Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

23
Tugas Kelompok Dosen Pengampu Propaganda & Kampanye Musfialdy S.Sos, M.Si, PELAKSANAAN DAN EVALUASI KAMPANYE Kelompok VII 1. Afriani Ningtyas 2. Fadmi Nanda 3. Hafiz Fahmi 4. Muhammad Ihsan 5. Ika Piyasta 6. Yeni Hartati

description

Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuain yang perlu dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi.“A campaign without evaluation is a waste of time and money”, demikian ungkap Ostergaard, seorang pakar kampanye Jerman. Kampanye adalah kegiatan yang melibatkan investasi besar, bukan hanya uang tapi juga sumber daya lainnya seperti waktu, tenaga, pikiran dan teknologi. Penyelenggara kampanye tidak ingin investasi yang ditanamkan sia-sia tanpa kejelasan tentang hasil yang dicapai. Untuk itu, tanpa keraguan apapun, evaluasi terhadap program kampanye mutlak perlu dilakukan.

Transcript of Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

Page 1: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

Tugas Kelompok Dosen PengampuPropaganda & Kampanye Musfialdy S.Sos, M.Si,

PELAKSANAAN DAN EVALUASI KAMPANYE

Kelompok VII

1. Afriani Ningtyas2. Fadmi Nanda3. Hafiz Fahmi4. Muhammad Ihsan5. Ika Piyasta6. Yeni Hartati

JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIMPEKANBARU

RIAU

Page 2: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat

rahmat dan karunia-Nyalah kami selaku pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang berjudul:

Propaganda & Kampanye.

Di dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari sempurna, oleh

karenanya dengan hati terbuka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kemajuan dan kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Teriring doa, semoga amalan yang diberikan mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT.

Amin. Akhirnya kami selaku penyusun makalah berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Akhirul kalam.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

2

Page 3: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................6

2.1 Sistem Ilmu..............................................................................................................6

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................14

BAB IV DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15

3

Page 4: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah

ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara

konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuain yang perlu

dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi.

“A campaign without evaluation is a waste of time and money”, demikian ungkap

Ostergaard, seorang pakar kampanye Jerman. Kampanye adalah kegiatan yang melibatkan

investasi besar, bukan hanya uang tapi juga sumber daya lainnya seperti waktu, tenaga, pikiran

dan teknologi. Penyelenggara kampanye tidak ingin investasi yang ditanamkan sia-sia tanpa

kejelasan tentang hasil yang dicapai. Untuk itu, tanpa keraguan apapun, evaluasi terhadap

program kampanye mutlak perlu dilakukan.

Evaluasi adalah komponen terakhir dari rangkaian proses pengelolaan kampanye.

Sayangnya banyak pelaku kampanye yang lupa atau tidak peduli dengan pelaksanaan evaluasi.

Mereka beranggapan bahwa begitu kegiatan kampanye selesai dilaksanakan, maka berakhir

pulalah program tersebut. Para ahli komunikasi menyebut orang seperti ini sebagai amateur

campaigner yakni orang yang tidak memiliki komitmen total dalam menyukseskan pencapaian

tujuan kampanye. Sebaliknya pelaku kampanye yang secara berkelanjutan melakukan evaluasi

terhadap program yang dilaksanakan disebut sebagai professional campaigner.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja realisasi unsur-unsur pokok kampanye?

2. Perlukah uji coba rencana kampanye?

3. Apa saja tindakan dan pemantauan kampanye?

4. Apa yang dimaksud dengan laporan kemajuan?

5. Apakah evaluasi kampanye itu?

4

Page 5: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

6. Mengapa melakukan evaluasi kampanye?

7. Apa saja tingkatan evaluasi kampanye?

8. Bagaimana cara menyimpulkan evaluasi kampanye?

1.3 Tujuan Makalah

Agar kita dapat memahami bahwa cara merealisasi unsur-unsur pokok kampanye,

mengetahui seberapa perlu uji coba rencana kampanye, mengetahui tindakan dan pemantauan

kampanye, memahami pengertian dari laporan kemajuan, mengetahui pengertian evaluas

kampanye, mengetahui alasan melakukan evaluasi kampanye, memahami tingkatan evaluasi

kampanye, dan mengetahui cara menyimpulkan evaluasi kampanye.

