : 

1. Apa visi dan misi sebagai kepala sekolah di SD Negeri Trangsan 04? 2. Bagaimana menentukan keputusan strategis dan menyusun rencana strategis untuk mencapai visi dan misi sebagai

kepala sekolah SD Negeri  Trangsan 04? 3. Apa langkah konkrit yang diambil untuk mewujudkan visi dan misi tersebut? 4. Apa hasil yang dicapai selama 2 (dua) tahun masa kepemimpinannya? 5. Mengapa saya layak menjadi kepala sekolah berprestasi?

C. Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Tujuan Teoritis : untuk mereview sekaligus mengevaluasi  program yang telah disusun dibandingkan dengan hasil yang dicapai. 

2. Tujuan praktis : sebagai pangkal tolak untuk melakukan revisi dan/atau peningkatan pelaksanaan program berdasarkan hasil yang telah dicapai sehingga akan dapat menjawab mengapa saya layak menjadi kepala sekolah berprestasi. BAB IIPEMBAHASANKepemimpinan kepala sekolah yang efektif harus memiliki sikap mandiri, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kemandirian dan profesionalisme kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Selain itu, kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan yang bijaksana secara tepat waktu dan tepat sasaran, tanpa harus menunggu perintah dari pimpinan yang ada di atasnya. Untuk mendukung hal tersebut di atas, maka sebagai guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah di SD Negeri Trangsan 04 saya memiliki visi dan misi yang akan memandu saya dalam melaksanakan tugas di SD Negeri Trangsan 04.Visi dan Misi sebagai kepala sekolah di SD Negeri Trangsan 041.      VisiMenjadi Diri Sendiri Untuk Menjadi Yang Terbaik. Menjadi diri sendiri artinya saya akan menjadi seperti yang saya inginkan, tidak sama dengan seseorang atau mirip seseorang. Banyak tokoh panutan dalam hidup saya, tetapi saya tidak ingin menjadi seperti tokoh-tokoh panutan saya tersebut, saya hanya mengadopsi hal-hal yang saya pikir positif dan sesuai dengan karakter saya. Dengan demikian, saya berharap  bisa menjadi yang terbaik.2.      MisiAdapun misi hidup untuk mencapai visi tersebut adalah : Melakukan Yang Terbaik Untuk Menjadi Yang Terbaik  Selalu Dimulai dari Diri Sendiri. Dalam pemikiran saya yang sederhana, ada sebuah rumah kecil dengan lantai satya, berdinding darma, beratap bakti, dengan pintu ikhlas, dan jendela bina. Sebuah rumah sederhana yang dibangun dengan  :

1. Satya atau janji. Janji kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, janji kepada nusa dan bangsa, janji kepada diri sendiri, janji kepada masyarakat untuk melaksanakan amanah mencedaskan kehidupan bangsa 

2. Darma. Darma adalah norma, aturan. Norma agama, norma negara, norma masyarakat, dan  norma keluarga adalah batasan yang memagari semua perilaku/tindakan, sehingga tidak akan terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang. 

3. Bakti adalah mengabdi/melayani. Mengabdi kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, kepada negara, bangsa, masyarakat, keluarga, dan juga mengabdi pada diri sendiri. 

4. Ikhlas artinya tidak mengharapkan imbalan, tanpa pamrih, Sepi ing pamrih rame ing gawe. 5. Bina adalah bimbing, bantu. Segala sesuatu di dunia fana sifatnya, selalu mengalami perubahan dan pasang surut.

Untuk itulah suatu saat perlu dibina agar tetap pada tujuan semula dan berhasil mencapai tujuan dengan sukses.Untuk mengadakan perubahan atau melaksanakan program, selalu dimulai dari diri sendiri. Dengan lima unsur yang ada dalam rumah sederhana imajiner saya, langkah pertama harus dilaksanakan sampai  finish sebelum memerintahkan yang lain untuk melangkah. Dengan kata lain, menjadikan diri sendiri sebagi contoh/teladan bagi rekan-rekan guru yang lain. Diharapkan dengan melihat hasil dari perbuatan/tindakan saya, rekan-rekan yang lain merasa terpanggil untuk melaksanakan program yang sudah direncanakan. Seperti kata peribahasa : Satu teladan lebih bermakna daripada sejuta kata.Mengambil Keputusan Strategis dan Menyusun Rencana Strategis

Page 3: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

SD Negeri Trangsan 04 mencanangkan visi dan misi sebagai berikut :1. Visi : Membentuk manusia Indonesia terampil, cerdas, bertaqwa, dan berbudi pekerti luhur serta mandiri. 2. Misi : Meningkatkan mutu pendidikan agar siswa mampu berkompetisi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.Untuk mencapai visi dan misi tersebut, warga sekolah SD Negeri Trangsan 04 menentukan keputusan strategis yang merupakan cara jitu untuk mengatasi tantangan dan meraih peluang dengan mempertimbangkan faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sekolah dalam mencapai hasil maksimal sesuai dengan tujuan. Keputusan strategis harus diambil sehingga sekolah memiliki perencanaan yang tepat untuk memperoleh keunggulan kuantitas dan kualitas (akademik/non-akademik) sesuai keinginan dan tuntutan masyaraka dengan dukungan maksimal dari sumber daya yang dimiliki. SD Negeri Trangsan 04 menyusun rencana strategis  dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) dan dijabarkan dalam Program Kerja Tahunan Sekolah. Dalam menyusun Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) dan Program Kerja Tahunan Sekolah melibatkan berbagai unsur yaitu : Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Kependidikan, Pengawas, Komite, dan Tokoh Masyarakat dalam suatu pertemuan formal yang difasilitasi oleh kepala sekolah.Langkah Konkrit Yang Diambil Untuk Mencapai Visi dan MisiUntuk mencapai hasil yang maksimal, maka diperlukan kerja yang optimal dalam mewujudkan visi dan misi sebagai kepala sekolah SD Negeri Trangsan 04. Langkah konkrit yang saya lakukan adalah :

1. Memfungsikan secara maksimal sumber daya yang ada di SD Negeri Trangsan 04, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam (sarana dan prasarana) 

2. Mengoptimalkan waktu dengan cermat. 3. Menciptakan iklim yang kondusif di lingkungan sekolah, baik lingkungan belajar, lingkungan sosial kemasyarakatan,

dan lingkungan wiyata mandala. 4. Menerapkan menejemen konflik, baik antar kelas maupun antar individu sehingga tercipta iklim kompetisi yang

sehat. 5. Memberi kebebasan untuk mengekspresikan diri, untuk siswa maupun untuk pendidik dan tenaga kependidikan.

Hasil yang Dicapai Selama 2 (dua) Tahun masa kepemimpinan.Sejak tanggal 25 Februari 2010 sampai sekarang, pencapaian /perkembangan SD Negeri Trangsan 04  terlihat signifikan. Ada beberapa hal yang dapat saya sampaikan sebagai berikut:Pencapaian di bidang akademis. 

1. Ujian Nasional lulus 100% tahun 2009/2010 dan tahun 2010/2011. 2. Masuk/diterima di SMP Negeri Gatak 1, Gatak 2, SMP Negeri Sawit 3. 3. Akreditasi Sekolah dengan predikat A, nilai 89,25 Tahun 2010. Juara I Kreatifitas Siswa, Bahasa Jawa, Mapsi, Seni

Vokal, Seni Lukis, Macapat, Atletik, Tenes Meja, Geguritan, dll. 4. Menjadi barung tergiat  dan mewakili Kwartir Ranting Gatak dalam Pesta Siaga Kwarcab Sukoharjo tahun  2010 dan

mendapatkan peringkat 5. 5. Mewakili Jambore Penggalang Ramu Kwarcab Sukoharjo di Kecamatan Bulu. 6. Mewakili Jambore Dokter Kecil Kwarcab Sukohajo di Kecamatan Bendosari (Waduk Mulur)

Pencapaian di bidang peningkatan mutu Sumber Daya Manusia1. Melanjutkan kuliah Strata 1 PGSD : 5 orang, lulus 1 orang, dalam proses 4 orang. 2. Mengikuti diklat tingkat provinsi dan kabupaten. 3. Sertifikasi Guru : 5 orang PNS, 4 orang tersertifikasi, 1 orang lulus UKA. 4. Penataran Dokter Kecil, 10% dari jumlah siswa setiap tahun. Sudah memiliki 24 dokter kecil bersertifikat.5.  Sosialisasi Gizi untuk orangtua siswa bekerja sama dengan UMS dan Susu Frisian Flag. 6. Pencapaian di bidang sarana dan prasarana. 7. Pengecatan gedung dan bangunan lain dilaksanakan 2 x setahun. 8. Pemeliharaan dan pengadaan  meubelair sekolah. 9. Membangun selasar sebagai ruang publik. 10. Penataan halaman dengan memasang paving 235 meter persegi bekerja sama dengan komite sekolah. 11. Membuat titian, bak lompat, lapangan badminton dan basket. 12. Penataan kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang bimbingan dan konseling, ruang perpustakaan, ruang

ibadah, sanggar pramuka, kantin sekolah, ruang olah raga, ruang UKS, kebun sekolah, taman, kamar mandi/WC, dapur, dan pagar. 

13. Pengadaan alat peraga, buku pelajaran, LKS, dan bahan praktik. 14. Pengadaan IT : 2 unit komputer, 2 unit printer, 1 unit notebook, 1 unit laptop, 1 unit LCD Proyektor, 1 unit Handycam

Sony, 1 unit modem internet.

Page 4: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah BerprestasiDari 4 (empat) point yang saya uraikan di atas, dan didukung dengan portofolio serta prestasi pribadi yang saya sertakan sebagai bagian tak terpisahkan dari persyaratan seleksi kepala sekolah berprestasi tahun 2012, maka saya memberanikan diri meminta pendapat kepada rekan-rekan guru tentang mengapa saya layak menjadi kepala sekolah berprestasi. Berikut ini, saya sampaikan beberapa pendapat tentang mengapa saya layak menjadi kepala sekolah berprestasi :

1. Sri Wahyuni, S.Pd. guru kelas VI SD Negeri Trangsan 04, guru dengan sertifikat pendidik, Golongan/Ruang IV/a : Karena pengetahuannya luas dalam hal apapun yang berkaitan dengan pendidikan, dalam setiap melangkah (mengambil keputusan) selalu hati-hati, apalagi dalam memimpin bawahannya dapat melaksanakan visi misi sekolah dengan tepat, terbukti dengan meningkatnya prestasi siswa. 

2. Yuli Astuti, S.Pd dan Umi Alfiyatun, A.Ma.Pd, Guru Tidak Tetap, Guru Kelas II dan Kelas I, sedang dalam proses kuliah di Strata 1 PGSD : Karena berpendidikan S-2, pintar, cerdik, cerdas, mandiri, tahan uji, berdedikasi tinggi dan bertanggungjawab, memiliki keuletan dan kesabaran, kemauan tinggi, tidak gampang mengeluh, serta tahan banting. 

3. Dulchamid, S.Pd, Ketua K3S Kecamatan Gatak , Guru dengan sertifikat pendidik, IV/a : Karena mampu dalam POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling) dan unggul dalam kompetensi apapun. 

4. Martini, S.Pd, Ketua Gugus Jagung Harjuna, Guru dengan sertifikat pendidik, IV/a : Karena mampu segalanya. Sri Hartati, S.Pd, Kepala SD Negeri Trangsan 02, Guru dengan sertifikat pendidik, IV/a : Karena pandai, wawasannya luas di segala bidang. Ayo maju terus! Dari beberapa pendapat rekan-rekan guru di lingkungan Gugus Jagung Harjuna tersebut, saya jadi merasa yakin bahwa saya layak menjadi kepala sekolah berprestasi.BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanDari pembahasan yang saya sampaikan dalam BAB II, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Visi sebagai kepala sekolah di SD Negeri Trangsan 04 adalah Menjadi Diri Sendiri Untuk Menjadi Yang Terbaik. 2. Misi sebagai kepala sekolah di SD Negeri Trangsan 04 adalah       Melakukan Yang Terbaik Untuk Menjadi Yang

Terbaik  Selalu   Dimulai dari Diri Sendiri. 3. Menentukan keputusan strategis yang disusun dalam rencana strategis sekolah dilaksanakan bersama antara kepala

sekolah, dewan guru, tenaga kependidikan, pengawas, komite sekolah, dan tokoh masyarakat dalam suatu pertemuan formal yang difasilitasi oleh kepala sekolah. 

4. Langkah konkrit untuk mewujudkan visi dan misi adalah :Memfungsikan secara maksimal sumber daya yang ada di SD Negeri Trangsan 04, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam (sarana dan prasarana), Mengoptimalkan waktu dengan cermat, Menciptakan iklim yang kondusif di lingkungan sekolah, baik lingkungan belajar, lingkungan sosial kemasyarakatan, dan lingkungan wiyata mandala, Menerapkan menejemen konflik, baik antar kelas maupun antar individu sehingga tercipta iklim kompetisi yang sehat, Memberi kebebasan untuk mengekspresikan diri, untuk siswa maupun untuk pendidik dan tenaga kependidikan. 

5. Hasil pencapaian selama 2 (dua) tahun masa kepemimpinan di SD Negeri Trangsan 04 adalah belum signifikan dibandingkan dengan program yang sudah direncanakan. 

6. Saya layak menjadi kepala sekolah berprestasi karena saya memang berprestasi dalam memimpin SD Negeri Trangsan 04, berprestasi untuk meningkatkan kualitas pribadi dengan lulus Magister Menejemen Pendidikan, dan berprestasi menjadi contoh bagi anak-anak tetap aktif dalam kepramukaan meskipun sudah tua.B. Saran

1. Untuk Warga sekolah SD Negeri Trangsan 04 Agar lebih “berani” menyuarakan aspirasinya demi kemajuan sekolah dan peningkatan mutu pendidikan di SD Negeri Trangsan 04. 

2. Untuk para kepala sekolah dasar. Dalam menyusun keputusan strategis, agar benar-benar diperhatikan dan diperhitungkan analisis SWOT nya agar prosentase keberhasilaannya tinggi. Selamat berkarya, berjuang dan beribadah! DAFTAR  PUSTAKADepdikbud. 1998. “ Panduan Menejemen Sekolah”, Jakarta : Balai Pustaka.Depdiknas. 2000. “Panduan Manajemen Sekolah”. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.Hasibuan, SP. Malayu. 2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jskarta : Bumi Aksara.Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003. “Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya”. Yogyakarta : Media WacanaWahjosumidjo. 1984. “Kepemimpinan dan Motivasi”. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Page 5: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Kata Kunci :contoh karya ilmiah untuk guru berprestasi,mengapa aku jadi guru prestasi tk,makalah mengapa aku layak jadi guru berprestasi,Makalah mengapa aku jadi guru berprestasi?,karya ilmiah tentang guru berprestasi,contoh makalah lomba guru berprestasi tentang pengalaman terbaik menjadi guru,contoh makalah lomba guru berprestasi,contoh makalah guru berprestasi,contoh kti untuk knp,contoh kti guru berprestasi tingkat sd

Read more: http://www.artikelbagus.com/2012/06/mengapa-saya-layak-menjadi-kepala-sekolah-

berprestasi.html#ixzz30dOP7dW8

Kamis, 18 April 2013

Makalah Administrasi Pendidikan (Kepala sekolah sebagai Administrator)

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga makalah Administrasi Pendidikan ini dapat diselesaikan dengan baik.Adapun judul dari makalah yang kami buat adalah “Kepala Sekolah Sebagai Administrator”. Di

dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana fungsi kepala sekolah dahulu dan sekarang, syarat-syarat minimal kepala sekolah, dan peranan kepala sekolah sebagai administrator.

Penyusunan makalah ini di ambil dari berbagai buku-buku referensi administrasi pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pengguna makalah ini sehingga makalah dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Bahar selaku dosen Administrasi Pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya mata kuliah Administrasi Pendidikan.

Makassar, November 2011

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL………………………………………………………… iKATA PENGANTAR………………………………………………………. iiDAFTAR ISI………………………………………………………………… iiiBAB I PENDAHULUAN………………………………………………… .. 3

A. Latar Belakang………………………………………………………. 3B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASANA. Fungsi Kepala Sekolah Dahulu dan Sekarang……………………….. 6B. Syarat-Syarat Minimal Seorang Kepala Sekolah…………………….. 8

Page 6: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

C. Kepala Sekolah Sebagai Administrator……………………………… 10BAB 111 PENUTUP………………………………………………………... 22

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 22B. Saran………………………………………………………………... 23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 24

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kepala sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur para guru pegawai tata usaha dan pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada bijaksana yang terapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan organisasi pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus memiliki berbagai persyaratan agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Masing-masing persyaratan ini saling berkaitan antar yang satu dengan yang lainnya. Diantaranya adalah memiliki ijazah, kemampuan mengajar, kepribadian yang baik serta memiliki pengalaman kerja. Di antara pemimpin-pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting. Karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan tiap-tiap sekolah. Dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu program pendidikan dan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan itu, sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Mengingat pentingnya peranan dan fungsi kepala sekolah itu, maka di dalam makalah ini akan di bahas secara detail tentang kepala sekolah, fungsi kepala sekolah dahulu dan sekarang, syarat-syarat minimal kepala sekolah, serta peranan kepala sekolah sebagai administrator.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana perbedaan fungsi kepala sekolah dahulu dan sekarang?2) Apa syarat-syarat minimal seorang kepala sekolah?3) Bagaimana fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator pendidikan dalam

meningkatkan kinerja guru?

Page 7: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

BAB IIPEMBAHASAN

A. Fungsi Kepala Sekolah Dahulu dan Sekarang Jika kita bandingkan antara tugas kepala sekolah pada masa penjajahan Belanda di Indonesia

dengan tugas kepala sekolah dewasa ini, dapat kita lihat betapa jelas perbedaannya . Kita semua mengetahui bahwa tujuan pendidikan di masa penjajahan Belanda di sesuaikan dengan tujuan kolonialisme Belanda.Sedangkan tujuan pendidikan di Indonesia ini harus sesuai dengan dasar dan tujuan Negara Republik Indonesia (Ngalim Purwanto, 1987; 101).

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di masa penjajahan Belanda tidak seluas dan seberat tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di masa sekarang. Pada masa itu kepala sekolah lebih merupakan seorang “kepala”(lihat kembali uraian tentang perbedaan “kepala” dan pemimpin ). Ia telah dapat dikatakan berhasil sebagai pemimpin sekolah jika ia dapat bertindak memerintah dan mengawasi anak buah /guru –gurunya,menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan-peraturan serta ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dan ditetapkan dari atasannya (Ngalim Purwanto, 1987; 101)

Dalam tugasnya sehari-hari,dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun,lebih banyak merupakan tugas-tugas rutin daripada tugas-tugas yang merupakan inisiatif dan kreatif baru bagi perkembangan dan kemajuan sekolah dan dipimpinya . Betapa tidak! Bukankah segala sesuatu telah diatur dan disediakan oleh atasan,dalam hal ini oleh pemerintah?Gedung sekolah dan perlengkapannya telah tersedia;ia tidak perlu terlalu pusing memikirkan kekurangan ruanganatau bangku-bangku murid,dsb.Alat-alat pelajaran,termasuk buku tulis,buku-buku pelajaran dan perpustakaan untuk guru maupun murid-murid telah tersedia dan ditetapkan oleh pemerintah. Di samping itu, kepala sekolah tidak perlu terlalu pusing memikirkan gaji dan kenaikan tingkat guru-gurunya, apalagi honorarium,uang vakasi, dsb (Ngalim Purwanto, 1987; 102).

Terhadap sekolah pada masa penjajahan Belanda tidak dituntut adanya hubungan dan kerja sama dengan masyarakat.Bahkan sebaliknya, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari kehidupan masyarakat lingkungannya. Oleh sebab itu, sebagai kepala sekolah pada masa itu, tidak perlu memikirkan bagaimana membentuk organisasi BP3 (Badan Pembantu Pembinaan Pendidikan) atau POMG(Persatuan Orang tua Murid dan Guru), bagaimana menyusun anggaran dasar BP3/POMG dan peraturan/ketentuan-ketentuan yang dapat mengatur hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, khususnya orang tua murid, dalam membina dan memajukan sekolahnya. Pemikiran tentang perkembangan atau perubahan kurikulum pun tidak menjadi tanggung jawab kepala sekolah karena hal itu adalah tanggung jawab pemerintah dan telah ditetapkan oleh pemerintah. Kepala sekolah dan guru-guru tinggal menjalankan seperti apa adanya saja (Ngalim Purwanto, 1987; 102).

Ini berlainan dengan kepala sekolah sekarang setelah Indonesia merdeka. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah mengalami perkembangan dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Sesuai dengan pendidikan di Negara kita Indonesia yang bersifat nasional-demokratis, maka sikap dan sifat kepemimpinan kepala sekolah pun harus berubah dan mengarah kepada kepemimpinan pendidikan yang demokratis. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah makin luas dan makin banyak bidangnya. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis-akademis saja.Benar bahwa hal itu adalah tugas dan tanggung jawab yang pokok bagi seorang kepala sekolah. Akan tetapi, mengingat situasi dan kondisi serta pertumbuhan persekolahan di Negara kita dewasa ini, banyak masalah baru yang timbul yang harus menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk di pecahkan dan dilaksanakannya. Kekurangan ruang belajar, gedung sekolah yang sudah rusak , perlengkapan gedung yang sangat kurang dan tidak memenuhi syarat, tidak adanya alat-alat pelajaran, buku-buku pelajaran yang hampir setiap tahun berubah, cara penampungan murid baru yang setiap tahun bertambah, kekurangan tenaga guru dan kesulitan pengangkatannya, dsb.,dsb.,semua ini

Page 8: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

memerlukan pemikiran dan menambah tugas serta tanggung jawab kepala sekolah (Ngalim Purwanto, 1987; 102).

Memang benar, masalah-masalah pendidikan seperti dikemukakan di atas pada umumnya merupakan masalah nasional sehingga pemecahannya pun harus secara nasional:oleh pemerintah, aparat pendidikan, bersama-sama dengan masyarakat. Akan tetapi, sebagai kepala sekolah yang justru langsung terlibat dan berkecimpung di dalam arus masalah-masalah tersebut, dia tidak boleh sama sekali lepas tangan dan menyerahkannya semata-mata kepada pemerintah.Inisiatif dan kreativitas yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan sekolah terhadap sekolah yang dipimpinnya (Ngalim Purwanto, 1987; 103).

Dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan-kesulitan yang dialami sekolah, baik yang bersifat material seperti: perbaikan gedung sekolah, penambahan ruang, alat-alat perlengkapan, dsb.maupun yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri hanya dengan guru-gurunya saja. Hubungan dan kerja sama yang baik dan produktif antara sekolah dan masyarakat perlu dibina. Misalnya pembentukan BP3/POMG yang benar-benar di manfaatkan untuk kemajuan dan pembinaan sekolah, mengadakan hubungan kerja sama dan instansi-instansi lain yang erat hubungannya dengan pendidikan anak-anak, baik negeri maupun swasta (Ngalim Purwanto, 1987; 103).

B. Syarat-syarat minimal seorang kepala sekolah Untuk menjalankan tugas sebagai kepala sekolah yang baik diperlukan seseorang yang

memiliki syarat-syarat tertentu. Di samping syarat-syarat ijazah ( yang merupakan syarat formal ), juga pengalaman kerja dan kepribadian yang baik perlu di perhatikan . Dalam peraturan yang berlaku di Departemen P dan K, untuk setiap tingkatan dan jenis sekolah sudah di tetapkan syarat-syarat yang diperlukan untuk pengangkatan seorang kepala sekolah. Seperti telah kita ketahui bahwa untuk kepala sekolah taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) serendah-rendahnya berijazah SGA/SPG atau SGTK (SPG jurusan B). Maka ijazah yang diperlukan bagi seorang kepala sekolah pun hendaknya sesuai dengan jurusan atau jenis sekolah yang di pimpinnya (Ngalim Purwanto, 1987; 103-104).

Syarat-syarat lain di samping ijazah dan pengalaman bekerja adalah kepribadian dan kecakapan yang dimilikinya. Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang baik dan sesuai dengan kepemimpinan yang akan dipegangnya. Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki sifat-sifat jujur,adil dan dapat di percaya,suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan tugas dan mengatasi kesulitan-kesulitannya ,bersifat sabar dan memiliki kestabilan emosi,percaya kepada diri sendiri dan dapat mempercayai guru-guru atau pegawai-pegawainya,bersifat luwes dan ramah,mempunyai sifat tegas dan konsekuen yang tidat kaku,dan lain sebagainya (Ngalim Purwanto, 1987; 105).

Jika kita simpulkan apa yang telah diuraikan, maka menurut Ngalim Purwanto (1987; 106) bahwa syarat-syarat minimal bagi seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.2) Mempunyai pengalaman bekerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan sekolah yang

dipimpinnya.3) Memiliki kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi

kepentingan pendidikan.4) Mempunyai keahlian dan berpengetahuan luas, terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan dan

pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya.5) Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya.

C. Kepala sekolah sebagai administrator Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan

Page 9: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai, dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan (Ngalim Purwanto, 1987; 106).

Telah diketahui sebelumnya bahwa dalam setiap kegiatan administrasi mengandung di dalamnya fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengordinasian, pengawasan, pegawaian, dan pembiayaan. Kepala sekolah sebagai administrator hendaknya mampu mengaplikasikan fungsi-fungsi tersebut ke dalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya (Ngalim Purwanto, 1987; 106).

Fungsi Kepala Sekolah sebagai AdministratorMenurut Ngalim Purwanto (1987; 106-112) kepala sekolah sebagai administrator harus mampu mengaplikasikan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Membuat perencanaan Salah satu fungsi utama dan pertama yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah adalah

membuat atau menyusun perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok. Tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan juga kegagalan (Ngalim Purwanto, 1987; 106-107).

Oleh karena itu, setiap kepala sekolah paling tidak harus membuat rencana tahunan.Setiap tahun, menjelang dimulainya tahun ajaran baru, kepala sekolah hendaknya sudah siap menyusun rencana yang akan dilaksanakan untuk tahun ajaran berikutnya (Ngalim Purwanto, 1987; 107).

Menurut Ngalim Purwanto (1987;107), maka rencana atau program tahunan hendaknya mencakup bidang-bidang seperti berikut:

1) Program pengajaran, seperti antara lain kebutuhan tenaga guru sehubungan dengan kepindahan dll.; pembagian tugas mengajar; pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat pelajaran, dan alat peraga; pengadaan atau pengembangan laboratorium sekolah; pengadaan atau pengembangan perpustakaan sekolah;system penilaian hasil belajar; kegiatan-kegiatan kokurikuler; dan lain-lain.

2) Kesiswaan   atau   kemuridan, antara lain syarat-syarat dan prosedur penerimaan murid baru, pengelompokan siswa atau murid dan pembagian kelas, bimbingan atau konseling murid, pelayanan kesehatan murid (UKS), dan sebagainya.

3) Kepegawaian, seperti penerimaan dan penempatan guru atau pegawai baru, pembagian tugas/pekerjaan guru dan pegawai sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi dan atau promosi guru dan pegawai sekolah, dan sebagainya.

4) Keuangan, yang mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan untuk berbagai kegiatan yang telah direncanakan, baik uang yang berasal dari pemerintah, atau dari POMG atau BP3, ataupun sumber lainnya. Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru (http://ortujcis.wordpress.com/2008/07/20/tujuh-peran-kepala-sekolah).

