OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan...

18
ISU GENDER DALAM PENDIDIKAN (ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN) . OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN BAHASA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2017

Transcript of OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan...

Page 1: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

ISU GENDER DALAM PENDIDIKAN

(ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN)

.

OLEH

MAULIZAN ZA

AIDIL SYAH PUTRA

SYARFUNI

PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN BAHASA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2017

Page 2: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini

tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama sekali kepada:

1. Prof. Dr. Aceng Rahmat. M.Pd. selaku dosen pengampu mata

kuliah Isu – Isu Kritis Dalam Pendidikan, yang telah banyak

memberikan arahan serta bimbingannya.

2. Teman-teman seperjuangan yang telah bersedia memberikan

masukan dan bantuan baik berupa moril maupun materil dalam

menyelesaikan makalah ini.

Penulis sudah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-

baiknya, namun jika terdapat kekurangan dan kesalahan, dengan segala

kerendahan hati penulis menerima saran dan kritikan yang bersifat

membangun. Akhirnya dengan segenap harapan semoga makalah ini

dapat memberikan tambahan pemahaman bagi pembaca terutama bagi

pribadi penulis.

Jakarta, 14 Februari 2017

Penulis

Page 3: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

iii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

Kata Pengantar .................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Pendahuluan ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6

A. Pengertian Gender ................................................................... 6

B. Ketidaksetaraan Gender dan Bentuk Ketidaksetaraan ............. 7

C. Stereotip Gender ....................................................................... 8

D. Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan ................................ 9

E. Faktor-Faktor Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan ....... 10

F. Problematika Gender di Indonesia ............................................ 12

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 14

A. Kesimpulan .............................................................................. 14

B. Rekomendasi ........................................................................... 14

Daftar Pustaka .............................................................................................. 15

Page 4: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Isu gender di era global adalah masalah penindasan dan eksploitasi,

kekerasan, dan persamaan hak dalam keluarga, masyarakat, dan negara.

Masalah yang sering muncul adalah perdagangan perempuan, dan pelacuran

paksa, yang umumnya timbul dari berbagai faktor yang saling terkait, antara

lain dampak negatif dari proses urbanisasi, relatif tingginya angka kemiskinan

dan pengangguran, serta rendahnya tingkat pendidikan.

Mengapa terjadi "perbedaan" gender? Terbentuknya perbedaan

gender dikarenakan oleh banyak hal diantaranya dibentuk, disosialisasikan,

diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau kultural melalui ajaran

keagamaan maupun negara. Melalui proses panjang, sosialisasi gender

tersebut akhirnya dianggap seolah-olah ketentuan Tuhan. Sebaliknya melalui

dialektika konstruksi sosial gender secara evolusional dan perlahan-lahan

mempengaruhi biologis masing-masing.

Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak

melahirkan ketidakadilan gender. Masalah itu akan muncul ketika perbedaan

gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, terutama bagi kaum

perempuan. Untuk memahami bagaimana keadilan gender menyebabkan

ketidakadilan gender perlu dilihat manifestasi ketidakadilan dalam berbagai

bentuknya, seperti marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi,

Page 5: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

2

subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik,

pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence),

beban kerja lebih panjang dan lebih lama (burden), serta sosialisasi ideologi

nilai peran gender1.

Lalu apa itu gender? Istilah Gender sendiri menurut Oakley (1972)

dalam Sex, Gender dan Society berarti perbedaan atau jenis kelamin yang

bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis jenis kelamin

(sex) merupakan kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanent dan

universal berbeda2. Sementara ”gender” adalah behavioral differences antara

laki-laki dan perempuan yang socially constructed, yakti perbedaan yang

bukan kodrat atau bukan ciptaan Tuhan melainkan diciptakan oleh baik laki-

laki dan perempuan melalui proses social dan budaya yang panjang.