5

Page 6: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Realisasi Unsur-Unsur Pokok Kampanye

A. Perekrutan dan Pelatihan Personel Kampanye

Kegiatan kampanye merupakan kerja tim. Penetuan siapa saja yang akan terlibat

sebagai pelaksana kampanye (compaign organizer) merupakan langkah awal dalam

melaksakan kampenye. Orang-orang yang akan menjadi personal kampanye harus

diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan

bekerja sama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis. Dalam tahap

perseleksian ini harus ditegasakan pula apakah keterlibatan orang orang tresebut sebagai

sukarelawan atau staff profesional yang akan mendapatkan bayaran. Segera setelah

personal kampanye direkrut, mereka harus mengikuti pelatihan, baik yang bersifat teknis

atau non teknis, yang berkaitan dengan berbagai aspek dan proses yang akan dijalankan

selama kampanye berlangsung. Beberapa keterampilan yang perlu dikuasi diantaranya:

kemampuan wawancara, persuasi, mengoorganisasikan pertemuan publik, prensentasi,

menulis press release, naskah pidato, dan keterampilan menggunakan berbagai media

komunikasi umum seperti fotografi atau bahkan mesin fotocopy.

Penguasaaan keterampilan tersebut pada prinsipnya bergantung pada jenis tugas yang

dibebankan kepada setiap personal. Untuk staff kampanye yang bertugas melakukan

survei, keterampilan pokok yang harus dikuasi adalah wawancara. Mereka inilah yng nanti

akan terjun melakukan wawancara baik langsung atau telefon sebagai salah satu instrumen

evaluasi. Disamping keterampilan tersebut, personel setiap kampanye juga harus dapat

dipastikan memahami tema, objek, dan tujuan kampanye. Dengan begitu ketika mucul

bebrbagai pertanyaan kepada mereka seputar kampanye yang berlangsung kepada mereka,

maka jawaban yang keluar akan senada dan konsisten dengan desain kampanye

keseluruhan akhirnya, untuk memelihara motivasi dan kekompakan, perhatian dan

dorongan harus diberikan kepada mereka. Dengan demikian sinergi dan kohesivitas

(kelekatan) tim tetap terjaga.

6

Page 7: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

B. Menginstruksi Pesan

Pada tahap awal konstruksi pesan dapat berpedoman pada teori atau asumsi yang

diyakini pelaksana kampanye, yang sesuai dengan kharakteristik khalayak sasaran. Pesan

kampanye memiliki berbagai dimensi yang meliputi pesan verbal, nonverbal, dan visual.

Namun apa pun dimensinya, secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan

pada pertimbangan kesederhanaan (simplicity), kedekatan (familiarity) dengan situasi

khalayak, kejelasan (clarity), keringkasan (conciesness), kebaruan (novelty), konsistensi,

kesopanan (courtessy), dan kesesuaian objek kampanye. Kesederhanaan dapat membuat

pesan menjadi mudah dipahami sekaligus diingat (memorability). Dalam mengontruksi

pesan pelaku kampanye juga harus memperhatikan bagaimana pesan tersebut

diorganisasikan karena pengorganisasian pesan akan mempengaruhi bagaimana khalayak

merespons pesan kampanye.

C. Menyeleksi Penyampaian Pesan Kampanye

Pelaksanaan kampanye juga menghendaki pelaksanaan kampanye berhadapan dengan

pemilihan individu yang secara spesifik bertindak sebagai pelaku (campaign actor) yang

menyampaikan pesan kampanye. Keputusan untuk menentukan siapa pelaku atau

peyampaian pesan kampanye ini menjadi sangat penting karena merekalah aktor yang akan

berhadapan langsung dengan publik. Namun untuk beberapa pertimbangan tidak jarang

orang kebanyakan juga dijadikan sebagai penyampaian pesan kampanye. Untuk kampanye

yang menggunakan saluran antarpribadi, tidak jarang para pemuka pendapat dalam

lingkungan khalayak sasaran dijadikan sebagai penyampai pesan.

Pada umumnya faktor pokok yang harus diperhatikan dalam menyeleksi pelaku

kampanye adalah kesesuaian tokoh tersebut yang bersangkutan di mata publik. Dalam hal

kampanye perubahan sosial yang mempunyai objek kampanye ‘penyelamatan terumbu

karang’ maka nelayan merupakan penyampai pesan yang cocok ketimbang pejabat

kementrian lingkungan hidup.