5) Perlengkapan, yang meliputi perbaikan atau rehabilitasi gedung sekolah, penambahan ruang kelas, perbaikan atau pembuatan pagar pekarangan sekolah, perbaikan atau pembuatan lapangan olah raga, perbaikan atau pengadaan bangku murid, dan sebagainya. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penyusunan rencana tahun ini, guru-guru dan pegawai sekolah hendaknya diikutsertakan. Ikut sertanya guru-guru dan pegawai sekolah dapat membantu pemikiran dan ide-ide serta pemecahan masalah yang mungkin tidak terpikirkan atau tidak dapat dipecahkan sendiri oleh kepala sekolah. Di samping itu, dengan diikutsertakannya guru-guru dan pegawai sekolah, mereka akan merasa bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah mereka rencanakan dan mereka sepakati bersama (Ngalim Purwanto, 1987; 107).

Page 10: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

b. Menyusun organisasi sekolah Organisasi merupakan fungsi administrasi dan manajemen yang penting pula di samping

perencanaan. Di samping sebagai alat, organisasi dapat pula dipandang sebagai wadah atau struktur dan sebagai proses (Ngalim Purwanto, 1987; 108).

Penyusunan organisasi merupakan tanggungjawab kepala sekolah sebagai administrator pendidikan. Sebelumnya ditetapkan, penyusunan organisasi itu sebaiknya dibahas bersama-sama dengan seluruh anggota agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan kesepakatan bersama.Selain menyusun struktur organisasi, kepala sekolah juga bertugas untuk mendelegasikan tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang ada.

Sebagai wadah, organisasi merupakan tempat kegiatan-kegiatan administrasi itu dilaksanakan. Dan jika dipandang sebagai proses, maka organisasi merupakan kegiatan-kegiatan atau menyusun dan menetapkan hubungan-hubungan kerja antarpersonel. Kewajiban-kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian atau personel yang termasuk di dalam organisasi itu disusun da ditetapkan menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Ngalim Purwanto, 1987; 108).

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan perlu menyusun organisasi sekolah yang dipimpinnya, dan melaksanakan pembagian tugas serta wewenangnya kepada guru-guru dan pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama (Ngalim Purwanto, 1987; 108).

Menurut Ngalim Purwanto (1987; 108-109) untuk menyusun organisasi sekolah yang baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Mempunyai tujuan yang jelas.2) Para anggota menerima dan memahami tujuan tersebut.3) Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan, kesatuan pikiran, dsb.4) Adanya kesatuan perintah (unity of command); para bawahan/anggota hanya mempunyai seorang

atasan langsung, dan daripadanya ia menerima perintah atau bimbingan, serta kepadanya ia harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.

5) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang di dalam organisasi itu,. Sebab, tidak adanya keseimbangan tersebut akan memudahkan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan seperti:

-          jika wewenang lebih besar daripada tanggung jawab, mudah menimbulkan penyalahgunaan wewenang;

-          jika tanggung jawab lebih besar daripada wewenang, mudah menimbulkan banyak kemacetan, merasa tidak aman atau ragu-ragu dalam tindakan.

6) Adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan atau bakat masing-masing.

7) Struktur organisasi hendaknya disusun sesederhana mungkin, sesuai dengan kebutuhan koordinasi, pengawasan, dan pengendalian.

8) Pola organisasi hendaknya permanen. Artinya, meskipun struktur organisasi dapat dan memang harus diubah sesuai dengan tuntutan perkembangan, fleksibilitas dalam penyesuaian itu jangan bersifat prinsip. oleh karena itu, pola dasar struktur organisasi perlu dibuat sedemikian rupa sehiingga sedapat mungkin permanen.

9) adanya jaminan keamanan dalam bekerja (security of tenure); bawahan atau anggota tidak merasa gelisah karena takut dipecat, ditindak sewenang-wenang, dsb.

10) garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerjanya jelas tergambar di dalam struktur atau bahan organisasi.

Page 11: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

struktur organisasi sekolahMenurut Ngalim Purwanto (1987; 109) diberikan dua contoh struktur organisasi sekolah sekadar untuk memperjelas pemahaman anda.

Contoh 1 :

STRUKTUR ORGANISASI SMA”X

POMG/BP3

Kepala (pem.sekolah)

TU sekolah

Wk.KS urusan kur. & peng

Wk.KS urs. Sarana/prasarana & humas

Wk.KS urusan kesiswaan

 O S I S

Siswa/siswi

Koordinator perpustakaan

Koordinator BP / BK

Wali kelas & guru-guru

 

Contoh 2 : STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH “YPOMG/BP3

Kep.sekolah

Wk. Kep. Sek

Dewan Guru

TU Sekolah

Urusan BP /

Page 12: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

BK

Urusan Kur. /Peng

Urusan Gedung/Perl.

Urusan Kes.Sosial

Wali Kelas

S I S W A

Keterangan: Garis komando dan staf Garis koordinasi

-          Tiap-tiap bagian, kecuali wali kelas dan guru, mempunyai staf masing-masing.-          Struktur Organisasi ini diambil dari salah satu SMA di Jakarta dengan sedikit modifikasi.

Dengan membandingkan kedua contoh tersebut di atas, menurut Ngalim Purwanto (1987; 110) jelas kiranya bahwa bentuk kompleksitas organisasi sekolah bergantung pada berbagai factor, antara lain:

Tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan Besar-kecilnya sekolah dan banyak-sedikitnya siswa Alat perlengkapan dan alat-alat belajar-mengajar yang tersedia Kegiatan-kegiatan belajar atau kurikulum yang hndak dicapai. Sistem \kredit semester atau system

internasional Anggaran biaya yang tersedia, termasuk sumber-sumber dana yang dapat diusahakan.c. Bertindak Sebagai Koordinator dan Pengarah

Adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang, seperti tergambar di dalam struktur organisasi sekolah, memerlukan adanya koordinasi serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat antar personal sekolah. Dengan kata lain, adanya pengoordinasian yang baik memungkinkan semua bagian atau personal bekerja sama saling membantu kearah satu tujuan yang telah ditetapkan seperti kerja sama antara urusan antara urusan kurikulum dan pengajaran dengan guru-guru, kerja sama antara urusan bimbingan dan konseling dengan para wali kelas, kerja sama antara bagian tata usaha dengan wali kelas dan guru-guru, dan sebagainya (Ngalim Purwanto, 1987; 111).

d. Melaksanakan Pengelolaan KepegawaianPengelolaan kepegawaian mencakup didalamnya penerimaan dan penempatan guru atau

pegawai sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi dan atau promosi guru dan pegawai sekolah, dsb. Tugas-tugas yang menyangkut pengelolaan kepegawaian ini sebagian besar dikerjakan oleh bagian tata usaha sekolah

Page 13: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

seperti pengusulan guru dan atau pegawai guru, kenaikan pangkat guru-guru dan pegawai sekolah, dan sebagainya (Ngalim Purwanto, 1987; 111).

Agar pekerjaan sekolah dapat dilakukan dengan senang, bergairah, dan berhasil baik, maka dalam memberikan atau membagi tugas pekerjaan personal, kepala sekolah hendaknya memperhatikan kesesuaian antara beban dan jenis tugas dengan kondisi serta kemampuan pelaksanaannya seperti antara lain:

Jenis kelamin (pria atau wanita) Kesehatan fisik (kuat-tidaknya melakukan pekerjaan itu) Latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimiliki Kemampuan dan pengalaman kerja Bakat, minat, dan hobi

Hal lain yang termasuk kegiatan pengelolaan kepegawaian ialah masalah kesejahteraan personel. Yang dmaksud dengan kesejahteraan personel bukan hanya kesejahteraan yang berupa materi atau uang, tetapi juga kesejahteraan yang bersifat rohani dan jasmani, yang dapat mendorong para personel sekolah bekerja lebih giat dan bergairah. Menurut Ngalim Purwanto (1987; 112) banyak cara yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan personel sekolah, seperti:

Membentuk semacam ikatan keluarga sekolah yang bersifat social Membentuk koperasi keluarga personel sekolah Mengadakan kegiatan-kegiatan seperti olahraga, diskusi-diskusi yang berhubungan dengan

pengembangan profesi guru-guru atau pegawai sekolah Member kesempatan dan bantuan dalam rangka pengembangan karier, seperti kesempatan

melanjutkan plajaran, kesempatan mengikuti penataran-penataran, Selma tidak menganggu atau merugikan jalannya sekolah

Mengusulkan dan mengurus kenaikan gaji atau pangkat guru-guru dan pegawai tepat pada waktunya sesuai dengan peraturan yang berlaku.Dan semuanya memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan sebagainya disertai pengawasan dan pembinaan yang tepat dan berkelanjutan.

Peran kepala sekolah sebagai administratorPeranan kepala sekolah sebagai administrator memiliki dua tugas utama. Pertama, sebagai pengendali struktur organisasi, yaitu mengendalikan bagaimana cara pelaporan, dengan siapa tugas tersebut harus dikerjakan dandengan siapa beriteraksi dalam megerjakan tugas tersebut.Kedua,melaksanakan administrasi substansi yang mencakup administrasi kurikulum,kesiswaan, personalia, keuangan, sarana hubungan dengan masyarakat, dan administrasi umum. (http://etd.eprints.ums.ac.id/6767/1/Q100030096.pdf ).

Peranan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Program Pelayanan MuridWalaupun kepemimpinan kepala sekolah penting di bidang-bidang lain, bagi program pelayanan ia sering sangat menentukan. Menurut Oteng Sutisna (1989, 82) factor-faktor tersebut antara lain:

1) Pelayanan murid adalah bidang yang sensitive, menyentuh masalah-masalah yang bisa membangkitkan perasaan-perasaan yang kuat

2) Ada banyak salah tafsir dan ketaksetujuan yang jujur tentang isyu-isyu tertentu3) Bidang pelayanan murid melibat banyak kegiatan, dan masalah perumusan dan koordinasi sulit

Dalam hubungan dengan fungsi pelayanan murid ini, masalah-masalah yang dihadapi oleh semua kepala sekolah menurut Oteng Sutisna (1989, 82) antara lain:

1) Disiplin2) Menyediakan bimbingan dan penyuluhan3) Putus sekolah4) Absensi

Page 14: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

5) Hubungan guru-murid6) Hubungan sekolah-orang tua7) Kegiatan murid8) Murid lamban9) Melaporkan kemajuan murid10) Melanjutkkan studi ke pendidikan yang lebih tinggi

Bagi kepala sekolah yang ingin memecahkan masalah ini adalah suatu permulaan yang baik nampaknya terletak pada cara kepala sekolah sendiri memandang program pelayanan murid itu. Kepala sekolah harus menerima dan mengkomunikasikan melalui kepemimpinannya suatu titik pandangan bahwa sekolah hadir untuk kepentingan anak didik, sama seperti Negara hadir untuk kepentingan warganya (Oteng Sutisno, 1989; 83).Tanggung Jawab Kepala Sekolah Dalam Memlihara Disiplin Yang Efektif

1) Memajukan pendekatan positif terhadap disiplinKepala sekolah selaku pemimpin sekolahnnya, harus mengambil pimpinan dalam memajukan pendekatan positif terhadap disiplin.Menurut Oteng Sutisno (1989; 114) bahwa factor-faktor dan praktek-praktek yang menolong dalam pengembangan pola-pola perilaku yang baik di sekolah adalah:

a) Harus ada pemahaman dan pengakuan oleh guru dan murid tentang maksud dan nilai dari norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku.

b) Tekanan hendaknya diletakkan pada disiplin-diri oleh guru dan murid.c) Guru dan muridnya hendaknya bekerja sama dalam membangun, memelihara, dan memperbaiki aturan-

aturan dan norma-norma.

2) Memelihara Tata TertibSekolah-sekolah tentu harus berusaha untuk mencari sebab-sebab kelakuan murid yang

melanggar tata tertib dan mengobati sebab-sebab kelakuan serupa itu dan bukan gejalanya. Kebijaksanaan untuk menangani perkara-perkara ini hendaknya tegas, dan tanggung jawab para guru dan anggota staf lain dibidang ini hendaknya dipahami. Guru yang cakap bisa dan hendaknya melakuka control terhadap muridnya (Oteng Sutisna, 1989; 116-117).Peranan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Potensi Pengajaran dan Belajar yang Terdapat di Perpustakaan SekolahMenurut Oteng Sutisna (1989; 156) bahwa kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang penting dalam mengembangkan potensi pengajaran dan belajar ang terdapat di perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1) Untuk bertindak selaku penganjur penambahan bantuan keuangan bagi pengembangan fasilitas perpustakaan.

2) Untuk memupuk pemahaman diantara para guru dan personil perpustakaan tentang maksud-maksud perpustakaan sebagai sumber belajar primer maupun suplementer.

3) untuk menggalangkan penggunaan sumber-sumber perpustakaan yang optimum melalui penggunaan fasilitas-fasilitas dengan tanpa bayar.

4) Untuk menyediakan dana-dana yang diperlukan buat pengadaan tempat penyimpanan, perlengkapan, fasilitas, dan perbekalan bagi pengelolaan perpustakaan, dan buat penambahan dan perbaikan buku-buku

5) Untuk menoordinasi penggunaan bahan dan fasilitas perpustakaan, laboratorium belajar, dan alat pengajaran diri pribadi untuk menjamin manfaat yang maksimum bagi semua guru dan murid.Peranan Kepala Sekolah Tentang Penggunaan dan Pemeliharaan Gedung Sekolah

Page 15: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Peranan kepala sekolah dalam hal ini adalah menetapkan jadwal kegiatan didalam gedung, merencanakan penggunaan seluruh gedung, dan mengatur pemeliharaannya. Kepala sekolah sudah tentu tidak bisa melakukan sendiri semua pekerjaan ini. Selain personil pemeliharaan gedung ada anggota-anggota staf lain yang bisa dilibatkan oleh kepala sekolah dalam kegiatan pemeliharaan gedung sekolah. Salah satu masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah dari hari kehari adalah penggunaan gedung oleh murid. Tanggung jawab pokok kepala sekolah dalam hal ini adalah untuk membantu murid-murid memiliki perasaan bangga itu yang bisa datang dari suatu gedung yang bersih, rapi, dan menarik (Oteng Sutisna, 1989; 157-158).Menurut 0teng Sutisna (1989; 158) ada lima hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para kepala sekolah dalam manajemen gedung sekolah adalah sebagai berikut:

1) Memajukan iklim belajar2) Memajukan kesehatan dan keamanan3) Memelihara gedung secara ekonomis4) Melindungi barang-barang milik sekolah5) Memajukan citra masyarakat yang sesuai

Peranan Kepala Sekolah dalam Pelayanan Kesehatan dan KeamananKepala sekolah berurusan dengan kesehatan sekolah disebabkan semua murid berada dalam tanggung jawabnya. Logis bahwa hal jatuh sakit dan kecelakaan bisa terjadi. Kepala sekolah harus memahami bagaimana masalah-masalah ini hendaknya ditangani.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAdapun kesimpulan yang dapat kami uraikan adalah sebagai berikut :

1) Terhadap sekolah pada masa penjajahan Belanda tidak dituntut adanya hubungan dan kerja sama dengan masyarakat, bahkan sebaliknya sekolah merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari kehidupan masyarakat lingkungannya. Oleh sebab itu kepala sekolah pada masa itu tidak perlu memikirkan bagaimana membentuk organisasi BP3, dan sebagainya. Sedangkan kepala sekolah sekarang setelah Indonesia merdeka tugas dan tanggung jawab kepala sekolah makin luas dan makin banyak bidangnya.

2) Syarat-syarat minimal dari seorang kepala sekolah adalah ijazah (yang merupakan syarat forma), pengalaman bekerja, dan kepribadian yang baik, mempunyai keahlian dan berpengetahuan luas, dan sebagainya.

3) Sebagai administrasi pendidikan, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya seperti membuat rencana atau program tahunan, menyusun organisasi sekolah, melaksankan pengoordinasian dan pengarahan, dan melaksanakan pengelolaan kepegawaian.

4) Bidang-bidang yang tercakup di dalam program tahunan yang dibuat ole kepala sekolah meliputi program pengajaran, kesiswaan atau kemuridan, kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan atau sarana dan prasarana sekolah.

5) Dalam menyusun organisasi sekolah perlu diperhatikan prinsip-prinsip pengorganisasian yang baik, dan di dalam pelaksanaannya, diperlukan pengoordinasian serta pengarahan yang kontinyu dan pimpinan sekolah.

6) Pengelolaan kepegawaianyang dalam ilmu administrasi biasa disebut manajemenmerupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah yang sangat penting karena manajemen merupakan inti keseluruhan kegiatan administrasi. Pengelolaan kepegawaian yang menjadi tugas dan tanggung jawab kepala sekolah meliputi penerimaan, penempatan, dan pemberiantugas guru dan pegawai sekolah; usaha dan

Page 16: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

peningkatan kesejahteraan guru-guru dan pegawai sekolah, baik yang bersifat material, jasmani, rohani; dan peningkatan mutu professional serta pengembangan karier mereka.

B. SaranAdapun saran yang disampaikan penulis yaitu diharapkan kepada pembaca agar

mempergunakan makalah ini sebagai bahan kajian dalam memahami administrasi pendidikan khususnya masalah fungsi dan tanggungjawab kepala sekolah sebagai administrator. Selain itu kami sangat mengharapkan kritik demi kesempurnaan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKAHttp://etd.eprints.ums.ac.id/6767/1/Q100030096.pdfHttp://ortujcis.wordpress.com/2008/07/20/tujuh-peran-kepala-sekolahPurwanto, Ngalim, 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja RosdakaryaPurwanto, Ngalim, 1979. Administrasi Pendidikan. Jakarta: MutiaraSutisna, Oteng, 1989. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa

Tujuh Peran Kepala SekolahSelengkapnya lihat:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/kompetensi-guru-dan-peran-kepala-sekolah-2/ …Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan; Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru. 1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. 2. Kepala sekolah sebagai manajerDalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, –seperti : MGMP/MGP

Page 17: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya–, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain. 3. Kepala sekolah sebagai administratorKhususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. 4. Kepala sekolah sebagai supervisorUntuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, — tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan–, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik. 5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003). 6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerjaBudaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru

Page 18: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003). 7. Kepala sekolah sebagai wirausahawanDalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 

Kompetensi Guru dan Peran Kepala SekolahPosted on 21 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT — 64 Komentar

Peran Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Kompetensi Guru

Oleh : Akhmad Sudrajat*))

Abstrak : Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru

merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah, sebagai: educator, manajer, administrator, supervisor, leader, pencipta iklim kerja dan wirausahawan.Kata kunci : kompetensi guru, peran kepala sekolah A. PendahuluanDalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Page 19: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think “. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.

Tulisan ini akan memaparkan tentang apa itu kompetensi guru dan bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dilihat dari peran kepala sekolah. Dengan harapan kiranya tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi para guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan.

B. Hakikat Kompetensi GuruApa yang dimaksud dengan kompetensi itu ? Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes (1992) menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.”Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan..

Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu :

1. Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.

Page 20: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

2. Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.

3. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:

1. Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup: (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa.

2. Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Studentsmencakup : (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).

Page 21: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

3. Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, (c) menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan tujuan utama pembelajaran.

4. Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experiencemencakup: (a) Guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, (b) guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.

5. Teachers are Members of Learning Communities mencakup : (a) guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan tua orang siswa, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat.

Secara esensial, ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang prinsipil. Letak perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah teramu dalam kompetensi profesional. Sementara dari NBPTS tidak mengenal adanya pengelompokan jenis kompetensi, tetapi langsung memaparkan tentang aspek-aspek kemampuan yang seyogyanya dikuasai guru.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

C. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru

Page 22: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, –sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah-, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa “ kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.” Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan;

Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2. Kepala sekolah sebagai manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, –seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya–, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

Page 23: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

3. Kepala sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, — tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan–, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik

5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).

Page 24: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003)

7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

D. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan..

2. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

3. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya.

4. Kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan.

5. Seberapa jauh kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi

Page 25: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

terhadap peningkatan kompetensi guru, dan pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Sumber Bacaan :

Bambang Budi Wiyono. 2000. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja Guru dalam Melaksanakan Tugas Jabatan di Sekolah Dasar. (abstrak) Ilmu Pendidikan: Jurnal Filsafat, Teori, dan Praktik Kependidikan. Universitas Negeri Malang. (Accessed, 31 Oct 2002).

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK & SLB, Jakarta : BP. Cipta Karya

————––. 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. depdiknas.go.id. (accessed 9 Feb 2003).

Louise Moqvist. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings from a Study of Self-Image among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration. Centre for Studies of Humans, Technology and Organisation, Linköping University.

Mary E. Dilworth & David G. Imig. Professional Teacher Development and the Reform Agenda. ERIC Digest. 1995. . (Accessed 31 Oct 2002 ).

National Board for Professional Teaching Standards. 2002 . Five Core Propositions. NBPTS HomePage. (Accessed, 31 Oct 2002).

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adi Cita.

*))Akhmad Sudrajat adalah staf pengajar di Pendidikan Ekonomi FKIP-UNIKU dan Pengawas Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan

============

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/kompetensi-guru-dan-peran-kepala-sekolah/

FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATORBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKepala sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur para guru pegawai tata usaha dan pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada bijaksana yang terapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan organisasi pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus memiliki berbagai persyaratan agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. masing-masing persyaratan ini saling berkaitan antar yang satu dengan yang lainnya. Diantaranya adalah memiliki ijazah, kemampuan mengajar, kepribadian yang baik serta memiliki pengalaman kerja.B. Rumusan Masalah

Page 26: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Apakah fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator pendidikanApakah fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor pendidikanC. Tujuan Peulisan1. Menjelaskan Fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator pendidikan.2. Menjelaskan Fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor pendidikanBAB IIPEMBAHASANA. Kepala Sekolah sebagai AdministratorDalam menjalankan fungsinya sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan baik.Untuk itu kepala sekolah harus kreatif mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah. Berbagai tugas yang harus dilakukan kepala sekolah1. Membuat perencanaanPerencanaan yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya adalah menyusun program tahunan sekolah, yang mencakup program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Perencanaan ini selanjutnya dituangkan dalam rencana tahunan sekolah yang dijabarkan dalam dua program semester.Program pengajaranKesiswaanKepegawaianKeuanganSarana dan prasarana2. Kepala sekolah bertugas menyusun struktur organisasi sekolahOrganisasi memainkan peranan penting dalam fungsi administrasi karena merupakan tempat pelaksanaan semua kegiatan administrasi. Selain itu, dilihat dari fungsinya organisasi juga menetapkan dan menyusun hubungan kerja seluruh anggota organisasi agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan tugasnya masing-masing.Penyusunan organisasi merupakan tanggungjawab kepala sekolah sebagai administrator pendidikan. Sebelumnya ditetapkan, penyusunan organisasi itu sebaiknya dibahas bersama-sama dengan seluruh anggota agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan kesepakatan bersama.Selain menyusun struktur organisasi, kepala sekolah juga bertugas untuk mendelegasikan tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang ada.3. Kepala sekolah sebagai koordinator dalam organisasi sekolahPengoordinasian organisasi sekolah ini merupakan wewenang dari kepala sekolah. Dalam melakukan pengoordinasian ini sebaiknya juga kepala sekolah kerja sama dengan berbagai bagian dalam organisasi agar pengoordinasian yang dilakukan dapat menyelesaikan semua hambatan dan halangan yang ada.4. Kepala sekolah mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolahBerbagai tugas yang berkenaan dengan kepegawaian sepenuhnya merupakan wewenang kepala sekolah. Dia memiliki wewenang untuk mengangkat pegawai, mempromosikannya, menempatkan, atau menerima pegawai baru.Pengelolaan kepegawaian ini akan berjalan dengan baik bila kepala sekolah memperhatikan kesinambungan antara pemberian tugas dan dengan kondisi dan kemampuan pelaksanaannya.B. Kepala Sekolah Sebagai SupervisorSepervisi adalah salah satu tugas pokok dalam administrasi pendidikan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para inspektur maupun pengawas saja melainkan juga tugas pekerjaan kepala sekolah terhadap pegawai-pegawai sekolahnya.1. SupervisiUntuk menjawab pertanyaan apakah yang dilakukan seorang kepala sekolah sebagai supervisor, kita perlu kembali mengingat pengertian supervisi. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.Melihat pengertian tersebut, maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang secara maksimal.2. Prinsip SupervisiDari uraian di atas kita ketahui betapa banyak dan besar tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Moh. Rifai, MA. untuk menjalankan tindakan-tindakan supervisi sebaik-baiknya, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:1. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus

Page 27: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

menimbulkan dorongan untuk bekerja.2. Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenarnya (realistis, mudah dilaksanakan).3. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru/pegawai sekolah yang disupervisi.4. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.5. Supervisi harus didasarkan pada hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi.6. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap dan mungkin prasangka guru-guru/pegawai sekolah.7. Supervisi tidak bersifat mendesa (otoriter), karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau antisipasi dari guru-guru/pegawai.8. Supervisi tidak boleh didasaran atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau kekuasaan pribadi.9. Supervisi tidak boleh bersifat mencari kesalahan dan kekurangan (ingat bahwa supervisi tidak sama dengan inspeksi).10. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil dan tidak boleh lekas merasa kecewa.11. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan kooperatif.Preventif berarti berusaha jangan sampai timbul/terjadi hal-hal yang negatif, mengusahakan memenuhi syarat-syarat sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Korektif berarti mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaiki dilakukan bersama-sama oleh supervisor dan orang-orang yang disupervis3. Faktor-Faktor yang Mempunyai Keberhasilan SupervisiApabila prinsip-prinsip supervisi di atas diperhatikan dan benar-benar dilakukan oleh kepala sekolah, kiranya dapat diharapkan setiap sekolah akan berangsur-angsur maju dan berkembang sebagai alat yang benar-benar memenuhi syarat untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi kesanggupan dan kemampuan seorang kepala sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya hasil supervisi itu antara lain:1. Lingkungan masyarakat di mana sekolah berada.2. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.3. Tingkatan dan jenis sekolah.4. Keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia.5. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.4. Pembinaan KurikulumTugas lain dari seorang kepala sekolah sebagai supervisor yang perlu dibicarakan tersendiri adalah masalah pembinaan kurikulum sekolah. Sebenarnya apa pembinaan kurikulum, tidak terlepas dari keseluruhan fungsi supervisi yang dijalankan oleh kepala sekolah. Dapat dikatakan bahwa semua tugas kepala sekolah sebagai supervisor harus selalu berlandaskan pada kurikulum sekolah. Bukankah merupakan pedoman segala kegiatan sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah.Beberapa hal yang merupakan tugas kepala sekolah yang juga merupakan teknik supervisi kepala sekolah sebagai supervisor dalam rangka pembinaan kurikulum sekolah antara lain dapat dikemukakan di sini:- Kepala sekolah hendaknya dapat membimbing para guru untuk dapat meneliti dan memilih bahan-bahan mana yang baik yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat. Dapat dilakukan misal percakapan pribadi (individu conference).- Membimbing dan mengawasi guru-guru agar mereka pandai memilih metode-metode mengajar yang baik, dan melaksanakan metode itu sesuai dengan bahan pelajaran dan kemampuan anak. Dapat diadakan kegiatan observasi kelas (class room observation).- Menyelenggarakan rapat-rapat dewan guru secara insidentil maupun periodik, yang khusus untuk membicarakan kurikulum, metode mengajar, dan sebagainya.- Mengadakan kunjungan kelas (class visit) yang teratur: mengunjungi guru sedang mengajar untuk meneliti bagaimana metode mengajarnya, kemudian mengadakan diskusi dengan guru yang bersangkutan (dilakukan seinformal mungkin).- Mengadakan saling kunjungan kelas antara guru (inter class visit). Hal ini harus direncanakan sebelumnya dengan sebaik-baiknya sehingga guru yang akan diserahi mengajar dan dilihat oleh guru-guru lain itu benar-benar dapat mempersiapkan diri.- Setiap permulaan tahun ajaran guru diwajibkan menyusun suatu silabus mata pelajaran yang akan diajarkan, dengan berpedoman pada rencana pelajaran/kurikulum yang berlaku di sekolah itu.- Setiap akhir tahun ajaran masing-masing guru mengadakan penilaian cara dan hasil, kerjanya dengan meneliti kembali hal-hal yang pernah diajarkan (sesuai dengan silabus), untuk selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dalam tahun ajaran berikutnya.

