PE - laporan

download PE - laporan

of 63

Transcript of PE - laporan

  • 8/6/2019 PE - laporan

    1/64

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Upaya pencerdasan bangsa merupakan salah satu alasan berdirinya bangsa dan negara

    Indonesia, seperti yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Kenyataannya, di tengah

    dunia yang makin kompetitif, negara Indonesia masih harus memerangi kebodohan. Hal ini

    terlihat dari data Dinas Pendidikan DKI Jakarta tahun 2001/2002 - 2005/2006, di mana

    jumlah anak putus sekolah di tingkat SMA mencapai 1.253 orang (0,71 persen). Jumlah anak

    putus sekolah di tingkat SMK mencapai 3.188 orang (1.61 persen). Sementara data secara

    nasional, terdapat 61.652 anak putus sekolah di Indonesia (1,81 persen).1 Sementara itu, data

    Depsos menyebutkan, anak terlantar tahun 2006 sebanyak 2,15 juta anak sedangkan anak

    jalanan mencapai 94.000 anak.2 Untuk itu, pemerintah mengembangkan berbagai strategi

    melalui serangkaian kebijakan yang terangkum dalam sistem pendidikan nasional

    (Sisdiknas).

    Menurut UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa pendidikan

    nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan

    informal. Secara lebih khusus, pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar

    pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.3 Hasil

    pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah

    melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk Pemerintah atau

    Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Merujuk pada UU

    Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat (1) bahwa pendidikan nonformal, berfungsi sebagai

    pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka life long-

    education.

    Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

    layanan pendidikan, berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada

    1 Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Perkembangan Anak Putus Sekolah Tiap Propinsi,http://docs.google.com/gview?

    a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekola

    h&hl, (ditelusuri 2008)2 Kominfo Newsroom, Depsos Modali Anak Jalanan Rp 1,5 Juta, http://www.endonesia.com/mod.php?

    mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1521, (ditelusuri 11 Juni 2008)3Wikipedia bahasa Indonesia,Pendidikan Nonformal, http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal,

    (ditelusuri 27 Oktober 2009)

    1

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formalhttp://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekolah&hlhttp://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekolah&hlhttp://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekolah&hlhttp://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekolah&hlhttp://www.endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1521http://www.endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1521http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformalhttp://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekolah&hlhttp://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekolah&hlhttp://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:iCdOffGGFN8J:www.depdiknas.go.id/statistik/0506/sma_0506/tbl_03i.pdf+data+putus+sekolah&hlhttp://www.endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1521http://www.endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1521http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal
  • 8/6/2019 PE - laporan

    2/64

    penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan

    kepribadian profesional, yang meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia

    dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,

    pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.4

    Pemerintah sendiri sudah mulai mensinergikan pendidikan formal di sekolah dan

    pendidikan nonformal di luar sekolah, untuk meluaskan akses wajib belajar sembilan tahun

    bagi warga yang memiliki kendala ekonomi, sosial, budaya, dan geografis untuk bisa

    menikmati pendidikan di sekolah. Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah melalui

    Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang kini berubah nama menjadi Dirjen Pendidikan

    Nonformal dan Informal (PNFI) menyelenggarakan berbagai program yang salah satu

    diantaranya adalah Pendidikan Kesetaraan.

    Pendidikan Kesetaraan, dengan demikian merupakan salah satu jenis pendidikan non

    formal (PNF) yang mencakup program Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C

    setara SMA. Program ini penekannnya pada penguasaan pengetahuan, keterampilan

    fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Program

    pendidikan kesetaraan memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan pendidikan

    formal (SD, SMP, dan SMA), selain waktu dan tempatnya yang fleksibel, program

    pendidikan kesetaraan memiliki sasaran yang berbeda dengan pendidikan formal. Secara

    umum, sasaran dari program-program pendidikan nonformal adalah mereka yang tergolong

    kurang beruntung, baik dari aspek ekonomis, geografis, dan sosial budaya.5

    Pendidikan kesetaraan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik

    seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan,

    kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

    mengembangkan kemampuan peserta didik. Selanjutnya menurut acuan pelaksanaan

    Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah tahun 2006, peserta

    pendidikan kesetaraan adalah penduduk dengan karakteristik sebagai berikut, (1) penduduk

    yang memiliki potensi khusus, (2) penduduk yang terkendala waktu untuk sekolah, seperti

    pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya, (3) penduduk terkendala geografi, mereka adalah etnik

    minoritas, suku terasing dan terisolir, (4) penduduk yang terkendala ekonomi seperti

    penduduk miskin dari kalangan nelayan, petani, penduduk kumuh dan miskin perkotaan,

    pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita, (5) penduduk terkendala faktor keyakinan

    4

    Jojo Raharja, Pendidikan Kesetaraan : Mau Kemana?, http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2, (ditelusuri 2009)5

    Ibid.

    2

    http://id.wikipedia.org/wiki/Anakhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keterampilan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kursushttp://id.wikipedia.org/wiki/Sanggarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://id.wikipedia.org/wiki/Anakhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keterampilan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kursushttp://id.wikipedia.org/wiki/Sanggarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
  • 8/6/2019 PE - laporan

    3/64

    seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah),

    dan (6) penduduk yang bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, anak lapas, dan korban

    napza.6 Dari semua karakteristik tersebut sasaran difokuskan pada penduduk dengan rentang

    usia tiga tahun di atas usia sekolah yang setara sampai pada usia empat puluh empat tahun.

    Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan sudah mulai dikenal oleh masyarakat,

    terutama masyarakat yang selama ini termarginalkan dari perkembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi, bahkan pendidikan kesetaraan sudah ada yang menjadikan sebagai alternatif

    disebabkan oleh kurangnya jaminan yang pasti bahwa pendidikan persekolahan dapat

    membawa perubahan ekonomi dan kesejahteraan keluarga.7 Model-model penyelenggaraan

    pendidikan kesetaraan sudah mulai bermunculan, antara lain home schooling, mobile

    sckhooling, e-learning dan bentuk-bentuk lain. Kesemuanya ini adalah merupakan dinamika

    perkembangan kemajuan pendidikan kesetaraan.8

    Harus diakui pendidikan kesetaraan selama ini telah memberi sumbangan sangat besar

    terhadap penuntasan Program Wajib Belajar 9 tahun dan melakukan perluasan akses

    pendidikan dasar dan menengah secara baik. Tujuan pendidikan kesetaraan yang merupakan

    perwujudan dari visi dan misi Pendidikan Luar Sekolah yang dirilis oleh Direktorat Jendral

    Pendidikan Nonformal dan Informal (2007) menyebutkan bahwa:

    Masyarakat memperoleh layanan pendidikan kesetaraan yang bermutu, relevan, dan

    berkelanjutan untuk menunjang penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan

    memperluas akses pendidikan menengah dengan lebih menekankan pada keterampilan

    fungsional dan kepribadian profesional.9

    Dalam tatanan idealnya, pendidikan kesetaraan di samping harus memberikan

    kemampuan pengetahuan secara akademis sesuai dengan jenjangnya, secara terintegrasi harus

    juga memberikan berbagai kecakapan hidup, yang dapat dimanfaatkan para lulusannya

    sebagai bekal mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

    Menurut Ella Yilaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas, pembelajaran di

    lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan seperti pondok pesantren, pusat

    kegiatan belajar masyarakat, atau sanggar kegiatan belajar dilakukan berdasarkan acuan

    kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi peserta untuk bisa siap bekerja dan

    6 Depdiknas, Acuan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah tahun

    2006, http://www.sekolahmaya.net/data/Acuan%20Pelaksanaan.pdf, (ditelusuri 2008)7 Ella Yulaelawati, Pendidikan Kesetaraan Mencerahkan Anak Bangsa, Jakarta : Depdiknas, 2006, hlm 6.8 BPPNFi Regional IV, Pendidikan Kesetaraan : Mau Ke Mana?, http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?

    option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2, (ditelusuri 2007)9

    3

    http://www.sekolahmaya.net/data/Acuan%20Pelaksanaan.pdfhttp://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.sekolahmaya.net/data/Acuan%20Pelaksanaan.pdfhttp://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2
  • 8/6/2019 PE - laporan

    4/64

    berwirausaha. Bahan ajar yang diberikan ke peserta juga sesuai dengan kondisi kehidupan

    sehingga mereka memiliki kecakapan untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan.

    Standar Kompetensi Lulusan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 menyebutkan, lulusan

    pendidikan kesetaraan setara dengan lulusan pendidikan formal tetapi memiliki ciri khas

    yaitu: (1) Paket A memiliki keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, (2)

    Paket B memiliki keterampilan untuk dapat bekerja, (3) Paket C memiliki keterampilan untuk

    dapat berwirausaha. Inilah ruh sebenarnya dari program pendidikan kesetaraan.

    Akan tetapi, melaksanakan program kesetaraan di masyarakat merupakan suatu

    pekerjaan yang tidak mudah. Sangat jarang didengar keberhasilan penyelenggaraan program

    ini secara sempurna. Penuntasan program wajib belajar melalui pendidikan kesetaraan

    menjadi sangat urgen untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Bahkan

    pemerintah sendiri melakukan program percepatan penuntasan wajib belajar sesuai dengan

    jangka waktu yang telah dicanangkan. Namun demikian kegiatan ini harus dibarengi dengan

    evaluasi dan inovasi-inovasi sehingga program kesetaraan sebagai break through program

    wajib belajar menjadi suatu hal yang menarik untuk diikuti oleh mereka yang seharusnya

    terlibat.

