PENDAHULUAN Latar Belakang -...

7
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isu berkurangnya lahan yang digunakan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah bukan lagi masalah baru. Terutama di negara berkembang, pengolahan sampah seringkali masih menjadi masalah tersendiri disebabkan belum adanya penanganan secara serius. Di Indonesia sendiri, pengolahan sampah terpadu masih jarang sekali ditemui. Mayoritas sampah di Indonesia masih sekedar diangkut dan ditumpuk di suatu TPA, tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Tentunya dengan kondisi seperti ini tidak mengherankan apabila masyarakat menolak pembangunan TPA di sekitar rumahnya karena penumpukan sampah begitu saja hanya akan menimbulkan berbagai macam penyakit dan bahaya kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan industri dan kemajuan teknologi mendorong perubahan gaya hidup manusia. Tak mengherankan jika jenis dan komposisi sampah terus berubah dari tahun ke tahun. Semakin maju suatu negara, semakin beraneka ragam jenis sampah yang dihasilkan. Semakin modern suatu gaya hidup akan semakin sedikit pula sampah organik yang dihasilkan. Di Indonesia sendiri, hal ini dapat dilihat dari jumlah sampah yang masuk ke TPA dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah komposisi sampah di Kota Bandung dalam persen. Tabel 1 Komposisi Sampah Kota Bandung No Jenis Sampah Tahun 1978 1985 1988 1994 1 Sampah Organik 80,45 77 73,35 63,56 2 Kertas 7,5 7,96 9,74 10,42 3 Tekstil 1 0,96 0,45 0,95 4 Plastik/Karet 0,23 0,79 0,43 1,45 5 Pecah Belah 1,93 1,14 1,32 1,7 6 Logam 3,69 8,82 8,56 9,76 7 Lain-Lain 5,23 3,41 6,14 12,16 Sumber : Pengelolaan Sampah Kota Bandung (1998/1999) ; Konalnus (2000) Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sampah organik dari tahun ke tahun terus menurun sedangkan jumlah sampah kertas, plastik/karet, logam, serta sampah lainnya meningkat. Ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup membawa perubahan pada variasi jenis sampah yang dihasilkan. Dapat diketahui bahwa semakin hari akan semakin dibutuhkan pengolahan sampah yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan sampah yang semakin kompleks. Sebagai langkah pencegahan, dibutuhkan mekanisme penekanan jumlah sampah guna mengurangi jumlah sampah yang diproduksi manusia setiap harinya. Bungkus berlapis aluminium foil merupakan kemasan produk yang sering ditemui di masyarakat. Sebagian besar bungkus berlapis aluminium foil ini hanya digunakan sebagai pembungkus produk sekali pakai: makanan, minuman, deterjen, dan lain-lain. Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap

Transcript of PENDAHULUAN Latar Belakang -...

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu berkurangnya lahan yang digunakan sebagai Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) sampah bukan lagi masalah baru. Terutama di negara berkembang,

pengolahan sampah seringkali masih menjadi masalah tersendiri disebabkan

belum adanya penanganan secara serius. Di Indonesia sendiri, pengolahan sampah

terpadu masih jarang sekali ditemui. Mayoritas sampah di Indonesia masih

sekedar diangkut dan ditumpuk di suatu TPA, tanpa ada pengolahan lebih lanjut.

Tentunya dengan kondisi seperti ini tidak mengherankan apabila masyarakat

menolak pembangunan TPA di sekitar rumahnya karena penumpukan sampah

begitu saja hanya akan menimbulkan berbagai macam penyakit dan bahaya

kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya.

Perkembangan industri dan kemajuan teknologi mendorong perubahan

gaya hidup manusia. Tak mengherankan jika jenis dan komposisi sampah terus

berubah dari tahun ke tahun. Semakin maju suatu negara, semakin beraneka

ragam jenis sampah yang dihasilkan. Semakin modern suatu gaya hidup akan

semakin sedikit pula sampah organik yang dihasilkan. Di Indonesia sendiri, hal ini

dapat dilihat dari jumlah sampah yang masuk ke TPA dari tahun ke tahun. Berikut

ini adalah komposisi sampah di Kota Bandung dalam persen.