Page 28: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

- Setiap akhir tahun ajaran mengadakan penelitian bersama guru-guru mengenai situasi dan kondisi sekolah pada umumnya dan usaha memperbaikinya. (Sebagai pedoman untuk membuat program sekolah untuk tahun berikutnya).C. Syarat-Syarat Kepala SekolahTelah kita maklumi bahwa tugas kepala sekolah itu sedemikian banyak dan tanggung jawanya sedemikian besar. Maka tidak sembarang orang patut menjadi kepala sekolah. Untuk dapat menjadi kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Di samping syarat yang berupa ijazah (yang merupakan syarat formal) persyaratan pengalaman kerja dan kepribadian harus dipenuhi pula.Disamping ijazah dan pengalaman kerja, ada syarat lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu persyaratan kepribadian dan kecakapan yang dimilikinya. Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan kepemimpinan yang akan dipegangnya. Ia hendaknya memiliki sifat-sifat jujur, adil dan dapat dipercaya, suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan tugas dan mengatasi kesulitan-kesulitan, bersifat supel dan ramah mempunyai sifat tegas dan konsekuen yang tidak kaku. Seorang kepala sekolah harus berjiwa nasional dan memiliki falsafah hidup yang sesuai dengan falsafah dan dasar negara kita.Jika kita simpulkan apa yang telah diuraikan di atas, maka syarat seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya.c. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya.e. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnyaBAB IIIPENUTUPKesimpulanTugas kepala sekolah sebagai administrator yaitu sebagai berikut : Membuat perencanaan, Menyusun struktur organisasi sekolah , Mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah, Sebagai koordinator dalam organisasi sekolahTugas kepala sekolah sebagai supervisi : Pembinaan kurikulum sekolah dan Pembagian tugas kepada guruSaranAdapun saran yang disampaikan penulis yaitu diharapkan kepada pembaca agar mempergunakan makalah ini sebagai bahan kajian dalam memahami administrasi pendidikan khususnya masalah fungsi dan tanggungjawab kepala sekolah sebagai administrator dan superior pendidikanDAFTAR PUSTAKA1. Baharuddin, Yusak, 1998, Administrasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia2. Drs. M. Ngalim Purwanto dkk. 1981. Adiministrasi Pendidikan, Jakarta: MutiaraLike ·  · Share

Top Comments

35 people like this.

5 shares

Yen Puspita Benar banget banget bangetttLike · Reply · 2 · 6 December 2013 at 20:35

Bcl-leniiy'iingin Slallubersamanya Clapclap'bumbum mantapLike · Reply · 1 · 27 November 2013 at 10:15

Page 29: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Adi Saputra tank youLike · Reply · 1 · 22 November 2013 at 20:17

Sareequed Hambuerg thank..........Like · Reply · 1 · 15 November 2013 at 22:30

Ceepaezhaa Adtjach tingkiyuLike · Reply · 1 · 12 November 2013 at 19:31

Usman Sirojudin Kepala sekolah adalah guru yg diberi tugas tambahan, berati tugas pokoknya sebagai guru ya ? Bila jam tatap muka guru wajib 24 jam , maka kepala sekola sekolah berapa 24 jam dikurangi tugas tambahan sebagai kepala sekolah, maka berapa jam kepala sekolah masuk kelas ?Like · Reply · 2 · 1 December 2013 at 23:45

Ayong Cie Manjah Trima kasih banuak infonya yan semoga selalu mendapzt perlindungan Allah Swt. AminLike · Reply · 27 April at 08:58

Sahril Sidik StjuLike · Reply · 16 April at 21:16

Sigit Hadi Subroto Seandainya kepala sekolah seperti diatas , damai rasanya bekerja. Tdak ada rasa takut dan tertekan....Like · Reply · 13 March at 09:24

Makhal Udin super sekaliLike · Reply · 7 March at 07:48

Nasar Mild trims penjelasannya.....Like · Reply · 3 March at 03:51

Matt Rahmat mendingan jadi guru aja lah...jadi kepsek hanya akan menambah dosa..tentunya dosa2 yg tdk terasa...Like · Reply · 26 February at 15:38

Matt Rahmat mendingan jadi guru aja lah...jadi kepsek hanya akan menambah dosa..tentunya dosa2 yg tdk terasa...Like · Reply · 26 February at 15:38

Angins Barata makasihLike · Reply · 21 February at 15:56

Suparno Ino mhon maaf numpang txa apakah peran fungsi dan tanggung jawab bsa dijadikan satu variabel dalam penelitianLike · Reply · 13 February at 16:04

Latif Dwi terimakasihLike · Reply · 28 January at 18:44

Page 30: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Patimah Barkat MantapLike · Reply · 1 January at 14:36

WAJAH SEKOLAH ADA PADA KEPALA SEKOLAHPosted on Maret 23, 2007 by Endang Kandar StandarBiasanya di awal tahun ajaran baru para orang tua menjadi pusing memikirkan kelanjutan pendidikan putera-puteri mereka. Berhadapan dengan biaya sekolah yang mahal dan beban ekonomis yang berat rasanya tak kuat lagi hidup di dunia ini. Alhasil, mereka cenderung memilih sekolah negeri.

Kalau pun ada sekolah swasta maka lebih sering putera-puterinya diarahkan kepada sekolah-sekolah swasta yang gencar promosinya, walaupun belum mengetahui apa yang sebenarnya yang ada dan akan terjadi. Ada juga orang tua yang sering mengklarifikasi eksistensi sekolah dan kemajuannya sehingga melihat prospek sekolah sebagai wacana utama sebelum menjatuhkan pilihan.

Namun sedemikian urgennya wacana mengenai kemajuan sekolah tidaklah lebih urgen bila orang memberikan atensinya pada kiprah kepala sekolah. Eksplorasi argumen dapat diberikan pada pernyataan ini.

Pertama, kepala sekolah adalah pelaksana suatu tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia pendidikan kita secara tidak langsung diserahkan kepada kepala sekolah. Optimisme orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan putera-puterinya pada sekolah tertentu tidak lain berupa fenomen menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah. Peserta didik dapat belajar dan membelajarkan dirinya hanya karena fasilitasi kepala sekolah. Seonggokan aturan dan kurikulum yang selanjutnya direalisasiakan oleh para pendidik sudah pasti atas koordinasi dan otokrasi dari kepala sekolah. Singkatnya, kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan.

Kedua, sekolah sebagai suatu komunitas pendidikan membutuhkan seorang figur pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang ada dalam sekolah untuk suatu visi dan misi sekolah. Pada level ini, kepala sekolah sering dianggap satu atau identik, bahkan secara begitu saja dikatakan bahwa wajah sekolah ada pada kepala sekolahnya. Di sini tampak peranan kepala sekolah bukan hanya seorang akumulator yang mengumpulkan aneka ragam potensi penata usaha, guru, karyawan dan peserta didik; melainkan konseptor managerial yang bertanggungjawab pada kontribusi masing-masingnya demi efektivitas dan efiseiensi kelangsungan pendidikan. Akhirnya, kepala sekolah berperanan sebagai manager yang mengelola sekolah. Sayang sekali kalau kedua peran itu yakni sebagai tokoh sentral dan manajer dalam sekolah diharubirukan oleh ketakmampuan mengatasi aneka krisis yang ada dalam sekolah.

Manajer di Sekolah

Mengimbangi krisis yang ada, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator dan administrator, melainkan juga harus berperanan sebagai manajer dan supervisor yang mampu menerapkan manajemen bermutu. Indikasinya ada

Page 31: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

pada iklim kerja dan proses pembelajaran yang konstruktif, berkreasi serta berprestasi.

Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya yang ada dan yang dapat diadakan secara efisien dan efektif untuk mencapai visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas jalannya lembaga sekolah dan kegiatannya. Kepala sekolah berada di garda terdepan dan dapat diukur keberhasilannya.

Pada prinsipnya manajemen sekolah itu sama dengan manajemen yang diterapkan di perusahaan. Perbedaannya terdapat pada produk akhir yang dihasilkan. Yang dihasilkan oleh manajemen sekolah adalah manusia yang berubah. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak berpengalaman menjadi berpengalaman, dari yang tak bisa menjadi bisa. Sedangkan sasaran manajemen perusahaan itu pada kualitas produksi benda-benda mati. Jadi, manajemen sekolah berandil kuat pada pembentukan kualitas manusia yang merupakan generasi penerus bangsa. Atensi masyarakat yang telah teralienasikan akibat propaganda wacana teknologi dalam pembelajaran harus segera diobati dengan mengedepankan wacana kualitas kepala sekolah. Realitas sekolah itu dimanage oleh kepala sekolah bukan pada kata-kata para marketer yang mengejar target siswa demi perolehan bonus.

Para ahli manajemen seperti Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,18) melihat bahwa salah satu input strategis bagi langkah maju perusahaan adalah membentuk konsep yang berbasiskan sumber daya manusia demi suatu profitabilitas yang tinggi. Tak ada salahnya konsep ini dipakai di sekolah. Secara sederhana dapat diterjemahkan bahwa keberhasilan sekolah tergantung pada teknik mengelola manusia-manusia yang ada di sekolah untuk suatu keberhasilan yang tak terukur nilainya yaitu pemanusiaan manusia dalam diri peserta didik dan penghargaan bagi rekan-rekan pendidik sebagai insan yang kreatif dan peduli akan nasib generasi penerus bangsa.

Tujuh kegiatan pokok yang harus diemban kepala sekolah yakni merencanakan, mengorganisasi, mengadakan staf, mengarahkan/orientasi sasaran, mengkoordinasi, memantau serta menilai/evaluasi. Melalui kegiatan perencanaan terjawablah beberapa pertanyaan: Apa yang akan, apa yang seharusnya dan apa yang sebaiknya? Hal ini tentu berkaitan dengan perencanaan reguler, teknis-opersional dan perencanaan strategis (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Kepala sekolah mulai menggarap bidang sasaran yang mungkin sebelumnya sudah dikaji secara bersama-sama.

Dalam kegiatan perencanaan, garapan bidang sasaran itu dibagi, dipilah, dikelompokkan serta diprioritaskan. Pusat perhatian dan pemikiran tertuju kepada pertanyaan: Bagaimana membagi, memilah dan mengelompokkan sasaran itu sehingga dapat diselesaikan? Tentu saja atas hasil pertimbangan partisipatif yang menghengkangkan persepsi keliru mengenai “meeting sama dengan pemberitahuan”.

Pada kegiatan selanjutnya yaitu pengadaan staf, yang dilakukan adalah berpikir tentang siapa yang diperlukan dan dipercayakan dalam bidang garapan itu masing-masingnya setelah dipilah-pilah dan diprioritaskan. Adakah dan siapakah orangnya dan bagaimana mengikutsertakannya?

Pertanyaan mengenai kejelasan siapa yang harus mengarahkan dan dari siapa pengarahan/petunjuk itu didapatkan dilakukan pada tahap pengarahan/orientasi

Page 32: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

sasaran. Apa yang harus diberitahukan? Bagaimana mengerjakannya? Kapan mulai dan kapan selesai?

Kemudian dalam tahap pengkoordinasian yang harus dilakukan adalah menjadwalkan waktu pengerjaannya agar masing-masing bagian dapat mulai dan selesai pada waktunya. Di sini ada keharusan bagi yang diserahi tugas menggarap bagian-bagian tertentu kembali mempertanyakan kapan harus mulai dan kapan harus mempertanggungjawabkannya. Mereka harus memperhitungkan secara matang dan tepat mengenai waktu yang harus digunakan selama proses garapan berlangsung. Hal ini bukan berarti kalau terkejar deadline maka pekerjaan harus urak-urakkan.

Kepala sekolah dapat mengetahui bagaimana proses pengerjaan itu terlaksana sesuai rencana, cara, hasil dan waktu penyelesaian. Kegiatan ini dapat dipantau agar memperoleh informasi perkembangan yang aktual. Antisipasi pun bisa dilakukan terhadap hal-hal yang tak sesuai dengan rencana.

Untuk penilaian atau evaluasi, kepala sekolah dapat memperoleh kesesuaian rencana dengan realitas melalui eksplorasi pertanyaan-pertanyaan. Apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan yang direncanakan? Adakah perbaikan yang dapat dilakukan? Pada tahap ini kepala sekolah dapat memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi dan pembinaan bagi mereka yang gagal atau kurang berprestasi. Sangat lucu kalau supervisi kepala sekolah hanyalah kewajiban dari Diknas dan hasilnya digunakan sebagai alasan pemecatan bagi rekan-rekannya.

Seorang manajer sekolah bertanggung jawab dan yakin bahwa kegiatan-kegiatan yang terjadi di sekolah adalah menggarap rencana dengan benar lalu mengerjakannya dengan benar pula. Oleh karena itu visi dan misi sekolah harus dipahami terlebih dahulu sebelum menjadi titik tolak prediksi dan sebelum disosialisasikan. Hanya dengan itu kepala sekolah dapat membuat prediksi dan merancang langkah antisipasi yang tepat sasaran. Selain itu diperlukan suatu unjuk profesional yang kelihatan sepele tetapi begitu urgen seperti kemahiran menggunakan filsafat pendidikan, psikologi, ilmu kepemimpinan serta antroplogi dan sosiologi.

Guru dan Siwa adalah Mitra Kepala Sekolah

Penggunaan School Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah) oleh Pemerintah Indonesia dalam kerangka meminimalisasi sentralisme pendidikan mempunyai implikasi yang signifikan bagi otonomi sekolah. Hal itu berarti sekolah diberikan keleluasaan untuk mendayagunakan sumber daya yang ada secara efektif. Oleh karena implikasi itu maka sekali lagi peran kepala sekolah sangat dibutuhkan untuk mengelola manusia-manusia yang ada dalam organisasi sekolah, termasuk memiliki strategi yang tepat untuk mengelola konflik. Kepala sekolah akan berhadapan dengan pribadi-pribadi yang berbeda karakter.

Yang penting baginya adalah mempunyai pemahaman yang tangguh akan hakikat manusia. McGregor (1960) berasumsi bahwa manusia tidak memiliki sifat bawaan yang tidak menyukai pekerjaan. Di bawah kondisi tertentu manusia bersedia mencapai tujuan tanpa harus dipaksa dan ia mampu diserahi tanggung jawab. Urgensitasnya bagi kepala sekolah adalah menerapkan gaya kepemimpinan yang partisipatif demokratik dan memperhatikan perkembangan profesional sebagai salah satu cara untuk memotivasi guru-guru dan para siswa.

Page 33: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Selain itu berlandaskan teori Maslow (1943), kepala sekolah juga disentil dengan persepsi bahwa guru dan siswa berkemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Yang pasti mereka akan mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakni interaksi, afiliasi sosial, aktualisasi diri dan kesempatan berkembang. Oleh karena itu, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih keras. Kiat kepala sekolah adalah memikirkan fleksibilitas peran dan kesempatan, bukannya otoriter dan “semau gue”. Demi kelancaran semua kegiatan itu kepala sekolah harus mengubah gaya pertemuan yang sifatnya pemberitahuan kepada pertemuan yang sesungguhnya yakni mendengarkan apa kata mereka dan bagaimana seharusnya mereka menindaklanjutinya.

Sekolah dan Wajah Kepala Sekolah

Dalam hal kekurangberhasilan wajah sekolah mungkin tepat dilekatkan pada kepala sekolah. Bahkan bukan sekedar melekatkan melainkan suatu konsekuensi kiprah regulasi kepala sekolah. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudera, kepala sekolah mengatur dan memanajemeni segala sesuatu yang ada di sekolah. Dengan demikian, yang harus bertanggung jawab atas kandasnya sebuah sekolah dan gagalnya peserta didik adalah kepala sekolah.

Apabila sekolah menuai keberhasilan maka kinerja kepala sekolah telah terukur. Semakin banyak orang yang menikmati kepuasan batin, yakni dihargai, diberdayakan dan prestatif adalah tanda-tanda kemajuan bagi kepala sekolah. Nahkoda sekolah telah mendekatkan keberhasilan para penumpang pada wilayah tujuan yang ingin diraihnya. Peserta didik merasa enjoy dan betah bila berada di sekolah. Proses pembelajarannya telah menjadikan peserta didik lebih manusiawi dan semakin menemukan diri mereka sendiri. Para guru mempunyai sense of belonging yang tinggi akan sekolah. Kualitas sekolah dirajut dan dipertahankan. Bukan tidak mungkin hal-hal itu secara tidak langsung memikat para pengembara idealis untuk memasukkan anak-anaknya pada sekolah yang bermutu itu.

Namun keberhasilan itu bukan semata keberhasilan kepala sekolah melainkan keberhasilan semua orang yang terlibat dalam kegiatan manajemen sekolah. Sebagai satu kesatuan, para penggarap manajemen telah mampu menunjukkan kerja yang kualitatif dan kooperatif. Keberhasilan masing-masingnya adalah juga keberhasilan kepala sekolah. Wajah sekolah ada pada kepala sekolah.

Bab 1- PendahuluanA. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.[1]

Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini

Page 34: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri. Mc. Donald memberikan rumusan tentang pendidikan : “… is a process or an activity which is directed at producing desirable in the behavior of human beings.”[2] Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia.Secara sederhana,perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor ( Taksonomi Bloom ).

Pendapat lainnya, yaitu pendapat Mc. Donald yang didalammnya sejalan dengan pendapat Winarno Surakhmad yang mengemukakan bahwa:

Pendididkan atau dipersempit dalam pengertian pengajaran, adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku. Menuju ke kedewasaan anak didik. Perubahan itu menunjuk pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu perubahan tidak mungkin terjadi, tanpa proses itu tujuan tak dapat dicapai. Dan proses yang dimaksud di sini adalah proses pendidikan.[3]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, menyebutkan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.” [4]Dari beberapa pengertian tentang “pendidikan” sebagaimana dikutif tersebut di atas sangat jelas bahwa pendidikan suatu kegiatan dalam upaya untuk mengubah tingkah laku objek didik ke arah positif. Pendidikan merangkum segi-segi intelektual, afektif dan psikomotorik manusia, juga menyentuh cipta rasa dan karsa. Pendidikan juga merangsang pikiran-pikiran, perasaan dan kehendak manusia untuk bertindak secara bijaksana dengan mempertimbangkan lingkungan.

Pada dewasa ini, upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan telah menjadi bahan wacana dan pemikiran para pakar pendidikan diIndonesia sehubungan dengan masih sangat rendahnya mutu pendidikan pada saat ini. Mutu pendidikan yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), minimal dapat mencapai tingkat ketercapaian tujuan pendidikan berdasarkan pada standar-standar tertentu.Penetapan standar kompetensi siswa sebagai standar pencapaian minimal dari hasil proses pendidikan dilatarbelakangi oleh suatu harapan agar dapat tercipta pemerataan mutu minimal sebagai hasil proses pendidikan pada sekolah menengah umum. Hal ini menunjukkan satu kenyataan bahwa hasil pendidikan diIndonesiasetelah lebih setengah abad kemerdekaannya, masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional sangat menyadari tentang kenyataan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, seperti pernyataan berikut ini :Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.,

Page 35: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, . . . Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.[5]Kondisi pendidikan di Indonesia sebagaimana disebutkan di atas, apabila dihubungkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Manan Akhmad mengenai : “Proyeksi Pergeseran Mutu Sekolah Menengah Umum Tahun 1999/2000 – 2003/2004” dengan indikator pengukuran berdasarkan Nilai Ebtanas Murni, menyimpulkan bahwa :

Menjelang berakhirnya Repelita VI masih banyak jumlah SMU yang rata-rata NEM-nya tergolong dalam klasifikasi “sangat kurang” dan “kurang”. Ini menjadi pertanda masih adanya kesenjangan antara mutu yang hendak dicapai dengan mutu yang dapat dicapai sampai saat ini.[6]

Berbicara mengenai keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia dengan berbagai indikatornya, memang tidak akan habis-habisnya. Tetapi yang lebih penting dari pada itu adalah bagaimana cara mengatasinya.

Konfrensi yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 23-24 Pebruari 1999 yang dihadiri Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia dengan tema :“Pendidikan Indonesia Mengatasi Krisis-Menuju Pembaharuan”, melahirkan beberapa rangkuman diskusi dalam hubungannya dengan persoalan pendidikan di Indonesia antara lain mengenai perlunya pemahaman dan pengkajian tentang visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.[7]Visi pendidikan nasional secara makro adalah terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang sesuai dengan amanat Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses pendidikan. Masyarakat Indonesia baru tersebut memiliki sikap dan

wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak azasi manusia, dan punya pemahaman serta berwawasan global, sedangkan visi mikro pendidikan nasional adalah terwujudnya individu manusia Indonesia baru yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak azasi manusia, saling pengertian dan berwawasan global. Untuk mencapai visi pendidikan nasional tersebut, dijabarkan misi pendidikan nasional yang menjangkau rentang waktu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.[8]

Pertanyaan penting yang harus dicari jawabannya adalah : Apa dan bagian mana yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia selama ini ?

Berdasarkan pengamatan dan anilisis yang dilakukan, Departemen Pendidikan Nasional menyimpulkan sebagai berikut :

Page 36: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

….sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen … Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi … Faktor ketiga , peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.[9]Untuk meningkatkan mutu pada bidang pendidikan dipengaruhi oleh

banyak faktor, seperti mutu masukan pendidikan, mutu sumber daya pendidikan, mutu guru dan pengelola pendidikan, mutu proses pembelajaran, sistem ujian dan pengendalian mutu, serta kemampuan pengelola pendidikan untuk mengantisipasi dan menangani berbagai pengaruh lingkungan pendidikan.[10]Tanpa mengabaikan peranan faktor penting lainnya, mutu guru telah ditemukan oleh berbagai studi sebagai faktor yang paling konsisten dan kuatdalam mempengaruhi mutu pendidikan.[11] Bahkan salah satu poin dari hasil Konfrensi Khusus Antar Pemerintah mengenai status guru yang diselenggerakan Oleh UNESCO/ILO pada tahun 1966 di Paris menyebutkan bahwa :

“Harus diakui bahwa kemajuan dalam pendidikan dan sebagian besar bergantung kepada kewenangan dan kemampuan staff pendidikan pada umumnya dan kepada mutu paedagogis serta teknis insani dari guru-guru seorang demi seorang.” [12]

Guru yang bermutu adalah mereka yang mampu membelajarkan murid secara efektif, sesuai dengan kendala, sumber daya, dan lingkungannya. Di lain pihak, upaya menghasilkan guru yang bermutu juga merupakan tugas yang tidak mudah. Mutu guru juga berarti tenaga pengajar yang mampu melahirkan lulusan yangbermutu, sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Di lain pihak, mutu guru sangat berkaitan dengan pengakuanmasyarakat akan status guru sebagai jabatan profesional.

Sikap keragu-raguan terhadap mutu profesi guru dewasa ini sering terlontar dikalangan masyarakat, merupakan akibat dari persiapan tenaga guru yang belum memadai. Banyak pihak yang mengungkapkan bahwa mutu profesi guru cenderung belum didasarkan pada konsep yang jelas dan konsisten agar memperoleh pengakuan khusus dari masyarakat. Untuk menjawab tantangan ini, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam kongresnya yang ke XIII diJakarta telah menghasilkan keputusan penting bagi peningkatan citra dan mutu guru, yaitu “Kode Etik Guru”. Kode Etik Guru merupakan pedoman dasar bagi guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Uraian Kode Etik Guru sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuruan profesional.

Page 37: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid masyarakat disekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.[13]

Dari pengalaman selama ini dalam meningkatkan kemampuan guru diperoleh kesimpulan bahwa guru yang bermutu ialah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Dalam studi tersebut ditemukan bahwa guru yang bermutu diukur dengan empat faktor utama yaitu : (1) kemampuan profesional; (2) upaya profesional; (3) waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional; dan (4) kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya.[14]

Dalam hubungannya dengan permasalahan yang diangkat sebagai bahanpenelitian, yaitu permasalahan yang berhubungan dengan unsur personil sekolah, yaitu guru. Guru sebagai tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakankegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.[15] Guru harus secara efektif memberikan dorongan dan bantuan pencarian informasi pendukung tesis moralitas global. Belajar informasi oleh guru, dimaksudkan bukan sebatas penyediaan bahan pengajaran bagi pemenuhan kebutuhan emosi dan kesadaran siswa, tetapi juga membentuk sikap mandiri dan mempengaruhi perilaku kehidupan serta disiplin sekolah mereka.[16]Guru merupakan unsur penting dan berpengaruh dalam proses pendidikan dan pengajaran. Tenaga guru merupakan tenaga yang penting yang tidak boleh, tidak ada. Bagaiamanapun baiknya unsur lain, tetapi bila tidak didukung oleh unsur guruyang profesional maka pelaksanaan program pendidikan tidak akan berjalansebagaimana mestinya. Kunci keberhasilan pelaksanaan programpendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh guru yang melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan tercermin dalam sikap mental sarta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Guru akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional.[17]

Page 38: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Kata “profesi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diberi arti “bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keakhlian (keterampilan, kejuruan, dsb.) tertentu.”[18] Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan profesionalnya.[19]

Sikap profesional dan perilaku guru akan mewarnai bentuk-bentuk proses pembelajaran yang terjadi. Guru sebagai pengemban tugas langsung bertatap muka dengan siswa dapat membimbing aktivitas belajar siswa, dan harus mampu menciptakan suasana belajar yang dapat mendorong siswa belajar dengan baik.

Sikap guru pada proses pembelajaran cenderung mempengaruhi perilaku guru dalam mengajar, sedangkan perilaku guru dalam mengajar akan mempengaruhi siswa dalam belajar. Tingkah laku guru akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Siswa secara terus menerus mereaksi sikap, nilai dan kepribadian guru. Bila sikap guru terhadap pengajaran negatif, guru cenderung melakukan tugas mengajar menjadi sekedarnya dan tidak serius. Hal ini akan mempengaruhi pula kepada suasana belajar siswa di kelas. Siswa menjadi kehilangan motivasi untuk belajar. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi tidak memuaskan. Lain halnya dengan keadaan sikap positif pada proses pembelajaran, guru akan cenderung melakukan tugas mengajar dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Dampaknya sangat positif bagi situasi belajar siswa sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi hasil belajarnya.

Hubungan guru-siswa merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari kegiatan pengajaran. Keduanya berada pada satu situasi dan kondisi yang sama dengan tujuan mengubah (guru) dan berubah (siswa). Antara guru dengan siswa harus terjadi interaktif yang harmonis dan serasi.