    I.2. Permasalahan

    Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri merupakan suatu

    lembaga yang berada di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), yang

    terletak di jalan Margonda Raya No.58 Terminal Depok. Sejak tahun 2005, PKBM Bina

    Insan Mandiri telah menyelenggarakan pendidikan kesetaraan yang pada awalnya dipelopori

    oleh remaja mesjid terminal. Sekolah PKBM Masjid Terminal Depok ini diselenggarakan

    secara gratis untuk pengamen, pengasong, anak jalanan, yatim piatu, dan dhuafa.

    PKBM Bina Insan Mandiri menyelenggarakan berbagai macam program, salah satu

    diantaranya adalah Program Pendidikan Paket C (Setara SMU). Salah satu tujuan utama dari

    Program Pendidikan Paket C (Setara SMU) ini adalah mempersiapkan peserta didik dalam

    menghadapi Ujian Nasional. Berdasarkan hasil pengamatan awal, ditemukan sejumlah

    keterbatasan dalam pelaksanaan program ini, seperti sarana dan pra-sarana yang masih sangat

    sederhana bahkan kurang memadai, serta staf pengajar yang seringkali tidak sesuai dengan

    jumlah siswa. Namun berdasarkan data tahun ajaran 2007/2008, dari 400peserta didik yang

    mengikuti Program Pendidikan Paket C di PKBM Bina Insan Mandiri ini, terdapat 20 peserta

    didik yang tidak lulus. Dengan kata lain, terdapat 95 % peserta didik yang lulus Ujian

    Nasional. Jika dibandingkan dengan harapan (target) yang direncanakan, yaitu 85-95%

    4

  • 8/6/2019 PE - laporan

    5/64

    peserta didik lulus Ujian Nasional, maka hasil tersebut menunjukkan bahwa program pada

    tahun ajaran 2007/2008 dinilai berhasil oleh pihak lembaga. Oleh karena itu, pertanyaan

    dalam penelitian ini, yaitu:

    Tujuan dari penelitian evaluasi terhadap Program Pendidikan Paket C di PKBM Bina

    Insan Mandiri ialah mendeskripsikan faktor-faktor yang kemungkinan besar berkontribusi

    terhadap kelulusan UN siswa Program Pendidikan Paket C tahun ajaran 2007/2008 yang telah

    selesai dilaksanakan.

    I.3. Tujuan Evaluasi

    Tujuan dari penelitian evaluasi terhadap Program Pendidikan Paket C di PKBM Bina

    Insan Mandiri ialah mendeskripsikan faktor-faktor yang kemungkinan besar berkontribusi

    terhadap kelulusan UN siswa Program Pendidikan Paket C tahun ajaran 2007/2008 yang telah

    selesai dilaksanakan.

    I.4. Manfaat Evaluasi

    Manfaat dari penelitian evaluasi ini yaitu:

    1. Membantu lembaga untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang kemungkinan besar

    berkontribusi terhadap kelulusan UN (target program).

    2. Untuk mengetahui apakah terdapat faktor lain (diluar program) yang berkontribusi

    terhadap kelulusan UN.

    3. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling berkontribusi terhadap kelulusan UN.

    4. Memberikan rekomendasi kepada lembaga untuk dapat meningkatkan kualitas

    program, terkait dengan pencapaian kelulusan UN.

    I.5. Hambatan Penelitian

    Hambatan dalam penelitian ini, antara lain :

    1. Keterbatasan waktu membuat peneliti kurang optimal dalam mengumpulkan data yang

    dibutuhkan, seperti data nilai-nilai kelulusan siswa kelas XII Paket C Tahun Ajaran

    2007/2008 di PKBM Bina Insan Mandiri.

    2. PKBM Bina Insan Mandiri kurang memiliki dokumen tertulis tentang program. Sehingga,

    dalam data-data tertentu yang terkait program, peneliti harus menggalinya melalui

    wawancara.

    5

  • 8/6/2019 PE - laporan

    6/64

    3. Peneliti kesulitan dalam memperoleh responden karena responden yang dibutuhkan ialah

    siswa-siswi Tahun Ajaran 2007/2008 yang sebagian sudah tidak berkegiatan di PKBM

    Bina Insan Mandiri.

    I.6. Sistematika Penulisan

    Penulis akan membagi makalah ilmiah ini menjadi 5 (lima) Bab dengan tujuan untuk

    mempermudah pembahasan topik, dan diharapkan dari tiap-tiap bab dapat diuraikan secara

    lebih terinci. Maka penulis akan menguraikan sistematika penulisan skripsi ini sebagai

    berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini akan menguraikan Latar Belakang yaitu alasan peneliti

    memilih obyek evaluasi. Juga Permasalahan yang menjelaskan

    mengenai fenomena yang terjadi berkaitan dengan sasaran program,

    apa yang terjadi dengan program, dan pentingnya keberhasilan

    program. Kemudian selanjutnya yaitu Tujuan Evaluasi, Manfaat

    Evaluasi, serta Hambatan Penelitian.

    BAB II : PROFIL PROGRAM

    Bab ini menguraikan Rasional Program, yaitu bagaimana latar

    belakang program, tujuan, obyektivitas, sasaran, jangkauan dan

    sebagainya serta bagaimana program tersebut dijalankan. Oleh karena

    itu, Profil Program terdiri dari Struktur kepengurusan PKBM Bina

    Insan Mandiri, Visi, Misi, dan Sasaran PKBM Bina Insan Mandiri,

    Program yang Diselenggarakan, Operasionalisasi Tujuan PKBM Bina

    Insan Mandiri, serta Program yang akan dievaluasi. Di sini juga akan

    dijelaskan mengenai Program Pendidikan Kejar Paket C Setara SMU

    yang diantaranya yaitu Tujuan, Sasaran, Target Kelulusan UN,

    Aktivitas. Kemudian, diakhir akan dijelaskan mengenai Rasionalisasi

    Program di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan

    Mandiri

    BAB III : KERANGKA PEMIKIRAN

    Bab ini terdiri dari Kerangka Teori dan Logika Evaluasi. Kerangka

    Teori yang diuraikan diantaranya teori mengenai Pendidikan

    Informal, Pendidikan Kesetaraan Paket C, Ujian Nasional, Prestasi

    Belajar, Guru atau Pengajar, Fasilitas Belajar, Kurikulum, Motivasi,

    6

  • 8/6/2019 PE - laporan

    7/64

    Pola Asuh, serta Teman Sebaya. Dalam Logika Evaluasi akan

    dijelaskan untuk melihat hubungan kausal antara Program Paket C

    dengan efek yang ditimbulkan di PKBM Bina Insan Mandiri.

    BAB IV : METODOLOGI

    Bab ini akan membahas mengenai metodologi yang digunakan dalam

    penelitian di PKBM Bina Insan Mandiri, diantaranya Jenis Evaluasi

    yaitu evaluasi formatif, Ruang Lingkup Evaluasi yaitu proses dan

    outcome, Pendekatan Evaluasi yaitu kuantitatif, Metode Evaluasi

    yaitu One-shot Design, Model Analisa, Subyek penelitian yang terdiri

    dari Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, serta Teknik

    Pengolahan Data.

    BAB V : TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA

    Bab ini akan menguraikan hasil penelitian evaluasi dan analisa data

    yang telah diperoleh selama penelitian dilakukan.

    BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil dan pembahasan

    di Bab sebelumnya. Rekomendasi juga dibuat agar diharapkan PKBM

    Bina Insan Mandiri mampu memahami prioritas kelebihan dan

    kelemahan dari Program yang menjadi obyek evaluasi peneliti. Hal ini

    perlu agar dapat bermanfaat dalam meningkatkan efektivitas Program.

    BAB II

    PROFIL PROGRAM

    7

  • 8/6/2019 PE - laporan

    8/64

    II.1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri

    Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri terletak di Jl.

    Margonda raya No. 58, Terminal Depok. Lembaga ini pada awalnya terbentuk atas dasar rasa

    kepedulian para remaja/pemuda Masjid Terminal Depok terhadap kondisi anak-anak jalanan

    di lingkungan Terminal Depok yang membutuhkan pembinaan akhlak dan membutuhkan

    pendidikan yang selama ini sulit sekali mereka dapatkan karena ketidakmampuan finansial,

    serta kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap kebutuhan anak-anak jalanan tersebut.

    Dalam perkembangannya, PKBM Bina Insan Mandiri juga melayani masyarakat dhuafa

    lainnya disamping anak jalanan, pengamen, pengasong, dan pemulung.