7

Page 8: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

D. Menyeleksi Saluran Kampanye

Menyeleksi media mana yang akan digunakan sebagai saluran kampanye harus

dilakukan dengan penuh pertimbangan. Beberapa faktor pokok yang perlu dipertimbangan

dalam pemilihan media kampanye diantaranya: jangkauan media, tipe dan ukuran besarnya

khalayak, biaya, waktu, dan tujuan serta objek kampanye. Di samping itu faktor lain yang

juga perlu mendapat perhatian adalah karakteristik khalayak, baik secara demografis,

psikografis, maupun geografis.

2.2. Uji Coba Rencana Kampanye

Para ahli kampanye sepakat bahwa rencana kampanye, khususnya desain pesan, haruslah

diuji coba terlebih dahulu untuk menentukan apakah rencana ini akan memberikan hasil yang

diharapkan atau tidak. Jika hasilnya positif maka rencana tersebut dapat dilanjutkan ketahapan

tindakan. Uji coba terhadap suatu rancangan dilakukan untuk menyusun strategi (pesan media,

dan penyampai pesan) yang paling sesuai dengan situasai dan kodisi yang dihadapi. Lewat uji

coba rencana kampanye kita juga akan memperoleh gambaran tentang respon awal sebagian

khalayak sasaran terhaap pesan pesan kampanye. Respons digunakan sebagai pebanding ketika

melakukan evaluasi proses dan akhir kampanye. Hal ini dapat dimengerti mengingat pesan

adalah kunci untuk membangun kesamaan persepsi antara pelaksana dan khalayak sasaran

kampanye.

2.3. Tindakan dan Pemantauan Kampanye

Dalam prakteknya akan banyak kendala yang dihadapi untk membuat tindakan kampanye

tetap pada jalur yang benar. Untuk itu harus dipahami bahwa tindakan kampanye bukanlah

tindakan yang kaku dan parsial, tetapi bersifat adaptif, antisipasif, integratif, dan berorientasi

pada pemecahan masalah.

A. Adaptif

Tindakan kampanye bersifat adaftif artiya ia terbuka terhadap masukan masukan baru

atau bukti bukti baru yang ditemukan dilapangan. Aspek adaptif juga menujukkan bahwa

kampanye adalah kegiatan yang dinamis dan flesibel yang selalu disesuaikan dengan

perkembangan baru berdasarkan temuan temuan dilapangan

8

Page 9: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

B. Antisipasif

Tindakan kampanye bersifat antisipasif maksudnya kegiatan kampanye harus

memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan muncul dilapangan saat kampanye

dilakukan. Dengan bersikap antisipasif pelaku kamapanye telah mempersiapkan berbagai

alternatif pemecahan terhadap masalah masalah yang mungkin timbul. mengantisipasi

kemungkinan yang akan timbul dalam kampanye memang bukan pekerjaan yang mudah,

tapi dengan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, gambaran tentang berbagai hal yang

sebelumnya tidak terfikiran akan muncul ketika pelaksaana kampanye menerima dan

membaca berbagai masukan yang secara sistematis termuat dalam kemajuan kampanye.

C. Orientasi Pemecahan Masalah

Tindakan kampanye bersifat bersifat problem solving oriented artinya segala bentuk

tindakan dalam proses kampanye diarahan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Dengan demikian ada semacam kesadaran bahwa dalam kegiatan kampanye segala wujud

pikkiran dan energi kolektif harus dicurahkan untuk memecahkan masala yang diduga

akan timbul pada setiap langkah realisasi rencana kampanye.

D. Integratif dan Koordinatif

Kegiatan kampanye bukanlah tindakan one man show melainkan kegiatan yang

didasarkan pada kerja tim. Keberhasilan kampaanye ditentukan oleh bagaimana

pelaksana kampanye bertindak secara integratif dan koordinatif. Koordinasi ini tidak

hanya dilakukan dengan sesama pelaksana kamapanye melainkan juga dengan berbagai

pihak terkait yang akan turut mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pencapaian

tujuan kampanye.

Sistem koordinasi yang dibuat hendaknya membuka interaksi langsung anatara

manajer kampanye dengan seluruh tim pelaksana. Kegiatan pemantau jjuga meliputi

tanggung jawab untuk menjalankan rencana darurat atau untuk mengubah rencana

sebagai jawaban atas perkembangan yang terjadi , menangani keedaan darurat, krisis atau

kegagalan rencan adalah wewenang manajer kampanye.

