OCTOBER 2019 · a k di up J hi ni h k a u di ai l a , ... n aku ap t aaa a mentt ng eai but a sodn...
Transcript of OCTOBER 2019 · a k di up J hi ni h k a u di ai l a , ... n aku ap t aaa a mentt ng eai but a sodn...
CHRIST CATHEDRAL MONTHLY DEVOTION
O C T O B E R 2 0 1 9
“ M y l o v e f o r Y o u r h o u s e b u r n s i n m e l i k e a f i r e . . . ”( P s a l m s 6 9 : 9 — C E V )
“HEART FOR THE HOUSE” adalah tema Gereja di tahun 2019. Melalui tema
tahunan “Heart For The House”, Gereja mengajak seluruh Jemaat untuk bersama-
sama menggali dan memahami kebenaran Alkitab tentang kecintaan, dedikasi dan
komitmen terhadap Rumah Tuhan sebagai Keluarga Allah/Keluarga Rohani dan
Tubuh Kristus, sesuai dengan FirmanNya.
Selama tahun 2019 kita bersama-sama akan belajar bahwa:
Kita dipanggil bukan hanya untuk mengasihi Tuhan, namun untuk mengasihi
Rumah Tuhan.
Bukti kita mencintai Tuhan adalah kita mengasihi hal-hal yang Tuhan cintai,
yaitu umat dan GerejaNya (His people and His church).
Peranan Gereja dalam kehidupan sebagai sumber kehidupan.
Gereja yang sehat menghasilkan keluarga yang sehat.
Kiranya tema 2019 ini akan memberkati dan memberikan wawasan baru bagi
Jemaat. Firman Tuhan senantiasa menjadi panduan dalam hidup kita di tahun 2019,
dan juga di tahun-tahun mendatang. Tuhan memberkati.
On behalf of the Pastoral Team,
Dr. Riza Casidy
INI BUKAN TENTANG AKU LAGI, TETAPI TENTANG APA YANG TUHAN INGIN LAKUKAN MELALUI HIDUPKU
Selasa, 01 Oktober 2019
BUKAN TENTANG AKU
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya,
dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Matius 10:39
Apa yang ada di pikiran Anda ketika membaca ayat bacaan hari ini? Mungkin
dalam hati Anda akan berpikir “kenapa ayat ini sangat kontradiktif?” Oleh karena
memang yang ada dalam pikiran Tuhan terkadang tidak bisa kita mengerti dengan
logika atau pemikiran manusia.
Dalam Matius 10:34-42, Tuhan Yesus menjabarkan tentang apa artinya menjadi
seorang pengikut, yaitu meninggalkan manusia yang lama dan mengikuti apa yang
Ia ingin lakukan dalam hidup kita. Arti dari nyawa (Mat.10:39) adalah tentang hidup
kita, di mana ketika kita mempertahankannya kita tidak akan pernah menemukan
arti kehidupan sesungguhnya, tetapi sebaliknya ketika kita rela menyerahkannya
kepada Tuhan maka kita akan mendapatkan arti dari kehidupan sesungguhnya.
Jika hidup ini adalah milik Tuhan, lalu apa tugas kita? Kita yang sudah
dipercayakan olehNya untuk hidup di dunia ini bertanggung-jawab mengelola
apapun yang sudah dipercayakan kepada kita seperti harta, jabatan, keluarga dll.
Tuhan menginginkan yang kita punya saat ini kita kelola bukan untuk kepentingan
diri kita sendiri tetapi untuk Tuhan dan sesama.
Di saat kita sudah mengalami betapa besarnya kasih Tuhan, kita pasti tidak
akan memikirkan diri sendiri melainkan apa yang Dia Ingin kita lakukan bagi orang
lain untuk kemuliaan Tuhan.
SEBAB JIKA KITA HIDUP, KITA HIDUP UNTUK TUHAN, DAN JIKA KITA MATI, KITA MATI UNTUK TUHAN. JADI BAIK HIDUP ATAU MATI, KITA ADALAH
MILIK TUHAN. (Roma 14:8)
Rabu, 02 Oktober 2019
HAMBA DAN PENGELOLA
Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau
telah setia memikul tanggung-jawab dalam perkara yang kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Matius 25:23
Tuhan Yesus pernah memberikan sebuah perumpamaan kepada murid-murid-
Nya tentang talenta. Walaupun talenta yang dimaksud sering didefinisikan sebagai
bakat atau keahlian, tetapi dapat juga diartikan sebagai harta. Karena pada zaman
dahulu di Timur Tengah, talenta merupakan ukuran timbangan emas. Satu talenta
setara dengan 34 kg emas.
Jika talenta dalam perumpamaan itu berbicara tentang harta, maka kisah itu
berbicara tentang tiga orang hamba mengelola harta yang dipercayakan tuannya
kepada mereka. Hamba yang diberi lima dan dua talenta mengelola talentanya
dengan baik, dan diberikan tanggung-jawab yang lebih besar, sedangkan hamba
dengan satu talenta tidak menghasilkan apa-apa, dan mendapat hukuman (Matius
25:14-30).
Sama halnya dengan harta, kita harus mengerti bahwa semua yang ada di dunia
adalah milik Tuhan. Tapi seringkali kita lupa, dan merasa bahwa harta kita adalah
milik kita sendiri. Namun, ketahuilah, semua yang kita miliki berasal dari Tuhan,
yang hanya dipercayakan kepada kita, dan suatu saat harus kita pertanggung-
jawabkan kepadaNya.
Tuhan mempercayai kita sebagai pengelola dan kita harus memaksimalkannya
dengan baik. Kelolalah harta kita dengan bijaksana sesuai dengan Firman Tuhan.
Ketika kita memperlakukan harta kita sebagai milik Tuhan, maka kita akan melihat
pimpinan, penyertaan, dan campur tangan Tuhan atas keuangan kita.
Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di
dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Matius 25:18
Kamis, 03 Oktober 2019
BUKAN SOAL JUMLAH
Seorang anak muda bersaksi ia selalu merasa minder dan membandingkan
dirinya dengan orang lain. Ia merasa ia kurang pintar, kurang ramah, kurang berjiwa
pemimpin dan lain-lain. Sekalipun orang terdekatnya telah mengingatkan bahwa
dia berharga dan memiliki banyak talenta, ia tetap mengasihani diri sendiri dan
dipenuhi rasa iri terhadap talenta orang lain.
Sikap anak muda ini mirip dengan hamba yang menerima satu talenta dalam
Matius 25. Ia merasa diberikan talenta lebih sedikit dibanding yang lain, fokus
hamba tersebut pada dirinya sendiri. Perasaan tidak adil berakar dari hati yang
sombong. Jika dikonversikan pada mata uang sekarang, satu talenta bernilai
sekitar $600,000. Akan tetapi, hamba tersebut tidak melihat jumlah besar yang
seharusnya tidak layak ia dapatkan, melainkan betapa kecilnya jumlah tersebut jika
dibandingkan dengan orang lain.
Hal yang terpenting bukanlah jumlah talenta yang kita miliki, melainkan usaha
dan kerinduan kita untuk mengembangkannya sebagai pengelola (steward) yang
baik. Allah memperhitungkan kesetiaan kita dalam mengelola talenta. Oleh karena
itu, hamba yang menerima lima talenta dan dua talenta menerima pujian yang sama
dari tuannya, terlepas dari jumlah akhir talenta mereka yang berbeda.
Marilah kita menyelidiki hati kita dan membuang sikap hati yang sombong.
Yang kita butuhkan bukanlah belas kasihan, tetapi pertobatan dan perspektif yang
baru. Ketika kita setia dalam hal kecil, maka Allah akan mempercayakan hal yang
lebih besar lagi.
BARANGSIAPA SETIA DALAM PERKARA KECIL, IA SETIA JUGA DALAM PERKARA-PERKARA BESAR
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah
diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih
karunia Allah.
1 Petrus 4:10
Jumat, 04 Oktober 2019
MEMBERI YANG TELAH DIBERIKAN
Dalam sebuah rumah sakit, seorang tukang bersih-bersih tidak bisa operasi
pasien. Seorang dokter tidak bisa membersihkan lantai sebersih tukang pembersih
dan seorang perawat tidak bisa meracik obat untuk pasien. Namun, peran mereka
dengan talenta dan keahlian masing-masing dibutuhkan untuk rumah sakit tersebut
beroperasi dengan baik.
