Pada Suatu Hari Hiduplah Seorang Kesatria Gagah Berani

5
Pada suatu hari hiduplah seorang kesatria gagah berani. Selain seorang kesatria, ia juga adalah pangeran dari kerajaan Selaparang di pulau Lombok. Sang kesatria ini bernama Pangeran Sejati. Sejak kecil sang pangeran sudah dididik untuk menjadi pemimpin perang pada masanya. Kini sang pangeran telah berumur 30 tahun, ia pun dinobatkan sebagai raja oleh ayahnya di kerajaan Selaparang. Namun, sang pangeran belum memiliki seorang istri karena ia terlalu sibuk berada di wilayah peperangan. Pada suatu ketika, sang pangeran dan prajurit-prajuritnya akan berperang dengan kerajaan Mataram, tiba-tiba ia melihat seorang wanita cantik dengan selendang merah muda berada di tengah-tengah wilayah peperangan. “Hey! Pergi dari sini! Kalau tidak kau bisa mati.” kata sang pangeran mengingatkan wanita tersebut. “Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum kalian berdamai satu sama lain. Aku sudah cukup melihat banyak kematian dari orang-orang tak berdosa karena keegoisan kalian.” jelas wanita tersebut. “Apa kau sudah gila? Inilah yang disebut dengan peperangan.” kata sang pangeran. “Jika kalian tidak menghentikan perang, perang yang akan menghentikan kalian!” kata wanita tersebut seraya menatap tajam kepada sang pangeran. Pangeran pun tampak bingung dengan perkataan wanita tersebut. Namun, tak peduli apa kata wanita tersebut, perang pun terjadi antara dua kerajaan yang tengah memperebutkan wilayah kekuasaan. Akan tetapi, sang pangeran tak biasanya tak fokus ketika perang sedang berlangsung. Sang pangeran terbayang akan wajah cantik wanita yang muncul di hadapannya. Karena sang pangeran tak fokus menghadapi perang, ia pun terkena sabetan pedang dari lawannya, sehingga membuat sang pangeran tak berdaya. Namun, segera prajurit menyelamatkan sang pangeran ketika ia akan tertusuk oleh tombak lawan. “Pangeran! Cepat pergi dari sini!” teriak salah satu prajurit yang menyelamatkan sang pangeran, lalu prajurit tersebut tewas tertusuk

description

x

Transcript of Pada Suatu Hari Hiduplah Seorang Kesatria Gagah Berani

Page 1: Pada Suatu Hari Hiduplah Seorang Kesatria Gagah Berani

Pada suatu hari hiduplah seorang kesatria gagah berani. Selain seorang kesatria, ia juga adalah pangeran dari kerajaan Selaparang di pulau Lombok. Sang kesatria ini bernama Pangeran Sejati. Sejak kecil sang pangeran sudah dididik untuk menjadi pemimpin perang pada masanya. Kini sang pangeran telah berumur 30 tahun, ia pun dinobatkan sebagai raja oleh ayahnya di kerajaan Selaparang. Namun, sang pangeran belum memiliki seorang istri karena ia terlalu sibuk berada di wilayah peperangan. Pada suatu ketika, sang pangeran dan prajurit-prajuritnya akan berperang dengan kerajaan Mataram, tiba-tiba ia melihat seorang wanita cantik dengan selendang merah muda berada di tengah-tengah wilayah peperangan.

“Hey! Pergi dari sini! Kalau tidak kau bisa mati.” kata sang pangeran mengingatkan wanita tersebut.“Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum kalian berdamai satu sama lain. Aku sudah cukup melihat banyak kematian dari orang-orang tak berdosa karena keegoisan kalian.” jelas wanita tersebut. “Apa kau sudah gila? Inilah yang disebut dengan peperangan.” kata sang pangeran.“Jika kalian tidak menghentikan perang, perang yang akan menghentikan kalian!” kata wanita tersebut seraya menatap tajam kepada sang pangeran.Pangeran pun tampak bingung dengan perkataan wanita tersebut. Namun, tak peduli apa kata wanita tersebut, perang pun terjadi antara dua kerajaan yang tengah memperebutkan wilayah kekuasaan. Akan tetapi, sang pangeran tak biasanya tak fokus ketika perang sedang berlangsung. Sang pangeran terbayang akan wajah cantik wanita yang muncul di hadapannya. Karena sang pangeran tak fokus menghadapi perang, ia pun terkena sabetan pedang dari lawannya, sehingga membuat sang pangeran tak berdaya. Namun, segera prajurit menyelamatkan sang pangeran ketika ia akan tertusuk oleh tombak lawan.

