Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

24
Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi Lukman Hakim FITK IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak: Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) adalah wahana pendidikan yang diniatkan oleh pelbagai pihak sebagai kawah candradimuka melahirkan ulama cum cendikiawan. Di Jambi, perjalanan awalnya dimulai dari sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Jambi yang berada di kawasan Sukorejo, Thehok. PGAN yang kemudian bertransformasi menjadi MAN, lalu MAN Model, mengalami pengembangan lebih jauh dengan berdirinya Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), yang kemudian beralih nama menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK). Artikel ini akan mengurai model pendidikan MAK dan sedikit banyak memberi penilaian mutu pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah menengah agama berasrama tersebut. Kata-kata kunci: Mutu Pembelajaran, MAK, Jambi. A. Pendahuluan Lembaga pendidikan dalam perkembangannya membutuhkan penilaian yang dapat memberikan daya dorong intelektual dan rasional bagi upaya pengembangannya. Penilaian dalam pelaksanaannya didasarkan atas berbagai pertimbangan dalam berbagai segi. Hal ini terjadi pula pada Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Kota Jambi. Berdasarkan

Transcript of Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

Page 1: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

Lukman Hakim

FITK IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Abstrak:

Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) adalah wahana pendidikan yang diniatkan oleh pelbagai pihak sebagai kawah candradimuka melahirkan ulama cum cendikiawan. Di Jambi, perjalanan awalnya dimulai dari sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Jambi yang berada di kawasan Sukorejo, Thehok. PGAN yang kemudian bertransformasi menjadi MAN, lalu MAN Model, mengalami pengembangan lebih jauh dengan berdirinya Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), yang kemudian beralih nama menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK). Artikel ini akan mengurai model pendidikan MAK dan sedikit banyak memberi penilaian mutu pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah menengah agama berasrama tersebut. Kata-kata kunci: Mutu Pembelajaran, MAK, Jambi.

A. Pendahuluan

Lembaga pendidikan dalam perkembangannya membutuhkan penilaian

yang dapat memberikan daya dorong intelektual dan rasional bagi

upaya pengembangannya. Penilaian dalam pelaksanaannya didasarkan

atas berbagai pertimbangan dalam berbagai segi. Hal ini terjadi pula

pada Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Kota Jambi. Berdasarkan

Page 2: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

292

keterangan yang dikumpulkan dari sumber-sumber informasi untuk

penelitian ini, di antaranya pendiri MAK Jambi dan berbagai pihak

terkait lainnya serta ditambah beberapa dokumentasi mengenai sejarah

MAK Jambi, dapat dijelaskan beberapa aspek yang menjadi dasar

pertimbangan penilaian mutu pembelajaran pada MAK Jambi, yaitu

aspek sosial budaya, aspek historis, aspek politis dan administratif.

Aspek Sosial Budaya

Kehidupan modern dewasa ini telah terjadi pergeseran dan perubahan

pandangan masyarakat umunya di Indonesia dan khususnya masyarakat

Jambi tentang pendidikan. Pada awalnya pendidikan agama menjadi

pendidikan primadona dan mendominasi orientasi pendidikan orang tua

terhadap anaknya, namu kini telah beralih kepada pendidikan umum

yang dinilai lebih memenuhi kebutuhan hidup di masa ini, di mana

unsur-unsur material menjadi kebutuhan. Perubahan orientasi

pendidikan ini telah terasa sejak dekade tahun 60-an.

Orientasi dan kecenderungan pada sekolah umum tersebut

mengakibatkan lemahnya eksistensi pendidikan Islam di tanah air,

termasuk madrasah, sehingga dewasa ini madrasah yang semula hanya

menjadikan manajemen dan kurikulum pendidikan umum sebagai

pelengkap terpaksa melakukan pengembangan-pengembangan jurusan

umum untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan

dunia modern yang semakin materialistik. Akibat lanjutannya adalah

lulusan madrasah menjadi lulusan yang setengah matang, penguasaan

mereka terhadap pendidikan agama menjadi sangat minim demikian

juga penguasaan terhadap pendidikan umu. Hal ini sangat dirasakan

Page 3: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

293

oleh IAIN maupun Sekolah Tinggi Islam yang menyerap sebagaian

besar inputnya dari alumni Madrasah Aliyah.

Keadaan dilematis tersebut sebenarnya tidak harus terjadi

mengingat potensi wilayah Jambi dalam hal sumber daya pengajar yang

kualitasnya masih dapat dikembangkan, bahkan di antaranya terdapat

para para kyai dan ulama yang dimiliki oleh beberapa Pesantren di

wilayah ini yang bersedia menjadi patron dalam menggiatkan

pendidikan agama pada madrasah-madrasah di Kota Jambi. Hal ini

tidak mengherankan mengingat Jambi pernah menjadi salah satu kiblat

pendidikan agama melalui beberapa Pondok pesantren yang dikenal

luas di Nusantara, sebut saja misalnya Pondok Pesantren As'ad dan

Pondok Pesantren Sa'adatuddarein, serta beberapa pondok yang lahir

kemudian seperti Pondok Pesantren Tahtul Yaman ataupun Pondok

Pesantren al-Hidayah yang mulannya mendapatkan sokongan penuh

dari pemerintah daerah.