Sama seperti dalam Rumah Tuhan, setiap pelayan dari berbagai macam unit
pelayanan seturut memiliki 1 tujuan yaitu memuliakan Nama Tuhan. Walaupun
pelayannya mempunyai talenta yang berbeda-beda tapi semuanya kembali lagi
hanya untuk kemuliaanNya.
Dalam 1 Petrus 4:10, Tuhan ingin kita sadar bahwa Tuhan sudah memberi-
kan atau membekali setiap orang talenta dan Ia ingin agar talenta tersebut kita
gunakan dengan cara melayaniNya. Walau begitu, keputusan selanjutnya tetap
pada kita. Apakah kita mau mengelola dan mempersembahkan talenta kita untuk
Tuhan atau kita simpan untuk diri sendiri saja?
Saat kita menyadari bahwa Tuhan memberikan talenta bukan untuk diri kita
sendiri, kita akan mengerti bahwa memang sudah seharusnya talenta tersebut
kita kelola dan digunakan untuk melayani sesama. Apakah kamu sudah mengelola
talentamu?
DENGAN MENYADARI BAHWA TALENTA ADALAH PEMBERIAN TUHAN, KITA AKAN MELAYANI HANYA UNTUK KEMULIAANNYA
BERSYUKURLAH DI SETIAP MUSIM KEHIDUPAN
Sabtu, 05 Oktober 2019
TUHAN ADALAH PEMILIK
Katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi,
TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”
Ayub 1:21
Segala hal yang kita miliki adalah kepunyaan Tuhan, kita adalah pengelola atas
yang Tuhan telah percayakan kepada kita. Namun, sering sekali kita terlalu berfokus
kepada berkat Tuhan dan mulai menganggap semua hal; barang, waktu, hubungan
kita dengan orang-orang yang kita kasihi adalah kepunyaan kita. Akibatnya, ketika
kita kehilangan hal-hal tersebut, kita berpikir bahwa Tuhan sangat jahat dan tidak
adil. Padahal, apapun yang Tuhan lakukan adalah yang terbaik untuk kita, meskipun
kita tidak bisa melihatnya sekarang.
Seperti Ayub, dia tidak hanya kehilangan kekayaannya, tetapi juga kehilangan
orang yang ia kasihi, yaitu anak-anaknya (Ayub 1:13-19). Tetapi yang menarik adalah
respon Ayub. Di Ayub 1:21 dikatakan bahwa Ayub menyadari penuh bahwa segala
hal yang ia miliki adalah milik Tuhan. Ketika dia berkata ini, bukan berarti dia tidak
merasa sedih atau tidak mempertanyakan Tuhan, tetapi tetap setia di dalam Tuhan
sampai Tuhan memulihkan kondisi Ayub lebih dari sebelumnya.
Semua yang kita miliki adalah milik Tuhan dan percaya bahwa semua hal yang
terjadi di dalam kehidupan kita itu untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).
Jadi, untuk kita yang memiliki harta atau apapun juga di dunia ini, bersyukurlah dan
tetap rendah hati. Bagi kita yang kehilangan hal/orang yang kita sayangi, teruslah
berharap di dalam Tuhan.
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak
menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.
Amsal 3:27
Minggu, 06 Oktober 2019
MEMBERI DAN BERKORBAN
Dika, seorang komedian terkenal, menerima hadiah voucher berbelanja senilai
Rp 100 juta. Dia membawa asistennya, Joko, untuk menemani belanja kebutuhan
kantor baru. Setelah selesai berbelanja, Dika masih memiliki sisa voucher sebesar
Rp 10 juta. Dika tahu bahwa keluarga Joko membutuhkan kasur baru, sehingga
ia memberikan sisa voucher tersebut kepada Joko. Di sisi yang lain, seorang ibu
sedang memasak untuk keluarganya dengan sisa beras terakhir di dapur. Tiba-tiba,
tetangganya datang setelah menerjang hujan dan kelaparan. Ibu tersebut merasa
iba dan mengajaknya makan bersama, sekalipun hal ini berarti setiap orang dalam
keluarganya mendapatkan jatah makan yang lebih sedikit.
Manakah dari kedua cerita di atas yang tergolong memberi dan berkorban?
Penting bagi kita untuk mengerti perbedaan dari memberi dan berkorban. Beda-
nya, berkorban adalah memberi sekalipun yang kita miliki belum tentu cukup.
Aspek penting dalam pengorbanan: menyerahkan hak kita untuk kepentingan
orang lain yang membutuhkan.
Dalam Amsal 3:27, dikatakan bahwa kita tidak boleh menahan kebaikan dari
orang lain. Kebaikan yang kita tunjukkan tidaklah bergantung pada keinginan kita.
Pengorbanan yang sesungguhnya adalah memberi sekalipun hal itu bertentangan
dengan keinginan kita.
Ketika Tuhan Yesus ada di dalam hati kita, berkorban akan menjadi sesuatu
yang alami karena Yesus telah terlebih dahulu berkorban bagi kita, bahkan ketika
kita masih berdosa. Adakah hal yang Tuhan ingin kita korbankan untuk kepentingan
orang lain? Marilah kita menyelidiki kembali motivasi kita dalam memberi.
SUDAHKAH KITA BERKOMITMEN UNTUK MEMBERI SEKALIPUN DALAM SITUASI YANG BERAT?
Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakanNya kepada kita,
oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.
2 Timotius 1:14
KUALITAS HUBUNGAN DENGAN TUHAN AKAN MENENTUKAN PERSEMBAHAN HIDUP YANG KITA BERIKAN
Senin, 07 Oktober 2019
TUHAN PERCAYAKAN, TUHAN MEMAMPUKAN
Seorang anak muda yang baru mulai bekerja di sebuah perusahaan baru saja
mendapatkan gaji pertamanya. Tanpa berpikir panjang, anak muda ini menitipkan
seluruh uang yang diterimanya kepada ibunya. Karena anak muda ini yakin bahwa
ibunya lebih pandai dan bijaksana dalam mengelola uang, ia mempercayakan uang
miliknya kepada ibunya.
Mungkin kita sering menitipkan sesuatu atau meminta bantuan dari seseorang
yang kita percaya karena kita tahu orang tersebut lebih ahli dalam suatu aspek.
Dalam ayat bacaan hari ini, Rasul Paulus mengingatkan kita untuk memelihara
harta yang sudah dipercayakan kepada kita dengan kekuatan dari Roh Kudus dalam
diri kita. Harta dalam konteks ini tidak selalu berbicara mengenai uang, tapi juga
termasuk talenta, hubungan, waktu, kesehatan, dan aspek kehidupan lainnya yang
kita temui sehari-hari.
Kita tidak mampu mengelola semuanya dengan kekuatan kita sendiri. Berita
baiknya, kita tidak mengelolanya sendirian. Ada Roh Kudus yang hadir dalam hati
kita dan memampukan kita untuk mampu mengelola hal yang Tuhan percayakan
kepada kita. Semuanya ini dimulai dari cara pandang dan kerendahan hati untuk
taat kepada Firman Tuhan.
Salah satu langkah yang bisa kita ambil adalah mempersembahkan kembali
kepada Tuhan apa yang sudah Dia percayakan kepada kita. Berikan yang terbaik
kepada Tuhan melalui pelayanan kita di Gereja dan kehidupan kita sehari-hari.
Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang
mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.
2 Korintus 8:15
MULIAKANLAH TUHAN DENGAN HARTAMU DAN DENGAN HASIL PERTAMA DARI SEGALA PENGHASILANMU. (Amsal 3:9)
Selasa, 08 Oktober 2019
INVESTASI DAN KEPEMILIKAN
Anak milenial dengan mudahnya menghabiskan uang jajan dengan membeli
segelas kopi atau membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tahukah kita, bahwa Bapa kita di Surga juga memperhitungkan semua keperluan
yang kita butuhkan di dunia?
Dalam 2 Korintus 8:15 membuktikan bahwa mereka yang berpenghasilan
kecil pun dapat membangun lebih banyak apabila mereka dengan bijaksana
mengalokasikan berkat dengan pilihan yang tepat.