    Saat ini tercatat 800 warga belajar yang sedang mengenyam pendidikan di PKBM

    Bina Insan Mandiri. Kondisi lingkungan PKBM Bina Insan Mandiri cukup spesial,

    mengingat terletak di area Terminal Depok, di mana tidak sedikit anak jalanan yang bekerja

    di sana. Berikut ini merupakan peta lokasi PKBM Bina Insan Mandiri:

    Sumber : www.mahameruadventure.multiply.com

    8

    Terminal

    Depok

    ITCDepok

    Stasiun

    Depok

    LOKASI YABIM

    Jl Margonda RayaKe Jakarta

    UI

    PLAZA

    DEPOK

    http://www.mahameruadventure.multiply.com/http://www.mahameruadventure.multiply.com/http://www.mahameruadventure.multiply.com/http://www.mahameruadventure.multiply.com/
  • 8/6/2019 PE - laporan

    9/64

    II.1.1. Struktur kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri

    Pelindung : Yayasan Bina Insan Mandiri

    Pembina Teknis : Dinas Pendidikan / Penilik PLS Dikmas

    Penasehat : Drs. Poerwandriyono

    Ketua : Nurrohim, Amd

    Sekretaris : Tony Zulhendra

    Bendahara : Muslihudin

    Koordinator PAUD : Marifah

    Koordinator SD : Tommy Ade Y Al-Qadiri

    Koordinator SMP : Ilhamsyah Darmawan

    Koordinator SMU : Ekwanto TP

    II.1.2. Visi, Misi, dan Sasaran PKBM Bina Insan Mandiri

    Visi :

    Mewujudkan masyarakat yang cerdas, mandiri, kreatif, dan berakhlak mulia.

    Misi :

    1. Menghadirkan pendidikan gratis yang berkualitas

    2. Mengembangkan kemandirian melalui program-programketrampilan

    3. Pembinaan mental dan spiritual yang berkesinambungan

    Sasaran :

    Masyarakat tidak mampu yang terdiri dari anak jalanan, pengamen, pengasong, yatim

    piatu, dan kaum dhuafa.

    II.1.3. Program yang Diselenggarakan

    Dilatarbelakangi oleh niat untuk menyelamatkan pendidikan siswa/siswi yang

    terancam tidak dapat melanjutkan pendidikannya, PKBM Bina Insan Mandiri

    9

  • 8/6/2019 PE - laporan

    10/64

    menyelenggarakan berbagai program, yaitu:

    1. PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini )

    2. Sekolah Dasar Persamaan Paket A

    3. Kejar Paket B Setara SMP

    4. Kejar Paket C Setara SMU

    5. Pelatihan Wirausaha

    6. Lab Skill

    7. Sanggar Seni

    8. Program Tambaha

    II. 1. 4. Operasionalisasi Tujuan PKBM Bina Insan Mandiri

    10

    Goals:menciptakan alumnus PKBM Bina Insan

    Mandiri yang tidak hanya cerdas, tetapi juga

    berakhlak, berbudi pekerti luhur, dan dapat

    bermanfaat bagi masyarakat

    Objectives

    Mempersiapkan

    peserta didik dalam

    menghadapi Ujian

    Nasional setara SMU

    Membekali peserta didik

    dengan ketrampilan (skill)

    yang dapat bermanfaat

    baginya ketika memasuki

    dunia kerja.

    Mempersiapkanpeserta didik dalam

    menempuh ujian

    masuk perguruan

    tinggi

    Membekali peserta

    didik dengan

    pembinaan

    mental/spiritual.

    Tujuan

    Aktivitas

  • 8/6/2019 PE - laporan

    11/64

    II.1.5. Program yang akan dievaluasi

    Diantara 8 program yang diadakan oleh PKBM Bina Insan Mandiri, program yang

    akan kami evaluasi, yaitu Kejar Paket C Setara SMU.

    11

    Kegiatan Belajar

    Paket C:

    Memberikan

    pengajaran

    berdasarkan materi-

    materi Ujian Nasional

    Lab Skill:

    Memberikan pelatihan

    ketrampilan, seperti

    operasionalisasi

    komputer, sablon,

    menjahit, otomotif,

    dan service handphone

    Intensif PTN:

    Memberikan

    bimbingan belajar

    bagi peserta didik

    yang berminat masuk

    perguruan tinggi

    negeri

    Konsultasi/Mentoring:

    Memberikan motivasi

    spiritual secara

    pribadi, serta secara

    berkelompok

    (menyatu dengan

    kegiatan belajar)

  • 8/6/2019 PE - laporan

    12/64

    II. 2. Program Pendidikan Kejar Paket C Setara SMU

    Kejar paket C merupakan suatu program yang diselenggarakan karena melihat

    perlunya suatu perubahan pola pikir dan kebutuhan peserta didik akan tingkat pendidikan

    yang lebih tinggi guna mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, serta dapat lebih dihargai

    dalam dunia kerja yang sarat dengan persaingan. Melalui Program Paket C, PKBM Bina

    Insan Mandiri juga mempersiapkan dan memfasilitasi para peserta didik untuk menempuh

    jenjang Perguruan Tinggi sesuai minat dan kemampuan mereka (bagi peserta didik yang

    ingin melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi). PKBM Bina Insan Mandiri juga bekerja

    sama dengan beberapa universitas dalam hal pemberian beasiswa bagi peserta didik yang

    berminat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Disamping persiapan

    materi-materi Ujian Nasional dan ujian masuk universitas, peserta didik juga dibekali

    persiapan mental/spiritual dalam menghadapi ujian-ujian tersebut guna menciptakan alumnus

    PKBM Bina Insan Mandiri yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak, berbudi pekerti

    luhur, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat (Goals).

    II.2.1. Tujuan

    a. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi Ujian Nasional setara SMU

    b. Mempersiapkan dan membekali peserta didik dengan ketrampilan (skill) yang

    dapat bermanfaat baginya ketika memasuki dunia kerja.

    c. Mempersiapkan peserta didik dalam menempuh ujian masuk perguruan tinggi,

    bagi peserta didik yang berminat melanjutkan pendidikannya.

    d. Membekali peserta didik dengan pembinaan mental/spiritual.

    II.2.2. Sasaran

    Masyarakat tidak mampu (yang melanjutkan dari Program Paket B), yang terdiri dari

    anak jalanan, pengamen, pengasong, yatim piatu, dan kelompok masyarakat lainnya yang

    membutuhkan pendidikan setara SMU ini, seperti PRT, office boy, dan sebagainya. Pada

    dasarnya, program ini terbuka untuk siapa saja yang memiliki ijazah SMP atau setaranya.

    II.2.3. Target Kelulusan UN

    Target lulus Ujian Nasional : 85 90% dari seluruh peserta didik Paket C.

    12

  • 8/6/2019 PE - laporan

    13/64

    II.2.4. Aktivitas

    Kegiatan Belajar Mengajar :

    Kelas Siang : Hari Senin s/d Sabtu, pukul 13.00 17.00 WIB

    Kelas ini dilakukan secara rutin mengingat peserta didik sebagian besar ialahanak-anak yang tidak terikat pekerjaan, tetapi beberapa bekerja sebagai pedagang

    asongan, penjual koran, dan sebagainya.

    Kelas Malam : Hari Jum'at, Sabtu, Minggu , pukul 20.00 21.00 WIB

    Kelas ini tidak dilakukan dikarenakan peserta didik sebagian besar bekerja

    sebagai supir, PRT, dan office boy.

    Training Motivasi dan Pembinaan mental/spiritual :

    Disini PKBM mengundang pihak-pihak yang dapat mengisi kegiatan pembinaan

    mental/spiritual ataupun ada pihak-pihak yang sengaja ingin memberi pembinaan

    berupa motivasi maupun character building.

    Tenaga Pengajar :

    Tenaga pengajar yang tersedia yaitu para relawan yang memiliki berbagai latar

    belakang, dari SMA hingga Sarjana. Tenaga pengajar tersebut dibagi menjadi dua :

    1. Relawan Dalam

    Mereka merupakan tenaga pengajar yang tercatat sekitar 60 orang di PKBM Bina

    Insan Mandiri. Mereka merupakan lulusan dari PKBM Bina Insan Mandiri.

    2. Relawan Luar

    Mereka disebut juga relawan musiman atau tidak tetap, diantaranya yaitu

    mahasiswa yang ingin ikut terlibat.

    II.3 Rasional Program

    13

  • 8/6/2019 PE - laporan

    14/64

    BAB III

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Adanya kesulitan ekonomi /

    ketidakmampuan financial

    dalam mengakses pendidikan

    Semakin mahalnya biaya pendidikan

    Program Paket C,

    PKBM Bina Insan

    Mandiri

    Munculnya kepedulian /

    kesadaran akan perlunya

    pendidikan gratis, yang disertai

    pembinaan akhlak/spiritual

    spiritual bagi anjal, maupun

    masyarakat dhuafa lainnya

    yang tidak bisa mengakses

    pendidikan

    Semakin banyak

    anak-anak yan

    menjadi anak

    jalanan, pedagang

    asongan, pengamen,

    dan pemulung

    Putus

    Sekolah

    Tingginya

    tingkat

    kemiskinan

    14

  • 8/6/2019 PE - laporan

    15/64

    III.1 Kerangka Teori

    III.1.1. Pendidikan Informal

    Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang

    berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama

    dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai

    dengan standar nasional pendidikan.10

    Pendidikan Informal meliputi :11

    a.pendidikan kecakapan hidup,

    b. pendidikan anak usia dini,

    c.pendidikan kepemudaan,

    d. pendidikan pemberdayaan perempuan,

    e.pendidikan keaksaraan,

    f. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

    g. pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

    mengembangkan kemampuan peserta didik.