Aspek Historis

Dalam sejarah Pendidikan Islam, Jambi telah dikenal sebagai salah satu

daerah, tempat di mana madrasah rintisan didirikan, yakni Pendidikan

Guru Agama Enam Tahun yang didirikan oleh pihak Kakanwil

Departemen Agama Propinsi Jambi. Madrasah ini telah menerapkan

kurikulum yang bermuatan agama ditambah dengan pengetahuan

umum.1 Pada perkembangan selanjutnya yaitu setelah masa

kemerdekaan, tercatat kembali bahwa salah satu Madrasah Aliyah yang

dinegerikan pertama kali adalah PGAN Jambi pada tahun l990 yang

sekarang telah berubah menjadi MAN Model Jambi. Dalam kenyataan

Page 4: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

294

sejarah, Jambi berikut MAN Model Jambi telah menjadi pertimbangan

tersendiri oleh Departemen Agama Pusat, sehingga kemudian diberikan

izin untuk mendirikan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK)

yang untuk pertamakali dikepalai oleh Drs. Slamet Warsito yang juga

merupakan Kepala Sekolah MAN Jambi. Madrasah inilah yang

kemudian berubah menjadi MAN Model Jambi di mana MAPK juga

kemudian dirubah menjadi MAK Jambi.

Dalam latar historis yang demikian maka perkembangan kualitas

madrasah tingkat atas ini seeharusnya juga berlanjut ke arah yang lebih

baik. dalam konteks inilah penilaian mutu menjadi urgen dilakukan.

Aspek Politis dan Administratif

Adanya peluang yang diberikan Departemen Agama Pusat pada tahun

1990 kepada daerah-daerah yang ingin mendirikan lembaga pendidikan

khusus yaitu Madrasah Aliyah Program Khusus, di bawah binaan

Menteri Agama Ketika itu, Dr. Tarmidzi Thaher, maka MAN Jambi

juga termasuk salah-satu peserta yang mengajukan permohonan

pendirian MAPK ke pusat melalui Kanwil Propinsi Jambi. Keinginan

tersebut didukung oleh berbagai lembaga agama yang ada di Jambi

antara lain Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jambi dan Organisasi Islam

Jambi. Al-hasil dengan memenuhi beberapa persyaratan administrasi

MAN Jambi ditunjuk sebagai salah-satu penyelenggara MAPK

terutama dalam hal kesiapan asrama dan tenaga edukatifnya. Hal ini

terus dilanjutkan ketika MAN Jambi menjadi MAN Model Jambi, di

mana MAPK juga diubah menjadi MAK Jambi.

Page 5: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

295

Legitimasi politis dan juga administratif ini harusnya disyukuri

dengan melakukan upaya yang maksimal dalam menjalankan proses

pendidikan yang berkualitas, mengingat MAK merupakan madrasah

yang secara khsusu didirikan untuk memenuhi tuntutan sebagian

masyarakat terhadap tenaga ahli di bidang agama. untuk itu maka

penilaian mutu sangat dibutuhkan untuk memberikan jaminan bahwa

kualitas MAK akan sesuai dengan apa yang diharapkan dan

direncanakan.

Aspek Filosofis

Perubahan orientasi pendidikan masyarakat Islam di Indonesia yang

berkaibat pada kelangkaan kader ulama, yang tidak dapat dipenuhi

hanya dengan mengandalkan lembaga pendidikan Islam tradisonal

(pondok pesantren), yang dinilai kurang mampu melahirkan ulama-

cendikiawan, telah memunculkan peluang bagi pendirian MAPK dan

MAK. Lembaga tersebut terbukti dapat menjadi sarana candradimuka

kader ulama-cendikiawan di masa depan. Artinya MAK merupakan

salah satu lembaga yang dapat memberikan dasar-dasar keagamaan

yang cukup kuat bagi para kader ulama-cendikiawan dalam

mempersiapkan diri bergumul pada kehidupan keagamaan di

masyarakat. Oleh karena itu pada gilirannya lembaga ini harus turut

serta membantu pemerintah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan

dan martabat bangsa serta mencerdaskan kehidupan bangsa

sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945.

Artinya secara politis MAK mengemban amanat yang cukup

berat sebagai wahana penggemblengan kader ulama-cendikiawan

Page 6: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

296

muslim yang tidak hanya memiliki kekuatan pengetahuan agama

namun juga memiliki wawasan modern dengan penguasaan terhadap

ilmu pengetahuan umum dan juga tekhnologi. Sehingga mereka tidak

akan menjadi ulama unsih namun juga menjadi cendikiawan yang

mempu mengakomodasi ajaran Islam dalam konteks kehidupan

modern. hal inilah yang terlihat nyata dalam pemikiran keagamaan

tokoh pelopornya Dr. Tarmidzi Thaher.