Firman Tuhan memperingatkan kita tentang kepuasan yang sifatnya instan
dan mendorong kita dalam berinvestasi untuk masa depan. Ilustrasi Tuhan Yesus
tentang “Anak Yang Hilang” salah satu contoh baik yang menceritakan tentang
kekayaan dapat dengan mudah disia-siakan (Lukas 15:11), dan perumpamaan
tentang Talenta mengingatkan betapa pentingnya talenta yang Tuhan berikan
untuk kita gunakan secara bijaksana baik waktu, uang, dsb (Matius 25:14). Firman
Tuhan juga berkata “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpa-
han, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan”
(Amsal 21:5).
Kekayaan adalah sarana kita untuk memuliakan Allah dan bukan tujuan kita
sendiri. Berusahalah hidup di bawah kemampuan kita dan menginvestasikan apa
yang kita miliki dengan bijak untuk membangun RumahNya dan mewariskan pada
anak-anak kita.
Pengorbanan dapat didefinisikan dengan sikap memberi dari hal yang paling
berharga atau paling berarti dari segala sesuatu yang ada pada kita. Di dalam
Perjanjian Lama praktek pengorbanan harus selalu disertai dengan pencurahan
darah, karena darah dipandang sebagai sesuatu yang paling berharga di dalam
prinsip kehidupan.
Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa di dalam korban harus ada
sikap memberi segala sesuatu dari hidup kita. Praktek memberi tidak selalu disertai
dengan sikap berkorban, tetapi di dalam berkorban pasti ada pemberian.
Melalui sebuah peristiwa yang tercatat dalam Markus 12:41-44, Tuhan Yesus
mengajarkan sesuatu yang berharga kepada murid-muridNya tentang bagaimana
berkorban untuk pekerjaan Tuhan. Ternyata bagi Tuhan Yesus, pemberian seorang
janda miskin telah menarik perhatian Tuhan kala itu. Bahkan Yesus memberikan
suatu pernyataan yang tidak lazim, bahwa janda miskin tersebut telah memberi
lebih banyak dari semua pemberian yang Tuhan lihat kala itu.
Orang yang memberi, telah memberi dari kelimpahannya sehingga pemberian
mereka tidak lebih dari sekedar menyisihkan sebagian kecil dari banyak harta yang
mereka miliki. Tetapi janda miskin dalam kisah ini bukan sekedar memberi, tetapi
ada sebuah sikap yang disebut sebagai pengorbanan. Janda miskin tersebut telah
memberikan sesuatu yang paling berharga yang dia punya yaitu seluruh nafkahnya,
sehingga hidup nya di hari itu diserahkan penuh dalam pemeliharaan Tuhan.
Maka dipanggilNya murid-muridNya dan berkata kepada mereka:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih
banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan.
Markus 12:43
BERKORBAN ADALAH MEMBERIKAN SESUATU YANG PALING BERHARGA
Rabu, 09 Oktober 2019
PEMBERIAN SEORANG JANDA
Abraham adalah tokoh penting baik bagi orang Israel maupun orang Kristen.
Orang Israel begitu kagum dan bangga karena telah dilahirkan sebagai keturunan
Abraham secara lahiriah. Kita sebagai orang Kristen juga kagum dan bangga,
bahwa kita yang percaya kepada Tuhan juga merupakan keturunan Abraham secara
iman yang berhak menerima janji-janji Allah.
Hal yang paling menarik dari kehidupan Abraham adalah mengenai imannya
kepada Allah. Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru juga sering mengutip tentang
keimanan dan ketaatan dari seseorang, yang dikaitkan dengan keimanan Abraham.
Abraham adalah contoh bagaimana menjadi orang yang bukan sekedar percaya
kepada Allah, tetapi pribadi yang mempercayakan dirinya kepada Allah.
Ketika Abraham dipanggil Allah menuju suatu negeri yang dijanjikan tanpa
mengetaui letaknya, Abraham melangkah dengan iman dan dia percaya bahwa
Tuhan selalu menyertainya. Keputusan yang sangat sulit waktu itu, karena di Haran
tempat Abraham menetap bersama ayahnya, merupakan kota yang sudah cukup
layak untuk membangun hidup dan peradaban kala itu. Tetapi Abraham melangkah
dengan iman dan mengerti bahwa Tuhan tidak salah dalam setiap keputusanNya.
Seperti itulah mempercayakan diri kepada Allah, berjalan dan melangkah
bersama Tuhan. Meskipun kita tidak mengerti yang akan terjadi di depan, tetapi
tetap percaya bahwa jalan Tuhan adalah jalan damai sejahtera yang mendatangkan
kebaikan.
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri
yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan
tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
Ibrani 11:8
BERIMAN ADALAH MENGGANTUNGKAN SELURUH HIDUP,CITA-CITA DAN MASA DEPAN KEPADA ALLAH
Kamis, 10 Oktober 2019
PERCAYA AKAN JANJI ALLAH
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkan-
lah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan
segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu
akan berhasil dan engkau akan beruntung.
Yosua 1:8
FIRMAN TUHAN ADALAH PENUNTUN UNTUK KITA MENYELESAIKAN HAL YANG TUHAN PERCAYAKAN BAGI KITA
Jumat, 11 Oktober 2019
IMAN YANG MENGALAHKAN DUNIA
Adalah suatu tugas yang berat ketika Yosua dipanggil untuk menggantikan
Musa memimpin bangsa Israel untuk memasuki tanah Kanaan:
Dengan kita memperkatakan Firman Tuhan, kita juga diajarkan untuk percaya
semua janji Allah yang tertulis di dalamnya. Firman juga merupakan sarana Tuhan
untuk iman kita bertumbuh, karena iman timbul dari pendengaran Firman Kristus.
Dengan iman inilah kita dimampukan bukan sekedar percaya, tetapi kapasitas kita
diperbesar sehingga kita juga dimampukan untuk dipercaya oleh Allah.
Kepercayaan dari Allah pasti bisa diselesaikan dengan baik ketika seseorang
dengar-dengaran akan Firman Allah. Jika kita melihat apa yang Yosua hadapi, tentu
mereka tidak akan sanggup melewati semuanya itu. Tetapi karena ada iman yang
lahir dari Firman, maka Yosua mampu mengalahkan semua musuh yang mereka
hadapi. Maka benar Firman Tuhan yang berkata bahwa “...Dan inilah kemenangan
yang mengalahkan dunia: iman kita” (1 Yohanes 5:4).
Yosua dibayang-bayangi figur seorang tokoh besar yaitu Musa, dan ia dituntut
untuk memiliki kapasitas seperti Musa dalam memimpin bangsa Israel.
Yosua diberi tugas untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.
Sebuah tempat dengan penduduk raksasa dan kota-kota yang berkubu.
Namun di dalam tugas yang begitu berat tersebut, Tuhan memberikan satu
kunci agar Yosua berhasil dalam mengemban misi yang Tuhan berikan, yaitu
supaya Yosua selalu memperkatakan Firman Tuhan siang dan malam.
1.
2.
Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu;
karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa
Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya
kepadaku hingga pada hari Tuhan.
2 Timotius 1:12
ORANG PERCAYA ADALAH ORANG YANG BISA DIPERCAYA OLEH ALLAH
Sabtu, 12 Oktober 2019
DIPERCAYA OLEH ALLAH
Paulus diakui sebagai tokoh penting dalam komunitas Kristen masa Perjanjian
Baru. Paulus menuliskan sebagian besar Kitab Perjanjian Baru, dan bersama para
rasul lain telah berkontribusi dalam membangun pengajaran teologi Kristen yang
kita kenal hingga hari ini. Paulus telah menunjukkan komitmen untuk mempelajari
hukum Allah di bawah bimbingan guru besar Gamaliel.
Sejak muda, Paulus telah menjadi seorang yang dapat dipercaya dalam
mengemban banyak tugas penting di kalangan agama Yahudi. Berbagai prestasi
telah diraihnya mulai dari ketaatannya pada hukum Musa, dan kegigihannya dalam
membela hukum Allah dengan menganiaya orang Kristen. Sampai pada satu masa
Tuhan Yesus datang langsung kepada Paulus dalam perjalanannya ke Damaskus,
hingga Paulus bertobat, mengikut Yesus dan menjadi pemberita Injil.