Sikap guru terhadap pelaksanaan tugas profesional dalam kegiatan pengajaran dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi dan membentuk sikap guru pada proses pembelajaran, diantaranya adalah bagaimana persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Unsur tersebut berkemungkinan sangat besarpengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas profesional dalam kegiatan pembelajaran sebab kepala sekolah merupakan pimpinan sekolah dan atasan langsung daru guru-guru.Hal inilah yang mendorong untuk dilakukan penelitian dengan harapan pengetahuan tentang hal tersebut dapat mendorong terciptanya sikap positif guru terhadap proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan sikap positif guru terhadap proses pembelajaran dapat mendorong pula terciptanya iklim proses pendidikan dan pengajaran di kelas yang dapat memperlacar pencapaian tujuan yang diharapkan, yaitu out put yang bermutu.

A. Identifikasi MasalahSikap guru terhadap proses pembelajaran, akan mewarnai perilaku guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Sedangkan mengajar merupakan tugas utama seorang guru yang wajib berdampak positif untuk dirinya dan siswa, baik guru

Page 39: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

berperan sebagai fasilitator, pembimbing maupun sebagai pencipta lingkungan belajar. Proses pembelajaran itu merupakan proses interaksi akademis antaraguru dan siswa ditempat, pada waktu dengan isi yang diatur sedemikian rupa oleh sekolah dengan aspek-aspek pokok yang terddiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Kelancaran proses pendidikan dan pengajaran di sekolah banyak ditentukan oleh sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Persepsi guru terhadap kepemimpinan sekolah diperkirakan berpengaruh pula terhadap bagaimana perilaku kepala sekolah dalam memimpin guru-guru dan pegawai lainnya di sekolah, misalnya apakah guru merasa bahwa kepala sekolahnya dalam memberikan tugas-tugas tertentu kepadanya diikuti dengan arahan-arahan yang jelas dan konsisten; apakah guru-guru merasa bahwa kepala sekolahnya cukup memberikan bimbingan kepada guru-guru dalam melaksanakan tugas; apakah guru merasa bahwa kepala sekolahnya bertindak cukup baik dalam mengawasi guru-guru dalam bertugas.

Kondisi sebagaimana disebutkan di atas, memang memungkinkan menjadi bahan wacana sehubungan dengan adanya beberapa tipe kepemimpinan. Tipe-tipe kepemimpinan menurut Manley Jones seperti dikutif oleh Lindung Hutagalung terdiri atas tiga tipe kepemimpinan, yaitu :

1. Otokratik, pemimpin yang betindak keras, kekuasaan terpusat dan bawahan dianggap harus mengikuti kemauannya atau hanya sebagai pengikut yang melaksanakan apa yang diperintahkan.

2. Demokratik, yaitu pemimpin yang mengikut sertakan bawahan didalam pengambilan keputusan (terutama sebagai sumber informasi) dan kesepakatan merupakan dasar kepemimpinannya.

3. Lepas tangan (leisse fair), yaitu pemimpin yang menyerahkan hampir seluruh kepemimpinannya pada bawahannya. Di sini paling berperan adalah bawahan.[20]

Berdasarkan uraian tersebut di atas timbul pertanyaan, benarkah persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang berarti dengan sikap guru pada proses pembelajaran. Kepemimpinan kepala sekolahyang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi kegiatan kepala sekolah dalam mengarahkan, membimbing, memotivasi dan mengawasi guru-guru dalam bertugas.

Dari uraian di atas maka masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut :1. Tipe dan gaya kepemimpinan yang bagaimanakah yang dapat mendorong terbentuknya

sikap positif guru pada proses pembelajaran ?2. Mengapa kepemimpinan Kepala Sekolah dapat mempengaruhi sikap guru pada proses

pembelajaran ?3. Apakah kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor dominan yang menyebabkan

baik atau buruknya sikap guru pada proses pembelajaran ?4. Mengapa faktor kepemimpinan Kepala Sekolah dan guru dapat menentukan kualitas

pendidikan ?5. Seberapa besarkah pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap pembentukan

sikap guru pada proses pembelajaran ?

Page 40: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

6. Apakah sikap guru pada proses pembelajaran sebagai penyebab langsung baik atau buruknya pencapaian hasil pembelajaran ?

7. Benarkah terbentuknya sikap guru pada proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan Kepala Sekolah dan lingkungan kerja ?

8. Benarkah kondisi rendahnya kualitas pendidikan pada saat ini, salah satu diantaranya disebabkan oleh buruknya sikap guru pada proses pembelajaran ?

C. Pembatasan MasalahMelaksanakan proses pembelajaran yang ditandai dengan terjadinya proses

kegiatan belajar-mengajar di sekolah merupakan salah satu kegiatan utama dari tugas profesional seseorang yang berprofesi sebagai guru. Dua tugas lainnya menurut Dr. Nana Sudjana adalah sebagai pembimbing dan administrator kelas.[21]

Sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai iolmu atau bahan yang akan diajarkannya. Sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas dalam memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan tugas mendidik sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangankepribadian dan pembentukan nilai – nilai para siswa. Sebagai administrator kelas, pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Tetapi ketatalaksanaan bagi seorang guru lebih mengutamakan ketatalaksanaan bidang pengajaran.[22]

D. Sudjana S. menjelaskan bahwa secara ideal, pendidik diantaranya guru, pembimbing, pelatih, penyuluh, tutor, pamong praja berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan pembelajaran pada program-program pendidikan sekolah. Keterlibatan itulah yang membedakan antara satu dengan lainnya. Sedangkan guru dalam pendidikan pada umumnya berperan utama dalam kegiatan mengajar, karena program dan materi pelajaran sering disusun dan ditentukan oleh pihak luar.[23]

Walaupun kegiatan pengajaran merupakan tugas pokok profesi guru, ternyata dalam pelaksanaannya tidak luput dari banyak faktor yang mempengaruhi sehingga tingkat kelancaran dalam mencapai tujuan yang diharapkanpun terpengaruh pula. Faktor yang mungkin mempengaruhinya adalah faktor sikap guru itu sendiri. Sikap guru pada proses pembelajaran mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern, seperti kebutuhanindividu,

kepribadian, informasi yang diperoleh mengenai objek sikap, kelompok tempat individu berafiliasi, kepemimpinan kepala sekolah dan lingkungan kerja.

Penelitian terhadap semua aspek yang mempengaruhi sikap guru pada proses pembelajaran sulit dilakukan sekaligus karena banyak faktor yang mungkin mempengaruhinya. Penelitian ini dibatasi pada dua faktor yang mungkin berpengaruh sekali terhadap sikap guru pada proses pembelajaran, yakni persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan persepsi guru terhadaplingkungan kerja sekolah. Dengan kata lain, penelitian ini mencakup tiga variabel, yaitu : Pertama, persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah (X1) sebagai variabel bebas; Kedua, sikap guru pada proses pembelajaran (Y) sebagai variabel terikat.

Page 41: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Aspek-aspek yang diteliti berkenaan dengan kepemimpinan kepala sekolah dibatasi pada kegiatan kepala sekolah dalam mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan mengawasi guru-guru dalam bertugas.

Penelitian dilaksanakan di SMU Negeri di Kabupaten Kuningan. Meskipun di Kabupaten Kuningan terdapat beberapa SMU Swasta, peneliti berpendapat bahwa perbedaan pengelolaan SMU Negeri dengan SMU Swasta akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku guru-guru yang diangkat oleh yayasan penyelenggara SMU Swasta. Untuk menghindari perbedaan-perbedaan tersebut, penelitian ini hanya dilaksanakan di SMU Negeri.D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka persoalan yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dengan sikap guru pada proses pembelajaran di SMU Negeri Kabupaten Kuningan.

E. Kegunaan PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat mengungkap seluas-luasnya tentang

sebagian dari faktor yang erat kaitannya dengan sikap guru pada proses pembelajaran. Hasil penelitian yang dapat terungkap diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam mengatasi persoalan rendahnya kualitas pendidikan, khususnya untuk :1. Dinas Pendidikan, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan yang membawahi

seluruh persekolahan, dalam penyusunan berbagai program terutama program yang erat kaitannya secara langsung dengan peningkatan kualitas pendidikan menjadi lebih terarah dan tepat sasaran.

2. Kepala Sekolah, diharapkan dapat menciptakan iklim kepemimpinan yang dapat menunjang terhadap kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pencapaian tujuan yang diharapkan.

3. Bagi guru-guru, diharapkan dapat dijadikan sebagai motivasi untuk dapat menghasilkan out put yang bermutu melalui proses pembelajaran bermutu pula.

4. Hasil penelitian ini pun diharapkan dapat merangsang peneliti-peneliti lain untuk mencoba mengungkapkan lebih jauh mengenai aspek-aspek lain yang berhubungan dengan sikap guru pada proses pembelajaran.

5. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan dan masukan kepada semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.

[1] Sintong Silaban (ed.). 1993. Pendidikan Indonesia Dalam Pandangan Lima Belas Tokoh Pendidikan Swasta, Bagian IV, Jakarta: Dasamedia Utama, h., 65

[2] Mc. Donald. 1995. Education Psychology, San Francisco: Wadsworth Publising Company, Inc.h.4-6

[3] Winarno Surakhmad. 1979. Metodologi pengajaran Nasional, Bandung: Jemmars, h. 13[4] Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

Page 42: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

[5] Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, h. 3[6] Abdul Manan Akhmad. 1999. Proyeksi Pergeseran Mutu Sekolah Menengah

Umum Tahun 1999/2000- 2004/2004, Jurnal Pendididkan dan Kebudayaan, Tahun ke-5, No. 020, Badan Peneliti dan Pengembangan, Depdiknas, Jakarta, h. 105

[7] A. Azis Wahab. 1993. “Pokok-pokok Pikiran Tentang Model Alternatif Implementasi Pendidikan Dalam Rangka Desentralisasi dan Otonomi Daerah”Proyek Peningkatan MutuSMU Jawa Barat, h., 3

[8] A. Azis Wahab, loc. cit.[9] Depdiknas. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah[10] Wardiman Djojonegoro, op. cit., h. 374[11] Wardiman Djojonegoro, op. cit., h. 375; Depdikbud. 1999. Pembinaan

Profesi Guru dan Psikologi Pembinaan Personalia.. Materi Pelatihan Calon Kepala Sekolah, Jakarta, h. 8; Badan Penelitaian dan Pengembangan, Depdiknas.. 1999. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, h. 6; Program Pasca Sarjana, UHAMKA. 2000. Matahari, Jurnal Pendidikan & Manajemen PPs UHAMKA, Vol. I, No. 4, h. 17

[12] Hasil Konferensi Khusus Antar Pemerintah Mengenai Status Guru, UNESCO/ILO, 21 September s.d. 5 Oktober 1966 di Paris

[13] Keputusan Kongres PGRI ke-XII, 21 s.d. 25 Nopember 1973 di Jakarta. Disempurnakan pada Kongres PGRI ke-XVI, Tahun 1989 di Jakarta.

[14] Wardiman Djojonegoro, op. cit., h. 375[15] Undang-Undang Republik Indonesia, op. cit., pasal 27[16] Idochi Anwar. 2000. Adminiatrasi Pendidikan, Teori, Konsep & Issu, Program

Pascasarjana UPI, h., 10 – 11[17] Materi Latihan Calon Kepala Sekolah, op. cit., h., 5[18] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 3001, h. 877[19] Materi Latihan Calon Kepala Sekolah, loc. cit.[20] Lindung Hutagalung, Lili Ruslia. 1990. Dasar-dasar Manajemen, STHB, Bandung, h. 79[21] Nana Sudjana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, h. 14[22] Ibid., h. 15

Bab 1- PendahuluanA. Latar Belakang Masalah

Perkembangan global dan era informasi memacu bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena dengan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan di segala bidang sehingga diharapkan bangsa Indonesia dengan sumber daya manusianya dapat bersaing dengan bangsa lain yang lebih maju.

Dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yang diperlukan bagi pembangunan di segala bidang kehidupan bangsa, terutama mempersiapkan peserta didik menjadi aktor IPTEK yang mampu menampilkan kemampuan dirinya, sebagai sosok manusia Indonesia yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional di bidangnya, sebagaimana tujuan pendidikan nasional, dalam GBHN ”… adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Page 43: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani.”[1]

Dengan ketahan dan kemandirian seseorang diharapkan bangsa Indonesia mampu menghadapi tantangan global di segala bidang. Mereka diharapkan bisa (1) meningkatkan nilai tambah, (2) dapat mengarahkan perubahan struktur masyarakat ke arah yang positif, (3) bisa bersaing dalam era globalisasi, dan (4) dapat menghindari penjajahan dalam penguasaan Iptek.[2] Kesiapan tersebut merupakan salah satu wujud harapan yang ditekankan oleh para menteri pendidikan 9 negara berependuduk terbesar di New Delhi yang memuat enam peran pendidikan, yaitu : (1) ikut menggalang perdamaian dan ketertiban dunia, (2) mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan masyarakat, (3) pendidikan yang merata dan menyeluruh, (4) menanamkan dasar-dasar pembangunan yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, (5) mempersiapkan tenaga kerja untuk pembangunan ekonomi, sehingga pendidikan perlu dikaitkan dengan kebutuhan dunia kerja, dan (6) berorientasi pada penguasaan dan pengembangan Iptek.[3]

Selanjutnya output dari setiap sekolah atau lembaga pendidikan yang ada diharapkan bisa memasuki dunia kerja yang nyata sesuai dengan kemampuan dan keterampilan hidup yang dimiliki, sehingga tidak menyebabkan banyak pengangguran di mana-mana. Hal ini merupakan tuntutan bagi kompetensi seseorang yang harus mereka kuasai. Negara-negara maju, seperti Amerika, Inggris, Australia, dan Selandia Baru telah merumuskan tujuh kompetensi yang diperlukan oleh dunia kerja. Kompetensi tersebut berupa : (1) kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menyusun informasi, (2) kemampuan untuk berkomunikasi, (3) kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan, (4) kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam suatu tim kerja, (5) kemampuan untuk mempergunakan teknik dan logika matematika, (6) kemampuan untuk memecahkan masalah, dan (7) kemampuan untuk memanfaatkan teknologi.[4]

Menyaksikan kenyataan tersebut telah tergambar betapa pentingnya suatu pendidikan yang harus dimiliki seseorang, sehingga tidak terpuruk pada keadaan dunia yang semakin berat dan penuh tantangan. Sebagaimana kita ketahui pendidikan pada hakekatnya proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini menuntut upaya pelaksanaan pendidikan yang berkualitas dari semua jenis dan jenjang pendidikan.

Page 44: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Prioritas upaya peningkatan mutu pendidikan, pada dasarnya dititikberatkan pada tiga faktor utama :1. Mutu dan jumlah sumber daya pendidikan untuk mendukung proses

belajar mengajar.

2. Mutu proses belajar mengajar dalam konteks pelaksanaan kurikulum dan

pembelajaran peserta didik.

3. Mutu keluaran pendidikan, dalam artian pengetahuan, sikap dan

keterampilan para peserta didik.

Mutu pendidikan yang telah dikaji secara makro, menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan, ditinjau dari segi pengelolaan sumber-sumber pendidikan, baik yang berasal dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah, sehingga diharapkan “…budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.”[5]

Titik picu mutu pendidikan dapat ditinjau dari konsep pendidikan sebagai sistem, yaitu pendidikan yang bermutu muncul karena output yang bermutu, output yang bermutu hanya bisa dihasilkan melalui proses yang bermutu, proses yang bermutu dipengaruhi oleh faktor mutu input baik instrumen input, environmental input, maupun input kemampuan dasar siswa, kepemimpinan dan kinerja guru.

Pada era mutu ini, manajemen pendidikan sudah saatnya menyediakan suatu kondisi yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi pada satuan pendidikan sebagai gugus yang terdepan tempat terjadinya pengalaman pembelajaran. Pembinaan kualitas pendidikan harus terjadi pada tingkat manajemen persekolahan (mikro). Karena itu sistem pembinaan harus dimulai pada manajemen ditingkat mikro yang dapat mengembangkan partisipasi tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

Manajemen pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari kemampuan kepala sekolah. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di unit kerjanya harus disertai dengan beberapa kualifikasi yang melekat pada tugas dan fungsinya, yaitu profesiosnalisasi dalam pekerjaannya, sebagaimana dikemukakan Sanusi, “…bahwa usaha peningkatan kemampuan manajerial sekolah harus didukung oleh profesionalisasi pekerjaan administrasi sekolah yang membuat para pejabatnya benar-benar menjadi administrator karir.”[6]

Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, kepala sekolah bukan sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan, melainkan sebagai penanggung jawab penuh secara profesional dalam manajemen sekolah, demi tercapainya

Page 45: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

prestasi sekolah yang diharapkan, karena “…sekolah yang efektif, bermutu, dan favorit , tidak lepas dari peran seorang kepala sekolahnya. Pada umumnya sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang efektif.”[7]Sehingga kepemimpinan kepala sekolah mengarah kepada kepemimpinan situasional.

Selanjutnya perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat konsep kepemimpinan situasional menurut Miftah Thoha :

- Perilaku Tugas ialah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peran-peran dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Selanjutnya disipati oleh usaha-usaha menciptakan pola organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas, dan cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.

- Perilaku hubungan ialah suatu perilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi di antara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur-jalur komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan untuk menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh dukungan sosioemosional, kesetiakawanan, dan kepercayaan bersama.[8]

Apabila peran kepala sekolah sebagai pemimpin tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan dukungan profesionalitas yang tinggi, serta iklim organisasi sekolah yang kondusif, maka diharapkan terwujudnya peningkatan kinerja guru, sehingga perjalanan organisasi dapat sinergis, yaitu guru menjalankan tugas profesi secara benar, bertanggung jawab dan sadar kualitas, personil lainnya melayani kepentingan stakeholders dengan penuh tanggung jawab dan disiplin serta berorientasi mutu, fasilitas yang dibutuhkan tersedia secara lengkap dan layak pakai, iklim organisasi sekolah kondusif dan mendukung keberhasilan proses belajar mengajar serta siswa dapat belajar dengan tenang, tekun, penuh kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab. Apabila gambaran tersebut terjadi, maka pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu pendidikan.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat berhasil, dipengaruhi pula oleh hubungan antar manusia di dalam organisasi atau sekolah, seperti halnya hubungan kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru serta para

Page 46: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

siswa yang harmonis. Sehingga dengan hubungan yang harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim organisasi sekolah yang mendukung terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang berperan langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga perlu memiliki semangat kerja dan kemampuan profesional. Kemampuan guru dapat terlihat dalam cara pengelolaan kelas, penguasaan kurikulu, penggunaan metode dan teknik pembelajaran, pembuatan administrasi dan evaluasi.

Prestasi kerja guru dalam organisasi pendidikan perlu mendapat perhatian dan perlu mendapat dukungan oleh semua komponen, seperti kemampuan organisasi, iklim organisasi, serta perilaku dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Kinerja guru yang efektif dipengaruhi oleh beberapa sumber :1. Sumber individu itu sendiri, diantaranya intelektual, psikologis,

fisiologis, demotivasi, faktor-faktor personalitas, keusangan/ketakutan, prefarasi posisi, orientasi nilai.

2. Sumber dari dalam organisasi diantaranya sistem organisasi, peranan organisasi, kelompok dalam organisasi, perilaku yang berhubungan dengan pengawasan , iklim organisasi.

3. Sumber dari lingkungan eksternal organisasi, diantaranya keluarga, kondisi ekonomi, kondisi hukum, nilai-nilai sosial, peranan kerja, perubahan teknologi, dan perkumpulan-perkumpulan.[9]

Efektif atau tidaknya kinerja guru perlu mendapat perhatian semua pihak, terutama kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan hendaknya berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Dr. Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua gerakan aktivitas usaha dan perubahan menuju pada kemajuan organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator dalam organisasinya.”[10] Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah.

Kualitas kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah akan mewarnai kualitas kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari keberhasilan melakukan

Page 47: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

pengelolaan semua aspek yang berada di sekolah serta memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam, kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepala sekolah perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah lain.

Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada akhirnya berdampak positif kepada kinerja guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah dalam hubungannya dengan kinerja guru”.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdahulu, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini :

1. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran ?

2. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru ?

3. Bagaimanakah peranan kepala sekolah yang kondusif ?4. Bagaimanakah peranan kinerja guru dalam keberhasilan proses

pembelajaran?5. Apakah kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap

peningkatan kinerja guru ?6. Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi

sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru ?7. Apakah iklim organisasi sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja

guru ?8. Iklim organisasi yang bagaimana yang bisa membangkitkan kinerja guru ?9. Bagaimana cara membentuk iklim organisasi yang kondusif, yang

diinginkan oleh semua komponen organisasi ?10. Mampukah kepemimpinan kepala sekolah menciptakan iklim organisasi

yang diharapkan ?11. Kemampuan khusus apakah yang harus dimiliki seorang pemimpin,

kepala sekolah, untuk menciptakan kondisi seperti itu ?C. Pembatasan Masalah

Sebagaimana diuraikan terdahulu, bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor , baik yang bersifat internal maupun eksternal (instrumental input dan environmental input), namun pada penelitian ini dibatasi pada masalah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru.

Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah juga merupakan variabel yang turut serta mempengaruhi kinerja guru, karena kepemimpinan kepala sekolah dengan berbagai fungsinya yang kompleks

Page 48: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

akan memberikan arah dan warna tersendiri terhadap iklim organisasi sekolah.

Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dan iklim organisasi sekolah yang baik, yaitu iklim yang mendukung berjalannya organisasi sekolah dengan baik, maka diharapkan meningkatnya kinerja guru.

Dengan uraian di atas, maka penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah, serta hubungannya dengan kinerja guru penting dilakukan dalam rangka membantu peningkatan mutu pendidikan.

D. Perumusan MasalahBerdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah iklim organisasi yang baik yang dapat menunjang terhadap kinerja guru ?

2. Apakah terdapat hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru ?

E. Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para kepala sekolah atau pengelola pendidikan dalam melaksanakan tugas serta upaya meningkatkan kinerja dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu diharapkan pula dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya masalah kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi sekolah serta hubungannya denagn kinerja guru.Selanjutnya diharapkan menjadi bahan masukan bagi para kepala sekolah beserta guru-guru dalam rangka menciptakan iklim organisasi sekolah yang kondusif, sehingga terciptanya kinerja yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.Selain itu kegunaan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang nyata akan kepemimpinan seorang kepala sekolah dengan segenap kelebihan dan kekurangannya dalam memimpin sebuah organisasi ; gambaran iklim organisasi yang ada sebagai suatu kajian dan pembandingan dengan situasi dan keadaan yang lain yang ada di organisasi yang lain ; dan bagaimana sesungguhnya kinerja guru yang diharapkan guna meningkatkan mutu pendidikan. dari gambaran tersebut bisa dijadikan acuan yang riil dalam upaya mencapai sutu tujuan yang diharapkan dalam suatu organisasi.

[1] GBHN, TAP Nomor : II/MPR/1993[2] Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung : Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

[3] UNESCO, 1995.[4] Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung : Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

[5] Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, 2002. Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat. Bandung.h.37

[6] Sanusi, 1990. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan.PPS IKIP Bbandung.h.118.

[7] Soebagioatmodiwiryo, 2000.Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : PT. Ardadizya-Jaya, h.145.

[8] Miftah Thoha, 1999. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Prilaku.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, h.77

[9] William B. Castetter, 1981. The Personnel Function In Educational Administration. New York : Mac Milan Publishing Co,h.23

[10] Kartini Kartono, 1998.Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.h.12

Page 49: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Bab 2- DeskripsiA. Deskripsi Teori

1. Kinerja GuruKata “Kinerja” berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan

dari“performance” yang berarti pekerjaan, perbuatan, pertunjukan.[11] Menurut kamus Bahasa Indonesia istilah kinerja dapat diartikan sebagai 1) sesuatu yang dicapai, 2) prestasi yang diperlihatkan; 3) kemampuan kerja.[12]

Selanjutnya dalam Webster New World Dictionary istilah Performancediartikan sebagai 1) pertunjukan, 2) prestasi.[13]

Para ahli dalam merumuskan pengertian kinerja mempunyai kesamaan bahwa kinerja adalah proses pencapaian suatu hasil. Kinerja merupakan tindakan untuk melakukan suatu pekerjaan.[14]

Bateman mengungkapkan kinerja adalah proses kinerja dari seseorang individu untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Dengan demikian, istilah kinerja dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang ditampilkan oleh seseorang selama atau dalam melakukan aktivitas. Kinerja merupakan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau penampilan kerja. Kinerja sebagai bentuk kemampuan kerja yang didasari oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menghasilkan sesuatu.

Menurut Mondy dan Noe bahwa kinerja dipandang sebagai perpaduan dari (1) hasil kerja (apa yang yahus dicapai oleh seseorang) dan (2) kompetensi (bagaimana seseorang mencapainya).[15]

Selain itu Levinson memberikan definisi tentang kinerja yang berupa pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.[16]

Uraian di atas sedikit banyaknya telah menjelaskan bagaimana yang dimaksud dengan kinerja. Disebutkan bahwa kinerja merupakan hasil yang dicapai seseorang dengan segenap daya upayanya berkenaan dengan segala macam tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasinya.

Dengan sintesa di atas telah memberikan gambaran yang jelas tentang sebuah kinerja. Berkenaan dengan hal itu kinerja dihubungkan dengan keberadaan seorang guru yang menjadi ujung tombak pendidikan. Alhasil kinerja seorang guru banyak sekali hubungannya dengan proses belajar yang terjadi di dalam maupun di luar kelas pada suatu lembaga pendidikan.

Oleh karena itu yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil yang dicapai seorang guru dalam mengelola proses belajar mengajar dan usaha-

Page 50: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

usaha yang dilakukannya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Kinerja guru merupakan suatu wujud aplikasi dari segala potensi yang dimiliki oleh seorang guru. kinerja guru dapat diketahui dari kemampuannya dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut dalam kegiatan belajar mengajar. Kinerja guru menunjukkan kemampuan dalam mengintegrasikan tujuan, materi, metode, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan unsur-unsur lainnya yang dapat mendukung dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Kinerja guru dapat dilihat dari kemampuan dalam melaksanakan tugas. Tugas utama seorang guru adalah mengajar, mendidik dan melatih. Menurut Gordon, guru mempunyai tugas dan pekerjaan sebagai pekerja kelompok yang menciptakan suasana belajar di kelas dan diluar kelas, sebagai konselor yang membantu siswa agar mampu mengarahkan dan menyesuaikan diri pada lingkungan hidupnya, dan sebagai pelaksana penelitian yang berfungsi meningkatkan pelayanan pendidikan dan pengajaran. George B. Redfern mengemukakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru adalah : 1) Merencanakan dan mengorganisasikan tugas mengajar; 2) Memotivasi murid; 3) Menggunakan sumber yang tersedia; 4) Melaksanakan teknik instruksional; 5) Bertanggung jawab terhadap pertumbuhan proresional; dan 6) Melakukan hubungan dengan orang tua siswa. Sementara itu Gagne berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari guru yaitu : 1) Merencanakan kegaitan belajar mengajar; 2) Mengelola kegiatan belajar mengajar; dan 3) Menilai kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Uzer Usman mengemukakan, “…bahwa guru memiliki banyak tugas, baik tugas yang terikat oleh dinas maupun tugas di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas-tugas tersebut dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu : 1) Tugas dalam bidang profesi; 2) Mengelola dalam bidang kemanusiaan; 3) Tugas dalam bidang kemasyarakatan.”[17]

Secara umum tugas dapat dibedakan atas tugas personal, tugas sosial, dan tugas profesional. Tugas profesional berkaitan dengan pribadi guru yang dapat menunjang penampilan sebagai seorang pemimpin kelas yang berwibawa. Tugas sosial yang berkaitan dengan misi kemanusiaan yang dapat menunjang hubungan dengan sesama baik hubungan horizontal maupun hubungan vertical. Tugas profesional berkaitan dengan pelaksanaan peran profesi yang menunjang keberhasilan dalam interaksi belajar mengajar.