    Secara umum, sasaran dari program-program pendidikan nonformal adalah

    mereka yang memang tergolong kurang beruntung, baik dari aspek ekonomis,

    geografis, dan sosial budaya.12

    Pendidikan Informal juga diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia

    Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bagian Keenam,

    Pendidikan Informal, Pasal 27) yang berisikan tentang :13

    (1) Kegiatan Pendidikan Informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

    berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

    10Wikipedia bahasa Indonesia, Pendidikan Informal, http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_informal,

    (ditelusuri 5 November 2009).

    11Departemen Pendidikan Nasional, Sistem Pendidikan Nasional, http://www.depdiknas.go.id/content.php?

    content=file_sispen, (ditelusuri 5 November 2009).12

    BPPNFi, Pendidikan Kesetaraan Mau Kemana?, http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?

    option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2, (ditelusuri 5 November 2009).

    13

    Tempo Interaktif, UU RI No.20 Thn.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/03/31/prn,20040331-09,id.html., (ditelusuri 5

    November 2009)

    15

    http://id.wikipedia.org/wiki/Keluargahttp://id.wikipedia.org/wiki/Lingkunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Standar_nasional_pendidikan&action=edit&redlink=1http://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_sispenhttp://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_sispenhttp://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_sispenhttp://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/03/31/prn,20040331-09,id.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keluargahttp://id.wikipedia.org/wiki/Lingkunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Standar_nasional_pendidikan&action=edit&redlink=1http://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_sispenhttp://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_sispenhttp://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=2http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/03/31/prn,20040331-09,id.html
  • 8/6/2019 PE - laporan

    16/64

    (2) Hasil Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan

    Pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan

    standar nasional Pendidikan.

    (3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil Pendidikan Informal sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

    III.1.2. Pendidikan Kesetaraan Paket C

    Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional, Pendidikan Kesetaraan merupakan salah satu jenis Pendidikan Informal yang

    salah satunya mencakup program Paket C setara SMA. Menurut acuan pelaksanaan

    Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah tahun 2006,

    peserta pendidikan kesetaraan adalah penduduk dengan karakteristik sebagai berikut,

    (1) penduduk yang memiliki potensi khusus, (2) penduduk yang terkendala waktu

    untuk sekolah, seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya, (3) penduduk terkendala

    geografi, mereka adalah etnik minoritas, suku terasing dan terisolir, (4) penduduk yang

    terkendala ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan nelayan, petani, penduduk

    kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita, (5)

    penduduk terkendala faktor keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak

    menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), dan (6) penduduk yang bermasalah

    sosial/hukum seperti anak jalanan, anak lapas, dan korban napza.14 Dari semua

    karakteristik tersebut sasaran difokuskan pada penduduk dengan rentang usia tiga

    tahun di atas usia sekolah yang setara sampai pada usia empat puluh empat tahun.

    Untuk Program Paket C, usia sasaran ialah usia SMA/MA ataupun berusia lebih dari

    18 tahun yang berminat mengikuti Program Paket C karena berbagai alasan.

    Pendidikan Kesetaraan Paket C ditujukan untuk memperluas akses pendidikan

    menengah dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsioanl

    serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

    III.1.3. Ujian Nasional

    14 Sekolah Madta, Acuan pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah

    tahun 2006, http://www.sekolahmaya.net/data/Acuan%20Pelaksanaan.pdf, (ditelusuri 5 November 2009)

    16

    http://www.sekolahmaya.net/data/Acuan%20Pelaksanaan.pdfhttp://www.sekolahmaya.net/data/Acuan%20Pelaksanaan.pdf
  • 8/6/2019 PE - laporan

    17/64

    Pada era global saat ini, semua Negara berkompetisi untuk meningkatkan

    kualitas pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk sering dijadikan indikator

    kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan harus

    dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

    Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, pada bab XVI

    pasal 57 sampai dengan 59 tentang Evaluasi menyatakan bahwa dalam rangka

    pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk

    akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

    Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara

    berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar

    nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara

    berkesinambungan. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan

    pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran

    tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

    rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan15.

    Proses pemantauan evaluasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan

    berkesinambungan pada akhirnya akan dapat membenahi mutu pendidikan.

    Pembenahan mutu pendidikan dimulai dengan penentuan standar.

    Penentuan standar yang terus meningkat akan mendorong peningkatan mutu

    pendidikan. Yang dimaksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan

    nilai batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah

    melewati nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah

    menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai

    kompetensi tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas

    berfungsi untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut

    batas kelulusan. Kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standard setting.

    III.1.3.1. Manfaat StandarSettingUjian Akhir

    1. Adanya batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan

    kompetensi minimum.

    15

    Departemen Pendidikan Nasional, PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIKINDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN,

    http://puspendik.info, (ditelusuri 4 Novemver 2009)

    17

    http://puspendik.info/http://puspendik.info/
  • 8/6/2019 PE - laporan

    18/64

    2. Adanya standard yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standard

    minimum pencapaian kompetensi.

    III.1.3.2. Perlunya StandarSettingUjian Akhir

    Selama ini penentuan batas kelulusan ujian nasional ditentukan berdasarkan

    kesepakatan antar pengambil keputusan (stakeholder) saja. Batas kelulusan itu

    ditentukan sama untuk setiap mata pelajaran. Padahal karakteristik mata pelajaran dan

    kemampuan peserta didik tidaklah sama. Hal itu tidak menjadi pertimbangan para

    pengambil keputusan pendidikan. Belum tentu dalam satu jenjang pendidikan

    tertentu, tiap mata pelajaran memiliki standar yang sama sebagai standar minimum

    pencapaian kompetensi. Ada mata pelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi

    minimum yang tinggi, sementara mata pelajaran lain menentukan tidak setinggi itu.

    Keadaan ini menjadi tidak adil bagi peserta didik, karena dituntut melebihi kapasitas

    kemampuan maksimalnya.

    III.1.3.3. Strategi Perancangan

    Penyusunan standard setting dimulai dengan penentuan pendekatan yang

    digunakan dalam penentuan standar. Ada tiga macam pendekatan yang dapat dipakai

    sebagai acuan yaitu:

    1. Penentuan standar berdasarkan kesan umum terhadap tes

    2. Penentuan standar tes berdasarkan isi setiap soal tes

    3. Penentuan standar berdasarkan skor tes

    Pada akhir kegiatan diambil kesimpulan dan pembukuan standar setting

    berdasarkan tiga pendekatan tersebut untuk menentukan batas kelulusan.

    III.1.4. Prestasi Belajar

    Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda prestatie, dalam bahasa

    Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Kata prestasi itu sendiri dalam

    Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai hasil yang dicapai dari yang telah

    dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.16 Dalam sejumlah literatur, prestasi selalu

    dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne

    bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan

    16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia : edisi kedua, Jakarta : Balai

    Pustaka, 1995

    18

  • 8/6/2019 PE - laporan

    19/64

    dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.17 Muhibbin Syah juga

    menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid dalam

    mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh

    dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.18 Dengan demikian prestasi

    belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik di dalam kegiatan

    belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi

    yang diberikan oleh guru.

    Benjamin S. Bloom mengklasifikasi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu: ranah

    kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor

    (psychomotor domain).19Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori

    yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

    Sedangkan ranah afektifberkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

    yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Dan

    yang terakhir ranah psikomotorikberkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

    kemampuan bertindak. Prestasi belajar dalam penelitian lebih merujuk pada ranah

    kognitif.

    Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar menurut Arikunto

    20

    adalah (1)

    Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti

    motivasi belajar siswa; (2) Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar

    diri siswa, seperti fasilitas belajar di sekolah, faktor guru atau pengajar, dan

    kurikulum atau bahan ajar yang diberikan

    III.1.5. Guru atau Pengajar

    Seorang pendidik atau pengajar harus memiliki kualifikasi akademik.Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal

    yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau

    sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    Untuk Pendidikan Kesetaraan Paket C, pendidik harus memiliki21:

    17 Abu Muhammad Ibnu Abdullah. Prestasi Belajar. http://.spesialis-torch.com. (ditelusuri 29 Mei 2008)18 Ibid19 Ibid20 dalam Sarwoko. Proposal: Pengaruh Pengetahuan dan Keterampilan Guru dalam Mengajar Terhadap

    Prestasi Belajar IPS Siswa (Studi Terhadap Persepsi Siswa Kelas V SDN Gunung Menanti, KecamatanTumijajar Kabupaten Tulang Bawang Tahun Pelajaran 2008/2009), hlm 54

    21 Usman, M.U., Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, hlm. 25

    19

  • 8/6/2019 PE - laporan

    20/64

    1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau

    sarjana (S1),

    2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai

    dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan3. Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.

    Guru memegang peran kunci dalam peningkatan prestasi siswa. Sebagaimana

    yang telah diterangkan Suparmi22 peranan guru selalu menggambarkan tingkah laku

    dalam berbagai interaksinya, dari interaksi tersebut khususnya di sekolah peranan

    guru meliputi : informator, konselor, administrador, inovator, dan motivator. Untuk

    menciptakan tenaga kependidikan yang profesional ini harus dilakukan untuk

    menunjang peningkatan prestasi. Selain itu, standar ideal rasio antara guru dan murid

    menurut Suparmi, yaitu 1: 14.