Dasar-dasar penilaian mutu pendidikan Islam di atas

memperlihatkan bahwa lembaga pendidikan Islam dalam hal ini

madrasah dan lebih khusus lagi MAK sangat dibutuhkan, karena

sebagaimana dikatakan oleh Tilalar, bahwa lembaga pendidikan

umumnya merupakan salah satu pranata sosial di dalam setiap

kebudayaan diwariskan dan dikembangkan.2 Selain itu, menurut

Koentjaraningrat lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan

Islam sebagai pranata sosial harus memiliki komponen sistem norma,

personil dan peralatan fisik.3 Mengingat ketiga komponen tersebut

sangat menentukan kualitas lembaga pendidikan.

Karena itu sebagai salah satu pranata sosial, lembaga pendidikan

Islam harus dapat mewujudkan diri berdasarkan suatu sistem norma,

yaitu sistem norma yang diwujudkan dalam bentuk norma-norma ilmu

pengetahuan agama dalam arti disinari oleh ajaran normatif Islam.

Selain itu lembaga pendidikan Islam juga harus memiliki sistem

pengaturan personil dan juga sarana yang baik sehingga tidak akan

tergilas oleh kemajuan tekhnologi yang terus berkembang dan tidak

akan pernah mundur ke belakang. Artinya lembaga pendidikan Islam

harus selalu siap bersaing dengan tetap berakar apada ajaran dasarnya

Page 7: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

297

yaitu norma Islam namun juga dapat beradaptasi dengan kemajuan

zaman. 4

Dataran konseptual di atas harus benar-benar disadari dan

dilakukan mengingat dewasa ini, mutu pendidikan Islam dapat

dikatakan masih rendah sehingga akan sulit memuni visi dan misinya

sebagai lembaga pengkaderan ulama-cendikiawan muslim yang

mumpuni dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena itu

upaya-upaya juga harus dilakukan, yaitu dengan melakukan perbaikan

manajemen di berbagai sisi, terutama mutu pendidik, kurikulum, dan

juga sarana pendidikan.

Karena itu pada akhirnya MAK diharapkan dapat menjadi sebuah

perwujudan dari konsep pendidikan Islam dari segi lembaga

sebagaimana diungkapkan Zarkowi Soejuti, yang menerjemah-kannya

sebagai lembaga yang memperlakukan Islam sebagai sumber sikap dan

tingkah laku baik dalam penyelenggaraan maupun dalam bidang kajian

keilmuannya.5 Dengan demikian, cukup alasan untuk terus menggenjot

laju perkembangan dan tingkat kualuras MAK yang memang sangat

potensial untuk mengatasi berbagai krisis masyarakat di era modern

dewasa ini.

B. Aplikasi Penilaian Mutu Pendidikan

Penerapan penilaian mutu pendidikan pada lembaga pendidikan,

termasuk lembaga pendidikan Islam pada dasarnya meliputi aspek-

aspek yang cukup luas yang mencakup sistem pendidikan itu sendiri.

Namun demikian dapat dikemukakan dua aspek penting yang harus

Page 8: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

298

diprioritaskan dalam penilaian mutu pendidikan, yaitu, aspek strategi

dan pendekatan belajar mengajar.

Aspek Strategi Belajar Mengajar

Strategi belajar mengajar yang diterapkan pada MAK Jambi adalah

hasil adaptasi dari pengklasifikasian versi Raka Joni mengenai macam

strategi belajar mengajar. Di mana jumlah guru, hubungan guru,

peristiwa belajar mengajar, serta peran guru murid di atur sedemikian

rupa. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Jumlah Guru, Hubungan Guru, Peristiwa Belajar Mengajar dan Peran Guru Murid

No

Mata

Pelajaran

Macam-Macam SBM berdasarkan

Jumlah

Guru

Hubungan

Guru-Murid

Peristiwa

Guru-

Murid

Peran

Guru-

Murid

1

2

3

4

5

6

1

PPKN

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

2

Bhs.

Indonesia

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

3

Sej. Nasional

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

4

Penjaskes

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

5

Bahasa

Inggris

Team

Teaching

Guru-Media-

Guru

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

Page 9: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

299

6

Matematika

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

7

Al-Qur"an

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

8

Ilmu Tafsir

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

9

Ilmu Hadis

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

10

Syariah

a. Fiqh

b. Ushul

Team

Teaching

Team

Teaching

Guru - Murid

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

Guru

Mengolah

11

Aqidah

Akhlak

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

12

Bahasa Arab

Team

Teaching

Guru-Media-

Guru

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

13

Sej. Keb.