Paulus adalah salah satu contoh terbaik dari orang-orang yang bisa dipercaya
oleh Tuhan. Kegigihannya dalam menyelesaikan tugas apapun yang dipercaya-
kan kepadanya, menjadikan dia juga berprestasi di dalam kerajaan Allah melalui
pemberitaan Injil yang Tuhan percayakan kepadanya.
Jika kita mampu berprestasi di dalam setiap pekerjaan dan karir kita, maka
jika juga pasti bisa dipercaya oleh Tuhan di dalam pekerjaanNya yang mulia. Itulah
tujuan kita dipanggil untuk menjadi orang percaya, yaitu supaya setiap kita juga
bisa dipercaya dalam KerajaanNya. Apapun yang kita kerjakan pasti ada misi Injil,
supaya semua orang bisa mengenal Kristus melalui hidup kita.
MARI KERJAKAN KESELAMATAN DENGAN SETIASELAMA KITA HIDUP DI DUNIA
Minggu, 13 Oktober 2019
HARTA YANG SEJATI
Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah
yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
Lukas 16:11
Kata stewardship atau penatalayanan memang bukanlah kata yang biasa kita
dengar sehari-hari, namun ini merupakan salah satu prinsip penting yang Alkitab
ajarkan pada kita. Prinsip mengenai stewardship seringkali dipakai dalam kaitannya
dengan mengelola berkat materi yang Allah berikan, padahal sebenarnya tugas
sebagai penatalayan (stewards) yang baik tidak selalu berkaitan dengan uang.
Menurut kamus Merriam-Webster, kata stewardship memiliki makna tugas dan
kewajiban seorang pelayan; orang yang melakukan, mengawasi, dan mengelola
sesuatu. Dari kata stewardship dapat jelas dilihat bahwa kita ini hanyalah pelayan.
Allahlah yang memiliki segala sesuatu di dunia ini. Kita adalah pelayan-pelayan
yang Allah percayai untuk mengelola semua yang Tuhan percayakan kepada kita.
Dari bacaan Firman Tuhan pagi ini, kita belajar bahwa jika kita tidak setia dalam
hal uang (mamon), maka Allah tidak akan mempercayakan harta yang sesungguh-
nya kepada kita. Ada banyak hal yang Tuhan percayakan kepada kita, yang tidak
hanya berkaitan dengan uang.
Uang adalah berkat terkecil yang Allah berikan kepada kita. Tetapi dunia
justru membuat kita lebih terpaku pada materi dan melupakan hal-hal lebih besar
yang Allah anugerahkan kepada kita. Yaitu waktu, kesehatan, orang-orang yang
mengasihi kita, talenta, kesempatan, dan masih banyak lagi. Kehidupan di dunia
hanyalah sementara, harta sesungguhnya menanti di Surga. Arahkan pandangan
pada harta yang sejati, yaitu anugerah keselamatan.
Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu,
supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan
malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
2 Korintus 9:8
ALLAH SELALU MENYEDIAKAN KEBUTUHAN BAGI MEREKA YANG PERCAYA
Senin, 14 Oktober 2019
SELALU INDAH PADA WAKTUNYA
Ada seorang pria yang kehilangan pekerjaan karena tempat ia bekerja bangkrut.
Ia berusaha mencari pekerjaan, namun selalu gagal. Ia pun bekerja paruh waktu
sebagai kuli. Suatu hari, ia menerima upah mingguannya dari mandor bangunan.
Uang itu harus cukup untuk kebutuhan keluarganya selama seminggu dan untuk
biaya sekolah anaknya. Dalam perjalanan pulang, ia mampir ke gereja tempat ia
beribadah setiap minggu. Ia memasukkan 10% dari penghasilannya ke kotak
persembahan dan memberikan persembahan untuk biaya pembangunan gereja.
Saat ia keluar dari gereja, ia melihat seorang pengemis yang sudah tua dan
sangat kurus. Uang yang ia miliki tidak tersisa banyak, tapi ia merasa sangat
kasihan. Ia berpikir masih bisa mencari pekerjaan tambahan lagi untuk kebutuhan
keluarganya. Akhirnya ia berikan sebagian uang yang tersisa kepada pengemis
tersebut. Saat berjalan pulang, ia bertemu dengan seorang pria tua yang mobilnya
sedang rusak. Hari sudah malam dan jalanan gelap. Ia menghampiri pria tua
tersebut dan menawarkan bantuan, kebetulan ia dulu bekerja sebagai montir.
Setelah mobil kembali menyala, pria tua itu ingin memberikan sejumlah uang
kepadanya. Tapi ia menolaknya dengan halus, menjelaskan bahwa ia hanya ingin
menolong. Tersentuh oleh kejujuran dan kebaikan hatinya, pria tua tersebut pun
menawarkan pekerjaan padanya, ternyata ia pemilik bengkel besar di kota itu.
Tuhan mengizinkan kita mengalami masa-masa sukar. Dalam keadaan paling
sulit sekalipun, Tuhan senantiasa menyertai hidup kita. Dia lebih dari sanggup
mencukupkan kita. Jika kita tidak pernah mengalami kesulitan, bagaimana kita
dapat melihat karya Allah dinyatakan dalam hidup kita?
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi
dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
Markus 12:44
GOD DOESN’T WANT OUR RESOURCES, HE WANTS US
Selasa, 15 Oktober 2019
EVERYTHING
Ketika Tuhan Yesus sedang duduk memperhatikan orang-orang memberi uang
dalam jumlah yang besar dan memasukkan ke dalam peti persembahan, datanglah
seorang janda miskin yang memasukan dua peser ke peti persembahan.
Ketika melihat itu Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya bahwa
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang
memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab janda tersebut memberi
dari kekurangannya.
Itulah yang Tuhan Yesus rindukan supaya kita lakukan yaitu memberi dengan
sepenuh hati. Tuhan tidak pernah menilai atau mengukur besar kecil pemberian
kita, tetapi Ia melihat respon kita ketika saat membawa persembahan; karena
Tuhan tidak menginginkan apa yang kita miliki, tetapi Tuhan ingin hati “kita”. Ia
mau seluruh kehidupan kita lebih dari pada persembahan kita.
Stewardship bukan hanya berarti memberikan sesuatu dari apa yang kita miliki.
Stewardship berarti kita menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah milik Tuhan.
Kita telah dipercayakan dengan hal-hal yang baik di dunia ini, dan apa yang ada di
dunia ini berasal dari Tuhan, artinya apa yang ada bukanlah milik kita sendiri, kita
hanya dipercayakan untuk mengelolanya.
Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu
lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya
itu dengan hidup berfoya-foya.
Lukas 15:13
IT’S NOT JUST WHAT WE USE IT FOR, IT’S ALSO HOW WE USE IT
Rabu, 16 Oktober 2019
HOW WE USE IT
Pasti kita semua sering mendengar atau membaca kisah tentang Anak Yang
Hilang, di mana Si Bungsu meminta harta yang menjadi haknya kepada Sang Ayah
sekalipun ayahnya masih hidup. Dan kemudian ayahnya pun membagikan harta itu
kepada anak-anaknya. Dan seperti kita ketahui Si Bungsu pergi dan memboroskan
apa yang ia miliki itu dengan hidup berfoya-foya dan menghabiskan semuanya.
Hingga datanglah kelaparan dan ia pun hidup melarat.
Coba sekarang tutup mata anda, lalu bayangkan jika anda mendapatkan
uang yang sangat banyak jumlahnya, anda akan pakai untuk apa sajakah uang
tersebut? Mungkin untuk sebagian orang yang belum memiliki kendaraan, akan
terpikir langsung ingin membeli kendaraan yang sudah diimpikan sejak lama,
mungkin juga sebuah rumah yang besar atau mungkin travelling keliling dunia dan
menikmati semua hotel berbintang. Tidak ada yang salah dengan semuanya itu.
Tapi pernahkah kita merenungkan lebih lagi, bukan hanya dengan pemikiran ‘Akan
digunakan untuk apa?’ Tapi juga ‘Bagaimana kita menggunakan yang kita miliki?’
Sebagai steward, tugas kita adalah mengelola yang sudah Tuhan percayakan
kepada kita. Alkitab berkata “Janganlah kita hanya mengumpulkan harta di bumi,
tetapi kumpulkanlah harta di surga karena ngengat dan karat tidak bisa merusak-
nya” (Matius 6:19-20).