    Adam dan Decey23 mengemukakan peranan guru dalam proses belajar

    mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai

    pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai

    evaluator.

    Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas

    yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi

    tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun24, Pengelolaan kelas adalah

    upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta

    mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di

    tetapkan. Sedangkan menurut Usman, Pengelolaan kelas yang efektif merupakan

    prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Pengelolaan

    dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang

    mendasar, diantara sekian macam tugas guru di dalam kelas.

    Pendekatan pengelolaan kelas, yaitu pendekatan iklim sosio-emosional yang

    berlandaskan psikologi klinis dan konseling dengan mengasumsikan, bahwa kegiatan

    belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan sosio-emosional yang baik dalam arti

    terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa juga antara siswa

    dengan siswa. Untuk tugas guru yang pokok dalam pengelolaan kelas adalah

    22

    Ibid23 Ibid24 Suryabrata ,S., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991, hlm. 23

    20

  • 8/6/2019 PE - laporan

    21/64

    membangun atau menciptakan hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim

    sosio emosional yang positif.

    Pada hakekatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu, maka tujuan

    dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang

    guru juga harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran.

    Menurut Ahmadi25, keberhasilan siswa dalam mencapai prestasinya juga

    dipengaruhi metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Menurutnya, metode

    pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang

    dipergunakan oleh seorang guru atau tenaga pengajar. Dalam pengertian lain adalah

    teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran

    kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar

    pelajaran tersebut dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

    Selanjutnya oleh Ahmadi26 dikatakan bahwa metode pembelajaran yang

    digunakan oleh guru harus memperhatikan syarat syarat sebagai berikut:

    a. Metode tersebut harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar

    siswa.

    b. Metode tersebut harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa

    c. Metode tersebut harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk

    mewujudkan hasil karya.

    d. Metode tersebut harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih

    lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).

    e. Metode tersebut harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara

    memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

    f. Metode tersebut harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan

    menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.

    g. Metode tersebut harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan

    sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Menurut pendapat Rohani27, guru juga harus memiliki kedisiplinan yang tinggi,

    sebagai role modelbagi siswanya. Guru juga harus menyadari bahwa tanggung jawab

    dalam pengajaran khususnya untuk menghantarkan perkembangan dan perubahan

    25

    Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 1997, hlm 5326 Ibid, hlm 5327 Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2004, hlm 22

    21

  • 8/6/2019 PE - laporan

    22/64

    lebih maju bagi diri peserta didik tidak boleh menafikan dan melupakan kenyataan

    bahwa suatu disiplin pada awalnya harus dipaksakan dari luar menuju kearah disiplin

    mandiri khususnya disiplin yang menyangkut aktifitas dalam kelas pengajaran. Salah

    satu sikap mental positif yang harus dimiliki pendidik adalah sikap disiplin, salah satu

    contohnya yaitu tidak terlambat mengajar ataupun selalu hadir dalam setiap kelas atau

    waktu belajar yang telah disepakati sebelumnya. Disiplin menekankan kepada

    seseorang untuk mentaati dan melaksanakan segala peraturan yang mengikat mereka.

    Apabila melakukan tindakan terhadap peraturan tersebut, maka harus diberi sangsi

    berupa teguran lisan, teguran tertulis, bahkan apabila dimungkinkan perlu diberi

    tindakan berupa hukuman yang lebih berat seperti penundaan kenaikan pangkat,

    penurunan pangkat, pemberhentian dengan tidak hormat dan lain-lain.

    III.1.6. Fasilitas Belajar

    Menurut Zakiah Daradjat, fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat

    mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.

    Sedangkan menurut Suryo Subroto, fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat

    memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda

    maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian failitas Suhaisimi Arikonto

    berpendapat, fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan

    dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat

    memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi

    dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.

    Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai pengertian

    fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala

    sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan

    terselenggaranya proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat

    perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran,

    perpustakaan, berbagai perlengkapan pratikum loboratorium dan segala sesuatu yang

    menunjang terlaksananya proses belajar mengajar.

    Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang

    dipelukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan

    menunjang dalam kegiatan belajar di sekolah. Supaya lebih efektif dan efisien yang

    22

  • 8/6/2019 PE - laporan

    23/64

    nantinya peserta didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar yang

    memuaskan.28

    Fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan

    Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII

    Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 menegaskan bahwa (1) Setiap satuan

    pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media

    pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan

    lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

    berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi

    lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata

    usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit

    produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah,

    tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk

    menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

    Mulyasa29 menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan sarana pendidikan

    adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan

    menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung,

    ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud

    dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang

    jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah,

    jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar

    mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai

    sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.30

    Sarana dan prasarana pendidikan sama dengan fasilitas atau benda-benda

    pendidikan yang siap pakai dalam proses belajar mengajar (PBM) sehingga PBM

    semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah

    ditetapkan.

    .

    28 Arianto, Pengertian Fasilitas Belajar, http://sobatbaru.com/2008/10/pengertian-fasilitas-belajar.html,

    (diunduh 24 Oktober 2008)29

    Ibid.30(Riyana, 2007. Komponen Pembelajaran. www.kurtek.upi.ac.id) dalam

    www.damandiri.or.id/file/prantiyaunmuhsolobab2.pd

    23

    http://sobatbaru.com/2008/10/pengertian-fasilitas-belajar.htmlhttp://www.kurtek.upi.ac.id/http://sobatbaru.com/2008/10/pengertian-fasilitas-belajar.htmlhttp://www.kurtek.upi.ac.id/
  • 8/6/2019 PE - laporan

    24/64

    III.1.7 Kurikulum

    Asal kata kurikulum berasal dari bahasa Inggris, curriculum, yang berarti

    rencana pelajaran.31 Menurut Departemen Agama RI, secara istilah kurikulum

    adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

    pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

    pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.32 Kurikulum juga dapat

    didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang

    dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan

    daerah.33 Kompetensi dasar kurikulum ditujukan untuk mengembangkan potensi

    peserta didik yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan

    usianya, berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat dikenali

    melalui sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati.

    Jadi, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu

    lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan

    diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.

    Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan

    kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.

    Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan

    tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.34 Dari

    pengertian tersebut kurikulum sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar

    mengajar di sekolah, yang merupakan jembatan untuk tercapainya suatu tujuan

    Pendidikan Nasional.

    Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

    pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi

    tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi

    daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh

    satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan

    kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk

    menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri

    31 Wojowasito dan Poerwadarminta, Kamus Lengkap, Bandung : Penerbit Hasta, 1980, hlm 36.32 Departemen Agama RI, Kurikulum Harus Implementatif, http://pendis.depag.go.id/index.php?a=kurikulum,

    (ditelusuri 06 Februri 2009)33

    Kurikulum, http://labschool-unj.sch.id/doc/PG-TK/kurikulum.pdf.34 Wikipedia bahasa Indonesia, Kurikulum, http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum, (ditelusuri 22 Agustus

    2009)

    24

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://pendis.depag.go.id/index.php?a=kurikulumhttp://labschool-unj.sch.id/doc/PG-TK/kurikulum.pdfhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulumhttp://pendis.depag.go.id/index.php?a=kurikulumhttp://labschool-unj.sch.id/doc/PG-TK/kurikulum.pdfhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
  • 8/6/2019 PE - laporan

    25/64

    atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan

    prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan

    standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi

    Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

    mengembangkan kurikulum.35 Ada beberapa pengertian penting yang berhubungan

    dengan kurikulum :

    a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional

    yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP

    terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan

    kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

    b. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

    pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

    materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi

    waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar

    kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan

    pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

    c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan proses

    pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,

    metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

    Struktur kurikulum terdiri dari tiga komponen, yakni komponen mata pelajaran,

    muatan lokal, dan pengembangan diri.

    Sebagai ilustrasi, sejak tahun 2004 dunia pendidikan di Indonesia mulai

    menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004.

    Kurikulum berbasis Kompetensi ialah kurikulum yang disusun berdasarkan atas

    elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai

    kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method of

    inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud dengan method inquary adalah suatu

    metode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu,

    meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna menentukan

    pilihan jalan kehidupan di masyarakat, meningkatkan cara belajar sepanjang hayat

    (learning to learn dan learning throughout life).

    35 Ummul Murtafiah Hasan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

    http://media.diknas.go.id/media/document/5783.pdf.