Hal hal yang sangat berhubungan erat dengan tanggung jawab untuk rencana darurat

adalah fungsi dari ‘troubleshooter’ atau pemecah masalah. Truobleshooter adalah orang

yang kostan memantau kemanjuan kampanye dan memecah masalah yang muncul. Orang

9

Page 10: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

yang dirancang berfungsi troubleshooter harus mempunyai otoritas untuk membuat

perubahan baik yang kecil maupun yang besar dalam suatu rencana kampanye.

Trobleshooter harus mampu untuk mengidentifikasi masalah dan mencoba untuk mencari

solusi ketika orang lain tidak dapat mengenali adanya masalah tersebut.

2.4. Laporan Kemajuan

Unsur terakhir dari proses pelaksaanaan kampanye adalah penjadwalan laporan kemajuan

atau progress report. Dalam laporan kemajuan umunya dimuat berbagai data dan fakta tentang

berbagai hal yang telah dilakukan selama masa kampanye. Data yang disajikan umumnya

bukan hanya berkaitan realisasi rencana kampanye tapi juga mencangkup berbgai temuan

lapangan menyediakan semacam evaluasi kecil yang bersifat rutin terhadap berbagai proses

kampanye yang sedang berjalan.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan laporan kemajuan. Manajer dan

pelaksanaan kampanye dapat mengunakan laporan kemajuan untuk memodifikasi rencana

kampanye agar tetap efektif dalam pencapaian tujuan program. Laporan kemajuan juga tidak

jarang dapat memberikan jawaban terhadap berbagai hal yang tidak dapat dijelaskan dalam

tahap perencanaan. Lebih dari itu laporan kemajuan biasanya juga menyediakan informasi yang

berguna untuk penjabaran dan pengembangan strategi kampanye lebih jauh. Karena fungsinya

yang sangat penting maka setiap personel kampanye harus memiliki komitmen untuk

melaporkan berbagai aktivitas yang menjadi bidang tugasnya kepada manajer kampanye dapat

dianalisis dan diintegrasi menjadi laporan kemajuan yang sistematis dan meyeluruh.

2.5. Pengertian Evaluasi Kampanye

Evaluasi kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang

berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Dari defenisi tersebut

dapat diperoleh gambaran bahwa evaluasi kampanye tidak hanya dilakukan pada saat

kampanye telah berakhir, namun juga ketika kampanye tersebut masih berlangsung. Definisi

tersebut juga menunjukkan adanya dua aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan

evaluasi yakni bagaimana kampanye dilaksanakan dan apa hasil yang dicapai sebagai

konsekuensi pelaksanaan program tersebut.

10

Page 11: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

2.6. Alasan Melakukan Evaluasi Kampanye

Meski evaluasi adalah sesuatu yang penting dan bermanfaat, namun menurut Pfau dan

Parrot (1993), sebagian besar penyelenggara kampanye ternyata tidak melakukannya.

Alasannya bermacam-macam, mulai dari penghematan biaya hingga ketakutan akan hasil

evaluasi yang negatif yang dianggap dapat merusak reputasi pelaksana kampanye.

Di samping alasan di atas, Gregory (2000) pakar kampanye Inggris, mengemukakan

lima alasan penting lainnya mengapa evaluasi perlu dilaksanakan. Pertama, evaluasi dapat

memfokuskan usaha yang dilakukan. Jika Anda tahu bahwa Anda akan dinilai berdasarkan

kriteria tertentu maka Anda akan lebih memfokuskan usaha Anda pada hal-hal yang menjadi

prioritas pencapaian tujuan. Kedua, evaluasi menunjukkan keefektifan pelaksana kamanye

dalam merancang dan mengimplementasikan programnya. Ketiga, adalah memastikan efisiensi

biaya. Kampanye selalu melibatkan biaya yang besar, dan penyelenggara kampanye tidak ingin

dana dan berbagai sumber daya lain terbuang sia-sia. Keempat, evaluasi membantu pelaksana

untuk menetapkan tujuan secara realistis, jelas dan terarah. Di sini berbagai hal yang tidak

relevan akan dengan cepat diidentifikasi dan langsung disingkirkan. Terakhir, evaluasi

membantu akuntabilitas (pertanggungjawaban) pelaksana kampanye.