Jadi gunakanlah yang sudah Tuhan percayakan kepada kita dengan sebaik-
baiknya dan dengan penuh tanggungjawab.
Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.
Kisah Para Rasul 2:44
HENDAKLAH KAMU MURAH HATI, SAMA SEPERTI BAPAMU ADALAH MURAH HATI (Lukas 6:36)
Kamis, 17 Oktober 2019
KEMURAHAN HATI
Orang Kristen mula-mula di masa Perjanjian Baru saling mengasihi satu
sama lain sehingga orang-orang percaya yang kaya menjual harta mereka untuk
membantu orang-orang percaya yang berkekurangan.
Gereja Sycamore Creek di Amerika melakukan sesuatu yang berbeda dengan
uang persembahan pada suatu hari Minggu. Ps. Steve Markle ingin mengajarkan
kemurahan hati kepada jemaat dalam tiga jam ibadah yang berbeda. Persembahan
pada ibadah pertama hari itu tidak masuk ke dalam kas gereja, tetapi Ps. Steve
mengatakan pada jemaat yang hadir bahwa persembahan mereka akan diberi-
kan sebagai uang tips bagi pengantar pizza hari itu di ibadah ke-3. Jemaat sangat
bersemangat terhadap ide melakukan sesuatu kemurahan hati bersama-sama.
Pada ibadah yang ke-3, staf gereja memesan pizza seharga $6, lalu meminta
si pengantar pizza yang ternyata seorang wanita bernama Natasha untuk maju ke
atas panggung, ia menerima uang tips lebih dari $1.000.
Ketika Markle menyerahkan uang $1.000 pada Natasha di depan jemaat, ia
menangis. Ternyata pagi itu ia menerima surat pengusiran dari apartemennya
karena tidak sanggup membayar tunggakannya. Dia adalah seorang janda dengan
anak usia 3 tahun. Dia tidak tahu cara mendapat uang sebesar biaya tunggakan
apartemennya hari itu. Tuhan menolong Natasha tepat pada waktunya melalui tips
yang diterima dari gereja.
Gereja Christ Cathedral melalui Community Services Ministry (CSM) melakukan
pelayanan sosial, antara lain Santunan Janda, Bantuan Sekolah Siswa, Bakti Sosial,
Klinik Kesehatan dll. Mari dukung program Gereja Christ Cathedral dengan doa,
dana dan daya.
Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya,dan memberikannya
kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya
dan ikat pinggangnya.
I Samuel 18:4
SAHABAT SEJATI RELA BERKORBAN DEMI SAHABATNYA
Jumat, 18 Oktober 2019
THAT’S WHAT FRIENDS ARE FOR
Yonatan adalah anak laki-laki tertua Saul di samping anak laki-lakinya yang lain:
Yiswi dan Malkisua. Yonatan lebih dikenal sebagai sahabat Daud daripada sebagai
seorang pahlawan. Kisah persahabatan Yonatan dan Daud berawal dari peristiwa
Daud mengalahkan Goliat (1 Sam. 18:1).
Dalam tradisi kerajaan dan budaya Israel kuno, anak laki-laki tertua raja berhak
menyandang sebagai putra mahkota dan menjadi pewaris tahta kerajaan (1 Sam.
8). Jadi, Yonatan adalah putera mahkota Saul yang akan menggantikan kedudukan
ayahnya sebagai raja Israel.
Namun Yonatan merelakan kedudukannya sebagai pewaris tahta kerajaaan
Israel kepada Daud. Ia menerima dengan tulus pemilihan Daud sebagai pengganti
ayahnya yang sudah tidak diperkenan lagi oleh Tuhan (1 Sam. 15:10-11; 16:1, 12-
13). Uniknya, ia menjalin persahabatan dengan Daud, sementara ayahnya justru
membenci Daud. Situasi ini sebenarnya menguntungkan bagi Yonatan sebagai
putra mahkota. Tetapi ia menyerahkan jubah, baju perang, pedang, panah, dan ikat
pinggangnya kepada Daud (1 Sam. 18:4). Hal ini merupakan simbol kepercayaan
dan penyerahan hak Yonatan kepada Daud yang adalah sahabat dan calon raja
Israel “mengambil alih” kedudukannya. Yonatan rela mengorbankan kepentingan-
nya demi tergenapinya kehendak Tuhan dan kebaikan Israel.
Demikian juga kita sebagai orang percaya harus menjukkan kemurahan hati dan
pengorbanan kepada sesama agar mereka mengenal dan mengalami kasih Kristus
yang terlebih dulu diberikan kepada kita.
Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku
menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama
dengan saudara-saudaranya.
Kejadian 44:33
UNTUK MEMBUKTIKAN KASIH, DALAM PRAKTEKNYA KITA HARUS BERKORBAN
Sabtu, 19 Oktober 2019
KASIH ADALAH PENGORBANAN
Tindakan Yusuf membuat para saudaranya terpaksa kembali ke Mesir oleh
karena pialanya kedapatan ada di karung Benyamin. Ketika sampai di rumah
Yusuf mereka mendapati kenyataan bahwa Benyamin harus dihukum menjadi budak
dengan tuduhan mencuri piala. Yehuda tahu, anak dan istrinya di rumah menanti-
kan kedatangannya, namun ia mengorbankan dirinya menggantikan posisi adiknya
karena tahu Benyamin sangat berharga bagi Yakub. Yehuda tahu Yakub bisa mati
karena sedih kalau Benyamin tidak pulang, sehingga ia berkorban menjadi budak.
Sekarang kita ke masa kini. Suatu hari Johal mencoba menguji seorang
tunawisma. Johal pura-pura kelaparan dan bertanya pada seorang tunawisma apa-
kah memiliki makanan atau tidak untuk berbagi dengannya. Tunawisma tersebut
memberikan sandwich untuk Johal. Ketika ditanya Johal kapan terakhir ia makan,
ia menjawab kemarin.
Sebelumnya pria ini adalah seorang sopir truk, tapi SIMnya ditangguhkan oleh
karena pelanggaran lalu lintas. Sejak saat itu ia kehilangan pekerjaan dan ekonomi-
nya sangat sulit. Johal pun berpura-pura bahwa ia juga berjuang dalam hidup dan
membutuhkan uang, ia meminta orang itu meminjamkan uang. Tunawisma itu pun
akhirnya memberikan uang yang dimilikinya senilai $80 untuk Johal. Padahal uang
tersebut akan dipakai untuk mengurus SIMnya.
Tunawisma ini memang tak mementingkan dirinya sendiri dan memilih untuk
membantu orang asing yang baru ia kenal. Karena kemurahan hatinya, akhirnya
Johal memberi uang kepada tunawisma itu sejumlah $700.
Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu.
Yohanes 15:12
SAAT KITA TAAT KEPADA FIRMAN TUHAN DAN HIDUP SALING MENGASIHI, BANYAK ORANG AKAN DIMENANGKAN KEPADA KRISTUS
Minggu, 20 Oktober 2019
PERINTAH YESUS: SALING MENGASIHI
Tuhan Yesus mengasihi para muridNya dengan rela mati demi keselamatan
mereka. Kristus menantang para murid untuk membuktikan kasih mereka kepada-
Nya, dengan taat kepada perintahNya yaitu untuk saling mengasihi.
Tijn Kolsteren (5 tahun), pada tahun 2016 menderita kanker ganas di otaknya.
Saat kemoterapi dia bertanya kepada dokter, apakah banyak anak yang menderita
seperti dia. Kata dokter, di seluruh dunia ada anak-anak yang menderita seperti
dia, tetapi tidak semua bisa ke dokter karena orangtua mereka tidak mampu. Di
rumah, Tijn mengatakan kepada orangtuanya “Papa, saya harus bekerja mencari
uang untuk membantu anak-anak yang sakit kanker otak.” Papa Tijn terharu tapi
tidak menanggapinya. Tijn ke sekolah dengan membawa cat kuku ibunya, untuk
dia mencari dana dengan mengecat jari tangan teman-temannya dengan upah €1.