    25

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tahunhttp://id.wikipedia.org/wiki/2004http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pendidikan_di_Indonesia&action=edit&redlink=1http://media.diknas.go.id/media/document/5783.pdfhttp://media.diknas.go.id/media/document/5783.pdfhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tahunhttp://id.wikipedia.org/wiki/2004http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pendidikan_di_Indonesia&action=edit&redlink=1
  • 8/6/2019 PE - laporan

    26/64

    Alasan diberlakukannya KBK sendiri karena terjadinya perubahan kondisi,

    termasuk pergeseran paradigma, dari paradigma lama (Old Industrial Education) ke

    paradigma yang baru ( New Entrepreneurial Education). Pada Old Industrial

    Education, fokus lebih menekankan pada content, sedangkan pada New

    Entrepreneurial Education lebih menekankan pada process, ownership yang dulu

    menekankan pada guru kini lebih menekan kan pada murid, expectations paradigma

    lama menekankan pada apa kini menekankan pada siapa dan bagaimana,

    leadership yang dulu menekankan pada expert kini bergeser menjadi facilitator,

    students yang tadinya pasive kini menjadi generators, mistakes yang dulunya

    dianggap fearedkini menjadi learning tools, classes yang programmedsedemikian

    rupa kini menjadi flexible, dan emphasis yang hanya melulu hanya theory kini

    berubah menjadi doing. Perubahan pembelajaran dari teacher centered learning

    menjadistudent centered lerningdikarenakan kondisi global (persaingan, persyaratan

    kerja, perubahan orientasi) yang nantinya akan membawa perubahan pada kompetensi

    lulusan serta perubahan paradigma belajar dan mengajar yang nantinya diharapkan

    dapat terjadi perubahan kurikulum yang akan berdampak pada perubahan perilaku

    pembelajaran yang akan menghasilkan peningkatan mutu lulusan dan relevansi.36

    Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994,

    perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas. Dalam kurikulum

    terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam

    kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para

    murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru

    saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan

    keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan

    solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru

    hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah

    pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek,

    namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya. Sejak tahun ajaran 2006/2007,

    diberlakukan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

    yang merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004.37

    Bagi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan, kurikulum dianggap sebagai

    komponen yang sangat penting. Mengubah kurikulum berarti mengubah sekolah.

    36

    Risti, Model Kurikulum Terkini, http://www.unika.ac.id/kronik/09032009.pdf, (ditelusuri 09 Maret 2009)37 Wikipedia bahasa Indonesia, Kurikulum Berbasis Kompetensi,

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi, (ditelusuri 11 Oktober 2009)

    26

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kurikulum_1994&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Muridhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelashttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Caturwulan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Semester&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikanhttp://www.unika.ac.id/kronik/09032009.pdfhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensihttp://www.unika.ac.id/kronik/09032009.pdfhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kurikulum_1994&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Muridhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelashttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Caturwulan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Semester&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan
  • 8/6/2019 PE - laporan

    27/64

    Yang perlu digarisbawahi adalah di mana relevansi antara kurikulum dengan

    pencapaian Standar Pendidikan Nasional? Ide mengenai relevansi tidak ada artinya

    kecuali bila dihubungkan kembali dengan tujuan suatu organisasi, kelompok, atau

    individu tertentu. Suatu kurikulum yang baik sebenarnya tak akan mencapai sasaran

    manakala para pelaksananya tidak merasa bertanggungjawab terhadapnya, atau

    apabila hubungan tidak lancar antara kelompok-kelompok yang bertanggungjawab di

    berbagai sektor. Dengan demikian, relevansi pengaruh kurikulum ini sangat

    tergantung pada iklim di dalam dan di luar sekolah, serta bagaimana mata pelajaran

    dalam kurikulum tersebut disampaikan.

    III.1.7.1. Kurikulum Program Paket C

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 14 tahun 2007,

    Kurikulum program Paket C mencakup:

    a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

    b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

    c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

    d. Kelompok mata pelajaran estetika;

    e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

    Cakupan kelompok mata pelajaran Program Paket C berdasarkan Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional No. 14 tahun 2007, Kurikulum program Paket C

    mencakup:

    1. Agama dan Akhlak Mulia

    Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk

    membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

    Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti,

    atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

    2. Kewarganegaraan dan Kepribadian

    Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan

    untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan

    kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

    peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk

    wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-

    hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan

    27

  • 8/6/2019 PE - laporan

    28/64

    gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar

    pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

    3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

    Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada Paket C setara

    SMA/MA dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan

    teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

    4. Estetika

    Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan

    sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan

    dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta

    harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individu sehingga

    mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan

    sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

    5. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

    Kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada

    Paket C setara SMA/MA dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta

    membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat. Budaya hidup

    sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual

    ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku

    seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan

    penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

    III.1.8. Motivasi

    Motivasi dalam bukunya Adi diartikan sebagai daya gerak yang ada dalam

    setiap manusia. Dalam bukunya Wahjosumidjo38, motivasi merupakan suatu proses

    psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan

    keputusan yang terjadi pada seseorang. Menurut Wahjosumidjo39, motivasi ini muncul

    dari dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor

    munculnya motivasi yang berasal dari dalam diri manusianya, seperti: kepribadian,

    sikap, cara pandang, pengalaman, pendidikan, harapan, cita-cita, dan lain-lain.

    Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu faktor pembentuk motivasi yang berasal dari luar

    38 Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984, hlm 17439 Ibid.

    28

  • 8/6/2019 PE - laporan

    29/64

    diri individu tersebut, seperti: adanya persaingan atau kompetisi dengan teman,

    adanya dorongan dari pembimbing, adanya ujian, dan lainnya.

    Menurut Sudirman A.M 40 motivasi diartikan sebagai daya penggerak dari

    dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

    mencapai suatu tujuan. Selain itu, menurut Mc. Donald41, motivasi adalah perubahan

    energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului

    dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

    Jadi, pada umumnya motivasi memiliki tiga unsur utama, yaitu adanya energi

    yang berubah dalam diri seseorang, kemudian perubahan energi tersebut diwujudkan

    dengan sikap atau tingkah laku seseorang, dan semua itu muncul karena adanya

    tujuan yang hendak dicapai oleh orang tersebut.

    Dengan motivasi, seseorang dapat melakukan tugasnya dengan lebih baik.

    Secara umum, motivasi berfungsi42:

    1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

    melepaskan energy.

    2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

    3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

    dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisishkan perbuatan-

    perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

    4. pendorong usaha dan pencapaian prestasi karena motivasi seorang siswa akan

    mempengaruhi hasil prestasi belajarnya.

    III.1.9. Pola Asuh

    Secara garis besar, ada tiga cara kepemimpinan dan pengasuhan yang secara

    tidak sengaja diterapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Ketiga tipe tersebut

    adalah:43

    1. Otoriter

    Orang tua yang otoriter, cenderung berwatak keras, suka memaksa pendapat,

    senang mendominasi semua tingkah dan perilaku dari anak, suka menguasai

    pembicaraan, dan tidak senang dibantah.

    40 dalam Maritza, Teori Motivasi, Hlm 3741 Ibid.42

    Ibid.43Jenis/Macam Tipe Pola Asuh Orang tua pada Anak & Cara Mendidik / Mengasuh Anak yang Baik,

    www.organisasi.org, (ditelusuri 9 Mei 2008)

    29

    http://www.organisasi.org/http://www.organisasi.org/
  • 8/6/2019 PE - laporan

    30/64

    2. Permisif

    Orang tua yang masa bodoh, terlalu cuek, serba tidak peduli atas apa yang

    terjadi, kurang berempati, kurang memahami perasaan orang lain, lemah, dan mudah

    mengalah pada anak.

    3. Demokratis

    Orang tua yang menghargai pendapat dan hak-hak anak dan orang lain,

    bersikap mendorong, penuh penghargaan dan perhatian, selalu membimbing tanpa

    terkesan memaksakan kehendak.

    Siswa dapat membedakan antara sikap yang membuat mereka merasa nyaman

    dan terlindungi. Mereka mengharapkan orang tua yang dapat memberikan kasih

    sayang, mendidik, mengarahkan dan membimbing mereka menjadi anak yang lebih

    baik dan bermanfaat. Penanaman sikap disiplin, menerima apa adanya, memberikan

    motivasi berprestasi serta aspek spiritual kepada anak dapat diakui merupakan dasar

    pembentukan karakter anak berprestasi.

    Sikap dan pola asuh dari orang tua yang bertipe demokratis sangat menunjang

    perkembangan prestasi anak.44 Penghargaan terhadap prestasi anak yang dilakukan

    oleh orang tua yang bersikap demokratis, dapat memberikan efek psikologis bagi

    anak. Walaupun hanya dengan ucapan selamat atas prestasi yang mereka peroleh,

    tetapi pengaruh bagi mereka adalah perasaan dihargai eksistensinya dan menjadikan

    mereka termotivasi untuk berprestasi lebih baik lagi. Orang tua yang demokratis lebih

    responsif terhadap kebutuhan anak dan mendorong anak untuk menyatakan pendapat

    dan pertanyaan. Mereka juga mau mendengarkan pendapat, memberikan solusi, dan

    berdiskusi terhadap suatu hal atau masalah. Sikap orang tua seperti ini akan

    memberikan efek rasa percaya diri terhadap kemampuan dalam menyelesaikan

    masalah yang dihadapi. Berdiskusi membuat ruang bagi orang tua untuk memberikan

    penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk bagi anak dan anak pun

    memahami sikap dan alasannya. Hal ini dapat memberikan kepercayaan anak

    terhadap orang tua bahwa mereka mendukung sepenuhnya aktivitas mereka dan

    harapan akan menjadi orang yang berhasil dan bermanfaat.

    Para guru yang merupakan orang tua kedua dari siswa dilingkungan sekolah,

    seharusnya memiliki sikap dan perilaku seperti para orang tua yang memiliki pola

    asuh bertipe demokratis, sehingga dapat membentuk karakter siswa yang berprestasi.