Tabel 1 Komposisi Sampah Kota Bandung

No Jenis Sampah Tahun

1978 1985 1988 1994

1 Sampah Organik 80,45 77 73,35 63,56

2 Kertas 7,5 7,96 9,74 10,42

3 Tekstil 1 0,96 0,45 0,95

4 Plastik/Karet 0,23 0,79 0,43 1,45

5 Pecah Belah 1,93 1,14 1,32 1,7

6 Logam 3,69 8,82 8,56 9,76

7 Lain-Lain 5,23 3,41 6,14 12,16 Sumber : Pengelolaan Sampah Kota Bandung (1998/1999) ; Konalnus (2000)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sampah organik

dari tahun ke tahun terus menurun sedangkan jumlah sampah kertas, plastik/karet,

logam, serta sampah lainnya meningkat. Ini menunjukkan bahwa perubahan gaya

hidup membawa perubahan pada variasi jenis sampah yang dihasilkan. Dapat

diketahui bahwa semakin hari akan semakin dibutuhkan pengolahan sampah yang

komprehensif untuk mengatasi permasalahan sampah yang semakin kompleks.

Sebagai langkah pencegahan, dibutuhkan mekanisme penekanan jumlah sampah

guna mengurangi jumlah sampah yang diproduksi manusia setiap harinya.

Bungkus berlapis aluminium foil merupakan kemasan produk yang sering

ditemui di masyarakat. Sebagian besar bungkus berlapis aluminium foil ini hanya

digunakan sebagai pembungkus produk sekali pakai: makanan, minuman,

deterjen, dan lain-lain. Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap

2

produk-produk berkemasan berupa bungkus berlapis aluminium foil ini membuat

sampah-sampah tersebut kian menjamur di tempat pemrosesan akhir, tidak seperti

botol-botol plastik yang dapat berakhir di tangan para pendaur ulang plastik.

Sampah yang jumlahnya sangat banyak ini tentunya membutuhkan mekanisme

pengelolaan sehingga penekanan jumlah sampah di TPA dapat dilakukan.

Di sisi lain, gaya hidup yang berpihak pada kelestarian lingkungan, yang

lebih dikenal dengan eco lifestyle, sudah mulai sering terdengar. Namun,

seringkali isu tersebut hanya berhenti sebagai wacana tanpa membawa perubahan

pada perilaku masyarakat. Dibutuhkan pembangunan citra eco lifestyle sebagai

gaya hidup yang mudah dan membawa banyak keuntungan, baik bagi lingkungan

maupun langsung pada pelakunya.

Itulah alasan-alasan bahwa pemanfaatan kemasan berupa bungkus berlapis

aluminium foil sebagai upaya mempopulerkan eco lifestyle serta meminimalisasi

jumlah sampah perlu dilakukan sebagai salah satu solusi dari kondisi-kondisi

tersebut.

Tujuan

1. Meminimalisasi jumlah sampah melalui pemanfaatan sampah serta

mengurangi penggunaan bahan baku baru.

2. Meningkatkan minat dalam penerapan gaya hidup yang berpihak pada

kelestarian lingkungan / eco lifestyle

PENDEKATAN TEORETIS

Bungkus Berlapis Aluminium Foil

Aluminium foil umumnya terdiri atas 92 sampai 99% logam aluminium

serta memiliki ketebalan berkisar antara 0.00017 sampai 0.0059 inci. Aluminium

foil memiliki banyak kegunaan di dunia industri, salah satunya sebagai bahan

pelapis makanan. Hal ini disebabkan aluminium foil memiliki harga produksi

yang murah, tahan lama, tidak beracun, dan anti air. Bahkan lebih jauh lagi,

aluminium foil dapat menangkal zat kimia berbahaya dan bertindak sebagai

pelindung terhadap sifat kemagnetan.(3)

