paper radiologi lab.doc
-
Upload
puspa-sari-hafid -
Category
Documents
-
view
22 -
download
5
Transcript of paper radiologi lab.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan radiografi telah lama dikenal sebagai suatu sarana dalam
bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi. Radiografi gigi terbagi menjadi
dua, yaitu radiografi intraoral dan radiografi ekstra-oral. Radiografi ekstraoral
dan intraoral beserta jenis-jenisnya mempunyai kegu-naan dan fungsinya
masing-masing.
Radiografi gigi dapat memberikan informasi diagnostik yang sangat
berguna, namun masih banyak dokter gigi belum menggunakan radiografi
sebagai pemeriksaan penunjang dalam praktek sehari-hari. Gambaran yang
dihasilkan radiografi intraoral atau ekstraoral bagi seorang dokter gigi sangat
penting terutama untuk melihat adanya kelainan-kelainan yang tidak terlihat
sehingga dapat diketahui secara jelas dan sangat membantu dokter gigi dalam
menentukan diagnosis serta rencana perawatan.
Beberapa kasus kegagalan terjadi dalam penegakkan diagnosis tanpa
menggunakan radiografi gigi. Demikian pula di negara maju, tingkat
kegagalan pemasangan implan tanpa menggunakan radiografi gigi dalam
evaluasi pasca pemasangan dilaporkan mencapai 20%. Selanjutnya Walton
dan Torabinejad, pada abad ke-19 sampai abad ke-20 meneliti bahwa
perawatan endodontik yang dilakukan tanpa menggunakan radiografi ternyata
mengalami kegagalan setelah ditemukannya alat radiografi dan dilakukan
evaluasi. Kegagalan ini tidak hanya menyebabkan kerugian financial, tetapi
juga kerusakan tulang rahang dan secara psikologis berdampak buruk pada
pasien.
Dokter gigi dapat memilih salah satu jenis radiografi sesuai dengan
indikasi dan keperluannya atau kadang-kadang diperlukan kombinasi lebih
dari satu jenis radiografi gigi untuk menegakkan diagnosis. Dalam menyusun
rencana perawatan untuk perawatan ortodonti misalnya, dokter gigi
1
membutuhkan radiografi panoramik dan sefalometri lateral. Dalam
penanganan kasus impaksi kadang-kadang dibutuhkan radiografi periapikal
dan panoramik.
Radiografi sebagai data pemeriksaan penunjang sebaiknya dilampirkan
dan tercatat pada rekam medik. Data rekam medik gigi diperlukan agar setiap
dokter gigi atau pihak lain yang membutuhkan dapat melihat dengan jelas
kelainan-kelainan yang ada dalam mulut pasien, dan untuk menentukan
rencana pera-watan. Sebagian besar kasus di bidang kedokteran gigi harus
menggunakan radiografi gigi, sehingga dapat diketahui dengan lebih jelas
kelainan-kelainan yang ada dalam mulut pasien.
1.2. Tujuan CSL Radiologi
Tujuan dari kegiatan CSL ini adalah :
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang teknik radiografi dental.
2. Menambah keterampilan mahasiswa dalam melakukan teknik radiografi
dental.
3. Mampu menginterpretasi hasil foto radiografi dental sesuai dengan
tampakan yang terdapat pada foto.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar
menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan
yang dapat dikaji pada film pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang
sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data
dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil
optimal.
2.2 Manfaat Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi dental merupakan bagian yang penting dalam perawatan gigi.
Bersamaan dengan pemeriksaan oral, radiografi dental memberikan gambaran
yang lengkap dan rongga mulut.Radiografi sangat penting bagi mahasiswa
kepaniteraan klinik untuk:
a. Menegakkan diagnosis
Dalam mendiagnosis penyakit atau kelainan pada gigi tidak selalu dapat
terlihat langsung melalui pemeriksaan klinis. Penggunaan radiografi
kedokteran gigi dapat membantu untuk mengetahui ada atau tidaknya
kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan
jaringan di sekitarnya.
b. Rencana perawatan
Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan
rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien.
c. Evaluasi hasil perawatan
Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan
radiografi, sebagai contoh untuk mengetahui apakah apeks gigi telah
3
menutup setelah dilakukan perawatan apeksifikasi atau apakah ada terjadi
karies sekunder pada pasien yang telah melakukan penambalan gigi.