Orangtua Tijn terharu dan membuat rumah kaca di depan rumahnya. Di rumah
kaca ini, sepulang sekolah dia melakukan pengecatan kuku. TV terkenal di Belanda
mendengar hal ini dan mendokumentasikannya. Sejak itu, orang dari berbagai kota
datang dan mereka hanya minta cat 1 jari saja memberi €100. Banyak artis, pejabat
yang minta dicat kukunya oleh Tijn dengan memberi uang €1.000.
Selama 1 tahun jumlah uang terkumpul lebih dari 42 Miliar Rupiah, semua untuk
membantu anak-anak penderita kanker otak dari keluarga yang tidak mampu. 8 Juli
2017, Tijn meninggal dunia dalam usia 6 tahun.
Kita dapat menjadi seperti Tijn yang menjadi berkat bagi orang lain sekalipun
terbatas kita memiliki Tuhan yang tak terbatas dan kita perlu mempunyai kerinduan
yang besar bagi keselamatan orang lain.
Sebab oleh karena pekerjaan Kristus nyaris mati dan ia mempertaruhkan
jiwanya.
Filipi 2:30
BARANGSIAPA SUNGGUH-SUNGGUH MENGASIHI KRISTUSAKAN RELA MENDERITA DEMI MELAYANINYA
DAN MEMBANGUN JEMAATNYA
Senin, 21 Oktober 2019
MENCARI KEPENTINGAN KRISTUS
Pada 4 Desember 2007, seorang tentara berusia 19 tahun yang bertugas di Irak
melihat sebuah granat dilemparkan dari sebuah atap rumah. Prajurit itu berusaha
menyingkirkan granat itu namun granat itu malah jatuh ke dalam kendaraannya.
Ia masih punya waktu untuk melompat dan menyelamatkan diri. Akan tetapi, ia
memilih untuk menghempaskan tubuhnya ke atas granat itu, suatu tindakan rela
berkorban yang berani demi menyelamatkan nyawa dari keempat rekan tentaranya.
Orang yang memiliki kasih seperti ini tidak mudah ditemukan, membuat
Rasul Paulus meratap karena lebih banyak orang hanya mempedulikan dirinya
sendiri daripada melayani Kristus (Filipi 2:20-21). Itulah sebabnya, Rasul Paulus
merasa bersyukur untuk Epafroditus, rekan sekerjanya yang “nyaris mati dan mem-
pertaruhkan jiwanya” demi melayani orang lain (Filipi 2:30).
Epafroditus menunjukkan kepada kita teladan hidup yang rela berkorban. Kasih
seperti ini adalah kasih yang luar biasa dan bukan berasal dari diri sendiri. Kasih ini
berasal dari Roh Allah, dia bersedia menderita, memberi perhatian besar kepada
kesejahteraan dan kemajuan iman jemaat, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Mari membangun budaya saling mengasihi dengan berkorban bagi orang-
orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan sehingga mereka dapat
melihat terang Tuhan dalam hidup kita dan memuliakan Nama Tuhan.
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Lukas 1:38
PERCAYAKAN MASA DEPAN KITA KEPADA TUHAN!
Selasa, 22 Oktober 2019
KERELAAN HATI ORANG PERCAYA
Maria adalah seorang gadis yang bertunangan dengan Yusuf. Dalam budaya
Yahudi pertunangan merupakan tahap pertama dalam perkawinan. Pada tahap ini
mas kawin dibayarkan kepada mempelai perempuan tetapi mempelai perempuan
masih tinggal di rumah orangtuanya. Pertunangan hanya dapat dibatalkan melalui
proses perceraian. Tahap kedua biasanya berlangsung satu tahun kemudian ketika
mempelai laki-laki menjemput mempelai perempuan dari rumah orangtuanya.
Pemberitahuan malaikat bahwa Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki
membuat Maria terkejut. Bagaimana mungkin melahirkan tanpa bersuami? Akan
tetapi, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Bila ia dipilih untuk melahirkan Mesias,
itu merupakan kasih karunia Allah.
Bangsa Yahudi hidup di bawah aturan tradisi yang sangat ketat. Salah satunya
adalah tidak diperkenankan melakukan hubungan intim di luar nikah dengan alasan
apa pun. Jika seorang perempuan yang belum bersuami hamil, maka perempuan
tersebut akan diusir, diasingkan dan dikeluarkan dari ikatan keluarga. Kenyataan
ini sempat membuat Maria kuatir karena ia mengandung padahal tidak pernah
melakukan hubungan intim dengan tunangannya.
Peristiwa ini dapat menjatuhkan nama baiknya sebagai seorang gadis, namun
tak ada bantahan dari bibir Maria. Sebaliknya, yang terucap adalah kepatuhan agar
rencana Allah digenapi melalui dirinya. Ia taat ini karena sadar bahwa dirinya hamba
Tuhan. Ia siap menerima resiko dari kerelaannya untuk melakukan kehendak Tuhan.
Seperti halnya Maria, hendaknya kita juga responi panggilan Tuhan dengan
berkata “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut per-
kataanmu itu” (Lukas 1:38).
TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang
diam di dalamnya.
Mazmur 24:1
SEBAB SEGALA SESUATU ADALAH DARI DIA, DAN OLEH DIA, DAN KEPADA DIA: BAGI DIALAH KEMULIAAN SAMPAI SELAMA-LAMANYA! (Roma 11:36)
Rabu, 23 Oktober 2019
STEWARDSHIP = GAYA HIDUP ORANG PERCAYA
Pola pikir atau sudut pandang sebagai seorang steward Allah yang setia dan
taat: hal memberi merupakan suatu gaya hidup, kehormatan dan juga kewajiban.
Penekanannya adalah semua orang harus mengerti prinsipnya dan perlu memiliki
kepekaan terhadap pimpinan Tuhan baginya untuk memberi atau tidak.
Untuk efektif dalam memberi, maka ia harus belajar Firman Tuhan khususnya
tentang prinsip-prinsip stewardship:
Mari berlomba-lomba untuk berbuat baik dan memuliakan Tuhan melalui
perbuatan iman, pemberian-pemberian dan pengorbanan kita.
Allah adalah Pemilik dan saya adalah seorang yang menerima kepercayaan
dan mandat untuk suatu tujuan tertentu (Roma 11:36).
Keputusan/tindakan memberi adalah sebuah tindakan iman dan buah iman
(Yoh. 15:4-5).
Kita harus mengerti tentang arti hidup sebagai orang benar dan memahami
arti ”cukup” atau ”secukupnya” bagi diri sendiri dan keluarga.
Kita harus mengelola anugerah Tuhan dengan baik dan mempertanggung-
jawabkannya kepada Sang Pemilik (Mat. 5:14-30; Luk. 19:12-27).
Keputusan seseorang seharusnya adalah mentaati Firman Tuhan dengan
tidak memberi jika di luar koridor atau tidak sesuai prinsip, meskipun ia ingin
sekali memberi karena didesak atau iba dan lain-lain. Dalam hal ini memberi
adalah hak sekaligus kewajiban dan keputusannya harus dipertanggung-
jawabkan kepada Tuhan sebagai Pemilik. Bukan hal yang mudah, namun kita
perlu melangkah dengan iman.
1.
2.
3.
4.
5.
...sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Filipi 4:11
GAGAL UNTUK MERENCANAKAN BERARTI MERENCANAKAN UNTUK GAGAL(John Maxwell)
Kamis, 24 Oktober 2019
MENGELOLA UANG DENGAN BIJAK
Ada dokter gigi yang menerima banyak pasien, berpenghasilan di atas Rp 30
juta/bulan tetapi keluarganya selalu kekurangan uang. Ada pula seorang supir ber-
gaji Rp 3 juta/bulan yang keluarganya hidup berkecukupan. Hal yang menentukan
di sini adalah sikap hidup (attitude), cara berpikir (pola pikir) dan pengelolaan uang.
Secara garis besar berikut adalah saran patokan-patokan (rules of thumb)
pengelolaan uang kita yang bertanggungjawab:
Mari kelola uang yang telah Tuhan percayakan kepada kita dengan bijak supaya
yang Tuhan kehendaki terhadap uang tersebut dapat terlaksana (untuk keluarga,
membantu keluarga besar/kerabat/pekerjaan Tuhan dan pekerjaan sosial).
Siapkan 10% dari penghasilan bulanan untuk Persembahan Persepuluhan.