Sejalan dengan tugas di atas, Johnson sebagaimana dikutipSanusi dkk mengemukakan tiga aspek performance guru :

1) Kemampuan profesional, mencakup : a) penggunaan pelajaran yang konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan, b) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan

Page 51: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

kependidikan dan keguruan, c) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

2) Kemampuan social, mencakup : kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

3) Kemampuan personal guru, mencakup : a) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya; b) pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh guru; c) penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagaimana panutan dan teladan bagi para siswanya.[18]

Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, seorang guru harus memiliki kemampuan yang memadai. Kemampuan tersebut menurut M. Riva’i meliputi :

1) Kemampuan pribadi, terdiri dari berbagai pengetahuan /pengertian, keterampilan dan sikap menjadikannya kepribadian yang untuk yang diperlukan warga negara dan guru yang baik.

2) Kemampuan khusus/kejuruan, yaitu penguasaan-penguasaan bidang studi tertentu.

3) Kemampuan profesional, mengetahui dan dapat menerapkan dasar-dasar pendidikan dan teori-teori belajar sehubungan dengan perkembangan dan tingkah laku anak.[19]

Syah dalam Idochi membagi kompetensi guru yang profesional kedalam tiga aspek, “…yaitu 1) Kompetensi kognitif, meliputi penguasaan terhadap pengetahuan kependidikan, pengetahuan materi yang diajarkan, dan kemampuan menstranfer pengetahuan kepada para siswa agar dapat belajar secara efisien dan efektif; 2) Kompetensi afektif, meliputi sikap dan perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan dan pandangan seorang guru terhadap kualitas dirinya; 3) Kompetensi psikomotorik, meliputi kecakapan fisik umum dan khusus seperti ekspresi verbal dan non verbal.”[20]

Kompetensi tersebut di atas sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai sebagaimana dikemukakan oleh Bloom. Sasaran yang dimaksud dibagi dalam tiga ranah yang menunjukkan perilaku ingin dicapai dalam setiap pembelajaran. Secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut : “1) Ranah kognitif, terdiri dari : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis , evaluasi; 2) Ranah afektif, terdiri dari kemampuan menerima, kemampuan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, ketelitian, 3) Ranah psikomotor, terdiri dari : gerak tubuh, koordinasi gerak, komunikasi non verbal, dan perilaku bicara.”[21]

P3G Depdikbud merumuskan sepuluh kompetisi dasar yang harus dimiliki yaitu : (1) Menguasai bahan ajar, (2) Mengelola program belajar mengajar, (3) Mengelola kelas, (4) Menggunakan media dan sumber pengajaran (5) Menguasai landasar kependidikan, (6) Mengelola interaksi belajar mengajar, (7) Menilai prestasi belajar siswa, (8) Mengenal fungsi dan program BP, (9) Mengenal dan ikut menyelenggaran administrasi sekolah, dan (10) Memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan menafsirkannya untuk pengajaran.

Page 52: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Pada umumnya kinerja guru diukur dari kemampuannya dalam mengajar. Mengajar bukan sekedar menyampaikan pengetahuan melainkan suatu upaya untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung berlangsungnya proses belajar hingga tujuan dapat tercapai. Engkoswara memberi batasan sebagat berikut :

a. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan atau ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada murid-muridnya.

b. Mengajar adalah menanamkan sikap dan nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan dasar dari seseorang yang telah mengetahui/menguasai kepada orang lain.

c. Mengajar ialah membimbing seseorang atau sekelompok orang supaya belajar berhasil.[22]

Selanjutnya pendapat lain menurut William H. Buston dalam Mohammad Ali, “…mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.”[23]

Sesuai dengan pandangan di atas, maka pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan profesi , yang perlu dilakukan oleh seseorang yagn memiliki kemampuan profesional. Lierberman berpendapat bahwa unsur profesional antara lain :

a. Unsur layanan sosial yang unik, spesifik , dan esensial;b. Aspek kecakapan intelektual yang ditekankan dalam memberikan

layanan ;c. Persyaratan pelatihan jangka panjang bagi setiap anggota

kelompok ;d. Tanggung jawab yang luas bagi masing-masing praktisi untuk

membuat pertimbangan dan menampilkan perilaku yang selaras dengan batas-batas kompetensinya ;

e. Adanya pengakuan masyarakat terhadap otonomi yang dimiliki ;f. Penempatan unsur layanan sebagai landasan dalam mengelola dan

memikirkan kualitas kelompok ; dang. Masing-masing partisi menjadi anggota suatu organisasi yang luas,

mandiri, dan berhak untuk mengatur dirinya sendiri.[24]Berhubungan dengan penjelasan tentang mengajar, Nasution, memberikan

pengertian bahwa, ”…mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga menjadi proses belajar mengajar.[25]

Proses belajar mengajar yang dilakukan guru harus dapat mengubah situasi menjadi suatu upaya pertemuan berupa interaksi guru dan siswa,

Page 53: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

sehingga mewujudkan perasaan yang mendorong untuk belajar berhasil. Sebagaimana dikemukakan oleh Bobbi de Porter dan Mike Hernacki, “…sebelum suatu program dimulai, staf masuk ke dalam masing-masing kelas dan mengubahnya menjadi suatu tempat, dimana siswa-siswa akan merasa nyaman , terdorong dan mendapat dukungan.”[26]

Untuk mendorong peningkatan kinerja guru, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain : 1) Lokasi kerja yang menarik; 2) Sikap manajer terhadap karyawan; 3) Adanya pengakuan harga diri; 4) Terjadinya keamanan dan keselamatan kerja; 5) Sikap lembaga terhadap kompensasi kerja; 6) Adanya komunikasi dan kerja sama yang harmonis; dan 7) Adannya penghargaan terhadap prestasi dan hasil kerja.

Guru sebagai pendidik dan pengajar mempunyai tanggung jawab moral yang tinggi, diharapkan memilih komitmen terhadap visi, misi dan tujuan pendidikan, sebagaimana disampaikan oleh Fasli Jalal dan Deden Supriadi, ” … bahwa dewasa ini harapan masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu semakin meningkat, sejalan dengan semakin luasnya akses pendidikan. Dilihat dari sudut pandang pemerintah dan yayasan penyelenggara pendidikan, peningkatan harapan masyarakat tersebut memberikan tantangan baru terhadap dunia pendidikan. pendidikan tidak bisa lagi hanya didasari niat asal berjalan melainkan harus lebih bermutu dan akuntabel.”[27]

Guru sebagai pendidik dan pengajar perlu menyadari bahwa yang dihadapi adalah anak bangsa yang memiliki perbedaan karakter dan latar belakang, serta perlu memperhatikan perkembangan siswa baik secara individual maupun secara klasikal, serta perlu menciptakan hubungan yang harmonis sehingga guru dapat mengelola proses belajar mengajar dan mengelola kelas secara efektif dan efisien. Hal ini ditegaskan pula dengan pendapat I.G.A.K. Wardani, “Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guna terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan efektif.”[28]

Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat mengaplikasikan strategi pembelajaran yang efektif. Newman dan Logan dalam A. Tabrani Ruslan mengemukakan tentang penyusunan strategi pembelajaran sebagai berikut : “(1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan peruilaku peserta didik, (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar utama yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran, sehingga dapat digunakan oleh guru sebagai acuan pengembangan; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dipandang efektif dan efisien; (4) menetapkan norma-norma dan batas minimum keberhasilan dalam melaksanakan pengukuran dan evaluasi hasil belajar siswa.”[29]

Page 54: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Kompetensi pokok mengajar guru menurut P3G Depdikbud yaitu : “(1) kemampuan merencanakan pengajaran; (2) kemampuan melaksanakan prosedur mengajar; dan (3) kemampuan melaksanakan hubungan pribadi.”[30]

Ketiga kemampuan atau kompetensi mengajar guru yang diuraikan di atas dijabarkan lebih spesifik dan operasional sebagai berikut :1. Kemampuan merencanakan pengajaran : (a) menentukan bahan

pembelajaran dan merumuskan tujuan, (b) memilih dan mengorganisasikan materi, alat bantu, dan sumber , (c) merancang skenario pembelajaran, (d) merancang pengelolaan kelas, dan (e) merancang prosedur dan mempersiapkan alat evaluasi.

2. Kemampuan melaksanakan prosedur mengajar : (a) mengelola ruang, waktu, dan fasilitas belajar, (b) menggunakan strategi pembelajaran, (c) mengelola interaksi kelas, (d) mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran terterntu, (e) melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar.

3. Kemampuan melaksanakan hubungan pribadi, di samping kemampuan yang dinilai, turut menjamin kinerja guru secara optimal adalah hubungan yang harmonis dengan sesama, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai sasaran secara umum yaitu peserta didik agar menguasai pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan tanggung jawab sehingga diperlukan kemampuan merencanakan pembelajaran, memimpin dan mengelola pembelajaran, menilai hasil pembelajaran serta menyempurnakan dan menindaklanjuti hasil penilaian. Sebagaimana Davies mengidentifikasikan fungsi umum berupa ciri pekerjaan guru sebagai manajer yaitu : “(1) merencanakan pembelajaran, (2) mengorganisasikan untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, (3) memimpin, berkaitan dengan tugas guru untuk memotivasi dabn menstimulasikan murid-muridnya, (4) mengawasi, berkaitan dengan pekerjaan guru untuk menentukan apakah fungsi dalam organisasi dan memimpin telah berhasil.[31]

Proses belajar mengajar merupakan proses inti yang terjadi di sekolah sebagai lembaga pendidikan. belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Unsur yang terdapat dalam belajar adalah motif untuk belajar, tujuan yang hendak dicapai dan situasi yanag mempengaruhi. Sedangkan faktor yang menunjang efisiensi hasil belajar adalah kesiapan (rediness), minat dan konsentrasi dalam belajar, serta keteraturan waktu dalam belajar.

Page 55: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

a. Kesiapan (readiness) merupakan kapasitas (kemampuan potensial) fisik maupun mental untuk belajar disertai harapan keterampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu.

b. Minat dan konsentrasi dalam belajar merupakan dua faktor yan saling berkaitan. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampaikan semua hal lain yang tidak berhubungan. Minat adalah menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh.

c. Keteraturan waktu; belajar secara teratur dan mengikuti pengaturan waktu yang sudah ditetapkan secara disiplin sebenarnya dapat mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri. Baik dalam hal akademis maupun fisik dan mental. Secara akademis keteraturan dapat memperbanyak pembendaharaan ilmu pengetahuan.

Mengajar merupakan aktivitas guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa yang didasarkan pada kemampuan/kompetemsi mengajar guru yang telah ditentukan.

Kemampuan dasar guru mencakup semua ilmu pengetahuan, keterampilan serta sikap yang harus dan dapat dilakukan guru dalam penyelenggaraan KBM. Kemampuan dasar merupakan modal dasar untuk dapat mengajar yang diperoleh selama menjalani pendidikan di LPTK, dan perlu dikembangkan terus menerus agar menghasilkan kualitas pengajaran terbaik.

Kemampuan dasar tersebut meliputi sepuluh kemampuan dasasr guru sebagai berikut :a. Penguasaan materib. Pengelolaan PBMc. Penggunaan media dan sumberd. Pengelolaan kelase. Menguasai landasan-landasan kependidikanf. Mengelola interaksi belajar mengajarg. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaranh. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhani. Mengenal dan menyelenggarakan administrasij. Memahami prinsip dan mampu memberikan hasil-hasil penelitian pendidikan

untuk keperluan pengajaran.Selain hal di atas diperlukan adanya pembinaan dari kepala sekolah

sebagai pemimpin sekaligus supervisor. Sebagaimana tujuan supervisi dalam kurikulum yaitu mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan pneingkatan potensi mengajar.

Page 56: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis sintesiskan bahwa, kinerja guru merupakan kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam mengelola proses belajar mengajar dan upaya yang dilakukan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional.

Bila menelaah penejelasan di atas secara garis besar kinerja guru merupakan hasil yang dicapai seorang guru dengan segenap daya dan upayanya agar proses pembelajaran yang terjadi di dalam maupun di luar kelas berjalan dengan baik sehingga diharapkan dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Konsep Administrasi PendidikanSetiap organisasi menuntut adanya keteraturan pada wadah dan proses

yang diwujudkan melalui administrasi. Di dalam bidang pendidikan, keteraturan itu terwujud melalui administrasi pendidikan, yang rumusan definisinya menurut para ahli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.

Administrasi pendidikan menurut Hadari Nawawi adalah, “Rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal.”[32]

Selanjutnya Sutjipto dan Basori Mukti mengemukakan, Administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian.[33]

Dengan pengertian di atas, maka administrasi pendidikan penekanan pada penciptaan proses kerjasama dalam kegiatan manajerial menuju tercapainya tujuan organisasi yang telah di tetapkan, sehingga organisasi mampu menciptakan proses kerjasama yang harmonis.

Selanjutnya Engkoswara mendefinisikan Administrasi Pendidikan sebagai berikut :

Administrasi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan menciptakan suasana yang baik bagi manusia, yang turut serta dalam pencapaian tujuan pendidikan yang disepakati. Administrasi pendidikan dasarnya adalah suatu media belaka untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif, yaitu efektif dan efisien.”[34]Dalam pencapaian produktivitas pendidikan, diperlukan suatu proses

terutama berkenaan dengan perilaku manusia dalam berorganisasi, karena administrasi pendidikan pada dasarnya alat untuk menyatukan ide-ide,

Page 57: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

personal, material dalam pendidikan, baik dilingkungan sekolah maupun suatu kantor yang mengelola pendidikan di setiap tingkat pendidikan.Berikut ini Engkoswara memformulasikan Konsepsi Administrasi Pendidikan sebagai berikut :

Garapan PR PL PngFungsi M S F M S F M S FP

PerencanaanPelaksanaanPembinaan

IDIOGRAFISGambar 1. Konsepsi Administrasi Pendidikan

Keterangan :PR = Perencanaan M = ManusiaPL = Pelaksanaan S = Sumber BelajarPng = Pembinaan F = Fasilitas

P = Tujuan PendidikanDalam proses administrasi/Manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang

ditampilkan oleh seorang Manager / Pimpinan. Menurut Nanang Fatah fungsi tersebut :Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organization), Pemimpin (Leading), dan Pengawasan (Controling). Oleh karena itu , manajement diartikan sebagai proses merancana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya

NOMOTETIS

Page 58: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan taktik dan program. Semua ini dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagikan kedalam fungsi garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horizontal dan vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajement mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama.Fungsi pengawasan meliputi penentu standar, supervisi, dan mengukur penampilan / pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan , karena melalui pengawasan efektifitas manajement dapat diukur.[35]

Dengan definisi administrasi pendidikan di atas mengandung pengertian yang hampir sama, oleh karena itu dapat dikemukakan secara umum yakni suatu cabang ilmu yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum atau sumber belajar yang telah disepakati, sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal dan tercipta suasana yang harmonis dalam proses pencapaiannya, dengan upaya yang efektif dan efisien.

Pekerjaan yang efektif menurut Made Pidarta, “…ialah kalau pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula, dengan kata lain suatu pekerjaan dikatakan efektif, kalau suatu pekerjaan sudah mempu merealisasikan tujuan organisasi dalam aspek yang dikerjakan tersebut.”[36]Secara lebih khusus Engkoswara mengemukakan bahwa, “…keberhasilan pendidikan adalah roduktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektivitas dan pada efisiensi.”[37]

Sedangkan efisiensi pendidikan atau sekolah dapat dilihat dari (1) kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi, (2) semangat kerja yang besar, (3) kepercayaan berbagai pihak, dan (4) pembiayaan, waktu dan tenaga yang sekecil mungkin, tetapi hasil yang besar.

Dengan demikian maka proses kegiatan bidang pendidikan dengan melibatkan berbagai potensi yang diperlukan adalah untuk mencapai tujuan

Page 59: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

pendidikan berupa keberhasilan pendidikan peserta didik. Sebagaimana di kemukakan oleh R. Iyeng Wiraputra.

Disamping guru, murid dan kurikulum, di sekolah biasanya terdapat sejumlah orang lain…termasuk di dalamnya Kepala Sekolah. Apapun kedudukan dan tugasnya… akhirnya kepentingan dalam pengembangan anak didik dan pada dasarnya berkewajiban untuk meningkatkan proses belajar mengajar… tujuan akhir yang harus di kejarnya sama dengan tujuan guru dan tujuan terhadap keberhasilannya ialah kemajuan anak didik.”[38]

Dengan gambaran di atas dalam konteks administrasi pendidikan, di arahkan dalam usaha merancang, membina, meningkatkan keteraturan dalam organisasi, sehingga iklminya kondusif dan menunjang kerja sama serta produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan.3. Kepemimpinan Pendidikan

Dalam ilmu administrasi di perlukan konsep kepemimpinan sebagai suatu bidang kajian ilmu administrasi yang meninjau tentang kedudukan seseorang yang memberi pengaruh terhadap organisasi termasuk personil lainnya dalam mencapai tujuan.

Kepemimpinan merupakan ujung tombak organisasi yang mengarahkan orang-orang yang memberdayakan sumber-sumber lain demi kepentingan organisasi. Untuk memahami kepemimpinan, berikut ini dikemukakan konsep tentang kepemimpinan.

a. Pengertian KepemimpinanPengertian kepemimpinan menurut George R. Terry, “Kepemimpinan

adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang, agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.”[39]

Lebih lanjut Wahjosumodjo menyajikan beberapa definisi yang dikutip dari Fred E. Fieldter dan Martin M. Chemers, sebagai berikut :1) Leadership is the exercises of authority and the making of

decisions(Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan)[40].

2) Leadership is the initiation of acts that results in a consistent pattern of group interction directed toward the solution of mutual problems (Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan)[41]

3) Leadership is the process of influencing group activities toard setting and goal achievement (Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan).[42]

Page 60: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Sedangkan menurut Kartini Kartono pengertian pemimpin sebagai berikut : “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.”[43]

Mengenai kepemimpinan menurut Howard H. Hoyt, dalam bukunya Aspect of Modern Public Administration, “Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang. Ordway Tead mengatakan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.”[44]

Menurut Lipham, pengertian kepemimpinan sebagai berikut: ”leadership as tha behavior of an individual that initiates a new structure interacion within a social system by changing the goals, objectives, configurations procedures, inputs, process, or output of the system.” (Kepemimpinan adalah sebagai suatu perilaku individu yang berinisiatif membuat struktur interaktif di antara suatu sistem sosial dengan melakukan perubahan-perubahan tujuan, objek, prosedur kofigurasi, masukan, proses, atau keluaran dari sistem)[45]

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan wujud tingkah laku individu dalam interaksi dengan system social untuk mencapai suatu tujuan. Tercapai tidaknya tujuan organisasi sangat tergantung pada kepemimpinan yang diperankan oleh seorang pemimpin.

Agus Dharma mendefinisikan, “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang dan sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.”[46]

Dari berbagai batasan kepemimpinan di atas, para ahli manajemen berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen didalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok.

Suatu kenyataan bahwa dalam kehidupan organisasi, seorang pemimpin memiliki dan memainkan peranan yang sangat penting dan menentukan sebagaimana dikemukakan Sondang P.Siagian :

Bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan, baik secara individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian. Pimpinan membutuhkan sekelompok orang lain, yang dengan istilah populer dikenal sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan

Page 61: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja yang efisien, efektif , ekonomis dan produktif.”[47]

Dengan demikian dalam kepemimpinan terdapat faktor-faktor pemimpin, yang dipimpin, tujuan, aktivitas, komunikasi/interaksi, situasi dan kekuasaan yang dapat ditumbuhkembangkan. Efektivitas kepemimpinan itu tidak semata-mata tertuju kepada bawahan, namun juga secara vertikal dan horizontal.

b. Pendekatan dalam KepemimpinanDalam teori kepemimpinan terdapat beberapa pendekatan yaitu:1) Pendekatan Sifat pada Kepemimpinan (trait approch)Dalam pendekatan sifat dibahas tentang sifat-sifat yang perlu dimiliki

seorang pemimpin atau dengan kata lain bahwa untuk memahami kepemimpinan adalah dengan mengidentifikasikan sifat-sifat pemimpin, sifat-sifat ini dimiliki seorang pemimpin yang membedakannya dengan bukan pemimpin.

Sifat-sifat seperti “pemimpin dilahirkan, bukan dibuat”, kemudian dikaitkan dengan sifat-sifat cendikiawan, ketergantungan, pertanggungjawabanm ditambah dengan faktor fisik, kesehatan , dan sebagainya tidak lagi seluruhnya dapat memperkuat teori sifat, terutama karena macam perilaku yang membedakan pemimpin yang sukses dengan yang tidak sukses dapat dipelajari dan diperoleh melalui pengalaman. Sifat-sifat tersebut antara lain :kecerdasan, kedewasaan, dan keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi , serta sikap hubungan kemanusiaan.

Terdapat keterbatasan dalam pendekatan sifat-sifat kepemimpinan ini, karena dalam diri pemimpin terdapat sifat-sifat yang berbeda, tidak dapat diambil generalisasi sifat-sifat yang diperuntukan bagi semua pemimpin, tetapi hadir berdasarkan situasi, kondisi, dan pribadi masing-masing pemimpin, sehingga pendekatan ini tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan efektif.

2) Pendekatan Tingkah Laku pada KepemimpinanPendekatan ini mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh

para pemimpin efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dengan bawahan dan memotivasi bawahan, serta bagaimana mereka menjalankan tugas-tugas dan sebagainya.

Penelitian-penelitian yang bersumber pada pandangan gaya kepemimpinan (stylisttic approach) pada umumnya memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi dan gaya-gaya kepemimpinan.

Perilaku gaya kepemimpinan biasanya membandingkan antara gaya demokratik dan gaya perilaku otokratik, tetapi gaya tersebut tidak cukup memuaskan, sehingga kini banyak ahli melirik pada gaya situasional dalam penerapannya.

c. Fungsi-fungsi KepemimpinanAspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada

fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi utama, yaitu : (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task–related) atau

Page 62: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau sosial. Funsi pertama menyangkut masukan-masukan berupa saran, pendapat dan informasi bagi suatu penyelesaian yang tepat, sedangkan fungsi kedua menekankan pada kelancaran tugas kelompok dan membantu kelompok berjalan lebih lancar melalui persetujuan/kompromi, pencegahan perbedaan pendapat, konflik dan sebagainya.

Menurut Sondang P.Siagian tingkat penerimaan bawahan terhadap dan pengakuan bagi kepemimpinan seseorang akan semakin tinggi apabila pemimpin tersebut :1) Memiliki daya pikat karena pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindak

tanduk.2) Tergolong sebagai pemimpin yang pada dasarnya demokratik tetapi

sekaligus mampu melakukan penyesuaian tertentu tergantung pada situasi yang dihadapinya.

3) Menyadari benar makna dan hakikat kebenarannya dalam organisasi yang tercermin pada kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinan yang ahrus diselenggarakannya.

4) Dalam hubungan atasan dan bawahan menseimbangkan struktur tugas yang harus dilakukan oleh para bawahannya dengan perhatian yang wajar pada kepentingan dan kebutuhan para bawahan tersebut.

5) Menerima kenyataan bahwa setiap bawahan-seperti juga diri sendiri mempunyai jati diri yang khas dengan kelebihan dan kekurangannya serta kekuatan dan kelemahannya.

6) Mampu menggabungkan bakat, pengetahuan teoritikal dan kesempatan memimpin dengan terus berusaha memiliki sebanyak mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal.

7) Dengan tetap menggunakan paradigma yang holistik dan integralistik mampu menentukan skala prioritas organisasi sesuai dengan sifat, bentuk dan jenis tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai.

8) Memperhitungkan situasi lingkungan yang berpengaruh, baik secara positif maupun secara negatif, terhadap organisasi.

9) Memanfaatkan perkembangan yang terjadi dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa berinjak dan orientasi manusia sebagai unsur terpenting dalam organisasi.

10) Menemptkan kepentingan organisasi di atas kepentingan diri sendiri seperti tercermin dalam satunya ucapan darn perbuatan.[48]

d. Gaya-gaya Kepemimpinan

Page 63: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Gaya kepemimpinan yang ditekankan adalah gaya pimpinan yang berorientasi tugas (task oriented) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada bawahan (employee-oriented).

Pimpinan yang berorientasi tugas menginginkan pekerjaan berjalan lancar tanpa memperhatikan segi-segi lain dari perasaan dan keterbatasan karyawan, mereka senantiasa menekankan pada target yang ditetapkan, mengawasi kerja bawahan dan mengabaikan pertumbuhan dan pembinaan karyawan.

Pemimpin yang berorientasi pada kemanusiaan atau pada karyawan adalah manajer yang senantiasa memberi motivasi kepada karyawan tentang kerja dan pekerjaannya, memperhatikan segi-segi kemanusiaan karyawan, menumbuhkan persahabatan dan saling percaya serta mendorong karyawan berkarir secara baik.

e. Pendekatan Situasional – Kontingensi pada KepemimpinanDalam pendekatan situasional (situasional approach) ditemukan bahwa

faktor-faktor determinan yang dapat membuat efektif suatu gaya kepemimpinan sangat bervariasi, tergantung pada situasi dimana pemimpin berada, karyawan, tugas, organisasi, lingkungan dan pada kepribadian pemimpin itu sendiri.

f. Pendekatan Jalur Sasaran pada KepemimpinanSeperti pendekatan kontingensi yang lain, kepemimpinan model jalur

sasaran mencoba membantu kita untuk memahami dan meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam situasi yang berbeda.

Pendekatan jalur sasaran didasarkan pada motivasi model harapan, yang menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapannya akan imbalan dan valensi, atau daya tarik imbalan itu, walaupun manajer mempunyai sejumlah cara untuk mempengaruhi bawahan.

Gaya kepemimpinan mempengaruhi imbalan yang tersedia bagi karyawan mengenai jalur untuk memperolehnya. Seorang pemimpin yang berorientasi karyawan, dan menawarkan bukan hanya gaji dan promosi, tetapi juga dukungan, dorongan, rasa aman dan rasa hormat.

Teori jalur-sasaran dengan mengidentifikasi dua variabel yang membantu menentukan gaya kepemimpinan yagn paling efektif : karakteristik pribadi karyawan dan tekanan lingkungan serta tuntutan di tempat kerja yang harus dihadapi karyawan.

Karakteristik pribadi karyawan : Gaya kepemimpinan yang disukai karyawan sebagian akan ditentukan oleh karakteristik pribadi mereka. Mereka yang yakin bahwa pribadinya mempengaruhi organisasi, menyukai gaya kepemimpinan partisipatif, sedangkan apabila mereka yakin bahwa

Page 64: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

keberhasilan organisasi tidak ditentukan karakteristik pribadi karyawan lebih suka dengan gaya otoriter.