2.3 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi
Dalam bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari dua
jenis, yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral.
2.3.1 Radiografi Intra Oral
Radiografi Intra oral pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya dengan
radiografi yang filmnya diletakan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intra oral
merupakan pokok dari radiografi kedokteran gigi.
Radiografi intra oral terdiri atas beberapa tipe, yaitu:
a. Radiografi periapikal
Radiografi periapikal dalah radiografi yang berguna untuk melihat gigi geliligi
secara individual mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan
pendukungnya.Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi
pada apikal, status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya.
b. Radiografi Bitewing
Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat
permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak
alveolar di maksila dan mandibula daerah anterior maupun posterior dalam satu
film khusus. Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status
jaringan periodontal dan juga untuk melihat kalkulus pada interproksimal.
Radiografi bitewing tidak menggunakan pegangan film melainkan dengan cara
pasien menggigit sayap film untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut.
Radiografi bitewing lebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang
interproksimal dari pada radiografi periapikal.
c. Radiografi Oklusal
Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi
tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film.
Radiografi oklusal dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di palatum, dan
kelainan lainnya yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah film
4
khusus untuk oklusal. Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi,
yaitu dengan cara menginstruksikan pasien untuk mengoklusikan atau
menggigit bagian film.
2.3.2 Radiografi Ekstra Oral
Radiografi ekstra oral adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan
untuk melihat area yang luas pada tengkorak kepala dan rahang. Pada radiografi
ekstraoral film yang digunakan diletakan diluar rongga mulut. Radiografi ekstra
oral terdiri atas beberapa tipe yaitu:
a. Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik adalah radiografi yang digunakan utuk melihat
adanya fraktur pada rahang, lesi atau tumor, dan melihat keadaan gigi geligi
pada masa bercampur untuk rencana perawatan ortodonti. Radiografi
panoramik akan memperlihatkan gambaran radiografi keadaan gigigeligi
maksila, mandibula, sinus maksilari, dan sendi temporo mandibular secara
menyeluruh dalam satu buah film.
Kelebihan radiografi panoramik adalah daerah yang dapat dilihat lebih
luas, dosis radiografi lebih kecil, waktu pengerjaan cepat, cocok untuk pasien
yang sulit membuka mulut dan nyaman utuk pasien. Kelemahan radiografi
panoramik adalah pergerakan pasien saat penyinaran akan menyulitkan pada
interpretasi, hasil radiografi pada gigi tidak spesifik.
b. Radiografi Lateral Jaw
Radiografi lateral jaw adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
lateral tulang wajah, diagnosis fraktur dan keadan patologis tengkorak dan
wajah.
c. Radiografi sefalometri
Radiografi sefalometri adalah radiografi yang digunakan untuk melihat
hubungan gigi dengan rahang dan profil individu serta keadaan tengkorak
wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan.Selain
5
itu hasil radiografi ini juga memperlihatkan jaringan lunak nasofaringeal, sinus
paranasal dan palatum keras. Pada umumnya radiografi ini digunakan
ortodontis untuk merencanakan perawatan ortodonti agar mendapatkan gigi
selaras sesuai dengan ukuran gigi dan rahang.
d. Radiografi Postero-Anterior
Radiografi postero-anterior adalah radiografi yang digunakan untuk
melihat keadaan penyakit trauma, atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan tengkorak. Selain itu radiografi ini dapat digunakan untuk
melihat stuktur wajah antara lain sinus frontalis, ethmoidalis, fossa nasalis dan
orbita.
e. Radiografi Antero-Posterior
Radiografi antero-posterior adalah radiografi yang digunakan untuk
melihat keadaan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus
frontalis, sinus ethmoidalis dan tulang hidung.
f. Radiografi Proyeksi Water’s
Radiografi proyeksi Water’s adalah radiografi yang digunakan untuk
melihat keadaan sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus orbita, sutura
zigomatikus frontalis dan rongga nasal.
g. Radiografi Proyeksi Reverse-Towne
Radiografi reverse towne adalah radiografi yang digunakan untuk
melihat keadaan kondilus pada pasien yang mengalami pergeseran kodilus
dan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.
h. Radiografi Submentovertex
Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk
melihat keadaan dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus
maksila dan arkus zigomatikus.