Khusus di dalam industri pengemasan makanan, aluminium foil sangat

membantu dalam menangkal cahaya matahari, oksigen, dan bakteri yang mungkin

masuk. Hal ini sangatlah penting karena kedua elemen itu dapat merusak struktur

makanan sehingga kualitasnya tidak maksimal. Selain itu, aluminium foil pun

dapat menjaga rasa, bau, serta kelembaban yang sangat penting dalam industry

makanan. Harga produksi aluminium foil yang murah, menyebabkan produksi

aluminium foil berkembang pesat.(4)

3

Di samping semua kelebihannya, aluminium foil tetap memiliki banyak

kekurangan. Dalam setiap pemrosesan bijih aluminium menjadi aluminium siap

pakai, ternyata dibutuhkan sumber daya energi yang tidak sedikit. Pada umumnya,

dibutuhkan sekitar 15,7 kWh listrik untuk mendapatkan 1 Kg saja aluminium.

Energi sebesar itu kebanyakan didapatkan, tentu saja, dari bahan bakar fosil yang

tidak ramah lingkungan. Keseluruhan pemrosesan aluminium, secara pendekatan,

bertanggung jawab 1% atas global warming yang saat ini sedang ramai

dibicarakan. Belum lagi perusakan lingkungan yang disebabkan dalam

penambangan aluminium, seperti pencemaran air, udara, dan instabilitas

ekosistem. Dari 6 ton bijih aluminium, hanya dapat diekstrak 1 ton aluminium

utuh saja. (2).

Aluminium foil sangat tahan lama dan sulit untuk dapat terurai.

Dibutuhkan waktu 400 tahun untuk aluminium agar dapat terurai di tanah. Dengan

membakarnya di udara bebas bahkan menyebabkannya menjadi masalah baru,

yakni terlepasnya logam beracun dan gas berbahaya ke lapisan atmosfer. Daur

ulang merupakan sebuah solusi yang tepat bagi aluminium foil dalam menekan

permasalahan lingkungan. (6)

Tidak seperti besi yang mudah berkarat, aluminium foil ternyata 100%

merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Mendaur ulang aluminium foil, secara

teknis memiliki kesamaan dengan mengolah kaleng aluminium. Namun

masalahnya aluminium foil sering mudah kotor dan terkelupas, sehingga

dibutuhkan cara yang kreatif dalam mendaur ulangnya.(5)

Metode Pengelolaan Sampah yang Digunakan

Sampah menurut Undang Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang

berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,

menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah.

Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah di kota-kota besar di Indonesia

yang dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya

adalah pengurugan (landfilling). Banyaknya sampah yang tidak terangkut

kemungkinan besar tidak terdata secara sistematis (1). Berdasarkan fakta tersebut,

dapat diketahui bahwa masih banyak sekali sampah yang tidak terangkut ke TPA

baik itu tercecer, maupun diolah secara mandiri oleh masyarakat. Berikut diagram

pengelolaan sampah di Indonesia.

4

Grafik 1 Sistem Penanganan Sampah (8)

Beberapa dari sistem penanganan sampah dapat diketahui bahwa tidak

semua sistem penanganan sampah aman diterapkan. Banyak diantaranya yang

justru menimbulkan masalah baru seperti polusi, penghambatan aliran sungai, dan

lain-lain.

Pada pengelolaan sampah kemasan berupa bungkus berlapis aluminium,

metode pengelolaan yang diterapkan kali ini adalah metode daur ulang. Kemasan

berupa bungkus berlapis aluminium foil didaur ulang menjadi anyaman cantik.

Anyaman tersebut kemudian dapat dibentuk menjadi dompet, tas, dan lain-lain.

Berikut ini adalah tata cara penganyaman bungkus berlapis aluminium.

1. Bungkus berlapis aluminium dirapikan kemudian dicuci sampai tidak lagi

tercium aroma produk yang dikemas sebelumnya

2. Gunting bungkus berlapis aluminium secara vertikal sehingga bungkus

dapat dibuka secara simetris, ada bagian depan dan belakang bungkus,

sama besar

3. Lipat secara horizontal menjadi 4 bagian sama besar dengan posisi lapisan

aluminium foil berada di bagian dalam sehingga yang terlihat adalah

bagian luar kemasan (bergambar) dengan ukuran seperempat ukuran

vertikal bungkus secara keseluruhan

4. Lakukan cara yang sama pada 1 bungkus lain sehingga diperoleh 2 buah

lipatan berukuran seperempat ukuran vertikal. Kemudian kedua lipatan

tersebut disilangkan secara bertumpuk saling memotong tegak lurus.