2.7. Tingkatan Evaluasi Kampanye

Terkait dengan pertanyaan apa dan pada tingkatan apa evaluasi harus dilakukan,

Ostergaard (2002) mengatakan hal itu bergantung pada tujuan evaluasi itu sendiri. Bila

penyelenggara kampanye hanya ingin mengetahui keefektivan media yang digunakan dalam

menjangkau khalayak sasaran maka ia bertanya pada tingkatan kampanye (campaign level).

Bila yang ditanyakan menyangkut keefektivan media dalam mengatasi atau mengurangi

masalah yang dihadapi maka itu berada pada tingkatan masalah (problem level).

Secara umum, lanjut Ostergaard, evaluasi kampanye dapat dikategorisasi dalam empat

level atau tingkatan sebagai berikut; tingkatan kampanye (campaign level), tingkatan sikap

(attitude level), tingkatan perilaku (behavior level), dan tingkatan masalah (problem level).

A. Tingkatan Kampanye (Campaign Level)

Pada campaign level kita ingin mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan

kampanye yang dilakukan atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi

11

Page 12: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

level ini adalah apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran

yang ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan ini banyak metode kuantitatif yang dapat digunakan. Salah

satu yang paling populer di kalangan pelaksana kampanye adalah metode survei.

Dalam melakukan riset survei pelaksana kampanye harus mengajukan pertanyaan

yang sama seelum dan sesudah kampanye. Hal ini untuk memastikan apakah terjad

perubahan atau tidak pada khalayak sasaran. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan

tersebut, caranya sederhana saja, cukup kurangkan skor sesudah kampanye kepada

sebelum kampanye maka selisihnya menunjukkan kadar (persentase perubahan yang

terjadi).

Melalui cara tersebut akan diketahui apakah suatu program kampanye yang dilakukan

mencapai khalayak sasarannya atau tidak. Dengan melakukan survei pada kelompok

sasaran yang dituju, akan diketahui apakah pesan tersebut sampai kepada mereka atau

tidak. Bisa jadi pesan salah sasaran dan hanya sekitar 15-20% dari kelompok yang

terterpa pesan. Masalah pokok yang dihadapi dalam mengukur terpaan media (media

exposure) adalah keragaman media yang digunakan. Disini pesan-pesan kampanye

muncul dan menerpa khalayak sasaran melalui berbagai media. Kesulitannya adalah

ketika ditanyakan kepada khalayak, darimana merekamemperoleh informasi tentang

kampanye, mereka seringkali tidak dapat menjawab dengan akurat. Jawaban mereka

tidak jarang merujuk pada kebiasaan mereka dalam mengonsumsi media (media habit).

B. Tingkatan Sikap (Attitude Level)

Pada tingkatan sikap, evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei

atau uji sederhana (Simple Task). Dalam perspektif Ostergaard, terdapat empat aspek

yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap, yakni aspek kognitif (pengetahuan,

kesadaran, kepercayaan), afektif (kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan), konatif

(komitmen untuk bertindak), dan aspek keterampilan atau skill. Sama halnya dengan

evaluasi pada tingkatan kampanye, pada level evaluasi ini pelaksana kampanye juga

mengonstruksi pertanyaan yang sama sebelum dan sesudah kampanye. Untuk mengetahui

perbedaannya kita juga tinggal mengurangi skor sesudah kampanye dengan sebelum

kampanye. Sementara untuk sampel yang dievaluasi bisa orang-orang yang sama atau

orang lain yang memiliki karakteristik yang sama (sesuai segmentasi khalayak sasaran).

12

Page 13: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

C. Tingkatan Perilaku

Para ahli kampanye memandang tingkatan perilaku sebagai level yang paling penting

dalam kebanyakan evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluas ini sering diabaikan atau

dilakukan sekedarnya dengan mengamati realitas permukaan (superficial reality).

D. Tingkatan Masalah

Level evaluasi yang terakhir adalah tingkatan masalah. Pada tingkatan ini evaluasi

dapat dilakukan dengan mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu lama.

Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan

harapan atau dengan yang seharusnya terjadi. Misalnya dengan diberlakukannya

kewajiban memakai sabuk keselamatan oleh POLRI. Diharapkan semua pengendara

menggunakan sabuk tersebut, dan konsekuensi angka kematian akibat kecelakaan lalu

lintas menurun tajam. Namun kenyataannya tingkan pemakaian sabuk pengaman masih

rendah, misalnya hanya 10% dari total kendaraan di jalan raya dan angka kematian akibat

kecelakaan tidak berubah. Ini berarti ada masalah karena ada kesenjangan antara harapan

dan kenyataan. Kriteria keberhasilan dalam problem level diukur dengan

membandingkan antara data sebelumnya dan sesudah kampanye. Bila data menunjukkan

berkurangnya kesenjangan maka kampanye menunjukkan indikasi keberhasilan. Bila

kesenjangan tidak berubah, berarti kampanye yang dilakukan mungkin tidak efektif untuk

evaluasi pada tingkatan problem.

2.8. Menyimpulkan Evaluasi Kampanye

Ketika proses evaluasi telah dilakukan pada salah satu atau seluruh level kampanye, maka

langkah terakhir adalah membuat kesimpulan. Membuat kesimpulan kampanye harus dilakukan

dengan hati-hati dan cermat. Pada tahap ini kita tidak boleh secara gegabah dan tergesa-gesa

menyimpulkan bahwa kampanye yang dilakasanakan sukses mencapai tujuan. Pernyataan yang

besifat memastikan sepertin ini (deterministic) umumnya dihindari oleh para evaluator

kampanye. Apa yang bisa dilakukan adalah membuat kesimpulan yang bersifat propabilistik.

Jadi cukup tegaskan saja bahwa “media yang digunakan kemungkinan besar sudah sesuai”,

penetapan khalayak sasaran hanmpir dapat dipastikan sudah tepat atau secara keseluruhan

kampanye yang dilakukan cenderung menghasilkan efek yang positif.

13

Page 14: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

Para peneliti kampanye telah mengidentifikasi beberapa situasi umum yang seringkali

terjadi pada tahapan evaluasi. Pertama adalah keadaaan dimana evaluasi terhadap efek yang

diharapkan terbukti, tercapai, kecuali pada tingkatan masalah. Khalayak memberi perhatian

pada pesan kampanye, sebagian dari mereka berubah sikap atau keterampilannya, dan sebagian

lagi mengalami perubahan perilaku. Tetapi masalah tampaknya tidak berkurang. Dalam situasi

ini, yang dapat disimpulkan bahwa teori yang digunakan salah. Ternyata perubahan perilaku

tidak mengurangi masalah yang dihadapi. Melakukan evaluasi kampannye memang tidak

mudah apalagi murah. Setidaknya 10-15% anggaran kampanye harus disisihkan untuk

melakukan evaluasi program secara profesional. Tetapi jumlah tersebut sebenarnya tidak

berarti apa-apa bila dibandiingkan dengan kemungkinan gagalnya kampanye, yang berarti pula

menyia-nyiakan seluruh anggaran yang telah dikeluarkan. Jadi, evaluasi kampanye secara

profesional tidak perlu dilakukan apapun hasil yang akan didapatkan. Bila kita menemukan

kampanye yang dilakukan cenderung efektif maka kita semakin yakin dengan ketepatan

strategi kampanye yang dipilih. Sebaliknya bila haril evaluasi menunjukkan kecenderungan

tidak efektif maka kita mendapatkan pelajaran berharga dari temuan-temuan tersebut. Tanpa

evaluasi kita akan terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama karena tidak pernah tahu

dengan kesalahan-kesalahan sebelumnya.

14

Page 15: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

BAB IIIKESIMPULAN

Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah

ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara

konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuaian yang perlu

dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi.

Evaluasi adalah komponen terakhir dari rangkaian proses pengelolaan kampanye. Sayangnya

banyak pelaku kampanye yang lupa atau tidak peduli dengan pelaksanaan evaluasi. Mereka

beranggapan bahwa begitu kegiatan kampanye selesai dilaksanakan, maka berakhir pulalah program

tersebut. Para ahli komunikasi menyebut orang seperti ini sebagai amateur campaigner yakni orang

yang tidak memiliki komitmen total dalam menyukseskan pencapaian tujuan kampanye. Sebaliknya

pelaku kampanye yang secara berkelanjutan melakukan evaluasi terhadap program yang

dilaksanakan disebut sebagai professional campaigner.

15

Page 16: Pelaksanaan dan Evaluasi Kampanye

DAFTAR PUSTAKA

Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung:.Simbiosa Rekatama Media.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Steinberg, Arnold. 1987. Kampanye Politik Dalam Praktek. Jakarta: PT. Intermasa.

16