Sedangkan menurut Caplan (1987) dalam The Cultural Construction of

Sexuality menegaskan bahwa perbedaan perilaku antara laki-laki dan

perempuan selain biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui proses

social dan cultural3. Oleh karena itu gender berubah dari waktu ke waktu, dari

tempat ke tempat bahkan dari kelas ke kelas, sementara jenis kelamin

biologis (sex) akan tetap tidak berubah. Gender dalam pengertian ilmu social

diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkan pada ciri

social masing-masing. Tercakup didalamnya pembagian kerja, pola relasi

1 Mansour fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1997. H 13 2 Oakley, Aan. Sex, Gender and Society. London: Temple Smith. 1972

3Caplan, P. Cultural Construction of Sexuality. London: Tavistock publication. (1987).

Page 6: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

3

kuasa, perilaku, peralatan, bahasa, persepsi yang membedakan lelaki

dengan perempuan dan banyak lagi.

Pada kenyataanya hasil kontruksi sosial yang ada (gender) sering kali

kurang menguntungkan bagi kaum perempuan. Baik itu dalam

implementasinya di dunia pendidikan maupun lapangan pekerjaan.

Perempuan misalnya, ketika ia bersolek diasumsikan dalam rangka

memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau

pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotip (pelabelan negatif) ini.

Masyarakat yang selama ini beranggapan bahwa tugas perempuan adalah

melayani suami, akan berakibat wajar jika pendidikan perempuan

dinomorduakan. Padahal di sekolah siswa perempuan umumnya memiliki

prestasi akademik yang lebih baik jika dibandingkan laki-laki.

Sebagai pranata social, gender bukan sesuatu yang baku dan tidak

berlaku universal. Artinya, berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain

dan dari satu waktu ke lainnya. Jadi, pola relasi gender di yogyakarta

misalnya sangat berbeda dengan di aceh, berbeda dengan di Saudi Arabia

dan sebagainya. ( Wardah Hafidz, MA : Pola relasi gender dan

permasalahannya). Jadi, konsep gender ialah suatu sifat laki-laki dan

perempuan yang dikonstruksi oleh masyarakat baik secara kultural maupun

sistemik. Misalnya perempuan secara kultural dikenal lemah lembut, cantik,

emosional atau keibuan, sedangkan laki-laki dikenal kuat, rasional jantan dan

perkasa.

Page 7: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

4

Ironisnya, pendidikan yang diyakini sebagai modal utama dalam

membentuk tatanan kehidupan yang lebih berperadaban, justru menjadi

ajang sosialisasi bias gender. Dengan kata lain sekolah sebagai institusi

pendidikan formal, sesungguhnya bukan sekedar memiliki fungsi sebagai

lembaga pendidikan, namun juga merupakan sarana sosialisasi kebudayaan

yang dalam prosesnya berlangsung secara formal. Gender sebagai bagian

dari kebudayaan, proses sosialisasi juga berlangsung di sekolah. Sekolah

melakukan transfer nilai- nilai dan norma- norma yang berlaku dalam

masyarakat, termasuk nilai dan norma gender. Nilai dan norma tersebut

ditransfer secara lugas maupun tersembunyi, baik melalui teks tertulis dalam

buku pelajaran, maupun dalam perlakuan-perlakuan yang mencerminkan

nilai dan norma gender yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat.

Perempuan juga sering mendapatkan stigma-stigma atau label-label

yang merugikan kaum perempuan dari masyarakat, misalnya : emosional,

tukang ngrumpi, tidak rasional, cerewet, pesolek, genit, penakut sehingga

beberapa pekerjaan atau posisi penting tidak diberikan kepada perempuan

karena takut gagal. Sementara itu, sesungguhnya keadaan seperti di atas

biasanya terjadi sebagai akibat dari ketidakadilan yang ditanggung oleh

perempuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas yang menjadi rumusan masalah

dalam makalah ini adalah:

Page 8: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

5

1) Pengertian Gender

2) ketidaksetaraan dan bentuk ketidaksetaraan gender.