Selama beberapa tahun, radiografi merupakan bantuan yang sangat berhargadalam membantu menegakkan diagnosa penyakit periodontal dan mengevaluasi pengaruh perawatan. Aukuisisi gambaran yang berdasarkan komputer
6
dan teknik pemrosesan pada dewasa ini jauh meningkat dalam kepentingan menegakkandiagnosa periodontal dalam radiografi. Perubahan sementara yang terjadi pada lesi dapat dilihat dengan mudah oleh bantuan radiografi substraksi yang berdasarkan pada gambaran digital. Proses ini membutuhkan sepasang gambaran yang identik dengan distribusi grey-level dan proyeksi geometri. Distribusi gray-level dan gambaran proyeksi perspektif dapat dikoreksi dengan cara pemrosesan gambaran secara digital. Sepasang gambaran yang identik akan bisa didapatkan tanpa melakukan penyesuain secara mekanik terhadap pasien, film, dan sumber sinar X.
Alogaritma telah dikembangkan untuk menentukan batas lesi dan kemudian menghasilkaninformasi kuantitatif yang berkisar dari jarak pengukuran sederhana sampaidengan parameter gambaran kuantitatif multi dimensional lanjut. Pengukuranvolume secara akurat bisa didapatkan dengan menggunakan wedges kalibrasidalam gambaran. Prosedur rekonstruksi gambaran, seperti tomosynthesis, menyediakaninformasi tentang tiga dimensi, yang secara normal bisa hilang dalam proyeksiradiografi konvensional. Bidang bukal dan lingual dari puncak alveolar dapatdiperiksa secara terpisah.Kemajuan prosedur yang dibantu dengan computer seperti yangdidiskusikan dalam makalah ini nampaknya mempunyai potensi yang besar untuk melakukan perbaikan dalam mendiagnosa lesi periodontal secara radiografi. Secara khusus, keuntungan reproduksibilitas dan evaluasi kuantitatif terhadap pengaruh perawatan akan meningkatkan kemajuan peran radiografi dalam dunia periodonsi. Diagnosa penyakit periodontal dapat dipermudah dengan menggunakan radiografi. Radiografi membantu dalam memperkirakan pengaruh perawatan dan prognosa dari kemajuan penyakit.
Radiografi berguna untuk melengkapi pemeriksaan klinis, informasi yang penting bisa tersedia, misalnya: pada jaringantulang yang tertutup oleh gingiva yang tidak bisa didiagnosa oleh pemeriksaan klinis itu sendiri. Pembentukan gambaran radiografi yang didasarkan pada prinsip proyeksi obyek tiga dimensi terhadap dataran gambaran dua dimensi mempunyai banyak kelemahan sehingga teknik ini terbatas. Gambaran radiografi, pada prinsipnya, mempunyai informasi yang kurang terhadap tiga dimensi. Gambaranradiografi memberikan informasi yang tidak menyeluruh tentang obyek dalamarah X dan Y, sebagai contoh pada bidang yang tegak lurus terhadap arah corongsinar X. Sebagai akibatnya, radiografi tunggal tidak bisa mendapatkan informasiyang layak tentang gambaran tiga dimensi. Dibutuhkan proyeksi yang lebih lanjutuntuk tujuan ini. Disebabkan oleh karena ciri-ciri pembentukan gambaranradiografi ini orientasi corong sinar X terhadap obyek merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk menghasilkan gambaran radiografi. Proyeksi orientasi yang berbeda akan menghasilkan gambaran yang
7
berbeda pula yang mana yang bisa mempengaruhi interpretasi dan diagnose yang didasarkan pada radiografi. Dengan alasan itulah standarisasi dan reproduksibilitas merupakan kebutuhan yang penting untuk menegakkan diagnosa yang bisa dipercaya. Jadi jelas bahwa radiografi salah satu hal yang harus ada untuk menegakkan penyakit periodontal, tetapi di lain pihak terdapat beberapa keterbatasan tentang kemampuannya untuk memberikan informasi tentang hubungan ruang antara keseluruhan anatomi dankeadaan patologi dalam arah sejajar corong sinar X. Evolusi radiografi digital akan mengurangi kelemahan formasi radiografi seperti yang dijelaskan sebelumnya. Reseptor gambaran intraoral elektronik secara komersial sekarang tersedia untuk aplikasi kedokteran gigi dan penggunaan prosedur radiografi digitaldimungkinkan dipergunakan sehari-hari.
