ooforitis heni

17
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN OOFORITIS DOSEN : PENI INDRAWATI S.KM NAMA KELOMPOK: 1. HANIK EKA RATNA (0605.17) 2. HENY YULIANA SARI (0605.17) 3. HUSNU MAGHFIRATI (0605.17) PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN STIKES WIDYAGAMA HUSADA – MALANG

Transcript of ooforitis heni

Page 1: ooforitis heni

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DENGAN OOFORITIS

DOSEN : PENI INDRAWATI S.KM

NAMA KELOMPOK:

1. HANIK EKA RATNA (0605.17)

2. HENY YULIANA SARI (0605.17)

3. HUSNU MAGHFIRATI (0605.17)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA – MALANG

2008

Page 2: ooforitis heni

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian

Ooforitis adalah peradangan pada ovarium yang disebabkan oleh masuknya

kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.

(http//www.assameha.blogspot.com)

1.2 Etiologi

Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat

persalinan adalah penghuni normal servik dan jalan lahir, mungkin juga dari

luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah coccus Gram

positif (Peptostreptokok, Peptokok, Bakteriodes, dan Clostridium). Kuman

aerob adalah bermacam Gram positif dan E. Coli. Micoplasma dalam laporan

terakhir mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.

(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.2001)

1.3 Cara Terjadinya Infeksi

1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada

pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam

vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau

alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas

dari kuman-kuman.

2. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri

yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau asistennya. Oleh

karena itu penolong harus menggunakan masker.

3. Coitus pada akhir kehamilan tidak merupakan penyebab infeksi, kecuali

apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

4. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu

berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada

Page 3: ooforitis heni

partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali

dilakukan pemeriksaan dalam.

(Ilmu Kebidanan. 2006)

1.4 Faktor Predisposisi

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti

perdarahan banyak, pre eklamsi, juga infeksi lain seperti pneumonia,

penyakit jantung, dsb.

2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.

3. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.

4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

(Ilmu Kebidanan. 2006)

1.5 Tanda gejala

1. Demam terjadi paha hari ke-2 sampai hari ke-10.

2. Nyeri bilateral.

3. Nyeri tekan perut bagian bawah.

(http//www.books.google.com)

1.6 Pemeriksaan

1. Nadi cepat dan kecil.

2. Suhu meningkat.

3. Perut kembung dan nyeri.

4. Nyeri gerak serviks.

5. Nyeri tekan adneksa.

(Ilmu Penyekit

Kulit&Kelamin.1999)

1.7 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan getah vagina sebelah atas untuk pembiakan.

2. Lab. Darah.

(Ilmu Kebidanan. 1999)

Page 4: ooforitis heni

1.8 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan infeksi

puerperalis sebagai berikut :

1. Pencegahan pada waktu hamil

Meningkatkan keadaan umum penderita

Mengurangi faktor predisposisi infeksi kala nifas

2. Saat persalinan

Perlukan dikurangi sebanyak mungkin

Perlukaan yang terjadi perdarahan post partum

Mencegah terjadi perdarahan post partum

Kurang melakukan pemeriksaan dalam

Hindari persalinan yang berlangsung lama

3. Kala nifas

Lakukan mobiliasi dini sehingga darah lokia keluar dengan lancar

Perlukaan dirawat dengan baik

Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial

(http//www.books.google.com)

1.9 Penanganan

Berikan antibiotic benzilpenicilin ditambah Gentamicin dan Metronidazole

jika perlu. Dan obat pereda nyeri Pethidin 50-100 mg secara IM tiap 6 jam,

jika tidak membaik selama 2-3 hari bawa ke Rumah Sakit.

(http//www.books.google.com)

Page 5: ooforitis heni

BAB 2

MANAJEMEN TEORI

2.1 Pengkajian Data

Hari / Tanggal/ Jam :

No. Register :

Tempat/Ruangan :

Oleh :

a. Data Subyektif

1. Biodata

Nama :

Umur : Usia reproduksi (20 – 35 tahun)

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan nifas hari ke….mengeluh badan panas dan nyeri

perut bagian bawah.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu dengan perdarahan banyak, pre eklamsi, penyakit jantung,

pneumonia.

4. Riwayat kesehatan lalu

Ibu pernah mengalami infeksi pada nifas yang lalu. Ibu dengan

perdarahan banyak, pre eklamsi, penyakit jantung, pneumonia

Page 6: ooforitis heni

5. Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui latar belakang kesehatan dalam keluarga baik

yang kronis, menular, menahun (DM, hipertensi,asma).

6. Riwayat haid

HPHT : untuk mengetahui UK.

TP : untuk mengetahui tafsiran persalinan

7. Riwayat pernikahan

Untuk mengetahui status pernikahan.

8. Riwayat kehamilan, persalainan, nifas yang lalu.

a.Kehamilan

Coitus pada akhir kehamilan.

b. Persalinan.

Partus lama, ketuban pecah lama, partus dengan tindakan

pembedahan vaginal, tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban,

dan bekuan darah

c.Nifas.

Riwayat infeksi nifas pada nifas yang lalu.

9. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas sekarangNifas :

Untuk mengetahui kondisi ibu, TFU, UC, lochea, perdarahan luka epis ada/ tidak.

10. Riwayat KB

Ibu menggunakan KB jenis apa.

11. Pola kebiasaan sehari-hari

a.Pola nutrisi

Ibu dengan adat pantang makanan.

b. Pola eliminasi

BAK : 4-5 kali/hari.

BAB : 1 x/hari.