3) Gender dan Stereotip

4) Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan

5) Problematika Gender di Indonesia

Page 9: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gender

Gender merupakan perbedaan antara perempuan dan laki yang

dikontruksi secara sosial bukan berdasarkan perbedaan biologis semata4. Hal

yang hampir sama dikemukakan Moser (1993) gender adalah peran sosial

yang terbentuk dalam masyarakat5. Perbedaan peran gender ini terbentuk

oleh faktor-faktor ideologis, sejarah, etnis, ekonomi dan kebudayaan. Gender

adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan bukan secara

biologis, melainkan terbentuk melalui proses sosial dan kultural. Gender

dapat berubah sementara jenis kelamin biologis akan tetap tidak berubah6

(Grewal & Kaplan, 2002).

Sementara itu menurut Mosse (1996) gender merupakan seperangkat

peran yang diberikan kepada perempuan dan laki-laki, bukan secara biologis

dan peran ini dapat berubah sesuai dengan budaya, kelas sosial, usia dan

latar belakang etnis. Gender menentukan berbagai pengalaman hidup, yang

4 Unger, R., & Crawford. (1992). Women and Gender a Feminist Psychology, New York: McGraw_Hill

Inc. 5 Mosse, J. C. (1996). Gender dan Pembangunan, Yogyakarta: Rifka Annisa WCC & Pustaka Pelajar

6 Grewal, I., & Kaplan, C. (2002). An introduction Women's Studies, New York: McGraw- Hill

Companies Inc.

Page 10: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

7

dapat menentukan akses terhadap pendidikan, kerja, alat-alat dan sumber

daya7.

Gender berkaitan dengan kualitas dan relasi yang dibentuk dalam

hubungan kekuasaan dan dominasi dalam struktur kesempatan hidup

perempuan dan laki-laki, pembagian kerja yang lebih luas dan pada

gilirannya berakar pada kondisi produksi dan reproduksi yang diperkuat oleh

sistem budaya, agama dan ideologi yang berlaku dalam masyarakat8. Gender

adalah suatu kontruksi sosial yang mengkategorikan perempuan dan laki-laki

berdasarkan persepsi dan perasaan. Gender bervariasi berdasarkan waktu,

tempat, budaya serta pengalaman hidup9.

Oleh karena itu dapat disimpulkan pengertian gender berbeda dengan

jenis kelamin, jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara perempuan

dan laki-laki, berlaku secara umum, tidak dapat berubah, dan merupakan

kodrat dari Tuhan. Sedangkan gender lebih berhubungan dengan perbedaan

perempuan dan laki-laki sebagai hasil konstruksi sosial, budaya dan

psikologis.

B. Ketidaksetaraan Gender dan Bentuk Ketidaksetaraan

Gender merupakan sifat yang dilekatkan pada laki- laki dan

perempuan oleh budaya masyarakat. Sifat itu bisa dipertukarkan dan dirubah,

karena sifat tidak alami. Perubahan itu bisa terjadi karena adanya

Ibid 8 Ostergaard, L. (1992). Gender and Development Apractical Guide, New York: Routledge.

9 Bradley, H. (2007). Gender. Cambridge: Polity Press.

Page 11: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

8

kesadaran/penyadaran bahwa peran-peran yang selama ini dilekatkan pada

laki- laki dan perempuan, maskulin- feminim yang bukan kodrat seperti hamil,

melahirkan, menyusui, dan lain- lain, bisa dirubah atau dipertukarkan.

Menurut Nurhaeni (2009) ketidaksetaraan gender adalah perlakuan

diskriminatif/berbeda yang diterima perempuan atau laki-laki10. Perlakuan ini

diberikan bukan berdasarkan atas kompetensi, aspirasi dan keinginannya

sehingga merugikan salah satu jenis kelamin. Ketidaksetaraan gender adalah

ketidakadilan bagi perempuan atau pun laki-laki berdasarkan sistem dan

struktur yang ada. Manifestasi yaitu marjinalisasi, subordinasi, stereotip,

kekerasan dan beban kerja11.