Islam

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

14

Pendidikan

Seni

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

15

Sosio

Antropologi

Seorang

Guru

Guru - Murid

Strategi

Belajar

Tertutup

Guru

Mengolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah guru

yang mengajarkan satu mata pelajaran adalah satu guru, kecuali untuk

mata pelajaran Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang menjadi mata

Page 10: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

300

pelajaran prioritas atau yang diutamakan melibatkan banyak beberapa

guru. Dalam pengertian bahwa satu mata pelajaran tersebut dibagi-bagi

lagi ke dalam cabang-cabangnya. Mata pelajaran Fiqh juga tidak hanya

guru khusus mengkaji kitab kuning pada waktu tutorial dan ditambah

guru sebagai pemandu diskusi masalah-masalah fiqh.

Untuk mata pelajaran Bahasa Arab, terbagi dalam cabang-

cabangnya, yaitu: Nahw, Saraf, Tarjamah, Insya, balagah, muhadasah

dan istima' di laboratorium bahasa, yang masing-masing diajarkan oleh

satu guru. Demikian juga Bahasa Inggris yang dipegang oleh tiga guru,

untuk pengajaran di kelas pagi hari. Untuk pengajaran Conversation

pada waktu tutorial dan program listening di laboratorium bahasa.

Dalam pelaksanaannya, masing-masing guru diberi jatah alokasi waktu

yang sudah disesuaikan dengan jumlah waktu yang tersedia.

Berdasarkan hubungan antara guru dengan murid, dapat

dikatakan secara umum juga berpola guru-murid, karena dalam mata

pelajaran tersebut, guru merupakan sarana utama dalam menyampaikan

materi pelajaran.

Melihat dari sisi peristiwa belajar mengajar, seluruh mata

pelajaran menggunakan strategi tertutup, dengan pengertian bahwa

bahan pelajaran yang akan disampaikan telah dibakukan, guru dan

murid telah terikat dengan materi yang sudah ada sesuai dengan

kurikulum yang telah ditetapkan.

Namun kemudian dalam beberapa hal, guru dapat

mengembangkan materi yang telah dibakukan agar siswa turut berfikir

dan lebih mengerti akan materi yang diajarkan. Hal-hal tersebut antara

lain, guru meminta siswa untuk mengemukakan contoh-contoh dari

Page 11: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

301

selain yang ada dalam buku pelajaran, atau siswa diminta

mengemukakan pendapat lain yang berbeda dengan pendapat yang

sudah ada dalam buku pelajaran disertai argumentasinya, atau juga guru

melontarkan pertanyaan yang tidak ada jawabannya di dalam buku

pelajaran saja, akan tetapi menuntut siswa untuk mencari jawabannya

dalam sumber-sumber lain. Jadi, istilah strategi tertutup yang dimaksud

disini tidak seketat pengertiannya semula, dan untuk menyebut strategi

terbuka tampaknya juga tidak bisa.

Sedangkan strategi yang didasarkan pada peran guru-murid dalam

mengolah bahan pelajaran, maka secara keseluruhan adalah guru, telah

mengolah bahan pelajaran dan bukan murid yang mengolahnya Hal ini

tampak dengan adanya modal atau diktat yang diberikan guru kepada

siswa, sehingga siswa tinggal mempelajarinya berdasarkan instruksi

guru.

Akhirnya perlu ditambahkan bahwa strategi yang demikian tidak

lantas menutup kemungkinan siswa tidak kreatif. Justru sebaliknya para

guru selalu aktif merangsang siswa untuk berfikir lebih sekedar yang

terluang dalam buku teks saja. Sebagai contoh, siswa diberikan

persoalan atau pertanyaan dan dalam bacaan yang dikaitkan dengan

kondisi yang berkembang di masyarakat, untuk kemudian didiskusikan

oleh satu kelompok yang bertanggung jawab dalam mencari

pemecahannya, atau dengan bentuk lain, siswa diberikan tugas

menganalisis bacaan dalam teks dan segi nahwu sharafnya. Ini berarti

siswa diberikan peran juga untuk turut mengembangkan bahan

pengajaran, meskipun hanya sedikit.

Page 12: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

302

Pendekatan Belajar Mengajar

Sebagaimana dikemukakan oleh Joyce dan Weil, bahwa

sebenarnya terdapat lebih dari dua puluh model mengajar, akan tetapi

tidak ada satupun pendekatan yang bisa dikatakan sebagai yang

terbaik.6 Para guru memerlukan variasi pendekatan dalam mencapai

berbagai tujuan instruksional disamping mempertimbangkan cara

belajar dan keinginan para siswa.