“Pangeran! Cepat pergi dari sini!” teriak salah satu prajurit yang menyelamatkan sang pangeran, lalu prajurit tersebut tewas tertusuk tombak pada bagian jantung. Seketika itu, pangeran-pun melarikan diri untuk mengobati lukanya yang terkena sabetan pedang tersebut. Ketika sang pangeran berlari, ia terjatuh dari bukit terjal ke mana ia berlari dan akhirnya sang pangeran terperosok menuju sungai tak sadarkan diri.

Page 2: Pada Suatu Hari Hiduplah Seorang Kesatria Gagah Berani

Tiga hari kemudian, sang pangeran sudah sadarkan diri. Namun, sang pangeran tampak bingung ketika ia berada di tempat yang asing baginya. Tak ada seorang pun yang ada di tempat tersebut, tapi ia berpikir bagaimana bisa ia berada di tempat tersebut kalau seseorang tak membawanya. Sang pangeran bangkit dari tempat tidur tersebut, namun lukanya tak mengizinkan ia untuk beranjak. Sang pangeran semakin bingung, karena tiba-tiba lukanya tertempel dedaunan obat yang dibalut dengan selendang yang berwarna merah muda. “Sepertinya aku pernah melihat seseorang mengenakan selendang ini.” batin sang pangeran.

Akhirnya ia mengingat bahwa pemilik selendang yang membalut lukanya tersebut adalah wanita cantik yang pada waktu itu berada di tengah-tengah peperangan. Sang pangeran pun segera beranjak untuk mencari wanita tersebut, walaupun sang pangeran belum benar-benar sembuh. Sang pangeran mengelilingi hutan hanya untuk mencari wanita tersebut. “Mungkin saja ia berada di sungai dimana aku terjatuh pada waktu itu.” batin sang pangeran seraya berjalan menuju sungai tersebut. Sesampainya di sungai tersebut, akhirnya ia menemukan wanita tersebut yang tengah merenung di tepi sungai. “Hey!” sapa sang pangeran.

“Ada apa kau datang ke mari?” tanya wanita tersebut.“Aku… aku hanya ingin berterima kasih karena kau telah menyelamatkan nyawaku.” kata sang pangeran seraya mendekati wanita tersebut. “Bagaimana kau tahu bahwa aku yang menyelamatkanmu?” tanya lagi wanita tersebut seraya bangkit dari tempat duduknya. “Aku mengenal selendang ini. Oya, namamu siapa?” tanya sang pangeran.“Aku Anja. Dewi Anja, putri raja Mataram.” jawab wanita tersebut yang akhirnya membuat sang pangeran tercengang.“Apa?! Lalu kenapa waktu itu kau ingin menghentikan perang?” sang pangeran bingung.“Karena aku sudah tak sanggup lagi melihat banyak rakyat yang menderita akibat peperangan. Aku ingin melihat rakyat hidup dalam suatu kedamaian agar mereka mendapatkan hidup yang selayaknya.” jelas Dewi Anja.“Aku sudah menduga bahwa kau adalah gadis yang baik hati. Namaku Sejati, pangeran Sejati. Raja di kerajaan Selaparang. Kalau begitu maukah kau ikut