8
BAB III
INTERPRETASI FOTO
GAMBAR 1
PERT A
NYAAN :
1.
Stuktur
apa
yang
ditunjukkan oleh tanda panah ?
Jawaban:
Crest alveolar
9
GAMBAR 2
Pertanyaan :
1. Stuktur apa yang ditunjukkan oleh tanda panah
2. Bagaimana gambaran radiografisnya
3. Apa fungsi dari struktur tersebut
Jawaban:
1. Ligament periodontal
2. Radiolusen
3. Fungsi ligament periodontal :
Fungsi fisikal, yaitu sebagai penghantar tekanan oklusal ke tulang
alveolar, mencekatkan gigi ke tulang alveolar mempertahankan
hubungan jaringan gingival ke gigi dan menahan tekanan oklusal pada 10
gigi untuk melindungi pembuluh darah, saraf dan tekanan
mekanis(Grossman, 1995)..
Fungsi formatif, berperan dalam pembentukan dan resorpsi dari
struktur jaringan pendukung gigi (Grossman, 1995).
Fungsi nutrisi dan sensori, yaitu untuk memasok nutrient ke
sementum, tulang alveolar dan gingival melalui pembuluh darah oleh
ligament periodontal. Persyarafan ligament periodontal memiliki
sensitivitas yang dapat mendeteksi dan melokalisir tekanan eksternal
terhadap gigi (Grossman, 1995).
GAMBAR 3
Pertanyaan :
1. Bagian apa yang ditunjuk oleh tanda panah
11
2. Teknik Radiografi apa yang digunakan pada gambar tersebut
Jawaban:
1. CEJ (Cemento Enamel Junction)
2. Bitewing
Gambar 4
Pertanyaan :
1. Sebutkan bagian – bagian apa yang di tunjukkan pada masing – masing nomor
pada gambar di atas?
Jawaban:
1. Email
2. Root canal
3. Tulang alveolar
4. Submaxillary fovea
5. Ruang pulpa
6. Floor of mandibular canal
7. Dentin
12
8. CEJ
9. Ligamen periodontal / sementum
GAMBAR 5
Pertanyaan :
1. Sebutkan kelainan periodontal yang terlihat pada gambar 5!
2. Sebutkan minimal 2 etiologi yang mungkin dari keadaan tersebut!
3. Sebutkan diagnose sementara berdasarkan gambaran radiografi pada gambar
5!
Jawaban:
1. Poket supraboni
2. Etiologi13
Faktor lokal. Akumulasi plak pada gigi dan gingiva pada
dentogingivajunction merupakan awal inisiasi agen pada etiologi
periodontitis kronis. Bakteri biasanya memberikan efek lokal pada sel
dan jaringan berupa inflamasi.
Faktor sistemik. Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien
yang memiliki penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektivan
respon host. Diabetes merupakan contoh penyakit yang dapat
meningkatkan keganasan penyakit ini.
Lingkungan dan perilaku merokok dapat meningkatkan keganasan
penyakit ini. Pada perokok, terdapat lebih banyak kehilangan
attachment dan tulang, lebih banyak furkasi dan pendalaman poket.