Kemudian lipat salah satu potongan ke sisi lain.

5. Lipat bagian lipatan pendek tiga kali dengan ukuran sama persis dengan

ukuran perpotongan kedua lipatan tersebut. Gunting bagian berlebih

5

kemudian selipkan ujung potongan ke tengah lipatan sehingga diperoleh

bentuk persegi dan 2 ekor.

6. Lanjutkan dengan cara yang sama di bagian potongan yang miring

7. Hasil anyaman dapat disatukan baris demi baris dengan bantuan benang

sehingga disatukan dan dirajut dengan kuat membentuk tas, dompet, dan

lain-lain

Produk-produk buatan tangan inilah yang diperkenalkan dan dipasarkan

kepada masyarakat. Kemudian dilakukan penyebaran angket kepada 100 orang

pelajar dan mahasiswa dari seluruh pelosok Indonesia untuk menguji kelayakan

dan keefektifan produk ini dalam menigkatkan minat masyarakat untuk

menerapkan eco lifestyle.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk satu buah dompet ukuran 13cm x 8cm yang dibuat dari bungkus

kopi ukuran 8,5cm x 8cm, jumlah bungkus kopi yang dibutuhkan adalah 80

bungkus. Dengan begitu, sudah dilakukan minimalisasi sampah setara dengan 80

bungkus kopi. Untuk dompet ukuran besar, diperlukan 96 bungkus kopi. Untuk

tas ukuran sedang diperlukan sampai dengan 300 bungkus kopi.

Berdasarkan jumlah produk yang terjual, sedikitnya dalam sebulan terjual

8 dompet kecil dan 5 buah dompet besar. Dengan kata lain, paling sedikit sampah

bungkus kopi yang terkurangi adalah (8x80) + (5x96) =1120 bungkus. Maka

dalam setahun, sampah bungkus kopi yang dapat dikurangi adalah 13440

bungkus, atau setara dengan 2688 dus kopi. Berikut ini adalah beberapa variasi

produk yang dapat dihasilkan dari anyaman bungkus berlapis aluminium foil.

Gambar 1 Hasil Anyaman Kemasan Berupa Bungkus Berlapis Aluminium Foil

6

Pada pengelolaan sampah ini, langkah utama yang dilakukan adalah

penanganan sampah dengan metode daur ulang. Penanganan sampah langsung di

sumbernya ini memiliki tingkat keefektifan yang lebih tinggi dibandingkan

menunggu sampah sampai di tempat pemrosesan akhir baru kemudian ditangani.

Karena hanya sekitar 60% sampah masuk ke TPA, maka dapat dikatakan bahwa

pengolahan sampah di sumber, memiliki keefektifan lebih 40%daripada

pengolahan di TPA. Disamping itu, cara daur ulang ini dapat menghemat bahan

baku baru dalam pembuatan dompet dan tas sehingga jumlah sampah dapat

dikurangi sebelum dihasilkan.

Sehubungan dengan perubahan gaya hidup masyarakat, penggunaan

bungkus berlapis aluminium foil sebagai kemasan tidak terelakkan mengingat

produk kemasan yang beredar dari tahun ke tahun semakin banyak menggantikan

produk buatan tangan/dapur. Lembaran aluminium foil yang sudah menempel

dengan lapisan bagian depan kemasan yang berfungsi sebagai dekorasi produk

(plastik, dan lain-lain) akan sulit dipisahkan untuk sekedar mengambil lapisan

aluminium foil yang juga mudah sobek untuk kembali dilebur menjadi barang

baru. Pada metode daur ulang ini, tidak diperlukan pemisahan lapisan. Bungkus

berlapis aluminium tersebut dimanfaatkan secara bersama-sama membentuk

sebuah produk baru. Karena bila tidak, daya tahan aluminium foil di lingkungan

yang mencapai 400 tahun apalagi bila terlapisi oleh lapisan plastik, akan

mengakibatkan penumpukan sampah di lingkungan selama ratusan tahun.