Gender ini bisa berubah karena skill atau kualitas seseorang. Suatu

peran sosial, seperti jabatan atau profesi tertentu bisa dipegang atau dijalani

siapa saja laki- laki maupun perempuan. Syaratnya dia harus mempunyai skill

atau kualitas yang memadai dibidang itu, jadi yang menentukan bukan jenis

kelamin tetapi skill dan kualitasnya.

Ketidaksetaraan gender disebabkan oleh akses, partisipasi dan kontrol

yang tidak seimbang bagi perempuan dalam mencapai sumber daya12.

Pembagian peran, tidak akan menjadi masalah selama perempuan dan laki-

laki diperlakuan secara adil, sesuai kebutuhannya dan tidak merugikan salah

satu jenis kelamin. Feminism dan maskulin digunakan sebagai dasar untuk

10

Nurhaeni, I. D. (2009). Reformasi Kebijakan Pendidikan Menuju Kesetaraan dan Keadilan Gender, Surakarta: UNS Press. 11

Fakih, M. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Jakarta: Insist Press. 12

Moser, CON. (1993). Gender Planning and Development: Theory, Practice, and Training, London : Routledge

Page 12: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

9

memperlakukan kedua jenis kelamin secara berbeda dan merugikan salah

satu jenis kelamin, maka telah terjadi ketidaksetaraan gender.

Manifestasi ketidaksetaraan gender telah terjadi di berbagai tingkatan,

bidang dan mengakar dari mulai keyakinan di setiap masing- masing orang,

keluarga, hingga tingkat negara yang bersifat global. Salah satu

ketidaksetaraan gender yang berkembang dalam masyarakat adalah bidang

pendidikan.

C. Stereotip Gender

Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu

kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

terhadap jenis kelamin tertentu, yaitu perempuan. Stereotip yang asalnya dari

asumsi bahwa perempuan bersolek merupakan upaya memancing lawan

jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu

dikaitkan dengan stereotip ini. Bahkan jika ada pemerkosaan yang dialami

perempuan,masyarakat cenderung menyalahkan korbannya. Masyarakat

memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani

suami, stereotip ini menjadi wajar sekali jika pendidikan kaum perempuan

dinomorduakan.

D. Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan

Ketidaksetaraan gender secara menyeluruh adalah akibat dari latar

belakang pendidikan yang belum setara. Ada 3 hal permasalahan yakni :

Page 13: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

10

kesempatan, jenjang dan kurikulum (Suryadi & Idris, 2004). Menurut

Suleeman (1995) ketidaksetaraan gender dalam pendidikan adalah

perbedaan dalam hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki

dalammengecap pendidikan formal. Ketidaksetaraan gender dalam

pendidikan dapat dilihat dari indikator kuantitatif yakni angka melek huruf,

angka partisipasi sekolah, pilihan bidang studi, dan komposisi staf pengajar

dan kepala sekolah (Van Bemmelen,1995).

Ketidaksetaraan gender bidang pendidikan banyak merugikan

perempuan, hal tersebut dapat dilihat, anak perempuan cenderung putus

sekolah ketika keuangan keluarga tidak mencukupi, perempuan harus

bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah tangga, selain itu pendidikan

yang rendah pada perempuan menyebabkan mereka banyak terkonsentrasi

pada pekerjaan informal dengan upah rendah.

E. Faktor-Faktor Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan

Bias gender ini tidak hanya berlangsung dan disosialisasikan melalui

proses serta sistem pembelajaran di sekolah, tetapi juga melalui pendidikan

dalam lingkungan keluarga. Stereotip gender yang berkembang di

masyarakat telah mengkotak-kotakkan peran apa yang pantas bagi

perempuan dan laki- laki. Hal ini disebabkan oleh nilai dan sikap yang

dipengaruhi faktor-faktor sosial budaya masyarakat yang secara melembaga

telah memisahkan gender ke dalam peran-peran sosial yang berlainan.