Hasil penelitian di atas, tampaknya juga dapat dicermati dari hasil

pengamatan yang penulis lakukan di MAK Jambi, seperti terdapat

dalam gambar berikut:

Pendekatan Belajar Mengajar yang diterapkan

No. Mata

Pelajaran

Pendekatan Yang diterapkan

Direct

Teaching

Mestery

Learining

Cooperative

Learning

1 2 3 4 5

1 Ppkn 3 4 5

2 Bhs.

Indonesia

4 1 2

3 Sejarah

Nasional

4 3 2

4 Penjaskes 2 4 2

5 Bahasa

Inggris

2 4 1

6 Matematika 3 4 3

7 Al-Qur'an 4 3 2

8 Ilmu Tafsir 4 2 2

9 Ilmu Hadis 4 2 1

10 Syariah 4 2 1

a. Fiqh 3 3 4

b. Ushul 4 2 2

Page 13: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

303

11 Aqidah

Akhlak

4 2 2

12 Bahasa Arab 3 4 4

13 Sej. Keb.

Islam

4 2 2

14 Pendidikan

Seni

3 3 1

15 Sosio

Antropologi

4 2 1

Dalam praktik pembelajaran, dapat dikatakan, bahwa tidak setiap

mata pelajaran sama penerapan pendekatan belajar mengajarnya. Hal

ini tentunya dikondisikan dengan tujuan dari mata pelajaran yang

bersangkutan.

Pendekatan direct teaching atau bisa juga dalam pengertiannya

senada dengan pendekatan expositoring learning, yaitu pendekatan

yang memprioritaskan peran guru sebagai pengatur aktivitas dan

pengontrol waktu pelajaran merupakan pendekatan yang secara umum

yang diterapkan setiap guru.

Kecenderungan untuk memilih pendekatan ini dapat dipahami

dengan melihat tingkat atau jenjang pendidikan siswa (tingkat

menengah atas) yang dipandang masih perlu untuk dibimbing guru

secara langsung dalam memahami materi pengajaran. Kemudian juga,

para guru memandang pendekatan ini merupakan pendekatan yang

paling efektif dan efisien mengingat kurikulum dan waktu yang tersedia

sangat terbatas (dapat dilihat kembali dalam gambar tentang kurikulum

dan alokasi waktunya).

Mata pelajaran lain juga menuntut guru untuk menerapkan

pendekatan lain sebagai pendekatan yang lebih dominan. Sebagai

Page 14: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

304

contoh, mata pelajaran Penjaskes, Pendidikan Seni, Bahasa Indonesia,

Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang mengutamakan pendekatan

mastery learning.

Kelima mata pelajaran ini mempunyai tujuan sama yaitu

penguasaan materi pelajaran dalam pengertian siswa mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, atau dengan kata lain

siswa mampu menguasai materi dan mempraktekkannya setelah siswa

diberi kesempatan atau waktu sedemikian lama dalam mempelajarinya

(dari guru yang bersangkutan).

Kemudian tampak juga pelajaran Matematika, Sejarah Nasional,

Umum dan Sejarah Islam yang cukup jelas menerapkan pendekatan

yang sama, akan tetapi penguasaan materi yang dimaksudkan dalam

ketiga mata pelajaran ini adalah siswa mampu memahami rumus-rumus

untuk kemudian dijabarkan ke dalam angka-angka (untuk matematika),

dan siswa dapat menguasai (tahu betul), tentang Sejarah Nasional,

Sejarah Umum dan juga Sejarah Islam (tentang tahun terjadi berikut

peristiwa sejarah).

Untuk mata pelajaran lainnya, tidak berarti sama sekali tidak

menerapkan pendekatan ini, karena setiap guru sudah barang tentu

meminta setiap siswa menguasai bahkan menghafal setiap materi yang

disampaikan, hanya saja mereka tidak mewajibkan secara ketat para

siswa untuk menghafal, tetapi lebih menekankan pada pemahaman

terhadap materi. Karena pada praktiknya siswa akan mudah menghafal

(ayat atau hadis, misalnya) jika mereka telah memahami materi

tersebut.

Page 15: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

305

Sedangkan pendekatan cooperative learning sangat tampak

pencapaiannya pada mata pelajaran Fiqh, Bahasa Arab dan cukup untuk

Bahasa Inggris. Hal ini terlihat dari metode atau teknik belajar

mengajarnya yang lebih sering digunakan, yaitu diskusi kelompok

dengan guru sebagai fasilitator (pada mata pelajaran Fiqh) dan berbagai

bentuk penugasan yang melibatkan guru dan murid secara bersama-

sama dalam penyelesaiannya, misalnya ulangan lisan berbahasa Arab

dan Inggris, membuat laporan berbahasa Arab atau Inggris setelah

mengadakan karya wisata dan membuat karya tulis sebagai tugas akhir,

juga dalam kedua bahasa tersebut dengan guru sebagai pembimbing dan

korektornya.

Pada mata pelajaran lain, pendekatan ini tampak penerapannya

dalam metode tanya jawab, baik guru yang bertanya dulu kemudian

siswa harus menjawab ataupun sebaliknya siswa yang mengajukan

pertanyan kemudian guru menawarkannya kepada siswa lain yang

mungkin bisa menjawab atau guru memberikan jawabannya.

Di bawah ini terdapat gambaran mengenai keterlibatan guru dan

siswa dalam peristiwa belajar bila dilihat dari pendekatan belajar

mengajar.