Evaluasi karyawan mengenai kemampuan mereka sendiri juga akan mempengaruhi gaya yang mereka sukai. Karyawan yang memiliki kemampuan senang dengan kebebasan yang diberikan atasan dan tidak senang diawasi. Sebaliknya karyawan yang kurang memiliki keterampilan mungkin menyukai pemimpin yang lebih banyak memberikan pengarahan.

Tekanan lingkungan serta tuntutan ditempat kerja; faktor-faktor lingkungan juga banyak mempengaruhi gaya kepemimpinan yang disukai karyawan. Salah satu faktor tersebut adalah sifat tugas karyawan. Misalnya, gaya yang terlalu mengarahkan tampaknya berlebihan dan bahkan menghina untuk tugas yang sangat berstruktur. Akan tetapi bila sifat suatu tugas tidak menyenangkan, perhatian pimpinan mungkin menambah kepuasan dan motivasi karyawan. Faktor lain adalah sistem wewenang formal organisasi, yang menjelaskan tindakan mana akan mendapat persetujuan (misalnya, lebih rendah dari anggaran) dan mana yang tidak akan mendapat persetujuan (misalnya lebih tinggi dari anggaran). Faktor lingkungan ketiga adalah kelompok kerja karyawan. Kelompok yang kurang kompak biasanya memperoleh manfaat dari gaya yang mendukung, penuh pengertian. Sebagai pedoman umum, gaya pemimpin akan memotivasi karyawan sejauh gaya itu memberikan kompensasi atas apa yang mereka pandang sebagai kekuarangan dalam tugas, sistem wewenang , atau kelompok kerja.

Menurut para ahli, tipe dasar kepemimpinan adalah a) Otoriter, b) demokrasi, dan c) laissez-faire. Kepemimpinan otoriter mempunyai karakter sebagai berikut : pemimpin berdasarkan diri pada kekuatan, kekuasaan, dan wewenang untuk melaksanakan rencana dan disiplin kepada bawahan. Semua kebijakan ditetapkan oleh pemimpin tanpa dimusyawarahkan dulu sehingga pertanggung jawabannya pun ada pada pemimpin. Bawahan harus patuh dan setia kepada atasan secara mutlak. Pemimpin membatasi hubungan dengan bawahan agar tetap mempertahankan suasana hubungan majikan dan pekerja. pemimpin memperlakukan bawahan sama dengan alat atau mesin. Ia tidak menghargai harkat dan martabat manusia. Disiplin didasarkan kepada ketakutan dan ancaman. Pemimpin bertindak sebagai diktator.

Kepemimpinan Demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut : segala kebijakan merupakan hasil musyawarah dengan pertanggung jawaban organisasi berada ditangan seluruh anggota. Penindakan kepada bawahan yang tidak disiplin dan melanggar peraturan dilakukan secara korektif dan eduktif. Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari falsafah hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Mendorong bawahan untuk

Page 65: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

dapat mengembangkan daya inovasi dan kreatifitas. Pemimpin cenderung disegani bukan ditakuti.

Kepemimpinan Laissez-faire mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pengambilan keputusan diserahkan kepada bawahan sehingga pertanggung jawabannya didistribusikan kepada setiap anggota. Setiap orang boleh berbuat sekehendak hati, bawahan diberi kebebasan untuk mengerjakan apa yang mereka inginkan. Aturan yang berlaku tidak jelas, sehingga kontrol sosialpun hampir tidak ada. Prakarsa dalam menyusun struktur kerja / tugas bawahan sangat minim “Kepemimpinan ini berpandangan bahwa organisasi akan berjalan dengan sendirinya, kaerna anggota organisasi dianggap sudah mengetahui dan cukup dewasa”.

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, Temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik dan khas. Tingkah laku dan gaya seseorang akan berbeda dengan orang lain. Gaya dan Style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.

Sehingga muncullah beberpa tipe kepemimpinan. Misalnya tipe-tipe karismatik, paternalistik, militeristis, otokratis, laissez faire, populistis, administrative, demokratis.

Pada umumnya perilaku kepemimpinan seseorang cenderung berorientasi kepada pemenuhan tujuan organisasi (initiating structure) dan atau cenderung berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan manusia anggota organisasi (consideration) dengan mempertimbangkan bobot kedua kecenderungan tersebut. Jersey dan Blanchard mengklasifikasikan empat daya kepemimpinan yaitu : 1) Gaya kepemimpinan instruksi, 2) Gaya kepemimpinan konsultasi, 3) Gaya kepemimpinan partisipasi, 4) Gaya kepemimpinan delegasi.

Gaya kepemimpinan instruksi ditandai dengan perilaku initiating strukturyang tinggi, sedangkan perilaku konsiderasi relatif rendah. Pemimpinan yang bergaya instruksi banyak memberikan pengarahan dan sedikit memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi. Instruksi yang diberikan terinci secara spesifik dan pengawasannya dilakukan secara ketat. Proses komunikasi bersifat searah yaitu daria tasan ke bawahan.

Gaya kepemimpinan konsultasi ditandai dengan perilaku initiating structuremaupun perilaku Considerasi relatif tinggi. Pemimpin banyak memberikan kesempatan kepada bawwahan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Ia mendengarkan pendapat bawahan dalam mempertimbangkan keputusan. Pendapat dan keperluan bawahan serta tujuan organisasi menajdi pusat perhatian.

Gaya kepemimpinan partisipasi ditandai dengan initiating structure relatif rendah sedangkan perilaku konsiderasi relatif tinggi. Pengawasan dan

Page 66: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

pengarahan relatif berkurang, sebaliknya pemimpin lebih banyak mendengar dan memperhatikan saran serta pendapat dari bawahan. Ia memberikan kesempatan kepada bawahan dalam pengambilan keputusan dan mendorong bawahan dalam penyelesaian tugas sesuai dengan kemampuannya. Bila perlu pemimpin ikut berpartisipasi menyelesaikan tugas bawahan mengingat yang bersangkutan belum mampu melakukannya.

Gaya kepemimpinan delegasi ditandai dengan perilaku initiating structure dan prilaku konsiderasi relatif rendah. Pemimpin dengan gaya ini banyak mendelegasikan tugasnya kepada bawahan. Pengambilan keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas diserahkan kepada bawahan. Pemimpin menaruh kepercayaan penuh kepada bawahannya.

Berdasarkan pendekatannya dikenal beberapa jenis pendekatan kepemimpinam, antara lain pendekatan psikologis, pendekatan sosiologis, danpendekatan tingkah laku. Pendekatan psikologis menggambarkan bahwa manusia memiliki ciri-ciri keperibadian yang unik. Keunikan tersebut memungkinkan seseorang memiliki kecenderungan tersebut disetujui orang lain untuk menjadi pemimpin. Dengan perkataan lain, bahwa orang seperti ini memang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin, menjadi manusia yang benar.

Pendekatan sosiologis mencoba membandingkan secara ekstensif diantara kelompok untuk mencari perbedaan yang besar dengan mengukur akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pemimpin terhadap kelompok. Dimensi itu diidentifikasikan sebagai ukuran kelompok, homogenitas kelompok, dan keintiman anggota dalam hubungannya dengan kelompok. Hempil menemukan dua dimensi yaitu riscidity (Perasaan keterpautan kelompok) dan edonic (perasaan kepuasan anggota). Pendekatan sosiologis melahirkan konsep-konsep kepemimpinan potensial. Kepemimpinan permisif, kepemimpinan persuasive, dan kepemimpinan darurat.Pendekatan tingkah laku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat pemimpin.

Menurut Gross dalam Idochi Anwar, ada sembilan fungsi kepemimpinan yaitu menentukan tujuan, menjelaskan, memilih cara yang tepat, memberikan dan mengkoordinasikan tugas, memotivasi, menciptakan kesetiaan, mewakili kelompok serta merangsang para anggota untuk bekerja. Kartini Kartono menyebutkan fungsi kepemimpinan adalah memadu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanan.[49]

Page 67: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Dalam bidang pendidikan, Burhannudin mengklasifikasikan fungsi kepemimpinan pendidikan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1) Fungsi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Artinya pemimpin berusaha membantu kelompok untuk merumuskan tujuan pendidikan yang memenuhi syarat agar dapat dijadikan pedoman dan menentukan kegiatan-kegiatan pendidikan.

2) Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Artinya bagaimana pemimpin mampu menggerakan bawahan agar serangkaian kegiatan pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Teknik yang digunakan meliputi actuating, leading, directing, motivating, staffting;

3) Fungsi yang berhubungan dengan penciptaan suasana kerja yagn mendukung proses kegiatan administrasi berjalan dengan lancar, penuh semangat, sehat dan kreativitas yang tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim organisasi yang mampu mendorong peningkatan produktifitas pendidikan yang tinggi dan kepuasan kerja yang maksimal.[50]

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kepemimpina itu mencakup pengembangan kemampuan menyatakan pendapat, pengakuan terhadap kemampuan orang yang dipimpin, menumbuhkan sikap saling menghargai serta memberikan petunjuk-petunjuk dalam menyelesaikan masalah.

Secara umum, fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan memandu, menuntun, membimbing, membangun memberi motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/ pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepda sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

Dalam tugas-tugas kepemimpinan, tercakup pula pemberian insentif sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat. Insentif materiil dapat berupa uang, sekuritas fisik, jaminan social, jaminan kesehatan, presmi, bonus, kondisi kerja yang baik, pensiun, fasilitas tempat tinggal yang menyenangkan , dan lain-lain. juga bisa diwujudkan dalam bentuk insentif social , berupa promosi jabatan, status social tinggi, martabat diri, prestise social, respek, dan lain-lain. insentif social disebut pula sebagai insentif inmateriil.

g. Dimensi-dimensi Kepemimpinan Kepala SekolahAntara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan.

kepemimpinan akan tercermin dan menjiwai manajer dalam melaksanakan tugasnya. Begitu pula seorang manajer akan lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya bila ditunjang dengan jiwa kepemimpinan yang positif. Pemimpin dalam memanaje atau mengelola sekolah adalah “.. mengatur, agar seluruh

Page 68: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapaindya tujuan sekolah. Jadi kepala sekolah mengatur agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung ketercapaian tujuan sekolah.[51]

Dalam satuan pendidikan, Kepala Sekolah menduduki dua jabatan penting untuk dapat menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.

Sebagai pengelola pendidikan, Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja para personil, teutama meningkatkan kompetensi profesional para guru.

1) VisiVisi mutlak harus dimiliki seorang pemimpin yang memiliki kesadaran besar

terhadap kualitas. Pemimpin yang memiliki visi senantiasa ada yang diperbuat padas setiap waktunya. Tidak ada waktu yang terbuang percuma, begitupun tidak ada kesempatan yang berlalu begitu saja. Pemimpin yang memiliki visi adalah pemimpin yang hidup bukan untuk saat ini tetapi untuk meraih sesuatu di masa depan yaitu kualitas pendidikan yang diidamkan. Pemimpin yang memiliki visi adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan, berpikiran jernih, dan senang dengan inovasi-inovasi.

Lebih lanjut , Mulyadi menyampaikan bahwa :Visi adalah kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang, menjanjikan kesejahteraan bagi organisasi melalui penyediaan produk / jasa berkualitas bagi masyarakat. visi pada dasarnya merupakan perubahan yang akan diwujudkan di masa depan. Visi memerlukan energi yang luar biasa besarnya untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, perwujudan visi memerlukan perumusan misi, agar pemfokusan energi yang berasal dari seluruh sumber daya organisasi menghasilkan kekuatan luar biasa uantuk mewujudkan visi.[52]Masa depan adalah masa kini yang sedang diarahkan oleh manusia itu

sendiri. Namun demikian visi masa depan ini harus dimiliki oleh setiap pendidik terutama kepada sekolah karena pada sekolahlah masa depan itu diperjelas dan diwujudkan setidak-tidaknya visi masa depan yang kita kembangkan akan

Page 69: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

menjadi referensi mngontrol kekuatan-kekuatan yang dapat dijadikan sebagai benchmark untuk menentukan posisi kita dalam arus globalisasi.

Dalam kaitan ini visi masa depan yang jelas akan memberikan kepad kita wawasan global“ (global mindset) yang dapat dijadikan sebagai dasar bertindak bagi kita dalam era globalisasi ini.

Visi merupakan masa datang yang ideal, bisa berupa retensi budaya dan kegiatan yang sedang berjalan atau bisa pula yang berupa perubahan. Dengan demikian mungkin saja memerlukan perubahan yang radikal dari organisasi yang sedang berjalan seperti misalnya perubahan dalam budaya organisasi.

Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan organiasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipatif terhadap persaingan global sebagai tantangan zaman.Chriss Lee menegaskan tugas kepemimpinan adalah

“menjelaskan dan menerjemahkan visi organiasai untuk masa yang akan datang. Memimpin sekolah pada hakekatnya adalah menciptakan lingkungan sekolah yang kreatif, memberdayakan guru, dan merekayasa mereka menjadi tugas yang berkualitas. Pimpinan hendaknya dapat menyadari bahwa keberhasilan pimpinan turut ditentukan oleh tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh seluruh guru yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.”[53]2) MotivasiPemimpin yang dmemiliki motivasi adalah pemimpin yang setiap saat

senang dengan pekerjaannya. Motivasi bisa timbul dari dalam diri pemimpin itu sendiri atau dapat ditimbulkan dari luar dirinya. Motivasi yang timbul dari dalam diri pimpinan merupakan dorongan kuat yang harus selalu dimiliki dan hal ini merupakan utama bila dibanding dengan motivasi yang ditimbulkan dari luar dirinya.

Menurut R. Iyeng Wiraputra,”Manajement hanya dapat dijalankan melalui motivasi orang-orang untuk bekerja mengejar tujuan organisasi. Akan tetapi tidak memungkinkan untuk memahami motivasi tanpa memperhatikan apa yang diinginkan dan diharapkan orang dari pekerjaannya.”[54]

3) Komunikasi dan NegosiasiMerupakan dua istilah yang sangat dekat. Seorang pemimpin harus

menjalin komunikasi dengan pengikutnya, harus mau dan bisa berkomunikasi. Di samping itu ada hal-hal dalam komunikasi yang isinya dapat dinegosiasikan yang menyangkut suatu kesepakatan antara pemimpin dan pengikut. Seni negosiasi adalah seni dan ilmu komunikasi yang dapat mengarahkan pemimpin untuk menjadi seorang negosiator yang ulung. Kemampuan negosiasi perlu

Page 70: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

dimiliki agar substansi yang dikomunikasikan mencapai sasaran yang diinginkan.

4) Tim dan Kerja Sama KelompokTidak ada pemimpin tanpa pengikut. Pengikut bisa berupa individu dan bisa

juga kelompok. Seorang pemimpin harus bisa menciptakan kesatuan dalam kelompok, kerjasama diantara tim, dan menggalang kekuatan tim. Kemampuan-kemampuan pribadi apabila dikemas dalam bentuk tim yang kompak dan prosedur kerja yang tepat akan terwujud kemenangan tim.

Menurut Sondang P.Siagian prosedur kerja apabila ditaati oleh semua orang dalam organisasi akan membawa berbagai akibat positif. Wujud berbagai akibat positif itu , antara lain adalah:

a) Lancarnya koordinasi,b) Tidak terjadi tumpang tindih atau duplikasi,c) Terbinanya hubungan kerja yang serasi,d) Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang,e) Terhindarnya organisasi dari berbagai jenis pemborosan,f) Lancarnya proses pengambilan keputusan,g) Terjaminnya keseimbangan antara hak dan kewajiban para anggota

organisasi.Jelaskan bahwa prosedur kerja adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya. Berarti bermakna tidaknya prosedur kerja itu sangat ditentukan oleh manusia yang menggunakannya. Untuk itu, manfaat prosedur kerja harus dilihat tidak hanya dan bahkan tidak terutama untuk kepentingan yang mekanistik dan retualistik, melainkan untuk hal-hal yang bersifat psikologis dan mental.[55]

5) KomitmenNilai komitmen terhadap organisasi adalah menjiwai kerja pimpinan,

disamping itu komitmen tidak hanya diarahkan pada organisasi tapi juga pada perangkat lainnya, seperti komitmen terhadap tugas, pengikut, kualitas dan sebagainya.

6) AkuntabilitasPengejawantahan akan komitmen adalah adanya akuntabilitas dari

pimpinan. Akuntabilitas harus diarahkan “konstituensi” yang dilandasi prestasi organisasi.

Sebagai pemimpin formal, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya penggerakkan bawahan kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Kepala Sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim

Page 71: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Usaha untuk memperdayakan para personal dapat dilakukan melalui pembagian tugas secara proporsional. Agar kerjasama dan tugas-tugas yang dimaksudkan dapat berjalan secara efektif dan efisien, diperlukan upaya dari Kepala Sekolah selaku pemimpin untuk mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan perilaku bawahan kearah pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. di sinilah letaknya fungsi kepemimpinan dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah.

Menurut Sanusi dalam Idochi kepemimpinan dan pengelolaan (Manajement) sekolah tersebut menurut Kepala Sekolah memiliki: (1) Kemampuan dan pengetahuan tentang tujuan, proses dan teknologi yang melandasi pendidikan di setiap jenjang sekolah, (2) Komitmen kepada perbaikan propesional secara terus menerus. Selanjutnya, Gafar memberi rambu-rambu agar keseluruhan kegiatan manajement sekolah yang dipimpin Kepala Sekolah digiring untuk menciptakan situasi dimana anak dapat belajar dengan lebih baik, dan merasa bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk belajar. Untuk mewujudkan tujuan ini Kepala Sekolah perlu mengubah orientasinya dengan menggiring keseluruhan fungsi berbagai unsur sekolah menuju satu titik yaitu learning anak didik.[56]

Mr. William menyatakan bahwa atasan hendaknya mengetahui kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh bawahannya dan dapat dimanfaatkannya seoftimal mungkin. Sebaliknya bawahan hendaknya sadar akan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam bekerja, dan berupaya untuk menganalisis sebab-sebab keberhasilan dan kegagalan dan belajar dari keduanya untuk meningkatkan kinerja supaya menjadi lebih baik. Atasan hendaknya memberi petunjuk tentang bagian-bagian mana dari kinerja yang harus dikembangkan. Atasan hendaknya menegaskan kembali perannya dalam melaksanakan bimbingan kepada bawahan sehingga dapat menghasilkan kinerja tinggi.[57]

Dari uraian di atas, maka penulisan sintesiskan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan Kepala Sekolah adalah pola yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam mempengaruhi, membina dan membimbing guru-guru di sekolahnya untuk bekerjasama mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan pendidikan di sekolah.

4. Iklim Organisasi SekolahSetiap kegiatan di sekolah adalah tanggung jawab para pelaksana yang

akan mengarah pada kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk perluasan dan pengembangan kegiatan tersebut diperlukan adanya suatu wadah yang lazim disebut organisasi.

Page 72: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Organisasi menurut Chester Bernard, yang dikemukakan Miftah Thoha, “Organisasi itu adalah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang terkoordinir secara sadar, atau suatu kekuatan dari dua manusia atau lebih.[58]

Dengan demikian, setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu organisasi tidak lain merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, dan tentunya tujuan ini dicapai secara efektif dan efisien.

Menurut Nanang Fatah istilah Organisasi mempunyai dua pengertian, yaitu:Pertama diartikan suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya,

sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerja sama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem bekerja sama dapat dilihat antara lain 1) ada komunikasi antara orang yang bekerja sama, 2) individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama, dan 3) kerja sama itu ditunjukan untuk mencapai tujuan. Menurut Chester I. Barnard organisasi mengandung tiga elemen, yaitu 1) kemampuan untuk bekerjasama, 2) tujuan yang dingin dicapai, dan 3) komunikasi.[59]

Secara fungsional, organisasi merupakan sekolompok manusia yang dipersatukan dalam suatu kerja sama yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Jadi organisasi sebagai proses menetapkan dan mengelompokkan pekerjaan yang akan dilakukan, merumuskan dan melimpahkan tanggung jawab dan wewenang serta menyusun hubungan-hubungan dengan maksud memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan-tujuan. Organisasi merupakan kelompok orang melakukan berbagai aktivitas kearah suatu tujuan bersama dibawah komando suatu kepemimpinan.

Beberapa pengertian di atas menggambarkan bahwa terdapat beberapa unsur yang mendukung jalannya suatu organisasi. Diantara unsur-unsur lain adalah : adanya sekompok orang, adanya aktivitas, adanya tujuan serta sarana dan prasarana lainnya. Unsur-unsur tersebut berfungsi secara baik dan sinerjis, sehingga terwujud iklim organisasi yang baik.

Keith Davis mengemukakan pengertian iklim organisasi sebagai berikut: “Organization climate is affected by almost everything that ocurs in an organization. The human enviroument with in an organization’s employes do their with” (Iklim organisasi dipengaruhi oleh hampir segala sesuatu yang

Page 73: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

berhubungan dengan suatu organisasi. Lingkungan kehidupan manusia yang di dalamnya ada para anggota (pegawai) organisasi yang bekerja untuknya).[60]

Dengan pengertian di atas yang dimaksud iklim organisasi adalah menyangkut iklim yang ada atau yang dihadapi manusia yang berada dalam suatu organisasi yang mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi. Lebih lanjut dikemukakan Keith Davis, mengenai unsur-unsur yang mengkontribusi tercapainya kondisi yang “Favourable” adalah:

(1) Quality of leadership, (2) amount of trust, (3) communication up ward and down ward, (4) Feeling of useful work, (5) responsibility, (6) fair reward, (7) reasonable job pressures, (8) opportuinity (9) reasonable controls, structur and beuraucracy, 10) employee involvement participation.(1. Kualitas kepemimpinan, 2. Adanya kepercayaan, 3. Komunikasi yang baik terhadap atasan maupun bawahan, 4. Penjiwaan bekerja, 5. Tanggung jawab, 6. Penghargaan yang layak, 7. Penekanan kerja yang beralasan, 8. Kesempatan, 9. Birokrasi, struktur, dan kontrol yang beralasan, 10. Partisifasi keterlibatan pegawai). [61]

Sekolah adalah suatu organisasi yang terdiri dari beberapa unsur yang saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama lain. dalam organisasi yang disebut sekolah, melakukan berbagai macam aktivitas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut melekat pada tujuan sekolah sebagai organisasi dan juga tujuan yang melekat pada orang-orang yang menjadi anggota atau penggerak organisasi itu.

Aktivitas atau usaha pencapaian tujuan yang dilakukan oleh sekolah, akan turur dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti masalah kepemimpinan yang terjadi dalam sekolah tersebut, sehingga juga menentukan bagaimana kondisi atau iklim dari pada organisasinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Milton, bahwa “…untuk menciptakan iklim organisasi yang efektif salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kepemimpinan.”[62]

Selain itu lingkungan juga mempengaruhi kepada proses pembelajaran di sekolah termasuk kinerja guru, karena banyak masalah yang berarti bagi lingkungan tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh H. Udin S. Winataputra bahwa, “…begitu banyaknya manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar, dan sebenarnya hampir semua isi bidang studi dapat dipelajari dari lingkungan.”[63]

Jadi organisasi sekolah sebagai suatu sistem yang terstruktur, saling berhubungan dan adanya koordinasi dari pada anggota kelompok akan mempengaruhi terhadap iklim organisasi.

Konsep tentang iklim organisasi telah banyak dikemukakan, dalam hubungannya dengan usaha menganalisis iklim organisasi sekolah, terutama dalam kaitannya dengan kinerja guru dan pola perilaku belajar siswa.

Seperti halnya menurut Newel, Iklim itu mencakup keseluruhan sistem kejiwaan dari kelompok manusia atau organisasi yang meliputi perasaan dan

Page 74: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

sikap terhadap sistem, subsistem, supra sistem atau sistem lain dari perorangan, tugas-tugas, prosedur dan konseptuaslisasi. Iklim menunjukkan kepada hubungan dalam segala situasi, sebagaimana hubungan tersebut dialami oleh orang-orang dalam situasi itu. Kekhususan dan keunikan inilah yang membedakan iklim suatu organisasi dengan organisasi lainnya.

Iklim erat kaitannya dengan ciri yang ada pada setiap organisasi, dengan kegiatan organisasi, dengan perilaku pemimpinnya, dan perilaku para pekerjanya. Umumnya ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap komponen organisasi sangat menentukan bentuk atau jenis iklim yang tercipta.

Dengan uraian di atas, maka dapat penulis sintesiskan bahwa iklim organisasi sekolah, maksudnya adalah suasana yang tercipta pada suatu sekolah, berupa hubungan personal antara Kepala Sekolah dengan guru, guru dengan guru serta kepala sekolah, guru dengan murid, lingkungan sekolah baik fisik maupun non fisik.B. Kerangka Berfikir

Hubungan Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja GuruHubungan sebagai sistem sosial dalam kehidupan lembaga pendidikan/sekolah meruapakan salah satu faktor penentu upaya pencapaian tujuan sekolah, khususnya meningkatkan mutu pendidikan melalui iklim organisasi sekolah yang kondusif dan kinerja yang baik.Hubungan manusiawi antara personal di sekolah, apakah Kepala Sekolah guru, personal lain dan murid akan membentuk iklim organisasi sekolah. Hubungan yang baik dan harmonis dan kondusif antara personal di sekolah akan menambah semangat atau memotivasi setiap orang dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau kegiatannya. Serta menimbulkan ketenangan, rasa aman, kekeluargaan serta kesadaran akan tugas dan tanggung jawab masing-masing seperti halnya : Kepala Sekolah melaksanakan tugas kepemimpinan dengan tenang dan baik, guru melaksanakan kewajiban mendidik dan mengajar sesuai dengan ketentuan, serta karyawan lain bekerja sesuai aturan, juga siswa belajar dengan baik, bergairah dengan semangat tinggi.Dengan iklim organisasi sekolah yang kondusif akan memotivasi setiap personal sekolah dan siswa dalam mencapai tujuan, khususnya peningkatan kinerja guru dan akhirnya prestasi belajar siswa yang lebih baik, maka dengan demikian diduga terdapat hubungan positif antara iklim organisasi sekolah dengan peningkatan kinerja guru.

Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Iklim Organisasi Sekolah Kinerja GuruGambar 3. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan

Kinerja Guru

Page 75: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

C. Pengajuan HipotesisBerdasarkan deskripsi toritis dan kerangka berfikir yang dikemukakan maka

diajukan hipotesis yaitu terdapat hubungan positif antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru.