Faktor yang menjadi alasan pokok yang penyebab ketidaksetaraan

Page 14: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

11

gender menurut Suleeman (1995) yaitu: 1). Semakin tinggi tingkat pendidikan

formal semakin terbatas jumlah sekolah yang tersedia, 2). Semakin tinggi

tingkat pendidikan semakin mahal biaya untuk bersekolah, 3). Investasi

dalam pendidikan juga seringkali tidak dapat mereka rasakan karena anak

perempuan menjadi anggota keluarga suami setelah mereka

menikah.Sedangkan faktor-faktor penentuketidaksetaraan gender di

bidang pendidikan menurut Van Bemmelen (2003) meliputi: 1). Akses

perempuan dalam pendidikan, 2). Nilai gender yang dianut oleh masyarakat,

3). Nilai dan peran gender yang terdapat dalam buku ajar, 4). Nilai gender

yang ditanamkan oleh guru, 5). Kebijakan yang bias gender Suryadi dan Idris

(2004) mengkategorikan faktor-faktor kesenjangan gender bidang pendidikan

ke dalam 4 aspek yaitu: 1). Akses adalah peluang atau kesempatan dalam

memperoleh atau menggunakan sumber daya tertentu, 2). Partisipasi adalah

keikutsertaan tau peran seseorang/kelompok dalam suatu kegiatan dan atau

dalam pengambilan keputusan, 3). Kontrol adalah penguasaan atau

wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan, 4). Manfaat adalah

kegunaan sumber yang dapat dinikmati secara optimal.

Studi yang dilakukan Suryadi (2001) menemukan bahwa pilihan

keluarga yang kurang beruntung memberikan prioritas bagi anak laki-laki

untuk sekolah dengan alasan biaya, bukan hanya dilandasi oleh pikiran kolot

dan tradisional semata, tetapi juga dilandasi dengan pengalaman empirik

bahwa tingkat balikan (rate of return) terhadap pendidikan perempuan yang

lebih rendah. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa rata-rata penghasilan

Page 15: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

12

pekerja perempuan secara empirik memang lebih rendah dibandingkan

penghasilan pekerja laki-laki. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaksetaraan gender

dalam pendidikan antara lain nilai, akses, partisipasi, control dan manfaat.

Nilai yang berkembang dalam masyarakat yang mengkotak-kotakan peran

laki-laki dan perempuan dapat mempengaruhi stereotip gender.

F. Problematika Gender di Indonesia

Kesetaraan gender dimaknai sebagai kesamaan kondisi bagi laki laki

dan perempuan untuk memperoleh kesempatan sertahak-haknya sebagai

manusia dalam berperan dan perpartisipasi, melakukan control dan

menerima manfaat pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam realitas

kehidupan telah terjadi perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan yang

melahirkan perbedaan status sosial di masyarakat, dimana laki-laki lebih

diunggulkan dari perempuan melalui konstruksi sosial. Perbedaan gender

antara laki-laki dan perempuan ditentukan oleh sejumlah faktor yang ikut

membentuk, yang kemudian disosialisasikan, diperkuat, bahkan dibentuk

melalui sosial atau kultural, dilanggengkan oleh interpretasi agama dan

mitos-mitos. Perbedaan jenis kelamin sering dipergunakan masyarakat untuk

membentuk pembagian peran (kerja) laki-laki danperempuan atas dasar

perbedaan tersebut. Akibatnya terjadilahpembagian peran gender yaitu peran

domestik dan peran publik. Peran domestik cenderung tidak menghasilkan

uang, kekuasaan,dan pengaruh. Peran ini lebih banyak diserahkan kepada

Page 16: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

13

kaum perempuan, sedangkan peran publik yang menghasilkan uang,

kekuasaan dan pengaruh diserahkan kepada kaum laki-laki.Akibat

pembagian kerja yang tidak seimbang melahirkan ketimpangan peran laki-

laki dan perempuan yang berakibatketidakadilan gender yang merugikan

perempuan.