Kadar Potensial Keterlibatan Mental Guru-Siswa

Dalam Peristiwa Belajar Mengajar7

Tinggi

Comperative learining

Mastery Learning

Direct TAcing

Rendah Guru Tinggi

Page 16: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

306

C. Relevansi Penilaian Mutu Pembelajaran dengan Kebutuhan Masyarakat

Sebagai salah satu unsur strategi belajar mengajar, tindakan untuk

meningkatkan relevansi penilaian mutu pembelajaran dengan kebutuhan

masyarakat turut memainkan peran penting. Sebagaimana pendekatan,

metode belajar mengajar juga tidak dapat dijalankan dengan memilih

salah satu metode saja, akan tetapi membutuhkan variasi yang dapat

saling mendukung jalannya kegiatan belajar mengajar dengan baik

sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Metode atau Teknik Belajar Mengajar

No Mata

Pelajaran

Metode belajar mengajar yang dipakai

Ceramah Diskusi Tanya

jawab

Pemberian

tugas

1 Ppkn 3 4 5

2 Bhs. Indonesia 4 N 2 2

3 Sejarah

Nasional

4 N 3 3

4 Penjaskes 3 N 2 3

5 Bahasa Inggris N N N N

6 Mtk 3 2 4 3

7 Al-Qur'an 4 N 1 4

8 Ilmu Tafsir 4 N 2 2

9 Ilmu Hadis 4 N 2 1

10 Syariah

a. Fiqh

b. Ushul

4

3

4

N

4

1

2

4

2

1

2

1

11 Aqidah Akhlak 4 N 1 1

12 Bahasa Arab 3 2 4 3

13 Sej. Keb. Islam 3 N 2 2

14 Pendidikan

Seni

1 N N 4

15 Sosio

Antropologi

4 N N 1

Page 17: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

307

* Diskusi dalam pengertian diskusi kelompok ** Keempat metode tersebut tidak diaplikasikan karena mata pelajaran ini tidak berlangsung di kelas akan

tetapi langsung praktek di lapangan/ diluar kelas dan biasanya dilaksanakan pada jam ke-0 (06.00-

07.00) sekali dalam satu minggu

Metode yang rata-rata dipakai oleh semua guru adalah metode

ceramah baik ceramah interaktif maupun demonstrasi atau yang sering

disebut Moh. Uzer Usman sebagai ceramah bervariasi. Meskipun

metode ini dianggap sebagai metode tradisional, namun terbukti metode

ini paling banyak digunakan para guru dengan pertimbangan

memudahkan mereka mengontrol jalannya kegiatan belajar mengajar

dengan siswa yang cukup banyak yakni 35-40 siswa dalam setiap

kelasnya.

Dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa dimungkinkan

untuk lebih akrab dan santai dalam melaksanakan proses belajar

mengajar. Guru dapat saja melontarkan pertanyaan disela ceramah

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan atau sebaliknya murid dapat bertanya tentang hal-hal yang

belum jelas dari materi tersebut. Untuk menjalankan metode ini, para

guru tidak hanya duduk di depan kelas, tapi juga berjalan mendekati

para siswa atau ke belakang kelas agar siswa tidak tegang dan

mengantuk.

Kadar Potensial Keterlibatan Mental

Guru - Siswa dalam Peristiwa Belajar Mengajar8

Tinggi

Tanya Jawab

Pemberian Tugas Diskusi

Rendah Guru Tinggi

Page 18: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

308

D. Faktor Pendukung dan Penghambat

Faktor Pendukung

Faktor yang mendukung terwujudnya peristiwa belajar mengajar yang

dipakai di MAK Jambi, sebagaimana pendapat Raka Joni mengenai

faktor-faktor yang mewujudkan peristiwa belajar mengajar yaitu:

pengajar, siswa dan faktor yang berkenaan dengan dukungan fasilitas9

Mengenai faktor pengajar, lembaga ini telah menyediakan dengan

baik bahkan dapat dikatakan mereka merupakan sumber daya manusia

yang berkualitas unggul. Masing-masing pengajar merupakan guru ahli

dalam bidang studi yang diajarkan, atau dengan bahasa lain merupakan

guru yang profesional, yang menurut Syafruddin Nurdin dan Basyirudin

Usman, diartikan sebagai guru yang memahami apa yang diajarkannya,

menguasai bagaimana mengajarkannya dan menyadari benar mengapa

dia menetapkan pilihan terhadap suatu kegiatan belajar mengajar.10

Beberapa faktor pendukung lainnya adalah:

Pertama, faktor sarana. Hal tersebut dapat dilihat pada sarana-

sarana penunjang belajar yang nyaman, perpustakaan sekolah, gedung

asrama tempat tinggal siswa lengkap dengan perpustakaan dan fasilitas

lain sebagai lingkungan yang kondusif bagi siswa dalam melakukan

aktivitas keseharian mereka termasuk dalam hal belajar. Sarana lain

yang disediakan di lembaga ini adalah laboratorium bahasa yang

bertujuan untuk meningkatkan penguasaan bahasa Arab dan bahasa

Inggris para siswa.11

Di samping itu juga ditambah dengan adanya

gedung workshop yang berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan

berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

Page 19: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

309

Kedua, faktor siswa. Dengan adanya persyaratan yang ketat dan

juga penyeleksian para calon siswa, maka mutu input MAK tersebut

jelas berkualitas, baik pada gilirannya nanti mereka dapat dengan

mudah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diprogramkan di

lembaga ini. Atau dengan kata lain, dengan memiliki pengalaman

belajar dan potensi yang hampir sama, para pengajar tidak akan

mendapatkan kesulitan di dalam menyampaikan pelajaran.