[11] WJS. Purwadarminta.1980. Kamus Lengkap.Bandung : angkasa Offset.h.144[12] Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. H.503.[13] Peter Salim. 1993. Websters New World Dictionary for Indonesia Users

English Indonesian. Jakarta : Modern English Press. H.420.[14] Virgil. K. Rowlan. 1960 Manajerial Profesional Standars. New York The Hadon

Craftsmen. Inc.h.38[15] Mondy dan Noe, 1991, HumanResource Management, Massachusetts : Allyn & Bacon.[16] Levinson dalam Cascio, 1992.[17] Moch. Uzer Usman, 2000, Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja

Rosdakarya.h.6[18] Anwar Yasin. 1998. Standar Kemampuan Profesional Guru SD. IKIP Malang.h.204.[19] M. Riva’i. 1982. Aneka Kapita Pendidikan dan Keguruan. IKIP Bandung.h.35.[20]Of.cit.h.38.[21] Sugeng Santoso, 2000, Problematik Pendidikan dan Cara

Pemecahannya.Jakarta Kreasi Pena Gading, h.41.[22] Engkoswara, 1984, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara,h.1.[23] Mohamad Ali. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru.h.3[24] Lierberman. 1987. Education as a Profesion.New Jersey : Prentice Hall.h.340.[25] Nasution, 1977, Didaktik : Azas-azas Mengajar, IKIP Bandung, h.7[26] Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning. Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Penerbit Kaifa.h.66.[27] Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah. Jakarta : Depdiknas-Bapenas-Adicitakaryanusa.h.74.[28] I.G.A.K. Wardani. 1998. Pemantapan Kemampuan Mengajar.Jakarta : Depdikbud.h.25[29] A. Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar

Mengajar.Bandung: Remaja Karya.h.32[30] Ali Imran. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta : Pustaka Jaya.h.169[31] Ivor.K.Davies 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta : CV. Rajawali.h.35-36[32] Hadari Nawawi. 1992. Administrasi Personel untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja. Jakarta : Masagung, h.245[33] Sutjipto dan Basori Mukti. 1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta :

Depdikbud Dirjen Dikti.h.10[34] Engkoswara. 1987. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan.Jakarta: Depdikbud.h.1[35] Nanang Fatah. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung .: PT.

Remaja Rosda karya.h.1-2[36] Made Pidarta. 1988. Manajemen Pendidikan. Jakarta : PT. Bina Aksara.h.21[37] Engkoswara. 1998. Membina Indonesia Merdeka Melalui

pendidikan.Bandung: Yayasan Amal Keluarga.h.29[38] R. Iyeng Wiraputra. 1980.Administrasi Pendidikan, Teori, praktek, dan

Aspek-aspek Manusiawi. IKIP Bandung.h.9[39] Siti Aminah Ansoriah. 1999. Kualitas Kinerja Kepala Sekolah. Tesis PPS IKIP

Bandung.h.25[40] Dubin, 1951.

Page 76: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

[41] Humphill, 1954.[42] Stogdil, 1984, dalam Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan

Motivasi.Jakarta :Ghalia Indonesia.h.21[43] Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan .Jakarta:PT. Grafindo

Persada.h.33[44] Ibid.h.49[45] Terry G.R. Principle Of Management.(New York: Richard.D. Irwin,Inc.1977).h.410[46] Dharma Agus.1992.Organisasi, Perilaku, Struktur dan proses (Terjemahan).

Jakarta:Erlangga.h.99[47] Sondang P.Siagian.1992.Organisasi Kepemimpinan dan perilaku

Administrasi,Jakarta:Gunung Agung.h.20[48] Sondang P.Siagian.1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan .Jakarta:Penerbit

Rhineka Cipta.h.192[49] Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir. 2000.Administrasi Pendidikan, Teori,

Konsep dan Isu.UPI Bandung, h.38[50] Ibid.h.31[51] Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Panduan Manajemen

Sekolah,Proyek Peningkatan mutu Guru Kelas SD Setara D.II Jakarta, h.3[52] Mulyadi. 1998. Perumusan Misi, Visi , core Biliefss dan Core Values

Organisasi.Majalah Manajemen Usahawan Indonesia. NO. 01/Th.XXVII/Jam98.h.12

[53] Chriss Lee, Edisi June 1990. Beyound Team Work. Training, The Magazine of Human Resource Development.h.30

[54] R. Iyeng Wiraputra. 1982. Aneka Masalah Pendidikan dan KepemimpinanFakultas Ilmu Pendidikan . IKIP Bandung.h.111.

[55] Sondang P.Siagian. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.h.12.

[56] Op.Cit. h. 33[57] Mr. William. London Heineman. 1972. Performance Appraisal in Management,h. 6[58] Miftah Thoha. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan

Aplikasinya.Jakarta. CV. Rajawali. H. 111.[59] Nanang Fattah, 2001. Landasan Pendidikan. Bandung PT. Remaja Karya. H. 71[60] Keith Davis. Human Behaviour at Work Organijational Behaviour 9Six th

Education). Newyork Mc. Grew-bil Graw-Hil, Inc.[61] Ibid.[62] Milton R. Charles. 1981. Human Behaviour in Organizatiaons, three levels of

Behaviour New Jersey, Prentice Inc. 5.[63] Udin. S. Winataputra, 1998. Strategi Belajar Mengajar, Depdikbud. Jakarta h. 549.Memuat...

Bab 3- Metodologi PenelitianA. Tujuan PenelitianTujuan penelitian secara umum adalah untuk mengungkapkan atau mendapatkan gambaran tentang hubungan atau pengaruh Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru.

B. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat Penelitian

Page 77: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Adapun SD yang akan menjadi tempat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Daftar Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan LebakwangiKabupaten Kuningan

NO NAMA SD KEPALA SEKOLAH JUMLAH GURU

1Lebakwangi I 1 5

2Lebakwangi II 1 5

3Mekarwangi I 1 5

4Mekarwangi II 0 5

5 Cipetir 1 5

6Cineumbeuy I 1 6

7Cineumbeuy II 1 6

8Cinagara I 1 6

9Cinagara II 1 5

10 Langseb I 1 611

Langseb II 1 5

12 Mancagar 1 313

Bendungan I 1 4

14

Bendungan II 1 3

15 Sindang I 1 616 Sindang II 1 417

Pasayangan 1 5

18

Pagundan I 1 7

19

Pagundan II 1 7

20 Manggari 1 421

Pajawan Kidul 0 5

22

Mandala Jaya I 0 5

Page 78: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

23

Mandala Jaya II 1 4

24

Ciporang I 1 4

25

Ciporang II 1 5

26 Kutaraja 1 5

27

Kuta Mandarakan 1 5

28 Maleber I 1 529 Maleber II 0 530 Parakan 1 531

Karangtengah 1 5

32

Dukuh Tengah 1 4

33 Buniasih 1 434

Cikahuripan I 0 4

35

Cikahuripan II 1 3

36

Padamulya I 1 2

37

Padamulya II 1 3

38 Mekarsari 1 439

Galaherang I 1 5

40

Galaherang II 0 3

41 Garahaji 1 242

Cipakem I 1 2

43

Cipakem II 1 2

44

Cipakem III 1 2

45

Giriwaringin 1 2

46

Mekarwangi III 1 3Jumlah <!–[if

supportFields]>=SUM(<!–[if

supportFields]>=SUM(

Page 79: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

ABOVE) <![endif]–>40<!–[if

supportFields]><![endif]–>

ABOVE) <![endif]–>200<!–[if

supportFields]><![endif]–>

Sumber : Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Lebakwangi, Kuningan.Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa di Kecamatan Lebakwangi terdapat 40 orang kepala SD dan 200 orang guru.

Pengambilan tempat di wilayah kecamatan Lebakwangi disebabkan

beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu : (1) wilayah tersebut

merupakan wilayah kerja penulis, (2) wilayah tersebut merupakan wilayah di

mana penulis tinggal, (3) wilayah tersebut adalah wilayah yang banyak

dikenal penulis dan diharapkan akan mendapatkan kemudahan untuk

penelitian tersebut, dan (4) adanya keingintahuan yang mendalam tentang

fenomena-fenomena yang mungkin terjadi di daerah sendiri.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini mulai bulan Desember hingga bulan April 2002, kurang lebih 5 bulan. Lebih rinci lagi dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2. Time Schedule PenelitianNO KEGIATAN WAKTU KETERANGAN1 Persiapan Penelitian Desember 00

2Membuat Kisi-kisi Instrumen Desember 00 Sesuai prosedur

3 Membuat Instrumen Desember 00Konsultasi dgn pembimbing

4Menggandakan Instrumen Desember 00

Persetujuan dari pembimbing

5 Mengurus perizinan Desember 00Izin dari instansi setempat

6 Uji Coba Instrumen Januari 2001 20 responden

7Uji Validitas-Reliabelitas Januari 2001

Fasilitas SPSS 6.0

8Mendapat Instrumen Jadi Januari 2001

Diketahui oleh pembimbing

9Penyebaran Instrumen Jadi

Pebruari 2001 40 responden

10 Pengumpulan Hasil Maret 200111 Pendistribusian Data Maret 2001

12 Pengolahan Data Maret 2001

Menggunakan fasilitas SPSS 6.0

13Pengetikan hasil penelitian April – Mei 01

Page 80: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

C. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif, yaitu:

“…memberikan gambaran tentang fenomena tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat yang diteliti.”[64] Sedangkan Rosenberg, Morris memberikan dua pengertian metode deskriptif, yaitu : “(1) mendeskripsikan gejala-gejala a yang diteliti, (2) Mempelajari hubungan antara gejala-gejala yang diteliti.”[65]

Metode deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interprestasi tentang arti data itu. Penelitian deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu.[66]

Selain itu dipergunakan metode survey pada waktu pengumpulan data dengan teknik korelasional. Hal itu disebabkan karena terdapat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, sebagaimana disebutkan oleh Yatim Riyanto bahwa “…ciri penelitian korelasional adalah (a) menghubungkan dua variabel atau lebih, (b) besarnya hubungan didasarkan kepada koefisien korelasi, …”[67]

Dari penjelasan di atas maka di bawah ini digambarkan konstelasi penelitian agar alur penelitian lebih terfokus dan terarah, yaitu :

Y

XKeterangan :

X : Iklim Organisasi Sekolah Y : Kinerja Guru

D. Populasi dan SampelPopulasi menurut Fraenkel dan Wallen adalah kelompok yang menarik

penelitian, di mana kelompok tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek untuk menggeneralisasikan hasil penelitian.[68] Selain itu Sudjana mengatakan yaitu : totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengurangan, kuantitatif atau kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.[69] Berdasarkan pendapat ini maka populasi penelitian adalah seluruh guru sekolag dasar yang ada di wilayah Kecamatan Lebakwangi Kabpaten Kuningan yang berjumlah 200 orang seperti yang telah disebutkan pada tabel 1 di atas.

Gambar 5. Konstelasi Penelitian

Page 81: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Mengenai jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan pendapat Yatim, bahwa “Sampel dapat didefinisikan sebagai sembarang himpunan yang merupakan bagian dari suatu populasi.”[70]

Adapun pengambilannya berdasarkan pendapat Harry King dalam menghitung sampelnya tidak hanya didasarkan pada kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%.[71]

Berdasarkan pendapat di atas selanjutnya penelitian tesis ini akan menggunakan kepercayaan sampai 95% atau kesalahan 5% maka jumlah sampelnya hingga 20% dari jumlah populasi. Hal itu dikarenakan untuk menghindari kesalahan yang bakal terjadi di lapangan. Dengan demikian 200 orang x 20% = 40 orang sampel yang akan dijadikan target penelitian.

Tabel 3. Perincian dan Penyebaran Anggota SampelNO NAMA SD JUMLAH SAMPEL1 Lebakwangi I 12 Lebakwangi II 13 Mekarwangi I 14 Mekarwangi II 15 Cipetir 16 Cineumbeuy I 17 Cineumbeuy II 18 Cinagara I 19 Cinagara II 110 Langseb I 111 Langseb II 112 Mancagar 113 Bendungan I 114 Bendungan II 115 Sindang I 116 Sindang II 117 Pasayangan 118 Pagundan I 119 Pagundan II 120 Manggari 121 Pajawan Kidul 122 Mandala Jaya I 123 Mandala Jaya II 124 Ciporang I 125 Ciporang II 126 Kutaraja 127 Kuta Mandarakan 128 Maleber I 129 Maleber II 130 Parakan 1

Page 82: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

31 Karangtengah 132 Dukuh Tengah 133 Buniasih 134 Cikahuripan I 135 Cikahuripan II 136 Padamulya I 137 Padamulya II 138 Mekarsari 139 Galaherang I 140 Galaherang II 1Sumber : Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Lebakwangi,

Kuningan.E. Instrumen PenelitianDalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu iklim organisasi kelas (X) masing-masing sebagai variabel bebas dan kinerja guru (Y) sebagai variabel terikat.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga instrumen, yaitu :1. Kuesioner untuk kinerja guru.2. Kuesioner untuk kepemimpinan kepala sekolah.3. Kuesioner untuk iklim organisasi sekolah.

Untuk menyusun instrumen penelitian, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menjabarkan variabel penelitian ke dalam indikator.2. Indikator-indikator diperoleh dari teori yang mendukung masing-masing

variabel.3. Mengadakan konsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan

masukan, apakah indikator yang dikembangkan sudah rasional atau logis.

Instrumen yang dibuat dalam penelitian ini berdasarkan kepada skala sikap model likert yang telah dimodifikasi, yang menggunakan 5 option, dengan skoring 5 untuk selalu, 4 untuk sering, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk jarang, dan 1 untuk sangat tidak pernah. Hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.Pengembangan alat ukur dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Kinerja Guru (Y)Kinerja guru merupakan hasil yang dicapai seorang guru dalam

menyelesaikan segala tugas yang dibebankan kepadanya. Keberhasilan tersebut banyak dipengaruh faktor intern dan ekstern yang ada di sekitarnya.

Instrumen kinerja guru disusun sebanyak 30 butir pernyataan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrumen perilaku belajar berikut ini :

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabe Kinerja Guru

NoIndikator Variabel Deksriptor

No. Item

1. Kemampuan Personal Guru

a. Mempersiapkan dirib. Melengkapi alatc. Persiapan tugas berikutnyad. Keteladanan

1234

Page 83: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

e. Meningkatkan kemampuan diri

f. Penataan kelas56

2.Kemampuan Profesional

a. Kondisi kelasb. Pengelolaan kelasc. Kegiatan bimbingand. Pengamatane. Reward dan Punishmenf. Pelayanan khususg. Minat belajar siswah. Metode pembelajarani. Penguasaan Kurikulumj. Program perbaikank. Penguasaan siswal. Melatihm. Evaluasi siswan. Administrasi kelas

789

1011121314151617181920

3Kemampuan sosial

a. Penampilan dirib. Evaluasi diric. Sikap dan perilakud. Hubungan yang harmonise. Saling membantu

21,2622,2723,2824,2925,30

2. Iklim Organisasi SekolahBatasan iklim organisasi sekolah dalam hal ini adalah segala situasi yang

muncul akibat hubungan antara guru dengan civitas akademik di dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah.

Instrumen iklim organisasi sekolah disusun sebanyak 30 pernyataan, yang dijabarkan berdasarkan indikator-indikator dan teori yang mendukungnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabe Iklim Organisasi Sekolah

NoIndikator Variabel Deksriptor

No. Item

1. Hubungan Kepala Sekolah dan Guru

a. Sopan santub. Gotong royongc. Pemanfaatan waktu luangd. Saling mengenale. Aspiratiff. Iklim harmonisg. Komunikasi dua arah

1234567

Page 84: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

h. Saling mempengaruhii. Dialogisj. Memperhatikan sesama

89

10

2. Kondisi Kerja

a. Pemahanan pribadib. Kebebasan berpendapatc. Kooperatifd. Bijaksanae. Kesempatan

mengembangkan dirif. Saling menghargaig. Kesempatan berinisiatifh. Perasaan berkelompoki. Tanggung jawabj. Kegairahan

11121314151617181920

3

Suasana Lingkungan Fisik

a. Memperhatikan keindahan lingkungan

b. Penataan sekitar sekolahc. Penataan ruang kelasd. Perencanaan bersamae. Pemeliharaan K3

21,2622,2723,2824,2925,30

Instrumen yang disusun oleh penulis berdasarkan teori pendukung dari masing-masing variabel. Sebelum instrumen tersebut digunakan dilakukan uji coba (try out) untuk menguji data tersebut pada keterandalan (reliabelitas) dan kesahihannya (validitas) agar layak digunakan sebagai instrumen penelitian dalam pengambilan data penelitian.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen PenelitianInstrumen yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat sebelumnya

digunakan dalam rangka pengambilan data terhadap ketiga instrumen tersebut dengan melakukan uji coba (try out) untuk menguji reliabilitas dan validitas soal.

Uji coba telah dilakukan terhadap 20 guru SD di Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal.

a. Pengujian Validitas Instrumen PenelitianValiditas (kesahihan) tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat ukur

tersebut nanpu mengukur apa yang hendak diukur dan mengungkapkan apa yang hendak diungkapkan. Validitas atau kesahihan adalah suatu pandangan yang sangat penting dipertimbangkan ketika mempersiapkan suatu instrumen yang akan digunakan. Validitas didefinisikan sebagai penunjukkan, kesesuaian, kemengertian, kegunaan, dan kesimpulan spesifik yang telah dibuat penelitian berdasarkan pada data yang telah mereka kumpulkan.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa dengan memvalidasi instrumen, maka telah dilakukan suatu proses pengumpulan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung penarikan kesimpulan dari instrumen tersebut.

Validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Untuk mengukur validitas isi digunakan metode internal konsistensi yaitu mengukur besarnya korelasi antara tiap butir dengan semua butir pertanyaan menggunakan rumus korelasi Product Moment dan uji signifikansi dengan uji-t.

Page 85: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Suatu butir soal ditentukan oleh besarnya harga rhitung pada alfa = 0,05. Jika rhitung > rtabel maka butir soal dinyatakan valid atau sahih.

Pengujian validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan) instrumen penelitian dan hasil perhitungan butir-butir soal yang valid untuk instrumen perilaku belajar, kepemimpinan guru, dan iklim organisasi kelas secara lengkap dapat dilihat pada rangkuman hasil analisis berikut ini :

1) Instrumen Kinerja GuruJumlah butir soal : 30Taraf signifikansi : 0,05Hasil analisis : Semuanya valid.Keputusan : seluruh butir pernyataan dipakai.

2) Instrumen Kepemimpinan Kepala SekolahJumlah : 30Taraf signifikansi : 0,05Hasil penelitian : Semuanya valid.Keputusan : Semua butir soal dipakai.

3) Instrumen Iklim Organisasi SekolahJumlah : 30Taraf signifikansi : 0,05Hasil penelitian : Semuanya valid.Keputusan : Semua butir soal dipakai.

Alat ukur (instrumen) dinyatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas yang bermakna sekurang-kurangnya kuat. Dari pengolahan diharapkan bahwa harga reliabilitas masing-masing instrumen adalah sebagai berikut :

rn kinerja guru = 0,969.rn kepemimpinan kepala sekolah = 0,984, danrn iklim organisasi sekolah = 0,965.Berdasarkan hasil analisis uji coba tersebut, maka instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini dinyatakan reliabel atau sangat kuat karena menghasilkan koefisien reliabelitas yang diperoleh lebih besar dari 0,8.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen PenelitianDi samping pengujian validitas, terhadap instrumen juga dilakukan

pengujian reliabilitas.Menurut Semiawan : “Reliabilitas menunjukkan pada ketetapan (konsistensi)

dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama ataupun yang itemnya ekivalen”.

Apabila diperoleh reliabilitas instrumen tinggi, maka kemungkinan kesalahan data yang dikumpulkan rendah, akurasi dan stabilitas data berarti tinggi untuk mengukur reliabilitas instrumen penelitian digunakan rumus Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas yang diperoleh berpedoman pada klasifikasi Gaiford sebagai berikut :

r > 0,8 = sangat kuat0,5 < r > 0,8 = kuat0,4 < r > 0,6 = sedang.

F. Teknik Pengumpulan DataPengambilan data dilakukan terhadap guru pada SD di Kecamatan

Lebakwangi Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Sumber data diperoleh dari instrumen penelitian yang dirancang secara khusus oleh peneliti. Data tentang kepemimpinan guru, iklim organisasi kelas, dan kinerja guru diperoleh melalui tiga instrumen dengan menggunakan angket skala sikap model Likert.G. Teknik Analisis DataDalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif dan uji hipotesis dengan analisis korelasional. Sebelum melaksanakan analisis korelasional, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji linearitas.

Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui dari masing-masing variabel bersifat normal. Sedangkan uji linearitas untuk mengetahui

Page 86: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

apakah hubungan antara varibel bersifat linear yang merupakan syarat untuk uji korelasi.

[64] Masri Singarimbun, 1989.[65] Morris Rosenberg, 1968.[66] Winarno Surachmad, 1980, h. 139.[67] Ytim Riyanto, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Penerbit SIC, h. 34.[68] Fraenkel dan Wallen, 1990, h. 68.[69] Sudjana, 1982, hal. 161.[70] Yatim Riyanto, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : SIC, h. 64.[71] Harry King dalam Sugiyono, 2000, Metodologi Penelitian

Administrasi,Bandung : Alfabeta, h. 64.

Bab 4- Hasil PenelitianA. Deskripsi DataPada bagian dari bab ini secara berturut-turut akan disajikan gamabaran deskriptif tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi Sekolah, dan hubungannya dengan Kinerja Guru.

Ketiga jenis data yang akan dideskripsikan ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah, serta variabel terikat yaitu Kinerja Guru yang diperoleh melalui angket yang dirancang oleh peneliti berdasarkan indikator-indikatornya.

Setelah pendeskripsian data, selanjutnya disajikan pada pengujian analisis, pengujian hipotesis, dan dilanjutkan dengan tafsiran hasil pengujian hipotesis.1. Kinerja Guru (Y)

Instrumen Kinerja Guru (Y) disusun sebanyak 30 butir pernyataan yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan skoring 5 untuk pernyataan selalu, 4 untuk pernyataan sering, 3 untuk pernyataan kadang-kadang, 2 untuk pernyataan jarang, dan 1 untuk pernyataan tidak pernah. Hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba, instrumen Kinerja Guru yang layak untuk dipakai adalah berjumlah 30 butir pernyataan. Dengan demikian maka skor maksimal yang dapat diperoleh seorang responden adalah sebesar 150.

Data terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor Kinerja Guru adalah skor minimum 90 dan skor maksimum 100. Dengan rentangan tersebut diperoleh harga rata-rata sebesar 95,23 dan simpangan baku sebesar 2,54 untuk perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.Distribusi frekuensi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Kinerja GuruNO KELAS FREKUENSI FREKUENSI

RELATIF

Page 87: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

INTERVAL1 90-91 5 12.52 92-93 5 12.53 94-95 8 204 96-97 16 405 98-99 4 106 100-101 2 5

40 100Sebagaimana hasil perhitungan di atas hasil pengolahan data diperoleh rata-

rata untuk Kinerja Guru sebesar 95,23. Dengan demikian ternyata bahwa

Kinerja Guru sebagai objek penelitian ini rata-rata mempunyai kinerja yang

tinggi. Untuk histogram skor kinerja guru dapat dilihat pada grafik berikut

ini :

f

Grafik 1. Histogram Skor Kinerja Guru

Keterangan :f = frekuensi absolut

K = kelas intervalHistogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word ’97.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah yang semula disusun 30 butir

pernyataan berdasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan menggunakan 5 option yaitu skoring 5 untuk selalu, 4 untuk sering, 3

K

Page 88: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

untuk kadang-kadang, 2 untuk jarang, dan 1 untuk tidak pernah, hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba ternyata bahwa jumlah butir pernyataan yang layak untuk digunakan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya adalah 30 butir pernyataan. Dengan demikian skor maksimum yang dapat diperoleh seorang responden adalah 150.

Data yang terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah skor minimum 90 dan maksimum 100. Dengan rentang tersebut diperoleh harga rata-rata sebesar 94,85 dan simpangan baku sebesar 2,74.

Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sedangkan histogramnya dapat dilihat pada grafik 2.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah

NO

KELAS INTERVAL FREKUENSI

FREKUENSI RELATIF

1 90-91 4 102 92-93 10 253 94-95 10 254 96-97 8 205 98-99 6 156 100-101 2 5

40 100Sebagaimana hasil perhitungan di atas, hasil pengolahan data diperoleh harga rata-rata untuk Kepemimpinan Kepala Sekolah sebesar 94,85. Dengan demikian ternyata bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut objek penelitian ini yaitu para guru SD di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan rata-rata mempunyai sifat kepemimpinan yang tinggi. Untuk histogram skor Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :

f

Grafik 2. Histogram Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah

Page 89: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Keterangan :f = frekuensi absolut

K = kelas intervalHistogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word ’97.

3. Iklim Organisasi Sekolah (X2)Instrumen Iklim Organisasi Sekolah disusun sebanyak 30 butir pernyataan

yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan menggunakan 5 option yaitu skor 5 untuk selalu, 4 untuk sering, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk jarang, dan 1 untuk tidak pernah, hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.Setelah melalui proses uji coba, instrumen Iklim Organisasi Sekolah yang layak untuk dipakai adalah berjumlah 30 butir pernyataan. Dengan demikian skor maksimum yang dapat diperoleh seorang responden adalah sebesar 150. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor Iklim Organisasi Sekolah adalah skor minimum 90 dan skor maksimum 100. Dengan rentangan tersebut diperoleh rata-rata sebesar 95 dan simpangan baku sebesar 2,78.

Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Iklim Organisasi Sekolah

NO

KELAS INTERVAL FREKUENSI

FREKUENSI RELATIF

1 90-91 5 12.52 92-93 7 17.53 94-95 11 27.54 96-97 8 205 98-99 7 17.56 100-101 2 5

40 100Sebagaimana hasil perhitungan di atas, hasil pengolahan data diperoleh harga rata-rata untuk Iklim Organisasi Sekolah sebesar 95. Dengan demikian ternyata bahwa Iklim Organisasi Sekolah sebagai objek penelitian ini rata-rata tinggi. Untuk histogram skor Iklim Organisasi Sekolah adalah sebagai berikut :

K

Page 90: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

f

Grafik 3. Histogram Skor Iklim Organisasi Sekolah

Keterangan :f = frekuensi absolut

K = kelas intervalHistogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word ’97.

B. Pengujian Persyaratan Analisis DataLebih lanjut karakter data penelitian akan menentukan teknik analisis data

yang akan digunakan untuk membuktikan atau menguji hipotesis, oleh karena itu sebelum pelaksanaan analisis data yang menguji hipotesis dilakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap data itu. Pengujian persyaratan analisis data yang digunakan di sini adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors. Kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Tolak hipotesis nol, jika Lhitung > Ltabel yang berarti populasi tidak berdistribusi normal.

2. Terima hipotesis nol, jika Lhitung < Ltabel yang berarti populasi berdistribusi normal

1. Uji Normalitas Data Kinerja GuruPengujian terhadap data perilaku belajar (Y) menghasilkan Lhitung sebesar 0,09.

Dari tabel harga kritis nilai L untuk Lilliefors dengan n = 40 dan α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,1401. Dengan demikian tampak bahwa Lhitung lebih kecil daripada Ltabel , yang berarti bahwa data Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal.2. Uji Normalitas Data Iklim Organisasi Sekolah (X)

Pengujian terhadap data Iklim Organisasi Sekolah (X) menghasilkan Lhitungsebesar 0,09. Dari tabel harga kritis nilai L untuk Lilliefors dengan n = 40

K

Page 91: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

dan α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,1401. Dengan demikian tampak bahwa Lhitung lebih kecil daripada Ltabel , yang berarti bahwa data X2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.Jika hasil uji normalitas dari ketiga jenis data tersebut yaitu Kinerja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Iklim Organisasi Sekolah disajikan kembali kecuali secara keseluruhan, maka akan diperoleh tabel hasil pengujian normalitas data sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Pengujian Normalitas Data

JENIS DATA LHITUNG

LTABEL %

%=0,5 KESIMPULANKinerja

Guru (Y) 0,09 0,1410 NormalIklim

Organisasi Sekolah (X) 0,09 0,1401 Normal

Tabel = Tabel nilai kritis LillieforsBerdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa populasi dari semua

variabel data penelitian ini yaitu kinerja guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Iklim Organisasi Sekolah berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan telah terpenuhi.