Buat rencana anggaran bulanan dan tahunan dan evaluasi secara periodik.
Sisihkan minimal 10% dari penghasilan bulanan sebagai tabungan dan
50% (dari sisa 90% setelah dipotong Persembahan Persepuluhan) dari
penghasilan tahunan (dan/atau dari penghasilan insidentil/ekstra/tambahan)
untuk keperluan lain yang bersifat jangka panjang/darurat.
Pengeluaran yang bersifat konsumtif tidak boleh lebih dari 50% dari
penghasilan bulanan.
Batalkan apabila hendak meminjam uang untuk keperluan konsumtif yang
bukan kebutuhan primer.
Jika hendak meminjam untuk keperluan rumah atau kendaraan (kebutuhan
primer) sebaiknya cicilan maksimal 30% dari penghasilan bulanan.
Persiapkan rencana pensiun sejak dini; idealnya 25-30 tahun di muka.
Persiapkan rencana pembiayaan sekolah anak-anak sejak mereka lahir.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, Kamu pun benar-benar
merdeka.
Yohanes 8:36
KETIKA KEKAYAAN HILANG, TIDAK ADA YANG HILANG; SAAT KESEHATAN HILANG, ADA SESUATU YANG HILANG; SAAT KARAKTER HILANG, SEMUANYA HILANG
(Rick Warren)
Jumat, 25 Oktober 2019
MERDEKA UNTUK MEMBERI
Suze Orman dalam bukunya “The 9 Steps to Financial Freedom”, bercerita
suatu kali ia melewati sebuah toko yang menjual banyak burung Beo. Mereka tidak
ditempatkan dalam kandang melainkan dibiarkan bertengger pada sebatang kayu
dan tidak ada yang terbang. Ternyata penjual burung tersebut melatih burung-
burung itu agar mereka berpikir bahwa kayu tempat mereka bertengger itu adalah
“keamanan” bagi mereka, sehingga secara alami mereka mencengkeram batang
kayu itu dan menjadi lupa caranya terbang.
Seringkali kita seperti para burung itu, memegang erat harta kita sebagai
sebuah “keamanan” dan lupa sesungguhnya betapa “bebasnya” kita dengan atau
tanpa “batang kayu” atau “uang” itu. Bertambah takut dan kencang kita menceng-
keram “batang kayu” atau “uang/harta” maka semakin dalam kita terjerat.
Suze Orman menjelaskan cara melepaskan diri dari “cengkeraman” harta hanya
satu, yaitu dengan memberi dan terus praktek memberi.
Sumber kehidupan kita adalah Tuhan dan cara kita diberkati bukan dengan
mencengkeram uang yang Tuhan beri. Bayangkan kita sedang menerima air dari
Tuhan. Cara terbaik untuk menerimanya bukanlah dengan mencengkeramnya
melainkan mempersiapkan pipa yang terus menerima dari Tuhan dan mengalirkan-
nya. Demikian juga dengan membawa persembahan ke Rumah Tuhan/Gereja ada-
lah langkah pertama dan terutama dan yang menguji kesetiaan dan ketaatan kita
kepada Tuhan sebagai seorang steward yang baik.
Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang
Benyamin, serta para Imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang
hatinya digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah
TUHAN yang ada di Yerusalem.
Ezra 1:5
SEORANG STEWARD (PENATALAYAN) YANG SETIA DAN TAAT DALAM HAL KEUANGAN AKAN TERLEPAS DAN BEBAS DARI PERBUDAKAN MATERI KARENA
TUHANNYA BUKAN LAGI MAMON MELAINKAN YESUS KRISTUS
Sabtu, 26 Oktober 2019
DIGERAKKAN TUHAN UNTUK MEMBERI
Konteks ayat renungan kita hari ini adalah mulai kembalinya orang Israel dari
pembuangan di Babel. Raja Babel Persia yang digerakkan Tuhan mengeluarkan
pengumuman tentang rencananya membangun kembali Bait Allah di Yerusalem
sehingga seluruh bangsa Israel diizinkan pulang ke Yerusalem.
Dari ayat ini kita dapat merenungkan kebenaran sebagai berikut:
Mari kita bawa persembahan-persembahan kita, yaitu untuk Pembangunan
Rumah Tuhan, Persembahan Persepuluhan, Persembahan Mingguan, serta persem-
bahan lain ke Gereja di mana kita berada.
Persembahan untuk mendukung Gereja kita berada merupakan kesadaran,
kepekaan, kesetiaan dan ketaatan kepada Firman Tuhan.
Sebagai seorang steward Allah yang setia dan taat, masing-masing dari kita
perlu paham bahwa persembahan untuk membantu Gereja lokal adalah
tanggungjawab kita bersama. Kepada umatNya yang taat, Ia memberi
kesempatan untuk menjadi saluran berkat dan perpanjangan tanganNya,
bahkan Ia memberi kesempatan mereka untuk ”berkorban” bagi Dia.
Alkitab mengajarkan bahwa pada saat kita beribadah kepada Tuhan, kita
harus mempersembahkan hati, pikiran, tubuh dan materi/harta (Im.23:3;1-8;
Rm.12:1-2; 1 Pet. 5:14-16; 2 Kor. 9:1-13). Ini adalah cara beribadah yang benar
yaitu dengan memahami bahwa Ia adalah Allah yang kudus; kita beribadah
kepada Tuhan.
1.
2.
3.
Oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada
segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberi-
kan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri.
1 Tawarikh 29:3
MEREKA YANG SUDAH MEMBAWA PERSEMBAHAN MEREKA KE RUMAH TUHAN MEMILIKI SUKACITA MELIHAT KEKAYAANNYA
DIPAKAI BAGI KEMULIAAN TUHAN
Minggu, 27 Oktober 2019
CINTAKU KEPADA RUMAH ALLAHKU
Alkitab adalah kisah tentang Allah di mana kasihNya dicurahkan sehingga Ia
menarik bangsa-bangsa datang menyembahNya.
Salah satu bentuk perwujudan kasih Allah adalah RumahNya:
Mari kita sebagai para steward (penatalayan) Allah mengerti pentingnya Rumah
Tuhan dan ambil bagian dalam pembangunan Rumah Tuhan dan pemeliharaannya.
Tuhan selalu rindu untuk dekat dengan umatNya, ”... supaya Aku akan diam
di tengah-tengah mereka” (Kel. 25:8).
Tuhan menginginkan tempat yang kudus bagiNya (Kel. 25:8).
Rumah Tuhan bukan hanya untuk umat Israel melainkan untuk segala bangsa
(1 Raj. 8:41-43).
Meskipun Paulus mengatakan bahwa kita adalah Bait Allah di mana Roh
Kudus tinggal di dalam kita (1 Kor. 6:19), Tuhan menginginkan agar umatNya
beribadah kepadaNya di tempat yang Ia berkenan (Ul. 12:1-7).
Rumah Tuhan menjadi tempat di mana kita mencari Allah (Ul. 12:5; Mz. 23:66;
84:2,3,5,11).
Rumah Tuhan menjadi Allah menegakkan NamaNya (Ul.12:5).
Rumah Tuhan menjadi fokus dan merupakan salah satu cara Tuhan
mengumpulkan dan memberkati umatNya (Ul.12:1-7).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kesetiaan merupakan kata kunci dalam ayat di atas yang disampaikan Tuhan
Yesus. Setia = faithful = dependable, devoted, loyal, reliable, steadfast, true, truth-
ful, unswerving, unwavering = artinya melakukan hal-hal yang sudah seharusnya
dilakukan dengan bertanggung-jawab atas apa yang dipercayakan kepadanya.
Maka itu, sebagai orang percaya kita harus meresponi panggilan Tuhan:
Mari kita sebagai para steward (penatalayan) Allah mengerti pentingnya Rumah
Tuhan dan ambil bagian dalam pembangunan Rumah Tuhan dan pemeliharaannya.
... Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah
yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan
jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan
menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
Lukas 16:11-12
STEWARDSHIP ADALAH MENERIMA DAN MEMBAGIKAN PEMBERIAN-PEMBERIAN ALLAH YANG BERLIMPAH DAN MENGELOLANYA
UNTUK MEMENUHI TUJUAN-TUJUAN ALLAH DALAM DUNIA. (Milo Kauffman)
Senin, 28 Oktober 2019
FAITHFUL STEWARD
Lakukan sesuatu yang bisa kita lakukan yang menjadi bagian kita. Bahkan,
“Something as simple as a smile can make a person’s day”- tanpa menunda.