Ketiga, kegiatan ekstrakurikuler, termasuk sebagai program kerja

Organisasi Pelajar Program Keagamaan (OPPK). hal ini antara lain,

kegiatan pidato dua bahasa (Arab dan Inggris) yang diselenggarakan

dua kali satu minggu. Kegiatan muhadtsah dan menghafal kosakata dua

bahasa mendatangkan native speaker baik berbahasa Arab maupun

bahasa Inggris, dan juga kegiatan camping da'wah Ramadhan yang

dilaksanakan siswa kelas dua pada bulan puasa sebagai sarana belajar

bermasyarakat atau belajar menerapkan pengetahuan yang telah

diperoleh di kelas selama ini.

Keempat, usaha keras dan kebijakan yang diambil Kepala Sekolah

sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Bagaimanapun telah

tercatat bahwa perkembangan MAK Jambi yang demikian baik dapat

terlihat pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Lukman Hakim sebagai

penerus dan beliau sangat memperhatikan segala kebutuhan yang

diperlukan oleh siswa-siswi MAK baik dari segi finansial (misalnya

menyediakan dana untuk berbagai kegiatan maupun untuk mengikuti

lomba keluar sekolah) dan dibangun selama beliau menjabat sebagai

kepala sekolah beliau juga menyaring terlebih dahulu calon-calon

Page 20: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

310

pengajar MAK tersebut dan memberikan arahan dan pembinaan

sebelum mereka mengajar

Faktor Penghambat

Di samping berbagai faktor pendukung penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar di MAK Jambi di atas, ada juga beberapa faktor yang

menghambat. Penghambat dalam arti kurang mendukung, bukan berarti

menghalangi sama sekali. Faktor tersebut antara lain:

Pertama, kepemimpinan madrasah. Oleh karena Madrasah Aliyah

Keagamaan bagian dari kegiatan Madrasah Aliyah Model

Jambi/Program MAN Model sehingga kepemimpinan MAK langsung

dipimpin oleh Kepala MAN Model Jambi.12

Maka berbagai tanggung

jawab yang seharusnya dipenuhi oleh Kepala Madrasah, yaitu:

pembinaan program pengajaran, SDM, sumber daya yang bersifat fisik

serta pembinaan hubungan dengan para staf belum dapat terlaksana

dengan baik. Sehingga perhatian terhadap kebutuhan MAK masih

kurang. Misalnya, kurangnya dana yang disediakan untuk kegiatan

ekstra kurikuler dan lain sebagainya. Hal-hal demikian pada gilirannya

mempengaruhi jalannya proses belajar mengajar yang tidak lagi

nyaman bahkan terganggu.

Kedua, faktor guru. Beberapa guru tidak membuat rencana

pengajaran yaitu satuan pelajaran secara tertib dengan alasan mereka

sudah hafal kurikulum dan mereka juga bisa mengajar dengan sistem

sorongan atau lebih banyak berceramah, sehingga siswa kurang

diberikan kesempatan dalam memecahkan persoalannya sendiri (lebih

bersifat teacher centered).

Page 21: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

311

Ketiga, faktor siswa. Pada gilirannya ada beberapa siswa yang

diterima tidak memiliki kemampuan yang baik dalam bahasa Arab dan

bahasa Inggris sementara kedua bahasa tersebut menjadi bahasa sehari-

hari bagi siswa MAK dan sebagai bahasa pengantar berbagai mata

pelajaran agama. Dengan demikian para guru tidak dapat melakukan

pengajaran dengan menggunakan bahasa Arab sesuai harapan terutama

terhadap siswa kelas 1 (satu) karena masih perlu untuk adaptasi dengan

siswa-siswi baru.