Selanjutnya untuk persyaratan bahwa bentuk-bentuk regresi adalah linear. Pengujian telah dilakukan secara bersama-sama dengan pengujian hipotesis penelitian.C. Pengujian Hipotesis

Berikut ini akan disajikan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian yang diajukan yaitu sebagai berikut :Hubungan antara Variabel Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja Guru (Y)

Hipotesis kedua yang disajikan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja Guru (Y). analisis regresi linear sederhana terhadap data penelitian.

Penelitian dari perhitungan menghasilkan koefisien arah regresi b sebesar 0,69 dan konstanta a sebesar 30,11. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat disajikan oleh persamaan regresi :

Ŷ = 30,11 + 0,69 XUntuk mengetahui keberartian regresi, persamaan regresi tersebut

selanjutnya diuji dengan menggunakan Uji F. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Tabel Anava untuk Regresi Linear Sederhana Ŷ = 30,11 + 0,69 X

Page 92: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Sumber Varian Db JK RJK Fh Ft

Total 40 362963 362963 - -Regresi aRegresi bSisa

1138

362712,03142,83108,14

362712,03142,83

2,85 50,12

a.0,95 (1:38)

4,10Tuna cocokGalat

929

30,2277,92

3,362,69 1,25

a.0,95(15:23)

2,55Keterangan : db = derajat kebebasanJK = jumlah kuadratRJK = rata-rata jumlah kuadrat

Analisis korelasi terhadap pasangan data dari kedua variabel tersebut, menghasilkan koefisien r korelasi sebesar 0,75. Telaah keberartian (signifikansi) terhadap angka koefisien korelasi tersebut diperoleh thitung sebesar 7 sedangkan untuk ttabel (0,95) (38) = 1,70. Perhitungan ini menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru adalah sangat signifikan. Hal ini sekaligus menolak hipotesis nol, penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja Guru (Y).

Karena koefisien korelasi ry1 = 0,75 maka diperoleh koefisien determinasinya sebesar r2 = 0,56 yang berarti bahwa 56% variansi perilaku belajar dapat dijelaskan oleh Iklim Organisasi Sekolah (X2) dengan kinerja guru (Y) melalui suatu persamaan regresi :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X pada α = 0,95Koefisiesn korelasi parsial X dan Y signifikan karena nilai thitung = 7 > ttabel =

1,70 yang berarti ada hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru.D. Interpretasi Hasil PenelitianHasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima, ini berarti bahwa secara umum terdapat hubungan positif antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah serta Kinerja Guru, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

Untuk lebih jelasnya hasil pengujian hipotesis tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut :

Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru, tampak adanya hubungan positif antara kedua variabel tersebut yang mengandung makna bahwa semakin tinggi Iklim Organisasi Sekolah maka semakin tinggi pula Kinerja Guru.

Page 93: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Dengan kekuatan hubungan sebesar 0,75 serta koefisien determinasinya sebesar 0,56 maka diperoleh sekitar 56% varians hasil Kinerja Guru dipengaruhi oleh Iklim Organisasi Sekolah memberikan sumbangan sekitar 56% terhadap varians Kinerja Guru melalui model regresi linear sederhana :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X

BAB VKESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja Guru SD di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan Propinsi

Jawa Barat tergolong tinggi, hal ini terlihat dari data yang terkumpul

menunjukkan bahwa rentangan skor sebesar 90 – 100 dan harga rata-rata

sebesar 95,23.

2. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru memiliki tingkat signifikansi tinggi. Hal ini terlihat dari korelasi yang diperoleh r = 0,75 dan keberartian thitung = 2,52 > 1,70 = ttabel pada taraf signifikansi 5%. Koefisien parsial X2 dengan Y sangat signifikan karena thitung = 7 < 1,68 = ttabel pada a = 0,05.

3. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,68 atau 68%.

4. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,56 atau 56%.

B. ImplikasiSebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :

Hasil penelitian mengenai variabel Iklim Organisasi Sekolah yang diduga mempunyai hubungan dengan Kinerja Guru, ternyata menunjukkan hubungan yang signifikan, kedua variabel tersebut, variabel Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi terhadap variabel Kinerja Guru, di mana Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi sebesar 0,56 atau 56%. Kontribusi Iklim Organisasi Sekolah (X) tersebut, ditentukan oleh indikator perencanaan yang kurang baik.

Berdasarkan pada hasil penelitian di atas bahwa memberikan kontribusi yang berarti terhadap Kinerja Guru.

Page 94: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Selama ini masalah Kinerja Guru kurang mendapat perhatian yang serius baik dari pihak lembaga maupun dari pihak guru. Maka dalam mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak lembaga dan dari pihak pimpinan, dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru dengan cara mengadakan perbaikan pada variabel Iklim Organisasi Sekolah yang dijalankan pada sekolah yang bersangkutan. Dengan mengadakan perbaikan pada variabel tersebut diharapkan motivasi kerja guru akan semakin meningkat.

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga di antaranya sebagai berikut :1. Perilaku belajar atau Iklim Organisasi Sekolah tidak semata-mata

dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah tetapi masih

banyak faktor lingkungan internal mapun lingkungan eksternal lain yang

menentukannya. Pengaruh perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Iklim Organisasi Sekolah dan Kinerja Guru. Sehubungan dengan

hal itu perlu diteliti lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga

mempengaruhi terhadap perilaku belajar tersebut.

2. Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalam faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh terhadap Kinerja Guru tersebut. Perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.

C. Saran1. Iklim Organisasi Sekolah ternyata berkontribusi positif terhadap Kinerja

Guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan.Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan ini, baik atas inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak lain yang terkait.

2. Bagi kepala sekolah, penilik, dan pengawas atau pihak terkait dalam memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan perlu memperhatikan faktor iklim organisasi ini. Akan lebih baik lagi apabila dilakukan pelatihan-pelatihan khusus sehubungan dengan masalah-masalah kepemimpinan ini.

3. Disadari bahwa faktor iklim organisasi ini ditentukan oleh faktor-faktor internal dan juga faktor eksternal. Lembaga pendidikan yang bertugas mempersiapkan calon guru yang kualitatif merupakan salah satu faktor eksternal yang turut serta membentuk kepemimpinan calon guru tersebut.

Page 95: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

4. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi dalam menjembatani masalah Kepemimpinan Kepala Sekolah di lapangan dengan program yang disusun dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Apabila studi ini terlaksana maka tingkat kontribusi dari iklim organisasi akan dapat ditingkatkan secara terencana, yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan mutu pendidikan.

5. Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif hendaknya mulai dipikirkan sekarang terutama bagi para pemegang keputusan, agar lebih banyak memperhatikan komunitas yang ada di sebuah lembaga pendidikan, seperti sekolah. Dengan demikian akan terjadi iklim organisasi yang kondusif di mana satu sama lain anggotanya saling memperdulikan sehingga tercipta keadaan yang mendukung pembelajaran dengan baik. Selanjutnya dari keadaan demikian akan meningkatkan mutu pendidikan kita yang sekarang sedang terpuruk.

Bab 5- Kesimpulan, Implikasi & SaranA. KesimpulanBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja Guru SD di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan Propinsi

Jawa Barat tergolong tinggi, hal ini terlihat dari data yang terkumpul

menunjukkan bahwa rentangan skor sebesar 90 – 100 dan harga rata-rata

sebesar 95,23.

2. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru memiliki tingkat signifikansi tinggi. Hal ini terlihat dari korelasi yang diperoleh r = 0,75 dan keberartian thitung = 2,52 > 1,70 = ttabel pada taraf signifikansi 5%. Koefisien parsial X2 dengan Y sangat signifikan karena thitung = 7 < 1,68 = ttabel pada a = 0,05.

3. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,68 atau 68%.

4. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,56 atau 56%.

B. ImplikasiSebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :

Page 96: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Hasil penelitian mengenai variabel Iklim Organisasi Sekolah yang diduga mempunyai hubungan dengan Kinerja Guru, ternyata menunjukkan hubungan yang signifikan, kedua variabel tersebut, variabel Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi terhadap variabel Kinerja Guru, di mana Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi sebesar 0,56 atau 56%. Kontribusi Iklim Organisasi Sekolah (X) tersebut, ditentukan oleh indikator perencanaan yang kurang baik.

Berdasarkan pada hasil penelitian di atas bahwa memberikan kontribusi yang berarti terhadap Kinerja Guru.

Selama ini masalah Kinerja Guru kurang mendapat perhatian yang serius baik dari pihak lembaga maupun dari pihak guru. Maka dalam mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak lembaga dan dari pihak pimpinan, dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru dengan cara mengadakan perbaikan pada variabel Iklim Organisasi Sekolah yang dijalankan pada sekolah yang bersangkutan. Dengan mengadakan perbaikan pada variabel tersebut diharapkan motivasi kerja guru akan semakin meningkat.

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga di antaranya sebagai berikut :1. Perilaku belajar atau Iklim Organisasi Sekolah tidak semata-mata

dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah tetapi masih

banyak faktor lingkungan internal mapun lingkungan eksternal lain yang

menentukannya. Pengaruh perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Iklim Organisasi Sekolah dan Kinerja Guru. Sehubungan dengan

hal itu perlu diteliti lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga

mempengaruhi terhadap perilaku belajar tersebut.

2. Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalam faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh terhadap Kinerja Guru tersebut. Perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.

C. Saran1. Iklim Organisasi Sekolah ternyata berkontribusi positif terhadap Kinerja

Guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan.Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan ini, baik atas inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak lain yang terkait.

Page 97: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

2. Bagi kepala sekolah, penilik, dan pengawas atau pihak terkait dalam memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan perlu memperhatikan faktor iklim organisasi ini. Akan lebih baik lagi apabila dilakukan pelatihan-pelatihan khusus sehubungan dengan masalah-masalah kepemimpinan ini.

3. Disadari bahwa faktor iklim organisasi ini ditentukan oleh faktor-faktor internal dan juga faktor eksternal. Lembaga pendidikan yang bertugas mempersiapkan calon guru yang kualitatif merupakan salah satu faktor eksternal yang turut serta membentuk kepemimpinan calon guru tersebut.

4. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi dalam menjembatani masalah Kepemimpinan Kepala Sekolah di lapangan dengan program yang disusun dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Apabila studi ini terlaksana maka tingkat kontribusi dari iklim organisasi akan dapat ditingkatkan secara terencana, yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan mutu pendidikan.

5. Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif hendaknya mulai dipikirkan sekarang terutama bagi para pemegang keputusan, agar lebih banyak memperhatikan komunitas yang ada di sebuah lembaga pendidikan, seperti sekolah. Dengan demikian akan terjadi iklim organisasi yang kondusif di mana satu sama lain anggotanya saling memperdulikan sehingga tercipta keadaan yang mendukung pembelajaran dengan baik. Selanjutnya dari keadaan demikian akan meningkatkan mutu pendidikan kita yang sekarang sedang terpuruk.

Daftar PustakaAnwar Yasin. Standar Kemampuan Profesional Guru SD. IKIP Malang , 1998Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Penerbit Kaifa, 2001Ali Imran, Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta : Pustaka Jaya, 1995Ali.. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru, 1984Chriss Lee, Edisi June. Beyound Team Work. Training, The Magazine of

Human Resource Development. 1990Dharma Agus.Organisasi, Perilaku, Struktur dan proses (Terjemahan).

Jakarta:Erlangga. .1992Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Pedoman Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah di Jawa Barat. Bandung , 2002Depdikbud.. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Manajemen Sekolah, Proyek

Peningkatan mutu Guru Kelas SD Setara D.II Jakarta, 2000Engkoswara. 1987. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan.Jakarta: Depdikbud………….., Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara , 1984……………,Membina Indonesia Merdeka Melalui pendidikan. Bandung:

Yayasan Amal Keluarga. 1998

Page 98: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta : Depdiknas-Bapenas-Adicitakaryanusa, 2001

GBHN, TAP Nomor : II/MPR/1993Hadari Nawawi.. Administrasi Personel untuk Peningkatan Produktivitas

Kerja. Jakarta : Masagung, 1992Harry King dalam Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung :

Alfabeta, 2000Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir.Administrasi Pendidikan, Teori, Konsep

dan Isu.UPI Bandung, 2000I.G.A.K. Wardani. Pemantapan Kemampuan Mengajar.Jakarta : Depdikbud, 1998Ivor.K.Davies. Pengelolaan Belajar. Jakarta : CV. Rajawali, 1991Kartini Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan .Jakarta:PT. Grafindo Persada. 1998Keith Davis. Human Behaviour at Work Organijational Behaviour 9Six th

Education). Newyork Mc. Grew-bil Graw-Hil, IncKartini Kartono.Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1998Levinson dalam Cascio, 1992Lierberman. Education as a Profesion.New Jersey : Prentice Hall. . 1987Mondy dan Noe, HumanResource Management, Massachusetts : Allyn & Bacon. , 1991Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya. , 2000Milton R. Charles.. Human Behaviour in Organizatiaons, three levels

ofBehaviour New Jersey, Prentice Inc. 1981M. Riva’i.. Aneka Kapita Pendidikan dan Keguruan. IKIP Bandung. 1982Mohamad Miftah Thoha,.Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu

Pendekatan Prilaku.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999Made Pidarta., Manajemen Pendidikan. Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988Mulyadi. Perumusan Misi, Visi , core Biliefss dan Core Values Organisasi.Majalah Manajemen Usahawan Indonesia. NO. 01/Th.XXVII/Jam 98, 1998Mr. William. London Heineman. Performance Appraisal in Management . 1972Miftah Thoha. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. CV.

Rajawali, 1983Nanang Fattah. Landasan Pendidikan. Bandung PT. Remaja Karya, 2001Nasution, Didaktik : Azas-azas Mengajar, IKIP Bandung, 1977Nanang Fatah. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung .: PT. Remaja

Rosda karya. . 2001Peter Salim.. Websters New World Dictionary for Indonesia Users English

Indonesian. Jakarta : Modern English Press. 1993R. Iyeng Wiraputra..Administrasi Pendidikan, Teori, praktek, dan Aspek-aspek

Manusiawi. IKIP Bandung. 1980R. Iyeng Wiraputra. Aneka Masalah Pendidikan dan KepemimpinanFakultas

Ilmu Pendidikan . IKIP Bandung, 1982Sugeng Santoso, Problematik Pendidikan dan Cara Pemecahannya.Jakarta

Kreasi Pena Gading, 2000Sanusi. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga

Kependidikan.PPS IKIP Bbandung, 1990Soebagioatmodiwiryo.Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : PT.

Ardadizya-Jaya, 2000Sutjipto dan Basori Mukti. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud

Dirjen Dikti.,1993Sondang P.Siagian.Organisasi Kepemimpinan dan perilaku

Administrasi,Jakarta:Gunung Agung, 1992

Page 99: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

Sondang P.Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara, 1999

Siti Aminah Ansoriah. Kualitas Kinerja Kepala Sekolah. Tesis PPS IKIP Bandung, 1999Stogdil, dalam Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan

Motivasi. Jakarta :Ghalia Indonesia. , 1984Sondang P.Siagian.1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan .Jakarta:Penerbit

Rhineka Cipta.h.192 Terry G.R. Principle Of Management.(New York: Richard.D. Irwin, Inc.1977).

Tabrani Rusyan.. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Karya, 1989

Udin. S. Winataputra. Strategi Belajar Mengajar, Depdikbud. Jakarta , 1998Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Penerbit SIC, 2001………………, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : SIC , 2001Virgil. K. Rowlan. Manajerial Profesional Standars. New York The Hadon

Craftsmen. Inc. 1960William B. Castetter. The Personnel Function In Educational

Administration.New York : Mac Milan Publishing Co , 1981Wardiman Djojonegoro, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk

Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung : Mimbar Pendidikan IKIP Bandung, 1995

WJS. Purwadarminta. Kamus Lengkap.Bandung : angkasa Offset.1980

QuesionerKUESIONER PENELITIAN 

PENGANTAR1. Kuesioner ini bertujuan untuk mendapat informasi tentang Iklim

Organisasi Sekolah   tempat bapak/ibu bertugas di sekolah.2. Jawaban bapak/ibu akan dipergunakan bagi kepentingan penelitian ini,

sehingga kerahasiaannya sangat terjaga.

3. Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap Iklim Organisasi Sekolah, dengan cara menyatakan pendapat, berupa:

- SL           = Selalu

- SR           = Sering

- KD          = Kadang-kadang

- JR            = Jarang

- TP           = Tidak pernah

1. Nyatakanlah pendapat bapak/ibu dengan membubuhkan tanda chekliss (V) pada kolom yang sesuai dengan pendapat bapak/ibu.

2. Bapak/ibu dimohon untuk mengisi pernyataan. 

Page 100: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

DESKRIPSI  IKLIM  ORGANISASI  SEKOLAH

NO DESKRIPSI

PILIHAN PENDAPATSL SR KD JR TP

1. Kepala Sekolah bersikap ramah terhadap bawahan          

2. Dalam melaksanakan tugas dan kegiatan, secara gotong royong          

3.

Waktu luang di sekolah, dimanfaatkan untuk diskusi dan humor          

4.

Bertukar informasi dengan bawahan tentang pribadi dan keluarga          

5.

Merasa senang menerima saran/masukan dari bawahan, mengenai pengelolaan sekolah          

6.Memiliki rasa humor yang tinggi          

7. Merangsang terjadinya komunikasi yang baik dengan bawahan          

8.

Mengingatkan bawahan dengan halus, jika bawahan bekerja tidak sesuai dengan ketentuan          

9.

Mengajak bawahan untuk berdiskusi tentang kemajuan sekolah          

10. Memperhatikan kinerja dan kebutuhan bawahan          

11. Berusaha untuk memahami sifat dan karakter bawahan          

12.

Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan saran dan pendapat          

13. Setiap kegiatan sekolah, dibicarakan bersama dengan

         

Page 101: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

bawahan

14.

Tidak merasa tersinggung, jika berbeda pendapat dengan bawahan          

15.

Memberi kesempatan kepada bawahan, untuk kreatif dalam pelaksanaan KBM          

16. Menghargai prestasi dan hasil karya bawahan orang lain          

17.

Memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan insiatif          

18. Tidak memiliki perasaan lebih tinggi daripada bawahannya          

19.

Membagi tugas dan tanggung jawab piket di sekolah kepada bawahan secara bijaksana          

20.

Memberikan perhatian yang adil dan merata berupa materi/non materi kepada bawahan          

21.

Memperhatikan seluruh lingkungan sekolah, baik fisik maupun non fisik          

22. Mengajak bawahan, untuk menata sekolah dengan baik dan indah          

23.

Memberi kesempatan kepada bawahan, untuk menata kelasnya sesuai yang diharapkan          

24.

Meminta masukan kepada bawahan, untuk bersama-sama memikirkan dan menata sekolah          

25.

Bersama-sama bawahan memelihara sekolah dan lingkungan dengan rutin, khususnya masalah K3.          

26Menyenangi suasana aman.          

27Menyenangi suasana indah.          

Page 102: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

28Menyenangi suasana tentram.          

29Tak ragu untuk bergotong royong.          

30 Memperhatikan suasana kelas dan sekolah.          

 

 

DESKRIPSI KINERJA GURUPENGANTAR

1. Kuesioner ini bertujuan untuk mendapat informasi tentang kinerja guru di sekolah Bapak/Ibu lakukan.

2. Jawaban bapak/ibu akan dipergunakan bagi kepentingan penelitian, sehingga kerahasiaannya sangat terjaga.

3. Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan kinerja guru. Bapak/Ibu dimohon untuk mengisi yang sesuai, dengan cara memilih:

- SL           = Selalu

- SR           = Sering

- KD          = Kadang-kadang

- JR            = Jarang

- TP           = Tidak pernah

1. Nyatakanlah pendapat bapak/ibu dengan membubuhkan tanda cheklist (V) pada kolom yang sesuai dengan pendapat bapak/ibu.

2. Bapak/ibu dimohon untuk mengisi pernyataan. 

NO DESKRIPSI

PILIHAN PENDAPATSL SR KD JR TP

1.

Setiap akan melaksanakan tugas KBM, saya mempersiapkan sehari sebelumnya.          

Page 103: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

2.

Mempersiapkan dan melengkapi alat pelajaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan KBM          

3.

Merencanakan dan mempersiapkan tugas KBM secara berkelanjutan          

4. Memberi teladan kepada siswa dalam berperilaku dan bicara          

5.

Berupaya meningkatkan kemampuan diri dibidang pekerjaan          

6.

Memberikan dan melakukan penataan ruangan kelas yang mendukung kebersihan KBM          

7. Menciptakan suasana yang tenang dan serius dalam mengelola KBM          

8.

Mengelola kelas agar KBM berhasil serta memanfaatkan waktu secara cermat          

9.

Membimbing dan membantu siswa dalam KBM agar siswa berhasil dalam belajar          

10.

Melakukan pengamatan dan penilaian terhadap perilaku belajar siswa dalam KBM          

11.

Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan menegur siswa yang melanggar aturan          

12.

Memberikan pelayanan khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan atau kelambanan dalam belajar          

13.

Menarik perhatian dan merangsang minat belajar siswa dalam KBM          

14. Menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan/materi pelajaran dan situai

         

Page 104: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

pada waktu itu

15. Mengenal struktur program kurikulum yang berlaku          

16.

Melaksanakan perbaikan yang rutin dalam proses KBM demi keberhasilan pendidikan          

17.

Mengenali para siswa dan mempelajari sifat serta karakteristiknya          

18.

Membina siswa agar mengerjakan tugas-tugas pembelajaran yang diberikan guru          

19. Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan belajar siswa          

20.

Mengelola administrasi pendidikan kelas, sesuai ketentuan dan tepat waktu          

21.

Setiap akan melakukan tugas KBM, berpakaian yang rapih dan bersih, sehingga berkesan bagi siswa          

22. Melakukan evaluasi diri, setiap langkah yang telah dilakukan          

23.

Menampilkan sikap dan perilaku yang konsekuen dan disiplin serta emosi yang stabil          

24.

Mewujudkan hubungan yang serasi dan harmonis dengan siswa, sesama guru dan Kepala Sekolah          

25.

Melakukan pertemuan/diskusi dengan Kepala Sekolah dan sesama guru dalam mengatasi kesulitan KBM.          

26.Ada perhatian dari atasan.          

27. Bisa mengatasi permasalahan yang ada.          

28. Ada usaha mencari jalan keluar dari permaslahan.          

Page 105: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

29. Ada keinginan memperbaiki sistem.          

30. Tidak ragu mengikuti perkembangan.          

 

RAMBU-RAMBU INSTRUMEN PENELITIAN

 

VARIABEL IKLIM ORGANISASI SEKOLAH (X)

NoIndikator Variabel Deksriptor

No. Item

1. Hubungan Kepala Sekolah dan Guru

1. Sopan santu2. Gotong royong3. Pemanfaatan waktu luang4. Saling mengenal5. Aspiratif6. Iklim harmonis7. Komunikasi dua arah8. Saling mempengaruhi9. Dialogis10. Memperhatikan

sesama

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2. Kondisi Kerja 1. Pemahanan pribadi2. Kebebasan berpendapat3. Kooperatif4. Bijaksana5. Kesempatan

mengembangkan diri6. Saling menghargai7. Kesempatan berinisiatif8. Perasaan berkelompok

11

12

13

14

15

16

Page 106: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

9. Tanggung jawab10. Kegairahan

 

17

18

19

20

3 Suasana Lingkungan Fisik

1. Memperhatikan keindahan lingkungan

2. Penataan sekitar sekolah3. Penataan ruang kelas4. Perencanaan bersama5. Pemeliharaan K3

21

22

23

24

25

 

  

VARIABEL KINERJA GURU (Y)

NoIndikator Variabel Deksriptor

No. Item

1. Kemampuan Personal Guru

1. Mempersiapkan diri2. Melengkapi alat3. Persiapan tugas berikutnya4. Keteladanan5. Meningkatkan kemampuan

diri6. Penataan kelas

1

2

3

4

5

6

2. Kemampuan Profesional

1. Kondisi kelas2. Pengelolaan kelas3. Kegiatan bimbingan4. Pengamatan5. Reward dan Punishmen6. Pelayanan khusus7. Minat belajar siswa

7

8

9

10

Page 107: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

8. Metode pembelajaran9. Penguasaan Kurikulum10. Program perbaikan11. Penguasaan siswa12. Melatih13. Evaluasi siswa14. Administrasi kelas

 

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

3 Kemampuan sosial

1. Penampilan diri2. Evaluasi diri3. Sikap dan perilaku4. Hubungan yang harmonis5. Saling membantu

21

22

23

24

25

Standar Kepala SekolahPERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONALREPUBLIK INDONESIA

NOMOR 13 TAHUN 2007TENTANG

STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAHDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,Menimbang :

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 38 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;

Mengingat :1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

Page 108: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :Menetapkan :

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH.

Pasal 1(1) Untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku nasional.(2) Standar kepala sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkanDitetapkan di Jakartapada tanggal 17 April 2007MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,TTD.BAMBANG SUDIBYOSalinan sesuai dengan aslinya.Biro Hukum dan OrganisasiDepartemen Pendidikan Nasional,Kepala Bagian Penyusunan RancanganPeraturan Perundang-undangan danBantuan Hukum I,Muslikh, S.H.NIP 131479478

SALINANLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17 APRIL 2007TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

A. KUALIFIKASIKualifikasi Kepala Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum, dan Kualifikasi Khusus1. Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV)kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;

b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggitingginya 56 tahun;c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut

jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanakkanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

2. Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah meliputi:a. Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut:

1). Berstatus sebagai guru TK/RA;2). Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan3). Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.b. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:

1). Berstatus sebagai guru SD/MI;2). Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan3). Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.c. Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) adalah

sebagai berikut:1). Berstatus sebagai guru SMP/MTs;2). Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan3). Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.d. Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah sebagai berikut:

Page 109: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

1). Berstatus sebagai guru SMA/MA;2). Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan3). Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.e. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah

sebagai berikut:1). Berstatus sebagai guru SMK/MAK;2). Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan3). Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.f. Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa/Sekolah

Menengah Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) adalah sebagai berikut:1). Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB;2). Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB; dan3). Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.g. Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:

1). Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah;2). Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan;

dan3). Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.B. KOMPETENSI

1. Kepribadiana. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi

teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala

sekolah/madrasah.d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala

sekolah/madrasah.f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

2. Manajeriala. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/d. madrasah secara optimal.e. Mengelola perubahan dan pengembangansekolah/madrasah menuju organisasi

pembelajar yang efektif.f. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik.g. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia

secarah. optimal.i. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan

secara optimal.j. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian

dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.k. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan

penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.l. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

arah dan tujuan pendidikan nasional.m. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang

akuntabel, transparan, dan efisien.n. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah/ madrasah.o. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan

pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.p. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan.q. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan

manajemen sekolah/madrasah.r. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan

sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

3. Kewirausahaan

Page 110: Mengapa Saya Layak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi

pembelajar yang efektif.c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala

yang dihadapi sekolah/madrasah.e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa

sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.4. Supervisi

a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatand. profesionalisme guru.

5. Sosiala. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasahb. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,TTD.BAMBANG SUDIBYOSalinan sesuai dengan aslinya.Biro Hukum dan OrganisasiDepartemen Pendidikan Nasional,Kepala Bagian Penyusunan RancanganPeraturan Perundang-undangan danBantuan Hukum I,Muslikh, S.H.NIP 131479478