Page 7: ooforitis heni

c.Pola aktifitas

d. Pola istirahat

e.Pola kebersihan

Ibu dengan personal hygiene yang buruk dan jarang ganti

pembalut, cara cebok yang salah, jarang mengganti kassa

betadine jika ada luka episiotomy

f. Pola kebiasaan lain

Ibu dengan adat pantang makanan

b. Data Obyektif

a. Pemeriksaan Umum

KU : lemah

Kesadaran : composmentis – somnolen

TTV : TD : Normal (Normal 110/70 – 120/80 mmHg)

N : Cepat dan kecil (> 90 x/menit)

RR : meningkat (> 24 x/menit)

S : meningkat (> 37,5 ◦C)

b. Pemeriksaan Khusus

Inspeksi

Kepala : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada luka

Rambut : hitam, lurus/ keriting, tidak rontok

Muka : pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum

Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak icterus

Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping

hidung

Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan

pendengaran

Page 8: ooforitis heni

Mulut : simetris, bibir pucat, kering, tidak ada stomatitis

Leher : simetris, tidak ada pembesaran pada tiroid, tidak ada

bendungan vena jugularis

Dada : simetris, pernapasan normal, tidak ada retraksi

dinding dada

Payudara : simetris, terdapat hiperpigmentasi areola mamae,

hipervaskularisasi pada payudara, puting susu

menonjol, ada pengeluaran kolostrum

Abdomen : terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi

Genetalia : tidak ada oedema, tidak ada varises, terdapat

pengeluaran pervaginam lochea purulenta.

Anus : tidak ada hemoroid

Ekstremitas : tidak ada oedema, tidak ada varises.

Palpasi

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena

jugularis

Payudara : tidak ada benjolan, terdapat pengeluaran ASI

kolostrum

Abdomen : UC keras, terdapat nyeri tekan pada perut bagian

bawah

Ekstremitas : tidak ada oedema, turgor kulit baik

Auskultasi

Tidak dilakukan

Page 9: ooforitis heni

c. Pemeriksaan dalam

Tanggal :

Jam :

Hasil : - Terdapat nyeri gerak sevik

- Terdapat nyeri tekan adneksa

d. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan getah vagina sebelah atas untuk pembiakan.

Lab. Darah.

2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Dx : Ny “...”P.... Ab..... Post Partum hari ke…. Dengan Oofaritis

Ds : Ibu mengatakan nifas hari ke….mengeluh badan panas dan nyeri

perut bagian bawah.

Do : KU : lemah

Kesadaran : composmentis – somnolen

TTV : TD : Normal (Normal 110/70 – 120/80 mmHg)

N : Cepat dan kecil (> 90 x/menit)

RR : meningkat (> 24 x/menit)

S : meningkat (> 37,5 ◦C)

- Inspeksi

Muka : pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma

gravidarum

Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak icterus

Page 10: ooforitis heni

Mulut : simetris, bibir pucat, kering, tidak ada

stomatitis

Abdomen : terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas

operasi

Genetalia : tidak ada oedema, tidak ada varises, terdapat

pengeluaran pervaginam lochea purulenta.

- Palpasi

Abdomen : UC keras, terdapat nyeri tekan pada perut

bagian bawah

- Pemeriksaan Dalam.

Hasil : - Terdapat nyeri gerak sevik

- Terdapat nyeri tekan adneksa

- Pemeriksaan Penunjang.

- Pemeriksaan getah vagina sebelah atas untuk

pembiakan.

- Lab. Darah.

2.3 Antisipasi Masalah Potensial

Subinvolusi.

PRP.

Infertilitas.

2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

-

Page 11: ooforitis heni

2.5 Intervensi

Dx : Ny “...”P.... Ab..... Post Partum hari ke…. Dengan Oofaritis

Ds : Ibu mengatakan nifas hari ke….mengeluh badan panas dan nyeri

perut bagian bawah.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan masa nifas

berjalan normal, luka jahitan kering, infeksi teratasi, dan suhu

dalam batas normal

Kriteria hasil :

- TTV normal

- Keadaan umum baik

- Infeksi teratasi sebagian.

- Nifas dapat berjalan normal.

Intervensi

1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga

R/ ibu lebih kooperatif

2. Observasi TTV, TFU, lochea dan UC

R/ Deteksi adanya komplikasi

3. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

R/ ibu lebih termotifasi untuk sembuh

4. Beritahu ibu untuk tidak pantang makanan.

R/ membantu mempercepat penyembuhan luka.

5. Ajarkan cara cebok yang benar, yaitu dari depan ke belakang.

R/ dengan cara cebok dari depan ke belakang, maka kuman dari anus

tidak akan masuk ke dalam vagina yang dapat menyebabkan infeksi

yang lebih parah.

Page 12: ooforitis heni

6. Anjurkan pada ibu untuk sering ganti celana dalam, pembalut dan kassa

jika basah.

R/ mencegah infeksi yang lebih parah dan mengurangi penyebaran

infeksi.

7. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

R/ memulihkan tenaga ibu

8. Beritahu ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan lain

R/ mengetahui keadaan ibu lebih lanjut

9. Lakukan kolaborasi dengan dokter

R/ membantu pemberian terapi

2.6 Implementasi

Tanggal : Jam :

Dx : Ny “...”P.... Ab..... Post Partum hari ke…. Dengan Oofaritis

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.

2.7 Evaluasi

Tanggal :

Jam :

Dx : Ny “...”P.... Ab..... Post Partum hari ke…. Dengan Oofaritis

Evaluasi mengacu pada SOAP.

Page 13: ooforitis heni

BAB 3

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Mochtar. 1999. Ilmu Penyakit kulit & kelamin. Jakarta: ECG

Mansyur, Arif. 2001. Kapita Selecta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

(http//www.assameha.blogspot.com)

(http//www.books.google.com)