Keempat, faktor waktu. Terbatasnya alokasi waktu yang

disediakan menyebabkan terbatasnya penerapan berbagai strategi

belajar mengajar termasuk berbagai pendekatan, metode atau teknik

belajar yang memang memerlukan waktu yang relatif lebih banyak

daripada jatah waktu yang telah ditentukan, dan terakhir; Kelima, faktor

sarana, yang masih terbatas, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan

diluar kegiatan madrasah belum dapat dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya

E. Penutup: Eksistensi dan Peluang MAK Jambi

Jelaslah bahwa eksistensi MAK Jambi dapat diidentifikasi berdasarkan

visi dan misinya. Secara historis latar belakang keberadaannya adalah

terjadinya pergeseran dan perubahan pandangan masyarakat mengenai

pendidikan yang lebih mengutamakan pendidikan "umum" dari pada

pendidikan "agama", yang menyebabkan perubahan iklim dalam

masyarakat Jambi yang semula dirasakan sangat "santri", dan kemudian

mengalami pergeseran mulai setelah tahun 60-an. Implikasi

kecenderungan terhadap sekolah umum dalam masyarakat tentu saja

Page 22: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

312

memperlemah eksistensi lembaga pendidikan agama dan perlahan

mengikis tradisi kuat keagamaan. Madrasah Aliyah pada umum

ternyata tidak menjadi solusi, karena tidak mampu menjawab tuntutan

perkembangan masyarakat yang dinamis dan cenderung berorientasi

dunia kerja dan pragramatik. Di samping itu ternyata sebagai institusi

pendidikan agama, Madrasah Aliyah yang hanya mampu menghasilkan

lulusan yang setengah matang, dan tidak memiliki dasar kompetensi

yang jelas, baik bidang umum maupun bidang agama secara kuat. Hal

ini dapat dilihat dari kualitas input yang berasal dari Madrasah ternyata

kalah bersaing dalam bidang umum dengan sekolah umum dan kalah

bersaing dalam bidang agama oleh lulusan Pesantren.

Padahal dalam sejarah Pendidikan Islam, Jambi telah dikenal

sebagai salah satu daerah yang terdapat madrasah perintis yakni

Pendidikan Guru Agama Enam Tahun yang didirikan oleh pihak

Kakanwil Departemen Agama Propinsi Jambi. Madrasah ini telah

menerapkan kurikulum yang bermuatan agama ditambah dengan

pengetahuan umum sebagai mana dipaparkan terdahulu. Dengan adanya

kelangkaan ulama maka perlu adanya upaya yang harus segera

dilakukan untuk mengatasinya yaitu dengan mendirikan lembaga

pendidikan sebagai tempat pembibitan kader ulama di masa depan

MAK merupakan lembaga yang memberikan dasar-dasar keagamaan

untuk selanjutnya dikembangkan di masyarakat.

Dengan adanya kenyataan mengenai rendahnya mutu lulusan

Madrasah Aliyah sebagai input perguruan tinggi Islam dan juga

kelangkaan ulama karena faktor budaya masyarakat yang cenderung

bersekolah umum maka perlu upaya yang harus segera dilakukan untuk

Page 23: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

MUTU PEMBELAJARAN…

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

313

mengatasinya. Pada akhirnya MAK Jambi akan dapat menjadi sebuah

perwujudan dari konsep pendidikan Islam dari segi lembaga dalam arti

bahwa lembaga tersebut memperlakukan Islam sebagai sumber sikap

dan tingkah laku yang harus tercermin dalam penyelenggaraannya

maupun sebagai bidang kajiannya.

Catatan:

1 Karel A. Stenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Suatu Tinjauan Historis,

(Jakarta. LP3ES, 1994), h. 20. 2HAR Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia,

(Bandung. Remaja Rosdakarya, 1997), h. 72 3 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta:

Gramedia, 1997), h. 17 4 Dikembangkan dari Tilaar, op. cit., h. 72

5 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajare Dunia, 1999)

h. 31. 6 R. Kindsyattcer, W. Wilen dan M. Ishler, Dynamics Of Effective

Teaching,cet. HI, (New York: Longman Publisher, 1996), h. 290.

7 Raka Joni, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Depdikbud, P2EPTK Dirjen

DIKTI, 1985), h. 14. 8 Raka Joni, Strategi Belajar..

9 Raka Joni, Strategi Belajar, h. 12

10 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan

Implementasi Kurikuliim, (Jakarta. Ciputat Press, 2002), h. 24. 11

Media seperti ini merupakan media pembelajaran jenis Audio. Lebih jauh

lihat Asnawir dan M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), h. 93 12

Lihat Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja

Grafindo persada, 2002), hh. 204-205.

Page 24: Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Keagamaan Jambi

LUKMAN HAKIM

Media Akademika, Vol. 29. No.3, Juli 2014

314

DAFTAR PUSTAKA

Karel A. Stenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Suatu Tinjauan

Historis, (Jakarta. LP3ES, 1994).

HAR Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia, (Bandung. Remaja Rosdakarya, 1997).

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta:

Gramedia, 1997).

A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajare Dunia,

1999).

R. Kindsyattcer, W. Wilen dan M. Ishler, Dynamics Of Effective

Teaching,cet. HI, (New York: Longman Publisher, 1996).

Raka Joni Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Depdikbud, P2EPTK

Dirjen DIKTI, 1985).

Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan

Implementasi Kurikuliim, (Jakarta. Ciputat Press, 2002).

Asnawir dan M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta:

Ciputat Press, 2002).

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002).