Di Indonesia, ketimpangan gender terlihat dari segala aspek antara

lain dalam lingkungan keluarga, kependudukan, pendidikan, ekonomi,

pekerjaan, dan dalam pemerintahan. Perbedaan peran antara laki-laki dan

perempuan yang tidak seimbang ini juga sangat dipengaruhi oleh budaya dan

kultural masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak etnis dan buku. Setiap

masyarakat suku di Indonesia mempunyai ciri khastersendiri dalam

memaknai peran gender di Indonesia. Namun demikian, secara umum

menunjukkan bahwa ada dominasi lakilakidalam kehidupan sehari-hari.

Page 17: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

14

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Isu gender dalam pendidikan di indonesia merupakan masalah pokok

yang tidak boleh diabaikan. Mengingatnya banyaknya kaum peremuan yang

mengatasnamakan fenimisme yang menuntut kesamaan hak antara laki-laki

dan perempuan. Menurut hemat penulis tuntutan persamaan hak dimaksud

perlu diperjelas (memilki pegangan yang kuat) dengan bukti yang sahih

seperti dalam kitab suci sehingga tidak menuntut kesetaraan berdasarkan

rasional belaka. Karena setara dan adil bukan berarti sama.

B. Rekomendasi

Pemerintah dituntut lebih bertangung jawab terhadap warga negara

dalam penyetaraan gender khusunya dalam bidang pendidikan sesuai

dengan undang-undang yang berlaku norma Negara. Bagi masyarakat

hendaknya menyaring isu-isu gender yang berkembang serta mendukung

kesetaraan gender dalam lingkungan masyarakat. Khususnya bagi pelaku

penuntut kesetaraan gender agar tidak menggunakan rasionalisme daripada

aturan yang berlaku sehingga tidak timbul kegaduhan karena isuyang tidak

jelas. Singkatnya berpikir sebelum bertindak dan tanyakan kepada ahlinya

terkait isu gender dalam pendidikan.

Page 18: OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI · Secara umum stereotip adalah pelabelan atau penandaan pada suatu kelompok tertentu. Stereotip yang merugikan dan menimbulkan ketidakadilan

15

DAFTAR PUSTAKA

Bainar (Ed.) 1998. Wacana Perempuan dalam keindonesiaan dan Kemodernan. Jakarta: Pustaka Cidesindo

Caplan, P. Cultural Construction of Sexuality. London: Tavistock publication. (1987).

O'Neil, William. 2002. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Oakley, Aan. Sex, Gender and Society. London: Temple Smith. 1972

Freire, Paulo dkk. 1999. Menggugat Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Macdonald, Mandy dkk. 1999. Gender dan Perubahan Organisasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Macdonald, Mandy dkk. (1999). Gender dan Perubahan Organisasi:

Menjembatani Kesenjangan antara Kebijakan dan Praktik. Alih bahsa: Omi Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mansour Fakih. (1997). Analisis Gender dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. II. Nasaruddin Umar. (1999). Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an.

Jakarta: Paramadina. ----------. (2006). “Perspektif Jender dalam Islam”. dalam Jurnal Pemikiran

Islam PARAMADINA. Jakarta Selatan: Penerbit Yayasan Paramadina. http://media.isnet. org/islam/Paramadina/Jurnal/Jender2.html#r116 download 6 Januari 2006.

N.M. Shaikh. (1991). Woman in Muslim Society. New Delhi: Kitab Bhavan. Cet. I. Nurul Agustina. (1994). “Tradisionalisme Islam dan Feminisme”. Dalam Jurnal

Ulumul Qur’an. (Edisi Khusus) No. 5 dan 6, Vol. V. Tholkhah, Imam dkk. 2004. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: Raja

Grafindo Persada