Stres juga dapat meningkatkan prevalensi dan keganasan penyakit
ini.Page | 14
Genetik. Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu
keluarga, ini kemungkinan menunjukkan adanya faktor genetik yang
mempengaruhi periodontitis kronis ini
3. Merupakan suatu periodontitis kronis yang disertai pembentukan poket
yakni poket supraboni. Karakteristik yang ditemukan pada pasien
periodontitis kronis yang belum ditangani meliputi akumulasi plak pada
supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, pembentukan poket,
kehilangan periodontal attachment, kehilangan tulang alveolar, dan
kadang-kadang muncul supurasi.
GAMBAR 6
14
Pertanyaan :
1. Apa nama kelainan periodontal yang ditunjukkan oleh tanda panah pada
gambar 6
2. Sebutkan minimal 2 etiologi dari kelainan tersebut
3. Sebutkan minimal 2 tanda – tanda klinis dari kelainan tersebut
Jawaban:
1. Poket infraboni
2. Etiologi:
a. Adanya pembuluh darah yang besar pada satu sisi alveolus mungkin
mempengaruhi pembentukan poket infraboni.
b. Desakan makanan yang kuat ke daerah interproksimal dapat
menyebabkan kerusakan unilateral pada perangkat pendukung gigi dan
rusaknya perlekatan epitel
15
Trauma pada jaringan periodontal dapat menyebabkan kerusakan
puncak ligamen periodonsium (trauma oklusi), yang jika sudah ada
inflamasi, dapat mengakibatkan migrasi epitel jungsional ke arah
daerah terjadinya kerusakan.Page | 23
Plak yang terdapat di daerah apikal gigi-gigi berdekatan yang maju
dengan kecepatan berbeda-beda ke arah apikal dapat menyebabkan
kerusakan tulang alveolar yang lebih cepat pada salah satu sisi dari
dua gigi yang bersebelahan, sehingga menyebabkan resorpsi tulang
yang berbentuk vertikal. Pada kehilangan tulang periodontal pada
gigi berakar jamak, terjadi masalah khusus ketika terlibatnya
bifurkasi atau trifurkasi.
3. Tanda-tanda klinis:
Poket infraboni adalah pendalaman sulkus gingiva dengan posisi dasar
poket dan epitel jungsional terletak lebih ke apikal dibandingkan puncak
tulang alveolar. Poket infraboni dihubungkan dengan resorpsi tulang
vertical (resorpsi tulang angular), yaitu kehilangan tulang yang membentuk
sudut tajam terhadap permukaan akar.
16
Gambar 7
Pertanyaan :
1. Apa nama kelainan periodontal yang ditunjukkan oleh tanda panah pada
gambar di atas?
2. Sebutkan minimal 2 Etiologi dari kelainan tersebut!
Jawaban:
1. Destruksi tulang alveolar disertai dengan poket supraboni
2. Akumulasi plak yang terus berkelanjutan dan faktor predisposisi lain
seperti social ekonomi, pengetahuan mengenai OH yang kurang dll yang
terus dibiarkan. Akibtnya terbentuk poket yakni poket supraboni yang
ditandai dengan terjadinya bone loss atau destruksi tulang alveolar secara
horizontal.Keterlibatan furkasi adalah tahap penyakit periodontal yang
progresif dan mempunyai etiologi yang sama. Kesulitan. dalam
mengontrol plak pada daerah furkasi berperan terhadap perluasan lesi di
daerah ini (Carranza, 2002).
17
Gambar 8
Pertanyaan :
1. Sebutkan kelainan periodontal yang ditunjukkan pada gambar di atas!
2. Sebutkan minimal 2 etiologi dari kelainan tersebut!
Jawaban:
1. Apical periodontitis
2. Etiologi:
Akumulasi plak dan kalsifikasi kalkulus (tartar) diatas (supra) dan
dibawah (subgingiva) pada batas gingiva.