Page 3: Pada Suatu Hari Hiduplah Seorang Kesatria Gagah Berani

bersamaku?” kata sang pangeran.“Ikut? Untuk apa aku harus ikut bersamamu?” tanya Dewi yang bingung akan perkataan sang pangeran.“Menikahlah denganku. Dengan begitu kita akan mempersatukan kerajaan Selaparang dan kerajaan Mataram, serta menghapus peperangan di seluruh kerajaan untuk menjadikan hidup yang tenteram bagi rakyat.” jelas sang pangeran seraya tersenyum tipis.“Aku tidak mempercayaimu! Aku tidak akan mempercayai orang yang haus akan kekuasaan.” tolak Dewi Anja.“Percayalah padaku. Aku akan melakukan apa pun yang kau kehendaki, karena aku merasa bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu. Menikahlah denganku Dewi.” Kata sang pangeran penuh ketulusan. “Tidak! Lagi pula Ayahku tidak akan merestui jika aku menikah denganmu, karena bagi Ayahku kau adalah musuhnya.” jelas Dewi Anja.“Baiklah! Aku akan membuktikan kesungguhan cintaku padamu, serta akan membuat Ayahmu merestui pernikahan kita.” kata sang pangeran dengan tekad yang membara.Beberapa minggu kemudian, sang pangeran mengunjungi kerajaan Mataram seorang diri. Sesampainya di pintu masuk kerajaan, sang pangeran dihadang oleh beberapa prajurit kerajaan Mataram. “Mau apa kau datang ke mari?” tanya seorang prajurit seraya mengarahkan tombak kepada sang pangeran. “Aku ingin bertemu dengan raja Mataram.” tegas sang pangeran. “Tidak bisa! Mau cari mati kau rupanya!” kata prajurit tersebut seraya memukul sang pangeran, namun sang pangeran berhasil menangkis pukulan tersebut. Sang pangeran melawan prajurit-prajurit tersebut, tapi ia berusaha untuk tidak membunuhnya. Ia hanya ingin bertemu dengan ayahanda Dewi Anja untuk berbicara tentang pernikahannya. Raja Mataram akhirnya ke luar karena mendengar suara berisik dari luar kerajaan. “Ada apa kau datang ke mari, pangeran?” tanya Raja Mataram.

“Aku datang ke mari hanya untuk berbicara denganmu wahai raja Mataram.” jawab sang pangeran seraya memberi hormat kepada raja Mataram. “Baiklah kalau begitu. Masuklah!” ajak raja Mataram seraya berjalan menuju singgasananya.

Page 4: Pada Suatu Hari Hiduplah Seorang Kesatria Gagah Berani

“Duduklah. Sekarang bicaralah.” kata raja Mataram seraya duduk di atas singgasananya.“Aku datang ke mari untuk melamar putrimu. Aku telah bersalah karena mencintai putrimu wahai raja Mataram.” kata sang pangeran.“Hahahaha. Sungguh lancang kau telah berani jatuh cinta kepada putriku. Aku tidak mungkin akan menikahkan putriku denganmu!” kata raja Mataram tampak marah.“Aku mohon restuilah aku wahai raja Mataram. Sebagai tanda bukti bahwa aku benar-benar mencintai putrimu, aku ingin mewujudkan keinginan mulia yang diharapkan oleh putrimu.” jelas sang pangeran.“Dewi Anja! Kemarilah!” panggil raja Mataram.“Iya Ayahanda. Kau memanggilku?”“Duduklah! Aku ingin mendengar langsung darimu. Keinginan apa yang dimaksud oleh pangeran tersebut?” tanya raja Mataram kepada putrinya. “Aku hanya ingin menghapus peperangan Ayahanda. Aku ingin melihat para rakyat hidup dalam ketenteraman yang selayaknya.” jelas Dewi Anja.“Aku bersedia memberikan seluruh kerajaanku beserta wilayahnya untuk memperluas kerajaan Mataram. Sebagai gantinya, restuilah pernikahanku dengan putrimu wahai raja Mataram.” kata sang pangeran meyakinkan.“Baiklah kalau begitu. Aku sudah cukup melihat ketulusan cintamu kepada putriku. Aku akan merestui pernikahan kalian, maka dari itu akan aku angkat juga dirimu sebagai raja Mataram untuk menggantikanku. Aku sudah terlalu tua untuk menjadi raja. Jadi, satukanlah kerajaan Selaparang dan Mataram, serta buatlah hidup rakyat menjadi makmur, dan bahagiakanlah putri kesayanganku.”

Akhirnya sang pangeran berhasil menikah dengan Dewi Anja. Kini ia hidup dalam suatu kedamaian bersama dengan rakyat-rakyatnya. Sang pangeran dikaruniai satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Sang pangeran juga tak hanya berhasil menyatukan 2 kerajaan, namun ia berhasil menyatukan seluruh kerajaan yang ada di Lombok, sehingga namanya kini hanyalah kerajaan Mataram. Sang pangeran dan Dewi Anja hidup bahagia selamanya karena cinta yang mereka yakini dapat merubah hidup seseorang.

SEKIAN

Page 5: Pada Suatu Hari Hiduplah Seorang Kesatria Gagah Berani