Pekerjaan besar dimulai dengan langkah kecil pertama yaitu komitmen.
Pada suatu saat seorang biarawati/guru di daerah kaya di Kalkuta, India,
sedang berjalan di daerah miskin di kota itu. Ketika mendengar erangan dan
tangisan seorang wanita yang sedang sekarat, dia berusaha keras meminta
bantuan ke berbagai Rumah Sakit agar dapat menolong dan menyelamatkan
wanita tersebut; namun usahanya tidak berhasil dan akhirnya wanita malang
itu meninggal di pelukannya. Sejak saat itu biarawati/guru itu berkomitmen
bahwa selama dia hidup maka tidak akan ada orang yang dalam jangkauannya
yang bakal meninggal tanpa martabat dan kasih (tidak mendapatkan
perlakuan yang manusiawi). Biarawati/guru itu adalah pahlawan besar
Mother Theresa.
1.
2.
...Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan
persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Matius 2:11
BANYAK YANG KUSIMPAN DI TANGANKU DAN AKU TELAH KEHILANGAN SEMUA-NYA. TETAPI SEMUA YANG TELAH KUTARUH DI DALAM TANGAN ALLAH, MASIH
KUMILIKI SAMPAI SEKARANG. (Martin Luther)
Selasa, 29 Oktober 2019
PERSEMBAHAN KITA ADALAH PENYEMBAHAN KEPADA ALLAH
Kisah orang-orang Majus yang membawa persembahannya hanya ditulis di Injil
Matius dan bukan kebetulan Matius menulis kisah ini karena ada pesan yang hen-
dak Matius sampaikan (Matius 2:1-12). Para pengunjung misterius ini mengarungi
perjalanan yang jauh dari Timur untuk menyembah seseorang yang dilahirkan se-
bagai “raja kaum Yahudi”. Ketika mereka tiba, orang-orang Majus tersebut berlutut
menyembah bayi Yesus dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur.
Alkitab tidak menyebutkan dengan jelas persembahan orang-orang Majus.
Maupun tentang yang Yusuf dan Maria lakukan dengan emas, kemenyan dan mur
itu. Alkitab hanya menceritakan bahwa mereka mempersembahkan korban-korban
persembahan – mereka mempersembahkan hartanya dalam suatu tindakan
penyembahan yang tulus dan murni yang mengekspresikan pengakuan dan
kesetiaannya pada Mesias yang baru saja lahir.
Ketika Tuhan Yesus dewasa, Ia menerima suatu persembahan yang mirip
sebagai tanda pengakuan dan kesetiaan dari seorang wanita yang mencurahkan
minyak narwastu yang sangat mahal pada kaki Yesus dan menyekanya dengan ram-
butnya (Markus 14:3-9; Yohanes 12:1-8). Bagi Tuhan Yesus, persembahan itu adalah
suatu ekspresi kasih dan adorasi (penyembahan), dan Ia menegaskan bahwa yang
dilakukan oleh wanita itu selalu diingat dan diceritakan setiap kali Injil diberitakan.
Mari kita ambil bagian dengan membawa persembahan-persembahan sesuai
kasih karunia yang telah Tuhan limpahkan kepada kita ke Gereja kita berada, agar
kehendakNya terjadi melalui kita dan atas kita.
Rabu, 30 Oktober 2019
PERSEMBAHAN YANG HARUM DI HADAPAN TUHAN
Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN…Ketika TUHAN mencium
persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hatiNya: “Aku
takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia...
Kejadian 8:20-21
MEREKA YANG SUDAH MEMBAWA PERSEMBAHAN MEREKA KE RUMAH TUHAN MEMILIKI SUKACITA MELIHAT KEKAYAANNYA
DIPAKAI BAGI KEMULIAAN TUHAN. (William MacDonald)
Alkitab penuh dengan kejadian-kejadian umat Allah memberikan persembahan
sebagai korban persembahan yang merupakan ungkapan penyembahan, hormat
dan kasih dari umat Allah.
Dalam Perjanjian Lama, setelah Nuh keluar dari bahtera, yang pertama-tama
Nuh lakukan adalah membangun altar dan mempersembahkan korban kepada
Allah (Kej. 8:20). Selanjutnya, Yakub yang mengalami hadirat Allah dalam suatu
mimpi, saat terbangun ia langsung mendirikan altar dari batu dan menuangkan
minyak atasnya (Kej.28:16-18). Ada suatu kesamaan yang konsisten, yaitu ketika
Nuh dan Yakub terpesona dengan kebaikan dan hadirat Allah, maka secara alami
mereka ingin mempersembahkan sesuatu kepada Allah: mereka tidak selalu paham
bagaimana cara mempersembahkan korbannya, namun mereka memiliki keinginan
yang sungguh-sungguh untuk melakukannya.
Mungkin kita akan bertanya “Apakah Allah memerlukan korban persem-
bahan binatang atau minyak tersebut?” Hal ini bukanlah masalah utamanya. Nuh
dan Yakub yang tersentuh dengan kebaikan Allah, rindu dan menghendaki untuk
menyembah Allah. Mereka melakukannya dengan mengambil sesuatu yang mereka
miliki dan mempersembahkannya kepada Allah dengan satu-satunya cara terbaik
yang mereka ketahui.
Mari kita bawa persembahan-persembahan kita ke Rumah Tuhan sebagai
wujud ucapan syukur, kasih dan penyembahan kita kepadaNya, karena Ia telah
terlebih dahulu mengasihi kita.
Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab
dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela
kepada TUHAN.
1 Tawarikh 29:9
KITA BOLEH DAN PERLU MENABUNG ASALKAN JUGA RAJIN MEMBERI
Kamis, 31 Oktober 2019
PRO-AKTIF DALAM MEMBANGUN RUMAH TUHAN
Gereja sebagai Tubuh Kristus sangat penting karena Tuhan Yesus sendiri yang
menciptakan institusi rohani ini dan Dialah yang membangun dan mengembangkan
Gereja sebagai wadah bagi para anggota keluarga Tubuh Kristus untuk bersekutu
di dalam NamaNya dan bertumbuh menjadi semakin dewasa di dalamNya.
Selain itu, Jemaat dimampukan untuk dikuduskan, dipisahkan, digunakan,
diperlengkapi, diutus menjadi dan sebagai rekan-rekan sekerja Allah dalam
mengerjakan misiNya di bumi (Keluaran 19:6; Hosea 2:23; Mazmur 22:22; Kisah Para
Rasul 19:32,39,40; Ibrani 2:12; 1 Petrus 2:9-10).
Gereja membutuhkan gedung dengan segala fasilitasnya untuk mendukung
tujuan mulia dan agung ini. Melalui Gereja kita diberi kesempatan, diajar, dilatih,
dididik, didorong dan dibimbing oleh Tuhan untuk meresponi – dengan setia, taat
dan kerja pintar dan kerja keras – pekerjaan dan karunia Allah yang memberikan
pertumbuhan kepada kita.
Tidak kalah pentingnya adalah proses kebersamaan dalam membangun,
menggunakan dan memelihara Rumah Tuhan sebagai sarana, wujud dan bukti dari
persekutuan sejati antara sesama anggota Tubuh Kristus di dalam Dia (Yak 2:14-26;
Ef 4:1-16).
Mari kita sebagai anak-anak Tuhan mengambil bagian, pro-aktif dalam Pem-
bangunan Rumah Tuhan dan bertumbuh bersama dalam melaksanakan pemban-
gunan serta dalam menggunakan dan memelihara Rumah Tuhan. Mari kita bawa
Persembahan Pembangunan Rumah Tuhan, Persembahan Mingguan, dan persem-
bahan-persembahan lainnya dengan penuh sukacita.
UNTUK KALANGAN SENDIRI DAN TIDAK DIPERJUALBELIKAN
ATAU DIPERBANYAK TANPA IZIN CHRIST CATHEDRAL
C H R I S T C A T H E D R A L , G B I B A S I L E Accmychur ch | ccmych urch.com | 0813 -1060-2060