    44 Ibid.

    30

  • 8/6/2019 PE - laporan

    31/64

    Pola asuh yang dicerminkan oleh orang tua yang bertipe demokratis, memiliki

    pandangan bahwa ada beberapa prinsip yang perlu di miliki oleh anak agar lebih

    berprestasi. Dan untuk mewujudkannya, mereka melakukan hal sebagai berikut :

    1. melakukannya dengan kasih sayang

    2. menanamkan disiplin yang membangun

    3. mengajarkan mana yang salah mana yang benar dan memberikan dampaknya

    4. mengembangakan sikap saling menghargai

    5. memperhatikan dan mendengarkan pendapat anak, tanpa memotong atau pun

    terkesan menghakimi

    6. membantu mengatasi masalah

    7. melatih anak mengenal diri sendiri dan lingkungannya

    8. mengembangkan kemandirian

    9. memahami keterbatasan anak

    10. menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

    III.1.10. Teman Sebaya

    Vembriarto menyatakan bahwa teman sebaya adalah kelompok yang terdiri

    dari anak-anak yang mempunyai umur dan status sosial yang sama, karenanya remaja

    dengan kelompok sebayanya memiliki suatu hubungan yang intim45. Hubungan intim

    yang terjadi dalam kelompok dimungkinkan karena adanya pengembangan, antara

    lain suatu pola perbuatan atau bahasa yang seolah-olah merupakan bahasa mereka

    sendiri, pola tingkah laku, dan pola pernyataan perasaan kebersamaan dalam suatu

    group. Terbentuknya pola-pola ini, menjadikan kelompok sebagai lingkungan yang

    baru dengan ciri, norma, dan kebiasaan yang berbeda dari lingkungan keluarga,

    lingkungan pertama dalam interaksi sosial. Norma-norma dalam kelompok

    memungkinkan remaja belajar bertenggang rasa, patuh, bertanggung jawab, belajar

    menerapkan prinsipprinsip hidup dan bekerja sama, dan saling mendukung satu sama

    lain. Keeratan hubungan anggota ditentukan oleh keberhasilan pencapaian prinsip-

    prinsip tersebut dalam interaksi kelompok.

    Menurut WFConnell46, kelompok teman sebaya (peer friendship group) adalah

    kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan

    45 Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, Jogjakarta: Andi Offset, 2005, hlm 6046 dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Universitas Indonesia, 1981, hlm 102

    31

  • 8/6/2019 PE - laporan

    32/64

    mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur

    sekolah sampai dengan masa remaja (adolesence).

    Kelompok teman sebaya dalam kelompok utama. Kelompok utama merupakan

    kelompok sosial di mana masing-masing anggota terjalin hubungan yang erat dan

    bersifat pribadi.Sebagai hasil hubungan yang bersifat pribadi adalah peleburan dan

    individu dalam kelompok, sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompoknya.

    Kelompok-kelompok sebaya di kampung-kampung mereka bersatu dalam Satu

    permainan, berdiskusi tentang sesuatu masalah. Dalam kelompok ini mereka

    menemukan sesuatu yang tidak mereka ketemukan di rumah. Saling hubungan yang

    bersifat pribadi itu menyebabkan seseorang dapat mencurahkan isi hatinya kepada

    teman-temannya baik sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang menyedihkan.

    Oleh karena itu anak-anak ini sering meninggalkan rumah dalam waktu yang berjam-

    jam lamanya. Dalam kelompok ini terjadi kerja sama, tolong-menolong, akan tetapi

    sering juga terjadi persaingan, dan pertentangan.

    WF Connell menyatakan bahwa kelompok utama itu mempunyai ciri-ciri (1)

    jumlah anggotanya kecil, (2) ada kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara

    langsung, (3) terjadi kerja sama dalam suatu kepentingan yang diharapkan, (4)

    pengertian pribadi dan saling hubungan yang tertinggi antar anggota dalam kelompok

    biarpun dapat terjadi pertentangan. Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di

    masyarakat maupun di sekolah terdiri kelompok-kelompok sosial yang beranggotakan

    beberapa orang. Dalam kelompok ini sering terjadi tukar-menukar pengalaman,

    berbagai pengalaman, kerja sama, tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok

    sebaya adalah tinggi. Dalam kelompok sosial terjadi empati, simpati, dan antipati.

    Antipati yang terjadi dalam kelompok disebabkan oleh adanya ketidak cocokan antara

    individu sehingga tenjadi pertentangan dan percecokan antar anggota.

    Untuk mengetahui kelompok sebaya sebagai kelompok utama, maka perlu

    beberapa hal. Kingley Davis47 menyatakan bahwa untuk memahami kelompok utama

    perlu diperhatikan (1) kondisi pisik dari kelompok utama, (2) sifat-sifat hubungan

    primair dan (3) kelompok-kelompok yang konknit dan hubungan primair.

    Suatu kelompok sosial untuk dapat menjadi kelompok utama tidak cukup

    dengan hubungan yang saling kenal-mengenal. Ada tiga syarat yang penting agar

    kelompok sosial menjadi kelompok utama yaitu (1) secara fisik berdekatan satu samta

    lain, (2) anggota kelompok kecil, (3) adanya hubungan yang tetap antar anggota47 dalam Ibid

    32

  • 8/6/2019 PE - laporan

    33/64

    anggota kelompok. Agar kelompok sosial menjadi kelompok utama maka secara fisik

    harus berdekatan, terjadi hubungan tatap muka, sehingga terjalin hubungan yang

    akrab. Dalam hubungan yang akrab ini akan saling berbicara, bertukar pikiran, cita-

    cita, maupun perasaan. Mereka berjalan bersama, belajar bersama, bermain-main

    bersama, makan bersama dan lain sebagainya. Keadaan akrab yang demikian hanya

    bisa berjalan dengan baik jika jumlah anggotanya relatif kecil.

    Keakraban ini dapat terganggu jika dalam masyarakat terdapat norma yang

    ketat umpamanya kasta atau kelompok atas (elite), atau kelompok bangsawan,

    kelompok priyayi. Kelompok-kelompok ini akan sulit mendorong timbulnya

    kelompok utama dalam masyarakat yang bersifat majemuk. Dalam kelompok yang

    kecil akan mudah tejalin hubungan yang bersifat pribadi. Jika terjadi percecokan yang

    melibatkan orang tua maka orang tua masing-masing kelompok belum akrab justru

    anaknya sudah bermain bersama kembali. Hal ini menunjukkan kelompok ini

    mempunyai sifat tetap.

    Salah satu sifat utama dari hubungan yang bersifat primer adalah adanya

    kesamaan tujuan dan individu yang tergabung dalam kelompok. Hubungan-hubungan

    ini bersifat pribadi, spontan, sentimental dan inklusif. Persamaan tujuan ini

    mempunyai dua arti yaitu (1) individu yang bersangkutan mempunyai keinginan dan

    sikap yang sama pula, (2) satu pihak ada yang bersedia untuk berkorban demi

    kepentingan pihak lain. Sebagai contoh, suatu kelompok ingin bermain sepak bola,

    maka mereka yang membeli bola. Dalam kejadian itu ada anak yang mengorbankan

    uangnya untuk membeli bola dan digunakan bermain bersama-sama. Dalam saling

    hubungan tersebut adanya nilai sosial, sebab dalam saling hubungan ini bersifat suka

    rela, semua pihak benar benar merasakan suatu kebebasan dalam pelaksanaan. Sifat

    hubungan bersifat pribadi. Hal ini berarti bahwa saling hubungan dalam kelompok itu

    terjalin bukan karena diberi sesuatu yang bersifat material, hubungan antar pribadi

    tidak dapat pula digantikan dengan orang lain. Suatu kelompok belajar yang terdiri

    dan lima orang, kelompok ini tidak dimasuki oleh anak lain biarpun dapat

    menurunkan biaya yang ditanggung kelompok ini.

    Hetherington dan Parke menyebutkan empat aspek peranan kelompok teman

    sebaya yaitu48 :

    a. Teman sebagai pemberi penguat

    48 Hetherington, E.M., and Parke,R.D, Child Psychology: A Contemporary Viewpoint, Fourth Edition, New

    York: McGraw-Hill, 1993, pg 464.

    33

  • 8/6/2019 PE - laporan

    34/64

    Yaitu hubungan teman sebaya selama masa remaja menjadi sangat penting dan

    pentingnya teman sebaya sebagai agen penguat semakin meningkat, dimana pada

    masa ini remaja membutuhkan sosok teman yang dapat menerima dirinya apa adanya

    dan memberi semangat dalam menghadapi segala masalah.

    b. Teman sebagai model

    Yaitu remaja memperoleh banyak pengetahuan dan berbagai macam respon

    melalui pengamatannya terhadap tingkah laku teman sebayanya. Teman menjadi

    model peran, yang dijadikan dasar atau pegangan oleh remaja dalam bersosialisasi

    dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari gaya bicara, penampilan serta

    aktivitas yang dilakukannya.

    c. Teman sebagai proses pembandingan sosial

    Teman sebaya berguna sebagai standar bagi remaja dalam mengevaluasi

    dirinya. Dengan melihat teman sebayanya, remaja menemukan cara yang objektif

    dalam menilai karakteristik dan kemampuan dirinya. Peran teman sebaya sangat

    dibutuhkan dalam menerima perkembangan fisik, sosial, dan emosionalnya.

    d. Teman sebagai pemberi kesempatan sosialisasi dan belajar.