Berdasarkan sifat aluminium foil yang tahan lama, tidak beracun, dan anti

air, produk yang dihasilkan berupa dompet, tas, dan lain sebagainya akan

berkualitas, tahan lama, dan anti air. Di samping itu, pemanfaatan sampah

aluminium foil di sumbernya dapat mencegah terjadinya pencemaran akibat

penanganan sampah yang salah, seperti pembakaran sampah yang dapat memicu

gas beracun terlepas ke atmosfer.

Berdasarkan 100 angket yang disebar lewat internet, dengan sampel

mahasiswa dan pelajar dari seluruh pelosok Indonesia yang dipilih secara acak,

diperoleh hasil sebagai berikut .

Berdasarkan angket tersebut dapat disimpulkan bahwa produk daur ulang

ini dapat diterima oleh masyarakat serta meningkatkan minat untuk menerapkan

eco lifestyle.

Gaya hidup yang berpihak pada kelestarian lingkungan / eco lifestyle dapat

aplikasikan secara kongkrit. Produk ini dinilai dapat menginformasikan kepada

masyarakat bahwa tidak semua sampah tidak memiliki nilai ekonomi. Diharapkan

Apakah produk ini layak

untuk digunakan?

Ya

Tidak

Tidak tahu

Apakah produk ini

meningkatkan minat Anda

untuk menerapkan eco

lifestyle?

Ya

Tidak

Tidak tahu

7

masyarakat mulai belajar memilah kembali sampahnya dan berkreasi dengan

sampah yang masih dapat dimanfaatkan sesuai kreativitas masing-masing. Lebih

dari itu, tidak menutup kemungkinan adanya kemunculan karya-karya kreatif

yang komersil dan dapat menjadi pemasukan tersendiri.

Diharapkan eco lifestyle tidak hanya berhenti sebagai wacana tetapi juga

terintegrasi langsung pada gaya hidup sehari-hari. Bila sudah seperti itu, beban

pengelolaan sampah akan berkurang dari tahun ke tahun sehingga penumpukan

sampah dapat dikurangi langsung tanpa biaya besar dan proses yang rumit.

KESIMPULAN

Pemanfaatan kemasan produk berupa bungkus berlapis aluminium foil

dapat meminimalisasi jumlah sampah dengan melakukan penanganan sampah

berupa daur ulang bungkus berlapis aluminium foil menjadi anyaman tas, dompet,

dan lain-lain yang berkualitas dan tahan lama, serta pengurangan sampah berupa

bahan baku baru untuk pembuatan tas, dompet, dan lain-lain yang dapat

tergantikan dengan bungkus berlapis aluminium foil bekas. Produk ini juga dapat

diterima oleh masyarakat dan dapat meningktan minat dalam penerapan eco

lifestyle di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Enri Damanhuri, Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Bandung : Penerbit

ITB

(2) The Aluminum Association. http://aluminum.org Maret 2011

(3) Thomson Gale. 2005. How Products Are Made, vol. 1. Inggris : Emerald

Group Publishing Limited

(4) Robertson, G. 2006. 2nd ed. Food Packaging, Principles and Practise. Inggris

: CRC Electronic Products Publisher

(5) GreenFeet. http://greenfeet.com/itemdesc.asp?kw=Aluminum-Foil-100%-

Recycled-&ic=6008-00008-0000 Maret 2011

(6) Earth911. http://earth911.com/recycling /metal/aluminum-foil/facts-about-

aluminum-foil/ Maret 2011

(7) Sigit Setiyo Pramono.Studi Mengenai Komposisi Sampah Perkotaan di

Negara Berkembang. Universitas Gunadarma

(8) Kementrian Lingkungan Hidup. 2008. Statistik Persampahan Indonesia.

Republik Indonesia