Organisme yang menyebabkan periodontitis apikalis kronis, antara
lain : Porphiromonas gingivalis, Prevotella intermedia,
Fusobakterium, Bakteriodes
Reaksi inflamasi yang diawali dengan adanya plak yang
berhubungan dengan kehilangan yang progresif dari ligamen
18
perodontal dan tulang alveolar, dan pada akhirnya akan terjadi
mobilitas dan tanggalnya gigi.
Subjek cenderung rentan karena faktor genetik dan/atau
lingkungan seperti : Merokok ,Diabetes Melittus, Depresi imun.
Gambar 9
Pertanyaan :
1. Sebutkan kelainan periodontal yang ditunjukkan oleh tanda panah
pada gambar 9?
2. Sebutkan minimal 2 etiologi penyebab kelainan tersebut!
Jawaban:
1. Periodontal Abses
2. Etiologi:
19
Abses peridontal adalah akumulasi pus yang terlokalisasi dalam dinding
gingiva pada poket peridontal. Abses periodontal dapat akut dan kronis.
Peridontal abses akut terlihat sebagai peninggian ovoid pada gingiva
sepanjang aspek lateral akar. Gingiva terlihat edematous dan merah, dengan
permukaan yang halus dan mengkilat. Bentuk dan konsistensi pada area yang
meninggi bervariasi; bisa berbentuk seperti kubah, agak keras, dan halus.
Seringkali pasien memiliki gejala peridontal abses akut tanpa tanda klinis dan
radiografi yang terlihat. Peridontal abses akut memiliki gejala seperti rasa
nyeri berdenyut, sensitif terhadap palpasi gigi, kegoyangan gigi,
lymphadenitis, dan sedikit tanda sistematik seperti demam, leukositosis, dan
malaise. Abses peridontal kronis terlihat sebagai sinus yang membuka ke arah
mukosa gingiva sepanjang akar gigi. Abses peridontal kronis biasanya
asimptomatik. Pasien seringkali mengeluhkan rasa nyeri yang tumpul, sedikit
peninggian pada gigi, dan keinginan untuk menggigit dan menggesekkan gigi
(Carranza).
Gambar 10
20
Pertanyaan :
1. Apa nama kelainan yang ditunjuk oleh tanda panah pada gambar di
atas?
2. Sebutkan etiologi kelainan tersebut!
Jawaban:
1. Destruksi tulang alveolar
2. Salah satu penyebab terjadinya destruksi tulang alveolar adalah
Tambalan yang overhanging. Keadaan ini akan menyebabkan
terjadinya akumulasi plak yang akan mendukung terjadinya
kerusakan jaringan periodontal tahap lanjut yang dimulai dari
kerusakan jaringan secara local hingga destruksi tulang alveolar.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar
menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan
yang dapat dikaji pada film pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang
sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data
dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil
optimal.
Radiografi dental merupakan bagian yang penting dalam perawatan gigi.
Bersamaan dengan pemeriksaan oral, radiografi dental memberikan gambaran
yang lengkap dan rongga mulut.Radiografi sangat penting bagi mahasiswa
kepaniteraan klinik untuk: Menegakkan diagnosis alam mendiagnosis penyakit
atau kelainan pada gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui pemeriksaan
klinis. Penggunaan radiografi kedokteran gigi dapat membantu untuk mengetahui
ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta
hubungannya dengan jaringan di sekitarnya. Radiografi juga bermanfaat untuk
rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Marvrits K,P.S Anindita ,Lenny W. Gambaran penggunaan radiografi gigi di
balai pengobatan rumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi
manado. Jurnal Unsrat. P 1-2
2. Laskaris, Scully. Periodontal manifestation of local and systemic disease.
Berlin, Heidelberg: Springer; 2003.p. 105
3. Newman, M. G. Takei, H. H. Carranza, F. A. Caranza’s Clinical
Periodontology. 9th Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company, 2002.
4. A. Pasler, Friedrich, Visser, Heiko. Pocket Atlas of Dental
Radiology.Germany: Thimie; 2007
23