    Menurut Zarbatany dalam Hetherington dan Parke49, Teman sebaya

    menyediakan kesempatan untuk bersosialisasi dan belajar mengembangkan suatu

    hubungan. Fungsi ini meningkat sejalan dengan perkembangan individu yang semakin

    banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok sebayanya dibandingkan dengan

    keluarganya.50

    Dari uraian diatas terdapat empat aspek peranan kelompok teman sebaya yang

    akan dijadikan blue print yaitu sebagai pemberi penguat, sebagai model, teman sebaya

    dan proses pembandingan sosial serta sebagai pemberi kesempatan sosialisasi dan

    belajar. Keempat aspek tersebut selanjutnya akan dijadikan dasar dalam membuat

    skala kelompok teman sebaya.

    III.2Logika Evaluasi

    Menurut Suchman51 evaluasi adalah the process of assigning value tosome

    objective and then dtermining the degree of success in attaining this valued objective.

    Berdasarkan pengertian tersebut maka evaluasi merupakan suatu proses meletakkan

    49 Ibid, pg 46550

    Larson, R., and Richards,M.H, Divergent realities: The emotional lives of mothers, fathers, and adolescents,

    New York: Basic, 1994, pg 465.51 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

    Rineka Cipta, 2006, hlm 1

    34

  • 8/6/2019 PE - laporan

    35/64

    suatu nilai pada beberapa tujuan tertentu dan dapat ditentukan derajat keberhasilannya

    dalam mencapai nilai-nilai yang sudah dilekatkan pada tujuan-tujuan tersebut.52

    Suchman53 memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang

    telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya

    tujuan. Menurut Suchman, logika evaluasi diperlukan untuk melihat hubungan kausal

    antara program dan efek. Logika evaluasi dalam penelitian ini, yaitu:

    III.3 Operasionalisasi Konsep

    Variabel Kategori Indikator Ket.

    Kualitas

    Guru/

    Pengajar

    Berkualitas baik

    Berkualitas sedang

    Kemampuan guru dalam mengajar

    Kemampuan pengelolaan kelas

    Skala

    Ordinal

    52Andrewevathea, Stages In Public Policy Making Process : Policy Evaluation,

    http://one.indoskripsi.com/node/6483, (ditelusuri 25 November 2008)

    53 Arikunto, Suharsimi, op.cit., hlm 42

    35

    Program Paket C

    95% peserta

    didik lulus UAN

    dengan standar

    nilai 5,5

    Kondisi Awal Murid:

    Kemampuan akademis

    kurang

    Tidak ada motivasi untuk

    belajar

    Pola pikir: belajar bukanlah

    suatu prioritas

    http://one.indoskripsi.com/node/6483http://one.indoskripsi.com/node/6483http://one.indoskripsi.com/node/6483
  • 8/6/2019 PE - laporan

    36/64

    Berkualitas kurang Kedisiplinan guru

    Fasilitas Memadai

    Cukup memadai

    Kurang memadai

    Lokasi sekolah, luas sekolah, luas

    kelas, kebersihan serta kerapihan

    ruangan kelas, serta akses kendaraan

    yang bermanfaat sebagai fasilitas

    pendukung dalam kegiatan belajar

    mengajar

    Sarana ruang belajar dan

    perpustakaan, meja, serta kursi yang

    bermanfaat dalam kegiatan belajar

    mengajar

    Fasilitas buku perpustakaan, papan

    tulis, serta spidol, yang secara

    langsung bermanfaat dalam kegiatan

    belajar mengajar

    Skala

    Ordinal

    Motivasi

    IntrinsikSiswa

    Tinggi

    Sedang

    Rendah

    Harapan dan cita-cita yang mendorong

    siswa untuk belajar mempersiapkanUN

    Pandangan siswa terhadap pentingnya

    belajar

    Skala

    Ordinal

    Motivasi

    Ekstrinsik

    Siswa

    Tinggi

    Sedang

    Rendah

    Adanya dukungan dari pengajar

    Adanya dukungan dari keluarga

    Adanya dukungan dari teman sebaya

    Adanya kompetisi atau persaingandengan teman

    Skala

    Ordinal

    Pola asuh

    Orangtua

    Demokratis

    Tidak

    Demokratis

    memberikan aturan kepada anak

    namun, orang tua tetap memberikan

    kehangatan kepada anak dengan

    menerapkan disiplin yang tidak kaku

    menghargai pendapat dan hak-hak

    anak

    bersikap mendorong/mendukung,

    Skala

    Nominal

    36

  • 8/6/2019 PE - laporan

    37/64

    penuh penghargaan dan perhatian

    selalu membimbing tanpa terkesan

    memaksakan kehendak.

    Pengaruh

    kelompok

    /teman

    sebaya

    dalam

    proses

    belajar

    Positif

    Negatif

    frekuensi kegiatan belajar bersama

    kelompok/teman sebaya

    peran teman sebaya sebagai agen

    pemberi semangat

    Mendorong individu untuk siap

    menghadapi UN

    Memiliki solidaritas dan hubungan

    tolong-menolong dalam hal persiapan

    UN

    Skala

    Ordinal

    BAB IV

    METODOLOGI

    IV.1 Jenis Evaluasi

    Jenis penelitian evaluasi yang kami lakukan pada Program Paket C di Yayasan

    Bina Insan Mandiri adalah jenis evaluasi sumatif. Menurut Joan L. Herman, evaluasi

    37

  • 8/6/2019 PE - laporan

    38/64

    sumatif yaitu evaluasi yang mencoba untuk mengassess kualitas dan dampak program

    secara keseluruhan untuk tujuan pertanggungjawaban dan pembuatan keputusan.54

    Tujuan evaluasi sumatif adalah mendokumentasikan implementasi program serta

    kesimpulan dalam periode tertentu.2 Ditujukan untuk membuat rekaman program

    sebagai suatu kegiatan yang sudah terselesaikan.

    Yang menjadi penting untuk digali pada evaluasi sumatif adalah dokumen

    mengenai hasil dan implementasi program. Sedangkan metodologi yang digunakan

    dalam evaluasi sumatif adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dan dapat juga

    diperkaya dengan data yang diambil secara kualitatif. Mekanisme pelaporan pada

    evaluasi sumatif ini bersifat formal dan dilakukan pada akhir evaluasi sebagai suatu

    kesimpulan.3

    Melalui penjelasan singkat mengenai evaluasi sumatif diatas, dapat dikatakan

    bahwa kami mengambil metodologi penelitian evaluasi sumatif karena beberapa

    alasan sebagai berikut:

    1. Program yang dievaluasi adalah periode program yang dimiliki oleh Yayasan Bina

    Insan Mandiri yang telah selesai dilakukan yaitu Program Paket C periode

    2007/2008.

    2. Penelitian ini berangkat dari keberhasilan dari Program Paket C periode 2007/2008

    tersebut dalam mencapai target kelulusan (berhasil mencapai tingkat kelulusan

    95% sedangkan target kelulusan adalah 85-95%).

    3. Peneliti ingin mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap

    kelulusan UN siswa Program Paket C periode 2007/2008 yang telah selesai

    dilakukan.

    IV.2 Ruang Lingkup Evaluasi

    Adapun yang menjadi ruang lingkup dari evaluasi ini adalah evaluasi terhadap

    outcome program paket C di PKBM Bina Insan Mandiri. Pengertian outcome disini

    mengacu pada definisi dari World Bank55 yang menyatakan efek jangka pendek atau

    menengah yang ingin dicapai dari output intervensi pembangunan. Evaluasi outcome

    merupakan suatu kegiatan untuk melihat apakah tujuan suatu program tercapai,

    54 Joan L Herman. dkk, Evaluators Handbook, California: Sage Publication, 1987, hlm 262ibid, hal 163

    ibid, hal 2655 The World Bank Group, Carleton University,Building Skill to Evaluate Development Interventions,

    Netherlands : Ministry of Foreign Affairs, 2004

    38

  • 8/6/2019 PE - laporan

    39/64

    apakah dampak yang terjadi adalah hasil atau pengaruh dari kegiatan yang

    dilaksanakan atau apakah ada faktor lain yang mempengaruhi dampak tersebut.

    Terkait dengan program paket C di PKBM Bina Insan Mandiri, dalam evaluasi ini

    ingin melihat apakah hasil dari program paket C yang berupa angka kelulusan sekitar

    95% merupakan suatu hasil yang memang benar-benar dikontribusikan oleh factor-

    faktor di dalam program itu sendiri ataukah oleh faktor-faktor di luar program, seperti

    dari peserta didik itu sendiri, misalnya motivasi belajar, pola asuh orang tua, ataupun

    faktor-faktor diluar program yang lainnya.

    Evaluasi outcome merupakan inti fokus atau evaluasi yang mendorong

    terciptanya akuntabilitas56. Akuntabilitas disini digunakan untuk melihat kualitas yang

    didapat dari evaluasi. Maksudnya tidak hanya mengenai evaluasi yang diperoleh tapi

    juga kewajiban untuk menunjukkan secara jelas penggunaan dana publik yang

    didapat. Fokus evaluasi ini adalah pada indikator numerik pada outcome dan statistik

    dari apa yang telah dicapai. Dalam evaluasi ini, adalah penting untuk melihat faktor-